Anda di halaman 1dari 14

DAMPAK DAN PENANGANAN KHUSUS BENCANA PADA KELOMPOK

IBU DAN ANAK

OLEH :
KELOMPOK I
1. NADIA BINI NURBAYANI 7. LINDA AMELIA SARI
2. BAGUS PRASETYO 8. MINDRATU
3. DESQIYA QATRUNNADA 9. PUSPITA OKTAVANI
4. HAEKAL ARIPIN 10. TATA EKA APRILIA
5. SAKYANANDI 11. TITIN FIBRIYANTI
6. SITI HAJAR USMAN

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
PROGRAM STUDI D-IV KEPERAWATAN TINGKAT III
B/SEMESTER 6
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat serta hidayah-Nya sehingga tugas makalah yang berjudul
.“DAMPAK DAN PENANGANAN KHUSUS BENCANA PADA KELOMPOK
IBU DAN ANAK” Ini dapat terselesaikan pada waktu yang telah di tentukan.

Dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekeliruan dan kekurangan


serta masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca yang besifat konstruktif dan membangun demi
kesempurnaan penyusun ke depannya.
Tugas makalah ini tidak mungkin dapat terselesaikan tanpa bantuan, arahan
serta bimbingan dari berbagai pihak. Maka, dari itu izinkan kami menyampaikan
ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan tugas
ini.
Akhir kata semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya
kami penyusunnya.

Mataram, 29 Maret 2022

Penyusun

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

Halaman Sampul
Kata Pengantar ............................................................................................................ i
Daftar Isi...................................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 1
C. Tujuan Penyusunan ......................................................................................... 2

BAB II. PEMBAHASAN

A. Dampak Bencana Pada Ibu Hamil .................................................................. 3


B. Dampak Bencana Pada Anak .......................................................................... 4
C. Penanganan Khusus Pada Ibu Hamil .............................................................. 6
D. Penanganan Khusus Pada Anak ...................................................................... 8

BAB III. PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kejadian bencana akan berdampak terhadap stabilitas tatanan masyarakat.
Kelompok masyarakat rentan (vulnerability) harus mendapatkan prioritas. Salah
satu kelompok rentan dalam masyarakat yang harus mendapatkan prioritas pada
saat bencana adalah ibu hamil, ibu melahirkan dan anak-anak.
Dalam memberikan pelayanan keperawatan pada berbagai macam kondisi
kita harus cepat dan bertindak tepat di tempat bencana, petugas harus ingat
bahwa dalam merawat ibu hamil adalah sama halnya dengan menolong janinnya.
Sehingga, meningkatkan kondisi fisik dan mental wanita hamil dapat melindungi
dua kehidupan, ibu hamil dan janinnya.
Bencana-bencana tersebut, selain menelan korban jiwa, juga
menghancurkan sebagian besar infrastruktur, permukiman, bangunan-bangunan
pendidikan, kesehatan, keamanan, sosial, dan ekonomi, serta mempengaruhi
kondisi sosial ekonomi masyarakat, termasuk kondisi psikologis dan tingkat
kesejahteraan.
Salah satu kelompok yang paling rentan terdampak bencana alam adalah
anak-anak karena secara fisik dan mental masih dalam pertumbuhan dan masih
tergantung dengan orang dewasa. Mengalami kejadian yang sangat traumatis dan
mengerikan akibat bencana seperti gempa bumi dan letusan gunung merapi
dapat mengakibatkan stress dan trauma mendalam bagi anak bahkan orang
dewasa sekalipun. Pengalaman trauma yang dialami anak tersebut kalau tidak
diatasi segera akan berdampak buruk bagi perkembangan mental dan sosial anak
sampai dewasa.

B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana cara untuk memahami dampak dan penanganan khusu bencana pada
kelompok ibu dan anak?
1
C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa mampu
memahami dampak dan penanganan khusus bencana pada kelompok ibu dan
anak

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. DAMPAK BENCANA PADA IBU HAMIL


Kejadian bencana akan berdampak terhadap stabilitas tatanan masyarakat.
Kelompok masyarakat rentan harus mendapatkan prioritas.salah satu kelompok
rentan dalam masyarakat yang harus mendapatkan prioritas pada saat bencana
adalah ibu hamil dan ibu melahirkan. Penelitian dibeberapa negara yang pernah
mengalami bencana, menunjukkan adanya perubahan pada kelompok ini selama
kejadian bencana. Dampak bencana yang sering terjadi adalah abortus dan lahir
prematur disebabkan oleh ibu mudah mengalami stres, baik karena perubahan
hormon maupun karena tekanan lingkungan / stres disekitarnya.
Peneliti telah mengamati efek stres pada wanita hamil, namun yang berit
ini memfokuskan pada dampak stres pada waktu kelahiran bayi perempuan atu
laki-laki. Hasilnya, ibu hamil yang tinggal didaerah bencana memiliki resiko
melahirkan prematur yang lebih besar. Selain itu, saat bencana ibu hamil bisa
saja mengalami benturan dan luka yang mengakibatkan perdarahan atau
pelepasan dini pada plasenta dan rupture uteri. Keadaan ini dapat
mengakibatkan gawat janin dan mengancam kehidupan janin dan ibu. Itulah
sebabnya ibu hamil dan ibu melahirkan perlu diprioritaskan dalam
penanggulangan bencana alasannya karena disitu ada dua kehidupan.
Perubahan fisiologis pada ibu hamil, seperti peningkatan sirkulasi darah,
peningkatan kebutuhan oksigen, dan lain-lain sehingga lebih rentan saat bencana
dan setelah bencana. Dampak yang akan terjadi pada ibu hamil adalah sebagai
berikut :
1. Abortus / Keguguran dan Lahir Premature
Hal tersebut disebabkan oleh ibu mudah mengalami stress baik karena
perubahan hormone maupun karena tekanan lingkungan disekitarnya. Tidak

3
hanya itu, stress juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan
keguguran. Oleh karena itu, ibu hamil harus dijaga agar tercukupi nutrisinya
dan juga bebas dari stress agar kehamilan sehat dan tidak mengalami
kelahiran premature.
2. Pendarahan
Selain itu dampak bencana terhadap ibu hamil dan bayi adalah perdarahan
yang disebabkan oleh luka pada tubuh ibu hamil; pelepasan dini pada
plasenta normal dan rupture uterin.

B. DAMPAK BENCANA PADA ANAK


Bencana terjadi secara tiba-tiba tanpa perlu tahu sebelumnya, anak
mengalami ketakutan dan trauma karena melihat yang mengerikan, dan hal
tersebut membuat anak benar-benar terancam kesakitan pada fisik. Ketakutan
anak juga berasal dari imajinasinya bahwa mereka mungkin akan meninggal.
Banyak anak mengalami kehilangan orangtua, anggota keluarga, teman, air
bersih dan makanan yang dibutuhkan untuk hidup, mainan kesayangan, barang-
barang ynag memiliki memori, rumah yang nyaman, kegiatan bersekolah,
kehidupan sehari-hari yang selama ini dijalani seperti biasa, dan rasa aman hal-
hal yang disebut diatas dirasakan melalui berbagai sense secara komplikasi.
Ada pula anak yang meninggal karena bencana. Anak yang mengalami
bencana merasakan kesakitan pada rohani dan jasmani. Rasa takut, rasa sakit
dan kesedihan mereka itu bukanlah hal yang mudah dibayangkan. Tak hanya
masa sekarang bagi anak, bencana juga mempengaruhi kehidupan masa depan
bagi anak-anak berbagai sisi. Perawatan psikologis pada anak-anak yang
menerima pukulan hebat karena ketakutan dan mengalami kehilangan saat
bencana adalah tantangan utama yang harus ditangani dengan serius. Sebab
perkembangan gangguan stres akut (ASD) dan gangguan stres pasca trauma
(PTSD) yang mengarah pada gangguan yang lebih serius dapat ditanggulangi
dengan mengenali reaksi stres dan menguranginya secara cepat.

4
Stres pada anak yang disebabkan oleh bencana tidak hanya dipengaruhi
oleh skala bencana serta tingkat kerusakan atau kehilangan, tetapi juga
dipengaruhi oleh usia anak itu sendiri, orang-orang yang ada disamping mereka
ketika bencana, tingkah laku dan respon dari orang tua serta anggota
keluarganya. Stres anak berhubungan dengan stres pengasuh mereka, maka anak
merasa terancam dan ketakutan baik secara langsung maupun tidak langsung
dengan melihat dan merespon Pada reaksi stres orangtua / pengasuh.
Reaksi stres pada anak muncul dalam 3 aspek yaitu fisiologis, emosi dan
tingkah laku. Meskipun tidak ada masalah penyakit dalam, mereka
menunjukkan gejala fisik seperti mual-mual, sakit perut, sakit kepala, konsumsi
susu yang buruk, panik karena ketakutan pada pemandangan atau bunyi sepele
yang mengingatkan peristiwa yang menakutkan, menangis pada malam hari,
susah tidur, bermimpi buruk berkali-kali, tidak bisa konsentrasi untuk belajar,
melamun tanpa ekspresi wajah, melakukan tindakan yang tidak realistis,
memperlihatkan tingkah laku yang menakutkan seolah-olah mereka dalam situai
bencana, tidak tenang, dan gelisah, perilaku seperti bayi, sebagai contoh minta
digendong, mengisap ibu jari, dan tidak mau pisah dari orang tua.
Reaksi stres anak
Gejala somatik Gejala mental Reaksi stres
(badan) (pikiran) (tindakan)

Sakit kepala Reaksinya lambat Mengamuk

Sakit perut Kembalinya rasa takut Perselisihan

Muntah gelisah Tindakan yang


berlebihan

Diare Perasaan kesepian Menarik diri

5
Batuk Merasa tersisihkan Isolasi sosial

Rambut rontok Depresi Anorexia

Rambut putih/uban Marah Makan berlebihan

Atopi Perasaan bersalah Kembali menjadi anak-


anak

Menggigil Kelumpuhan daya pikir Tic ( gerakan otot


wajah yang tidak
terkendali )

C. PENANGANAN KHUSUS PADA IBU HAMIL


Penanganan perempuan korban bencana sangat membutuhkan perlakuan
khusus, dikarenakan perempuan memiliki kondisi khusus pula, termasuk
pentingnya antisipasi penyediaan layanan dan memberikan penanganan khusus
pada ibu hamil dan menyusui. Hal tersebut dikarenakan saat masa tanggap
darurat sangat mungkin terdapat ibu hamil yang akan melahirkan dan menyusui.
Hal tersebut menyebabkan dibutuhkan pula dokter kandungan dan bidan yang
dapat membantu persalinan, serta relawan perempuan dalam jumlah yang
memadai pada masa tanggap darurat.
Korban umum biasanya dievakuasi dalam posisi berbaring karena posisi ini
dapat membantu untuk monitor dan control jalan nafas. Namun, pada ibu hamil
justru dapat menimbulkan aliran uterus berkurang dan tahanan darah dalam
ekstremitas bawah sehingga mempengaruhi cardiac output ibu. Untuk
menghindari masalah tersebut, posisi terbaik adalah posisi miring dengan kedua
lutut dilipat. Dengan posisi ini sabuk pengaman dapat dipasang dengan mudah,
tetapi monitoring pernafasan tidak optimal.

6
Pada korban hamil dengan gangguan punggung tidak dapat dievakuasi
dalam posisi miring, melainkan dengan cara berikut :
1. Uterus ditekan dari arah kiri ke kanan korban. Walaupun tindakan ini efektif
untuk memulihkan aliran darah jantung yang normal bagi korban maupun
janin, tetapi tindakan ini memerlukan lebih dari 1 orang penolong untuk
menjaga uterus tetap di sisi kanan korban.
2. Letakkan bantal kecil, selimut, atau handuk pada pinggang kiri korban.
Elevasi stinggi 4 inchi untuk mengurangi tekanan uterus pada vena cava
inferior.
Karena perubahan fisiologis dan anatomi kehamilan, risiko trauma pada ibu
dan janin meningkat dengan usia kehamilan. Perubahan anatomi kehamilan ini
mengubah pola cedera. Peningkatan pembengkakan pembuluh panggul
menyebabkan peningkatan risiko perdarahan retroperitoneal dan hematoma.
Trauma abdominal tumpul dapat menyebabkan cedera pada kandung kemih,
limpa, dan patah tulang panggul. Trauma tumpul juga dapat menyebabkan
rupture uterus perlambatan cepat, terutama di mana telah ada operasi Caesar
sebelumnya.
Persalinan ketika proses evakuasi lebih sulit ditangani dan lebih berbahaya.
Hal ini harus didampingi oleh petugas medis yang kompeten sampai fasilitas
kesehatan yang dituju. Saat evakuasi pun dapat menyebabkan perburukan
kondisi pada korban ibu hamil, seperti perdarahan, syok, Disseminated
Intravascular Coagulation (DIC), dan eklampsia.
1. Perdarahan yang sering terjadi disebabkan adanya solusio plasenta. Hal ini
dapat terjadi tanpa manifestasi perdarahan pervaginam. Dalam beberapa
menit korban dapat kehilangan setengah volume darahnya dan menyebabkan
syok yang apabila tidak segera ditangani dapat menyebabkan kematian.
Untuk menghindari korban jatuh dalam kondisi syok, harus segera dilakukan
pemasangan IV (Intravena) line.

7
2. Syok biasanya merupakan akibat dari perdarahan. Hal ini biasanya dapat
diatasi dengan baik, tidak menunjukkan gejala/sindrom pre-syok, kecuali
terjadi kolaps pembuluh darah yang mendadak.
3. DIC biasanya terjadi pada ibu hamil dengan pre-eklampsi berat, sindrom
HELLP, dan perdarahan intrapartum. Hal ini dapat muncul tiba-tiba dan
dapat mengakibatkan kematian.
4. Peningkatan tekanan darah ringan pada wanita hamil (pre-eklampsia) dapat
berubah dengan cepat menjadi pre-eklampsia berat dan eklampsia (kejang).
Wanita hamil dengan pre-eklampsia yang akan dievakuasi harus dilakukan
pengawasan terhadap kenaikan tekanan darah dan tersedia obat serta alat
penanganan eklampsia.

D. PENANGANAN KHUSUS PADA ANAK


Setiap kejadian bencana, anak-anak menjadi korban dan paling menderita
dibandingkan orang dewasa. Anak-anak belm bisamenyelamatkan diri sendiri,
sehingga peluang anak untuk menjadi korban lebih besar. Dampak psikologis
cenderung lebih dirasakan oleh anak. Untuk itu, diperlukan perlakuan khusus
agar bencana yang terjadi tidak memberikan trauma psikologis terhadap anak.
Berikut ini ada beberapa cara yang bisa dilakukan dalam mengatasi trauma
bencana alam pada anak :
1. Menenangkan Anak
Bencana alam yang terjadi secara cepat atau perlahan tentu dapat membuat
panik. Bahkan rasa panik itu masih ada setelah bencana telah terjadi. Jika
anda panik, rasa panik juga akan dirasakan oleh anak. Untuk itu, beritahu
kepada anak mengenai kondisi yang terjadi saat itu. Usahakan untuk tidak
berbohong, karena kebohongan akan membuat anak bertanya-tanya
mengenai kondisi yang sebenarnya terjadi.
2. Sediakan Waktu Untuk Berinteraksi
Setelah mendapatkan tempat aman untuk melindungi diri dari bencana,
sediakan waktu untuk berinteraksi dengan anak. Ajaklah anak berbicara
8
mengenai kondisi dan perasaannya. Biarkan anak mengungkapkan apa yang
sedang dirasakan atau dipikirkan. Dengan begitu anda membiarkan anak
berbagi akan perasaan dan perhatian mereka sehingga suasana hatinya
menjadi lebih baik.
3. Upayakan Anak Agar Tetap Bisa Melakukan Aktivitas Hariannya
Cobalah untuk mengajak anak melakukan aktivitas yang disukainya seperti
bermain. Aktivitas ini dapat mengalihkan pikiran anak dari bencana yang
dialami karena muncul rasa takut, cemas, dan resah. Selain itu, aktivitas
bermain dapat memotivasi anak untuk tetap semangat dan menjalankan
aktivitas seprti biasa walaupun telah mengalami bencana.
4. Berikan Motivasi
Melihat kerusakan atau bahkan korban jiwa pada saat bencana dapat
menurunkan psikologi anak. Untuk itu berikan dukungan kepada anak bahwa
dibalik peristiwa yang terjadi pasti kembali membaik seperti semula.
Beritahu anak agar tetap semangat dan bersyukur dengan keadaan yang ada.
5. Melakukan Konsultasi Dengan Tenaga Medis Yang Tersedia Di Lokasi
Cara yang satu ini mungkin perlu dilakukan jika anak masih mengalami
trauma berat beberapa hari setelah bencana. Misalnya jika anak terus
menangis, atau masih berdiam diri. Tenaga medis akan melakukan
pertolongan pertama pada anak yang mengalami hal tersebut dengan cara
mendengarkan, menyatakan keprihatinan, nilai kebutuhan, serta tidak
memaksa untuk berbicara.

9
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kejadian bencana akan berdampak terhadap stabilitas tatanan masyarakat.
Kelompok masyarakat rentan (vulnerability) harus mendapatkan prioritas. Salah
satu kelompok rentan dalam masyarakat yang harus mendapatkan prioritas pada
saat bencana adalah ibu hamil, ibu melahirkan dan anak-anak.
Pengalaman traumatis akibat hilangnya orang yang dicintai atau
menyaksikan kejadian yang mengerikan seperti bencana alam dapat
menyebabkan stress dan trauma yang dapat mengganggu perkembangan fisik,
sosial dan mental ibu dan anak. Rusaknya infrastruktur, sarana dan prasarana
pendidikan, ekonomi, sosial dan budaya menetapkan ibu dan anak pada situasi
yang rentan untuk menjadi korban ekploitasi ekonomi, seksual, perdagangan
anak.
B. SARAN
Penyusunan makalah DAMPAK DAN PENANGANAN KHUSUS
BENCANA DAN KELOMPOK IBU DAN ANAK ini masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu kelompok membuka saran dan kritik dari pembaca
untuk memberikan penyusunan makalah berikutnya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Anthony (2014). Linda Gumelar : Trauma Healing, Cara Tepat Untuk


Kembalikan Keceriaan Anak-Anak.
http://www.menegpp.go.id/v2index.php/component/content/article/12-anak/561-
linda-gumelar-trauma-healing-cara-tepat-anak-kembalikan-keceriaan-anak-
anak. (Diakses pada tanggal 29 -03-2022 pada jam 15.32 wita).

http://berkas.dpr.go.id.pdf. (Diakses pada tanggal 29-03-2022 pada jam 15.40


wita).

https://journal.unismuh.ac.id.fdp .( Diakses pada tanggal 29-03-2022 pada jam


15.45 wita).

11

Anda mungkin juga menyukai