DOSEN PEMBIMBING
OLEH :
IMELDA GANEZA
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
kepada kita semua. Shalawat dan salam senantiasa kita haturkan kepada Nabi Muhammad
SAW yang telah membawa kita ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Alhamdulillah penulis telah dapat menyelesaikan makalah ini yang merupakan tugas dari
mata kuliah“Praktek Klinik Residensi ”.
Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada dosen pembimbing dr. Eny Yantri,
Sp.A (K) dan Hj. Erwani, SKM, M.Kes serta kepada semua pihak yang secara langsung atau
tidak langsung telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini, semoga Allah
senantiasa melimpahkan karunia-Nya kepada kita semua.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan dimasa yang
akan datang. Semoga makalah ini dapat berguna bagi kita semua, Amin.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................4
1.2 RumusanMasalah..............................................................................................................6
1.3 Tujuan...............................................................................................................................6
1.3.1 Tujuan Umum............................................................................................................6
1.3.2 Tujuan Khusus...........................................................................................................7
a. Mampu melakukan pengkajian dan pengumpulan data secara subjektif dan objektif pada
b. Mampu menginterpretasikan data yang terkumpul baik dalam bentuk diagnosa serta masalah
ii
2.3 Penatalaksanaan Awal Bayi Segera Setelah Lahir..............................................................21
2.4 Adaptasi Bayi Baru Lahir....................................................................................................26
2.4.1 Pengertian adaptasi bayi baru lahir...............................................................................26
2.5 Konsep Dasar Pencegahan Infeksi Pada Bayi baru lahir.....................................................27
2.5.1 Pengertian Pencegahan Infeksi......................................................................................27
2.5.2 Prinsip Umum Pencegahan Infeksi...............................................................................27
2.5.3 Tindakan Umum Pencegahan Infeksi............................................................................28
2.5.4 Konsep Dasar Rawat Gabung........................................................................................29
BAB III..........................................................................................................................................33
TINJAUAN KASUS.....................................................................................................................34
BAB IV..........................................................................................................................................48
PEMBAHASAN............................................................................................................................48
BAB V...........................................................................................................................................50
PENUTUP.....................................................................................................................................50
A. KESIMPULAN...................................................................................................................50
B. SARAN...............................................................................................................................51
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................51
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500 - 4000 gram, cukup bulan, lahir
langsung menangis, dan tidak ada kelainan kongenital (cacat bawaan) yang berat. Pada waktu
kelahiran, sejumlah adaptasi psikologik mulai terjadi pada tubuh bayi baru lahir, karena
perubahan ini, bayi memerlukan pemantauan ketat untuk menentukan bagaimana membuat
suatu transisi yang baik terhadap kehidupannya diluar uterus. Bayi baru lahir juga
dengan berhasil. Adaptasi neonatal (bayi baru lahir) merupakan proses penyesuaian
fungsional neonatus dari kehidupan di dalam uterus ke kehidupan di luar uterus (Marmi dan
Raharjo, 2015).
Upaya kesehatan anak antara lain diharapkan mampu menurunkan angka kematian
anak. Indikator angka kematian yang berhubungan dengan anak yakni Angka Kematian
Neonatal (AKN) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Perhatian terhadap upaya penurunan
angka kematian neonatal (0-28 hari) menjadi penting karena kematian neonatal memberi
Upaya kesehatan anak telah menunjukkan hasil yang baik terlihat dari angka
kematian anak dari tahun ke tahun yang menunjukkan penurunan. Hasil Survei Demografi
dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 menunjukkan AKN sebesar 15 per 1.000
kelahiran hidup, AKB 24 per 1.000 kelahiran hidup, dan AKABA 32 per 1.000 kelahiran
1
(TPB/SDGs) 2030 yaitu sebesar 25/1.000 kelahiran hidup dan diharapkan AKN juga dapat
Komplikasi Neonatal yang menjadi penyebab kematian terbanyak yaitu asfiksia, bayi
berat lahir rendah dan infeksi. Komplikasi ini sebenarnya dapat segera dicegah dan ditangani,
namun terkendala oleh akses ke pelayanan kesehatan, kemampuan tenaga kesehatan, keadaan
ekonomi, sistem rujukan yang belum berjalan dengan baik, terlambatnya deteksi dini, dan
Neonatal dengan komplikasi adalah neonatal dengan penyakit dan atau kelainan yang
dapat menyebabkan kecacatan dan atau kematian, seperti asfiksia, ikterus, hipotermia,
kelainan kongenital maupun yang termasuk klasifikasi kuning dan merah pada pemeriksaan
dengan manajemen terpadu bayi muda (MTBM). Komplikasi yang menjadi penyebab
kematian terbanyak pada bayi. Komplikasi ini sebetulnya dapat dicegah dan ditangani,
namun terkendala oleh akses ke pelayanan kesehatan, kemampuan tenaga cakupan target
kesehatan, keadaan sosial ekonomi, sistem rujukan yang belum berjalan dengan baik,
terlambatnya deteksi dini, dan kesadaran orang tua untuk mencari pertolongan kesehatan
persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih seperti Dokter Spesialis Kebidanan
dan Kandungan (SpOG), dokter umum dan bidan serta diupayakan agar proses pelayanan
dilakukan untuk menurunkan angka kematian neonatal antara lain juga melalui penempatan
keluarga dan masyarakat dengan menggunakan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (Buku KIA)
2
(Kemenkes, 2015). Upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengurangi AKB antara lain
setiap bayi baru lahir mendapatkan pelayanan Kunjungan Neonatal minimal 3 kali (KN1,
KN2 dan KN3) sesuai standar. 2). Penanganan neonatal dengan kelainan atau
lain seperti Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM), Manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir,
Berdasarkan latar belakang di atas, maka salah satu yang perlu dilakukan dengan
memberikan asuhan kebidanan untuk mencapai kompetensi. Salah satu persyaratan dalam
kebidanan dalam pelayanan neonatal, oleh karena itu penulis memilih membuat laporan
1.2 RumusanMasalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada kasus ini “bagaimana
1.3 Tujuan
Mampu memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir sesuai standar
3
a. Mampu melakukan pengkajian dan pengumpulan data secara subjektif dan
BAB II
4
TINJAUAN PUSTAKA
Masa neonatal adalah bayi baru lahir yang berusia 0 sampai 28 hari, dimana pada
masa ini terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan di dalam rahim menjadi di luar
Bayi baru lahir (Neonatus) adalah bayi yang baru lahir mengalami proses
adaptasi (menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstrauterin) dan
toleransi bagi Bayi Baru Lahir untuk dapat hidup dengan baik (Marmi dkk, 2015). Bayi baru
lahir normal adalah bayi yang baru lahir pada usia kehamilan 37-41 minggu, dengan
presentasi belakang kepala atau letak sungsang yang melewati vagina tanpa memakai alat.
(Tando, 2016).
Menurut Sarwono (2005) dalam buku Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi
Baru Lahir (Sondakh,2017) Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir cukup bulan, 38-42
minggu dengan berat badan sekitar 2500-3000 gram dan panjang badan sekitar 50-55 cm.
5
f. Pernapasan ±40-60 kali/menit.
j. Genitalia: pada perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora, dan pada laki-
n. Eliminasi baik, mekonium keluar dalam 24 jam pertama, mekonium berwarna hitam
kecoklatan (Tando,2016).
Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 detik pertama
sesudah lahir. Usaha bayi pertama kali untuk mempertahankan tekanan alveoli, selain
karena adanya surfaktan, juga karena adanya tarikan nafas dan pengeluaran nafas dengan
merintih sehingga udara bisa tertahan di dalam. Cara neonatus bernafas dengan cara
bernafas difragmatik dan abdominal, sedangkan untuk frekuensi dan dalamnya bernapas
belum teratur. Apabila surfaktan berkurang, maka alveoli akan kolaps dan paru-paru kaku,
sehingga terjadi atelektasis. Dalan kondisi seperti ini (anoksia), neonatus masih
6
1. Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dengan:
a) Perkembangan paru-paru
Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx yang
bronkus. Proses ini terus berlanjut sampai sekitar usia 8 tahun, sampai jumlah
yang tidak matang akan mengurangi kelangsungan hidup BBL sebelum usia 24
surfaktan.
1. Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim
2. Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru - paru selama
Setelah bayi lahir, kadar CO2 meningkat dalam darah dan akan merangsang
pernapasan janin.
4. Perubahan suhu.
a. Saat cukup bulan, terdapat cairan dalam paru-paru bayi. Pada persalinan, bayi
melalui jalan lahir yang menyebabkan 1/3 cairan terperas keluar dari paru-paru.
b. Pada beberapa kali tarikan nafas pertama setelah lahir, udara ruangan memenuhi
trakea dan bronkus bayi baru lahir. Sisa cairan di dalam paru-paru dikeluarkan dan
diserap oleh pembuluh limfe dan darah. Semua alveol akan berkembang terisi udara
Bayi cukup bulan, mempunyai cairan di dalam paru-parunya. Pada saat bayi
melalui jalan lahir selama persalinan, sekitar sepertiga cairan ini diperas keluar dari
paru-paru. Seorang bayi yang dilahirkan melalui seksio sesaria kehilangan keuntungan
dari kompresi rongga dada ini dan dapat menderita paru-paru basah dalam jangka
waktu lebih lama. Dengan beberapa kali tarikan napas pertama, udara memenuhi
ruangan trakea dan bronkus bayi baru lahir. Dengan sisa cairan di dalam paru-paru
8
dikeluarkan dari paru dan diserap oleh pembuluh limfe dan darah. Semua alveolus
Denyut jantung janin (DJJ) diatur oleh pengaruh divisi simpatis dan
parasimpatis sistem saraf otonom dan kemoreseptor serta baroresptor. Rentang normal
DJJ adalah 120 -160 kali permenit. Irama DJJ cukup stabil dan fluktuasi beragam
antara 5 sampai 10 menit per menit. Perubahan antar denyut (keragaman jangka
pendek) diperantai oleh refleks vagal (sistem saraf parasimpatis). Apabila refleks vagal
distimulasi, DJJ menurun. Apabila sistem saraf simpatis distimulusasi, DJJ meningkat.
Sistem saraf otonom menerima informasi mengenai status oksigen dari kemoreseptor
(sel saraf sensori) dalam lengkung aorta, badan carotid dan otak yang dapat memicu
sistem saraf simpatis untuk meningkatkan DJJ guna meningkatkan perfusi pada area
yang terkait. Baroreseptor (ujung saraf yang sensitif) terhadap tekanan dalam dinding
arteri carotid internal dan eksternal) memberikan input mengenai tekanan darah.
parasimpatis untuk menurunkan curah jantung dan tekanan darah secara cepat,
sehingga memperlambat DJJ. Selama kontraksi uterus, DJJ biasanya tidak berubah
secara bermakna jika fungsi placenta adekuat. Aliran darah ke ruang intervilli berhenti
ketika ketegangan uterus mencapai 50 mm Hg. Janin yang sehat mampu bergantung
pada cadangan oksigen di dalam ruang intervilli dalam kondisi normal. DJJ dapat
turun selama kontraksi jika terdapat kompresi tali pusat, peregangan atau tekanan pada
kepala janin (menyebabkan stimulasi saraf vagus dan menurunkan aliran darah). Jika
fungsi uteroplasenta tidak adekuat, DJJ dapat turun sesudah awal kontraksi dan tidak
kembali ke garis dasar sampai setelah kontraksi selesai (deselerasi lambat). Hipoksia
9
ringan menyebabkan peningkatan DJJ, namun hipoksia yang parah menyebabkan
penurunan DJJ. Oksigenasi yang memadai merupakan faktor yang sangat penting
tidak ada pembuluh darah yang terbuka guna menerima oksigen yang berada dalam
aliran darah ke paru-paru akan mendorong terjadinya peningkatan sirkulasi limfe dan
Darah bayi harus melewati paru untuk mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi
1) Saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh sistemik meningkat dan tekanan
atrium kanan menurun. Hal ini membantu darah dengan kandungan oksigen
10
1) Dengan adanya pernafasan, kadar oksigen darah meningkat, sehingga duktus
darah:
kanan tersebut. Hal ini menyebabkan penurunan volume dan tekanan atrium
kanan itu sendiri. Kedua kejadian ini membantu darah dengan kandungan
oksigen sedikit mengalir ke paru paru untuk menjalani proses oksigenasi ulang.
paru paru mengakibatkan peningkatan volume darah dan tekanan atrium kanan.
Dengan peningkatan tekanan atrium kanan ini dan penurunan tekanan pada
Suhu tubuh bayi baru lahir harus dipertahankan antara 36,5 o C dan 37 o C.
Suhu dikendalikan dari pusat penurun panas dan pusat peningkatan panas di
11
mengalami stress dengan adanya perubahan-perubahan lingkungan. Pada saat
bayi meninggalkan lingkungan dari dalam rahim ibu ke lingkungan luar yang
suhunya lebih tinggi. Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat
panas tubuhnya.
2. Pembentukan suhu pada bayi baru lahir tanpa disertai menggigil adalah
4. Untuk membakar lemak coklat, sering bayi harus menggunakan glukosa guna
5. Lemak coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh seorang Bayi Baru Lahir.
a. Lemak coklat ditemukan di sekitar leher dan antara skapula, melintasi garis
b. Lemak coklat juga mengelilingi pembuluh darah torax mayor dan bantalan
ginjal.
d. Cadangan lemak coklat ini akan habis dalam waktu singkat dengan adanya
6. Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami hipoglikemia, hipoksia
12
utama dan bidan berkewajiban untuk meminimalkan kehilangan panas pada
Bayi baru lahir memiliki kemampuan terbatas untuk berkeringat dan menggigil.
Termogenesis non menggigil (non shivering thermogenesis, NST) digunakan oleh bayi
1. Oksigenasi
1) Suhu minimal janin satu derajat lebih tinggi dibandingkan suhu ibu karena pertukaran
2) Penurunan suhu lingkungan saat kelahiran bayi terlahir dengan kondisi basah
3) Bayi cukup bulan yang sehat akan berespon dengan meningkatkan produksi panas.
bayi kontak langsung ke dada ibu menstimulasi ibu untuk mengubah suhu tubuhnya
13
2.2.3 Perubahan Metabolisme Glukosa
Saat bayi lahir dan tali pusat dipotong, bayi harus mempertahankan kadar
glukosanya sendiri.
2. Kadar glukosa bayi akan turun dengan cepat (1-2 jam pertama kelahiran) yang
tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir seorang bayi harus mulai
mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri. Pada setiap bayi baru lahir, glukosa
4. Jika cadangan glukosa tubuh habis digunakan, sementara bayi tidak mendapat asupan
dari luar, beresiko terjadinya hipoglisemia dengan gejala kejang, sianosis, apnoe,
tangis lemah, letargi dan menolak makan. Akibat jangka panjang dapat merusak sel-
sel otak
1) Bayi Baru Lahir yang tidak mampu mencerna makanan dengan jumlah yang
2) Hal ini hanya terjadi jika bayi mempunyai persediaan glikogen yang cukup.
14
3) Bayi yang sehat akan menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen terutama di hati,
4) Bayi yang mengalami hipotermia, pada saat lahir yang mengakibatkan hipoksia
5) Keseimbangan glukosa tidak sepenuhnya tercapai dalam 3-4 jam pertama kelahiran
6) Jika semua persediaan glikogen digunakan pada jam pertama, maka otak dalam
keadaan berisiko.
7) Bayi yang lahir kurang bulan (prematur), lewat bulan (post matur), bayi yang
mengalami hambatan pertumbuhan dalam rahim dan stres janin merupakan risiko
8) Gejala hipoglikemi dapat tidak jelas dan tidak khas meliputi : kejang-kejang halus,
sianosis, apneu, tangis lemah, letargi, lunglai dan menolak makanan. Hipoglikemi
juga dapat tanpa gejala pada awalnya. Akibat jangka panjang hipoglikemi adalah
1. Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai menghisap dan menelan.
2. Reflek gumoh dan reflek batuk yang matang sudah terbentuk baik pada saat lahir.
3. Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan mencerna makanan
4. Hubungan antara esofagus bawah dan lambung masih belum sempurna yang
15
5. Kapasitas lambung masih terbatas kurang dari 30 cc untuk bayi baru lahir cukup
bulan.
6. Kapasitas lambung ini akan bertambah secara lambat bersamaan dengan tumbuhnya
7. Pengaturan makanan yang diatur bayi sendiri penting, contohnya memberi ASI on
demand.
maka limfosit juga banyak di temukan dalam ferifer dan terdapat pula limfe. Sel-sel
bulan bayi dilahirkan. Gamma G globulin janin di dapat dari ibu melalui plasenta. Bila
immunoglobulin telah dapat dibentuk pada kehamilan 2 bulan dan banyak ditemukan
segera setelah lahir, khususnya sekret dari traktus digestifus, respiratorus, kelenjar ludah,
dengan keadaan flora normal dalam saluran pencernaan. Akan tetapi bayi hanya
dilindungi oleh Gamma G immunoglobulin dari ibu dan terbatas kadarnya juga
besar rentan infeksi dan sepsis. Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang,
16
sehingga menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem
imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami maupun yang di dapat.
Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang mencegah atau
meminimalkan infeksi.
Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel yaitu oleh sel darah yang
membantu Bayi Baru Lahir membunuh mikroorganisme asing. Tetapi pada Bayi Baru
Lahir se-sel darah ini masih belum matang, artinya BBL tersebut belum mampu
melokalisasi dan memerangi infeksi secara efisien. Kekebalan yang didapat akan muncul
kemudian. BBL dengan kekebalan pasif mengandung banyak virus dalam tubuh ibunya.
Reaksi antibodi keseluruhan terhadap antigen asing masih belum dapat dilakukan sampai
awal kehidupan anak. Salah satu tugas utama selama masa bayi dan balita adalah
pembentukan sistem kekebalan tubuh. Bayi memiliki imunoglobulin waktu lahir, namun
kekebalan terhadap antigen tertentu. Ada tiga macam imunoglobulin (Ig) atau antibodi
(huruf menunjukan masing-masing golongan ),yaitu IgG, IgA, dan IgM. Hanya IgG yang
cukup kecil melewati pembatas plasenta , IgG merupakan golongan antibodi yang sangat
penting dan kira-kira 75% dari seluruh antibodi. IgG mempunyai kekebalan terhadap
infeksi kuman virus tertentu. Pada waktu lahir, tingkat IgG bayi sama dengan atau sedikit
lebih banyak daripada ibu. Tingkat Ig ini memberikan kekebalan pasif selama beberapa
17
bulan kehidupan. IgM dan IgA tidak melintasi pembatas plasenta, namun dibuat oleh
janin. Tingkat IgM pada periode kehamilan besarnya 20% dari IgM orang biasa dan
diperlukan waktu 2 tahun untuk dapat menyamai tingkat orang dewasa. Tingkat IgM
yang relatif rendah membuat bayi rentan terkena infeksi. IgM juga penting sebab
sebagian besar antibodi yang terbentuk pada sewaktu terjadi respons primer adalah
golongan ini. Tingkat IgA sangat rendah dan diproduksi dalam waktu yang lama
walaupun tingkat salive sekresi mencapai tingkat orang dewasa dalam kurun waktu 2
bulan. IgA melindungi dari infeksi saluran pernafasan, saluran usus lambung, dan mata.
Sedangkan imunoglobulin jenis lainnya, yaitu IgD dan IgE, tidak begitu berkembang
Pengkajian pada bayi baru lahir dapat dilakukan segera setelah lahir, yaitu untuk
dilakukan pemeriksaan fisik secara lengkap untuk mengetahui normalitas dan mendeteksi
adanya penyimpangan.
Penilaian Awal
Apgar Score
18
Merupakan alat untuk mengkaji kondisi bayi sesaat setelah lahir, meliputi lima
variable (pernafasan, frekuensi jantung, warna, tonus otot dan iritabilitas reflek) dan
Dilakukan pada 1 menit kelahiran (member kesempatan pada bayi untuk memulai
perubahan). Pada menit ke 5 dan menit ke 10, penilaian dapat dilakukan lebih sering,
jika ada nilai yang rendah dan perlu tindakan resusitasi. Penilaian menit ke 10
Asuhan ini adalah asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir selama satu jam
pertama setelah kelahiran. Sebagian besar BBL akan menunjukkan usaha pernapasan
spontan dengan sedikit bantuan/gangguan. Oleh karena itu, penting untuk diperhatikan
dalam memberikan asuhan segera, yaitu jaga bayi tetap kering dan hangat, lakukan
kontak antara kulit bayi dengan kulit ibu sesegera mungkin. (Mutmainah, A,2017)
Langkah awal dalam menjaga bayi tetap hangat adalah dengan menyelimuti bayi
sesegera mungkin sesudah lahir, tunda memandikan bayi selama 6 jam atau sampai
2. Membersihkan saluran nafas dengan menghisap lendir yang ada di mulut dan hidung
(jika diperlukan). Tindakan ini juga dilakukan sekaligus dengan penilaian APGAR
skor menit pertama. Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir.
3. Mengeringkan tubuh bayi dari cairan ketuban dengan menggunakan kain atau
handuk yang kering, bersih dan halus. Dikeringkan mulai dari muka, kepala dan
19
bagian tubuh lainnya dengan lembut tanpa menghilangkan verniks. Verniks akan
bayi dengan kain kering untuk menunggu 2 menit sebelum tali pusat diklem, Hindari
mengeringkan punggung tangan bayi. Bau cairan amnion pada tangan bayi
4. Memotong dan mengikat tali pusat dengan teknik aseptik dan antiseptik. Tindakan
a. Klem, potong dan ikat tali pusat dua menit pasca bayi lahir. Penyuntikan oksitosin
b. Melakukan penjepitan ke-I tali pusat dengan klem logam DTT 3 cm dari dinding
perut (pangkal pusat) bayi, dari titik jepitan tekan tali pusat dengan dua jari
kemudian dorong isi tali pusat ke arah ibu (agar darah tidak terpancar pada saat
dilakukan pemotongan tali pusat). Lakukan penjepitan ke-2 dengan jarak 2 cm dari
c. Pegang tali pusat diantara kedua klem tersebut, satu tangan menjadi landasan tali
pusat sambil melindungi bayi, tangan yang lain memotong tali pusat diantara
d. Mengikat tali pusat dengan benang DTT pada satu sisi, kemudian lingkarkan
kembali benang tersebut dan ikat dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
e. Melepaskan klem penjepit tali pusat dan masukkan ke dalam larutan klorin 0,5% f.
Meletakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk upaya inisisasi menyusui dini.
sampai 2 tahun dengan makanan pendamping ASI sejak usia 6 bulan. Pemberian
20
ASI pertama kali dapat dilakukan setelah mengikat tali pusat. Langkah IMD pada
bayi baru lahir adalah lakukan kontak kulit ibu dengan kulit bayi selama paling
sedikit satu jam dan biarkan bayi mencari dan menemukan putting dan mulai
menyusui.
bahwa inisiasi menyusui dini, dalam 1 jam setelah lahir, mengacu pada rekomendasi
memulai dalam 1 jam mengurangi kematian sebesar 19% di Nepal dan 22% di
Ghana. Bukti, diambil dari meta-analisis dan lebih dari 63 negara berkembang,
menunjukkan bahwa inisiasi menyusui dini mencegah infeksi bayi baru lahir,
mencegah kematian bayi baru lahir karena sepsis, pneumonia, diare dan hipotermia,
dan memfasilitasi pemberian ASI berkelanjutan. Di Asia Selatan, hanya 41% bayi
baru lahir yang disusui dalam waktu 1 jam setelah lahir. Beberapa negara Asia
Pakistan, India, Bangladesh dan Nepal masing-masing hanya 29, 41, 47 dan 45% .
6. Memberikan identitas diri segera setelah IMD, berupa gelang pengenal tersebut
berisi identitas nama ibu dan ayah, tanggal, jam lahir, dan jenis kelamin.
7. Memberikan suntikan Vitamin K1. Karena sistem pembekuan darah pada bayi baru
lahir belum sempurna, semua bayi baru lahir beresiko mengalami perdarahan. Untuk
mencegah terjadinya perdarahan pada semua bayi baru lahir, terutama bayi BBLR
21
tunggal, intra muscular pada anterolateral paha kiri. Suntikan vit K1 dilakukan
myths mengatakan bahwa defisiensi vitamin K jauh lebih sering terjadi pada
neonatus, karena defisiensi endogen dan eksogen. Sumber utama vitamin K eksogen
pada neonatus, yang hampir seluruhnya adalah susu, tidak dapat mengimbangi
produksi endogen yang kurang memadai, karena ASI mengandung antara 1 dan 4 µg
sintesis, beberapa faktor koagulasi (II, VII, IX dan X) dan protein antikoagulan (C
8. Memberi salep mata antibiotik pada kedua mata untuk mencegah terjadinya infeksi
Berdasarkan jurnal,
Imunisasi Hepatitis B harus diberikan pada bayi usia 24 jam setelah lahir.
menyatakan bahwa salah satu program preventif yang berprestasi tinggi dalam
22
mengurangi kejadian Hepatitis B adalah imunisasi rutin dengan vaksin hepatitis B
dalam waktu 24 jam setelah lahir, Pemberian imunisasi Hepatitis B suntikan pertama
tepat waktu merupakan cara yang penting untuk melindungi penularan infeksi
10. Melakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir untuk mengetahui apakah terdapat
kelainan yang perlu mendapat tindakan segera serta kelainan yang berhubungan
infeksi.
reflex hisap
h.Tali pusat: pemeriksaan terhadap perdarahan jumlah darah pada tali pusat,
warna dan besar tali pusat, hernia di tali pusat atau selangkangan.
i. Alat kelamin: untuk laki-laki, apakah testis berada dalam skrotum, penis
berlubang pada ujung, pada wanita vagina berlubang dan apakah labia mayora
23
k. Ekstremitas: tidak terdapat polidaktili dan sindaktili.(Sondakh,2017).
dapat berlangsung hingga satu bulan atau lebih setelah kelahiran untuk beberapa
sistem tubuh bayi. Transisi paling nyata dan cepat terjadi pada sistem pernapasan
1. Riwayat antepartum ibu dan bayi baru lahir misalnya terpapar zat toksik, sikap ibu
2. Riwayat intrapartum ibu dan bayi baru lahir, misalnya lama persalinan, tipe
3. Kapasitas fisiologis bayi baru lahir untuk melakukan transisi dari kehidupan
dilakukan pada bayi baru lahir karena bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi.
24
Pada saat penanganan bayi baru lahir, pastikan penolong untuk melakukan tindakan
pencegahan infeksi.
bayi, ibu dan pemberi perawatan kesehatan dari infeksi. Hal itu juga akan membantu
infeksi
6) Pegang instrumen tajam dengan hati – hati dan bersihkan, jika perlu sterilkan atau
7) Bersihkan unit perawatan khusus bayi baru lahir secara rutin dan buang sampah.
dengan bayi.
25
2) Memakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum
dimandikan.
3) Memastikan semua peralatan, termasuk klem gunting dan benang tali pusat
telah didesinfeksi tingkat tinggi atau steril. Jika menggunakan bola karet
penghisap, pakai yang bersih dan baru. Jangan pernah menggunakan bola
7) Membersihkan muka, pantat dan tali pusat bayi baru lahir dengan air bersih,
adalah satu cara perawatan dimana ibu dan bayi yang baru dilahirkan tidak
26
dipisahkan, melainkan ditempatkan dalam sebuah ruangan, kamar atau
waktu yang baik bagi ibu dan bayi saling berhubungan dan dapat
1) Rawat Gabung continue : bayi tetap berada disamping ibu selama 24 jam.
2. Penggunaan ASI :
3. Pencegahan infeksi
4. Pendidikan kesehatan
1. Bagi Ibu
a. Aspek psikologi
1) Antara ibu dan bayi akan segera terjalin proses lekat (early infant
mother bonding) dan lebih akrab akibat sentuhan badan antara ibu
dan bayi.
bayinya.
bagi bayinya. Ibu juga akan merasa sangat dibutuhkan oleh bayinya
dan tidak dapat digantikan oleh orang lain. Hal ini akan
b. Aspek fisik
1) Involusi uteri akan terjadi dengan baik karena dengan menyusui akan
mobilisasi.
28
2. Bagi Bayi
a. Aspek psikologis
b. Aspek fisik
memberikan kekebalan/antibody.
3. Bagi Keluarga
a. Aspek Psikologi
b. Aspek Ekonomi
Lama perawatan lebih pendek karena ibu cepat pulih kembali dan bayi
4. Bagi Petugas
a. Aspek Psikologis
29
Bayi jarang menangis sehingga petugas di ruang perawatan tenang dan
b. Aspek Fisik
diambil oleh ibu dan tidak perlu repot menyediakan dan memberikan
susu buatan.
Keuntungan :
2) Kontak emosi ibu dan bayi lebih dini dan lebih erat.
Kerugian :
orang lain.
30
BAB III
TINJAUAN KASUS
31
I. Data Subjektif
A. Idenditas/Biodata
B. Riwayat Kesehatan
Lama persalinan :
Kala I : 7 jam
Kala II : 30 menit
Kala IV : 15 menit
Kajian Fisik
Tanda Vital
S : 36,5 0C
BB : 2700 gram PB : 45 cm
RR :44 x/m
N : 130 x/m
Reflek : Positif
Keadaan : Bersih
Keadaan : baik
Bibir : Normal
34
Perut: Bentuk : Normal, tidak ada perdarahan tali pusat
Punggung-bokong
Bentuk : normal
Ekstremitas
Genetalia
Refleks
Ukuran antropometri
Tinggi Badan : 45 cm
Lingkar kepala : 33 cm
Lingkar dada : 34 cm
LILA :10cm
35
Diagnosa : Neonatus cukup bulan sesuai usia kehamilan 38-39 mg, 6 jam
1. Memberitahu ibu keadaan bayinya bahwa bayinya lahir dengan selamat dan sehat
dengan jenis kelamin perempuan, BB 2700 gram,PB 45 cm dan ibu mengerti tentang
keadaan bayinya.
2. Memberitahukan pada ibu untuk menyusui bayinya secara on demand, kapan saja
tanpa dijadwal. Ibu mengerti dan ibu bersedia untuk menyusui bayinya secara on
demand.
makanan/minuman tambahan apapun. Fungsinya penting bagi daya tahan tubuh dan
pertumbuhan pada bayi. Ibu mengerti dan bersedia menyusui bayinya selama 6 bulan
4. Memberitahukan pada ibu untuk menjaga personal hygiene bayi dan mengganti
popok bayi pada saat bayi BAB dan bayi BAK. Ibu paham dan bersedia untuk
5. Menjelaskan pada ibu cara melakukan perawatan tali pusat pada bayi dengan benar,
tujuannya untuk mencegah iritasi dan infeksi pada tali pusat bayi. perawatan tali pusat
36
Tidak perlu membersihkan tali pusat dengan alcohol. Sebelum melakukan
perawatan tali pusat cuci tangan terlebih dahulu. Tali pusat cukup bersihkan
dengan air bersih dan mengeringkan tali pusat dengan kain bersih yang lembut
dan menyerap sampai tali pusat tampak kering. Setelah selesai ibu mencuci
tangan kembali.
Biarkan tali pusat dalam kondisi terbuka tanpa ditutup dengan kassa kering
maupun tertutup popok. Tujuannya agar tali pusat tidak terkena air kencing
dan BAB bayi yang dapat menyebabkan infeksi. Bayi juga perlu mengenakan
Jangan memaksakan untuk melepas tali pusat dengan cara menariknya. Hal ini
6. Memberikan penjelasan pada ibu dan keluarga tanda-tanda bahaya pada bayi baru
lahir,antara lain : bayi tidak mau menyusu, suhu tubuh bayi tinggi sampai menggigil,
tali pusat berdarah dan belum BAB dalam 24 jam terakhir. Apabila ditemukan salah
satu tanda tersebut maka ibu diharapkan melapor ke petugas kesehatan. Ibu sudah
mengerti, dapat mengulangi kembali tentang tanda-tanda bahaya bayi baru lahir dan
bersedia untuk melaporkan ke petugas kesehatan bila mendapati salah satu tanda
7. Memberi penjelasan pada ibu untuk tanda-tanda infeksi pada tali pusat bayi :
b). Demam
37
c). Kulit disekitar area tali pusat bengkak dan berwarna kemerahan
f). Bayi menangis setiap kali pusat atau kulit disekitarnya tersentuh.
Ibu sudah mengerti dan bersedia melapor kepada petugas kesehatan apabila terdapat
8. Memberikan penjelasan pada ibu untuk tetap menjaga kehangatan bayinya, seperti
jangan menempatkan bayi di dekat jendela . Jangan menempatkan bayi ditempat yang
dingin atau terpapar langsung dengan udara sekitar. Ibu mengerti tentang penjelasan
V. Catatan perkembangan
DJB : 140x/m, S :
o
36,5 C, Rr
(pernafasan) : 45
x
/m. Ibu sudah
mengetahui
38
keadaan bayinya.
2. Mengajarkan dan
menjelaskan ibu
cara menyusui
1. Cuci tangan
dengan air
bersih yang
mengalir.
yang nyaman,
duduk sambil
bersandar, kaki
menggantung
3. Perah sedikit
ke puting dan
areola
sekitarnya.
Manfaatnya
adalah sebagai
desinfektan dan
39
menjaga
kelembaban
puting susu.
4. Posisikan bayi
dengan benar :
Bayi dipegang
dengan satu
lengan. Kepala
bayi diletakkan
dekat
lengkungan siku
ibu, bokong
bayi ditahan
dengan telapak
tangan ibu.
Perut bayi
menempel ke
tubuh ibu.
Mulut bayi
berada di depan
puting ibu.
Lengan yang di
bawah
40
merangkul
tubuh ibu,
jangan berada di
dan bayi.
Tangan yang di
atas boleh
dipegang ibu
atau diletakkan
Telinga dan
lengan yang di
atas berada
lurus.
5. Bibir bayi
dirangsang
dengan puting
membuka lebar,
kemudian
dengan cepat
kepala bayi
41
didekatkan ke
payudara ibu
dan putting
serta areola
dimasukkan ke
dalam mulut
bayi.
6. Cek apakah
perlekatan
sudah benar
Dagu menempel
ke payudara ibu.
Mulut terbuka
lebar.
Sebagian besar
areola terutama
yang berada di
bawah, masuk
ke dalam mulut
bayi.
Bibir bayi
terlipat keluar.
PEMBAHASAN
2020 pukul 16.30 WIB anak pertama dari Ny L. Riwayat antenatal care Ny L
pada pukul 16.30 wib, jenis persalinan spontan ditolong oleh bidan di RSU
Arosuka Solok. Lama persalinan di kala I selama 7 jam dan pada kala II 30 menit,
lingkar kepala 31 cm, lingkar dada 32 cm dengan nilai apgar score 8/9, tidak ada
caput succedaneum, tidak ada caput hematoma dan tidak ada cacat bawaan pada
by ny L. Keadaannya baik mempunyai reflek yang baik. Eliminasi bayi juga baik
yaitu pada 30 menit pertama bayi sudah dapat buang air kecil (BAK), pada 60
43
Rencana asuhan terhadap by.ny L yaitu beritahu ibu tentang hasil
pemberian imunisasi HB uniject pada bayi, anjurkan ibu untuk menyusui bayinya
secara on demand, anjurkan ibu untuk menyusui bayinya selama 6 bulan, jelaskan
pada ibu untuk menjaga personal hygiene pada bayi, jelaskan pada ibu untuk
perawatan tali pusat bayi secara terbuka, jelaskan pada ibu tanda bahaya pada
bayi, jelaskan pada ibu tanda-tanda infeksi pada tali pusat, beritahukan pada ibu
(neo K) pada bayi, memberitahukan pada ibu pemberian salep mata paada bayi,
menyusui bayinya selama 6 bulan, menjelaskan pada ibu untuk menjaga personal
hygiene pada bayi, menjelaskan pada ibu untuk perawatan tali pusat bayi secara
terbuka, menjelaskan pada ibu tanda bahaya pada bayi, menjelaskan tentang
Evaluasi dari asuhan kebidanan pada bayi baru lahir yaitu ibu mengerti
tentang hasil pemeriksaan, ibu mengerti tentang semua penjelasan bidan dan
44
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. By.Ny.L yang berjenis kelamin perempuan lahir pada tanggal 22 oktober 2020
pukul 16.30 WIB anak pertama dari Ny L. Tidak ada masalah dan komplikasi
selama hamil.
2. Jenis persalinan spontan ditolong oleh bidan di RSU Arosuka Solok. Lama
persalinan di kala I selama 7 jam dan pada kala II 30 menit, tidak ada komplikasi
3. By Ny L lahir dengan berat badan 2700 gram, panjang badan 48 cm, lingkar
kepala 31 cm, lingkar dada 32 cm dengan nilai apgar score 8/9. Semua keadaan
4. Asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir dapat dipahami dan ibu bersedia
untuk melakukannya.
B. SARAN
Diharapkan mahasiswa mampu meningkatkan keterampilan di bidang teori dan
menganalisa kasus-kasus yang ada di lapangan terhadap bayi baru lahir sehingga
45
dapat mendeteksi dini komplikasi-komplikasi yang akan terjadi pada bayi baru
lahir.
DAFTAR PUSTAKA
Azizah I dan Handayani OK. 2017. Kematian Neonatal di Kabupaten Grobogan. Higeia journal
46
Kemenkes. 2015. Kesehatan dalam Kerangka Sustainable Development Goals (SDGs). Jakarta:
Kemenkes RI.
Kemenkes RI.2016. Profil Data Kesehatan Indonesia tahun 2016 Pusat Data dan informasi
Kurniarum, Ari. 2016. Asuhan Kebidanan persalinan dan bayi baru lahir. Jakarta : Kemenkes
RI
Marmi dan Rahardjo. 2015. Asuhan neonatus, bayi, balita, dan anak prasekolah. yokyakarta:
pustaka pelajar
Mutmainnah, Annisa UI, dkk. 2017. Asuhan persalinan dan bayi baru lahir. Yogyakarta: ANDI
Setiyani, Astuti. 2016. Asuhan Kebidanan Neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah.
Kemenkes RI
Sondakh.2017. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Malang : Erlangga.
Tando, 2016. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Anak Balita. Jakarta: EGC
47