PENDAHULUAN
1
Kedaruratan serius pada rupture uteri terjadi kurang dari 1% wanita dengan parut
uterus dan potensial mengancam jiwa baik bagi ibu maupun bayi. Separuh dari
semua kasus terjadi pada ibu tanpa jaringan parut uterus, terutama pada ibu
multipara.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum:
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Keperawatan Maternitas
2
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang untuk ruptur uteri dan
prolapsus
7. Untuk mengetahui penatalaksaan medis yang tepat pada ruptur uteri
dan prolapsus
8. Untuk mengetahui penatalaksaan perawat yang tepat pada ruptur uteri
dan prolapsus
9. Untuk mengetahui konsep dasar askep pada ruptur uteri dan prolapsus
3
BAB I I
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Ruptur uterus adalah terjadinya robekan komplet seluruh lapisan uterus non
bedah, jarang terjadi namun merupakan perlukaan kebidanan yang sangat serius,
yang terjadi pada 1 dari 2000 kehamilan. (Leonard, Deitra. 2013)
Ruptur uteri adalah robekan di dinding uterus, dapat terjadi selama periode
antenatal saat induksi, selama persalinan dan kelahiran bahkan selama stadium ke
tiga persalinan. (Leonard, Deitra. 2013)
Prolapsus tali pusat terjadi ketika tali pusat melintang di bawah bagian janin
yang dipresentasikan. Prolapsus tali pusat dapat tersembunyi pada setiap saat
selama persalinan baik selaput ketuban pecah atau tidak. (Leonard, Deitra. 2013)
2.2 Etiologi
Kematian anak mendekati 100% dan kematian ibu sekitar 30%. Secara
teori robekan rahim dapat dibagi sebagai berikut:
a. Spontan
Karena dinding rahim lemah seperti pada luka seksio sesarea, luka
enukleasi mioma, dan hipoplasia uteri. Mungkin juga karena kuretase,
pelepasan plasenta secara manual dan sepsis pascapersalinan atau pasca
abortus
Dinding rahim baik tetapi robekan terjadi karena bagian depan tidak
maju,misalnya pada panggul sempit atau kelainan letak.
Campuran
b. Violent (rudapaksa)
Karena trauma (kecelakaan) dan pertolongan versi dan ekstrasi (ekspresi
Kristeller)
4
2.3 Manifestasi Klinis
Terlebih dahulu, dan ini yang penting, adalah mengenal betul gejala dari
ruptura uteri mengancam (threatened uterine rupture) sebab dalam hal ini kita
dapat bertindak secepatnya supaya tidak terjadi ruptura uteri yang sebenarnya.
( Mochtar, Rustam 1998)
Gejala ruptur uteri mengancam (RUM)
1) Dalam tanya jawab di katakan telah di tolong/di dorong oleh dukun/bidan,
partus sudah lama berlangsung.
2) Pasien nampak gelisah, ketakutan, di sertai dengan perasaan nyeri di perut.
3) Pada setiap dag His pasien memegang perutnya dan meregang kesakitan
bahkan meminta supaya anaknya secepatnya di keluarkan.
4) Pernafasan dan denyut nadi lebih cepat dari biasanya.
5) Ada tanda dehidrasi karena partus lebih lama (prolonged labor), yaitu
mulut kerig, lidah kerig dan haus, badan panas (demam)
6) His lebih lama, lebih kuat dan lebih sering bahkan terus menerus
7) Ligamentum rotundum teraba seperti kawat listrik yang tegang, tebal dan
keras, terutama sebelah kitri atau keduanya
8) Pada waktu datang his, korpus uteri teraba keras (hipertonik) sedangkan
SBR teraba tipis dan nyeri kalau di tekan.
9) Di antara korpus dan SBR nampak lingkaran bandl sebagai lekukan
melintang yang bertambah tinggi, menunjukkan SBR yang semakin tipis
dan teregang.
Sering lingkaran bandl ini di kelirukan dengan kandung kemih yang
penuh, untuk itu di lakukan kateterisasi kandung kemih.
Dapat peregangan dan tipisnya SBR terjadi di didinding belakang
sehingga tidak dapat di periksa, misalnya terjadi pada asinklitismus
posterior atau letak tulang ubun-ubun belakang.
10) Perasaan sering mau kencing karena kandung kemih juga tertarik dan
teregang ke atas, terjadi robekan-robekan kecil pada pada kandung kemih,
maka pada kateterisasi ada hematuri.
11) Pada auskultasi terdengar denyut jantung janin tidak teratur (asfiksia)
5
12) Pada pemeriksaan dalam dapat kita jumpai tanda-tanda dari obstruksi,
seperti edema porsio, vagina, vulva, dan kaput kepala janin yang besar.
(Rustam, Mochtar, DSOG, 1998)
Gejala-gejala ruptura uteri
Bila rupura uteri yang mengancam di biarkan terus, maka suatu saat akan
terjadilah ruptura uteri. ( Mochtar, Rustam 1998)
1) Anamnesis dan inspeksi
Pada suatu his yang kuat sekali, pasien merasa kesakitan yang luar
biasa, menjerit se olah-olah perutnya sedang di robek kemudian
jadi gelisah, takut, pucat, keluar keringat dingin sampai kolaps.
Pernafasan jadi dangkal dan cepa, kelihatan haus
Muntah-muntah karena perangsangan peritoneum
Syok, nadi kecil dan cepat, teknan darah turun bahkan tak terukur
Keluar perdarahan pervaginam yang biasanya tak begitu banyak,
lebih-lebih kalau bagian terdepan atau kepala sudah jauh turun, dan
menyumbat jalan lahir.
Kadang-kadang ada perasaan nyeri yang menjalar ke tungkai
bawah dan di bahu.
Kontraksi uterus biasanya hilang
Mula-mula terdapat defans muskuler kemudian perut menjadi
kembung dan meteoritas (paralisis usus)
2) Palpasi
Teraba krepitasi pada kulit perut yang menandakan adanya
emfisime subkutan
Bila kepala janin belum turun, akan mudah di lepaskan dari pintu
atas panggul
Bila janin sudah keluar dari kavum uteri, jadi berada di rongga
perut, maka teraba bagian-bagian janin langsung di bawah kulit
perut, dan di sampingnya kadang-kadang teraba uterus sebagai
suatu bola keras sebesar kepala.
Nyeri tekan pada perut, terutama pada tempat yang robek
6
3) Auskultasi
Biasanya denyut jantung janin sulit atau tidak terdengar lagi beberapa
menit setelah ruptur, apalagi kalau plasenta juga ikut terlepas dan masuk
ke rongga perut.
4) Pemeriksaan dalam
Kepala janin yang tadinya sudah jauh turun ke bawah, dengan
mudah dapat di dorong ke atas, dan ini di sertai keluarnya darah
pervaginam yang agak banyak.
Kalu rongga ragim sudah kosong dapat di raba robekan pada
dinding rahim dan kalau jari atau tangan kita dapat melaui robekan
tadi, maka dapat di raba usus, omentum, dan bagian-bagian janin.
Kalau jari tangan kita yang di dalam kita temukan dengan jari luar,
maka terasa seperti di pisahkan oleh bagian yang tipis sekali dari
dinding perut, juga dapat di raba fundus uteri.
5) Kateterisasi
Hematuri yang hebat menandakan adanya robekan pada kandung kemih.
6) Catatan
Gejala ruptur uteri inkompleta tidak sehebat kompleta.
Ruptur uteri yang terjadi oleh karena cacat uterus biasanya tidak di
dahului oleh ruptur uteri mengancam.
Sangat penting untuk di ingat!
Lakukanlah selalu eksplorasi yang teliti dan hati-hati sebagian
kerja rutin setelah mengerjakan suatu operative delivery, misalnya
sesudah versi ekstraksi, ekstraksi vakum atau forsep, embriotomi,
dan lain-lain.
Tanda-tanda prolapsus tali pusat: (Leonard, Deitra. 2013)
Deselerasi bervariasi atau memanjang selama kontraksi uterus
Ibu melaporkan merasakan tali pusat setelah selaput ketuban pecah
Tali pusat terlihat/ terasa dalam atau menonjol dari vagina
7
2.4 Klasifikasi
Ruptur Uteri
Menurut waktu terjadinya :
1) Ruptura uteri gravidarum
Terjadinya waktu sedang hamil, sering berlokasi pada korpus.
2) Ruptura uteri durante partum
Terjadinya waktu melahirkan anak.
Menurut lokasinya :
1) Korpus uteri
Biasanya terjadi pada rahim yang sudah pernah mengalami operasi, seperti
seksio sesarea klasik (korporal) atau miomektomi
2) Segmen bawah rahim (SBR)
Biasanya terjadi pada partus yang sulit dan lama (tidak maju). SBR ta,bah
lama tambah regang dan tipis dan akhirnya terjadilah ruptura uteri.
3) Serviks uteri
Biasanya terjadi pada waktu melakukan ekstraksi forsep atau versi
ekstraksi, sedang pembukaan belum lengkap.
4) Kolpoporeksi-kolporekai
Robekan-robekan di antara serviks dan vagina.
Menurut robeknya peritoneum :
1) Kompleta
Robekan pada dinding uterus berikut peritoneumnya (perimetrum),
sehingga terdapat hubungan langsung antara rongga perut dan rongga
uterus, dengan bahaya peritonitis.
2) Inkompleta
Robekan otot rahim tetapi pperitoneum tidak ikut robek. Perdarahan
terjadi subperitoneal dan bisa meluas sampai ke ligamentum latum.
Menurut etiologinya :
1) Ruptura uteri spontania
Menurut etiologi dapat di bagi menjadi 2 :
a) Karena dinding rahim yang lemah dan cacat, misalnya pada bekas
seksio sesarea, miomektomi, perforasi waktu kuretase, histerorafia,
8
pelepasan plasenta secara manual. Dapat juga pada graviditas pada
kornu yang rudimenter dan graviditas interstitialis, kelainan kongenital
dari uterus, seperti hipoplasia uteri dan uterus bikornus, penyakit pada
rahim, misalnya mola destruens, adenomiosis, dan lain-lain, atau pada
gemeli dan hidramnion, di mana dinding rahim tipis dan regang.
b) Karena peregangan yang luar biasa dari rahim, misalnya pada panggul
sempit atau kelainan bentuk panggul, janin besar seperti janin
penderita D.M, Hidrops fetalis, postmaturitas dan
grandemultipara.juga dapat karena kelainan kongenital dari janin :
hodrosefalus, monstrum, torakofagus, anensefalus dan shoulder
dystocia; kelainan letak janin : letak lintang dan persentasi rangkap;
atau malposisi dari kepala : letak defleksi, letak tulang ubun-ubun dan
putar paksi salah. Selain itu, karena adanya tumaor pada lahir; rigid
cervix : conglumeratio cervicis, hanging cervix, retrofleksia uteri
gravida dengan sirkulasi; grandemultipara dengan perut gantung
(pendulum); atau juga pimpinan partus yang salah.
2) Ruptura uteri violenta (traumatika), karena tindakan dan trauma lain
seperti :
Ekstraksi forsep
Versi dan ekstraksi
Embriotomi
Versi Braxton Hicks
Sindroma tolakan (pushing syndrome)
Manual plasenta
Kuretase
Ekspressi kristeller atau crede
Pemberian pitosin tanpa indikasi dan pengawasan
Trauma tumpul dan tajam dari luar
Menurut gejala klinis :
1) Ruptura uteri imminens (membakat = mengancam); penting untuk di
ketahui. Gejala klinis akan di bicarakan kemudian.
2) Ruptura uteri (sebenarnya)
9
2.5 Patofisiologi
Pada umumnya uterus di bagi atas 2 bagian besar : korpus uteri dan
serviks uteri. Batas keduanya di sebut ismus uteri (2-3 cm) pada rahim yang tidak
hamil. Bila kehamilan sudah kira-kira kurang lebih 20 mg, di mana ukuran janin
sudah lebih besar dari ukuran kavum uteri, maka mulailah terbentuk SBR ismus
ini. ( Mochtar, Rustam 1998)
Batas antara korpus yang kontraktil dan SBR yang pasif di sebut lingkaran dari
Bandl. Lingkaran bandl ini di anggap fisiologik bila terdapat 2-3 jari di atas
simfisis, bila meninggi maka kita harus waspada terhadap kemungkinan adanya
ruptira uteri mengancam (RUM). (Mochtar, Rustam 1998)
Ruptura uteri terutama di sebabkan oleh peregangan yang luar biasa dari uterus.
Sedangkan kalau uterus telah cacat, mudah di mengerti, karena adanya lokus
minoris resistens.
Rumus mekanisme terjadinya ruptura uteri :
R=H+O
Di mana : R = Ruptura
H = His kuat (tenaga)
O = Obbstruksi (halangan)
Pada waktu in-partu, korpus uteri mengadakan kontraksi sedang SBR tetap pasif
dan cervix menjadi lunak (effacement dan pembukaan). Bila oleh sesuatu sebab
partus tidak dapat maju (obstruksi), sedang korpus uteri berkontraksi terus dengan
hebatnya (his kuat), maka SBR yang pasif ini akan tertarik ke atas, menjadi
bertambah regang dan tipis. Lingkaran bandl ikut meninggi, sehingga suatu waktu
waktu terjadilah robekan pada SBR tadi-ruptura uteri. ( Mochtar, Rustam 1998)
Dalam hal terjadinya ruptura uteri jangan di lupakan peranan dari
anchoring apparatus untuk memfiksir uterus yaitu ligamentum rotunda,
ligamentum sacrouterina, dan jaringan parametra. ( Mochtar, Rustam 1998)
2. 6 Pemeriksaan Penunjang
1. Laparoscopy :
untuk menyikapi adanya endometriosis atau kelainan bentuk panggul /
pelvis.
10
2. Pemeriksaan laboratorium :
hapusan darah : HB dan hematokrit untuk mengetahui batas darah HB
dan nilai hematikrit untuk menjelaskan banyaknya kehilangan darah. HB
< 7 g/dl atau hematokrit < 20% dinyatakan anemia berat.
3. SDM :
untuk mengidentifikasikan tipe anemia.
4. Urinalisis :
hematuria menunjukan adanya perlukaan kandung kemih.
5. Tes prenatal :
untuk memastikan polihidramnion dan janin besar.
11
maupun laboratorium. Dilaporkan bahwa 83% pasien berespon baik dengan
tindakan repair ruptur. Namun, tindakan ini memiliki kemungkinan ruptur ulang
dengan insidensi 4,3%-19%.
Histerektomi
Tindakan histerektomi karena ruptur uteri dilaporkan sebesar 3,4/10.000
persalinan. Pada wanita dengan riwayat sectio caesarea sebelumnya, tindakan
histerektomi dilaporkan 4-13%.
Tindakan histerektomi dipilih pada keadaan dimana robekan mencapai
broad ligament atau sangat ekstensif atau jika terjadi perdarahan yang sulit
dikontrol.
12
harus memberikan dukungan dengan memberikan penjelasan terhadap intevensi
yang diimplementasikan dan efeknya pada status janin.
Ruptur Uteri
Penatalaksanaan
Prevensi adalah pengobatan yang terbaik. Ibu yang telah menagalami
kelahira cesar klasik sebelumnya disarankan untuk tidak bersalin atau mencoba
kelahiran pervaginam pada kehamilan berikutnya. Mereka yang berisiko untuk
terjadinya ruptur uteri dikaji ketat selama persalinan. Ibu yang persalinannya
diindukasi dengan oksitosin atau prostaglandin (terutama jika kelahiran
sebelumnya dengan cesar) dimonitor terhadap tanda-tanda takisistol uterus karena
kontraksi yang terjadi terlalu sering atau berlangsung terlalu lama dapat
mengakibatkan ruptur uterus. Jika takisistol terjadi, infus oksitosin dihentikan atau
dikurangi, dan pengobatan tokolitik dapat diberikan untuk mengurangi intensitas
kontraksi uterus. Setelah melahirkan, ibu dikaji terhadap terjadinya perdarahan
yang banyak, terutama jika fundus keras dan terdapat tanda-tanda syok
hemoragik.
Jika ruptur terjadi, manajemen bergantung pada tingkat keparahan. Ruptur
kecil dapat ditangani dengan laparotomi dan melahirkan bayi, memperbaiki
laserasi, serta transfusi darah jika diperlukan. Histerektomi mungkin diperlukan
jika ruputur luas dan sulit untuk ditutup atau jika ibu tidak stabil secara
hemodinamik.
Peran perawat pada situasi ini dapat meliputi memulai cairan intravena,
mentransfusi produk darah, memberikan oksigen, dan membantu dalam persiapan
operasi segera. Mendukung keluarga ibu dan memberikan informasi mengenai
pengobatan penting pada kedaruratan ini. Angka mortalitas janin terkait tinggi
(50-75%) dan angka mortalitas ibu dapat tinggi jika ibu tidak ditangani segera.
Memberikan informasi mengenai badan pendukung spiritual dan menyarankian
keluarga untuk menghubungi sistem pendukungnya sendiri dapat berguna.
13
2.9 Konsep Askep
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Lakukan pengkajian pada identitas pasien dan isi identitasnya yang
meliputi : Nama, jenis kelamin, suku bangsa, tanggal lahir, alamat, agama dan
tanggal pengkajian.
2. Riwayat Penyakit Sekarang:
Nyeri abdomen dapat tiba-tiba tajam, dan seperti disayat pisau. Apabila
terjadi rupture sewaktu persalinan, konstruksi uterus yang intermitten, kuat
dpaat berhenti dengan tiba-tiba. Pasien mengeluh nyeri uterus yang
menetap
Perdarah Pravagina dapat simptomatik karena perdarahan aktif dari
pembuluh darah yang robek
Gejala-gejala lainnya meliputi berhentinya persalinan dan syok, yang
mana dapat di luar proporsi kehilangan darah eksterna karena perdarahan
yang tidak terlihat. Nyeri bahu dapat berkaitan dengan perdarahan
intraperitoneum.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Ruptur uteri harus selalu diantisipasi bila pasien memberikan suatu
riwayat paritas tinggi, pembedahan uterus sebelumnya, seksio sessaria,
miomektomi atau reseksi koruna.
Data Subjektif
Nyeri abdomen dapat tiba-tiba tajam, dan seperti disayat pisau. Apabila
terjadi rupture sewaktu persalinan, konstruksi uterus yang intermitten, kuat
dpaat berhenti dengan tiba-tiba. Pasien mengeluh nyeri uterus yang
menetap
Perdarah Pravagina dapat simptomatik karena perdarahan aktif dari
pembuluh darah yang robek
14
Data Objektif
Takikardi dan hipotensi merupakan indikasi dari kehilangan darah akut,
biasanya perdarahan eksterna dan perdarahan intra abdomen.
Pemeriksaan abdomen
Sewaktu persalinan kontur uterus yang abnormal atau perubahan kontur
uterus tiba-tiba dapat menunjukkan adanya ekstruksi janin. Fundus uteri dapat
terkontraksi dan erat dengan bagian-bagian janin yang terpalpasi dekat dinding
abdomen diatas fundus diatas funsus yang berkontraksi. Kontraksi uterus dapat
berhenti dengan mendadak dana bunyi jantung janin tiba-tiba menghilangkan.
Seawaktu atau segera melahirkan abdomen sering sangat lunak, disertsi
dengan nyeri lepas mengidintifikasikan adanya perdaraahan intraperitoneum.
Pemeriksaan Pelvis
Menjelang kelahiran, bagian presentasi mengalami regeresi dan tidak lagi
terpalpasi melalui vagina bila janin telah mengalami ektruksi ke dalam rongga
peritoneum. Perdarahan pervagina mungkin hebat.
Ruptur Uteri setelah melahirkan dikenali melalui elsplorasi manual
segmen uterus bagian bawah dan kavum uteri. Segmen uterus bagian bawah
merupakan tempat yang paling lazim dari ruptur. Apabila robekannya lengkap,
jari-jari pemeriksa dapat melalui tempat ruptur langsung ke dalam rongga
peritoneum, yang dpaat dikenali berupa:
1. Permukaan serosa uterus yang halus dan licin
2. Adanya usus dan ommentum
3. Jari-jari dan tangan dapat digerakkan dengan bebas.
Tes Laboratorium
Hitung Darah Lengkap dan Asupan Darah
Batas dasar hemoglobin dan nilai hematokrit dapat tidak menjelaskan
banyaknya kehilangan darah
Urinalisis:
Hematuria sering menunjukkan adanya hubungan dengan perlukaan
kandung kemih
Golongan Darah dan Rhesus:
15
4-6 unit darah dipersiapkan untuk transfusi bila diperlukan.
B. Diagnosa Keperawatan
Syok Hipovolemik b.d perdarahan pervagina
Nyeri akut b.d pusing dan lemas, nyeri abdomen
Resiko infeksi b.d robekan kecil pada kandung kemih
Ansietas b.d urine bercampur darah
16
C. Intervensi Keperawatan
17
Perilaku distraksi kesehatan (5) yang berat
Bukti nyeri dengan menggunakan Melaporkan gejala yang tidak 2. Pengurangan kecemasan
Putus asa Mengerang dan menangis (5) Ciptakan atmosfer rasa aman
18
Keluhan tentang karakteristik nyeri Kesulitan berkonsentrasi (5) Tentukan tujuan pasien dan
dengan menggunakan standar Rasa takut yang disampaikan keluarga dalam mengelola
instrumen nyeri secara lisan (5) lingkungan dan kenyamanan yang
Faktor yang berhubungan : Rasa cemas yang disampaikan optimal
Agens cedera biologis secara lisan (5) Ciptakan lingkungan yang tenang
Agens cedera kimiawi Peningkatan tekanan darah (5) dan mendukung
Agens cedera fisik Peningkatan frekuensi nadi (5) Sediakan lingkungan yang aman
Peningkatan frekuensi dan bersih
pernapasan (5) Sesuaikan suhu ruangan yang
Gangguan tidur (5) paling menyamankan individu,
Perubahan pada pola makan (5) perlu dan berikan untuk waktu
19
Memberikan pilihan-pilihan lokasi, karakteristik, durasi,
untuk manajemen nyeri (5) frekuensi, kualitas, intensitas atau
Manajemen nyeri sesuai dengan beratnya nyeri dan faktor
keyakinan budaya (5) pencetus
Pendekatan-pendekatan Gunakan strategi komunikasi
preventif digunakan untuk terapeutik untuk mengetahui
manajemen nyeri (5) pengalaman nyeri dan sampaikan
20
Melakukan tindakan untuk nyeri dan menangani nyerinya
mengurangi gejala (5) dengan tepat
Melaporkan gejala yang dapat Dukung istirahat/tidur yang
dikontrol (5) adekuat untuk membantu
penurunan nyeri
5. Peningkatan koping
Aktivitas-aktivitas :
Bantu pasien untuk
menyelesaikan masalah dengan
cara yang konstruktif
Gunakan pendekan yang tenang
dan memberikan jaminan
Berikan suasana penerimaan
Evaluasi kemampuan pasien
dalam membuat keputusan
Dukung kemampuan mengatasi
situasi secara berangsur-angsur
Instrruksikan pasien untuk
menggunakan teknik relaksasi
21
sesuai dengan kebutuhan
6. Imajinasi terbimbing
Aktivitas-aktivitas :
Gambarkan rasionalisasi,
manfaat, batasan, dan tipe dari
teknik imajinasi terbimbing yang
ada
Diskusikan kemampuan untuk
menciptakan imajinasi mental
yang jelas dan untuk marasakan
seakan-akan hal itu memang
nyata
Tentukan kemampuan untuk
melakukan imajinasi terbimbing
tanpa adanya perawat
Dukung individu untuk memilih
variasi teknik imajinasi
terbimbing
Sediakan lingkungan yang
22
nyaman tanpa interupsi, jika
memungkinkan
Diskusikan bayangan (imajinasi)
yang menyenangkan yang pernah
dialami pasien dan membuat
rileks, misalnya berbaring di
pantai, melihat salju jatuh,
mengapung di atas rakit atau
melihat matahari terbenam
Sarankan untuk meningkatkan
relaksasi
Guanakan imajinasi terbimbing
sebagai salah satu strategi yang
membantu pengobatan nyeri atau
bersamaan dengan tindakan lain
dengan tepat
Evaluasi dan dokumentasikan
respon pasien terhadap kegiatan
imajinasi terbimbing
23
7. Terapi relaksasi
Aktivitas-aktivitas :
Gambarkan rasionalisasi dan
manfaat relaksasi serta jenis
relaksasi yang tersedia (misalnya
musik, meditasi, bernafas dengan
ritme, relaksasi rahang dan
relaksasi otot progresif)
Ciptakan lingkungan yang tenang
dan tanpa distraksi dengan lampu
yang redup dan suhu lingkungan
yang nyaman jika memungkinkan
Tunjukkan dan praktikan teknik
relaksasi terhadap klien
Dorong klien untuk mengulang
praktik teknik relaksasi, jika
memungkinkan
Dorong pengulangan teknik
praktik-praktik tertentu secara
24
berkala
Gunakan relaksasi sebagai strategi
tambahan dengan penggunaan
obat-obatan nyeri atau sejalan
dengan terapi lainnya dengan
tepat
Evaluasi dan dokumentasikan
respon terhadap terapi relaksasi
8. Monitor tanda-tanda vital
Aktivitas-aktivitas :
Monitor tekanan darah, nadi,
suhu, dan status pernafasan
dengan tepat
Monitor tekanan darah setelah
pasien minum obat jika
memungkinkan
Monitor tekanan darah, denyut
nadi, dan pernafasan sebelum,
selama dan setelah beraktivitas
25
dengan tepat
Monitor warna kulit, suhu, dan
kelembaban
Identifikasi kemungkinan
penyebab perubahan tanda-tanda
vital
2. Risiko infeksi adalah rentan mengalami Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 1. Manajemen imunisasi/vaksinasi
invasi dan multiplikasi organisme keperawatan selama 1 x 24 jam risiko Aktivitas-aktivitas :
patogenik yang dapat menganggu penyebaran infeksi dapat berkurang Informasikan pada individu
kesehatan. Kriteria hasil : mengenai imunisasi protektif untuk
Faktor risiko : a) Keparahan infeksi melawan penyakit yang tidak
Gangguan peristalsis Kemerahan (5) diwajibkan oleh undang-undang
Gangguan integritas kulit Demam (5) Ajarkan pada individu/keluarga
Vaksinasi tidak adekuat Hipotermia (5) mengenai vaksinasi yang
Kurang pengetahuan untuk Ketidakstabilan suhu (5) diperlukan jika ada paparan atau
menghindari pemajanan patogen Nyeri (5) insiden khusus
Malnutrisi Menggigil (5) Identifikasi teknik pemberian
Obesitas Gangguan kognisi yang tidak imunisasi yang tepat termasuk
26
Merokok bisa dijelaskan (5) pemberian yang simultan
Stasis cairan tubuh Hilang nafsu makan (5) Gunakan prinsip 5 benar dalam
Populasi berisiko : b) Perilaku imunisasi pemberian obat
Terpajan pada wabah Mengenali risiko penyakit Catat riwayat kesehatan pasien dan
Kondisi terkait : tanpa imunisasi (5) riwayat alergi
Perubahan pola ekskresi Menggambarkan risiko yang Dokumentasikan informasi
Penyakit kronis terkait dengan imunisasi vaksinasi, sesuai SOP yang berlaku
Penurunan kerja siliaris tertentu (5) Identifikasi kontraindikasi
Penurunan hemoglobin Menggambarkan pemberian imunisasi
Pecah ketuban dini direkomendasikan sesuai umur setelah digunakan untuk setiap
oleh the American Academy pasien
Pecah ketuban lambat
of Pediatrics atau United Isolasi orang yang terkena penyakit
Supresi respons inflamasi
States Public Health Service menular
(5) Pertahankan teknik isolasi yang
Melaporkan setiap efek sesuai
27
samping (5) Batasi jumlah pengunjung
Mengidentifikasi sumber daya Anjurkan pasien mengenai teknik
masyarakat terkait dengan mencuci tangan dengan tepat
imunisasi (5) Anjurkan pengunjung untuk
c) Status imunitas mencuci tangan pada saat
Suhu tubuh (5) memasuki dan meninggalkan
Integritas kulit (5) ruangan pasien
Integritas mukosa (5) Tingkatkan intake nutrisi yang
Skrining untuk infeksi saat ini tepat
(5) Dorong intake cairan yang sesuai
Infeksi berulang (5) Dorong untuk beristirahat
d) Pengetahuan : Manajemen penyakit Berikan terapi antibiotik yang
akut sesuai
Faktor-faktor penyebab dan Ajarkan pasien dan anggota
faktor yang berkontribusi (5) keluarga mengenai bagaimana
Perjalanan penyakit biasanya menghindari infeksi
(5) 3. Perlindungan infeksi
Tanda dan gejala penyakit (5) Aktivitas-aktivitas :
28
Tanda dan gejala komplikasi Monitor adanya tanda dan gejala
(5) infeksi sistemik dan lokal
Strategi untuk mencegah Monitor kerentanan terhadap
komplikasi (5) infeksi
Strategi untuk mengelola Batasi jumlah pengunjung yang
kenyamanan (5) sesuai
Efek terapi obat (5) Skrining semua pengunjung terkait
Efek samping obat (5) penyakit menular
Pentingnya istirahat yang Pertahankan asepsis untuk pasien
cukup (5) berisiko
Modifikasi diet (5) Pertahankan teknik-teknik isolasi
Strategi mengatasi efek yang sesuai
samping penyakit (5) Tingkatkan asupan nutrisi yang
e) Respon pengobatan cukup
Efek terapeutik yang Anjurkan asupan cairan dengan
diharapkan (5) tepat
Perubahan gejala yang Anjurkan istirahat
diharapkan (5) Berikan agen imunisasi dengan
29
Respon perilaku yang tepat
diharapkan (5) Instruksikan pasien untuk minum
Reaksi alergi (5) antibiotik yang diresepkan
Interaksi pengobatan (5) Ajarkan pasien dan anggota
Intoleransi pengobatan (5) keluarga bagaimana cara
f) Status nutrisi : Asupan nutrisi menghindari infeksi
Asupan kalori (5) 4. Manajemen pengobatan
30
kontrol infeksi (5) Monitor respon terhadap
Mengidentifikasi faktor perubahan pengobatan dengan cara
risiko infeksi (5) tepat
Mengetahui konsekuensi Pantau kepatuhan mengenai
terkait infeksi (5) regimen obat
Mengidentifikasi risiko Ajarkan pasien/keluarga mengenai
infeksi dalam aktvitas metode pemberian obat yang
sehari-hari (5) sesuai
Mengidentifikasi tanda dan Ajarkan pasien/keluarga mengenai
gejala infeksi (5) tindakan dan efek samping yang
Memonitor faktor di diharapkan dari obat
lingkungan yang 5. Manajemen nutrisi
berhubungan dengan risiko Aktivitas-aktivitas :
infeksi (5) Tentukan status gizi pasien dan
Mempertahankan kemampuan pasien untuk
lingkungan yang bersih (5) memenuhi kebutuhan gizi
Mengembangkan strategi Identifikasi adanya alergi atau
efektif untuk mengontrol intoleransi makanan yang dimiliki
31
infeksi (5) pasien
Mempraktikkan strategi Instruksikan pasien mengenal
untuk mengontrol infeksi (5) kebutuhan nutrisi
Memonitor perubahan status Tentukan jumlah kalori dan jenis
kesehatan (5) nutrisi yang dibutuhkan untuk
memenuhi persyaratan gizi
Atur diet yang diperlukan
Ciptakan lingkungan yang
optimal pada saat mengkonsumsi
makanan
Anjurkan pasien terkait dengan
kebutuhan diet untuk kondisi sakit
Pastikan diet mencakup makanan
tinggi kandungan serat untuk
mencegah konstipasi
Monitor kalori dan asupan
makanan
Monitor kecenderungan
terjadinya penurunan dan
32
kenaikan berat badan
Anjurkan pasien untuk memantau
kalori dan intake makanan
6. Manajemen lingkungan
Aktivitas-aktivitas :
Ciptakan lingkungan yang aman
bagi pasien
Singkirkan bahaya lingkungan
Singkirkan benda-benda berbahaya
dari lingkungan
Sediakan tempat tidur dan
lingkungan yang bersih dan
nyaman
Sesuaikan suhu lingkungan dengan
kebutuhan pasien, jika suhu tubuh
berubah
Manipulasi pencahayaan untuk
manfaat terapeutik
33
Sediakan dan atur makanan ringan
yang menarik
Batasi pengunjung
Sediakan keluarga/orang terdekat
dengan informasi mengenai
membuat lingkungan rumah yang
aman bagi pasien
7. Pengajaran : Proses penyakit
Aktivitas-aktivitas :
Kaji tingkat pengetahuan pasien
terkait dengan proses penyakit
yang spesifik
Jelaskan patofisiologi penyakit dan
bagaimana hubungannya dengan
anatomi dan fisiologi sesuai
kebutuhan
Jelaskan tanda dan gejala yang
umum dari penyakit sesuai
34
kebutuhan
Jelaskan mengenai proses penyakit
sesuai kebutuhan
Identifikasi kemungkinan
penyebab sesuai kebutuhan
Berikan informasi pada pasien
mengenai kondisinya sesuai
kebutuhan
Identifikasi perubahan kondisi fisik
pasien
Diskusikan pilihan
terapi/penanganan
Instruksikan pasien mengenai
tindakan untuk
mencegah/meminimalkan efek
samping penanganan dari penyakit
sesuai kebutuhan
Edukasi pasien mengenai tindakan
35
untuk mengontrol/meminimalkan
gejala sesuai kebutuhan
8. Monitor tanda-tanda vital
Aktivitas-aktivitas :
Monitor tekanan darah, nadi,
suhu, dan status pernafasan
dengan tepat
Monitor tekanan darah setelah
pasien minum obat jika
memungkinkan
Monitor tekanan darah, denyut
nadi, dan pernafasan sebelum,
selama dan setelah beraktivitas
dengan tepat
Monitor warna kulit, suhu, dan
kelembaban
Identifikasi kemungkinan
penyebab perubahan tanda-tanda
vital
36
3. Ansietas adalah perasaan tidak nyaman Tujuan : Pengurangan kecemasan
atau kekhawatiran yang samar disertai setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Gunakan pendekatan yang tenang
respons otono (sumber sering kali tidak selama 1x24 jam diharapkan ansietas dan meyakinkan
spesifik atau tidak diketahui oleh pada klien teratasi 2. Nyatakan dengan jelas harapan
individu); perasaan takut yang Kriteria Hasil : terhadap perilaku klien
disebabkan oleh antisipasi terhadap Tingkat kecemasan 3. Jelaskan semua prosedurtermasuk
bahaya. Hal ini merupakan isyarat Tidak dapat beristirahat (5) sensasi yang akan dirasakan yang
kewaspadaan yang memperingatkan Perasaan gelisah (5) mungkin akan dialami klien
individu akan adanya bahaya dan Otot tegang (5) selama prosedur (dilakukan)
memampukan individu untuk bertindak Wajah tegang (5) 4. Pahami situasi krisis yang terjadi
mengahdapi ancaman. Pusing (5) dari perspektif klien
5. Berikan informasi faktual terkait
diagnosis, perawatan dan
prognosis
Terapi relaksasi
1. Gambarkan rasionalisasi dan
manfaat relaksasi serta jenis
relaksasi yang tersedia (misalnya
musik,meditasi,bernafas dengan
37
ritme, relaksasi rahang, relaksasi
otot progresif)
2. Tentukan apakah ada intervensi
relaksasi dimasa lalu yang sudah
memberikan manfaat
3. Ciptakan lingkungan yang tenang
dan tanpa distraksi dengan lampu
yang redup dan suhu lingkungan
yang nyaman, jika
memungkinkan
4. Dorong klien untuk mengambil
posisi nyaman dengan pakaian
longgar dan mata tertutup
5. Spesifikkan isi intervensi
relaksasi (misalnya, dengan
meminta saran perubahan
38
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Terjadinya ruptur uteri pada seorang ibu hamil atau sedang bersalin masih
merupakan suatu bahaya besar yang mengancam jiwanya dan janinnya. Kematian
ibu dan anak karena ruptur uteri masih tinggi. Insidens dan angka kematian yang
tinggi kita jumpai di negara-negara yang sedang berkembang, seperti afrika dan
asia. ( Mochtar, Rustam 1998)
Ruptur uterus adalah terjadinya robekan komplet seluruh lapisan uterus non
bedah, jarang terjadi namun merupakan perlukaan kebidanan yang sangat serius,
yang terjadi pada 1 dari 2000 kehamilan. (Leonard, Deitra. 2013)
3.2 Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan adalah dengan kita telah
mengetahui apa itu penyakit ruptur uteri, kita dapat lebih menjaga lagi kesehatan
kita yaitu dengan selalu menjaga lingkungan dan kesehatan diri kita sendiri
supaya kita sebagai orang tua dan bayi kita sehat, mengingat bahwa penyakit ini
adalah penyakit yang sangat berbahaya dan angka kematiannya cukup tinggi.
39
DAFTAR PUSTAKA
40