Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KEGAWATDARURATAN MATERNAL

IKTERUS PADA BAYU BARU LAHIR

Dosen pengampu : Asrawaty, S.Tr.,Keb., M.Tr.,Keb

DISUSUN OLEH KELOMPOK 6:

1. FEBI ALMA IDA (PO7124319042)

2. INDRIYANI SALARUPA (PO7124319043)

3. INAYAH NURZAMAN (PO7124319034)

4. WIDYA NUR CAHYANI (PO7124319025)

POLTEKKES KEMENKES PALU

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Kami
mengucapkan syukur kepada Allah atas limpahan nikmat-nya, baik itu berupa fisik
maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan pembuatan
makalah sebagai tugas mata kuliah ilmu kesehatan anak dengan judul “Ikterus”.

Makalah ini di susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari


berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan karya tulis ilmiah ini.
terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih adaa kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasnya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki karya tulis ilmiah ini.

Palu, 23 Mei 2021

Kelompok 6

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................................................................2
BAB I.......................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah.........................................................................................................5
1.3. Tujuan Penulisan Makalah............................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................................6
PEMBAHASAN......................................................................................................................6
2.1 Bayi Baru Lahir........................................................................................................6
a. Pengertian....................................................................................................................6
b. Ciri-ciri bayi baru lahir normal.....................................................................................6
c. Neonatus bayi dan anak dengan penyakit yang lazim..................................................7
a Pengertian ikterus.........................................................................................................7
b Penyebab terjadinya ikterus..........................................................................................8
1) Prahepatik....................................................................................................................8
2) Pascahepatik ( obstruktif)............................................................................................8
3) Hepatoseluler...............................................................................................................8
c Macam-macam ikterus.................................................................................................8
d Patofisiologi.................................................................................................................9
e Faktor presdiposisi.....................................................................................................10
f Penyulit......................................................................................................................10
g Faktor Resiko.............................................................................................................10
h Penilaian.....................................................................................................................11
Gambar 2.1 Rumus kramer............................................................................................11

2
i Komplikasi.................................................................................................................11
j Diagnosis....................................................................................................................12
BAB III..................................................................................................................................14
PENUTUP.............................................................................................................................14
A. Kesimpulan...................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................15

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ikterus merupakan masalah yang sering muncul pada masa neonatus.
Pada sebagian besar neonatus, ikterus akan ditemukan dalam minggu
pertama dalam kehidupannya. Angka kejadian ikterus terdapat pada 60% bayi
cukup bulan dan 80% pada bayi kurang bulan. (Mansjoer, 2000). Ikterus dapat
muncul saat lahir atau dapat muncul setiap saat selama masa neonatus,
tergantung pada keadaan yang menyebabkannya. Penyebab ikterus pada
neonatus dapat berdiri sendiri ataupun dapat disebabkan oleh banyak faktor.
Pada masa neonatus, fungsi hepar belum berfungsi dengan optimal sehingga
proses tidak terjadi secara maksimal atau jika terdapat gangguan dalam
fungsi hepar akibat kekurangan glukosa, keadaan ini dapat menyebabkan kadar
bilirubin indirek dalam darah dapat meningkat. (Wiknjosastro, 2007)
Hiperbilirubinemia menyebabkan bayi terlihat berwarna kuning, keadaan
ini timbul akibat akumulasi pigmen bilirubin yang berwarna kuning pada
sklera dan kulit. Isomer bilirubin ini berasal dari hemoglobin. Pada
neonatus produksi bilirubin 2 sampai 3 kali lebih tinggi dibanding orang
dewasa normal. Hal ini dapat terjadi karena jumlah eritosit pada neonatus lebih
banyak dan usianya lebih pendek. (Wiknjosastro, 2007). Di Amerika Serikat, dari
4 juta neonatus yang lahir setiap tahunnya, sekitar 65% mengalami ikterus. Di
Indonesia, didapatkan data ikterus neonatorum dari beberapa rumah sakit
pendidikan. Sebuah studi cross sectional yang dilakukan di Rumah Sakit Umum
Pusat Rujukan Nasional Cipto Mangunkusumo selama tahun 2003, menemukan
data tentang ikterus pada bayi baru lahir sebesar 58% untuk kadar bilirubin diatas
5 mg/dl dan 29,3% dengan kadar bilirubin diatas 12 mg/dl pada minggu pertama
kehidupan. Di RSUD Dr. Muwardi, di mana ikterus pada tahun 2003 hanya
sebesar 13,7% dan 78% di antaranya merupakan ikterus fisiologis dan sisanya

4
ikterus patologis. Angka kematian terkait hiperbilirubinemia sebesar 13,1%.
Didapatkan juga data ikterus pada bayi cukup bulan sebesar 12,0% dan bayi
kurang bulan 22,8% (Martin : 2003).

Berdasarkan uraian di atas mendorong penulis untuk melakukan asuhan


keperawatan pada klien dengan kasus hiperbilirubinemia, dengan tujuan dapat
membantu klien dalam menanggulangi masalah yang dihadapi.
1.2. Rumusan Masalah
1. Ikterus pada bayi baru lahir normal?
2. Patofisiologis bayi baru lahir normal?
3. Presdiposisi, penyulit, dan resiko, pada bayi baru lahir normal?
4. Penilaian, komplikasi, serta diagnosis pada bayi baru lahir normal?
1.3. Tujuan Penulisan Makalah
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan ikterus pada bari baru lahir
normal!
2. Untuk mengetahui patofisiologis pada bayi baru lahir!
3. Untuk mengetahui apa saja faktor presdiposisi, penyulit, dan resiko, pada bayi
baru lahir normal!
4. Untuk mengetahui penilaian, komplikasi serta diagnosis apa saja yang terjadi
pada bayi baru lahir!

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Bayi Baru Lahir

a. Pengertian
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu
dan berat badanya 2500-4000 gram
( nany,2010:1)

b. Ciri-ciri bayi baru lahir normal


1. Lahir aterm antara 37- 42 minggu.
2. Berat badan 2500 - 4000 gram.
3. Panjang badan 48-52 cm.
4. Lingkar dada 30-38 cm.
5. Lingkar kepala 33-35 cm.
6. Lingkar lengan 11-12 cm.
7. Frekuensi denyut jantung 120-160 menit.
8. Pernafasan ±40-60x/ menit.
9. Kulit kemerah merahan dan licin karena jaringansubkutan yang cukup.
10. Kuku agak panjang dan lembut.
11. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna.
12. Nilai APGAR >7.
13. Gerak aktif.
14. Bayi lahir langsung menangis kuat.
15. Reflek rooting (mencari puting susu dengan rangsangan taktil pada pipi dan
daerah mulut) sudah terbentuk dengan baik.
16. Reflek sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan baik.
17. Reflek morro (gerakan memeluk jika dikagetkan) sudah terbentuk dengan
baik.

6
18. Reflek graping (menggegam) sudah baik.
19. Genetalia
a) Pada laki laki kematangan ditandai dengan testis yang berada pada
sekrotum dan penis yang berlubang.
b) Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uretra yang
berlubang, serta ada labiya mayora dan minora.
20. Eliminasi baik yang ditandai dengan keluarnya mekonium dalam 24 jam
pertama dan berwarna hitam kecoklatan.

c. Neonatus bayi dan anak dengan penyakit yang lazim.


a Pengertian ikterus
Ikterus adalah perubahan warna kulit dan sklera menjadi kuning akibat
peningkatan kadar bilirubin dalam darah Pada neonatus, ikterus dapat bersifat
fisiologis maupun patologis. Ikterus fisiologis tampak kira-kira 48 jam setelah
kelahiran, dan biasanya menetap dalam 10-12 hari (Myles, 2009).
Warna kuning (Ikterus) pada bayi baru lahir adakalanya merupakan
kejadian alamiah (Fisiologis), adakalanya menggambarkan suatu penyakit
(Patologis) Kejadian ikterus sering dijumpai pada bayi dengan BBLR (Berat
Badan Lahir Rendah) (Rustam Mochtar, 1998). Dalam batas normal timbul
pada hari kedua sampai ketiga dan menghilang pada hari kesepuluh (Vivian
lia dewi:2010). Pada neonatus cukup bulan, kadar bilirubin tidak melebihi 10
mg/dl dan bayi kurang bulan, kurang dari 12 mg/dl. Ikterus fisiologis baru
dapat dinyatakan sesudah diobservasi dalam minggu pertama sesudah
kelahiran ( Surasmi Asrining, 2003).
Ikterus fisiologis tampak kira-kira 48 jam setelah kelahiran, dan biasanya
menetap dalam 10-12 hari (Myles, 2009).
Ikterus patologis adalah ikterus yang terjadi pada 24 jam pertama bayi baru
lahir. (Myles, 2009).

7
b Penyebab terjadinya ikterus
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya
ikterus yaitu sebagai berikut.
1) Prahepatik
Ikterus ini disebabkan karena produksi bilirubin yang meningkat pada
proses hemolisis sel darah merah (ikterus hemolitik). Peningkatan bilirubin
dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah infeksi, kelainan
sel darah merah, dan toksin dari luar tubuh, serta dari tubuh itu sendiri.
2) Pascahepatik ( obstruktif)
Adanya obstruksi pada saluran empedu yang mengakibatkan bilirubin
konjugasi akan kembali lagi kedalam sel hati dan masuk kedalam aliran
darah, kemudian sebagian masuk dalam ginjal dan diekresikan dalam urin.
Sementara itu, sebagian lagi tertimbun dalam tubuh sehingga kulit dan
sklera berwarna kuning kehijauan serta gatal. Sebagai akibat dari obstruksi
saluran empedu menyebabkan ekskresi bilirubin kedalam saluran
pencernaan berkurang, sehingga feses akan berwarna putih keabu abuan,
liat dan seperti dempul.
3) Hepatoseluler

Konjugasi bilirubin terjadi pada sel hati, apabila sel hati mangalami
kerusakan maka secara otomatis akan mengganggu proses konjugasi
bilirubin sehingga bilirubin direc meningkat dalam aliran darah. Bilirubin
direc mudah larut dalam air, namun sebagian masih tertimbun dalam aliran
darah. (nany, 2010: 76)

c Macam-macam ikterus
1) Fisiologis

8
Ikterik fisiologis adalah ikterik yang normal yang dialami oleh bayi baru
lahir, tidak mempunyai dasar patologis sehingga tidak berpotensi menjadi
kern ikterus.
a) Timbul pada hari kedua dan ketiga setelah bayi baru lahir.
b) Kadar bilirubin indirect tidak lebih dari 10mg% pada neonatus cukup
bulan dan 12 mg% pada neonatus kurang bulan.
c) Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak lebih dari 5 mg% per
hari.
d) Kadar bilirubin direct tidak lebih dari 1 mg%. Ikterus menghilang
pada 10 hari pertama.
e) Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologis.

2) Patologi
Ikterik patologis adalah ikterus yang memunyai dasar patologis dengan
kadar bilirubin mencapai suatu nilai yang disebut hiperbilirubinemia.
Ikterik patologi memiliki tanda dan gejala sebagai berikut:
a) Ikterik terjadi 24 jam pertama.
b) Kadar bilirubin melebihi 10 mg% pada neonatus cukup bulan atau
melebihi 12,5 mg% pada neonatus kurang bulan.
c) Peningkatan bilirubin melebihi 5 mg% per hari.
d) Ikterik menetap sesudah 2 minggu pertama.
e) Kadar bilirubin direc lebih dari 1 mg%.
f) Mempunyai hubungan dengan proses hemolitik. (Nany, 2010 : 75)

d Patofisiologi
1) Produksi berlebihan (Prahepatik).
2) Penurunan sekresi ( Post-hepatik)
3) Campuran ( Garna,2005)

9
e Faktor presdiposisi
Keadaan yang mengurangi kapasitas ikat bilirubin
1) Asidosis
2) Asfiksia
3) Hipoalbuminemia
4) Infeksi
5) Prematuritas
6) Hipoglikemi
f Penyulit
Kern ikterus
1) Stadium 1 : Reflek moro jelek, hopotermi, latergi,
poorfeeding, vomitus, high pitched cry,
kejang.

2) Stadium 2
: Opistotonus, regiditas, occulogyric crises, mata
cenderung diviasi keatas.

3) Stadium 3 : Sepastisitas.

4) Stadium 4 : Gejala sisa lanjut spasitas, atetosis, tuli


persial/ komplit, retardasi mental, paralisis bola mata keatas, displasia dental.
g Faktor Resiko
Pengkajian setiap bayi meliputi mengidentifikasi setiap faktor resiko utama
adanya ikterik. Pengkajian ini meliputi setiap penyakit atau gangguan yang
meningkatkan produksi bilirubin, atau yang mengganggu transpor atau
ekskeresi bilirubin seperti:
1) Trauma lahir.
2) Pemberian susu formula atau pengeluaran mekonium terlambat.
3) Prematur.

10
4) Riwayat penyakit hemolitik signifikan dalam keluarga yang ikterus, atau
presdiposisi etnik terhadap ikterus atau penyakit keturunan.
5) Ikterus tampak 24 jam pertama (menunjukan adanya hemolisis) atau
ikterus memanjang (kemungkinan menunjukan penyakit serius, seperti
hipertiroidisme atau ikterus obstruktif ) (Meyles 2009: 851)
h Penilaian
Ada beberapa cara untuk menunjukan derajat ikterik yang merupakanresiko
terjadinya kern ikterik misalnya kadar bilirubin bebas: kadar bilirubin 1&2
atau secara klinis dilakukan dibawah sinar biasa (day- light). Sebaiknya
penilaian ikterik dilakukan secara laboratoris. Apabila fasilitas tidak
memungkinkan dapat dilakukan secara klinis. (Prawiroharjo 2008:384)

Gambar 2.1 Rumus kramer

Keterangan

1. Kepala dan leher


2. Daerah 1 (+) badan bagian atas.
3. Daerah 1,2 (+) bagian bawah dan
tungkai.
4. Daerah 1,2,3 (+) lengan dan kaki
dibawah dengkul
5. Daerah 1,2,3,4 (+) tangan dan kaki

Sumber : Prawiroharjo 2010

i Komplikasi
Kern ikterus adalah suatu kerusakan otak akibat adanya bilirubin indirec
pada otak. Kern ikterus ditandai dengan kadar bilirubin darah yang tinggi (>
20 mg% pada bayi cukup bulan atau >18 mg% pada bayi berat badan lahir

11
rendah) disertai dengan gejala kerusakan otak berupa mata berputar, latergi,
kejang, tak mau menghisap, tonus otot meningkat, leher kaku, epistotonus,
dan sianosis, serta dapat diikuti dengan ketulian, gangguan berbicara, dan
retardasi mental dikemudian hari. (Nany 2010: 78)

j Diagnosis
Diagnosis masalah yang terjadi pada bayi dengan hiperbilirubinnemia antara
lain:
1) Risiko tinggi injuri.
Terjadi akibat dampak peningkatan kadar bilirubin dan efek dari transfusi
tukar yang dapat merusak otak, masalah ini dapat diatasi dengan:
a) Mengkaji dan memonitoring terhadap dampak perubahan kadar bilirubin
seperti adanya ikterus.
(1) Konsentrasi urine.
(2) Latergi.
(3) Kesulitan makan.
(4) Reflek moro.
(5) Adanya tremor.
(6) Iritabilitas.
(7) Memonitor bilirubin.
Sedangkan resiko injuri karena efek dari transfusi tukar interfensi yang di
lakukan adalah memonitor kadar bilirubin, sebelum dan sesudah transfusi
tukar tiap 4-6 Jam selama 24 Jam post transfusi tukar, memonitor karena
tekanan darah, nadi, temperaturnya, adanya vomiting, cyansis,
mempertahankan kalori, kebutuhan cairan sampai post transfusi tukar dan
melakukan kolaborasi dalam pemberian obat untuk meningkatkan
transfortasi dan konjugasi.
2) Resiko tinggi kurangnya volume cairan.

12
Resiko tinggi kurangnya cairan pada hiperbilirubinemia ini dapat
disebabkan oleh karena selama tindakan foto terapi, yaitu tindakan yang
dapat diperoleh dalam mencegah terjadinya kekurangan volume cairan
adalah sebagai berikut dengan mempertahankan intek cairan dengan
menyediakan cairan peroral atau cairan parentral, memonitoring pada out
put diantaranya jumlah urine, warna dan buang air besar, mengkaji
perubahan setatus hidrasinya.
3) Gangguan integritas kulit.
Gangguan integritas kulit pada bayi dengan hiperbilirubinemia ini
disebabkan karena efek dari foto terapi yang dapat menyebabkan kulit
kering, iritasi pada mata untuk mengatasi tersebut dengan menutup mata
dengan kain yang tidak tembus cahaya, mengatur posisi setiap 6 Jam,
mengkaji kondisi kulit, menjaga integritas kulit selama terapi dengan
mengeringkan daerah yang basah untuk mengurangi iritasi serta
mempertahankan kebersihan kulit.
4) Risiko tinggi menjadi orang tua dan pengetahuan keluarga.
Resiko tinggi perubahan menjadi orang tua disebabkan karena kehadiran
anak mengingat bayi dilahirkan dilakukan tindakan ditempat kusus.
Kurangnya pengetahuan terhadap orang tua disebabkan tentang perawatan
bayi dirumah, meskipun ikterus fisiologis ikterus pada bayi dapat hilang
secara sendiri, tetapi bayi dengan hiperbilirubinemia membutuhkan
tindakan kusus dan orang tua harus harus diberikan pendidikan pula.
( Hidayat, 2008: 196)

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu
dan berat badanya 2500-4000 gram ( nany,2010:1)ikterus adalah perubahan warna
kulit dan sklera menjadi kuning akibat peningkatan kadar bilirubin dalam darah
Pada neonatus, ikterus dapat bersifat fisiologis maupun patologis. Ikterus fisiologis
tampak kira-kira 48 jam setelah kelahiran, dan biasanya menetap dalam 10-12 hari
(Myles, 2009).
Kern ikterus adalah suatu kerusakan otak akibat adanya bilirubin indirec pada
otak. Kern ikterus ditandai dengan kadar bilirubin darah yang tinggi (> 20 mg%
pada bayi cukup bulan atau >18 mg% pada bayi berat badan lahir rendah) disertai
dengan gejala kerusakan otak berupa mata berputar, latergi, kejang, tak mau
menghisap, tonus otot meningkat, leher kaku, epistotonus, dan sianosis, serta dapat
diikuti dengan ketulian, gangguan berbicara, dan retardasi mental dikemudian hari.

14
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2310/3/BAB
%2520II.pdf&ved=2ahUKEwi21J6Dk97xAhWQSH0KHXZaChYQFjAXegQICRAC&usg=AOvVaw3
SsNeETL8qCX0Zlrs2NZh4

https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://eprints.ums.ac.id/13341/2/BAB_I.pdf&ved=2ahUKEwip
v_iYk97xAhWYaCsKHWjaBioQFjACegQICxAC&usg=AOvVaw1ZADv-7ywW8s6nxbRL7p2E

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://repositori.uin-
alauddin.ac.id/12784/1/KTI%2520NADA%2520NOVA%2520WANDA-
70400115010.pdf&ved=2ahUKEwjGxKuok97xAhXEbn0KHa8NDUUQFjALegQIFBAC&usg=AOv
Vaw2x7rPOdYKC7Z7lu_p5faN8

https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2310/3/BAB
%2520II.pdf&ved=2ahUKEwjGxKuok97xAhXEbn0KHa8NDUUQFjANegQIAxAC&usg=AOvVaw
3SsNeETL8qCX0Zlrs2NZh4

15

Anda mungkin juga menyukai