25
Alel Ganda
Bila dalam satu lokus terdapat lebih dari satu pasang alel maka disebut
alel ganda, misalnya warna bulu pada kelinci dan golongan darah sistem A B O
pada manusia
Meskipun demikian, pada individu diploid, yaitu individu yang tiap
kromosomnya terdiri atas sepasang kromosom homolog, betapa pun banyaknya
alel yang ada pada suatu lokus, yang muncul hanyalah sepasang (dua
buah). Katakanlah pada lokus X terdapat alel X1, X2, X3, X4, X5. Maka, genotipe
individu diploid yang mungkin akan muncul antara lain X 1X1, X1X2, X1X3,
X2X2 dan seterusnya. Secara matematika hubungan antara banyaknya anggota
alel ganda dan banyaknya macam genotipe individu diploid dapat
diformulasikan sebagai berikut.
Golongan Darah
Antigen dalam eritrosit Antibodi dalam serum
(fenotip)
A A Anti –B
B B Anti –A
AB A dan B -
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa orang yang memiliki antigen A
tidak memiliki anti –A melainkan anti –B. orang yang memiliki antigen B tidak
memiliki anti-B melainkan anti-A. Jika antigen A bertemu dengan anti –A,
demikian pula antigen B bertemu dengan anti –B, sel-sel darah merah
menggumpal (beraglutinasi) dan mengakibatkan kematian. Orang yang tidak
memiliki antigen A mapupun antigen B dalam eritrositnya dinyatakan
bergolongan darah O dan serum darahnya mengandung anti –A dan anti -B .
sebaliknya bila serum darah tidak mengandung antibodi sama sekali, maka
eritrosit mengandung antigen A dan antigen B. orang demikian dinyatakan
termasuk golongan darah AB. Karena golongan darah O tidak mempunyai
antigen sama sekali maka golongan darah O disebut sebagai pendonor
universal. Sementara golongan darah AB karena dia tidak memiliki antibodi
dalam serumnya maka golongan darah AB disebut juga sebagai resipien
universal. Namun dalam ilmu kedokteran sekarang hal itu tidak lagi berlaku
karena kurang aman, alasannya selalu terjadi adanya aglutinasi ringan.
IA I II
I
Golongan A Golongan O
Jadi, kemungkinannya yaitu :
IA IB (golongan AB) = 25
%
IA I (golongan A) = 25 %
IB I (golongan B) = 25 %
I I (golongan O) = 25 %
b. Apabila seorang laki-laki bergolongan darah O ingin menikah dengan
perempuan bergolongan darah AB. Maka kemungkinan golongan darah
keturunannya adalah :
P ♂ O x ♀ AB
I I x IA IB
F1
♂
I I
♀
IA I IA I
IA
Golongan A Golongan A
IB I IB I
IB
Golongan B Golongan B
= 50 %
= 50 %
= 50 %
IB Xh = IB Xh
X = IB X
F1
♂
I Xh IY
♀
IA I Xh Xh IA I Xh Y
IA Xh
Letal A ♂ hemofilia
I I Xh X
A
IA I X Y
IA X
A ♀ carier A ♂ normal
IB I Xh Xh IB I Xh Y
IB Xh
Letal B ♂ hemofilia
I I Xh X
B
IB I X Y
IB X
B ♀ carier B ♂ normal
Ratio fenotipnya :
Pria A hemofilia = 1
Wanita A carier = 1
Pria A normal = 1
Pria B hemofilia =1
Wanita B carier = 1
Pria B normal = 1
= 3 : 1
c+ cch = normal
c+ cch = normal
cch cch = chinchilla
Tabel. Fenotip dan genotip yang sesuai untuk alel ganda dari lokus c pada kelinci
Fenotip Genotip
Albino cc
0
Tambahkan komentar
About Biology
Klasik
Kartu Lipat
Majalah
Mozaik
Bilah Sisi
Cuplikan
Kronologis
1.
JUL
0
Tambahkan komentar
2.
JUL
6
Sistem saraf manusia terdiri atas sel-sel saraf yang disebut Neuron. Neuron
bergabung membentuk suatu jaringan untuk mengantarkan impuls (rangsang). Satu
sel saraf tersusun dari badan sel, dendrit, dan akson.
Neuron atau sel saraf merupkan bagian dari sistem saraf manusia. kumpulan
dari sel-sel saraf ini lah yang membentuk sistem saraf.
Neuron terdiri dari 3 bagian utama yaitu:
1. Dendrit
2. Badan sel saraf
4. Akson (Neurit)
Badan sel di dalamnya terdapat sitoplasma dan inti sel. dari badan sel keluarlah neurit
dan dendrit. Fungsi badan sel untuk mengendalikan kerja sel saraf.
Dendrit, berfungsi mengirim impuls dari reseptor ke badan sel saraf.
Akson (neurit) berfungsi mengirim impuls dari badan sel saraf ke jaringan lainnya atau
efektor seperti kelenjar dan otot.
3. Sel saraf intermediet / Sel saraf konektor, Sel saraf intermediet disebut juga sel
saraf asosiasi. Sel ini dapat ditemukan di dalam sistem saraf pusat dan berfungsi
menghubungkan sel saraf motor dengan sel saraf sensori atau berhubungan dengan
sel saraf lainnya yang ada di dalam sistem saraf pusat. Sel saraf intermediet
menerima impuls dari reseptor sensori atau sel saraf asosiasi lainnya.
Sistem saraf pusat merupakan pusat koordinasi tubuh. Sistem saraf pusat meliputi
otak (ensefalon) dan sumsum tulang belakang (Medula spinalis). Keduanya
merupakan organ yang sangat lunak, dengan fungsi yang sangat penting.
Otak :
Brain
Otak merupakan benda lengket yang lunak, bermi- nyak, dan kenyal. Di dalamnya
terdapat jutaan bahkan milyaran sel safar.
Otak mempunyai lima bagian utama, yaitu:
1.Otak
besar (serebrum) : Otak besar mempunyai fungsi dalam pengaturan semua aktifitas
mental, yaitu yang berkaitandengan kepandaian (intelegensi), ingatan (memori), kesa
daran, dan pertimbangan.
2.Otak tengah (mesensefalon)
3.Otak kecil (serebelum)
4.Sumsum sambung (medulla oblongata), dan
5.Jembatan varol (pons varoli)
Serebrum ini...
Merupakan bagian terbesar dari otak manusia.
Terdapat 2 hemisfer yg tampak simetris tetapi struktur & fungsinya berb
eda. hemisfer kanan: mengontrol tangankiri, pengenalan terhadap musik & artistik, r
uang & pola persepsi, pandangan & imajinasi. hemisfer kiri: mengontroltangan kanan,
bahasa lisan & tulisan, ketrampilan numerik & saintifik, & penalaran.
Permukaan hemisfer tampak berbentuk tonjolan (gyrus)
& lekukan (sulcus); lekukan yg dalam disebut fissura.
Tiap hemisfer dibagi menjadi 4 lobus: lobus frontal, lobus parietal, lobus
oksipital, & lobus temporal
Lobus frontalis berfungsi sebagai pusat berpikir; lobus temporalis sebagai pusat p
endengaran dan berbahasa; Lobus oksipitalis sebagai pusat penglihatan; dan lobus
parietalis sebagai pusat sentuhan dan gerakan.Otak depanjuga mencakup bagian-
bagian yang
lain, seperti talamus, hipotalamus, kelenjar pituitari, dan kelenjar pineal.Sebelumditeri
ma area sensorik serebrum, semua rangsangan akan diproses terlebih dahulu oleh ta
lamus. Hanya rangsanganpenciuman saja yang tidak diterima oleh talamus tersebut.
Sedangkan fungsi talamus yang
lain misalnya mengatur suhudan kandungan air dalam darah, kemudian juga mengko
ordinasi aktivitas yang terkait emosi.Hipotalamus merupakanbagian yang berfungsi
mengatur suhu tubuh, selera makan, dan tingkah laku. Selain itu, hipotalamus juga m
engontrolkelenjar pituitari, yakni kelenjar hormon yang berperan dalam mengontrol
kelenjar-kelenjar homon lainya, sepertikelenjar tiroid, kelenjar adrenalin, dan pankrea
s.
Otak tengah terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Di depan otak tengah
terdapat talamus dan kelenjar hipofisis yang mengatur kerja kelenjar-kelenjar
endokrin. Bagian atas (dorsal) otak tengah merupakan lobus optikus yang mengatur
refleks mata seperti penyempitan pupil mata, dan juga merupakan pusat
pendengaran.
Otak Kecil (Serebellum)
Serebelum mempunyai fungsi utama dalam koordinasi gerakan otot yang terjadi
secara sadar, keseimbangan, dan posisi tubuh. Bila ada rangsangan yang merugikan
atau berbahaya maka gerakan sadar yang normal tidak mungkin dilaksanakan.
Sumsum sambung (medulla oblongata)
Sumsum sambung berfungsi menghantar impuls yang datang dari medula spinalis
menuju ke otak. Sumsum sambung juga mempengaruhi jembatan, refleks fisiologi
seperti detak jantung, tekanan darah, volume dan kecepatan respirasi, gerak alat
pencernaan, dan sekresi kelenjar pencernaan .
2. Sistem Saraf Tepi (SST)
Sistem saraf tepi adalah semua saraf dan ganglion di luar sistem saraf pusat yang
terdiri atas dua bagian, yaitu :
1. Sistem saraf sadar (somatik)
2. Sistem saraf tak sadar (autonom).
Sistem Saraf Sadar
Sistem saraf sadar (somatik) fungsinya mengatur kerja organ tubuh secara sadar, terdiri
atas serabut saraf otak sebanyak 12 pasang dan serabut saraf sumsum tulang
belakang (nervus spinalis) sebanyak 31 pasang.
Sistem saraf somatis meliputi :
1. Saraf Kranial
2. Saraf Spinal
Saraf Kranial
Sistem ini terdiri dari jaringan saraf yang berada dibagian luar otak dan medulla
spinalis.
Merupakan bagian dari sistem saraf sadar. Memiliki 12 pasang saraf. Dari 12 pasang
saraf, 3 pasang memiliki jenis sensori (saraf I, II, VIII); 5 pasang jenis motorik (saraf III,
IV, VI, XI, XII) dan 4 pasang jenis gabungan (saraf V, VII, IX, X). Pasangan saraf-saraf
ini diberi nomor sesuai urutan dari depan hingga belakang, Saraf-saraf ini terhubung
utamanya dengan struktur yang ada di kepala dan leher manusia seperti mata,
hidung, telinga, mulut dan lidah. Pasangan I dan II mencuat dari otak besar,
sementara yang lainnya mencuat dari batang otak.
Saraf Spinal
Sistem saraf spinal
(tulang belakang) berasal dari arah dorsal, sehingga sifatnya sensorik. Berdasarkan as
alnya, sarafsumsum tulang belakang yang berjumlah 31 dibedakan menjadi:
8 pasang saraf leher (saraf cervical)
12 pasang saraf punggung (saraf thorax)
5 pasang saraf pinggang (saraf lumbar)
5 pasang saraf pinggul (saraf sacral)
1 pasang saraf ekor (saraf coccyigeal).
Merupakan saraf-saraf yang bekerjanya tidak dapat disadari dan bekerja secara
otomatis disebut juga otot tak sadar.
1. Sistem simpatis
Terbagi menjadi dua bagian yang terdiri dari saraf otonom cranial dan saraf otonom
sacral.. Terletak di depan kolumna vertebra dan berhubungan dengan sumsum tulang
belakang melalui serabut-serabut saraf.
Fungsinya :
2. Saraf Parasimpatis
- Mempersarafi parotis
- Mempersarafi sebagian besar alat tubuh yaitu jantung, paru-paru, GIT, ginjal, pancreas,
lien, hepar dan kelenjar suprarenalis
0
Tambahkan komentar
3.
JUN
28
BIOLOGYCAL MAGNIFICATION
0
Tambahkan komentar
4.
JUN
28
DDT (Dichloro-Diphenyl-Trichloroethane)
DDT (Dichloro-Diphenyl-Trichloroethane) adalah salah satu yang dikenal pestisida sintetis.
Ini merupakan bahan kimia yang panjang, unik, dan sejarah kontroversial.
Synthesized pertama di 1874, DDT’s insecticidal properti tidak ditemukan sampai 1939.
Dalam paruh kedua Perang Dunia II, telah digunakan dengan dampak yang luar biasa di
antara kedua-dua penduduk sipil dan militer untuk mengendalikan penyebaran nyamuk
malaria dan kutu transmisi tipus, mengakibatkan penurunan dramatis dalam insiden kedua
penyakit. Swiss chemist Paul Hermann Müller dari Geigy Pharmaceutical dianugerahi
Penghargaan Nobel dalam Physiology Pengobatan atau di 1948 “untuk penemuan tingginya
efisiensi DDT sebagai racun kontak terhadap beberapa arthropods Setelah perang, DDT telah
tersedia untuk digunakan sebagai insektisida pertanian, dan segera produksinya dan
menggunakan skyrocketed.
Pada tahun 1962, Silent Spring oleh American biologi Rachel Carson telah diterbitkan. Buku
di katalog lingkungan dampak dari sembarangan penyemprotan DDT di Amerika Serikat dan
pertanggungjawaban logika melepaskannya dari banyak bahan kimia ke dalam lingkungan
tanpa sepenuhnya pemahaman mereka terhadap ekologi atau kesehatan manusia. Buku
yang disarankan DDT dan pestisida dapat menyebabkan kanker dan pertanian yang mereka
gunakan merupakan ancaman bagi satwa liar, terutama burung. Publikasi-nya adalah salah
satu tanda tangan dalam peristiwa kelahiran gerakan lingkungan hidup. Diam Spring
menghasilkan besar masyarakat yang gaduh akhirnya menyebabkan paling pantas atas DDT
yang dilarang di AS pada 1972. [4] DDT kemudian dilarang digunakan untuk pertanian di
seluruh dunia di bawah Konvensi Stockholm, namun terbatas dalam menggunakan penyakit
vector kontrol terus
Seiring dengan petikan dari Endangered Species Act, Amerika Serikat pada ban DDT adalah
dikutip oleh para ilmuwan sebagai faktor utama dalam cerdas dari bald eagle berdampingan
di Amerika Serikat.
DDT adalah insektisida organochlorine, mirip dalam struktur ke dicofol dan pestisida
methoxychlor. Ini adalah sangat hydrophobic, warna, kristal kuat dengan yang lemah, bau
kimia. Yg tdk dpt ia hampir dalam air tetapi kelarutan yang baik di sebagian besar larutan
organik, Fats, dan minyak. DDT tidak terjadi secara alami, namun yang dihasilkan oleh
reaksi dari khloral (CCl3CHO) dengan chlorobenzene (C6H5Cl) di hadapan sulfuric acid, yang
bertindak sebagai katalisator. DDT nama dagang yang telah dipasarkan di bawah termasuk
Anofex, Cezarex, Chlorophenothane, Clofenotane, Dicophane, Dinocide, Gesarol, Guesapon,
Guesarol, Gyron, Ixodex, Neocid, Neocidol, dan Zerdane.
Isomer dan Terkait
DDT komersial sebenarnya campuran dari beberapa erat kaitannya compounds. Komponen
utama (77%) adalah p, p isomer yang digambarkan di atas artikel ini. , O, p ‘isomer
(digambarkan di sebelah kanan) juga hadir dalam jumlah yang signifikan (15%).
Dichlorodiphenyldichloroethylene (DDE) dan dichlorodiphenyldichloroethane (es) membentuk
keseimbangan. DDD DDE dan juga yang besar dan metabolites kemogokan produk DDT di
lingkungan. [3] Istilah “total DDT” sering digunakan untuk merujuk kepada jumlah semua
terkait DDT compounds (p, p-DDT, o, p – DDT, DDE,dan pakaian dalam sampel.
Mekanisme aksi
DDT adalah racun cukupan, dengan tikus LD50 dari 113 mg / kg. [12] Hal ini berpengaruh
insecticidal properti, dimana kills membuka saluran ion sodium di neurons, sehingga mereka
ke api yang mengarah ke spasms spontan dan akhirnya mati. Serangga tertentu dengan
mutations di saluran sodium gene yang tahan terhadap DDT dan insektisida sejenis lainnya.
DDT tahan juga conferred oleh up-peraturan mengekspresikan gen cytochrome P450 dalam
beberapa jenis serangga.
DDT (Dichloro Diphenyl Trichlorethane) adalah insektisida “tempo dulu” yang pernah
disanjung “setinggi langit” karena jasa-jasanya dalam penanggulangan berbagai penyakit
yang ditularkan vektor serangga. Tetapi kini penggunaan DDT di banyak negara di dunia
terutama di Amerika Utara, Eropah Barat dan juga di Indonesia telah dilarang. Namun karena
persistensi DDT dalam lingkungan sangat lama, permasalahan DDT masih akan ber lang
sung pada abad 21 sekarang ini. Adanya sisa (residu) insektisida ini di tanah dan perairan
dari penggunaan masa lalu dan adanya bahan DDT sisa yang belum digunakan dan masih
tersimpan di gudang tempat penyimpanan di selurun dunia (termasuk di Indonesia) kini meng
hantui mahluk hidup di bumi. Bahan racun DDT sangat persisten (tahan lama, berpuluh-puluh
tahun, bahkan mungkin sampai 100 tahun atau lebih?), bertahan dalam lingkungan hidup
sambil meracuni ekosistem tanpa dapat didegradasi secara fisik maupun biologis, sehingga
kini dan di masa mendatang kita masih terus mewaspadai akibat-akibat buruk yang diduga
dapat ditimbulkan oleh keracunan DDT.
Sifat kimiawi dan fisik DDT
Senyawa yang terdiri atas bentuk-bentuk isomer dari 1,1,1-trichloro-2,2-bis-(p-chlorophenyl)
ethane yang secara awam disebut jugaDichoro Diphenyl Trichlorethane (DDT) diproduksi
dengan menyam purkan chloralhydrate dengan chlorobenzene.
DDT-teknis terdiri atas campuran tiga bentuk isomer DDT (65-80% p,p’-DDT, 15-21% o,p’-DDT,
dan 0-4% o,o’-DDT, dan dalam jumlah yang kecil sebagai kontaminan juga terkandung
DDE [1,1-dichloro-2,2- bis(p-chlorophenyl) ethylene] dan DDD [1,1-dichloro-2,2-bis(p-
chlorophenyl) ethane]. DDT-teknis ini berupa tepung kristal putih tak berasa dan tak berbau.
Daya larutnya sangat tinggi dalam lemak dan sebagian besar pelarut organik, tak larut
dalam air, tahan terhadap asam keras dan tahan oksidasi terhasap asam permanganat.
DDT pertama kali disintesis oleh Zeidler pada tahun 1873 tapi sifat insekti sidalnya baru
ditemukan oleh Dr Paul Mueller pada tahun 1939. Penggunaan DDT menjadi sangat populer
selama Perang Dunia II, terutama untuk penanggulangan penyakit malaria, tifus dan
berbagai penyakit lain yang ditularkan oleh nyamuk, lalat dan kutu. Di India, pada tahun
1960 kematian oleh malaria mencapai 500.000 orang turun menjadi 1000 orang pada tahun
1970. WHO memperkirakan bahwa DDT selama Perang Dunia II telah menyelamatkan sekitar
25 juta jiwa terutama dari ancaman malaria dan tifus, sehingga Paul Mueller dianugerahi
hadiah Nobel dalam ilmu kedokteran dan fisiologi pada tahun 1948.
DDT adalah insektisida paling ampuh yang pernah ditemukan dan digunakan manusia dalam
membunuh serangga tetapi juga paling berbahaya bagi umat manusia manusia sehingga
dijuluki “The Most Famous and Infamous Insecticide”.
Bahaya toksisitas DDT terhadap ekosistem
Pada tahun 1962 Rachel Carson dalam bukunya yang terkenal, Silenty Spring menjuluki DDT
sebagai obat yang membawa kematian bagi kehidupan di bumi. Demikian berbahayanya DDT
bagi kehidupan di bumi sehingga atas rekomendasi EPA ( Environmental Protection Agency)
Amerika Serikat pada tahun 1972 DDT dilarang digunakan terhitung 1 Januari 1973.
Pengaruh buruk DDT terhadap lingkungan sudah mulai tampak sejak awal penggunaannya
pada tahun 1940-an, dengan menurunnya populasi burung elang sampai hampir punah di
Amerika Serikat. Dari pengamatan ternyata elang terkontaminasi DDT dari makanannya
(terutama ikan sebagai mangsanya) yang tercemar DDT. DDT menyebabkan cang kang telur
elang menjadi sangat rapuh sehingga rusak jika dieram. Dari segi bahayanya, oleh EPA DDT
digolongkan dalam bahan racun PBT (persistent, bioaccumulative, and toxic) material.
Dua sifat buruk yang menyebabkan DDT sangat berbahaya terhadap lingkungan hidup
adalah:
Sifat apolar DDT: ia tak larut dalam air tapi sangat larut dalam lemak. Makin larut suatu
insektisida dalam lemak (semakin lipofilik) semakin tinggi sifat apolarnya. Hal ini merupakan
salah satu faktor penyebab DDT sangat mudah menembus kulit
Sifat DDT yang sangat stabil dan persisten. Ia sukar terurai sehingga cenderung bertahan
dalam lingkungan hidup, masuk rantai makanan (foodchain) melalui bahan lemak jaringan
mahluk hidup. Itu sebabnya DDT bersifat bioakumulatif dan biomagnifikatif.
Karena sifatnya yang stabil dan persisten, DDT bertahan sangat lama di dalam tanah;
bahkan DDT dapat terikat dengan bahan organik dalam partikel tanah.
Dalam ilmu lingkungan DDT termasuk dalam urutan ke 3 dari polutan organik yang
persisten (Persistent Organic Pollutants, POP), yang memiliki sifat-sifat berikut:
tak terdegradasi melalui fotolisis, biologis maupun secara kimia,
-berhalogen (biasanya klor),
-daya larut dalam air sangat rendah,
-sangat larut dalam lemak,
-semivolatile,
-di udara dapat dipindahkan oleh angin melalui jarak jauh,
-bioakumulatif,
-biomagnifikatif (toksisitas meningkat sepanjang rantai makanan)
Di Amerika Serikat, DDT masih terdapat dalam tanah, air dan udara: kandungan DDT dalam
tanah berkisar sekitar 0.18 sampai 5.86 parts per million (ppm), sedangkan sampel udara
menunjukkan kandungan DDT 0.00001 sampai 1.56 microgram per meter kubik udara
(ug/m3), dan di perairan (danau) kandungan DDT dan DDE pada taraf 0.001 microgram per
liter (ug/L). Gejala keracunan akut pada manusia adalah paraestesia, tremor, sakit kepala,
keletihan dan muntah. Efek keracunan kronis DDT adalah kerusakan sel-sel hati, ginjal,
sistem saraf, system imunitas dan sistem reproduksi. Efek keracunan kronis pada unggas
sangat jelas antara lain terjadinya penipisan cangkang telur dan demaskulinisasi
Sejak tidak digunakan lagi (1973) kandungan DDT dalam tanaman semakin menurun. Pada
tahun 1981 rata-rata DDT dalam bahan makanan yang termakan oleh manusia adalah 32-6
mg/kg/hari, terbanyak dari umbi-umbian dan dedaunan. DDT ditemukan juga dalam daging,
ikan dan unggas.
Walaupun di negara-negara maju (khususnya di Amerika Utara dan Eropah Barat)
penggunaan DDT telah dilarang, di negara-negara berkembang terutama India, RRC dan
negara-negara Afrika dan Amerika Selatan, DDT masih digunakan. Banyak negara telah mela
rang penggunaan DDT kecuali dalam keadaan darurat terutama jika muncul wabah penyakit
seperti malaria, demam berdarah dsb. Departeman Pertanian RI telah melarang penggunaan
DDT di bidang pertanian sedangkan larangan penggunaan DDT di bidang kesehatan
dilakukan pada tahun 1995. Komisi Pestisida RI juga sudah tidak memberi perijinan bagi
pengunaan pestisida golongan hidrokarbon-berklor (chlorinated hydrocarbons) atau
organoklorin (golongan insektisida di mana DDT termasuk).
Permasalahan sekarang
Walaupun secara undang-undang telah dilarang, disinyalir DDT masih juga secara gelap
digunakan karena keefektifannya dalam membunuh hama serangga. Demikian pula,
banyaknya DDT yang masih tersimpan yang perlu dibinasakan tanpa membahayakan
ekosistem manusia maupun kehidupan pada umumnya merupakan permasalahan bagi kita.
Sebenarnya, bukan saja DDT yang memiliki daya racun serta persistensi yang demikian
lamanya dapat bertahan di lingkungan hidup. Racun-racun POP lainnya yang juga perlu
diwaspadai karena mungkin saja terdapat di tanah, udara maupun perairan di sekitar kita
adalah aldrin, chlordane, dieldrin, endrin, heptachlor, mirex, toxaphene,
hexachlorobenzene, PCB (polychlorinated biphenyls), dioxins dan furans.
Untuk mengeliminasi bahan racun biasanya berbagai cara dapat digunakan seperti secara
termal, biologis atau kimia/fisik. Untuk Indonesia dipertimbangkan untuk mengadopsi cara
stabilisasi/fiksasi karena dengan cara termal seperti insinerasi memerlukan biaya sangat
tinggi. Prinsip stabilisasi/fiksasi adalah membuat racun tidak aktif/imobilisasi dengan
enkapsulasi mikro dan makro sehingga DDT menjadi berkurang daya larutnya. Namun
permasalahan tetap masih ada karena DDT yang telah di-imobilisasi ini masih harus
“dibuang” sebagailandfill di tempat yang “aman”. Namun dengan cara ini potensi racun DDT
masih tetap bertahan untuk waktu yang lama pada abad 21 ini.
BAHAYA DDT PADA MAKHLUK HIDUP
Pada bulan Juli 1998, perwakilan dari 120 negara bertemu untuk membahas suatu pakta
Persatuan Bangsa Bangsa untuk melarang penggunaan DDT sebagai insektisida dan 11
bahan kimia lainnya secara global pada tahun 2000. Amerika Serikat dan negara-negara
industri lain menyetujui pelarangan ini karena bahan-bahan kimia ini adalah senyawa kimia
yang persisten dimana senyawa-senyawa ini dapat terakumulasi dan merusak ekosistem
alami dan memasuki rantai makanan manusia. Namun banyak negara tidak setuju dengan
pelarangan DDT secara global karena DDT digunakan untuk mengkontrol nyamuk penyebab
malaria. Malaria timbul di 90 negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia, dan merupakan
penyebab kematian dalam jumlah besar terutama daerah ekuatorial Afrika.
Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan bahwa 2.5 juta orang tewas setiap tahun akibat
malaria dan ini kian terjadi di berbagai belahan dunia. Namun karena DDT begitu efektif
dalam mengontrol nyamuk penyebab malaria, banyak ahli berpikir bahwa insektisida
menyelamatkan lebih banyak jiwa dibandingkan bahan kimia lainnya.
DDT diproduksi secara massal pada tahun 1939, setelah seorang kimiawan bernama Paul
Herman Moller menemukan dengan dosis kecil dari DDT maka hampir semua jenis serangga
dapat dibunuh dengan cara mengganggu sistem saraf mereka. Pada waktu itu, DDT dianggap
sebagai alternatif murah dan aman sebagai jenis insektisida bila dibandingkan dengan
senyawa insektisida lainnya yang berbasis arsenik dan raksa. Sayangnya, tidak seorangpun
yang menyadari kerusakan lingkungan yang meluas akibat pemakaian DDT.
Sebagai suatu senyawa kimia yang persisten, DDT tidak mudah terdegradasi menjadi
senyawa yang lebih sederhana. Ketika DDT memasuki rantai makanan, ini memiliki waktu
paruh hingga delapan tahun, yang berarti setengah dari dosis DDT yang terkonsumsi baru
akan terdegradasi setelah delapan tahun. Ketika tercerna oleh hewan, DDT akan
terakumulasi dalam jaringan lemak dan dalam hati. Karena konsentrasi DDT meningkat saat
ia bergerak ke atas dalam rantai makanan, hewan predator lah yang mengalami ancaman
paling berbahaya. Populasi dari bald eagle dan elang peregrine menurun drastis karena DDT
menyebabkan mereka menghasilkan telur dengan cangkang yang tipis dimana telur ini tidak
akan bertahan pada masa inkubasi. Singa laut di lepas pantai California akan mengalami
keguguran janin setelah memakan ikan yang terkontaminasi.
Seperti yang terlihat pada diagram, DDT (diklorodifeniltrikloroetana) adalah senyawa
hidrokarbon terklorinasi. Tiap heksagon dari struktur ini terdapat gugus fenil (C6H5-) yang
memiliki atom klor yang mengganti satu atom hidrogen. Namun, perubahan kecil pada
struktur molekularnya dapat membuat hidrokarbon terklorinasi ini aktif secara kimia.
Dengan memanipulasi molekul DDT dalam cara ini, kimiawan berharap untuk
mengembangkan suatu insektisida yang efektif namun ramah lingkungan, dimana senyawa
in akan mudah terdegradasi. Namun disaat bersamaan, para peneliti sedang menyelidiki
cara lain untuk mengkontrol populasi nyamuk. Salah satu caranya adalah penggunaan
senyawa menyerupai hormon yang menyebabkan nyamuk mati kelaparan, hingga dapat
mengurangi populasinya hingga dapat mengurangi penyebaran malaria.
Para peneliti lingkungan dan pakar wabah penyakit mulai mengamati serius dampak unsur
pengganggu itu sejak tiga dekade lalu. Mula-mula diketahui, racun pembunuh serangga yang
amat ampuh dan digunakan secara luas membasmi nyamuk malaria, yakni DDT
(dichlorodiphenytrichloroethane) memiliki dampak sampingan amat merugikan. DDT
memiliki sifat larut dalam lemak. Karena itu, residunya terus terbawa dalam rantai makanan,
dan menumpuk dalam jaringan lemak. Dari situ, sisa DDT mengalir melalui air susu ibu
kepada anaknya, baik pada manusia maupun pada binatang. Binatang pemangsa mendapat
timbunan sisa DDT dari binatang makanannya. Rantainya seolah tidak bisa diputus.
Pengamatan terhadap burung pemangsa menunjukkan, DDT menyebabkan banyak burung
yang memproduksi telur dengan kulit amat tipis, sehingga mudah pecah. Selain itu, terlepas
dari tebal tipisnya kulit telur, semakin banyak anak burung pemangsa yang lahir cacat.
Penyebaran residu DDT bahkan diamati sampai ke kawasan kutub utara dan selatan. Anjing
laut di kutub utara, banyak yang melahirkan anak yang cacat, atau mati pada saat
dilahirkan. Penyebabnya pencemaran racun serangga jenis DDT.
Diduga, residu DDT pada manusia juga berfungsi serupa, yakni menurunkan kemampuan
reproduksi. Atau menyebabkan cacat pada janin.
Diposting 28th June 2012 oleh Team Biology
2
Lihat komentar
5.
JUN
25
FIKSASI NITROGEN
APA ITU FIKSASI NITROGEN?
1. Fiksasi Nitrogen
Nitrogen adalah unsur yang paling berlimpah di atmosfer (78% gas di
atmosfer adalah nitrogen). Meskipun demikian, penggunaan nitrogen pada
bidang biologis sangatlah terbatas. Nitrogen merupakan unsur yang tidak
reaktif (sulit bereaksi dengan unsur lain) sehingga dalam penggunaan nitrogen
pada makhluk hidup diperlukan berbagai proses, yaitu diantaranya: fiksasi
nitrogen, mineralisasi, nitrifikasi, denitrifikasi.
Siklus nitrogen sendiri adalah suatu proses konversi senyawa yang
mengandung unsur nitrogen menjadi berbagai macam bentuk kimiawi yang
lain. Transformasi ini dapat terjadi secara biologis maupun non-biologis. Siklus
nitrogen secara khusus sangat dibutuhkan dalam ekologi karena ketersediaan
nitrogen dapat mempengaruhi tingkat proses ekosistem kunci, termasuk
produksi primer dan dekomposisi. Aktivitas manusia seperti pembakaran bahan
bakar fosil, penggunaan pupuk nitrogen buatan, dan pelepasan nitrogen dalam
air limbah telah secara dramatis mengubah siklus nitrogen global.
Di alam, Nitrogen terdapat dalam bentuk senyawa organik seperti urea,
protein, dan asam nukleat atau sebagai senyawa anorganik seperti ammonia,
nitrit, dan nitrat.
Tahap pertama
Daur nitrogen adalah transfer nitrogen dari atmosfir ke dalam tanah.
Selain air hujan yang membawa sejumlah nitrogen, penambahan nitrogen ke
dalam tanah terjadi melalui proses fiksasi nitrogen. Fiksasi nitrogen secara
biologis dapat dilakukan oleh bakteri Rhizobium yang bersimbiosis dengan
polong-polongan, bakteri Azotobacter dan Clostridium. Selain itu ganggang
hijau biru dalam air juga memiliki kemampuan memfiksasi nitrogen.
Tahap kedua
Nitrat yang di hasilkan oleh fiksasi biologis digunakan oleh produsen
(tumbuhan) diubah menjadi molekul protein.
Selanjutnya jika tumbuhan atau hewan mati, mahluk pengurai
merombaknya menjadi gas amoniak (NH3) dan garam ammonium yang larut
dalam air (NH4+). Proses ini disebut dengan amonifikasi. Bakteri Nitrosomonas
mengubah amoniak dan senyawa ammonium menjadi nitrat oleh Nitrobacter.
Apabila oksigen dalam tanah terbatas, nitrat dengan cepat ditransformasikan
menjadi gas nitrogen atau oksida nitrogen.
Biokimia Nitrogenase
Kemampuan khusus bakteri pemfiksasi nitrogen untuk mereduksi
N2 menjadi ammonia tergnatung pada system enzimyang disebut “kompleks
nitrogenase”. Kompleks ini ternyata sama benar sifatnya dalam mengikat
nitrogen sampai kini.
Pengetahuan yang di dapat kini menunjukkan, bahwa kompleks
nitrogenase terdiri dari enam protein dan mengandung dua aktivitas enzim
berbeda. Satu disebut nitrogenase saja, dan yang lain disebut nitrogenase
reduktase. Komponen nitrogenase dari kompleks itu mengandung empat
subunit yang dibina atas dua macam protein. Masing-masing protein rangkap
dua. Molekulnya juga mengandung kofaktor. Kofaktor itu adalah besi
molybdenum, berarti mengandung besi molybdenum. Struktur kofaktor belum
diketahui meski telah bertahun-tahun diselidiki.
Reduksi N2 banyak mengandung energi. Ada 20 sampai 30 molekul
adenosine trifosfat (ATP), alat tukar energy dalam sel, diperlukan untuk
menunjang reduksi satu molekul nitrogen menjadi ammonia. Lagipula reaksi
nitrogenase banyak menghasilkan ampas, karena ia juga menghasilkan ion
nitrogen menjadi molekul hydrogen, H1yang berupa gas.
Nitrogenase reduktase berberat molekul 60.000 dan terdiri dari dua
molekul subunit protein yang identik. Cirinya berwarna coklat, karena
mengandung untaian besi dan belerang.
2
Lihat komentar
6.
JUN
25
Alel Ganda
Bila dalam satu lokus terdapat lebih dari satu pasang alel maka disebut
alel ganda, misalnya warna bulu pada kelinci dan golongan darah sistem A B O
pada manusia
Meskipun demikian, pada individu diploid, yaitu individu yang tiap
kromosomnya terdiri atas sepasang kromosom homolog, betapa pun banyaknya
alel yang ada pada suatu lokus, yang muncul hanyalah sepasang (dua
buah). Katakanlah pada lokus X terdapat alel X1, X2, X3, X4, X5. Maka, genotipe
individu diploid yang mungkin akan muncul antara lain X 1X1, X1X2, X1X3,
X2X2 dan seterusnya. Secara matematika hubungan antara banyaknya anggota
alel ganda dan banyaknya macam genotipe individu diploid dapat
diformulasikan sebagai berikut.
Golongan Darah
Antigen dalam eritrosit Antibodi dalam serum
(fenotip)
A A Anti –B
B B Anti –A
AB A dan B -
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa orang yang memiliki antigen A
tidak memiliki anti –A melainkan anti –B. orang yang memiliki antigen B tidak
memiliki anti-B melainkan anti-A. Jika antigen A bertemu dengan anti –A,
demikian pula antigen B bertemu dengan anti –B, sel-sel darah merah
menggumpal (beraglutinasi) dan mengakibatkan kematian. Orang yang tidak
memiliki antigen A mapupun antigen B dalam eritrositnya dinyatakan
bergolongan darah O dan serum darahnya mengandung anti –A dan anti -B .
sebaliknya bila serum darah tidak mengandung antibodi sama sekali, maka
eritrosit mengandung antigen A dan antigen B. orang demikian dinyatakan
termasuk golongan darah AB. Karena golongan darah O tidak mempunyai
antigen sama sekali maka golongan darah O disebut sebagai pendonor
universal. Sementara golongan darah AB karena dia tidak memiliki antibodi
dalam serumnya maka golongan darah AB disebut juga sebagai resipien
universal. Namun dalam ilmu kedokteran sekarang hal itu tidak lagi berlaku
karena kurang aman, alasannya selalu terjadi adanya aglutinasi ringan.
IA I II
I
Golongan A Golongan O
Jadi, kemungkinannya yaitu :
IA IB (golongan AB) = 25
%
IA I (golongan A) = 25 %
IB I (golongan B) = 25 %
I I (golongan O) = 25 %
b. Apabila seorang laki-laki bergolongan darah O ingin menikah dengan
perempuan bergolongan darah AB. Maka kemungkinan golongan darah
keturunannya adalah :
P ♂ O x ♀ AB
I I x IA IB
F1
♂
I I
♀
IA I IA I
IA
Golongan A Golongan A
IB I IB I
IB
Golongan B Golongan B
= 50 %
= 50 %
= 50 %
= 50 %
X = IB X
F1
♂
I Xh IY
♀
A h IA I Xh Xh IA I Xh Y
I X
Letal A ♂ hemofilia
I I Xh X
A
IA I X Y
IA X
A ♀ carier A ♂ normal
IB I Xh Xh IB I Xh Y
IB Xh
Letal B ♂ hemofilia
I I Xh X
B
IB I X Y
IB X
B ♀ carier B ♂ normal
Ratio fenotipnya :
Pria A hemofilia = 1
Wanita A carier = 1
Pria A normal = 1
Pria B hemofilia =1
Wanita B carier = 1
Pria B normal = 1
= 3 : 1
c+ cch = normal
c+ cch = normal
cch cch = chinchilla
Tabel. Fenotip dan genotip yang sesuai untuk alel ganda dari lokus c pada kelinci
Fenotip Genotip
Albino cc
0
Tambahkan komentar