Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN NEONATOLOGY PADA BAYI

“NY L” DENGAN BAYI BARU LAHIR NORMAL DI RSU AROSUKA SOLOK

DOSEN PEMBIMBING

dr. Eny Yantri, Sp.A(K)

Hj. Erwani, SKM,M.Kes

OLEH :

IMELDA GANEZA

PROGRAM STUDI S2 ILMU KEBIDANAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG TAHUN 2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
kepada kita semua. Shalawat dan salam senantiasa kita haturkan kepada Nabi Muhammad
SAW yang telah membawa kita ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Alhamdulillah penulis telah dapat menyelesaikan makalah ini yang merupakan tugas dari
mata kuliah“Praktek Klinik Residensi ”.

Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada dosen pembimbing dr. Eny Yantri,
Sp.A (K) dan Hj. Erwani, SKM, M.Kes serta kepada semua pihak yang secara langsung atau
tidak langsung telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini, semoga Allah
senantiasa melimpahkan karunia-Nya kepada kita semua.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan dimasa yang
akan datang. Semoga makalah ini dapat berguna bagi kita semua, Amin.

Padang, Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................4
1.2 RumusanMasalah..............................................................................................................6
1.3 Tujuan...............................................................................................................................6
1.3.1 Tujuan Umum............................................................................................................6
1.3.2 Tujuan Khusus...........................................................................................................7
a. Mampu melakukan pengkajian dan pengumpulan data secara subjektif dan objektif pada

bayi baru lahir...........................................................................................................................7

b. Mampu menginterpretasikan data yang terkumpul baik dalam bentuk diagnosa serta masalah

dan kebutuhan terhadap bayi baru lahir....................................................................................7

c. Mampu mengidentifikasi masalah secara potensial.................................................................7


d. Mampu mengidentifikasi kebutuhan dan melakukan intervensi dan kolaborasi.....................7
e. Mampu membuat rencana, pelaksanaan dan evaluasi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir7
BAB II.............................................................................................................................................8
TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................................................8
2.1 Pengertian Bayi Baru Lahir....................................................................................................8
2.2 Perubahan Fisiologis Pada Bayi Baru Lahir.........................................................................9
2.2.1 Perubahan Sistem Pernafasan..........................................................................................9
2.2.2 Perubahan Pengaturan Suhu..........................................................................................15
2.2.3 Perubahan Metabolisme Glukosa..................................................................................17
2.2.4 Perubahan Sistem Gastrointestinal................................................................................19
2.2.5 Perubahan Sistem Kekebalan Tubuh/imun...................................................................19

ii
2.3 Penatalaksanaan Awal Bayi Segera Setelah Lahir..............................................................21
2.4 Adaptasi Bayi Baru Lahir....................................................................................................26
2.4.1 Pengertian adaptasi bayi baru lahir...............................................................................26
2.5 Konsep Dasar Pencegahan Infeksi Pada Bayi baru lahir.....................................................27
2.5.1 Pengertian Pencegahan Infeksi......................................................................................27
2.5.2 Prinsip Umum Pencegahan Infeksi...............................................................................27
2.5.3 Tindakan Umum Pencegahan Infeksi............................................................................28
2.5.4 Konsep Dasar Rawat Gabung........................................................................................29
BAB III..........................................................................................................................................33
TINJAUAN KASUS.....................................................................................................................34
BAB IV..........................................................................................................................................48
PEMBAHASAN............................................................................................................................48
BAB V...........................................................................................................................................50
PENUTUP.....................................................................................................................................50
A. KESIMPULAN...................................................................................................................50
B. SARAN...............................................................................................................................51
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................51

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500 - 4000 gram, cukup bulan, lahir

langsung menangis, dan tidak ada kelainan kongenital (cacat bawaan) yang berat. Pada waktu

kelahiran, sejumlah adaptasi psikologik mulai terjadi pada tubuh bayi baru lahir, karena

perubahan ini, bayi memerlukan pemantauan ketat untuk menentukan bagaimana membuat

suatu transisi yang baik terhadap kehidupannya diluar uterus. Bayi baru lahir juga

membutuhkan perawatan yang dapat meningkatkan kesempatan menjalani masa transisi

dengan berhasil. Adaptasi neonatal (bayi baru lahir) merupakan proses penyesuaian

fungsional neonatus dari kehidupan di dalam uterus ke kehidupan di luar uterus (Marmi dan

Raharjo, 2015).

Upaya kesehatan anak antara lain diharapkan mampu menurunkan angka kematian

anak. Indikator angka kematian yang berhubungan dengan anak yakni Angka Kematian

Neonatal (AKN) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Perhatian terhadap upaya penurunan

angka kematian neonatal (0-28 hari) menjadi penting karena kematian neonatal memberi

kontribusi terhadap 59% kematian bayi (Kemenkes RI, 2016).

Upaya kesehatan anak telah menunjukkan hasil yang baik terlihat dari angka

kematian anak dari tahun ke tahun yang menunjukkan penurunan. Hasil Survei Demografi

dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 menunjukkan AKN sebesar 15 per 1.000

kelahiran hidup, AKB 24 per 1.000 kelahiran hidup, dan AKABA 32 per 1.000 kelahiran

hidup. Angka Kematian Balita telah mencapai Target Pembangunan Berkelanjutan

1
(TPB/SDGs) 2030 yaitu sebesar 25/1.000 kelahiran hidup dan diharapkan AKN juga dapat

mencapai target yaitu 12/1.000 kelahiran hidup.(Profil kesehatan RI,2018)

Komplikasi Neonatal yang menjadi penyebab kematian terbanyak yaitu asfiksia, bayi

berat lahir rendah dan infeksi. Komplikasi ini sebenarnya dapat segera dicegah dan ditangani,

namun terkendala oleh akses ke pelayanan kesehatan, kemampuan tenaga kesehatan, keadaan

ekonomi, sistem rujukan yang belum berjalan dengan baik, terlambatnya deteksi dini, dan

kesadaran orangtua untuk mencari pertolongan (Kemenkes RI, 2015).

Neonatal dengan komplikasi adalah neonatal dengan penyakit dan atau kelainan yang

dapat menyebabkan kecacatan dan atau kematian, seperti asfiksia, ikterus, hipotermia,

tetanusneonatorum, infeksi/sepsis, trauma lahir, BBLR, sindroma gangguan pernafasan, dan

kelainan kongenital maupun yang termasuk klasifikasi kuning dan merah pada pemeriksaan

dengan manajemen terpadu bayi muda (MTBM). Komplikasi yang menjadi penyebab

kematian terbanyak pada bayi. Komplikasi ini sebetulnya dapat dicegah dan ditangani,

namun terkendala oleh akses ke pelayanan kesehatan, kemampuan tenaga cakupan target

kesehatan, keadaan sosial ekonomi, sistem rujukan yang belum berjalan dengan baik,

terlambatnya deteksi dini, dan kesadaran orang tua untuk mencari pertolongan kesehatan

(Kemenkes RI, 2016).

Selanjutnya untuk menurunkan AKB pemerintah juga mengupayakan agar setiap

persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih seperti Dokter Spesialis Kebidanan

dan Kandungan (SpOG), dokter umum dan bidan serta diupayakan agar proses pelayanan

dilakukan difasilitas pelayanan kesehatan (Kemenkes RI ,2015). Berbagai upaya telah

dilakukan untuk menurunkan angka kematian neonatal antara lain juga melalui penempatan

bidan di desa, strategi Making Pregnancy Safer, pelayanan kontrasepsi, pemberdayaan

keluarga dan masyarakat dengan menggunakan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (Buku KIA)

2
(Kemenkes, 2015). Upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengurangi AKB antara lain

seperti ; 1) Meningkatkan Pelayanan kesehatan Neonatal, yaitu dengan mengharuskan agar

setiap bayi baru lahir mendapatkan pelayanan Kunjungan Neonatal minimal 3 kali (KN1,

KN2 dan KN3) sesuai standar. 2). Penanganan neonatal dengan kelainan atau

komplikasi/kegawatdaruratan sesuai standar tenaga kesehatan yang mana pelayanannya antar

lain seperti Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM), Manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir,

Manajemen Bayi Berat Lahir Rendah (Kemenkes, 2015).

Berdasarkan latar belakang di atas, maka salah satu yang perlu dilakukan dengan

memberikan asuhan kebidanan untuk mencapai kompetensi. Salah satu persyaratan dalam

menyelesaikan program pembelajaran residensi adalah menyusun laporan kasus asuhan

kebidanan dalam pelayanan neonatal, oleh karena itu penulis memilih membuat laporan

kasus Bayi Baru Lahir Normal sebagai tugas residensi ini.

1.2 RumusanMasalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada kasus ini “bagaimana

memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir, bayi Ny L”

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mampu memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir sesuai standar

pelayanan kebidanan dengan menggunakan manajemen kebidanan SOAP dengan pola

piker varney yang tepat.

1.3.2 Tujuan Khusus

3
a. Mampu melakukan pengkajian dan pengumpulan data secara subjektif dan

objektif pada bayi baru lahir.

b. Mampu menginterpretasikan data yang terkumpul baik dalam bentuk diagnosa

serta masalah dan kebutuhan terhadap bayi baru lahir.

c. Mampu mengidentifikasi masalah secara potensial.

d. Mampu mengidentifikasi kebutuhan dan melakukan intervensi dan kolaborasi

e. Mampu membuat rencana, pelaksanaan dan evaluasi asuhan kebidanan pada

bayi baru lahir

BAB II

4
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Bayi Baru Lahir

Masa neonatal adalah bayi baru lahir yang berusia 0 sampai 28 hari, dimana pada

masa ini terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan di dalam rahim menjadi di luar

rahim.(Azizah I dan Handayani OK,2017).

Bayi baru lahir (Neonatus) adalah bayi yang baru lahir mengalami proses

kelahiran, berusia 0 - 28 hari, BBL memerlukan penyesuaian fisiologis berupa maturase,

adaptasi (menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstrauterin) dan

toleransi bagi Bayi Baru Lahir untuk dapat hidup dengan baik (Marmi dkk, 2015). Bayi baru

lahir normal adalah bayi yang baru lahir pada usia kehamilan 37-41 minggu, dengan

presentasi belakang kepala atau letak sungsang yang melewati vagina tanpa memakai alat.

(Tando, 2016).

Menurut Sarwono (2005) dalam buku Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi

Baru Lahir (Sondakh,2017) Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir cukup bulan, 38-42

minggu dengan berat badan sekitar 2500-3000 gram dan panjang badan sekitar 50-55 cm.

Ciri-ciri bayi normal adalah :

a. Berat badan 2.500-4.000 gram.

b. Panjang badan 48-52 cm.

c. Lingkar dada 30-38 cm.

d.Lingkar kepala 33-35 cm.

e. Frekuensi jantung 120-160 kali/menit.

5
f. Pernapasan ±40-60 kali/menit.

g.Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup.

h.Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala baisanya telah sempurna.

i. Kuku agak panjang dan lemas.

j. Genitalia: pada perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora, dan pada laki-

laki testis sudah turun dan skrotum sudah ada.

k. Refleks hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.

l. Refleks Morro atau gerak memeluk jika dikagetkan sudah baik.

m. Refleks grap atau menggenggam sudah baik.

n. Eliminasi baik, mekonium keluar dalam 24 jam pertama, mekonium berwarna hitam

kecoklatan (Tando,2016).

2.2 Perubahan Fisiologis Pada Bayi Baru Lahir

2.2.1 Perubahan Sistem Pernafasan

Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 detik pertama

sesudah lahir. Usaha bayi pertama kali untuk mempertahankan tekanan alveoli, selain

karena adanya surfaktan, juga karena adanya tarikan nafas dan pengeluaran nafas dengan

merintih sehingga udara bisa tertahan di dalam. Cara neonatus bernafas dengan cara

bernafas difragmatik dan abdominal, sedangkan untuk frekuensi dan dalamnya bernapas

belum teratur. Apabila surfaktan berkurang, maka alveoli akan kolaps dan paru-paru kaku,

sehingga terjadi atelektasis. Dalan kondisi seperti ini (anoksia), neonatus masih

mempertahankan hidupnya karena adanya kelanjutan metabolism anaerobik.

6
1. Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dengan:

a) Perkembangan paru-paru

Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx yang

bercabang dan kemudian bercabang kembali membentuk struktur percabangan

bronkus. Proses ini terus berlanjut sampai sekitar usia 8 tahun, sampai jumlah

bronkus dan alveolus akan sepenuhnya berkembang, walaupun janin

memperlihatkan adanya gerakan napas sepanjang trimester II dan III. Paru-paru

yang tidak matang akan mengurangi kelangsungan hidup BBL sebelum usia 24

minggu. Hal ini disebabkan karena keterbatasan permukaan alveolus,

ketidakmatangan sistem kapiler paru-paru dan tidak tercukupinya jumlah

surfaktan.

b) Awal timbulnya pernapasan

Faktor-faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi :

1. Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim

yang merangsang pusat pernafasan di otak.

2. Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru - paru selama

persalinan, yang merangsang masuknya udara ke dalam paru - paru secara

mekanis. Interaksi antara sistem pernapasan, kardiovaskuler dan susunan saraf

pusat menimbulkan pernapasan yang teratur dan berkesinambungan serta

denyut yang diperlukan untuk kehidupan.

3. Penimbunan karbondioksida (CO2).

Setelah bayi lahir, kadar CO2 meningkat dalam darah dan akan merangsang

pernafasan. Berkurangnya O2 akan mengurangi gerakan pernafasan janin, tetapi


7
sebaliknya kenaikan CO2 akan menambah frekuensi dan tingkat gerakan

pernapasan janin.

4. Perubahan suhu.

Keadaan dingin akan merangsang pernapasan.

Interaksi antara sistem pernapasan, kardiovaskuler dan susunan saraf pusat

menimbulkan pernapasan yang teratur dan berkesinambungan serta denyut yang

diperlukan untuk kehidupan. Jadi sistem-sistem harus berfungsi secara normal.

2. Perubahan Sistem Pernafasan Yang Terjadi Saat Bayi Lahir

a. Saat cukup bulan, terdapat cairan dalam paru-paru bayi. Pada persalinan, bayi

melalui jalan lahir yang menyebabkan 1/3 cairan terperas keluar dari paru-paru.

b. Pada beberapa kali tarikan nafas pertama setelah lahir, udara ruangan memenuhi

trakea dan bronkus bayi baru lahir. Sisa cairan di dalam paru-paru dikeluarkan dan

diserap oleh pembuluh limfe dan darah. Semua alveol akan berkembang terisi udara

dan pernapasan bayi tergantung sepenuhnya pada paru-parunya sendiri.

Dari cairan menuju udara

Bayi cukup bulan, mempunyai cairan di dalam paru-parunya. Pada saat bayi

melalui jalan lahir selama persalinan, sekitar sepertiga cairan ini diperas keluar dari

paru-paru. Seorang bayi yang dilahirkan melalui seksio sesaria kehilangan keuntungan

dari kompresi rongga dada ini dan dapat menderita paru-paru basah dalam jangka

waktu lebih lama. Dengan beberapa kali tarikan napas pertama, udara memenuhi

ruangan trakea dan bronkus bayi baru lahir. Dengan sisa cairan di dalam paru-paru

8
dikeluarkan dari paru dan diserap oleh pembuluh limfe dan darah. Semua alveolus

paru-paru akan berkembang terisi udara sesuai dengan perjalanan waktu.

3. Fungsi sistem pernapasan dan kaitannya dengan fungsi kardiovaskuler

Denyut jantung janin (DJJ) diatur oleh pengaruh divisi simpatis dan

parasimpatis sistem saraf otonom dan kemoreseptor serta baroresptor. Rentang normal

DJJ adalah 120 -160 kali permenit. Irama DJJ cukup stabil dan fluktuasi beragam

antara 5 sampai 10 menit per menit. Perubahan antar denyut (keragaman jangka

pendek) diperantai oleh refleks vagal (sistem saraf parasimpatis). Apabila refleks vagal

distimulasi, DJJ menurun. Apabila sistem saraf simpatis distimulusasi, DJJ meningkat.

Sistem saraf otonom menerima informasi mengenai status oksigen dari kemoreseptor

(sel saraf sensori) dalam lengkung aorta, badan carotid dan otak yang dapat memicu

sistem saraf simpatis untuk meningkatkan DJJ guna meningkatkan perfusi pada area

yang terkait. Baroreseptor (ujung saraf yang sensitif) terhadap tekanan dalam dinding

arteri carotid internal dan eksternal) memberikan input mengenai tekanan darah.

Peningkatan tekanan darah baroreseptor memberi tanda kepada sistem saraf

parasimpatis untuk menurunkan curah jantung dan tekanan darah secara cepat,

sehingga memperlambat DJJ. Selama kontraksi uterus, DJJ biasanya tidak berubah

secara bermakna jika fungsi placenta adekuat. Aliran darah ke ruang intervilli berhenti

ketika ketegangan uterus mencapai 50 mm Hg. Janin yang sehat mampu bergantung

pada cadangan oksigen di dalam ruang intervilli dalam kondisi normal. DJJ dapat

turun selama kontraksi jika terdapat kompresi tali pusat, peregangan atau tekanan pada

kepala janin (menyebabkan stimulasi saraf vagus dan menurunkan aliran darah). Jika

fungsi uteroplasenta tidak adekuat, DJJ dapat turun sesudah awal kontraksi dan tidak

kembali ke garis dasar sampai setelah kontraksi selesai (deselerasi lambat). Hipoksia

9
ringan menyebabkan peningkatan DJJ, namun hipoksia yang parah menyebabkan

penurunan DJJ. Oksigenasi yang memadai merupakan faktor yang sangat penting

dalam mempertahankan kecukupan pertukaran udara. Jika terdapat hipoksia, pembuluh

darah paru-paru akan mengalami vasokonstriksi. Pengerutan pembuluh ini berarti

tidak ada pembuluh darah yang terbuka guna menerima oksigen yang berada dalam

alveoli, sehingga menyebabkan penurunan oksigenasi jaringan, yang akan

memperburuk hipoksia. Peningkatan aliran darah paru-paru akan memperlancar

pertukaran gas dalam alveolus dan menghilangkan cairan paru-paru. Peningkatan

aliran darah ke paru-paru akan mendorong terjadinya peningkatan sirkulasi limfe dan

membantu menghilangkan cairan paru-paru dan merangsang perubahan sirkulasi janin

menjadi sirkulasi luar rahim.

4. Perubahan pada sistem peredaran darah Setelah lahir

Darah bayi harus melewati paru untuk mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi

melalui tubuh guna mengantarkan oksigen ke jaringan.

Ada 2 perubahan besar yang harus terjadi dalam sistem sirkulasi:

a. Penutupan foramen ovale atrium jantung

1) Saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh sistemik meningkat dan tekanan

atrium kanan menurun. Hal ini membantu darah dengan kandungan oksigen

sedikit mengalir ke paru-paru untuk proses oksigenisasi ulang

2) Pernafasan pertama, resistensi pembuluh turun, tekanan atrium kanan naik.

Oksigen mengalir ke dalam paru, dan menurunkan tekanan atrium kiri.

Akibatnya foramen ovale menutup secara fungsional.

b. Penutupan duktus arteriosus antara arteri paru-paru dan aorta

10
1) Dengan adanya pernafasan, kadar oksigen darah meningkat, sehingga duktus

arteriosus mengalami kontriksi dan menutup

2) Selanjutnya sistem sirkulasi bayi dapat menjalankan fungsinya sendiri.

Dua peristiwa penting yang mengubah tekanan dalam sistem pembuluh

darah:

a. Pada saat tali pusat dipotong,

Resistensi pembuluh sistemik meningkat dan tekanan atrium kanan menurun.

Tekanan atrium kanan menurun karena berkurangnya aliran darah ke atrium

kanan tersebut. Hal ini menyebabkan penurunan volume dan tekanan atrium

kanan itu sendiri. Kedua kejadian ini membantu darah dengan kandungan

oksigen sedikit mengalir ke paru paru untuk menjalani proses oksigenasi ulang.

b. Pernafasan pertama menurunkan resistensi pembuluh darah paru-paru dan

meningkatkan tekanan atrium kanan. Oksigen pada pernafasan pertama ini

menimbulkan relaksasi dan terbukanya sistem pembuluh darah paru-paru

(menurunkan resistensi pembuluh darah paru paru). Peningkatan sirkulasi ke

paru paru mengakibatkan peningkatan volume darah dan tekanan atrium kanan.

Dengan peningkatan tekanan atrium kanan ini dan penurunan tekanan pada

atrium kiri, foramen ovale secara fungsional akan menutup.

2.2.2 Perubahan Pengaturan Suhu

Suhu tubuh bayi baru lahir harus dipertahankan antara 36,5 o C dan 37 o C.

1. Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya.

Suhu dikendalikan dari pusat penurun panas dan pusat peningkatan panas di

hipotalamus, area otak di dekat kelenjar hipofisis, sehingga bayi akan

11
mengalami stress dengan adanya perubahan-perubahan lingkungan. Pada saat

bayi meninggalkan lingkungan dari dalam rahim ibu ke lingkungan luar yang

suhunya lebih tinggi. Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat

kulit, pada lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tanpa mekanisme

menggigil merupakan usaha utama seorang bayi untuk mendapatkan kembali

panas tubuhnya.

2. Pembentukan suhu pada bayi baru lahir tanpa disertai menggigil adalah

merupakan hasil penggunaan lemak coklat untuk produksi panas.

3. Timbunan lemak coklat terdapat di seluruh tubuh dan mampu meningkatkan

panas tubuh sampai 100%.

4. Untuk membakar lemak coklat, sering bayi harus menggunakan glukosa guna

mendapatkan energi yang akan mengubah lemak menjadi panas.

5. Lemak coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh seorang Bayi Baru Lahir.

a. Lemak coklat ditemukan di sekitar leher dan antara skapula, melintasi garis

klavikula dan sternum.

b. Lemak coklat juga mengelilingi pembuluh darah torax mayor dan bantalan

ginjal.

c. Sel-sel mengandung nukleus, glikogen, mitokondria (yang melepas energi)

dan vakuola lemak multiple di dalam sitoplasma (suatu sumber energi)

d. Cadangan lemak coklat ini akan habis dalam waktu singkat dengan adanya

stress dingin. Semakin lama usia kehamilan semakin banyak persediaan

lemak coklat bayi.

6. Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami hipoglikemia, hipoksia

dan asidosis. Sehingga upaya pencegahan kehilangan panas merupakan prioritas

12
utama dan bidan berkewajiban untuk meminimalkan kehilangan panas pada

Bayi Baru Lahir.

Bayi baru lahir memiliki kemampuan terbatas untuk berkeringat dan menggigil.

Termogenesis non menggigil (non shivering thermogenesis, NST) digunakan oleh bayi

baru lahir untuk tetap hangat, dan dimulai dengan:

1. Oksigenasi

2. Pelepasan dari plasenta , memotong tali pusat memaksimalkan NST

3.Pendinginan kutaneus: reseptor dingin di kulit menstimulasi pelepasan

noradrenalin dan tiroksin yang menstimulasi lemak coklat

Perawatan bayi saat lahir :

1) Suhu minimal janin satu derajat lebih tinggi dibandingkan suhu ibu karena pertukaran

panas melalui plasenta.

2) Penurunan suhu lingkungan saat kelahiran bayi terlahir dengan kondisi basah

dilahirkan ke lingkungan yang dingin

3) Bayi cukup bulan yang sehat akan berespon dengan meningkatkan produksi panas.

4) Mengeringkan dan membedong bayi dengan handuk hangat akan mempertahankan

suhu tubuh bayi.

5) Perawatan Kanguru membantu mempertahankan bayi tetap hangat. Menempatkan

bayi kontak langsung ke dada ibu menstimulasi ibu untuk mengubah suhu tubuhnya

untuk memenuhi kebutuhan bayi.

13
2.2.3 Perubahan Metabolisme Glukosa

1. Selama dalam kandungan kebutuhan glukosa bayi dipenuhi oleh ibu.

Saat bayi lahir dan tali pusat dipotong, bayi harus mempertahankan kadar

glukosanya sendiri.

2. Kadar glukosa bayi akan turun dengan cepat (1-2 jam pertama kelahiran) yang

sebagian digunakan untuk menghasilkan panas dan mencegah hipotermia.

3. Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Dengan

tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir seorang bayi harus mulai

mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri. Pada setiap bayi baru lahir, glukosa

darah akan turun dalam waktu cepat (1 sampai 2 jam).

4. Jika cadangan glukosa tubuh habis digunakan, sementara bayi tidak mendapat asupan

dari luar, beresiko terjadinya hipoglisemia dengan gejala kejang, sianosis, apnoe,

tangis lemah, letargi dan menolak makan. Akibat jangka panjang dapat merusak sel-

sel otak

5. Pencegahan Penurunan Kadar Glukosa Darah:

a. Melalui penggunaan ASI

b. Melalui penggunaan cadangan glikogen (glikogenolisis)

c. Melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak (glikoneogenesis):

1) Bayi Baru Lahir yang tidak mampu mencerna makanan dengan jumlah yang

cukup, akan membuat glukosa dari glikogen (glikogenisasi).

2) Hal ini hanya terjadi jika bayi mempunyai persediaan glikogen yang cukup.

14
3) Bayi yang sehat akan menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen terutama di hati,

selama bulan-bulan terakhir dalam rahim.

4) Bayi yang mengalami hipotermia, pada saat lahir yang mengakibatkan hipoksia

akan menggunakan cadangan glikogen dalam jam-jam pertama kelahiran.

5) Keseimbangan glukosa tidak sepenuhnya tercapai dalam 3-4 jam pertama kelahiran

pada bayi cukup bulan.

6) Jika semua persediaan glikogen digunakan pada jam pertama, maka otak dalam

keadaan berisiko.

7) Bayi yang lahir kurang bulan (prematur), lewat bulan (post matur), bayi yang

mengalami hambatan pertumbuhan dalam rahim dan stres janin merupakan risiko

utama, karena simpanan energi berkurang (digunakan sebelum lahir)

8) Gejala hipoglikemi dapat tidak jelas dan tidak khas meliputi : kejang-kejang halus,

sianosis, apneu, tangis lemah, letargi, lunglai dan menolak makanan. Hipoglikemi

juga dapat tanpa gejala pada awalnya. Akibat jangka panjang hipoglikemi adalah

kerusakan yang meluas di seluruh di sel-sel otak.

2.2.4 Perubahan Sistem Gastrointestinal

1. Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai menghisap dan menelan.

2. Reflek gumoh dan reflek batuk yang matang sudah terbentuk baik pada saat lahir.

3. Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan mencerna makanan

(selain susu) masih terbatas.

4. Hubungan antara esofagus bawah dan lambung masih belum sempurna yang

mengakibatkan “gumoh” pada bayi baru lahir dan neonatus

15
5. Kapasitas lambung masih terbatas kurang dari 30 cc untuk bayi baru lahir cukup

bulan.

6. Kapasitas lambung ini akan bertambah secara lambat bersamaan dengan tumbuhnya

bayi baru lahir.

7. Pengaturan makanan yang diatur bayi sendiri penting, contohnya memberi ASI on

demand.

2.2.5 Perubahan Sistem Kekebalan Tubuh/imun

Pada kehamilan 8 minggu telah ditemukan limfosit, dengan tuanya kehamilan

maka limfosit juga banyak di temukan dalam ferifer dan terdapat pula limfe. Sel-sel

limfoid membentuk molekul immunoglobulin gamma G yang merupakan gabungan

immunoglobulin gamma A dan gamma M. Gamma G dibentuk paling banyak setelah 2

bulan bayi dilahirkan. Gamma G globulin janin di dapat dari ibu melalui plasenta. Bila

terjadi infeksi maka janin mengadakan reaksi dengan plasmasitosis, penambahan

penambahan folikel limfoid dan sintesis gamma M immunoglobulin. Gamma A

immunoglobulin telah dapat dibentuk pada kehamilan 2 bulan dan banyak ditemukan

segera setelah lahir, khususnya sekret dari traktus digestifus, respiratorus, kelenjar ludah,

pancreas dan traktus urogenital.

Gamma M immunoglobulin meningkat segera setelah bayi dilahirkan setara

dengan keadaan flora normal dalam saluran pencernaan. Akan tetapi bayi hanya

dilindungi oleh Gamma G immunoglobulin dari ibu dan terbatas kadarnya juga

kurangnya Gamma A immunoglobulin yang menyebabkan neonatus berkemungkinan

besar rentan infeksi dan sepsis. Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang,

16
sehingga menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem

imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami maupun yang di dapat.

Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang mencegah atau

meminimalkan infeksi.

Berikut beberapa contoh kekebalan alami:

1. Perlindungan oleh kulit membran mukosa

2. Fungsi saringan saluran napas

3. Pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus

4. Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung

Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel yaitu oleh sel darah yang

membantu Bayi Baru Lahir membunuh mikroorganisme asing. Tetapi pada Bayi Baru

Lahir se-sel darah ini masih belum matang, artinya BBL tersebut belum mampu

melokalisasi dan memerangi infeksi secara efisien. Kekebalan yang didapat akan muncul

kemudian. BBL dengan kekebalan pasif mengandung banyak virus dalam tubuh ibunya.

Reaksi antibodi keseluruhan terhadap antigen asing masih belum dapat dilakukan sampai

awal kehidupan anak. Salah satu tugas utama selama masa bayi dan balita adalah

pembentukan sistem kekebalan tubuh. Bayi memiliki imunoglobulin waktu lahir, namun

keberadaannya dalam rahim terlindung membatasi kebutuhan untuk bereaksi pada

kekebalan terhadap antigen tertentu. Ada tiga macam imunoglobulin (Ig) atau antibodi

(huruf menunjukan masing-masing golongan ),yaitu IgG, IgA, dan IgM. Hanya IgG yang

cukup kecil melewati pembatas plasenta , IgG merupakan golongan antibodi yang sangat

penting dan kira-kira 75% dari seluruh antibodi. IgG mempunyai kekebalan terhadap

infeksi kuman virus tertentu. Pada waktu lahir, tingkat IgG bayi sama dengan atau sedikit

lebih banyak daripada ibu. Tingkat Ig ini memberikan kekebalan pasif selama beberapa

17
bulan kehidupan. IgM dan IgA tidak melintasi pembatas plasenta, namun dibuat oleh

janin. Tingkat IgM pada periode kehamilan besarnya 20% dari IgM orang biasa dan

diperlukan waktu 2 tahun untuk dapat menyamai tingkat orang dewasa. Tingkat IgM

yang relatif rendah membuat bayi rentan terkena infeksi. IgM juga penting sebab

sebagian besar antibodi yang terbentuk pada sewaktu terjadi respons primer adalah

golongan ini. Tingkat IgA sangat rendah dan diproduksi dalam waktu yang lama

walaupun tingkat salive sekresi mencapai tingkat orang dewasa dalam kurun waktu 2

bulan. IgA melindungi dari infeksi saluran pernafasan, saluran usus lambung, dan mata.

Sedangkan imunoglobulin jenis lainnya, yaitu IgD dan IgE, tidak begitu berkembang

pada masa awal bayi/neonates.(Kurniarum.A, 2016).

2.3 Penatalaksanaan Awal Bayi Segera Setelah Lahir

Pengkajian pada bayi baru lahir dapat dilakukan segera setelah lahir, yaitu untuk

mengkaji penyesuaian bayi dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterine. Selanjutnya

dilakukan pemeriksaan fisik secara lengkap untuk mengetahui normalitas dan mendeteksi

adanya penyimpangan.

1. Pengkajian Bayi Baru Lahir

Penilaian Awal

Nilai kondisi bayi :

a) Apakah bayi menangis kuat/bernafas tanpa kesulitan?

b) Apakah beyi bergerak dengan aktif/ lemas?

c) Apakah warna kulit bayi merah muda, pucat/biru?

Apgar Score

18
Merupakan alat untuk mengkaji kondisi bayi sesaat setelah lahir, meliputi lima

variable (pernafasan, frekuensi jantung, warna, tonus otot dan iritabilitas reflek) dan

ditemukan oleh Dr. Virginia Apgar (1950).

Dilakukan pada 1 menit kelahiran (member kesempatan pada bayi untuk memulai

perubahan). Pada menit ke 5 dan menit ke 10, penilaian dapat dilakukan lebih sering,

jika ada nilai yang rendah dan perlu tindakan resusitasi. Penilaian menit ke 10

memberikan indikasi morbiditas pada masa mendatang, nilai rendah berhunungan

dengan kondisi neurologis. (Mutmainah, A,2017)

2. Asuhan Segera Bayi Baru lahir

Asuhan ini adalah asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir selama satu jam

pertama setelah kelahiran. Sebagian besar BBL akan menunjukkan usaha pernapasan

spontan dengan sedikit bantuan/gangguan. Oleh karena itu, penting untuk diperhatikan

dalam memberikan asuhan segera, yaitu jaga bayi tetap kering dan hangat, lakukan

kontak antara kulit bayi dengan kulit ibu sesegera mungkin. (Mutmainah, A,2017)

1. Menjaga bayi agar tetap hangat.

Langkah awal dalam menjaga bayi tetap hangat adalah dengan menyelimuti bayi

sesegera mungkin sesudah lahir, tunda memandikan bayi selama 6 jam atau sampai

bayi stabil untuk mencegah hipotermi.

2. Membersihkan saluran nafas dengan menghisap lendir yang ada di mulut dan hidung

(jika diperlukan). Tindakan ini juga dilakukan sekaligus dengan penilaian APGAR

skor menit pertama. Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir.

Apabila bayi tidak langsung menangis, jalan napas segera dibersihkan.

3. Mengeringkan tubuh bayi dari cairan ketuban dengan menggunakan kain atau

handuk yang kering, bersih dan halus. Dikeringkan mulai dari muka, kepala dan

19
bagian tubuh lainnya dengan lembut tanpa menghilangkan verniks. Verniks akan

membantu menyamankan dan menghangatkan bayi. Setelah dikeringkan, selimuti

bayi dengan kain kering untuk menunggu 2 menit sebelum tali pusat diklem, Hindari

mengeringkan punggung tangan bayi. Bau cairan amnion pada tangan bayi

membantu bayi mencari putting ibunya yang berbau sama.

4. Memotong dan mengikat tali pusat dengan teknik aseptik dan antiseptik. Tindakan

ini dilakukan untuk menilai APGAR skor menit kelima.

Cara pemotongan dan pengikatan tali pusat adalah sebagai berikut :

a. Klem, potong dan ikat tali pusat dua menit pasca bayi lahir. Penyuntikan oksitosin

dilakukan pada ibu sebelum tali pusat dipotong (oksitosin IU intramuscular)

b. Melakukan penjepitan ke-I tali pusat dengan klem logam DTT 3 cm dari dinding

perut (pangkal pusat) bayi, dari titik jepitan tekan tali pusat dengan dua jari

kemudian dorong isi tali pusat ke arah ibu (agar darah tidak terpancar pada saat

dilakukan pemotongan tali pusat). Lakukan penjepitan ke-2 dengan jarak 2 cm dari

tempat jepitan ke-1 ke arah ibu.

c. Pegang tali pusat diantara kedua klem tersebut, satu tangan menjadi landasan tali

pusat sambil melindungi bayi, tangan yang lain memotong tali pusat diantara

kedua klem tersebut dengan menggunakan gunting DTT (steril)

d. Mengikat tali pusat dengan benang DTT pada satu sisi, kemudian lingkarkan

kembali benang tersebut dan ikat dengan simpul kunci pada sisi lainnya.

e. Melepaskan klem penjepit tali pusat dan masukkan ke dalam larutan klorin 0,5% f.

Meletakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk upaya inisisasi menyusui dini.

5. Melakukan IMD, dimulai sedini mungkin, eksklusif selama 6 bulan dilanjutkan

sampai 2 tahun dengan makanan pendamping ASI sejak usia 6 bulan. Pemberian

20
ASI pertama kali dapat dilakukan setelah mengikat tali pusat. Langkah IMD pada

bayi baru lahir adalah lakukan kontak kulit ibu dengan kulit bayi selama paling

sedikit satu jam dan biarkan bayi mencari dan menemukan putting dan mulai

menyusui.

Berdasarkan jurnal, Sharma IK, 2016, Early initiation of breastfeeding: a

systematic literature review of factors and barriers in South Asia menyatakan

bahwa inisiasi menyusui dini, dalam 1 jam setelah lahir, mengacu pada rekomendasi

praktik terbaik oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Di negara tertentu,

memulai dalam 1 jam mengurangi kematian sebesar 19% di Nepal dan 22% di

Ghana. Bukti, diambil dari meta-analisis dan lebih dari 63 negara berkembang,

menunjukkan bahwa inisiasi menyusui dini mencegah infeksi bayi baru lahir,

mencegah kematian bayi baru lahir karena sepsis, pneumonia, diare dan hipotermia,

dan memfasilitasi pemberian ASI berkelanjutan. Di Asia Selatan, hanya 41% bayi

baru lahir yang disusui dalam waktu 1 jam setelah lahir. Beberapa negara Asia

Selatan memiliki beberapa praktik inisiasi menyusui dini terburuk di dunia, di

Pakistan, India, Bangladesh dan Nepal masing-masing hanya 29, 41, 47 dan 45% .

(Sharma IK, 2016).

6. Memberikan identitas diri segera setelah IMD, berupa gelang pengenal tersebut

berisi identitas nama ibu dan ayah, tanggal, jam lahir, dan jenis kelamin.

7. Memberikan suntikan Vitamin K1. Karena sistem pembekuan darah pada bayi baru

lahir belum sempurna, semua bayi baru lahir beresiko mengalami perdarahan. Untuk

mencegah terjadinya perdarahan pada semua bayi baru lahir, terutama bayi BBLR

diberikan suntikan vitamin K1 (phytomenadione)/neo K sebanyak 0,5 mg dosis

21
tunggal, intra muscular pada anterolateral paha kiri. Suntikan vit K1 dilakukan

setelah proses IMD dan sebelum pemberian imunisasi Hepatitis B.

Berdasarkan jurnal, Lippi,Giuseppe,2011,Vitamin K in neonates: facts and

myths mengatakan bahwa defisiensi vitamin K jauh lebih sering terjadi pada

neonatus, karena defisiensi endogen dan eksogen. Sumber utama vitamin K eksogen

pada neonatus, yang hampir seluruhnya adalah susu, tidak dapat mengimbangi

produksi endogen yang kurang memadai, karena ASI mengandung antara 1 dan 4 µg

/ L vitamin K1 (dan konsentrasi vitamin K2 yang jauh lebih rendah).(Lippi G, 2011).

Berdasarkan jurnal, Cerrato Simone,2019, Vitamin K deficiency bleeding in an

apparently healthy newborn infant: the compelling need for evidence-based

recommendation menyatakan bahwa Vitamin K adalah kofaktor penting dari

sintesis, beberapa faktor koagulasi (II, VII, IX dan X) dan protein antikoagulan (C

dan S). Kekurangan vitamin K menyebabkan produksi faktor undercarboxylated,

tidak dapat mengikat kalsium sehingga menjadi aktif.(Cerrato S,2019).

8. Memberi salep mata antibiotik pada kedua mata untuk mencegah terjadinya infeksi

pada mata. Salep ini sebaiknya diberikan 1 jam setelah lahir.

Berdasarkan jurnal,

9. Menberikan imunisasi Hepatitis B pertama (HB-O) diberikan 1-2 jam setelah

pemberian vitamin K1 secara intramuscular. Imunisasi Hepatitis B bermanfaat untuk

mencegah infeksi Hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu-bayi.

Imunisasi Hepatitis B harus diberikan pada bayi usia 24 jam setelah lahir.

Berdasarkan jurnal, Mahmud PB, 2017, Determinant of Timely First-shot

Hepatitis B Immunization in East Lombok, West Nusa Tenggara, Indonesia

menyatakan bahwa salah satu program preventif yang berprestasi tinggi dalam

22
mengurangi kejadian Hepatitis B adalah imunisasi rutin dengan vaksin hepatitis B

dalam waktu 24 jam setelah lahir, Pemberian imunisasi Hepatitis B suntikan pertama

tepat waktu merupakan cara yang penting untuk melindungi penularan infeksi

hepatitis B dari ibu ke anak.

10. Melakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir untuk mengetahui apakah terdapat

kelainan yang perlu mendapat tindakan segera serta kelainan yang berhubungan

dengan kehamilan, persalinan dan kelahiran. Memeriksa secara sistematis head to

toe (dari kepala hingga jari kaki). Diantaranya :

a. Kepala: pemeriksaan terhadap ukuran, bentuk, sutura menutup/melebar adanya

caput succedaneum, cepal hepatoma.

b. Mata: pemeriksaan terhadap perdarahan, subkonjungtiva, dan tanda-tanda

infeksi.

c. Hidung dan mulut: pemeriksaan terhadap labioskizis, labiopalatoskisis dan

reflex hisap

d. Telinga: pemeriksaan terhadap kelainan daun telinga dan bentuk telinga.

e. Leher: perubahan terhadap serumen atau simetris.

f. Dada: pemeriksaan terhadap bentuk, pernapasan dan ada tidaknya retraksi

g. Abdomen: pemeriksaan terhadap membuncit (pembesaran hati, limpa, tumor).

h.Tali pusat: pemeriksaan terhadap perdarahan jumlah darah pada tali pusat,

warna dan besar tali pusat, hernia di tali pusat atau selangkangan.

i. Alat kelamin: untuk laki-laki, apakah testis berada dalam skrotum, penis

berlubang pada ujung, pada wanita vagina berlubang dan apakah labia mayora

menutupi labio minora.

j. Anus: tidak terdapat atresia ani

23
k. Ekstremitas: tidak terdapat polidaktili dan sindaktili.(Sondakh,2017).

2.4 Adaptasi Bayi Baru Lahir

2.4.1 Pengertian adaptasi bayi baru lahir

Adalah periode adaptasi terhadap kehidupan keluar rahim. Periode ini

dapat berlangsung hingga satu bulan atau lebih setelah kelahiran untuk beberapa

sistem tubuh bayi. Transisi paling nyata dan cepat terjadi pada sistem pernapasan

dan sirkulasi, system kemampuan mengatur suhu, dalam kemampuan mengambil

dan menggunakan glukosa.

2.4.2 Faktor yang mempengaruhi adaptasi bayi baru lahir

Faktor-faktor yang mempengaruhi adaptasi bayi baru lahir :

1. Riwayat antepartum ibu dan bayi baru lahir misalnya terpapar zat toksik, sikap ibu

terhadap kehamilannya dan pengalaman pengasuhan bayi.

2. Riwayat intrapartum ibu dan bayi baru lahir, misalnya lama persalinan, tipe

analgesik atau anestesi intrapartum.

3. Kapasitas fisiologis bayi baru lahir untuk melakukan transisi dari kehidupan

intrauterin ke kehidupan ekstrauterin. Kemampuan petugas kesehatan dalam

mengkaji dan merespon masalah dengan tepat pada saat terjadi.

2.5 Konsep Dasar Pencegahan Infeksi Pada Bayi baru lahir

2.5.1 Pengertian Pencegahan Infeksi

Pencegahan infeksi merupakan penatalaksanaan awal yang harus

dilakukan pada bayi baru lahir karena bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi.

24
Pada saat penanganan bayi baru lahir, pastikan penolong untuk melakukan tindakan

pencegahan infeksi.

2.5.2 Prinsip Umum Pencegahan Infeksi

Dengan mengamati praktik pencegahan infeksi di bawah akan melindungi

bayi, ibu dan pemberi perawatan kesehatan dari infeksi. Hal itu juga akan membantu

mencegah penyebaran infeksi :

1) Berikan perawatan rutin kepada bayi baru lahir

2) Pertimbangkan setiap orang (termasuk bayi dan staf) berpotensi menularkan

infeksi

3) Cuci tangan atau gunakan pembersih tangan

4) Pakai –pakaian pelindung dan sarung tangan.

5) Gunakan teknik aseptik.

6) Pegang instrumen tajam dengan hati – hati dan bersihkan, jika perlu sterilkan atau

desinfeksi instrumen dan peralatan.

7) Bersihkan unit perawatan khusus bayi baru lahir secara rutin dan buang sampah.

8) Pisahkan bayi yang menderita infeksi untuk mencegah infeksi nosokomial.

2.5.3 Tindakan Umum Pencegahan Infeksi

1. Tindakan pencegahan pada bayi baru lahir, adalah sebagai berikut :

1) Mencuci tangan secara seksama sebelum dan setelah melakukan kontak

dengan bayi.

25
2) Memakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum

dimandikan.

3) Memastikan semua peralatan, termasuk klem gunting dan benang tali pusat

telah didesinfeksi tingkat tinggi atau steril. Jika menggunakan bola karet

penghisap, pakai yang bersih dan baru. Jangan pernah menggunakan bola

karet penghisap untuk lebih dari satu bayi.

4) Memastikan bahwa semua pakaian, handuk, selimut serta kain yang

digunakan untuk bayi, telah dalam keadaan bersih.

5) Memastikan bahwa timbangan, pita pengukur, termometer, stetoskop, dan

bendabenda lainnya yang akan bersentuhan dengan bayi dalam keadaan

bersih (dekontaminasi dan cuci setiap kali setelah digunakan)

6) Menganjurkan ibu menjaga kebersihan diri, terutama payudaranya dengan

mandi setiap hari (putting susu tidak boleh disabun).

7) Membersihkan muka, pantat dan tali pusat bayi baru lahir dengan air bersih,

hangat dan sabun setiap hari.

8) Menjaga bayi dari orang-orang yang menderita infeksi dan memastikan

orang yang memegang bayi sudah cuci tangan sebelumnya.

2.5.4 Konsep Dasar Rawat Gabung

2.5.4.1 Pengertian Rawat Gabung

Rawat gabung adalah suatu sistem perawatan ibu dan anak

bersama-sama pada tempat yang berdekatan sehingga memungkinkan

sewaktu-waktu, setiap saat ibu dapat menyusui anaknya. Rawat gabung

adalah satu cara perawatan dimana ibu dan bayi yang baru dilahirkan tidak

26
dipisahkan, melainkan ditempatkan dalam sebuah ruangan, kamar atau

tempat bersama-sama selama 24 jam penuh seharinya, hal ini merupakan

waktu yang baik bagi ibu dan bayi saling berhubungan dan dapat

memberikan kesempatan bagi keduanya untuk pemberian ASI.

2.5.4.2 Jenis Rawat Gabung

Jenis Rawat Gabung adalah :

1) Rawat Gabung continue : bayi tetap berada disamping ibu selama 24 jam.

2) Rawat Gabung Parsial : ibu dan bayi bersama-sama hanya dalam

beberapa jam seharinya. Misalnya pagi bersama ibu sementara malam

hari di rawat di kamar bayi.

2.5.4.3 Tujuan Rawat Gabung

1. Memberikan bantuan emosional :

1) Ibu dapat memberikan kasih saying sepenuhnya pada bayi.

2) Memberikan kesempatan pada ibu dan keluarga untuk mendapatkan

pengalaman dalam merawat bayi.

2. Penggunaan ASI :

1) Agar bayi dapat sesegera mungkin mendapat colostrom/ASI

2) Produksi ASI akan semakin banyak jika diberikan sesering mungkin.

3. Pencegahan infeksi

1) Mencegah terjadinya infeksi silang

4. Pendidikan kesehatan

1) Dapat dimanfaatkan untuk pendidikan kesehatan pada ibu.


27
5. Memberikan stimulasi mental dini tumbuh kembang pada bayi.

2.5.4.4 Manfaat Rawat Gabung

1. Bagi Ibu

a. Aspek psikologi

1) Antara ibu dan bayi akan segera terjalin proses lekat (early infant

mother bonding) dan lebih akrab akibat sentuhan badan antara ibu

dan bayi.

2) Dapat memberikan kesempatan pada ibu untuk belajar merawat

bayinya.

3) Memberikan rasa percaya kepada ibu untuk merawat bayinya. Ibu

dapat memberikan ASI kapan saja bayi membutuhkan, sehingga

akan memberikan rasa kepuasan pada ibu bahwa ia dapat berfungsi

dengan baik sebagaimana seorang ibu memenuhi kebutuhan nutrisi

bagi bayinya. Ibu juga akan merasa sangat dibutuhkan oleh bayinya

dan tidak dapat digantikan oleh orang lain. Hal ini akan

memperlancar produksi ASI.

b. Aspek fisik

1) Involusi uteri akan terjadi dengan baik karena dengan menyusui akan

terjadi kontraksi rahim yang baik.

2) Ibu dapat merawat sendiri bayinya sehingga dapat mempercepat

mobilisasi.

28
2. Bagi Bayi

a. Aspek psikologis

1. Sentuhan badan antara ibu dan bayi akan berpengaruh terhadap

perkembangan psikologi bayi selanjutnya, karena kehangatan tubuh

ibu merupakan stimulasi mental yang mutlak dibutuhkan oleh bayi.

2. Bayi akan mendapatkan rasa aman dan terlindung, dan ini

merupakan dasar terbentuknya rasa percaya pada diri anak.

b. Aspek fisik

1. Bayi segera mendapatkan colostrom atau ASI jolong yang dapat

memberikan kekebalan/antibody.

2. Bayi segera mendapatkan makanan sesuai pertumbuhannya.

3. Kemungkinan terjadi infeksi nosokomial kecil

4) Bahaya aspirasi akibat susu botol dapat berkurang

5) Penyakit sariawan pada bayi dapat dihindari/dikurangi

6) Alergi terhadap susu buatan berkurang

3. Bagi Keluarga

a. Aspek Psikologi

Rawat gabung memberikan peluang bagi keluarga untuk memberikan

support pada ibu untuk memberi ASI pada bayi.

b. Aspek Ekonomi

Lama perawatan lebih pendek karena ibu cepat pulih kembali dan bayi

tidak menjadi sakit sehingga biaya perawatan sedikit.

4. Bagi Petugas

a. Aspek Psikologis

29
Bayi jarang menangis sehingga petugas di ruang perawatan tenang dan

dapat melakukan pekerjaan lainnya.

b. Aspek Fisik

Pekerjaan petugas akan berkurang karena sebagian besar tugasnya

diambil oleh ibu dan tidak perlu repot menyediakan dan memberikan

susu buatan.

2.5.4.5 Keuntungan Kerugian Rawat Gabung.

Keuntungan :

1) Menggalakkan penggunaan ASI.

2) Kontak emosi ibu dan bayi lebih dini dan lebih erat.

3) Ibu segera dapat melaporkan keadaan-keadaan bayi yang aneh.

4) Ibu dapat belajar merawat bayi.

5) Mengurangi ketergantungan ibu pada bidan.

6) Membangkitkan kepercayaan diri yang lebih besar dalam merawat bayi.

7) Berkurangnya infeksi silang.

8) Mengurangi beban perawatan terutama dalam pengawasan.

Kerugian :

1) Ibu kurang istirahat.

2) Dapat terjadi kesalahan dalam pemberian makanan karena pengaruh

orang lain.

3) Bayi bisa mendapatkan infeksi dari pengunjung.

4) Pada pelaksanaan ada hambatan teknis/fasilitas. (Setiyani,S,2016)

30
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR By. Ny.”L”

Dengan Kasus : Bayi Baru Lahir normal

Di : RSUD Arosuka, Solok

Pada Tanggal : 26 Oktober 2020

31
I. Data Subjektif

A. Idenditas/Biodata

Nama Bayi : By.Ny L Nama Ibu :Ny. L

Jenis kelamin : Perempuan Umur : 24 tahun

Tanggal lahir : 22 Okt 2020 Agama : islam

Anak Ke : I Pekerjaan : IRT

Alamat : Alang laweh Alamat : Alang laweh

B. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat kehamilan sekarang

Trimester I : ANC I kali di RSUD Arosuka dengan keluhan mual,pusing

Trimester II : ANC II Kali di RSUD Arosuka

Trimester III : ANC II kali di RSUD Arosuka

b. Riwayat Persalinan sekarang

Lama persalinan :

Kala I : 7 jam

Kala II : 30 menit

Kala III : 12 menit

Kala IV : 15 menit

Keadaan air ketuban : jernih Waktu pecah : 16.00

Jenis persalinan : spontan lilitan tali pusat : tidak ada

Episiotomi : Tidak dilakukan


32
Inj vit k : sudah diberikan

Salep mata : mata kanan : sudah di berikan

mata kiri : sudah di berikan

Hb uniject : sudah diberikan

II. Data Objektif :

Kajian Fisik

Tanda Vital

 S : 36,5 0C

 BB : 2700 gram PB : 45 cm

 RR :44 x/m

Apgar score : 8/9

NO KRITERIA 1 Menit 5 Menit


1. Warna kulit 2 2
2. Denyut jantung 2 2
3. Reaksi terhadap rangsangan 1 1
4. Tonus otot 1 2
5. Usaha nafas 2 2
Jumlah 8 9

 N : 130 x/m

 Reflek : Positif

 Kepala: UUB : normal Moulage : O


33
UUK : Normal

Caput succedaneum : tidak ada

Bentuk kepala : normal, bulat

Keadaan tubuh : bersih

 Mata : Bentuk mata : simetris, normal

Pupil mata : Normal

Strabismus : tidak ada

Sklera : tidak ikterik

Bulu mata : tidak ada kelainan

Keadaan : Bersih

 Hidung : Bentuk : normal

Lubang hidung : terdapat septum

Pernafasan cuping hidung : tidak ada

Keadaan : baik

 Mulut : Bentuk : Normal Palatum :ada

Gusi : Normal Reflek hisap : (+) positif

Bibir : Normal

 Telinga: Posisi: Sejajar Keadaan : Normal

 Leher : Pembesaran vena/kelenjer : tidak ada

Pergerakan leher : baik

 Dada : Posisi : Simetris

Mammae : Simetris (Normal)

Suara nafas : Normal

34
 Perut: Bentuk : Normal, tidak ada perdarahan tali pusat

 Punggung-bokong

Bentuk : normal

 Ekstremitas

Jari tangan : lengkap Jari kaki : lengkap

Posisi dan bentuk : Normal Pergerakan : Aktif

 Genetalia

Jenis kelamin : perempuan

BAK pertama: 30 menit pertama

BAB pertama : 60 menit pertama

 Refleks

Menghisap (sucking ) : (+) Positif

Menggenggam (graping) : (+) Positif

Reflek kaki (staping) : (+) Positif

Reflef morro : (+) Positif

 Ukuran antropometri

Berat badan : 2700 gram

Tinggi Badan : 45 cm

Lingkar kepala : 33 cm

Lingkar dada : 34 cm

LILA :10cm

III. Analisa Data

35
Diagnosa : Neonatus cukup bulan sesuai usia kehamilan 38-39 mg, 6 jam

Masalah : tidak ada

Kebutuhan : tidak ada

IV. Perencanaan (Planning)

1. Memberitahu ibu keadaan bayinya bahwa bayinya lahir dengan selamat dan sehat

dengan jenis kelamin perempuan, BB 2700 gram,PB 45 cm dan ibu mengerti tentang

keadaan bayinya.

2. Memberitahukan pada ibu untuk menyusui bayinya secara on demand, kapan saja

tanpa dijadwal. Ibu mengerti dan ibu bersedia untuk menyusui bayinya secara on

demand.

3. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya selama 6 bulan tanpa di beri

makanan/minuman tambahan apapun. Fungsinya penting bagi daya tahan tubuh dan

pertumbuhan pada bayi. Ibu mengerti dan bersedia menyusui bayinya selama 6 bulan

tanpa diberikan makanan atau minuman tambahan apapun.

4. Memberitahukan pada ibu untuk menjaga personal hygiene bayi dan mengganti

popok bayi pada saat bayi BAB dan bayi BAK. Ibu paham dan bersedia untuk

menjaga personal hygiene bayinya.

5. Menjelaskan pada ibu cara melakukan perawatan tali pusat pada bayi dengan benar,

tujuannya untuk mencegah iritasi dan infeksi pada tali pusat bayi. perawatan tali pusat

yang dilakukan adalah perawatan terbuka.

Yang perlu diperhatikan pada perawatan tali pusat bayi :

a) Menjaga tali pusat tetap bersih

36
Tidak perlu membersihkan tali pusat dengan alcohol. Sebelum melakukan

perawatan tali pusat cuci tangan terlebih dahulu. Tali pusat cukup bersihkan

dengan air bersih dan mengeringkan tali pusat dengan kain bersih yang lembut

dan menyerap sampai tali pusat tampak kering. Setelah selesai ibu mencuci

tangan kembali.

b) Menjaga tali pusat tetap kering

Biarkan tali pusat dalam kondisi terbuka tanpa ditutup dengan kassa kering

maupun tertutup popok. Tujuannya agar tali pusat tidak terkena air kencing

dan BAB bayi yang dapat menyebabkan infeksi. Bayi juga perlu mengenakan

pakaian berbahan lembut dan menyerap keringat sehingga menciptakan

sirkulasi udara dengan baik di kulitnya.

c) Biarkan tali pusat terlepas secara alami

Jangan memaksakan untuk melepas tali pusat dengan cara menariknya. Hal ini

akan menyebabkan terjadinya perdarahan dan infeksi pada bayi.

6. Memberikan penjelasan pada ibu dan keluarga tanda-tanda bahaya pada bayi baru

lahir,antara lain : bayi tidak mau menyusu, suhu tubuh bayi tinggi sampai menggigil,

tali pusat berdarah dan belum BAB dalam 24 jam terakhir. Apabila ditemukan salah

satu tanda tersebut maka ibu diharapkan melapor ke petugas kesehatan. Ibu sudah

mengerti, dapat mengulangi kembali tentang tanda-tanda bahaya bayi baru lahir dan

bersedia untuk melaporkan ke petugas kesehatan bila mendapati salah satu tanda

bahaya tersebut terhadap bayinya.

7. Memberi penjelasan pada ibu untuk tanda-tanda infeksi pada tali pusat bayi :

a). Terdapat nanah pada tali pusat

b). Demam

37
c). Kulit disekitar area tali pusat bengkak dan berwarna kemerahan

d). Tali pusat berwarna kekuningan atau berbau tidak sedap

e). Tali pusat mengalami perdarahan yang banyak terus menerus

f). Bayi menangis setiap kali pusat atau kulit disekitarnya tersentuh.

Ibu sudah mengerti dan bersedia melapor kepada petugas kesehatan apabila terdapat

salah satu dari tanda infeksi tersebut terhadap bayinya.

8. Memberikan penjelasan pada ibu untuk tetap menjaga kehangatan bayinya, seperti

jangan menempatkan bayi di dekat jendela . Jangan menempatkan bayi ditempat yang

dingin atau terpapar langsung dengan udara sekitar. Ibu mengerti tentang penjelasan

petugas kesehatan dan akan menjaga kehangatan bayinya.

V. Catatan perkembangan

Tanggal Data subjektif Data objektif Analisa data Perencanaan


22 okt 2020 Ibu mengatakan KU : Baik Neonatus cukup 1. Menjelaskan

belum bulan sesuai kepada ibu hasil


DJB : 140 x/m
mengetahui cara masa kehamilan pemeriksaan
o
S : 36.5 /C
menyusui yang 6 jam bahwa keadaan

benar Rr : 45 x/m bayinya dalam

keadaan baik yaitu

DJB : 140x/m, S :
o
36,5 C, Rr

(pernafasan) : 45
x
/m. Ibu sudah

mengetahui

38
keadaan bayinya.

2. Mengajarkan dan

menjelaskan ibu

cara menyusui

yang benar, yaitu :

1. Cuci tangan

dengan air

bersih yang

mengalir.

2. Atur posisi ibu

yang nyaman,

duduk sambil

bersandar, kaki

ibu tidak boleh

menggantung

3. Perah sedikit

ASI dan oleskan

ke puting dan

areola

sekitarnya.

Manfaatnya

adalah sebagai

desinfektan dan

39
menjaga

kelembaban

puting susu.

4. Posisikan bayi

dengan benar :

 Bayi dipegang

dengan satu

lengan. Kepala

bayi diletakkan

dekat

lengkungan siku

ibu, bokong

bayi ditahan

dengan telapak

tangan ibu.

 Perut bayi

menempel ke

tubuh ibu.

 Mulut bayi

berada di depan

puting ibu.

 Lengan yang di

bawah
40
merangkul

tubuh ibu,

jangan berada di

antara tubuh ibu

dan bayi.

Tangan yang di

atas boleh

dipegang ibu

atau diletakkan

di atas dada ibu.

 Telinga dan

lengan yang di

atas berada

dalam satu garis

lurus.

5. Bibir bayi

dirangsang

dengan puting

ibu dan akan

membuka lebar,

kemudian

dengan cepat

kepala bayi

41
didekatkan ke

payudara ibu

dan putting

serta areola

dimasukkan ke

dalam mulut

bayi.

6. Cek apakah

perlekatan

sudah benar

 Dagu menempel

ke payudara ibu.

 Mulut terbuka

lebar.

 Sebagian besar

areola terutama

yang berada di

bawah, masuk

ke dalam mulut

bayi.

 Bibir bayi

terlipat keluar.

 Pipi bayi tidak


42
BAB IV

PEMBAHASAN

By.Ny.L yang berjenis kelamin perempuan lahir pada tanggal 22 oktober

2020 pukul 16.30 WIB anak pertama dari Ny L. Riwayat antenatal care Ny L

yaitu 6 x selama masa kehamilan di lakukan di RSU Arosuka. Ibu tidak

mempunyai masalah dalam kehamilannya. Ibu tidak mempunyai penyakit selama

masa kehamilan. Tidak ada komplikasi terhadap janin dan ibu.

Adapun riwayat intranatal bayi Ny L lahir pada tanggal 22 Oktober 2020

pada pukul 16.30 wib, jenis persalinan spontan ditolong oleh bidan di RSU

Arosuka Solok. Lama persalinan di kala I selama 7 jam dan pada kala II 30 menit,

tidak ada komplikasi terjadi selama masa persalinan.

By Ny L lahir dengan berat badan 2700 gram, panjang badan 48 cm,

lingkar kepala 31 cm, lingkar dada 32 cm dengan nilai apgar score 8/9, tidak ada

caput succedaneum, tidak ada caput hematoma dan tidak ada cacat bawaan pada

by ny L. Keadaannya baik mempunyai reflek yang baik. Eliminasi bayi juga baik

yaitu pada 30 menit pertama bayi sudah dapat buang air kecil (BAK), pada 60

menit pertama bayi sudah dapat buang air besar (BAB).

43
Rencana asuhan terhadap by.ny L yaitu beritahu ibu tentang hasil

pemeriksaan, beritahukan ibu pemberian vitamin K (neo K) pada bayi,

beritahukan ibu pemberian salep mata oxy tetracycline 1 %, memberitahukan ibu

pemberian imunisasi HB uniject pada bayi, anjurkan ibu untuk menyusui bayinya

secara on demand, anjurkan ibu untuk menyusui bayinya selama 6 bulan, jelaskan

pada ibu untuk menjaga personal hygiene pada bayi, jelaskan pada ibu untuk

perawatan tali pusat bayi secara terbuka, jelaskan pada ibu tanda bahaya pada

bayi, jelaskan pada ibu tanda-tanda infeksi pada tali pusat, beritahukan pada ibu

untuk menjaga kehangatan pada bayi.

Implementasi dari rencana asuhan bayi baru lahir yaitu memberitahukan

ibu tentang hasil pemeriksaan, memberitahukan ibu untuk pemberian vitamin K

(neo K) pada bayi, memberitahukan pada ibu pemberian salep mata paada bayi,

memberitahukan pada ibu untuk imunisasi hb uniject pada bayi, menganjurkan

ibu untuk menyusui bayinya secara on demand, menganjurkan ibu untuk

menyusui bayinya selama 6 bulan, menjelaskan pada ibu untuk menjaga personal

hygiene pada bayi, menjelaskan pada ibu untuk perawatan tali pusat bayi secara

terbuka, menjelaskan pada ibu tanda bahaya pada bayi, menjelaskan tentang

tanda-tanda infeksi pada atali pusat, memberitahukan ibu untuk menjaga

kehangatan pad bayi.

Evaluasi dari asuhan kebidanan pada bayi baru lahir yaitu ibu mengerti

tentang hasil pemeriksaan, ibu mengerti tentang semua penjelasan bidan dan

bersedia mengikuti anjuran bidan.

44
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. By.Ny.L yang berjenis kelamin perempuan lahir pada tanggal 22 oktober 2020

pukul 16.30 WIB anak pertama dari Ny L. Tidak ada masalah dan komplikasi

selama hamil.

2. Jenis persalinan spontan ditolong oleh bidan di RSU Arosuka Solok. Lama

persalinan di kala I selama 7 jam dan pada kala II 30 menit, tidak ada komplikasi

terjadi selama masa persalinan.

3. By Ny L lahir dengan berat badan 2700 gram, panjang badan 48 cm, lingkar

kepala 31 cm, lingkar dada 32 cm dengan nilai apgar score 8/9. Semua keadaan

bayi baik dan tidak ada kelainan.

4. Asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir dapat dipahami dan ibu bersedia

untuk melakukannya.

B. SARAN
Diharapkan mahasiswa mampu meningkatkan keterampilan di bidang teori dan

menganalisa kasus-kasus yang ada di lapangan terhadap bayi baru lahir sehingga
45
dapat mendeteksi dini komplikasi-komplikasi yang akan terjadi pada bayi baru

lahir.

DAFTAR PUSTAKA

Azizah I dan Handayani OK. 2017. Kematian Neonatal di Kabupaten Grobogan. Higeia journal

of public Health Research and Development.

Kemenkes .2015.Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI.

46
Kemenkes. 2015. Kesehatan dalam Kerangka Sustainable Development Goals (SDGs). Jakarta:

Kemenkes RI.

Kemenkes RI.2018. Profil Kesehatan Indonesia 2018. Jakarta : ISBN

Kemenkes RI.2016. Profil Data Kesehatan Indonesia tahun 2016 Pusat Data dan informasi

Kemenkes RI. Jakarta.

Kurniarum, Ari. 2016. Asuhan Kebidanan persalinan dan bayi baru lahir. Jakarta : Kemenkes

RI

Marmi dan Rahardjo. 2015. Asuhan neonatus, bayi, balita, dan anak prasekolah. yokyakarta:

pustaka pelajar

Mutmainnah, Annisa UI, dkk. 2017. Asuhan persalinan dan bayi baru lahir. Yogyakarta: ANDI

Setiyani, Astuti. 2016. Asuhan Kebidanan Neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah.

Kemenkes RI

Sondakh.2017. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Malang : Erlangga.

Tando, 2016. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Anak Balita. Jakarta: EGC

47

Anda mungkin juga menyukai