Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KIT KESEHATAN REPRODUKSI DALAM SITUASI DARURAT

BENCANA

DOSEN : Siti Hadijah Batjo,SSit.,MPH

DISUSUN OLEH:KELOMPOK 3

RITA ASHARI SINTA

MUNIFA AMALIA

WIDYA NINGSI

WINDI PRASTIKA WAGEY

TINA TRISNA

TIKA ANGGRAENI

NI PUTU TANIA FEBRIANI

NI KOMANG WIDASTRI

ANDINI OCTAVIANI

LILIYANI PUTRI

INAYAH NURZAMAN

NILUH RANI MARCELITA

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga makalah
yang berjudul “Kit Kesehatan Reproduksi dalam Situasi Darurat Bencana” ini dapat tersusun
hingga selesai. Pembuatan makalah ini bertujuan guna memenuhi tugas Mata kuliah Manajemen
Krisis.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan sebagai
refrensi tambahan dalam mempelajari mata kuliah Manajemen Krisis.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kelompok kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
A. Latar belakang.................................................................................................................................1
B. Rumusan masalah............................................................................................................................2
C. Tujuan..............................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................................3
A. Isi Kit Kesehatan Reproduksi dalam Situasi Darurat Bencana.........................................................3
B. Kebutuhan kit Kesehatan Reproduksi dalam Situasi Darurat Bencana............................................7
BAB III.......................................................................................................................................................9
PENUTUP..................................................................................................................................................9
A. Kesimpulan......................................................................................................................................9
B. Saran................................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Banyak pihak telah berupaya memberikan pelayanan kesehatan pada kondisi krisis
akibat bencana di atas, namun masih terbatas pada penanganan masalah kesehatan secara
umum, sedang kesehatan reproduksi belum menjadi prioritas dan sering kali tidak
tersedia. Padahal pada kondisi darurat, tetap saja ada ibu-ibu hamil yang membutuhkan
pertolongan, tetap ada proses kelahiran yang tidak bisa ditunda ataupun adanya
kebutuhan akan layanan keluarga berencana termasuk juga kebutuhan khusus perempuan.
Dalam kondisi darurat resiko terjadinya kekerasan berbasis gender cenderung untuk
meningkat, oleh karena itu perlu adanya upaya pencegahan dan penanganannya.
Dalam upaya mengintegrasikan kesehatan reproduksi pada awal respon bencana
tersebut, diperlukan adanya peningkatan pengetahuan dan kemampuan dari pihak-pihak
yang bekerja langsung dalam penanganan permasalahan di bidang kesehatan, khususnya
untuk bidang kesehatan reproduksi dalam situasi darurat bencana.
Pelayanan Kesehatan Reproduksi dalam Situasi Darurat Bencana dilaksanakan
melalui Paket Pelayanan Awal Minimum (PPAM) pada saat awal bencana. PPAM
Kesehatan Reproduksi merupakan bagian dari Pedoman Penanggulangan Krisis
Kesehatan Akibat Bencana. Dalam paket PPAM tersebut di atas termasuk dibutuhkannya
logistik dan supply kespro dalam situasi darurat. Logistik dan supply kespro ini disebut
RH Kit. RH Kit adalah alat dan bahan yang dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan dasar
bagi ibu hamil, ibu bersalin, bayi dan balita dalam situasi darurat.
Kebutuhan akan pelayanan Kesehatan Reproduksi harus selalu tersedia, bahkan
cenderung meningkat dalam situasi darurat bencana. Untuk itu tidak semua pelayanan
kesehatan reproduksi diperlukan, akan tetapi cukup pelayanan yang utama dan mendasar
seperti yang terdapat dalam Paket Pelayanan Awal Minimum (PPAM) kesehatan
reproduksi situasi. Dengan adanya pertemuan ini diharapkan pengelola mampu
menangani permasalahan kesehatan khususnya kesehatan reproduksi dalam situasi
darurat bencana.

1
B. Rumusan masalah
A. Apasaja isi dari kit kesehatan reproduksi dalam situasi darurat bencana?
B. Bagaimana kebutuhan kit kesehatan reproduksi dalam situasi darurat bencana?

C. Tujuan
A. Mengetahui isi kit kesehatan reproduksi dalam situasi darurat bencana
B. Mengetahui kebutuhan kit kesehatan reproduksin dalam situasi darurat bencana

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Isi Kit Kesehatan Reproduksi dalam Situasi Darurat Bencana


Memastikan tersedianya layanan kesehatan reproduksi dalam situasi darurat bencana
adalah sangat penting karena merupakan hak asasi manusia, dan apabila dilaksanakan
pada fase awal bencana akan dapat menyelamatkan nyawa dan mencegah kesakitan bagi
penduduk yang terkena dampak. Dalam situasi normalpun sudah banyak permasalahan di
bidang kesehatan reproduksi, seperti tingginya angka kematian ibu, kasus kehamilan yang
tidak dikehendaki, kasus HIV/AIDS, dll, dan kondisi ini akan menjadi lebih buruk dalam
situasi darurat bencana. Kesehatan reproduksi juga telah menjadi salah satu standard
minimum di bidang kesehatan dalam respon bencana berdasarkan piagam kemanusiaan
internasional (SPHERE).
Kebutuhan akan kesehatan reproduksi akan tetap ada dan kenyataannya justru
meningkat di masa darurat bencana:
 Saat darurat tetap ada ibu hamil yang membutuhkan layanan dan akan melahirkan
bayinya kapan saja
 Risiko kekerasan seksual meningkat dalam keadaan sosial yang tidak stabil
 Risiko penularan ims/hiv meningkat karena keterbatasan sarana untuk
melaksanakan kewaspadaan universal, meningkatnya risiko kekerasan seksual,
dan bertemunya populasi dengan prevalensi hiv tinggi dan rendah
 Kurangnya pelayanan kb akan meningkatkan risiko kehamilan yang tidak
dikehendaki yang sering berakhir dengan aborsi yang tidak aman
 Kurangnya akses ke layanan gawat darurat kebidanan komprehensif akan
meningkatkan risiko kematian ibu
Penerapan kesehatan reproduksi dalam situasi darurat bencana adalah sama untuk
setiap jenis bencana, yaitu melalui penerapan Paket Pelayanan Awal Minimum (PPAM),
yang merupakan seperangkat kegiatan prioritas untuk dilaksanakan pada fase awal
kondisi darurat untuk menyelamatkan nyawa dan mencegah kesakitan terutama pada
perempuan. Segera setelah kondisi memungkinkan dan lebih stabil dapat diberikan
pelayanan kesehatan reproduksi yang komprehensif yang terintegrasi dalam pelayanan

3
kesehatan dasar. Pelayanan kesehatan reproduksi komprehensif adalah pelayanan
kesehatan reproduksi lengkap seperti yang biasa diberikan pada saat kondisi normal.
Karena keterbatasan sumber daya dan banyaknya prioritas masalah kesehatan lain
yang harus ditangani, tidak semua layanan kesehatan reproduksi dapat diberikan pada
situasi darurat bencana. Prioritas diberikan pada dukungan untuk proses persalinan,
pencegahan dan penanganan kekerasan seksual dan pencegahan penularan IMS dan HIV.
Dalam penerapan PPAM tidak perlu dilakukan penilaian untuk mengumpulkan data
sasaran seperti jumlah ibu hamil, jumlah wanita usia subur, jumlah pria dewasa, dll,
karena dalam fase awal situasi darurat bencana data-data tersebut sangat sulit diperoleh.
Kita dapat menggunakan estimasi statistik, seperti:
1) 4% dari penduduk adalah ibu hamil (dalam kondisi darurat bencana)
2) 25% adalah wanita usia subur
3) 20% pria dewasa
4) 20% ibu hamil akan mengalami komplikasi, dll.
Pada tanggap darurat krisis kesehatan selain memastikan terlaksananya lima
komponen Paket Pelayanan Awal Minimum Kesehatan Reproduksi, koordinator
kesehatan reproduksi harus memiliki kemampuan mengkoordinasikan pengelolaan
logistik kesehatan reproduksi, mulai dari perencanaan kebutuhan, pendistribusian dan
monitoring serta evaluasi penggunaan logistik kesehatan reproduksi.
Logistik untuk kesehatan reproduksi pada tanggap darurat krisis kesehatan terdiri
dari:
a. Kit Individu
b. Kit Bidan/Partus Set
c. Kit Kesehatan Reproduksi (RH Kit)

Kit Individu
Kit individu merupakan paket berisi pakaian, perlengkapan kebersihan diri,
perlengkapan bayi, dll, yang disediakan untuk individu yang merupakan target sasaran
dari PPAM yaitu diberikan kepada perempuan usia subur, ibu hamil, ibu bersalin dan
bayi baru lahir. Kit ini dapat langsung diberikan dalam waktu 1-2 hari saat
bencana/tanggap darurat kepada pengungsi setelah melakukan estimasi jumlah sasaran.

4
Terdapat 4 jenis kit individu yaitu:
 Kit hygiene(berwarna biru), sasaran: Perempuan usia subur
a. Sarung 1 buah
b. T-shirt 2 buah
c. Handuk 1 buah
d. Sabun mandi 80 gram
e. Pasta gigi
f. Sikat gigi
g. Shampoo
h. Sisir plastik
i. Pembalut 3 pak (isi 10-12)
j. Celana dalam dan Bra all size, 3 buah
k. Sandal
l. Tas kanvas warna biru dengan tulisan Kit Higiene
 Kit ibu hamil(Hijau) Untuk ibu hamil trimester III
a. Bra ibu hamil 3 buah ukuran besar
b. Kain panjang 1 buah
c. Celana dalam ibu hamil (dengan ukuran yang bisa disesuaikan sesuai besar
kehamilan) 3 buah
d. Baju ibu hamil, katun, lengan panjang, ukuran besar
e. Tas kanvas warna hijau dengan tulisan Kit Ibu Hamil
 Kit ibu bersalin Oranye Untuk ibu paskabersalin/nifas
a. Bra ibu menyusui : 3 buah (ukuran besar)
b. Sarung/kain panjang 1 buah
c. Pembalut ibu melahirkan : 3 pak(12buah)
d. Baju menyusui 1 buah (ukuran besar, katun)
e. Baju dengan kancing bukaan depan untuk menyusui , ukuran besar, katun
f. Celana dalam, 3 buah, ukuran besar
g. Tas kanvas warna hijau dengan tulisan Kit Ibu Bersalin
 Kit bayi baru lahir Merah Untuk bayi baru lahir sampai usia 3 bulan
Adapun isi dari kit bayi yaitu:

5
a. Popok katun yang dipakai ulang 12 buah
b. Baju bayi katun 12 buah
c. Sarung tangan dan kaki12 set
d. Selimut bayi 1 buah
e. Kain bedong, flanel halus 12 buah
f. Topi bayi (flannel) 1 buah
g. Kelambu bayi yang bisa dilipat 1 buah
h. Sabun bayi 1buah (80gr)
i. Bedak bayi 1buah (100gr)
j. Handuk bayi 1buah (halus, ukuran sedang)
k. Baby oil/ Minyak telon 1 botol (50ml)
l. Tas kanvas warna merah dengan tulisan Kit Bayi

Jenis barang yang terdapat di dalam kit individu bisa disesuaikan dengan kebutuhan
kesehatan reproduksi pengungsi serta anggaran yang tersedia. Kit di diadakan dan
disimpan di gudang sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pada saat bencana/tanggap
darurat, akan sulit mendapatkan data sasaran dari PPAM seperti jumlah wanita usia
subur, jumlah ibu hamil, ibu hamil yang akan mengalami komplikasi, jumlah laki-laki
yang aktif secara seksual dll. Data yang tersedia biasanya hanya jumlah pengungsi saja.
Jika data riil tidak tersedia, maka perhitungan kebutuhan logistik untuk pelayanan.
Pada saat bencana/tanggap darurat ketersediaan semua jenis kit sangat diperlukan.
Namun, apabila terdapat kendala dalam pendanaan dapat dipilih jenis barang yang benar
benar dibutuhkan oleh sasaran, sebagai contoh: wanita usia subur membutuhkan pakaian
dalam dan pembalut. Kit disediakan oleh pemerintah dan disimpan di gudang sesuai
dengan peraturan yang berlaku, atau pengadaan dan penyediaankit individu dapat
dikoordinasikan dengan sektor atau lembaga lain, misalnya bantuan pihak swasta.

Bidan Kit
Pada saat bencana/tanggap darurat, alat-alat kesehatan kemungkinan banyak yang
rusak termasuk alat kesehatan yang digunakan untuk menolong persalinan.Bidan kit
dapat diberikan kepada bidan untuk mengganti peralatan yang hilang saat
bencana/tanggap darurat sehingga masih bisa melakukan pelayanan seperti sediakala.Kit

6
untuk bidan dapat diadakan sebelum bencana sebagai persediaan dan di simpan/diadakan
di gudang sesuai dengan peraturan yang berlaku.Kit ini dapat didistribusikan sesegera
mungkin pada saat bencana/tanggap darurat apabila dibutuhkan. Pada pertolongan
persalinan mungkin diperlukan juga beberapa alat tambahan seperti:baskom dan tempat
air mengalir untuk mencuci tangan yang perlu dipikirkan penyediaannya.

B. Kebutuhan kit Kesehatan Reproduksi dalam Situasi Darurat Bencana


Untuk melaksanakan PPAM kesehatan reproduksi yaitu dalam memberikan
pelayanan klinis bagi penyintas perkosaan, mengurangi penularan HIV serta mencegah
meningkatnya kesakitan dan kematian ibu dan neonatal, telah dirancang paket paket yang
berisi obat dan alat kesehatan yang dibutuhkan yang disebut Kit Kesehatan Reproduksi
(Kit RH).
Kit kesehatan reproduksi dikemas dan diberi nomor sesuai dengan jenis tindakan
yang akan dilakukan. Alat, obat dan bahan habis pakai tersedia lengkap di tiap kemasan.
Sebagai contoh: Kit nomor 2 untuk pertolongan persalinan bersih , Kit nomor 12 untuk
transfusi darah. Kit nomor 4 untuk kontrasepsi oral dan injeksi dan lain sebagainya.
Penomoran ini bertujuan untuk memudahkan pengelolaan dan penggunaannya pada saat
bencana/tanggap darurat.
Kit kesehatan reproduksi dirancang untuk digunakan dalam jangka waktu tiga bulan
untuk jumlah penduduk tertentu.Kebutuhan kit tergantung pada jumlah pengungsi, dan
jenis pelayanan yang akan diberikan dan perkiraan lamanya waktu mengungsi.
Pendistribusian kit kesehatan reproduksi harus diikuti dengan penjelasan kepada
penerima tentang isi kit, cara menyimpan dan penggunaannya. Harus diingat bahwa kit
kesehatan reproduksi terdiri dari alat dan obat yang sama dengan yang tersedia di fasilitas
pelayanan kesehatan. Perbedaannya adalah alat dan obat tersebut sudah dikemas sehingga
memudahkan petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan pada dalam
penanggulangan bencana.
Apabila terjadi bencanaberskala besar dimana dibutuhkan peralatan dan obat untuk
pelayanan kesehatan reproduksi yang mendesak dan kit belum tersedia, Dinas Kesehatan
setempat dapat mengajukan permohonan bantuan penyediaan kit kesehatan reproduksi
kepada Kementerian Kesehatan yang akan didatangkan dari Copenhagen, Denmark yang
merupakan gudang logistik untuk bantuan kemanusiaan internasional. Pada saat

7
memesan, rencanakan pendistribusiannya. Rencana tersebut yang meliputi kemana akan
dikirimkan, kondisi medan, alat transportasi yang akan digunakan dan gudang
penyimpanan sementara.Kit kesehatan reproduksi hanya dapat dipesan pada dalam
penanggulangan bencana.
Perlu dipertimbangkan bahwa pengajuan kebutuhan kit kesehatan reproduksi
dilakukan apabila memang benar benar dibutuhkan.Bila masih ada fasilitas pelayanan
kesehatan yang masih berfungsi, disarankan untuk dimanfaatkan secara
optimal.Pemerintah/Dinas Kesehatan setempat dapat menyediakan Kit kesehatan
reproduksi dan bahan habis pakai secara lokal sesuai pedoman. Koordinator kesehatan
reproduksi harus memastikan bahwa obat dan alat kesehatan tersedia dan terintegrasi
kedalam sistem pelayanan yang sudah ada. Selain itu, Koordinator kesehatan reproduksi
harus melakukan pengenalan singkat tentang isi dan cara penggunaan kit kesehatan
reproduksi serta memastikan kit tersebut digunakan.
Kit kesehatan reproduksi terdiri dari tigablok, masing-masingblok ditujukan bagi
tingkat pelayanan kesehatanyangberbeda:
a. Blok 1 : Tingkat masyarakat dan pelayanankesehatandasar untuk10.000
orang/3bulan Blok1 terdiri dari 6 kit (kit 0 sampai 5). Perlengkapan ini
ditujukan untuk memberikan pelayanan kesehatan reproduksi di tingkat
masyarakat dan perawatan kesehatan dasar. Kitini berisi obat-obatan dan bahan
habis pakai. Kit 1, 2 dan 3 terdiri dari dua bagian, A dan B,yang dapat dipesan
secara terpisah.
b. Blok 2 : Tingkat pelayanan kesehatan dasar danrumah sakitrujukan untuk
30.000 orang/3 bulan Blok 2 terdiri dari 5 kit ( kit 6 sampai 10 ) yang berisi
bahan habis pakai dan bahan yang dapat digunakan kembali. Perlengkapan ini
ditujukan untuk memberikan pelayanan kesehatan reproduksi pada tingkat
puskesmas atau rumah sakit.
c. Blok 3 : Tingkat rumah sakit rujukan untuk150.000 orang/3 bulan Blok 3
terdiri dari 2 kit ( kit 11 dan 12 ) yang berisi bahan habis pakai dan
perlengkapan yang dapat digunakan kembali untuk memberikan pelayanan
PONEK pada tingkat rujukan (bedah caesar). Kit 11 terdiri dari dua bagian,A
dan B, yang dapat dipesan secara terpisah.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Untuk penerapan PPAM diperlukan dukungan ketersediaan logistik. Logistik untuk
penerapan PPAM terdiri dari: Individual kit, Bidan Kit, Kit Kesehatan Reproduksi
Koordinator kesehatan reproduksi harus dapat menghitung kebutuhan logistik kesehatan
reproduksi pada saat bencana berdasarkan perkiraan lamanya waktu mengungsi.
kit kesehatan reproduksi terdiri dari alat dan obat yang sama dengan yang tersedia di
fasilitas pelayanan kesehatan. Perbedaannya adalah alat dan obat tersebut sudah dikemas
sehingga memudahkan petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan pada dalam
penanggulangan bencana.

B. Saran
Dalam upaya-upaya meningkatkan kesehatan reproduksi pada situasi bencana
membutuhkan peran dari berbagai pihak untuk ikut serta dalam pemberian kit kesehatan
reproduksi.
Untuk itu kami harapkan kepada pelaksana pemberian kit kesehatan reproduksi pada
situasi bencana untuk selalu menyediakan kebutuhan logistik kesehatan reproduksi
karena bencana bisa saja terjadi kapanpun dan dimanapun, dan kami berharap kepada
pelaksana untuk dapat membagikan kit kesehatan reproduksi secara merata di tempat-
tempat yang terkena bencana.

9
DAFTAR PUSTAKA

Inter agency Working Group on Reproductive Health in Crises. 2010. Buku Pedoman Lapangan
Antar lembaga Kesehatan Reproduksi dalam Situasi Darurat Bencana. Revisi untuk
peninauan lapangan. Jakarta: Inter agencyWorking Group on Reproductive Health in
Crises.

Departemen Kesehatan RI dan UNFPA. 2008. Pedoman Praktis Kesehatan Reproduksi pada
Penanggulangan bencana di Indonesia. Jakarta:Departemen Kesehatan RI dan UNFPA.

PEDOMAN TEKNIS PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA –


2011

IAFM. (2010). Buku Pedoman Lapangan Antar-lembaga Kesehatan Reproduksi dalam Situasi
Darurat Bencana. Jakarta.

RI, K. K. (2014). Buku Pedoman Paket Pelayanan Awal Minimum (PPAM). Jakarta.

Peran Bidan dalam Pelayanan Kesehatan Reproduksi Pada Situasi Bencana.


Diakses melalui : https://www.ibi.or.id › mediaPDF

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2013 Tentang


Penanggulangan Krisis Kesehatan. (2015). Diakses dari:
http://pusatkrisis.kemkes.go.id/peraturan-menteri-kesehatan-republik-indonesia-nomor-64-
tahun-2013-tent.

Direktorat Kesehatan Ibu Kementerian Kesehatan RI dan UNFPA, 2015, Buku Pedoman Paket
Pelayanan Awal Minimum (PPAM) Kesehatan Reproduksi pada Krisis Kesehatan, Jakarta,
UNFPA

Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, 2011, Pedoman Teknis
Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana, Jakarta, Kementerian Kesehatan RI

10
UNFPA. (2011). Manual for Inter-Agency Reproductive Health Kits for Crisis Situations.
Diakses melalui: https://www.unfpa.org/sites/default/files/resource-pdf/RH%20kits
%20manual_EN_0.pdf.

11

Anda mungkin juga menyukai