Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH KEPERWATAN MATERNITAS II

“ADAPTASI PSIKOSOSIAL MATERNAL DAN KELUARGA TERHADAP


KONDISI RESIKO TINGGI TERMASUK KEHILANGAN DAN BERDUKA”

Dosen Pengampu : Emma Setyo Wulan, M.Kep

Disusun oleh:
Kelompok 1
PSIK 4B

1. Nadia Mazaya (2019012190)

2. Nailil Hidayati Maulidika (2019012192)

3. Shafia Dwi Wulandari (2019012207)

4. Shinta Elya Nur Arifah (2019012208)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CENDIKIA UTAMA


Jl. Lingkar Raya Kudus-Pati km. 5 Jepang, Mejobo Kudus
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur pemulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas petunjuk dan
rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Adaptasi
Psikososial Maternal dan Keluarga terhadap Kondisi Resiko Tinggi Termasuk Kehilangan
dan Berduka” dengan baik dan tepat waktu.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas 2.
Disamping itu makalah ini dimaksudkan agar mahasiswa dapat mengembangkan
pengetahuannya tentang adaptasi psikososial maternal dan keluarga terhadap kondisi resiko
tinggi termasuk kehilangan dan berduka. Tidak lupa pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang membantu penulisan makalah ini.

Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penyajian makalah ini. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini sangat diharapkan.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak terutama mahasiswa keperawatan.

Kudus, 5 Maret 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR...................................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah................................................................................................. 2

C. Tujuan................................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN

A. Adaptasi Maternal Selama Kehamilan................................................................. 3

B. Adaptasi Maternal Selama Persalinan.................................................................. 7

C. Kondisi Resiko Tinggi saat Kehamilan dan Persalinan...................................... 13

D. Adaptasi Psikososial Maternal dan Keluarga terhadap Kondisi Resiko Tinggi. .22
BAB III PENUTUP

A. Simpulan............................................................................................................. 27

B. Saran................................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan terjadi ketika inti sel sperma dari laki–laki memasuki inti sel ovum dari
perempuan. Ovum yang sudah dibuahi (dinamakan zigot) memerlukan waktu 6–8 hari
untuk berjalan ke dalam uterus. Perjalanannya di sepanjang tuba falopi dibantu oleh kerja
peristaltik tuba, gerakan mendorong zigot yang dilakukan oleh silia pada dinding tuba dan
cairan yang dihasilkan oleh epitelium bersilia. Sekitar 10 hari setelah terjadi fertilisasi,
zigot berkembang menjadi blastokist dan akan menanamkan dirinya dalam endometrium.
Implantasi/penanaman/nidasi biasanya terjadi pada pars superior korpus uteri (bagian atas
badan uterus).

Persalinan adalah suatu proses dimana fetus dan plasenta keluar dari uterus, ditandai
dengan peningkatan aktivitas otot rahim (frekuensi dan intensitas kontraksi) yang
menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks serta keluarnya lendir darah (bloody
show) dari vagina.

Peran perawat dalam mengenal secara dini adanya faktor risiko dan komplikasi pada
kehamilan adalah penting dalam upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu
dan perinatal. Adanya komplikasi kehamilan agar cepat diberikan penanganan sesuai
wewenang atau berkolaborasi dan merujuk secara tepat.

Kehamilan dan persalinan merupakan persiapan penting yang sangat ditunggu oleh
setiap pasangan suami-istri, menyambut kelahiran sang buah hati merupakan saat yang
membahagiakan setiap keluarga bahkan seluruh anggota masyarakat, demi kesejahtera
ibu dan janin. Tentunya, persiapan ini tidaklah luput dari kondisi resiko tinggi yang
membahayakan ibu dan janin. Oleh karenanya perlu adanya adaptasi maternal baik fisik,
psikologi, sosial bagi ibu hamil dan keluarganya.

B. Rumusan Masalah

Makalah yang berjudul “Adaptasi Psikososial Maternal dan Keluarga terhadap Kondisi
Resiko Tinggi Termasuk Kehilangan dan Berduka” memiliki rumusan masalah yakni
Bagaimana adaptasi maternal dan keluarga terhadap kondisi resiko tinggi termasuk
kehilangan dan berduka?

C. Tujuan

1
Mengetahui bagaimana adaptasi maternal dan keluarga terhadap kondisi resiko tinggi
termasuk kehilangan dan berduka, yang neliputi:

a. Mengetahui adaptasi maternal selama kehamilan

b. Mengetahui adaptasi maternal saat persalinan

c. Mengetahui kondisi resiko tinggi saat kehamilan dan persalinan

d. Mengetahui bagaimana adaptasi psikososial maternal dan keluarga terhadap kondisi


resiko tinggi

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Adaptasi Maternal Selama Kehamilan

a. Konsep Dasar Kehamilan

Konsepsi atau biasa disebut fertilisasi terjadi ketika inti sel sperma dari laki–laki
memasuki inti sel ovum dari perempuan. Ovum yang sudah dibuahi (dinamakan
zigot) memerlukan waktu 6–8 hari untuk berjalan ke dalam uterus. Perjalanannya di
sepanjang tuba falopi dibantu oleh kerja peristaltik tuba, gerakan mendorong zigot
yang dilakukan oleh silia pada dinding tuba dan cairan yang dihasilkan oleh epitelium
bersilia. Sekitar 10 hari setelah terjadi fertilisasi, zigot berkembang menjadi blastokist
dan akan menanamkan dirinya dalam endometrium. Implantasi/penanaman/nidasi
biasanya terjadi pada pars superior korpus uteri (bagian atas badan uterus).

b. Kehamilan Trimester I,II, dan III

Menurut Chapman & Durham, 2010, kehamilan dibagi menjadi 3 trimester yaitu :

1. Trimester I (HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir) s.d. 12 minggu kehamilan),

2. Trimester II (13 minggu s.d. 27 minggu kehamilan),

3. Trimester III (28 minggu s.d. 40 minggu kehamilan).

c. Adaptasi Maternal

1. Pengertian

Adaptasi maternal merupakan perubahan umum yang terjadi akibat kerja hormon
kehamilan dan tekanan mekanis akibat membesarnya uterus dan jaringan lainnya.
Adaptasi ini melindungi fungsi fisiologi normal seorang wanita, memenuhi
tuntutan metabolik kehamilan tubuh wanita dan menyediakan kebutuhan untuk
perkembangan dan pertumbuhan janin.

2. Faktor yang Mempengaruhi Adaptasi Maternal Selama Kehamilan

Kehamilan mengalami perubahan bentuk tubuh dipengaruhi olehbeberapa faktor


antara lain:

a) Faktor fisik dipengaruhi oleh status kesehatan, gizi dan gaya hidup.

b) Faktor psikologis meliputi stresor internal, stresor eksternal dukungan

3
keluarga substance Abuse (Kekerasan yang dialami ibu hamil dimasa kecil),
dan partner Abuse (Koeban kekerasan yang dialami pasangannya).

c) Faktor lingkungan sosial, budaya serta ekonomi dipengaruhi adat istiadat,


fasilitas kesehatan dan ekonomi.

3. Adaptasi Maternal Kehamilan

Adaptasi maternal dapat dijelaskan menurut penjelasannya menjadi adaptasi


fisiologis dan adaptasi psikologis

a) Adaptasi Fisiologis

1) Sistem reproduksi payudara

Kehamilan akan menyebabkan peningkatan jumlah estrogen dan


progesteron, mulanya diproduksi oleh korpus luteum dan kemudian
plasenta, meningkatnya aliran darah ke payudara, prolaktin meningkat,
yang diproduksi oleh pituitary anterior. Tanda klinis dan gejala yang dapat
muncul pada payudara antara lain ketegangan, perasaan penuh, dan
peningkatan berat payudara sampai 400 gram. Selain itu ibu juga dapat
merasakan pembesaran payudara, puting susu, areola, dan folikel
Montgomery (kelenjar kecil yang mengelilingi puting susu). Ibu akan
memiliki striae, karena penegangan kulit payudara untuk mengakomodasi
pembesaran jaringan payudara. Pada permukaan payudara akan tampak
vena karena meningkatnya aliran darah. Memproduksi kolostrum, sekresi
cairan yang berwarna kuning yang kaya akan antibodi, yang mulai
diproduksi pada akhir minggu 16 kehamilan.

2) Sistem reproduksi uterus

Uterus dibagi menjadi 3 bagian yaitu fundus (bagian atas), isthmus (bagian
bawah), serviks (bagian paling bawah), sering disebut sebagai leher rahim.
Peningkatan jumlah estrogen dan progesteron, sehingga menyebabkan
pembesaran uterus untuk mengakomodasi perkembangan janin dan
plasenta. Keadaan pH vagina berubah menjadi asam, dan terjadi hipertropi
(pembesaran) pada dinding uterus.

3) Vagina dan vulva

4
Pada vagina dan vulva terjadi peningkatan vaskularisasi menghasilkan
warna ungu kebiru–biruan pada mukosa vagina dan cervix (chadwick
sign). Leukorrhea adalah lendir putih kental, cairan yang kental dan
banyak ini terjadi karena respon rangsangan serviks oleh progesteron &
estrogen. Kondisi pH sekresi vagina berkisar 3,5–6 selama kehamilan.

4) Sistem kardiovaskuler

Hemodelusi (volume darah meningkat 40–50%, volume plasma


meningkat, hemoglobin menurun) atau anemia fisiologis kehamilan.
Peningkatan volume darah mengakibatkan peningkatan curah jantung
sehingga jantung memompa dengan kuat dan terjadi sedikit dilatasi.
Progesteron menimbulkan relaksasi otot polos dan dilatasi pembuluh darah
yang akan mengimbangi peningkatan kekuatan jantung sehingga tekanan
darah mendekati normal dan mudah terjadi hipotensi supinasio karena vena
cava inferior tertekan oleh isi uterus. Tekanan pada vena iliaka dan vena
cava inferior oleh uterus menyebabkan peningkatan tekanan vena dan
mengurangi aliran darah ke kaki terutama pada posisi lateral sehingga
menyebabkan edema, varises vena dan vulva, hemoroid.

5) Sistem respirasi

Peningkatan konsumsi oksigen 15–20 %, gejala dan tanda klinis yang


timbul berupa peningkatan tidal volume 30–40 %, dan dispnea.

6) Sistem perkemihan

Peningkatan level progesteron menyebabkan relaksasi otot polos. Gejala


dan tanda klinis yang timbul berupa dilatasi renal pelvis dan ureter
sehingga meningkatkan risiko infeksi saluran kemih (ISK), penurunan
tonus bladder disertai peningkatan kapasitas bladder sehingga frekuensi
berkemih meningkat dan terjadi inkontinensia. Edema sering terjadi karena
penurunan aliran renal (aliran darah ke ginjal) pada trimester ketiga.
Perubahan pada saluran perkemihan tejadi karena faktor hormonal dan
mekanis.

7) Sistem gastrointestinal/ pencernaan

Peningkatan Human Chorionic Gonadotropin (HCG) dan perubahan

5
metabolisme karbohidrat dapat menyebabkan mual muntah pada trimester
I. Peningkatan progesteron menyebabkan penurunan tonus otot dan
memperlambat proses digestif sehingga menyebabkan konstipasi dan
pengosongan lambung menjadi lambat. Perubahan mengecap dan membaui
sehingga menyebabkan mual.

8) Sistem musculoskeletal

Peningkatan estrogen menyebabkan peningkatan elastisitas dan relaksasi


ligament sehingga menimbulkan gejala nyeri sendi. Sedangkan peregangan
otot abdomen karena pembesaran uterus menyebabkan diastasis recti.

9) Sistem integument

Peningkatan estrogen dan progesterone merangsang peningkatan


penyimpanan melanin sehingga menyebabkan linea nigra, cloasma
gravidarum, warna areola, putting susu, vulva menjadi lebih gelap. Striae
gravidarum/ stretch marks terjadi akibat kulit perut, payudara, pantat
teregang sehingga serabut kolagen mengalami rupture.

10) Sistem endokrin

Peningkatan prolaktin dan oksitosin memfasilitasi laktasi, menstimulasi


kontraksi uterus.

b) Adaptasi Psikologis

Ibu akan merasakan berbagai perubahan yang terkait dengan dirinya termasuk
perubahan psikologis. Kehamilan akan memberi waktu pada seorang
perempuan untuk mempersiapkan persalinan, melengkapi tugas kehamilan
kemudian akan berperan menjadi seorang ibu. Perubahan psikososial yang
sering terjadi pada kehamilan antara lain pada trimester I, menerima
kehamilan; trimester II menerima bayi, dan trimester III menyiapkan kelahiran
bayi sebagai akhir dari kehamilan (Pilliteri,2003).

Ibu hamil akan menunjukkan respon yang ambivalen, yaitu respon terhadap
kehamilannya dirasakan ada 2 yakni senang dan sedih (Pilliteri, 2003).
Perasaan ibu hamil yang senang dan sedih sering dapat merusak hubungan
suami istri karena ibu biasanya mengalami emosi yang labil. Hal ini
disebabkan karena masa menjadi orang tua dianggap sebagai suatu transisi

6
peran dan didasarkan pada tahapan tugas perkembangan. Selain ibu, ayah pun
memerlukan persiapan sosial untuk menjadi orang tua walaupun perannya
lebih sedikit dibandingkan dengan ibu, dan hanya ada sedikit hal yang dapat
disiapkan dalam menghadapi kehamilan istrinya, kecuali bila pasangan suami
istri mengikuti kelas pendidikan melahirkan yang dapat mereka hadiri bersama
dengan pasangannya.

Ibu hamil diperbolehkan melakukan hubungan seksual dengan pasangannya


(Pilliteri,2003). Namun prinsip terpenting adalah tidak menekan perut ibu
hamil/janin dalam kandungan. Jika ibu hamil memiliki riwayat abortus
spontan, persalinan prematur, ketuban pecah dini, maka hubungan seksual
tidak boleh dilakukan pada awal kehamilan atau sebelum akhir trimester 3.

B. Adaptasi Maternal Selama Persalinan

a. Pengertian

Periode intranatal atau sering disebut sebagai persalinan, adalah suatu proses dimana
fetus dan plasenta keluar dari uterus, ditandai dengan peningkatan aktivitas otot rahim
(frekuensi dan intensitas kontraksi) yang menyebabkan penipisan dan pembukaan
serviks serta keluarnya lendir darah (bloody show) dari vagina (Manurung, 2011).

b. Faktor yang Mempengaruhi Persalinan

1. Power (kontraksi/HIS ibu)

Otot rahim atau myometrium berkontraksi dan memendek (relaksasi) selama kala
I persalinan. Kontraksi atau HIS yang perlu Anda kaji pada ibu bersalin kala I
adalah:

a) Frekuensi: dengan cara menghitung banyaknya kontraksi selama 1 menit


(misalnya, terjadi setiap 3–4 menit).

b) Durasi: dengan cara menghitung lama terjadinya kontraksi, tercatat dalam


hitungan detik (misalnya, setiap kontraksi berlangsung 45–50 detik).

c) Intensitas: Kekuatan kontraksi. Hal ini dievaluasi dengan palpasi


menggunakan ujung jari pada bagian fundus perut ibu dan digambarkan
sebagai:

1) Ringan : dinding rahim mudah menjorok selama kontraksi.

7
2) Sedang : dinding rahim tahan terhadap lekukan selama kontraksi.

3) Kuat : dinding rahim tidak dapat indentasi selama kontraksi.

2. Passageway (Jalan lahir)

Bagian ini meliputi tulang panggul dan jaringan lunak leher rahim/serviks,
panggul, vagina, dan introitus (liang vagina). Bentuk panggul ideal untuk dapat
melahirkan secara pervaginam adalah ginekoid.

3. Passenger (janin, plasenta dan ketuban)

Passenger yang dimaksud disini adalah penumpang/janin. Passenger/janin dan


hubungannya dengan jalan lahir, merupakan faktor utama dalam proses
melahirkan. Hubungan antara janin dan jalan lahir termasuk tengkorak janin, sikap
janin, sumbu janin, presentasi janin, posisi janin dan ukuran janin.

4. Psikologis ibu

Pengalaman seorang ibu dan kepuasan selama proses persalinan dan kelahiran
dapat ditingkatkan bila ada koordinasi tujuan diadakannya kolaborasi antara ibu
dan tenaga kesehatan dalam rencana perawatan. Jika cemas ibu berlebihan maka
dilatasi/ pelebaran serviks akan terhambat sehingga persalinan menjadi lama serta
meningkatkan persepsi nyeri. Jika ibu mengalami kecemasan maka akan
meningkatkan hormone yang berhubungan dengan stress seperti beta–endorphin,
hormone adrenocorticotropic, kortisol dan epineprin. Hormon–hormon tersebut
mempengaruhi otot polos uterus. Jika hormon tersebut meningkat maka
menurunkan kontraktilitas (kontraksi) uterus.

5. Posisi Ibu

Posisi ibu melahirkan dapat membantu adaptasi secara anatomis dan fisiologis
untuk bersalin. Anda sebagai perawat dapat memberikan dukungan pada ibu
bersalin dengan cara memberi informasi mengenai posisi ibu bersalin. Persalinan
atau partus adalah proses di mana janin, plasenta, dan membran dikeluarkan
melalui rahim.

c. Konsep Dasar Intranatal dan Adaptasi Fisiologis Psikologis Intranatal

1. Persalinan Kala I

a) Pengertian

8
Kala I persalinan didefinisikan sebagai perubahan perkembangan servik (leher
rahim).

b) Karakteristik kala I

1) Kala I dimulai dengan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang


teratur & meningkat (frekuensi & kekuatannya) hingga servix membuka
lengkap (10 cm).

2) Kala I adalah tahap terpanjang, biasanya berlangsung 12 jam untuk


primigravida dan 8 jam untuk multigravida.

3) Selaput membrane amnion atau selaput janin biasanya pecah selama


tahap ini.

4) Peningkatan curah jantung ibu dan denyut nadi ibu bisa meningkat.

5) Penurunan motilitas/gerakan gastrointestinal, yang menyebabkan


peningkatan waktu pengosongan lambung (Mattson & Smith, 2004).

6) Ibu mengalami rasa sakit yang terkait dengan kontraksi uterus saat
serviks membuka dan menipis.

c) Fase–fase kala I

Tahap ini dibagi menjadi: fase laten dan fase aktif.

1) Fase laten:

 Dimulai sejak awal berkontraksi sampai penipisan dan pembukaan


serviks secara bertahap.

 Berlangsung hingga serviks membuka < 4 cm.

 Umumnya berlangsung hampir/ hingga 8 jam.

2) Fase aktif:

 Frekuensi dan lama kontraksi uterus meningkat secara bertahap


(kontraksi 3 X dalam 10 menit, selama 40 detik/lebih).

 Dari pembukaan 4–10 cm terjadi kecepatan rata–rata 1 cm/ jam


(nulipara/ primigravida) atau > 1–2 cm (multipara).

 Terjadi penurunan bagian terbawah janin.

9
d) Adaptasi fisik/ fisiologis dan psikologis

1) Adaptasi fisik/ fisiologis

 Selama fase laten, perilaku ibu: umumnya gembira, waspada, banyak


bicara atu diam, tenang atau cemas, mengalami kram abdomen, nyeri
punggung, pecah ketuban, nyeri terkontrol, dan dapat berjalan.

 Selama fase aktif, Ibu umumnya mengalami peningkatan


ketidaknyamanan, berkeringat, mual, muntah, gemetar paha dan kaki,
tekanan kandung kemih dan rektum, nyeri punggung, pucat sekitar
mulut, Ibu merasa lebih takut, kehilangan kontrol, berfokus pada diri
sendiri, lebih sensitif, terdapat desakan untuk meneran/mengedan,
tekanan pada rektum.

2) Adaptasi psikologis

 Klien merasakan antisipasi, gembira atau ketakutan.

 Selama fase aktif, klien tampak serius dan fokus pada perkembangan
persalinan, klien minta obat atau melakukan teknik pernafasan.

 Selama fase aktif, klien mungkin kehilangan kontrol, tiduran di tempat


tidur, mengerang, atau menangis.

2. Persalinan Kala II

a) Pengertian

Persalinan kala II dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm)
dan berakhir dengan lahirnya bayi.

b) Karakteristik kala II antara lain:

1) Berlangsung selama 50 menit untuk primigravida, dan 20 menit untuk


multigravida.

2) Klien merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.

3) Klien merasa adanya peningkatan tekanan pada rektum dan/atau vagina.

4) Kontraksi menjadi sering, terjadi setiap 2 menit dan selama 60 detik.

5) Peningkatan pengeluaran lendir bercampur darah (bloody show).

10
6) Perineum menonjol, vulva vagina dan sfingter ani membuka.

c) Tanda pasti kala II (melalui vaginal touche/pemeriksaan dalam):

1) Pembukaan serviks telah lengkap.

2) Terlihat bagian kepala bayi melalui introitus vagina.

3. Adaptasi fisiologis dan psikologis

a) Adaptasi fisiologis:

1) Tekanan intratorakal meningkat selama kala II akibat dorongan janin.

2) Tahanan perifer meningkat selama kontraksi, tekanan darah meningkat dan


nadi menurun.

3) Cardiac output meningkat selama persalinan.

4) Diaforesis dan hiperventilasi selama persalinan meningkatkan kehilangan


cairan.

5) Respirasi rate meningkat sehingga meningkatkan penguapan volume


cairan dan meningkatkan konsumsi oksigen.

6) Hiperventilasi dapat menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen.

7) Leukositosis terjadi selama persalinan.

8) Plasma fibrinogen meningkat, waktu pembekuan darah dan kadar glukosa


darah meningkat.

9) Motilitas dan absorpsi lambung menurun, waktu pengosongan lambung


memanjang.

10) Dapat terjadi proteinuria karena kerusakan otot.

11) Urin pekat.

12) Nyeri punggung meningkat, persepsi nyeri meningkat.

13) Saraf pada uterus dan serviks terangsang oleh kontraksi uterus dan dilatasi
serviks, saraf pada perineum terangsang dan meregang pada kala II karena
dilewati janin.

b) Adaptasi psikologis:

11
1) Perubahan perilaku klien karena kontraksi dan terdorongnya janin.

2) Klien merasa tenaganya habis.

4. Kala III

a) Pengertian

Persalinan kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya
plasenta dan selaput ketuban. Pemisahan plasenta biasanya terjadi dalam
beberapa menit setelah melahirkan. Setelah plasenta terpisah dari dinding
rahim, rahim terus kontraksi sampai plasenta dikeluarkan. Proses ini biasanya
memerlukan waktu 5 sampai 20 menit pasca melahirkan bayi dan terjadi
secara spontan.

b) Mengkaji pelepasan plasenta

Tanda lepasnya plasenta:

1) Perubahan bentuk dan tinggi fundus uterus.

2) Tali pusat memanjang.

3) Semburan darah mendadak dan singkat.

c) Manajemen aktif kala III

Manajemen aktif kala III bertujuan: menghasilkan kontraksi uterus yang lebih
efektif. Keuntungan manajemen aktif kala III adalah persalinan kala III lebih
singkat, mengurangi jumlah kehilangan darah, mengurangi kejadian retensio
plasenta (plasenta lahir lebih dari 30 menit).

Manajemen aktif kala III terdiri dari:

1) Pemberian suntikan oksitosin 10 unit yang diberikan IntraMuskuler dalam


1 menit setelah bayi lahir.

2) Melakukan penegangan tali pusat terkendali.

3) Masase fundus uteri.

d) Adaptasi psikologis

1) Klien dapat fokus terhadap kondisi bayi.

2) Klien merasa tidak nyaman karena kontraksi uterus sebelum pengeluaran

12
plasenta.

5. Persalinan Kala IV

a) Pengertian

Persalinan kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir 2 jam


setelahnya.

b) Adaptasi psikologis

1) Klien berfokus pada bayi.

2) Klien mulai memiliki peran sebagai ibu.

3) Aktivitas primer yaitu mempromosikan bonding ibu dan bayi .

C. Kondisi Resiko Tinggi saat Kehamilan dan Persalinan

Peran perawat dalam mengenal secara dini adanya faktor risiko dan komplikasi pada
kehamilan adalah penting dalam upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu
dan perinatal. Adanya komplikasi kehamilan agar cepat diberikan penanganan sesuai
wewenang atau berkolaborasi dan merujuk secara tepat.

a. Pengertian

Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan dengan lebih dari satu faktor risiko, dimana
hal tersebut akan memberikan dampak yang merugikan bagi ibu dan janinnya.

b. Kriteria kehamilan berisiko

Kriteria kehamilan berisiko dibagi menjadi 3 kategori menurut Rochjati (2014), yaitu:

1. Kehamilan Risiko Rendah (KRR) dengan jumlah skor 2

Merupakan kehamilan yang tidak disertai oleh faktor risiko atau penyulit sehingga
kemungkinan besar ibu akan melahirkan secara normal dengan ibu dan janinnya
dalam keadaan hidup sehat.

2. Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) dengan jumlah skor 6-10

Merupakan kehamilan yang disertai satu atau lebih faktor risiko/penyulit baik
yang berasal dari ibu maupun janinnya sehingga memungkinkan terjadinya
kegawatan saat kehamilan maupun persalinan namun tidak darurat.

3. Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST) dengan jumlah skor ≥ 12

13
Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST) merupakan kehamilan dengan faktor
risiko:

a) Perdarahan sebelum bayi lahir, dimana hal ini akan memberikan dampak
gawat dan darurat pada ibu dan janinnya sehingga membutuhkan rujukan tepat
waktu dan penanganan segera yang adekuat untuk menyelamatkan dua nyawa.

b) Ibu dengan faktor risiko dua atau lebih, dimana tingkat kegawatannya
meningkat sehingga pertolongan persalinan harus di rumah sakit dengan
ditolong oleh dokter spesialis.

c. Batasan faktor risiko

1. Ada potensi gawat obstetri (APGO)

Ada potensi gawat obstetri merupakan kehamilan yang perlu diwaspadai,


diantaranya:

a) Primi muda

Ibu hamil pertama pada umur ≤ 20 tahun, rahim dan panggul belum tumbuh
mencapai ukuran dewasa. Akibatnya diragukan keselamatan dan kesehatan
janin dalam kandungan. Mental ibu juga belum cukup dewasa. Bahaya yang
mungkin terjadi antara lain bayi lahir belum cukup umur, perdarahan bisa
terjadi sebelum bayi lahir, perdarahan dapat terjadi sesudah bayi lahir

b) Primi tua

Primi tua adalah wanita yang telah mencapai usia 35 tahun atau lebih pada
saat hamil pertama. Ibu dengan usia ini mudah terjadi penyakit pada organ
kandungan yang menua, dan jalan lahir juga tambah kaku. Ada kemungkinan
lebih besar ibu hamil mendapatkan anak cacat, terjadi persalinan macet, dan
perdarahan

c) Anak terkecil kurang dari 2 tahun

Ibu hamil yang jarak kelahiran dengan anak terkecil kurang dari 2 tahun.
Kesehatan fisik dan rahim ibu masih butuh cukup istirahat.

d) Primi tua sekunder

Ibu hamil dengan persalinan terakhir ≥ 10 tahun yang lalu. Ibu dalam

14
kehamilan dan persalinan ini seolah-olah menghadapi persalinan yang pertama
lagi. Bahaya yang dapat terjadi yaitu persalinan dapat berjalan tidak lancar
dan perdarahan pasca persalinan

e) Grande multi

Ibu pernah hamil atau melahirkan 4 kali atau lebih, karena ibu sering
melahirkan maka kemungkinan akan banyak ditemui keadaan seperti
kesehatan terganggu, dan kekendoran pada dinding rahim.

f) Umur 35 tahun atau lebih

Ibu hamil berumur 35 tahun atau lebih, dimana pada usia tersebut terjadi
perubahan pada jaringan alat-alat kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi.

g) Tinggi badan 145 cm atau kurang

Terdapat tiga batasan pada kelompok risiko ini, yaitu:

1) Ibu hamil pertama sangat membutuhkan perhatian khusus. Luas panggul


ibu dan besar kepala janin mungkin tidak proporsional, dalam hal ini ada
dua kemungkinan yang terjadi. Pertama, panggul ibu sebagai jalan lahir
ternyata sempit dengan janin atau kepala tidak besar. Kedua, panggul
ukuran normal tetapi anaknya besar atau kepala besar.

2) Ibu hamil kedua, dengan kehamilan lalu bayi lahir cukup bulan tetapi mati
dalam waktu (umurbayi) 7 hari atau kurang.

3) Ibu hamil kehamilan sebelumnya belum penah melahirkan cukup bulan,


dan berat badan lahir rendah < 2500 gram. Bahaya yang dapat terjadi yaitu
persalinan berjalan tidak lancar dan bayi sukar lahir.

h) Riwayat Obstetrik Buruk (ROB)

Riwayat Obstetrik Buruk dapat terjadi pada:

1) Ibu hamil dengan kehamilan kedua, dimana kehamilan yang pertama


mengalami keguguran, lahir belum cukup bulan, lahir mati, dan lahir hidup
lalu mati umur ≤ 7 hari.

2) Kehamilan ketiga atau lebih, kehamilan yang lalu pernah mengalami


keguguran ≥ 2 kali.

15
3) Kehamilan kedua atau lebih, kehamilan terakhir janin mati dalam
kandungan. Bahaya yang dapat terjadi pada ibu:

(1) Kegagalan kehamilan dapat berulang dan terjadi lagi dengan tanda-
tanda pengeluaran buah kehamilan sebelum waktunya, keluar darah,
dan perut kencang.

(2) Penyakit dari ibu yang menyebabkan kegagalan kehamilan, misalnya


diabetes mellitus dan radang saluran kencing

i) Persalinan yang lalu dengan tindakan

Persalinan yang ditolong dengan alat melalui jalan lahir biasa atau pervaginam
dengan bantuan alat, seperti:

1) Persalinan yang ditolong dengan alat melalui jalan lahir biasa atau
pervaginam (tindakan dengan cunam/forsep/vakum). Bahaya yang dapat
terjadi yaitu robekan atau perlukaan jalan lahir dan perdarahan pasca
persalinan.

2) Uri manual, yaitu tindakan pengeluaran plasenta dari rongga rahim dengan
menggunakan tangan. Tindakan ini dilakukan apabila setelah 30 menit uri
tidak lahir sendiri dan apabila terjadi perdarahan uri belum juga lahir

j) Bekas operasi sesar

Rahim ibu terdapat cacat bekas luka operasi. Bahaya pada robekan rahim yaitu
kematian janin dan kematian ibu, perdarahan dan infeksi

2. Ada gawat obstetri (AGO)

Ada gawat obstetri (AGO) adalah tanda bahaya pada saat kehamilan, persalinan,
dan nifas, terdiri dari:

a) Penyakit pada ibu hamil

1) Anemia (kurang darah)

Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin di


bawah 11 g% pada trimester I dan III atau kadar < 10,5 g% pada trimester
II. Hipoksia akibat anemia dapat menyebabkan syok dan kematian ibu
pada persalinan sulit, walaupun tidak terjadi perdarahan. Bahaya yang

16
dapat terjadi bila terjadi anemia berat (Hemoglobin < 6 g%) yaitu
kematian janin, persalinan prematur pada kehamilan < 37 minggu,
persalinan lama, dan perdarahan pasca persalinan.

2) Malaria

Keluhan yang dirasakan ibu hamil yaitu panas tinggi, menggigil, keluar
keringat, sakit kepala, dan muntah-muntah. Bila penyakit malaria ini
disertai dengan panas yang tinggi dan anemia, maka akan mengganggu ibu
hamil dan kehamilannya. Bahaya yang dapat terjadi yaitu abortus,
Intrauterine Fetal Death (IUFD), dan persalinan prematur.

3) Tuberkulosis paru

Keluhan yang dirasakan yaitu batuk lama tak sembuh-sembuh, tidak suka
makan, badan lemah,semakin kurus, dan batuk darah. Penyakit ini tidak
secara langsung berpengaruh pada janin. Janin baru tertular setelah
dilahirkan. Jika tuberkulosis paru berat dapat menurunkan fisik ibu,
tenaga, dan air susu ibu (ASI) ikut berkurang. Bahaya yang dapat terjadi
yaitu keguguran, bayi lahir belum cukup umur, dan janin mati dalam
kandungan.

4) Penyakit jantung

Keluhan yang dirasakan yaitu sesak napas, jantung berdebar, dada terasa
berat, kadangkadang nyeri, nadi cepat, dan kaki bengkak. Bahaya yang
dapat terjadi yaitu payah jantung bertambah berat, dan kelahiran prematur.
Bahaya yang terjadi dalam persalinan yaitu Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) dan bayi dapat lahir mati.

5) Diabetes mellitus

Perkiraan adanya kencing manis pada ibu hamil apabila ibu pernah
mengalami beberapa kali kelahiran bayi yang besar, pernah mengalami
kematian janin dalam rahim pada kehamilan minggu-minggu terakhir dan
ditemukan glukosa dalam air seni (glikosuria).

6) Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome


(HIV/AIDS)

17
Bahaya yang dapat terjadi yaitu gangguan pada sistem kekebalan tubuh
dan ibu hamil mudah terkena infeksi. Kehamilan memperburuk
progesivitas infeksi HIV. Bahaya HIV pada kehamilan adalah
pertumbuhan intra uterin terhambat dan berat lahir rendah, serta
peningkatan risiko prematur. Bayi dapat tertular dalam kandungan atau
tertular melalui ASI

7) Toksoplasmosis

Toksoplasmosis penularannya melalui makanan mentah atau kurang


masak, yang tercemar kotoran kucing yang terinfeksi. Bahaya yang dapat
terjadi yaitu infeksi pada kehamilan muda menyebabkan abortus, infeksi
pada kehamilan lanjut menyebabkan kelainan kongenital dan hidrosefalus.

8) Preeklampsia ringan

Bengkak pada muka, tangan disertai dengan naiknya tekanan darah sedikit,
berarti ada preeklampsia ringan. Bahaya bagi janin dan ibu yaitu
menyebabkan gangguan pertumbuhan janin, dan janin mati dalam
kandungan.

b) Hamil kembar

Kehamilan kembar adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih. Rahim ibu
membesar dan menekan organ dalam dan menyebabkan keluhan-keluhan
seperti sesak napas, edema kedua bibir kemaluan dan tungkai, varises, dan
hemorrhoid. Bahaya yang dapat terjadi yaitu keracunan kehamilan,
hidramnion, anemia, persalinan prematur, kelainan letak, persalinan sukar, dan
perdarahan saat persalinan.

c) Hidramnion atau Hamil kembar air

Hidramnion adalah kehamilan dengan jumlah cairan amnion lebih dari 2 liter,
dan biasanya nampak pada trimester III, dapat terjadi perlahan-lahan atau
sangat cepat. Keluhan-keluhan yang dirasakan yaitu sesak napas, perut
membesar, nyeri perut karena rahim berisi cairan amnion lebih dari dua liter,
edema labia mayor, dan tungkai. Bahaya yang dapat terjadi yaitu keracunan
kehamilan, cacat bawaan pada bayi, kelainan letak, persalinan prematur, dan
perdarahan pasca persalinan.

18
d) Janin mati dalam Rahim atau Inrauterine Fetal Death (IUFD)

Keluhan yang dirasakan yaitu tidak terasa gerakan janin, perut terasa
mengecil, dan payudara mengecil. Pada kehamilan normal gerakan janin dapat
dirasakan pada umur kehamilan 4-5 bulan. Gerakan janin yang berkurang,
melemah, atau tidak bergerak sama sekali dalam 12 jam, kehidupan janin
mungkin terancam. Berdasarkan keluhan ibu dapat dilakukan pemeriksaan
denyut jantung janin (DJJ) tidak terdengar dan hasil tes kehamilan negatif.
Bahaya yang dapat terjadi pada ibu dengan janin mati dalam rahim, yaitu
gangguan pembekuan darah ibu, disebabkan dari jaringan-jaringan mati yang
masuk ke dalam darah ibu

e) Hamil serotinus/hamil lebih bulan

Hamil serotinus adalah ibu dengan umur kehamilan ≥ 42 minggu. Fungsi dari
jaringan uri dan pembuluh darah menurun. Dampak tidak baik bagi janin yaitu
janin mengecil, kulit janin mengkerut, lahir dengan berat badan rendah, dan
janin dalam rahim dapat mati mendadak.

f) Letak sungsang

Letak sungsang adalah kehamilan tua (hamil 8-9 bulan), letak janin dalam
rahim dengan kepala diatas dan bokong atau kaki dibawah. Bahaya yang dapat
terjadi yaitu bayi lahir dengan gawat napas yang berat dan bayi dapat mati.

g) Letak lintang

Kelainan letak janin di dalam rahim pada kehamilan tua (hamil 8-9 bulan),
kepala ada di samping kanan atau kiri dalam rahim ibu. Bayi letak lintang
tidak dapat lahir melalui jalan lahir biasa, karena sumbu tubuh janin melintang
terhadap sumbu tubuh ibu. Bahaya yang dapat terjadi pada kelainan letak
lintang yaitu pada persalinan yang tidak ditangani dengan benar, dapat terjadi
robekan rahim. Akibatnya adalah perdarahan yang mengakibatkan anemia
berat, infeksi, ibu syok dan dapat menyebabkan kematian ibu dan janin

3. Ada gawat darurat obstetri (AGDO)

Ada gawat darurat obstetri adalah adanya ancaman nyawa pada ibu dan bayinya
terdiri dari:

19
a) Perdarahan pada saat kehamilan

Perdarahan antepartum adalah perdarahan sebelum persalinan atau perdarahan


terjadi sebelum kelahiran bayi. Tiap perdarahan keluar dari liang senggama
pada ibu hamil setelah 28 minggu, disebut perdarahan antepartum. Perdarahan
antepartum harus dapat perhatian penuh, karena merupakan tanda bahaya yang
dapat mengancam nyawa ibu dan janinnya, perdarahan dapat keluar sedikit-
sedikit tapi terus-menerus, lama-lama ibu menderita anemia berat atau
sekaligus banyak yang menyebabkan ibu syok dan bayi dapat mengalami
kelahiran prematur sampai kematian janin karena asfiksia.

b) Preeklampsia berat dan Eklamsia

Peeklampsia berat terjadi bila ibu dengan preeklampsia ringan tidak dirawat
dan ditangani dengan benar. Preeklampsia berat bila tidak ditangani dengan
benar akan terjadi kejang-kejang atau eklamsia. Bahaya yang dapat terjadi
yaitu ibu dapat tidak sadar (koma) sampai meninggal. Bahaya bagi janin yaitu
ada gangguan pertumbuhan janin dan bayi lahir kecil hingga mati dalam
kandungan.

d. Penyebab kehamilan risiko tinggi

Faktor-faktor yang menjadi penyebab dari kehamilan risiko tinggi adalah umur ibu
yaitu usia ≤ 16 tahun dan ≥ 35 tahun, paritas yaitu ibu yang pernah melahirkan anak
sebanyak empat kali atau lebih, jarak anak yaitu ≤ 2 tahun atau ≥ 10 tahun, terlalu
lama hamil pertama ≥ 4 tahun setelah menikah, terlalu pendek ≤ 145 cm, pernah gagal
kehamilan, pernah melahirkan dengan tarikan tang/vakum, uri dirogoh, diberi
infus/transfusi, pernah operasi sesar, penyakit yang menyertai kehamilan (kurang
darah, malaria, TBC paru, payah jantung, kencing manis, penyakit menular seksual),
bengkak pada muka/tungkai dan tekanan darah tinggi, hamil kembar, hidramnion,
bayi mati dalam kandungan, kehamilan lewat waktu, letak sungsang, letak lintang,
perdarahan dalam kehamilan, preeklampsia dan kejangkejang.

e. Pencegahan kehamilan risiko tinggi

Pencegahan terjadinya kehamilan berisiko menurut Widatiningsih dan Dewi (2017)


dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Penyuluhan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) untuk kehamilan dan persalinan

20
aman tentang:

a) Kehamilan Risiko Rendah (KRR), tempat persalinan dapat dilakukan di rumah


maupun di polindes, tetapi penolong persalinan harus bidan, dukun membantu
perawatan nifas bagi ibu dan bayinya.

b) Kehamilan Risiko Tinggi (KRT), memberi penyuluhan agar pertolongan


persalinan oleh bidan atau dokter puskesmas, di polindes atau puskesmas
(PKM), atau langsung dirujuk ke rumah sakit, misalnya pada letak lintang dan
ibu hamil pertama (primi) dengan tinggi badan rendah.

c) Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST), diberi penyuluhan dirujuk untuk


melahirkan di rumah sakit dengan alat lengkap dan di bawah pengawasan
dokter spesialis.

2. Pengawasan antenatal

Memberikan manfaat dengan ditemukannya berbagai kelainan yang menyertai


kehamilan secara dini, sehingga dapat diperhitungkan dan dipersiapkan langkah-
langkah dalam pertolongan persalinannya, seperti:

a) Mengenal dan menangani sedini mungkin penyulit yang terdapat saat


kehamilan, saat persalinan, dan kala nifas.

b) Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai kehamilan, persalinan, dan


kala nifas.

c) Memberikan nasihat dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan,


persalinan, kala nifas, laktasi, dan aspek keluarga berencana.

d) Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal

3. Pendidikan kesehatan

Pendidikan kesehatan yang dapat diberikan kepada ibu, yaitu sebagai berikut:

a) Diet dan pengawasan berat badan. Kekurangan atau kelebihan nutrisi dapat
menyebabkan kelainan yang tidak diinginkan pada wanita hamil. Kekurangan
nutrisi dapat menyebabkan (anemia, partus prematur, abortus, dan lain-lain),
sedangkan kelebihan nutrisi dapat menyebabkan (preeklampsia, bayi terlalu
besar, dan lain-lain).

21
b) Pada saat hamil, bukan merupakan halangan untuk melakukan hubungan
seksual. Umumnya hubungan seksual diperbolehkan pada masa kehamilan
jika dilakukan dengan hati-hati.

c) Kebersihan dan pakaian. Kebersihan harus selalu dijaga pada masa hamil.
Pakaian harus longgar, bersih, dan mudah dipakai, memakai sepatu dengan
tumit yang tidak terlalu tinggi, memakai kutang yang menyokong payudara,
dan pakaian dalam yang selalu bersih.

d) Perawatan gigi. Wanita hamil pada trimester I mengalami mual dan muntah
(morning sickness). Keadaan ini menyebabkan perawatan gigi yang tidak
diperhatikan dengan baik, sehingga timbul karies gigi, ginggivitis, dan
sebagainya.

e) Perawatan payudara. Perawatan ini bertujuan memelihara hygiene payudara,


melenturkan/menguatkan puting susu, dan mengeluarkan puting susu yang
datar atau masuk ke dalam.

f) Imunisasi Tetanus Toksoid (TT). Imunisasi untuk melindungi janin yang akan
dilahirkan terhadap tetanus neonatorum.

g) Wanita pekerja. Wanita hamil boleh bekerja tetapi jangan terlampau berat.
Melakukan istirahat sebanyak mungkin. Menurut undang-undang perburuhan,
wanita hamil berhak mendapat cuti hamil satu setengah bulan sebelum
bersalin atau satu setengah bulan setelah bersalin.

h) Merokok, minum alkohol dan kecanduan narkotik. Ketiga kebiasan ini secara
langsung dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin dan
menimbulkan kelahiran dengan berat badan lebih rendah, atau mudah
mengalami abortus dan partus prematurus, dapat menimbulkan cacat bawaan
atau kelainan pertumbuhan dan perkembangan mental.

i) Obat-obatan. Pengobatan penyakit saat hamil harus memperhatikan apakah


obat tersebut tidak berpengaruh terhadap tumbuh kembang janin.

D. Adaptasi Psikososial Maternal dan Keluarga terhadap Kondisi Resiko Tinggi

Kehamilan dan persalinan merupakan persiapan penting yang sangat ditunggu oleh
setiap pasangan suami-istri, menyambut kelahiran sang buah hati merupakan saat yang
membahagiakan setiap keluarga bahkan seluruh anggota masyarakat, demi kesejahtera

22
ibu dan janin. Tentunya, persiapan ini tidaklah luput dari kondisi resiko tinggi yang
membahayakan ibu dan janin. Oleh karenanya perlu adanya adaptasi maternal baik fisik,
psikologi, sosial bagi ibu hamil dan keluarganya.

a. Persiapan fisik

Persiapan fisik meliputi kesiapan kondisi kesehatan ibu, meliputi kesiapan hal-hal
yang berkaitan dengan perubahan fisiologis selama hamil sampai menjelang
persalinan. Pengaturan kebutuhan nutrisi saat kehamilan, serta upaya perencanaan
persiapan persalinan dan pencegahan komplikasi yang mencakup tanda-tanda bahaya
yang terjadi pada ibu dan janin.

Dalam menyiapkan kondisi fisik, ibu perlu menyiapkan makan makanan bergizi dan
minum yang cukup banyak. Tetap melakukan aktivitas seperti berjalan pagi, atau
kegiatan rumah lainnya, dan tetap istirahat yang cukup juga merupakan persiapan
fisiologis yang dibutuhkan oleh ibu.

Penting untuk ibu menjaga kebersihan badan dan kesesuaian pakaian. Kebersihan
badan bermanfaat karena dapat mengurangi kemungkinan adanya kuman yang masuk
selama hamil dan dapat mengurangi terjadinya infeksi dari kontaminasi kuman.

b. Persiapan psikologis

Salah satu yang harus dipersiapkan ibu yaitu hindari kepanikan dan ketakutan dan
bersikap tenang, dimana masa kehamilan dapat dilalui dengan baik dengan adanya
dukungan dari orang-orang terdekat. Perhatian dan kasih sayang tentu akan membantu
memberikan semangat untuk ibu yang hamil sampai saat ia melahirkan nanti dan
merupakan motivasi tersendiri sehingga lebih tabah dan lebih siap dalam menghadapi
adanya resiko tinggi yang ada.

Perasaan takut dalam dalam menghadapi resiko tinggi kehamilan dan persalinan dapat
diatasi dengan meminta keluarga atau suami untuk memberikan sentuhan kasih
sayang, meyakinkan ibu bahwa kehamilan dan persalinan dapat berjalan lancar,
mengikutsertakan keluarga untuk memberikan dorongan moril, cepat tanggap
terhadap keluhan ibu atau keluarga.

c. Persiapan finansial

Persiapan finansial bagi ibu yang hamil dan akan melahirkan merupakan suatu
kebutuhan yang mutlak harus disiapkan, dimana berkaitan dengan penghasilan atau

23
keuangan yang dimiliki untuk mencukupi kebutuhan selama kehamilan berlangsung
sampai persalinan seperti menyiapkan biaya persalinan, menyiapkan popok bayi dan
perlengkapan lainnya. Menyiapkan pendonor darah ketika dibutuhkan transfusi darah
setelah persalinan merupakan hal yang perlu dipertimbangkan dan disiapkan.

d. Persiapan kultural

Ibu harus mengetahui adat istiadat, kebiasaan, dan tradisi yang kurang baik terhadap
kehamilan agar persiapan yang berhubungan dengan kebiasaan tidak baik selama
kehamilan dapat dihindari. Kepercayaan dan budaya akan perilaku yang pantas
selama masa kehamilan akan mempengaruhi respon suami maupun petugas kesehatan
terhadap kebutuhan ibu.
Faktor yang berhubungan dengan adaptasi kehamilan dan persalinan, yaitu:

a. Umur

Umur adalah umur individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang
tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih
matang dalam berpikir dan bekerja, sehingga akan termotivasi dalam memeriksakan
kehamilan Umur yang dianggap paling aman menjalani kehamilan dan persalinan
adalah 20-35 tahun. Sedangkan setelah umur 35 tahun, sebagian wanita digolongkan
pada kehamilan berisiko tinggi terhadap kelainan bawaan dan adanya penyulit pada
waktu persalinan.

b. Pendidikan

Semakin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima
infromasi. Tingkat pendidikan turut menentukan rendah tidaknya seseorang menerima
dan memakai pengetahuan atau informasi. Suami yang mengikuti kelas pendidikan
kesehatan ibu hamil, maka ia memiliki kesempatan untuk belajar tentang cara menjadi
pasangan yang terlibat dan aktif dalam proses menjadi orang tua.

c. Pekerjaan

Bekerja dapat mengalihkan perasaan cemas bagi ibu hamil. Bekerja merupakan
aktivitas yang menyita waktu dan ibu hamil akan fokus ke pekerjaannya. Ibu hamil
yang bekerja dapat berinteraksi dengan masyarakat sehingga dapat menambah
pengetahuan. Selain itu, bekerja dapat menambah penghasilan keluarga untuk
mencukupi kebutuhan selama kehamilan

24
d. Pendapatan (Ekonomi)

Keluarga dengan ekonomi yang cukup dapat memeriksakan kehamilannya secara


rutin, merencanakan persalinan di tenaga kesehatan dan melakukan persiapan lainnya
dengan baik sehingga menurunkan adanya resiko tinggi pada kehamilan dan
persalinan.

e. Dukungan sosial

Dukungan sosial adalah keberadaan, kesediaan, kepedulian dari orang-orang yang


dapat diandalkan, menghargai dan menyayangi. Dukungan sosial merupakan bantuan
atau dukungan yang positif yang diberikan oleh orang-orang tertentu terhadap
individu dalam kehidupannya serta dalam lingkungan sosial tertentu sehingga
individu yang menerima merasa diperhatikan, dihargai, dihormati, dicintai.

Dukungan sosial merupakan koping keluarga, baik dukungan-dukungan yang bersifat


eksternal maupun internal terbukti sangat bermanfaat dan telah terkonseptualisasi
dalam studi-studi tentang dukungan keluarga. Dukungan sosial keluarga eksternal
antara lain sahabat, pekerjaan, tetangga, sekolah, keluarga besar, kelompok sosial,
kelompok rekreasi, tempat ibadah, ptaktisi kesehatan. Dukungan sosial keluarga
internal antara lain dukungan dari suami atau istri, dari saudara kandung, atau
dukungan dari anak.

Dukungan dalam kehamilan dan persalinan seperti pujian, penentraman hati, tindakan
untuk meningkatkan kenyamanan ibu, kontak fisik, penjelasan tentang yang terjadi
selama persalinan dan kelahiran serta sikap ramah yang konstan. Dalam hal ini ibu
yang sedang hamil dan yang akan bersalin harus ditemani orang yang ia percayai dan
membuatnya merasa nyaman.

Dukungan suami dalam menghadapi kehamilan maupun persalinan sangatlah berarti,


dimana suami dapat menumbuhkan rasa percaya diri pada istri, sehingga mentalnya
cukup kuat yang tidak didapatkan dari seorang tenaga kesehatan dalam menghadapi
proses persalinan. Dukungan suami dapat berupa dorongan, motivasi terhadap istri
baik secara moral maupun material serta dukungan fisik, psikologis, emosi, informasi,
penilaiaan dan finansial.

1. Jenis-jenis dukungan sosial

a) Dukungan emosional

25
Keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan
pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Setiap orang pasti
membutuhkan bantuan afeksi dari orang lain, dukungan ini berupa dukungan
simpati, empati, kepedulian, kepercayaan, dan perhatian terhadap persoalan
yang dihadapinya, bahkan mau membantu memecahkan masalah yang sedang
dihadapi. Bentuk dukungan seperti ini dapat membuat individu memiliki
perasaan nyaman, yakin, dipedulikan, dan dicintai oleh sumber dukungan
sosial sehingga individu dapat menghadapi masalah dengan lebih baik.
Dukungan ini sangat penting dalam menghadapi keadaan yang dianggap tidak
dapat dikontrol.

b) Dukungan instrumental

Keluarga merupakan sumber pertolongan praktis dan konkrit. Tujuan dari


dukungan ini adalah untuk mempermudah seseorang dalam melakukan
aktivitasnya berkaitan dengan persoalan-persoalan yang dihadapinya, atau
menolong secara langsung kesulitan yang dihadapi, misalnya dengan
menyediakan peralatan lengkap dan memadai bagi penderita, menyediakan
obat-obat yang dibutuhkan dan lain-lain

c) Dukungan informasional

Keluarga memberikan dukungan yang baik berdasarkan karakteristik


hubungan dengan pasien, dapat diketahui suami adalah bagian keluarga yang
paling dekat dengan istri yang senantiasa memberikan nasehat, saran, maupun
pemberian informasi tentang kesehatan pasien yang diperoleh dari petugas
kesehatan. Keluarga menyediakan bantuan informasi agar dapat digunakan
oleh seseorang dalam menanggulangi persoalan-persoalan yang dihadapi,
meliputi pemberian nasehat, pengarahan, ide-ide atau informasi lainnya yang
dibutuhkan dan informasi ini dapat disampaikan kepada orang lain yang
mungkin menghadapi persoalan yang sama atau hampir sama

d) Dukungan penghargaan

Dukungan ini berbentuk suatu penghargaan yang diberikan seseorang kepada


orang lain berdasarkan kondisi sebenarnya dari penderita. Bentuk dukungan
ini berupa penghargaan positif dari individu, pemberian semangat, persetujuan
pada pendapat individu, perbandingan yang positif pada individu lain. Bentuk

26
dukungan ini membantu individu dalam membangun harga diri dan
kompetensi.

27
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Kehamilan dan persalinan merupakan persiapan penting yang sangat ditunggu oleh
setiap pasangan suami-istri, menyambut kelahiran sang buah hati merupakan saat yang
membahagiakan setiap keluarga bahkan seluruh anggota masyarakat, demi kesejahtera
ibu dan janin. Tentunya, persiapan ini tidaklah luput dari kondisi resiko tinggi yang
membahayakan ibu dan janin. Oleh karenanya perlu adanya adaptasi maternal baik fisik,
psikologi, sosial bagi ibu hamil dan keluarganya.

Selain memerlukan adaptasi, kehamilan dan persalinan membutuhkan dukungan


sosial. Dukungan sosial adalah keberadaan, kesediaan, kepedulian dari orang-orang yang
dapat diandalkan, menghargai dan menyayangi. Dukungan sosial merupakan bantuan atau
dukungan yang positif yang diberikan oleh orang-orang tertentu terhadap individu dalam
kehidupannya serta dalam lingkungan sosial tertentu sehingga individu yang menerima
merasa diperhatikan, dihargai, dihormati, dicintai.

Peran perawat dalam mengenal secara dini adanya faktor risiko dan komplikasi pada
kehamilan adalah penting dalam upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu
dan perinatal. Adanya komplikasi kehamilan agar cepat diberikan penanganan sesuai
wewenang atau berkolaborasi dan merujuk secara tepat.

B. Saran

Berikut beberapa saran yang dapat penulis sampaikan kepada pembaca.

a. Bagi Ibu Hamil Dan Keluarga

1. Kehamilan dan persalinan tidak luput dari resiko tinggi yang menyertainya
sehingga diharapkan ibu hamil dapat mempersiapkan segala kondisinya

2. Adaptasi dalam masa kehamilan dan persalinan perlu diketahui ibu hamil untuk
menambah pengetahuan dan penemuan adanya kondisi serius

3. Rutin memeriksakan kehamilan untuk mencegah hal-hal yang serius agar dapat
segera ditangani

4. Kehamilan dan persalinan membutuhkan dukungan sosial, sehingga berikanlah


dukungan bagi ibu yang hamil dan akan melakukan persalinan dengan maksimal

28
guna kesehatan ibu dan janinnya.

b. Bagi Perawat

Mengenal secara dini adanya faktor risiko dan komplikasi pada kehamilan adalah
penting dalam upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.
Adanya komplikasi kehamilan agar cepat diberikan penanganan sesuai wewenang
atau berkolaborasi dan merujuk secara tepat.

29
DAFTAR PUSTAKA

Aprianawati, Reta Budi dan Indah Ria S., 2007. Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan
Kecemasan Ibu Hamil Menghadapi Kelahiran Anak Pertama pada Masa Triwulan Ketiga.
Universitas Muhamadiyah. Solo.

Karjatin, Atin. 2016. Keperawatan Maternitas. Cetakan Pertama, Jakarta :Kementrian


Kesehatan Republik Indonesia. Hal 41-46.

Karjatin, Atin. 2016. Keperawatan Maternitas. Cetakan Pertama, Jakarta :Kementrian


Kesehatan Republik Indonesia. Hal 75-91.

Prawirohardjo, Sarwono. 2003. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neoternal, Jakarta : Midosa Primer

Winkjosastro.2007. Ilmu Kandungan. Cetakan kelima, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai