Disusun Oleh :
Kelompok 11
Puji dan syukur kepada Allah SWT. yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk menyelesaikan makalah yang berjudulMakalah Manajemen
Asuhan Kebidanan Persalinan Dan Bayi Bayi Baru Lahir Pada Kondisi Bencana
Yang Berpusat Pada Perempuan & PPAM.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ..............................................................................................24
B. Saran .........................................................................................................24
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan daerah rawan bencana.
Bencana di Indonesia diakibatkan oleh posisi Indonesia yang terletak di garis katulistiwa
dan berbentuk kepulauan, fenomena perubahan iklim, letak pulau-pulau di Indonesia
diantara tiga lempeng tektonik dunia, dan peningkatan jumlah penduduk yang disertai
dengan peletakan permukiman yang tidak terkendali dan tertata dengan baik, serta
kesadaran masyarakat terhadap kebersihan dan keamanan yang kurang.
Menurut Direktur Pemberdayaan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB), Lilik Kurniawan mencatat 60 hingga 70 persen mayoritas korban
bencana yang ada di Indonesia adalah perempuan, anak-anak, dan lansia..
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana Pasal 26 Ayat 1a menyatakan bahwa, “Setiap orang berhak
mendapatkan perlindungan sosial dan rasa aman, khususnya bagi kelompok masyarakat
rentan bencana.” Kelompok masyarakat rentan bencana adalah anggota masyarakat yang
membutuhkan bantuan karena keadaan yang disandangnya di antaranya masyarakat
lanjut usia, penyandang cacat, anak-anak, serta ibu hamil dan menyusui.
Bidan merupakan tenaga kesehatan yang pada umumnya bekerja di puskesmas
atau yang berada di masyarakat/ komunitas yang paling dekat terkena dampak dari
bencana. Kontribusi bidan terhadap bencana/pengurangan risiko darurat atau
kesiap- siagaan sangat penting. Sementara itu Bidan sering tidak termasuk dalam tenaga
kesiapsiagaan bencana di tingkat lokal, nasional dan internasional. Hal ini didukung oleh
fakta yang dari WHO yang menyebutkan bahwa kesehatan ibu, bayi baru lahir dan
perempuan perlu diperhatikan dalam manajemen korban masal sehingga International
Confrederation of Midwives (ICM) dan asosiasi anggotanya untuk memastikan
bahwa bidan dapat berpartisipasi dan mengambil peran dalam kesiapsiagaan bencana.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Manajemen Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru
Lahir pada Kondisi Bencana?
2. Apa yang dimaksud dengan Asuhan berpusat pada Perempuan (Women Centerd
Care) ?
3. Apa yang dimaksud dengan Paket Pelayanan Awal Minimum (PPAM) ?
1
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Untuk menyelesaikan tugas pada mata kuliah Asuhan Kebidanan Persalinan & BBL.
2. Tujuan khusus
Untuk mengetahui pengetahuan manajemen asuhan kebidanan persalinan dan bayi
bayi baru lahir pada kondisi bencana yang berpusat pada perempuan (Women
Centered Care) & PPAM.
D. Manfaat Penulisan
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan:
1. Penulis, sebagai wahana penambah pengetahuan dan pemaparan pemikiran
mengenaiManajemen Asuhan Kebidanan Persalinan Dan Bayi Bayi Baru
Lahir Pada Kondisi Bencana Yang Berpusat Pada Perempuan & PPAM
2. Pembaca, sebagai media informasi perkembangan pengetahuan, informasi,dan
wawasan mengenai Manajemen Asuhan Kebidanan Persalinan Dan Bayi Bayi
Baru Lahir Pada Kondisi Bencana Yang Berpusat Pada Perempuan & PPAM.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Manajemen Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru Lahir Pada Kondisi
Bencana
1. Konsep Dasar Bencana
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat, baik disebabkan oleh faktor
alam dan/atau faktor non-alam termasuk di dalamnya faktor manusia, sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis.Penetapan penentuan masa tanggap darurat
ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan rekomendasi dari Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) maupun Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD).(PPAM Kespro Remaja, 2018)
2. Kelompok Rentan dan Prioritas Dalam Keadaan Bencana
Berdasarkan Undang-undang penanggulanggan bencana No 24 tahun 2007
pasal 55Kelompok rentan sebagaimana dimaksudterdiri atas:
a. bayi, balita, dan anak-anak;
b. ibu yang sedang mengandung atau menyusui;
c. penyandang cacat; dan
d. orang lanjut usia.
Dalam hal ini ibu bersalin dan bayi balita merupakan salah satu kelompok
rentan yang harus diberikan prioritas berupa penyelamatan, evakuasi,
pengamanan, pelayanan kesehatan, dan psikososial.
Pentingnya kesehatan maternal dan neonatal pada situasi darurat bencana
dikarenakan :
- Dalam kondisi bencana di pengungsian, sekitar 4% dari populasi akan
menjadi hamil dalam suatu periode waktu
- Pada kondisi bencana akan tetap ada ibu hamil yang akan melahirkan
kapan saja pada saat bencana sedang terjadi, pada saat evakuasi maupun
pada saat tinggl di pengungsian.
- Karena situasi kacau pada saat bencana, ibu yang belum waktunya
melahirkan jua dapat melahirkan lebih awal/ premature karena situasi yang
kacau dan harus menyelamatkan diri
3
- 15-20% kehamilan akn mengalami komlikasi dan membutuhkan
penanganan segera untuk menyelamatkan nyawa. .(PPAM,2018)
3. Manajemen Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru Lahir Pada Kondisi
Bencana
Manajemen kebidanan merupakan metode atau bentuk pendekatan yang
digunakan oleh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan sehingga langkah
langkah kebidanan merupakan alur pikir bidan dalam pemecahan masalah atau
pengambilan keputusan klinis.Asuhan kebidanan yang diberikan harus dicatat
secara benar, sederhana, jelas dan logis sehingga perlu metode pendokumentasian.
Metode pendokumentasian yang digunakan dalam asuhan kebidanan adalah
dengan SOAP yaitu Subjektif, Objektif, Assessment, dan Planning (Handayani,
2012).
Proses manajemen kebidanan sesuai Varney terdiri atas:
a. Langkah I: Pengumpulan data dasar
Dilakukan pengkajian dengan pengumpulan semua data yang diperlukan
untuk megevaluasi keadaan klien secara lengkap. Mengumpulkan semua
informasi yang akurat dari sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
b. Langkah II: Interpretasi data dasar
Dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa atau masalah klien
atau kebutuhan berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang
telah dikumpulkan. Kata “masalah dan diagnose” keduanya digunakan
karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa tetapi
membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam rencana asuhan
kebidanan terhadap klien. Masalah bisa menyertai diagnose. Kebutuhan
adalah suatu bentuk asuhan yang harus diberikan kepada klien, baik klien
tahu ataupun tidak tahu.
c. Langkah III: Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial
Mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan
rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Membutuhkan
antisipasi, bila mungkin dilakukan pencegahan. Penting untuk melakukan
asuhan yang aman.
d. Langkah IV: Identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan segera
4
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau
untuk dikonsultaikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan
yang lain sesuai dengan kondisi klien.
e. Langkah V: Merencanakan asuhan yang menyeluruh
Merencanakan asuhan yang menyeluruh, ditentukan oleh langkah-langkah
sebelumnya. Rencana asuhan yg menyeluruh meliputi apa yang sudah
diidentifikasi dari klien dan dari kerangka pedoman antisipasi terhadap
wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya.
f. Langkah VI: Melaksanakan perencanaan
Melaksanakan rencana asuhan pada langkah ke lima secara efisien dan
aman. Jika bidan tidak melakukannya sendiri ia tetap memikul tanggung
jawab untuk mengarahkan pelaksanaanya.
g. Langkah VII: Evaluasi
Dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi
pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi
sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasikan didalam
masalah dan diagnosa. (Kemenkes RI, 2017)
Manajemen asuhan kebidanan dan persalinan yang diberikan pada
kelompok rentan ini meskipun berada dalm kondisi bencana tetap harus
diberikan sesuai standar pelayanan minimal sesuai dengan Permenkes no 4
tahun 2019 yaitu :
a. Pelayanan Kesehatan bagi Penduduk Terdampak Krisis Kesehatan Akibat
Bencana dan/atau Berpotensi Bencana Provinsi
1) Standar Jumlah dan Kualitas Barang dan/atau Jasa.
2) Standar Jumlah dan Kualitas Personil/SDM Kesehatan
a) Kebutuhan SDM kesehatan dalam melakukan pelayanan kesehatan 24
jam di Pos Kesehatan bagi penduduk terdampak yang dapat terbagi
dalam beberapa shift yang disesuaikan dengan kondisi di lapangan
terdiri dari:
Dokter umum;
Perawat;
Bidan;
5
b) Kebutuhan SDM kesehatan untuk pengiriman tim penanggulangan
krisis kesehatan adalah sebagai berikut:
Dokter;
Perawat;
Bidan;
Tenaga kesehatan masyarakat terlatih yang memiliki kemampuan di
bidang surveilans, gizi, epidemiologi, kesehatan lingkungan,
kesehatan reproduksi, dan lain-lain;
Tenaga kesehatan terlatih yang memiliki kemampuan dalam
penanganan kesehatan jiwa;
Apoteker dan/atau Asisten Apoteker;
Tenaga penyuluh/promosi kesehatan.
c) Petunjuk Teknis atau Tata Cara Pemenuhan Standar
Pemerintah Daerah Provinsi wajib memberikan pelayanan kesehatan
sesuai standar bagi penduduk terdampak krisis kesehatan akibat
bencana dan/atau penduduk yang tinggal di wilayah yang berpotensi
bencana.
Pengertian Pelayanan kesehatan dalam krisis kesehatan sesuai
standar adalah layanan minimal untuk memenuhi kebutuhan
kesehatan dasar penduduk terdampak krisis kesehatan akibat
bencana dan/atau penduduk yang tinggal di wilayah berpotensi
bencana yang dilakukan oleh tenaga kesehatan;
Langkah Kegiatan
Penentuan Sasaran Layanan Kesehatan, dapat berdasarkan data
proyeksi BPS yang ditetapkan oleh kepala daerah;
Penyusunan rencana pemenuhan pelayanan dasar;
Penyiapan sarana prasarana dan SDM pelayanan kesehatan dasar;
Pelaksanaan pemenuhan pelayanan kesehatan.
Mekanisme Pelaksanaan
Pelayanan kesehatan saat pra krisis kesehatan, yaitu edukasi
pengurangan risiko krisis kesehatan bagi penduduk yang tinggal di
wilayah berpotensi bencana
6
Pelayanan kesehatan saat tanggap darurat krisis kesehatan
ditujukan untuk merespon seluruh kondisi kedaruratan secara cepat
dan tepat yang meliputi:
Layanan medis dasar dan layanan rujukan bila diperlukan
Layanan pencegahan penyakit menular dan penyehatan
lingkungan
Layanan gizi darurat
Layanan kesehatan reproduksi darurat
Layanan dukungan kesehatan jiwa dan psikososial
Penyuluhan kesehatan.
b. Pelayanan Kesehatan Bagi Penduduk Pada Kondisi Kejadian Luar Biasa Provinsi
1) Standar Jumlah dan Kualitas Barang dan/atau Jasa
No Barang Jumlah Fungsi
7
4 Alat dan bahan pengambilan Sesuai jumlah Untuk membantu
spesimen (tabung, pot, media kontak dekat kasus penegakan diagnosis
amies, dll) untuk specimen berdasarkan
yang berasal dari manusia labaoratorium
dan lingkungan sesuai jenis
penyakit
5 Wadah pengiriman spesimen sesuai dengan Untuk membawa
(Specimen carrier) jumlah spesimen spesimen dari lokasi
ke
laboratorium
6 Tempat sampah biologis Sesuai kebutuhan Sebagai tempat wadah
limbah infeksius untuk
mencegah penularan
7 Formulir : 1 set Untuk membantu
Form penyelidikan melakukan investigasi
epidemiologi Form/lembar kasus,kontak
KIE danpopulasi
Alat tulis yang diperlukan berisikoserta faktor
risiko
2) Standar Jumlah dan Kualitas Personil/ SDM Kesehatan Pelayanan kesehatan pada
kondisi kejadian luar biasa Provinsi dilaksanakan di luar fasilitas layanan kesehatan
dilakukan oleh Tim Gerak Cepat Provinsi (sesuai SK Dinkes Provinsi) yang terdiri
dari: Dokter, Tenaga kesehatan masyarakat yang mempunyai kemampuan di bidang
epidemiologi, Tenaga kesehatan masyarakat yang mempunyai kemampuan di bidang
kesehatan lingkungan. Di fasilitas pelayanan kesehatan terdiri dari; dokter (umum
dan spesialis), perawat, petugas radiologi, petugas laboratorium, dan lain-lain.
8
a) Pelayanan Kesehatan Bagi Penduduk Pada Kondisi Kejadian Luar Biasa Provinsi
adalah pelayanan kesehatan bagi setiap orang yang terdampak dan berisiko pada
situasi KLB sesuai dengan jenis penyakit dan/atau keracunan pangan yang
menyebabkan KLB.
b) Suatu KLB dinyatakan sebagai KLB Provinsi jika memenuhi salah satu kriteria
kondisi KLB sebagai berikut;
KLB yang terjadi pada suatu wilayah Kabupaten/Kota di satu provinsi yang
meluas ke Kabupaten/kota lainnya dan memiliki hubungan epidemiologi pada
provinsi yang sama berdasarkan kajian epidemiologi oleh Dinas Kesehatan
Provinsi.
KLB yang terjadi pada suatu wilayah Kabupaten/Kota di satu provinsi
berpotensi meluas ke Kabupaten/Kota lainnya berdasarkan hasil analisis dan
evaluasi penanggulangan KLB oleh Dinas Kesehatan Provinsi.
Pemerintah daerah Kabupaten/kota terdampak KLB tidak/kurang mampu dan
mengajukan permintaan bantuan dalam penanggulangan KLB kepada
Pemerintah Daerah Provinsi. Pengajuan permintaan bantuan dengan
menggunakan formulir ditandatangani oleh kepala daerah Kabupaten/kota
terdampak.
Asuhan pelayanan ibu bersalin sesuai standar PPAM yaitu :
a. Menyediakan kit persalinan bersih bagi ibu hamil yang terlihat dan penolong
persalinan
b. Paket ini berisi materi yang sangat mendasar: satu lembar seprei plastik atau alas,
dua utas tali steril, satu pisau silet yang bersih (baru dan terbungkus di dalam
kertas asli) kasa, kapas, alkohol, betadine, sebarang sabun, sepasang sarung tangan
Hal yang perlu dilakukan pada pelyanan persalinan dalam kondisi bencana :
9
resiko placenta tertahan dan perdarahan pasca melahirkan, petugas kesehata
kompeten harus melakukan MAK III ke semua Ibu.
Asuhan pelayanan bayi baru lahir sesuai standar PPAM yaitu:
a. Menjaga bayi tetap kering dan hangat serta memastikan kontak kulut ke kulit
dengan ibu
b. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dalam rentang waktu satu jam setelah
melahirkan jika bayi dan ibu telah siap
c. Memantau perdarahan tali pusar, kesulitan bernapas, pucat dan sianosis secara
ketat
d. Berikan perawatan mata untuk mencegah oftalmia neonatorum
e. Berikan iumunisasi (Hep. B dan/atau BCG sesuai protokol nasional
4. Contoh Bersalin dalam Kondisi Bencana
10
bayi baru lahir agar tidak terjadi hipotermi, kit minimal pun harus ada,
setidaknya berisi kasa steril, povidone iodin, alcohol, silet yang masih
terbungkus di kertasnya (baru) dan sarung tangan steril terutama untuk
memotong tali pusat ketika bayi lahir. Bersalin adalah suatu proses alamiah
yang tidak bisa ditunda-tunda, kondisi yang mendesak bisa memaksa
persalinan terjadi dimanapun dan kapanpun. Sehingga sangat penting untuk
dapat dilakukan kerjasamaa lintas sectoral untuk menangani hal ini.
11
g. Menerapkan Asuhan Sayang Ibu
12
b. Kebidanan yang dipimpin perawatan kehamilan normal, kelahiran dan periode
pascanatal.
c. Layanan yang direncanakan dan disediakan dekat dengan perempuan dan
masyarakat di mana mereka tinggal atau bekerja.
d. Terintegrasi perawatan di batas-batas sektor akut dan primer.
e. Sebuah perspektif kesehatan masyarakat, yang mempertimbangkan faktor sosial
dan lingkungan yang lebih luas, berkomitmen sumber daya untuk perawatan
kesehatan preventif, dan bertujuan untuk mengurangi kesenjangan kesehatan dan
sosial.
f. Maximised kontinuitas perawatan dan perawat, dengan satu-ke-satu perawatan
kebidanan selama persalinan.
g. Fokus pada kehamilan dan persalinan sebagai awal dari kehidupan keluarga,
bukan hanya sebagai episode klinis terisolasi, dengan memperhitungkan penuh
makna dan nilai-nilai setiap wanita membawa pengalamannya keibuan.
h. Pendanaan struktur dan komitmen yang mengakui hasil seumur hidup kesehatan
ibu dan bayi.
i. Keterlibatan pengguna yang melampaui tokenistic, untuk mengembangkan
kemitraan yang nyata antara wanita dan bidan.
j. Keluarga-berpusat perawatan yang memfasilitasi pengembangan percaya diri,
orangtua yang efektif.
k. Memperkuat kepemimpinan kebidanan, dalam rangka untuk mempromosikan
keunggulan profesional dan memaksimalkan kontribusi pelayanan maternitas ke
agenda kesehatan masyarakat yang lebih luas.
13
perencanaanpenanggulangan krisis kesehatan, pengurangan risiko krisis
kesehatan, pendidikan dan pelatihan, penetapanpersyaratan standar teknis dan
analisis penanggulangan krisis kesehatan, kesiapsiagaan dan mitigasi
kesehatan
b) Tanggap darurat krisis kesehatan: merupakan serangkaian kegiatan yang
dilakukan dengan segera padasaat kejadian akibat bencana untuk menangani
dampak kesehatan yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatanpenyelamatan dan
evakuasi korban, pemenuhan kebutuhan dasar, pelindungan dan pemulihan
korban, memastikan ketersediaan prasarana serta fasilitas pelayanan kesehatan
c) Pascakrisis kesehatan: merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan
dengan segera untuk memperbaiki,memulihkan, dan/atau membangun kembali
prasarana dan fasilitas pelayanan kesehatan
14
mengatasi kebutuhan pada sektor tertentusaat terjadi bencana (contohnya adalah
kesehatan).Pendekatan klaster adalah salah satu pendekatan koordinatifyang
menyatukan semua pihak terkait, baik pemerintah maupun non pemerintah dalam
upaya penanggulanganbencana, untuk meminimalkan kesenjangan dan tumpang
tindih pemberian bantuan/pelayanan.
a) Klaster bencana di tingkat internasional
Klaster internasional merupakan kelompok organisasi kemanusiaan, baik
PBB maupun non-PBB yang masingmasing mempunyai peran pada sektor
utama aksi kemanusiaan.Mereka ditunjuk oleh Inter-Agency
StandingCommittee (Komite Tetap Antar Lembaga/IASC) dan memiliki
tanggung jawab yang jelas untuk koordinasi.Klaster internasional diketuai
oleh United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs
(UNOCHA).Ada 11 (sebelas) klaster internasional, diantaranya klaster
kesehatan yang dikoordinir oleh World HealthOrganization (WHO) dan
klaster gizi yang dikoordinir oleh United Nation Children’s Fund (Unicef ).
15
pembentukan sistem klasternasional melalui keputusan Kepala BNPB Nomor
173 tahun 2015,yang terdiri dari 8 (delapan) klaster yaitu:
1) Kesehatan,
2) Pendidikan
3) Pengungsian dan Perlindungan
4) Sarana dan Prasarana
5) Pemulihan Dini,
6) Ekonomi
7) Logistik
8) Pencarian dan Penyelamatan.
16
a) Sub klaster pelayanan kesehatan
b) Sub klaster pengendalian penyakit dan kesehatan lingkungan
c) Sub klaster pelayanan gizi
d) Sub klaster kesehatan reproduksi
e) Sub klaster kesehatan jiwa
f) Sub klaster penatalaksanaan korban mati (DVI)
Ditambah dengan pembentukan tim:
g) Tim Logistik
h) Tim Data dan Informasi
17
reproduksi disesuaikan dengan hasil penilaian kebutuhan awal, yangdilakukan
oleh petugas kesehatan di lapangan/anggota sub klaster kesehatan reproduksi. Jika
PPAM kesehatanreproduksi tidak dilaksanakan, akan memiliki konsekuensi:
1) Meningkatnya kematian maternal dan neonatal,
2) Meningkatnya risiko kasus kekerasan seksual dan komplikasi lanjutan,
3) Meningkatnya penularan Infeksi Menular Seksual (IMS),
4) Terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan dan aborsi yang tidak aman,
5) Terjadinya penyebaran HIV.
7. Komponen PPAM
PPAM dilaksanakan untuk menjawab kebutuhan kelompok rentan kesehatan
reproduksi yang terdampak bencana seperti ibu hamil, bersalin, pascapersalinan,
bayi baru lahir, remaja dan WUS. Komponen PPAM kesehatan
18
reproduksidilaksanakan segera setelah mendapatkan hasil penilaian dari tim kaji
cepat di lapangan (tim RHA).
PPAM terdiri dari 5 komponen sebagai berikut:
a) Mengidentifikasi Koordinator PPAM Kesehatan Reproduksi
b) Mencegah dan Menangani Kekerasan Seksual
c) Mengurangi Penularan HIV
d) Mencegah Meningkatnya Kesakitan dan Kematian Maternal dan Neonatal
e) Merencanakan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Komprehensif dan
Terintergasi ke dalam Pelayanan Kesehatan Dasar ketika situasi stabil
pascakritis kesehatan.
Selain komponen di atas, terdapat prioritas tambahan dari komponen
PPAM, yang harus disediakan adalah:
Memastikan suplai yang memadai untuk kelanjutan penggunaan kontrasepsi
dalam keluarga berencana (KB)
Melaksanakan kesehatan reproduksi remaja di semua komponen PPAM
Mendistribusikan kit individu
8. Kegiatan dan Waktu Pelaksanaan PPAM
Komponen 4: Mencegah meningkatnya kesakitan dan kematian maternal
dan neonatal
Kegiatan PPAM :
a. Memastikan adanya tempat khusus untuk bersalin di beberapa
tempatseperti pos kesehatan, di lokasipengungsian atau di tempat lain
yangsesuai
b. Memastikan tersedianya pelayanan(tenaga yang kompeten dan alat
sertabahan yang sesuai standar) persalinannormal dan kegawatdaruratan
maternaldan neonatal (PONED dan PONEK) di fasilitas pelayanan
kesehatan dasardan rujukan
c. Membangun sistem rujukan untuk memfasilitasi transportasi dan
komunikasi dari masyarakat kepuskesmas dan puskesmas ke RS
d. Memastikan tersedianya perlengkapan persalinan (kit ibu hamil, kit
pascapersalinan, kit dukunganpersalinan) yang diberikan pada ibuhamil
yang akan melahirkan dalamwaktu dekat
e. Memastikan masyarakat mengetahuiadanya layanan pertolonganpersalinan
dan kegawatdaruratanmaternal dan neonatal
19
f. Ketersediaan alat kontrasepsi yang mencukupi
Waktu pelaksanaan : semua langkah yang ada pada komponen 4 ini dilakukan dalam
24 jam pertama setelah bencana
Hal- hal yang dilakukan untuk kesehatan maternal neonatal
Focus PPAM adalah pertolongan persalinan, bukan berarti ANC dan PNC
tidak penting tetapi karena keterbatasan sumber daya pada kondisi bencana
pelyanan difokuskan pada pertolongan persalinan untuk menyelamatkan
nyawa karena kematian banyak terjadi saat proses persalinan
Kesehatan maternal da neonatal mencakup 3 komponen yaitu : ANC, INC dan
PNC
Bencana berskala kecil dan sumber daya manusia lain termasuk alat dan bahan
tersedia, maka 3 komponen tersebut dapat diberikan
LANGKAH PRIORITAS :
1. Pendataan dan pemetaan ibu hamil, pasca salin dan BBL di tempat pengungsian
2. Melakukan pemetaan puskesmas dan RS
3. Memastika petugas dapat menjangkau ibu hamil dan ditempatkan di dalm satu
tempat. Khususnya ibu amil yang akan melahirkan dlam waktu dekat
4. Berkoordinasi dengan subklaster izi untuk ketersediaan konselor ASIdi
pengungsian
5. Memastikan asupan gizi yang cukup bagi kelompok rentan khususnya ibu hamil,
ibu menyusui dan BBL
20
21
22
9. Logistik PPAM
Dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi yang optimal diperlukan
ketersediaan paket dan perlengkapanPPAM. Ada 3 (tiga) jenis paket (kit) yaitu:
kit individu, kit persalinan di lapangan, kit kesehatan reproduksi serta alatdan
sarana penunjang. Semua kebutuhan logistik ini harus disiapkan pada tahap
prakrisis kesehatan sebagai bagiandari kegiatan kesiapsiagaan bencana.
Penyediaan dan pendistribusian logistik dapat dilakukan secara mandiri
olehpemerintah maupun pihak lainnya. Berikut adalah uraian tentang jenis-jenis
paket dan logistik PPAM:
1) Kit individu
Berisi barang kebutuhan pribadi sesuai sasaran kesehatan reproduksi.
Dikemas dalam kantong/tas dengan warna tertentu yaitu: ibu hamil (kit
warna hijau), ibu pasca melahirkan/pasca persalinan (kit warna oranye),
bayi baru lahir (kit warna merah) dan kit hiegiene untuk WUS (kit
warnabiru) .
Kit diberikan sesegera mungkin pada awal terjadi krisis kesehatan sesuai
kebutuhan dari hasil kaji cepat timlapangan
Penanggung jawab komponen logistik PPAM menyiapkan dan
mendistribusikan kit individu dengan cara:
a) Menghitung kebutuhan kit individu dengan menggunakan data riil di
lapangan, atau apabila data belumtersedia, dapat menggunakan estimasi
jumlah sasaran dari total jumlah pengungsi di wilayah tersebut.
b) Mendistribusikan kit individu sesuai dengan sasaran, yaitu:
Kit ibu hamil untuk ibu hamil trimester ketiga
Kit ibu pasca melahirkan/pascapersalinan untuk ibu nifas
Kit bayi baru lahir untuk bayi sampai usia 3 bulan
Kit higiene untuk WUS
c) Apabila kit individu belum tersedia, penanggung jawab PPAM dapat
mengkoordinasikan kebutuhantersebut kepada para pemberi
bantuan/donatur dalam krisis kesehatan.
23
2) Kit persalinan di lapangan
Merupakan paket alat, obat dan bahan habis pakai untuk pertolongan
persalinan. Perlu dipastikan alat dan obat lengkap serta periksa tanggal
kadaluarsa dari obat-obatan tersebut.
Kit di distribusikan kepada bidan yang bertugas di daerah terdampak/di lokasi
pengungsian. Pastikan tersedia transportasi dan akses menuju lokasi
terdampak.
Kit diberikan apabila tidak tersedia peralatan pertolongan persalinan/alat-alat
kebidanan mengalami kerusakan atau hilang saat terjadi bencana.
3) Kit kesehatan reproduksi
Kit ini hanya dipakai pada bencana besar dimana banyak infrastuktur kesehatan
yang rusak, tidak berfungsidan tidak mampu melakukan pelayanan kesehatan seperti
biasanya. Merupakan paket peralatan, obat danbahan habis pakai yang sudah dikemas
dan diberi nomor dan warna sesuai dengan jenis tindakan medisyang akan dilakukan,
untuk memudahkan pemberian pelayanan. Ada 12 jenis kit kesehatan reproduksi.
24
Cara menghitung kebutuhan kit
25
c. Peralatan penunjang lain
Peralatan penunjang ini digunakan untuk mendukung pelaksanaan
pelayanan kesehatan reproduksi disituasi krisis kesehatan seperti generator,
obsgyn bed, tempat pembuangan limbah, dll.
d. Alat bantu perlindungan diri
Pada situasi krisis kesehatan dan bencana dimana keadaan menjadi
tidak stabil, tindak kejahatanseksual dapat terjadi bahkan meningkat terutama
pada populasi rentan, yaitu perempuan dananak.Upaya pencegahan dan
kewaspadaan diri perlu ditingkatkan, misalnya dengan memberikanperalatan
sederhana yang dapat dimanfaatkan oleh perempuan dan anak untuk
pencegahankekerasan seksual seperti senter (untuk membantu penerangan),
peluit (sebagai alarm tandabahaya), dll.
26
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Menurut kelompok kami ketika dalam kondisi bencana, ibu hamil dan
melahirkan serta bayinya perlu mendapatkan prioritas penanganan karena ada dua
nyawa sekaligus yang harus diselamatkan dan perubahan fisiologis ibu hamil dan
melahirkan sangan rentan terhadap bencana.Oleh karena itu diharapkan agar
masyarakat sudah menyiapkan pengetahuan dan keterampilan untuk siap siaga
menghadapi bencana dengan mengikuti seminar atau pelatihan bencana. Diharapkan
juga dapat digunakan sebagai bahan bacaan dalam proses belajar mengajar serta dapat
dijadikan sebagai bahan referensi untuk makalah selanjutnya.
27
DAFTAR PUSTAKA
Presiden RI. 2019. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019
tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
Undang-undang No 24 Tahun 2007
28