Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN


BAYI BAYI BARU LAHIR PADA KONDISI BENCANA YANG
BERPUSAT PADA PEREMPUAN & PPAM
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Kehamilan
Di Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan

Disusun Oleh :
Kelompok 11

Ani Mulyani P20624322005


Eka Putri Hamida P20624322015
Nurul Fitriana P20624322034
Popi Suprapti P20624322036
Vinna Milasari M P20624322046

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA
JURUSAN KEBIDANAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT. yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk menyelesaikan makalah yang berjudulMakalah Manajemen
Asuhan Kebidanan Persalinan Dan Bayi Bayi Baru Lahir Pada Kondisi Bencana
Yang Berpusat Pada Perempuan & PPAM.

Makalah ini sudah penulis buat dengan semaksimal mungkin, namun


mungkin saja makalah ini terdapat kesalahan baik dalam teknik pembahasan juga
dalam penulisannya. Oleh karena itu, sepatutnyalah penulis meminta maaf kepada
semua pihak yang berkesempatan membaca makalah ini.
Seiring dengan itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada yang
terhormat:
1. Dita Eka M, SST., M.Keb selaku dosen koordinator mata kuliah Asuhan
KebidananPersalinan dan BBL.
2. Sri Gustini, SST., M.Keb selaku dosen mata kuliah Asuhan
KebidananPersalinan dan BBL.
3. Bayu Irianti, M.Tr.Keb selaku dosen mata kuliah Asuhan
KebidananPersalinan dan BBL.
4. Rekan-rekan yang tak lelah saling bekerjasama dalam pengerjaan makalah
ini.
Harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri
juga bagi siapa saja yang memerlukan referensi tentangManajemen Asuhan
Kebidanan Persalinan Dan Bayi Bayi Baru Lahir Pada Kondisi Bencana Yang
Berpusat Pada Perempuan & PPAM.

Tasikmalaya, 20 September 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................i

DAFTAR ISI ...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...........................................................................................1


B. Rumusan Masalah ......................................................................................1
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................2
D. Manfaat Penulisan ......................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Manajemen Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru Lahir Pada


Kondisi Bencana.........................................................................................3
B. Asuhan yang berpusat pada Perempuan....................................................10
C. Paket Pelayanan Awal Minimum (PPAM)...............................................12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ..............................................................................................24
B. Saran .........................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................25

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan daerah rawan bencana.
Bencana di Indonesia diakibatkan oleh posisi Indonesia yang terletak di garis katulistiwa
dan berbentuk kepulauan, fenomena perubahan iklim, letak pulau-pulau di Indonesia
diantara tiga lempeng tektonik dunia, dan peningkatan jumlah penduduk yang disertai
dengan peletakan permukiman yang tidak terkendali dan tertata dengan baik, serta
kesadaran masyarakat terhadap kebersihan dan keamanan yang kurang.
Menurut Direktur Pemberdayaan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB), Lilik Kurniawan mencatat 60 hingga 70 persen mayoritas korban
bencana yang ada di Indonesia adalah perempuan, anak-anak, dan lansia..
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana Pasal 26 Ayat 1a menyatakan bahwa, “Setiap orang berhak
mendapatkan perlindungan sosial dan rasa aman, khususnya bagi kelompok masyarakat
rentan bencana.” Kelompok masyarakat rentan bencana adalah anggota masyarakat yang
membutuhkan bantuan karena keadaan yang disandangnya di antaranya masyarakat
lanjut usia, penyandang cacat, anak-anak, serta ibu hamil dan menyusui.
Bidan merupakan tenaga kesehatan yang pada umumnya bekerja di puskesmas
atau yang berada di masyarakat/ komunitas  yang  paling  dekat  terkena dampak  dari 
bencana.  Kontribusi  bidan  terhadap bencana/pengurangan  risiko  darurat  atau   
kesiap- siagaan sangat penting. Sementara itu Bidan sering  tidak termasuk dalam tenaga 
kesiapsiagaan  bencana di tingkat lokal, nasional dan internasional. Hal ini didukung oleh
fakta yang dari WHO yang menyebutkan bahwa kesehatan ibu, bayi baru lahir dan 
perempuan perlu diperhatikan dalam  manajemen  korban  masal  sehingga International 
Confrederation  of  Midwives  (ICM)  dan asosiasi anggotanya  untuk memastikan 
bahwa bidan dapat  berpartisipasi  dan  mengambil  peran  dalam kesiapsiagaan bencana.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Manajemen Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru
Lahir pada Kondisi Bencana?
2. Apa yang dimaksud dengan Asuhan berpusat pada Perempuan (Women Centerd
Care) ?
3. Apa yang dimaksud dengan Paket Pelayanan Awal Minimum (PPAM) ?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Untuk menyelesaikan tugas pada mata kuliah Asuhan Kebidanan Persalinan & BBL.
2. Tujuan khusus
Untuk mengetahui pengetahuan manajemen asuhan kebidanan persalinan dan bayi
bayi baru lahir pada kondisi bencana yang berpusat pada perempuan (Women
Centered Care) & PPAM.
D. Manfaat Penulisan
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan:
1. Penulis, sebagai wahana penambah pengetahuan dan pemaparan pemikiran
mengenaiManajemen Asuhan Kebidanan Persalinan Dan Bayi Bayi Baru
Lahir Pada Kondisi Bencana Yang Berpusat Pada Perempuan & PPAM
2. Pembaca, sebagai media informasi perkembangan pengetahuan, informasi,dan
wawasan mengenai Manajemen Asuhan Kebidanan Persalinan Dan Bayi Bayi
Baru Lahir Pada Kondisi Bencana Yang Berpusat Pada Perempuan & PPAM.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Manajemen Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru Lahir Pada Kondisi
Bencana
1. Konsep Dasar Bencana
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat, baik disebabkan oleh faktor
alam dan/atau faktor non-alam termasuk di dalamnya faktor manusia, sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis.Penetapan penentuan masa tanggap darurat
ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan rekomendasi dari Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) maupun Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD).(PPAM Kespro Remaja, 2018)
2. Kelompok Rentan dan Prioritas Dalam Keadaan Bencana
Berdasarkan Undang-undang penanggulanggan bencana No 24 tahun 2007
pasal 55Kelompok rentan sebagaimana dimaksudterdiri atas:
a. bayi, balita, dan anak-anak;
b. ibu yang sedang mengandung atau menyusui;
c. penyandang cacat; dan
d. orang lanjut usia.
Dalam hal ini ibu bersalin dan bayi balita merupakan salah satu kelompok
rentan yang harus diberikan prioritas berupa penyelamatan, evakuasi,
pengamanan, pelayanan kesehatan, dan psikososial.
Pentingnya kesehatan maternal dan neonatal pada situasi darurat bencana
dikarenakan :
- Dalam kondisi bencana di pengungsian, sekitar 4% dari populasi akan
menjadi hamil dalam suatu periode waktu
- Pada kondisi bencana akan tetap ada ibu hamil yang akan melahirkan
kapan saja pada saat bencana sedang terjadi, pada saat evakuasi maupun
pada saat tinggl di pengungsian.
- Karena situasi kacau pada saat bencana, ibu yang belum waktunya
melahirkan jua dapat melahirkan lebih awal/ premature karena situasi yang
kacau dan harus menyelamatkan diri

3
- 15-20% kehamilan akn mengalami komlikasi dan membutuhkan
penanganan segera untuk menyelamatkan nyawa. .(PPAM,2018)
3. Manajemen Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru Lahir Pada Kondisi
Bencana
Manajemen kebidanan merupakan metode atau bentuk pendekatan yang
digunakan oleh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan sehingga langkah
langkah kebidanan merupakan alur pikir bidan dalam pemecahan masalah atau
pengambilan keputusan klinis.Asuhan kebidanan yang diberikan harus dicatat
secara benar, sederhana, jelas dan logis sehingga perlu metode pendokumentasian.
Metode pendokumentasian yang digunakan dalam asuhan kebidanan adalah
dengan SOAP yaitu Subjektif, Objektif, Assessment, dan Planning (Handayani,
2012).
Proses manajemen kebidanan sesuai Varney terdiri atas:
a. Langkah I: Pengumpulan data dasar
Dilakukan pengkajian dengan pengumpulan semua data yang diperlukan
untuk megevaluasi keadaan klien secara lengkap. Mengumpulkan semua
informasi yang akurat dari sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
b. Langkah II: Interpretasi data dasar
Dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa atau masalah klien
atau kebutuhan berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang
telah dikumpulkan. Kata “masalah dan diagnose” keduanya digunakan
karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa tetapi
membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam rencana asuhan
kebidanan terhadap klien. Masalah bisa menyertai diagnose. Kebutuhan
adalah suatu bentuk asuhan yang harus diberikan kepada klien, baik klien
tahu ataupun tidak tahu.
c. Langkah III: Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial
Mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan
rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Membutuhkan
antisipasi, bila mungkin dilakukan pencegahan. Penting untuk melakukan
asuhan yang aman.
d. Langkah IV: Identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan segera

4
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau
untuk dikonsultaikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan
yang lain sesuai dengan kondisi klien.
e. Langkah V: Merencanakan asuhan yang menyeluruh
Merencanakan asuhan yang menyeluruh, ditentukan oleh langkah-langkah
sebelumnya. Rencana asuhan yg menyeluruh meliputi apa yang sudah
diidentifikasi dari klien dan dari kerangka pedoman antisipasi terhadap
wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya.
f. Langkah VI: Melaksanakan perencanaan
Melaksanakan rencana asuhan pada langkah ke lima secara efisien dan
aman. Jika bidan tidak melakukannya sendiri ia tetap memikul tanggung
jawab untuk mengarahkan pelaksanaanya.
g. Langkah VII: Evaluasi
Dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi
pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi
sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasikan didalam
masalah dan diagnosa. (Kemenkes RI, 2017)
Manajemen asuhan kebidanan dan persalinan yang diberikan pada
kelompok rentan ini meskipun berada dalm kondisi bencana tetap harus
diberikan sesuai standar pelayanan minimal sesuai dengan Permenkes no 4
tahun 2019 yaitu :
a. Pelayanan Kesehatan bagi Penduduk Terdampak Krisis Kesehatan Akibat
Bencana dan/atau Berpotensi Bencana Provinsi
1) Standar Jumlah dan Kualitas Barang dan/atau Jasa.
2) Standar Jumlah dan Kualitas Personil/SDM Kesehatan
a) Kebutuhan SDM kesehatan dalam melakukan pelayanan kesehatan 24
jam di Pos Kesehatan bagi penduduk terdampak yang dapat terbagi
dalam beberapa shift yang disesuaikan dengan kondisi di lapangan
terdiri dari:
 Dokter umum;
 Perawat;
 Bidan;

5
b) Kebutuhan SDM kesehatan untuk pengiriman tim penanggulangan
krisis kesehatan adalah sebagai berikut:
 Dokter;
 Perawat;
 Bidan;
 Tenaga kesehatan masyarakat terlatih yang memiliki kemampuan di
bidang surveilans, gizi, epidemiologi, kesehatan lingkungan,
kesehatan reproduksi, dan lain-lain;
 Tenaga kesehatan terlatih yang memiliki kemampuan dalam
penanganan kesehatan jiwa;
 Apoteker dan/atau Asisten Apoteker;
 Tenaga penyuluh/promosi kesehatan.
c) Petunjuk Teknis atau Tata Cara Pemenuhan Standar
 Pemerintah Daerah Provinsi wajib memberikan pelayanan kesehatan
sesuai standar bagi penduduk terdampak krisis kesehatan akibat
bencana dan/atau penduduk yang tinggal di wilayah yang berpotensi
bencana.
 Pengertian Pelayanan kesehatan dalam krisis kesehatan sesuai
standar adalah layanan minimal untuk memenuhi kebutuhan
kesehatan dasar penduduk terdampak krisis kesehatan akibat
bencana dan/atau penduduk yang tinggal di wilayah berpotensi
bencana yang dilakukan oleh tenaga kesehatan;
 Langkah Kegiatan
 Penentuan Sasaran Layanan Kesehatan, dapat berdasarkan data
proyeksi BPS yang ditetapkan oleh kepala daerah;
 Penyusunan rencana pemenuhan pelayanan dasar;
 Penyiapan sarana prasarana dan SDM pelayanan kesehatan dasar;
 Pelaksanaan pemenuhan pelayanan kesehatan.
 Mekanisme Pelaksanaan
 Pelayanan kesehatan saat pra krisis kesehatan, yaitu edukasi
pengurangan risiko krisis kesehatan bagi penduduk yang tinggal di
wilayah berpotensi bencana

6
 Pelayanan kesehatan saat tanggap darurat krisis kesehatan
ditujukan untuk merespon seluruh kondisi kedaruratan secara cepat
dan tepat yang meliputi:
 Layanan medis dasar dan layanan rujukan bila diperlukan
 Layanan pencegahan penyakit menular dan penyehatan
lingkungan
 Layanan gizi darurat
 Layanan kesehatan reproduksi darurat
 Layanan dukungan kesehatan jiwa dan psikososial
 Penyuluhan kesehatan.
b. Pelayanan Kesehatan Bagi Penduduk Pada Kondisi Kejadian Luar Biasa Provinsi
1) Standar Jumlah dan Kualitas Barang dan/atau Jasa
No Barang Jumlah Fungsi

1 Alat Perlindungan Diri Sesuai dengan Melindungi petugas


(APD) sesuai dengan jenis jumlah petugas dan kontak kasus dari
penyakit yang turun penularan penyakit
kelapangndan
Kontak kasus

2 Profilaksis/ Vitamin/ Obat/ Sesuai dengan Diberikan kepada


vaksin jumlah kontak kontak kasus/
kasus dan populasi populasi berisiko
berisiko untuk pencegahan dan
memutus rantai
penularan penyakit

3 Alat pemeriksaan fisik Sesuai jumlah tim Untuk membantu


(Stetoskop, termometerbadan, Yang turun ke Penegakan diagnosis
lapangan
tensimeter, senter, test
diagnosis cepat, dll)

7
4 Alat dan bahan pengambilan Sesuai jumlah Untuk membantu
spesimen (tabung, pot, media kontak dekat kasus penegakan diagnosis
amies, dll) untuk specimen berdasarkan
yang berasal dari manusia labaoratorium
dan lingkungan sesuai jenis
penyakit
5 Wadah pengiriman spesimen sesuai dengan Untuk membawa
(Specimen carrier) jumlah spesimen spesimen dari lokasi
ke
laboratorium
6 Tempat sampah biologis Sesuai kebutuhan Sebagai tempat wadah
limbah infeksius untuk
mencegah penularan
7 Formulir : 1 set Untuk membantu
Form penyelidikan melakukan investigasi
epidemiologi Form/lembar kasus,kontak
KIE danpopulasi
Alat tulis yang diperlukan berisikoserta faktor
risiko

2) Standar Jumlah dan Kualitas Personil/ SDM Kesehatan Pelayanan kesehatan pada
kondisi kejadian luar biasa Provinsi dilaksanakan di luar fasilitas layanan kesehatan
dilakukan oleh Tim Gerak Cepat Provinsi (sesuai SK Dinkes Provinsi) yang terdiri
dari: Dokter, Tenaga kesehatan masyarakat yang mempunyai kemampuan di bidang
epidemiologi, Tenaga kesehatan masyarakat yang mempunyai kemampuan di bidang
kesehatan lingkungan. Di fasilitas pelayanan kesehatan terdiri dari; dokter (umum
dan spesialis), perawat, petugas radiologi, petugas laboratorium, dan lain-lain.

c. Petunjuk Teknis atau Tata Cara Pemenuhan Standar


1) Pernyataan standar
Setiap orang pada kondisi Kejadian Luar Biasa (KLB) di Provinsi mendapatkan
pelayanan kesehatan sesuai standar.
2) Pengertian

8
a) Pelayanan Kesehatan Bagi Penduduk Pada Kondisi Kejadian Luar Biasa Provinsi
adalah pelayanan kesehatan bagi setiap orang yang terdampak dan berisiko pada
situasi KLB sesuai dengan jenis penyakit dan/atau keracunan pangan yang
menyebabkan KLB.
b) Suatu KLB dinyatakan sebagai KLB Provinsi jika memenuhi salah satu kriteria
kondisi KLB sebagai berikut;
 KLB yang terjadi pada suatu wilayah Kabupaten/Kota di satu provinsi yang
meluas ke Kabupaten/kota lainnya dan memiliki hubungan epidemiologi pada
provinsi yang sama berdasarkan kajian epidemiologi oleh Dinas Kesehatan
Provinsi.
 KLB yang terjadi pada suatu wilayah Kabupaten/Kota di satu provinsi
berpotensi meluas ke Kabupaten/Kota lainnya berdasarkan hasil analisis dan
evaluasi penanggulangan KLB oleh Dinas Kesehatan Provinsi.
 Pemerintah daerah Kabupaten/kota terdampak KLB tidak/kurang mampu dan
mengajukan permintaan bantuan dalam penanggulangan KLB kepada
Pemerintah Daerah Provinsi. Pengajuan permintaan bantuan dengan
menggunakan formulir ditandatangani oleh kepala daerah Kabupaten/kota
terdampak.
Asuhan pelayanan ibu bersalin sesuai standar PPAM yaitu :
a. Menyediakan kit persalinan bersih bagi ibu hamil yang terlihat dan penolong
persalinan
b. Paket ini berisi materi yang sangat mendasar: satu lembar seprei plastik atau alas,
dua utas tali steril, satu pisau silet yang bersih (baru dan terbungkus di dalam
kertas asli) kasa, kapas, alkohol, betadine, sebarang sabun, sepasang sarung tangan

Hal yang perlu dilakukan pada pelyanan persalinan dalam kondisi bencana :

a. Menilai kemajuan persalianan dengan partograf. Partograf harus digunakan untuk


setiap kelahiran untuk memantau kemajuan persalian, kondisi ibu dan fetus secara
ketat serta sebagai alat bantu pembuatan keputusan untuk penanganan lebih lanjut
dari rujukan
b. Pencegahan perdarahan pasca melahirkan , salah satu penyebab utama kematian
ibu adalah perdarahan pasca salin, Manajemen aktif kala III akan mengurangi

9
resiko placenta tertahan dan perdarahan pasca melahirkan, petugas kesehata
kompeten harus melakukan MAK III ke semua Ibu.
Asuhan pelayanan bayi baru lahir sesuai standar PPAM yaitu:
a. Menjaga bayi tetap kering dan hangat serta memastikan kontak kulut ke kulit
dengan ibu
b. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dalam rentang waktu satu jam setelah
melahirkan jika bayi dan ibu telah siap
c. Memantau perdarahan tali pusar, kesulitan bernapas, pucat dan sianosis secara
ketat
d. Berikan perawatan mata untuk mencegah oftalmia neonatorum
e. Berikan iumunisasi (Hep. B dan/atau BCG sesuai protokol nasional
4. Contoh Bersalin dalam Kondisi Bencana

a. Kenali tanda-tanda persalinan.


b. Pindahkan ibu ke posisi yang aman.
Sebisa mungkin jauhkan ibu dari lokasi titik gempa, takut terjadi
gempa susulan, jika tidak memungkinkan untuk dipindahkan, maka jika ibu
tersebut di dalam rumah usahakan berada di bawah meja untuk menghindari
kejatuhan bendabenda yang ada di sekitar rumah jika terjadi gempa susulan,
jika berada di luar maka tempatkanlah di lapangan luas yang jauh dari
bangunan-bangunan yang berisiko untuk roboh.
c. Tenangkan ibu
Hal ini tentunya sangat penting, karena ibu yang akan bersalin harus
berada dalam situasi yang tenang, suasana hati dan psikoligis yang tenang
akan mempengaruhi hormon ibu dalam lancarnya proses persalinan. Oleh
karena itu sebisa mungkin tenangkan ibu yang akan bersalin agar tidak panik,
dampingi terus, berikan teh manis hangat, dan usap-usap punggungnya agar
terasa rileks, usahakan orang terdekatlah yang mendampinginya
d. Panggil bantuan
e. Siapkan air bersih, makanan, selimut dan kotak kit yang dibutuhkan
Pastikan ada persediaan air bersih agar proses persalinan bisa berjalan
aman dan jauh dari infeksi, pastikan ibu harus mendapatkan nutrisi makanan
dan minum yang cukup, karena proses persalinan membutuhkan banyak
energi, lalu pastikan tersedia selimut atau kain yang bersih untuk menyelimuti

10
bayi baru lahir agar tidak terjadi hipotermi, kit minimal pun harus ada,
setidaknya berisi kasa steril, povidone iodin, alcohol, silet yang masih
terbungkus di kertasnya (baru) dan sarung tangan steril terutama untuk
memotong tali pusat ketika bayi lahir. Bersalin adalah suatu proses alamiah
yang tidak bisa ditunda-tunda, kondisi yang mendesak bisa memaksa
persalinan terjadi dimanapun dan kapanpun. Sehingga sangat penting untuk
dapat dilakukan kerjasamaa lintas sectoral untuk menangani hal ini.

B. Asuhan Yang Berpusat pada Perempuan (Women Centered Care)


1. Pengertian
Women centered care adalah istilah yang digunakan untuk filosofi asuhan
maternitas yang memberi prioritas pada keinginan dan kebutuhan pengguna, dan
menekankan pentingnya informed choice, kontinuitas perawatan, keterlibatan
pengguna, efektivitas klinis, respon dan aksesibilitas. Women Center Care ini
sangat sesuai dengan keinginan ICM (International Confederation Of Midwifery)
yang tertuang dalam visi-nya, yaitu :
a. Bidan memberikan asuhan pada wanita yang membutuhkan asuhan kebidanan
b. Bidan mempunyai otonomi sebagai pemberi asuhan yang menghargai
kerjasama team dalam memberikan asuhan untuk seluruh kebutuhan wanita
dan keluarga
c. Bidan memegang kunci dalam menentukan asuhan dimasa mendatang
termasuk pelayanan kesehatan utama pada komunitas untuk seluruh wanita
dan keluarga
d. Bidan bekerjasama dengan wanita dalam memberikan asuhan sesuai dengan
harapan wanita
Untuk dapat memberikan Care atau Asuhan yang baik terhadap wanita, bidan harus
menerapkan hal-hal berikut ini :
a. Lakukan Intervensi Minimal
b. Memberikan asuhan yang komprehensif
c. Memberikan asuhan yang sesuai kebutuhan
d. Melakukan segala tindakan yang Sesuai dengan standar, wewenang, otonomi
dan kompetensi
e. Memberikan Informed Content
f. Memberikan asuhan yang Aman, nyaman, logis dan berkualitas

11
g. Menerapkan Asuhan Sayang Ibu

2. Konsep Women Centered Care


Dalam praktik kebidanan, “Women centered care” adalah sebuah konsep yang
menyiratkan hal berikut:
a. Perawatan yang berfokus pada kebutuhan wanita yang unik, harapan dan aspirasi
wanita tersebut daripada kebutuhan lembaga-lembaga atau profesi yang terlibat.
b. Memperhatikan hak-hak perempuan untuk menentukan nasib sendiri dalam hal
pilihan, kontrol dan kontinuitas perawatan dalam bidang kebidanan.
c. Meliputi kebutuhan janin, bayi, atau keluarga wanita itu, orang lain yang
signifikan, seperti yang diidentifikasi dan dipercaya oleh wanita tersebut.
d. Melibatkan peran serta masyarakat, melalui semua tahap mulai dari kehamilan,
persalinan, dan setelah kelahiran bayi.
e. Melibatkan kolaborasi dengan profesional kesehatan lainnya bila diperlukan.
f. ‘Holistik’ dalam hal menangani masalah sosial wanita, emosional, fisik,
psikologis, kebutuhan spritual dan budaya.

3. Prinsip-prinsip Women Centered Care


1. Memastikan perempuan menjadi mitra yang sejajar dalam perencanaan dan
pemberian perawatan maternitas
2. Mengenali layanan yang ada untuk memenuhi kebutuhan mereka dan keinginan,
daripada orang-orang staf atau manajer
3. Memberikan informasi pilihan perempuan dalam hal pilihan yang tersedia selama
kehamilan, persalinan dan periode pascanatal – seperti yang menyediakan
perawatan, di mana itu diberikan dan apa yang mengandung
4. Memberikan kesinambungan perempuan sehingga mereka mampu membentuk
hubungan saling percaya dengan orang-orang yang peduli untuk mereka
5. Memberikan kontrol perempuan atas keputusan-keputusan kunci yang
mempengaruhi isi dan kemajuan perawatan mereka. 

4. Cakupan Women Centered Care 


Women Centered Care  harus mencakup:
a. Sebuah filosofi yang menegaskan kekuatan perempuan itu sendiri, kekuatan dan
keterampilan, dan komitmen untuk mempromosikan persalinan fisiologis dan
kelahiran.

12
b. Kebidanan yang dipimpin perawatan kehamilan normal, kelahiran dan periode
pascanatal.
c. Layanan yang direncanakan dan disediakan dekat dengan perempuan dan
masyarakat di mana mereka tinggal atau bekerja.
d. Terintegrasi perawatan di batas-batas sektor akut dan primer.
e. Sebuah perspektif kesehatan masyarakat, yang mempertimbangkan faktor sosial
dan lingkungan yang lebih luas, berkomitmen sumber daya untuk perawatan
kesehatan preventif, dan bertujuan untuk mengurangi kesenjangan kesehatan dan
sosial.
f. Maximised kontinuitas perawatan dan perawat, dengan satu-ke-satu perawatan
kebidanan selama persalinan.
g. Fokus pada kehamilan dan persalinan sebagai awal dari kehidupan keluarga,
bukan hanya sebagai episode klinis terisolasi, dengan memperhitungkan penuh
makna dan nilai-nilai setiap wanita membawa pengalamannya keibuan.
h. Pendanaan struktur dan komitmen yang mengakui hasil seumur hidup kesehatan
ibu dan bayi.
i. Keterlibatan pengguna yang melampaui tokenistic, untuk mengembangkan
kemitraan yang nyata antara wanita dan bidan.
j. Keluarga-berpusat perawatan yang memfasilitasi pengembangan percaya diri,
orangtua yang efektif.
k. Memperkuat kepemimpinan kebidanan, dalam rangka untuk mempromosikan
keunggulan profesional dan memaksimalkan kontribusi pelayanan maternitas ke
agenda kesehatan masyarakat yang lebih luas.

C. Paket Pelayanan Awal Minimum (PPAM)


1. Krisis Kesehatan
Krisis kesehatan adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam
kesehatan individu atau masyarakatyang disebabkan oleh bencana dan/atau
berpotensi bencana.
2. Tahapan Kegiatan Krisis Kesehatan
Kegiatan krisis kesehatan dibagi menjadi 3 tahap, meliputi:
a) Prakrisis Kesehatan: merupakan serangkaian kegiatan kesiagaan krisis
kesehatan yang dilakukan pada situasitidak terjadi bencana atau situasi
terdapat potensi terjadinya bencana yang meliputi kegiatan

13
perencanaanpenanggulangan krisis kesehatan, pengurangan risiko krisis
kesehatan, pendidikan dan pelatihan, penetapanpersyaratan standar teknis dan
analisis penanggulangan krisis kesehatan, kesiapsiagaan dan mitigasi
kesehatan
b) Tanggap darurat krisis kesehatan: merupakan serangkaian kegiatan yang
dilakukan dengan segera padasaat kejadian akibat bencana untuk menangani
dampak kesehatan yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatanpenyelamatan dan
evakuasi korban, pemenuhan kebutuhan dasar, pelindungan dan pemulihan
korban, memastikan ketersediaan prasarana serta fasilitas pelayanan kesehatan
c) Pascakrisis kesehatan: merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan
dengan segera untuk memperbaiki,memulihkan, dan/atau membangun kembali
prasarana dan fasilitas pelayanan kesehatan

Penentuan masa tanggap darurat ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan


rekomendasi dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana maupun Badan
Penanggulangan Bencana Daerah. Tahapan situasi krisis kesehatan dapat
digambarkan dalam suatu fase seperti di bawah ini:

3. Pendekatan Klaster dalam Krisis/Bencana dan Badan Penanggulangan


Bencana
Dalam penanggulangan bencana, diperlukan koordinasi dan kerjasama dari
berbagai pihak baik dari nasional,internasional, pemerintah maupun
swasta/masyarakat.Klaster merupakan sekelompok badan, organisasi,
dan/ataulembaga yang bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama dalam

14
mengatasi kebutuhan pada sektor tertentusaat terjadi bencana (contohnya adalah
kesehatan).Pendekatan klaster adalah salah satu pendekatan koordinatifyang
menyatukan semua pihak terkait, baik pemerintah maupun non pemerintah dalam
upaya penanggulanganbencana, untuk meminimalkan kesenjangan dan tumpang
tindih pemberian bantuan/pelayanan.
a) Klaster bencana di tingkat internasional
Klaster internasional merupakan kelompok organisasi kemanusiaan, baik
PBB maupun non-PBB yang masingmasing mempunyai peran pada sektor
utama aksi kemanusiaan.Mereka ditunjuk oleh Inter-Agency
StandingCommittee (Komite Tetap Antar Lembaga/IASC) dan memiliki
tanggung jawab yang jelas untuk koordinasi.Klaster internasional diketuai
oleh United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs
(UNOCHA).Ada 11 (sebelas) klaster internasional, diantaranya klaster
kesehatan yang dikoordinir oleh World HealthOrganization (WHO) dan
klaster gizi yang dikoordinir oleh United Nation Children’s Fund (Unicef ).

b) Klaster Bencana di Tingkat Nasional


Di Indonesia, pendekatan klaster internasional telah diimplementasikan
dalam upaya tanggap daruratdan pemulihan dampak bencana gempa bumi di
Yogyakarta tahun 2006 dan Sumatera Barat tahun 2009.Pembelajaran
implementasi pendekatan klaster di Indonesia menunjukkan bahwa upaya
penanggulanganbencana menjadi lebih terkoordinir dan efektif.Pada tahun
2014, BNPB bersama Kementerian/Lembaga terkait menyepakati

15
pembentukan sistem klasternasional melalui keputusan Kepala BNPB Nomor
173 tahun 2015,yang terdiri dari 8 (delapan) klaster yaitu:
1) Kesehatan,
2) Pendidikan
3) Pengungsian dan Perlindungan
4) Sarana dan Prasarana
5) Pemulihan Dini,
6) Ekonomi
7) Logistik
8) Pencarian dan Penyelamatan.

Pada klaster nasional, penanggung jawab bidangkesehatan adalah klaster


kesehatan dalam hal ini Kementerian Kesehatan sebagai coordinator.
4. Klaster Kesehatan Nasional
Penanggulangan bencana di bidang kesehatan dilakukan melalui pendekatan
sub klaster dan wilayah/regional.Menteri Kesehatan menetapkan 6 (enam) sub
klaster kesehatan yang diketuai oleh Kepala Pusat Krisis Kesehatan(PKK).Masing
masing sub klaster bertanggung jawab dalam mengkoordinasikan upaya
penanggulanganbencana sesuai tugas dan fungsinya. Anggota klaster kesehatan
maupun sub klaster kesehatan dapat berasaldari pemerintah maupun non
pemerintah yang mempunyai perhatian dan tujuan pada bidang yang sama.
Dalam rangka meningkatkan upaya kesiapsiagaan dan memperkuat
koordinasi, pendekatan melalui sistemsub klaster kesehatan ini direplikasi di
tingkat provinsi dan kabupaten/kota.

16
a) Sub klaster pelayanan kesehatan
b) Sub klaster pengendalian penyakit dan kesehatan lingkungan
c) Sub klaster pelayanan gizi
d) Sub klaster kesehatan reproduksi
e) Sub klaster kesehatan jiwa
f) Sub klaster penatalaksanaan korban mati (DVI)
Ditambah dengan pembentukan tim:
g) Tim Logistik
h) Tim Data dan Informasi

5. Sub Klaster Kesehatan Reproduksi


Sub klaster kesehatan reproduksi merupakan bagian dari klaster kesehatan
yang bertanggung jawab terhadaptersedia dan terlaksananya pelayanan kesehatan
reproduksi pada krisis kesehatan untuk mengurangi risikokesakitan dan kematian
kelompok rentan kesehatan reproduksi. Sub klaster kesehatan reproduksi dibentuk
ditingkat pusat hingga di tingkat daerah secara berjenjang, berfungsi dan
berkoordinasi sejak pra krisis, saat krisisdan paska krisis kesehatan.
Sub klaster kesehatan reproduksi mempunyai anggota lembaga pemerintah,
swasta, organisasi profesi danmasyarakat penggiat kesehatan reproduksi.

6. PPAM Kesehatan Reproduksi


Ketersediaan layanan kesehatan reproduksi sejak awal bencana/krisis
kesehatan dilakukan melalui pelaksanaanPPAM kesehatan reproduksi. Sasaran
PPAM adalah penduduk yang merupakan kelompok rentan kesehatanreproduksi
yaitu bayi baru lahir, ibu hamil, ibu bersalin, ibu pascapersalinan, ibu menyusui,
anak perempuan, remajadan wanita usia subur.
PPAM merupakan serangkaian kegiatan prioritas kesehatan reproduksi
yang harus segera dilaksanakan padatanggap darurat krisis kesehatan
dalam rangka menyelamatkan jiwa pada kelompok rentan. PPAM kesehatan
reproduksi dilaksanakan pada saat fasilitas pelayanan kesehatan tidak berfungsi
atau akses terhadap pelayanankesehatan reproduksi sulit terjangkau oleh
masyarakat terdampak.
PPAM kesehatan reproduksi diterapkan pada semua jenis bencana, baik
bencana alam maupun non alam. Kebutuhan terhadap pelayanan kesehatan

17
reproduksi disesuaikan dengan hasil penilaian kebutuhan awal, yangdilakukan
oleh petugas kesehatan di lapangan/anggota sub klaster kesehatan reproduksi. Jika
PPAM kesehatanreproduksi tidak dilaksanakan, akan memiliki konsekuensi:
1) Meningkatnya kematian maternal dan neonatal,
2) Meningkatnya risiko kasus kekerasan seksual dan komplikasi lanjutan,
3) Meningkatnya penularan Infeksi Menular Seksual (IMS),
4) Terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan dan aborsi yang tidak aman,
5) Terjadinya penyebaran HIV.

7. Komponen PPAM
PPAM dilaksanakan untuk menjawab kebutuhan kelompok rentan kesehatan
reproduksi yang terdampak bencana seperti ibu hamil, bersalin, pascapersalinan,
bayi baru lahir, remaja dan WUS. Komponen PPAM kesehatan

18
reproduksidilaksanakan segera setelah mendapatkan hasil penilaian dari tim kaji
cepat di lapangan (tim RHA).
PPAM terdiri dari 5 komponen sebagai berikut:
a) Mengidentifikasi Koordinator PPAM Kesehatan Reproduksi
b) Mencegah dan Menangani Kekerasan Seksual
c) Mengurangi Penularan HIV
d) Mencegah Meningkatnya Kesakitan dan Kematian Maternal dan Neonatal
e) Merencanakan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Komprehensif dan
Terintergasi ke dalam Pelayanan Kesehatan Dasar ketika situasi stabil
pascakritis kesehatan.
Selain komponen di atas, terdapat prioritas tambahan dari komponen
PPAM, yang harus disediakan adalah:
 Memastikan suplai yang memadai untuk kelanjutan penggunaan kontrasepsi
dalam keluarga berencana (KB)
 Melaksanakan kesehatan reproduksi remaja di semua komponen PPAM
 Mendistribusikan kit individu
8. Kegiatan dan Waktu Pelaksanaan PPAM
Komponen 4: Mencegah meningkatnya kesakitan dan kematian maternal
dan neonatal
Kegiatan PPAM :
a. Memastikan adanya tempat khusus untuk bersalin di beberapa
tempatseperti pos kesehatan, di lokasipengungsian atau di tempat lain
yangsesuai
b. Memastikan tersedianya pelayanan(tenaga yang kompeten dan alat
sertabahan yang sesuai standar) persalinannormal dan kegawatdaruratan
maternaldan neonatal (PONED dan PONEK) di fasilitas pelayanan
kesehatan dasardan rujukan
c. Membangun sistem rujukan untuk memfasilitasi transportasi dan
komunikasi dari masyarakat kepuskesmas dan puskesmas ke RS
d. Memastikan tersedianya perlengkapan persalinan (kit ibu hamil, kit
pascapersalinan, kit dukunganpersalinan) yang diberikan pada ibuhamil
yang akan melahirkan dalamwaktu dekat
e. Memastikan masyarakat mengetahuiadanya layanan pertolonganpersalinan
dan kegawatdaruratanmaternal dan neonatal

19
f. Ketersediaan alat kontrasepsi yang mencukupi

Waktu pelaksanaan : semua langkah yang ada pada komponen 4 ini dilakukan dalam
24 jam pertama setelah bencana
Hal- hal yang dilakukan untuk kesehatan maternal neonatal
 Focus PPAM adalah pertolongan persalinan, bukan berarti ANC dan PNC
tidak penting tetapi karena keterbatasan sumber daya pada kondisi bencana
pelyanan difokuskan pada pertolongan persalinan untuk menyelamatkan
nyawa karena kematian banyak terjadi saat proses persalinan
 Kesehatan maternal da neonatal mencakup 3 komponen yaitu : ANC, INC dan
PNC
 Bencana berskala kecil dan sumber daya manusia lain termasuk alat dan bahan
tersedia, maka 3 komponen tersebut dapat diberikan
LANGKAH PRIORITAS :
1. Pendataan dan pemetaan ibu hamil, pasca salin dan BBL di tempat pengungsian
2. Melakukan pemetaan puskesmas dan RS
3. Memastika petugas dapat menjangkau ibu hamil dan ditempatkan di dalm satu
tempat. Khususnya ibu amil yang akan melahirkan dlam waktu dekat
4. Berkoordinasi dengan subklaster izi untuk ketersediaan konselor ASIdi
pengungsian
5. Memastikan asupan gizi yang cukup bagi kelompok rentan khususnya ibu hamil,
ibu menyusui dan BBL

20
21
22
9. Logistik PPAM
Dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi yang optimal diperlukan
ketersediaan paket dan perlengkapanPPAM. Ada 3 (tiga) jenis paket (kit) yaitu:
kit individu, kit persalinan di lapangan, kit kesehatan reproduksi serta alatdan
sarana penunjang. Semua kebutuhan logistik ini harus disiapkan pada tahap
prakrisis kesehatan sebagai bagiandari kegiatan kesiapsiagaan bencana.
Penyediaan dan pendistribusian logistik dapat dilakukan secara mandiri
olehpemerintah maupun pihak lainnya. Berikut adalah uraian tentang jenis-jenis
paket dan logistik PPAM:
1) Kit individu
 Berisi barang kebutuhan pribadi sesuai sasaran kesehatan reproduksi.
 Dikemas dalam kantong/tas dengan warna tertentu yaitu: ibu hamil (kit
warna hijau), ibu pasca melahirkan/pasca persalinan (kit warna oranye),
bayi baru lahir (kit warna merah) dan kit hiegiene untuk WUS (kit
warnabiru) .
 Kit diberikan sesegera mungkin pada awal terjadi krisis kesehatan sesuai
kebutuhan dari hasil kaji cepat timlapangan
Penanggung jawab komponen logistik PPAM menyiapkan dan
mendistribusikan kit individu dengan cara:
a) Menghitung kebutuhan kit individu dengan menggunakan data riil di
lapangan, atau apabila data belumtersedia, dapat menggunakan estimasi
jumlah sasaran dari total jumlah pengungsi di wilayah tersebut.
b) Mendistribusikan kit individu sesuai dengan sasaran, yaitu:
 Kit ibu hamil untuk ibu hamil trimester ketiga
 Kit ibu pasca melahirkan/pascapersalinan untuk ibu nifas
 Kit bayi baru lahir untuk bayi sampai usia 3 bulan
 Kit higiene untuk WUS
c) Apabila kit individu belum tersedia, penanggung jawab PPAM dapat
mengkoordinasikan kebutuhantersebut kepada para pemberi
bantuan/donatur dalam krisis kesehatan.

23
2) Kit persalinan di lapangan
 Merupakan paket alat, obat dan bahan habis pakai untuk pertolongan
persalinan. Perlu dipastikan alat dan obat lengkap serta periksa tanggal
kadaluarsa dari obat-obatan tersebut.
 Kit di distribusikan kepada bidan yang bertugas di daerah terdampak/di lokasi
pengungsian. Pastikan tersedia transportasi dan akses menuju lokasi
terdampak.
 Kit diberikan apabila tidak tersedia peralatan pertolongan persalinan/alat-alat
kebidanan mengalami kerusakan atau hilang saat terjadi bencana.
3) Kit kesehatan reproduksi
Kit ini hanya dipakai pada bencana besar dimana banyak infrastuktur kesehatan
yang rusak, tidak berfungsidan tidak mampu melakukan pelayanan kesehatan seperti
biasanya. Merupakan paket peralatan, obat danbahan habis pakai yang sudah dikemas
dan diberi nomor dan warna sesuai dengan jenis tindakan medisyang akan dilakukan,
untuk memudahkan pemberian pelayanan. Ada 12 jenis kit kesehatan reproduksi.

24
Cara menghitung kebutuhan kit

Kit yang digunakan untuk tujuan ke 4 yaitu mencegah meningkatnya kesakitan


dan kematian maternal dan neonatal adalah : RH kit 2, 6, 8, 9, 10 dan 11

4) Alat dan Sarana Penunjang lainnya


a. Tenda Kesehatan Reproduksi
Apabila tidak tersedia ruangan/tenda untuk pelayanan kesehatan
reproduksi di posko kesehatan, makatenda kesehatan reproduksi harus
disediakan.Ukuran minimal tenda kesehatan reproduksi di lapangan 4 x6
meter.Tenda ini dimanfaatkan untuk melaksanakan pemeriksaan KIA/ANC,
persalinan dan juga konselingtentang kesehatan reproduksi serta
menyusui.Tenda kesehatan reproduksi harus bersifat privasi.

b. Media Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) Kesehatan Reproduksi


Dalam situasi krisis kesehatan, pengungsi perlu diberi informasi
tentang pelayanan kesehatan reproduksiyang tersedia di lokasi pengungsian,
seperti informasi tempat, jenis, dan jadwal pelayanan kesehatanreproduksi,
pendistribusian bantuan dan topik penyuluhan kesehatan reproduksi. Media
Komunikasi,Informasi, dan Edukasi (KIE) kesehatan reproduksi dapat berupa
poster, spanduk, mobil penerangan, radio,dan media lainnya yang bermanfaat
bagi pengungsi, seperti kipas kertas dan baju kaos. Tidak
dianjurkanmemberikan media KIE dalam bentuk leaflet/brosur/flyer karena
akan menimbulkan limbah di tempat pengungsian.

25
c. Peralatan penunjang lain
Peralatan penunjang ini digunakan untuk mendukung pelaksanaan
pelayanan kesehatan reproduksi disituasi krisis kesehatan seperti generator,
obsgyn bed, tempat pembuangan limbah, dll.
d. Alat bantu perlindungan diri
Pada situasi krisis kesehatan dan bencana dimana keadaan menjadi
tidak stabil, tindak kejahatanseksual dapat terjadi bahkan meningkat terutama
pada populasi rentan, yaitu perempuan dananak.Upaya pencegahan dan
kewaspadaan diri perlu ditingkatkan, misalnya dengan memberikanperalatan
sederhana yang dapat dimanfaatkan oleh perempuan dan anak untuk
pencegahankekerasan seksual seperti senter (untuk membantu penerangan),
peluit (sebagai alarm tandabahaya), dll.

26
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Manajemen Kebidanan Manajemen kebidanan merupakan metode atau bentuk


pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan
sehingga langkah langkah kebidanan merupakan alur pikir bidan dalam pemecahan
masalah atau pengambilan keputusan klinis. Untuk dapat memberikan Care atau
Asuhan yang baik terhadap wanita, bidan harus menerapkan Intervensi Minimal,
Memberikan asuhan yang komprehensif, Memberikan asuhan yang sesuai kebutuhan,
Melakukan segala tindakan yang Sesuai dengan standar, wewenang, otonomi dan
kompetensi, Memberikan Informed Content, Memberikan asuhan yang Aman,
nyaman, logis dan berkualitas dan Menerapkan Asuhan Sayang Ibu.

B. Saran
Menurut kelompok kami ketika dalam kondisi bencana, ibu hamil dan
melahirkan serta bayinya perlu mendapatkan prioritas penanganan karena ada dua
nyawa sekaligus yang harus diselamatkan dan perubahan fisiologis ibu hamil dan
melahirkan sangan rentan terhadap bencana.Oleh karena itu diharapkan agar
masyarakat sudah menyiapkan pengetahuan dan keterampilan untuk siap siaga
menghadapi bencana dengan mengikuti seminar atau pelatihan bencana. Diharapkan
juga dapat digunakan sebagai bahan bacaan dalam proses belajar mengajar serta dapat
dijadikan sebagai bahan referensi untuk makalah selanjutnya.

27
DAFTAR PUSTAKA

Pratiwi, W. R. (2020). Pendidikan Kespro dalam Menghadapi Situasi Darurat Bencana


sebagai Upaya Peningkatan Kesejahteraan dan Reproduksi Sehat. Indonesian Journal
of Community Dedication, 2(2), 39-44.

Handonowati, Anis. 2009. Hubungan Pendamping Suami dengan Kelancaran Proses


Persalinan.
Permenkes No 4 Tahun 2019
Pedoman PPAM 2017

Presiden RI. 2019. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019
tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
Undang-undang No 24 Tahun 2007

28

Anda mungkin juga menyukai