Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH FISIOLOGI KEHAMILAN, PERSALINAN,

PERSALINAN, NIFAS, DAN BBL

ADAPTASI SISTEM ENDOKRONOLOGI DALAM KEHAMILAN,


PERUBAHAN PAYUDARA SELAMA KEHAMILAN DAN
FISIOLOGI PLASENTA

Dosen Pembimbing :
Ita Susanti, M.Keb

Oleh :
Nidya Furi (21173001)

FAKULTAS KEDOKTERAN
D-IV KEBIDANAN
UNIVERSITAS ABULYATAMA
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur selalu kami panjatkan kepada Tuhan yang maha esa, karena
atas karunianya kami dapat mengerjakan tugas makalah ini dengan sehat serta
tanpa hambatan apapun. Shalawat berserta salam semoga tercurahkan kepada
junjungan kami Nabi besar Muhammad SAW.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi salah satu syarat tugas di mata
kuliah "Fisiologi Kehamilan, Persalinan, Nifas, dan BBL", dan dalam proses
penyusunan makalah ini, kami sangat berterimakasih atas bimbingan serta
dukungan dari berbagai pihak, sehingga dalam kesempatan ini kami juga
bermaksud menyampaikan rasa terima kasih kepada :
Dosen Pembimbing : Ita Susanti, M.Keb
Serta teman-teman semua yang kami tidak bisa sebutkan satu-persatu,
Terimakasih atas kerjasamanya dalam kelompok ini untuk menyusun makalah
Program Studi Fisiologi Kehamilan Semoga Tuhan yang Maha Esa akan
memberikan balasan yang setimpal kepada semuanya.
Kami berharap makalah yang telah kami susun ini bisa memberikan
sumbangsih untuk menambah pengetahuan para pembaca, dan akhir kata, dalam
rangka perbaikan selanjutnya, kami akan terbuka terhadap saran dan masukan dari
semua pihak karena kami menyadari makalah yang telah kami susun ini memiliki
banyak sekali kekurangan.

Aceh Besar, 21 Maret 2022


Penyusun:

Nidya Furi

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................... 2
1.3. Tujuan............................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 3
2.1. Endokrinologi Kehamilan Dan Persalinan....................................... 3
2.1.1 Fase Implantasi..................................................................... 5
2.1.2 Pemajangan Fungsi Korpus Luteum.................................... 6
2.1.3 Desidua & Hormon Desidua ............................................... 7
2.1.4 Kompartemen Plasenta......................................................... 8
2.1.5 Adaptasi Ibu Terhadap Kehamilan....................................... 8
3.1 Perubahan Payudara Selama Kehamilan.......................................... 8
3.1.1 Perubahan Payudara Di Trimester I..................................... 9
3.1.2 Perubahan payudara pada trimester II ................................. 9
3.1.3 Perkembangan payudara ...................................................... 10
3.1.4 Penyuluhan Kesehatan Tentang Perawatan Payudara Di
Pukesmas Lamteuba Kacamatan Seulimum Kabupaten
Aceh Besar........................................................................... 11
4.1. Struktur Plasenta.............................................................................. 11
4.1.1 Pembentukan Plasenta.......................................................... 13
4.1.2 Fungsi Plasenta .................................................................... 14
4.1.3 Sirkulasi Darah Plasenta ...................................................... 15
4.1.4 Perkembangan Plasenta........................................................ 16

BAB III KESIMPULAN................................................................................ 17


3.1 Kesimpulan....................................................................................... 17
3.2 Saran ................................................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hormon merupakan suatu zat yang dihasilkan oleh suatu bagian dalam
tubuh. Organ yang berperan dalam sekresi hormon dinamakan kelenjar endokrin..
Disebut demikian karena hormon yang disekresikan diedarkan ke seluruh tubuh
oleh darah dan tanpa melewati saluran khusus Sistem kerja hormon berdasarkan
mekanisme umpan balik. Artinya, kekurangan atau kelebihan hormon tertentu
dapat mempengaruhi produksi hormon yang lain. Hal ini disebut homeostasis,
yang berarti seimbang. Di dalam tubuh manusia terdapat tujuh kelenjar endokrin
yang penting, yaitu hipotalamus, hipofisis, tiroid, paratiroid, kelenjar andrenal,
pankreas, dan kelenjar gonad (ovarium atau testis).
Kehamilan merupakan suatu anugerah yang menyenangkan bagi setiap
wanita. Sepanjang daur kehidupan wanita, sudah menjadi kodratnya akan
mengalami proses kehamilan, persalinan dan masa nifas. Kehamilan merupakan
fenomena normal yang terjadi karena adanya pertemuan sel sperma dengan sel
telur di tuba fallopi, kemudian bernidasi dilapisan endometrium yang akan
berkembang menjadi janin, lamanya kehamilan normal 280 hari atau 40 minggu.
Proses kehamilan yang dialami setiap wanita akan menimbulkan
perubahan-perubahan pada fisik, maupun psikologis. Direncanakan atau tidak,
calon ibu perlu mempersiapkan diri secara psikologis sejak sebelum, selama, dan
sesudah kehamilan.
Janin di dalam kandungan memerlukan makanan dan nutrisi yang tumbuh
dan berkembang. Di dalam rahim ibu, janin memiliki pengikatan antara ibu dan
bayi yang biasa kita sebut sebagai plasenta. Plasenta tumbuh saat janin berusia
kurang lebih satu minggu pertama. Pada plasenta terdapat berbagai macam fungsi
diantaranya sebagai respirasi, ekskresi dan produksi hormone, sehingga terjadi
pertukaran zat antara ibu dan janin.

1
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana menjelasakan definisi dari kerja hormon, apa pengertian dari
kelenjar endokrinologi, apa macam-macam dari hormone reproduksi, dan
menjelaskan klafikasi kelenjar endokrin pada janin
2. Rumusan masalah yang kami angkat yaitu mengenai perubahan payudara
pada ibu hamil trimester I dan II
3. Menjelaskan perkembangan dan pertumbuhan plasenta

1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas mata
kuliah Fisiologi dan Psikologi Kehamilan, Persalinan, Nifas, dan BBL

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Endokrinologi Kehamilan Dan Persalinan

Gambar 1. Interaksi antara ibu dan janin, dikenal sebagai foto plasenta unit,
tempat utama untuk repoduksi dan sekresi hormon protein dan
steroid.

Endokrinologi kehamilan manusia melibatkan perubahan baik endokrin


maupun metabolik yang terjadi pada batas antara ibu dan janin yang dikenal
sebagai unit plasenta-janin. Struktur ini adalah merupakan tempat utama produksi
dan sekresi hormon steroid dan protein. Perubahan endokrin dan metabolik yang
terjadi selama kehamilan merupakan akibat langsung dari sinyal hormon yang
dihasilkan unit plasenta-janin. Permulaan dan perkembangan kehamilan
tergantung dari interaksi neuronal dan faktor hormonal. Pengaturan neuro
endokrindi dalam plasenta, pada janin dan kompartemen ibu sangat penting dalam
mengarahkan pertumbuhan janin dan perkembangannya sebagaimana juga dalam
mengkoordinasi awal suatu persalinan. Adaptasi maternal terhadap perubahan
hormonal yang terjadi selama kehamilan secara langsung menggambarkan
perkembangan plasenta dan janin. Adaptasi gestasional yang terjadi selama
kehamilan meliputi implantasi dan perawatan kehamilan dini, modifikasi sistem
maternal dalam rangka mempersiapkan dukungan nutrisi perkembangan janin;
dan persiapan persalinan dan menyusui (Gilang Saputra, 2021).
Protein-protein yang berhubungan dengan kehamilan dapat ditemukan
dalam sirkulasi maternal segera setelah konsepsi. Sebagai contoh, suatu platelet

3
activating (PAF)-likesubstance, yang dihasilkan oleh ovum yang dibuahi dapat
terdeteksi segera. Setelah ovulasi dan fertilisasi, embrio masih berada dalam
ampula tuba sampai hari ke tiga. Konsepsi yang sedang berkembang mengarah
pada uterus, melalui bagian istmus tuba, selama 10 jam,dan kemudian memasuki
uterus sebagai suatu embrio 2-8 sel. Pada perkembanganselanjutnya, antara 3-6
hari setelah konsepsi, embrio menjadi blastokist mengambang dalam rongga
endometrium.

Gambar 2. Siklus ovarium, fertilisasi dan perkembangan embrio yang terjadi


selama minggu pertama setelah konsepsi

Sebelum implantasi, blastokist juga mensekresikan substansi spesifik yang


meningkatkan penerimaan endometrium. Implantasi yang berhasil memerlukan
sinkronisasiyang tepat antara perkembangan blastokist dan pematangan
endometrium. Sampai saat ini, sedikit informasi yang diketahui mengenai peranan
pengaturan produksi hormon steroid pada janin. Embrio awal dan sel kumulus
yang mengelilinginya menghasilkan estradiol dan progesteron sebelum
implantasi. Pengambilan secara mekanis sel-sel ini menyebakan terhentinya
sekresi hormon steroid, sementara pengembalian sel melalui co-culture
menghasilkan sekresi steroid seperti semula. Berdasarkan penemuan ini, produksi
steroid oleh konseptus diduga tidak berarti pada saat mencapai rongga
endometrium, yang pada akhirnya sel kumulus akan makin berkurang pada saat
melintasi tuba fallopi. Progesteron yang dihasilkan konseptus berpengaruh pada
motilitas tuba pada saat konseptus dibawa kearah uterus (Gilang Saputra, 2021).
Progesteron, dengan pengaruh katekolamin dan prostaglandin, dipercaya
melemaskan otot utero-tuba. Lebih jauh lagi, progesteron diduga memegang
peranan penting pada saat transportasi embrio tuba uterus ke rongga uterus karena

4
ditemukan adanya reseptor progesteron dalam kadar yang tinggi pada mukosa 1/3
distal tuba fallopi. Estradiol, juga dihasilkan oleh struktur ini, bisa
menyeimbangkan pengaruh progesteron pada keadaan motilitasi dan tonus tuba
tert entu yang diharapkan, Progesteron mengantagonis estrogen meningkatkan
aliran darah pada uterus melalui penurunan reseptor estrogen dalam sitoplasma
Seperti juga estrogen dan progesteron juga berada dalam keseimbangan dalam
pengaturan aliran darah pada tempat implantasi.

2.1.1 Fase Implantasi


Messenger RNA hCG dapat dideteksi pada blastomer 6-8 sel embrio;
dilain pihak, hal tersebut tidak terdeteksi pada media kultur blastokist sampai hari
ke 6. Segera setelah implantasi dimulai, hCG dapat dideteksi pada serum ibu.
Akan tetapi karena masih terbatasnya aliran darah langsung, sekresi hCG ke
dalam sirkulasi ibu masih terbatas. Jadi, selama proses implantasi, embrio aktif
menghasilkan hCG, yang dapat dideteksi pada serum ibu pada saat hari ke 8
setelah ovulasi. Peranan utama hCG adalah memperlama aktifitas biosintesis
korpus luteum, yang memungkinkan produksi progesteron dan mempertahankan
endometrium gestasional. Sebagaimana proses implantasi berlangsung, konseptus
berkelanjutan mensekresi hCG dan protein-protein kehamilan yang
memungkinkan deteksi produksi steroid (Gilang Saputra, 2021).
Blastomer melapisi blastokist dibagian luar dan akhirnya akan membentuk
plasenta yang dapat diidentifikasi pada hari ke 5 setelah konsepsi. Fase ini dikenal
sebagai fase trofektoderm.
Pertukaran sirkulasi antara ibu dan janin. Darah ibu berasal dari arteri
spiralis dan bersirkulasi di dalam rongga intervilus, sehingga darah janin dan ibu
tidak pernah tercampur dalam sistem ini. Sel kunci utama di dalam villi khorionik
adalah sitotrofoblas. Mereka mempunya kemampuan mengadakan proliferasi,
invasi dan migrasi atau untuk berdiferensiasi, melalui agregasi dan fusi,
membentuk lapisan sinsitial dari lapisan sel villi plasenta berinti banyak dikenal
sebagai sinsitiotrofoblas. Pada hari ke 10 pasca-konsepsi, 2 lapis sel berbeda dari
trofoblast telah terbentuk. Lapisan dalam, sitotrofoblast, terdiri dari sel-sel
individual nyata yang cepat membelah. Lapisan luar, sinsitiotrofoblast, adalah

5
lapisan tebal yang terdiri dari gabungan sel yang sulit dibedakan batas-batasnya.
Sinsitiotrofoblast membatasi ruang intervilus dengan. endometrium ibu. Secara
imunohistokimia, sitotrofoblas terwarnai untuk protein hypothalamus:
gonadotropin releasing hormone (GnRH), corticotrophin releasing hormone
(CRH), dan thyrotropin releasing hormone (TRH). Sambungan sinsitiotrofoblast
terwarnai mengandung hormon yang berhubungan dengan hormon hormon
hipofise: seperti human chorionic gonadotropin (hCG); analog dengan pituitary
luteinizing hormone,(LH), adrenocorticotropic hormone (ACTH) and human
chorionic thyrotropin (hCT). Secara anatomis, susunan ini menunjukkan 2 lapis
hubungan parakrin dari aksis hypothalamus-hipofise (Gilang Saputra, 2021).

2.1.2 Pemajangan Fungsi Korpus Luteum


Produksi steroid primer korpus luteum adalah progesteron, 17a-
progesteron, estradiol and androstenedion. Low-density lipoprotein (LDL)
kholesterol adalah prekursor utama yang bertanggung jawab terhadap produksi
korpus luteum Antara 6 dan 7 minggu kehamilan, fungsi korpus luteum mulai
menurun (Gilang Saputra, 2021).

Gambar 3. Pergeseran produksi progesterone dari korpus luteum ke plasenta


terjadi pada saat minggu ke 7-9 kehamilan. Daerah abu-abu
menggambarkan perkiraan funsi transisi ini.

6
2.1.3 Desidua & Hormon Desidua
Desidua adalah endometrium dalam kehamilan Desidua endometrium
adalah tempat biosintesis hormon steroid dan protein maternal yang berhubungan
langsung dengan kelangsungan dan proteksi kehamilan dari penolakan secara
imunologis. Sebagai contoh jaringan desidua mensekresikan kortisol, dan dengan
kombinasi dengan hCG dan progesteron yang dihasilkan konseptus, kortisol yang
dihasilkan desidua bekerja menekan respon imun maternal membuahkan keadaan
imunologis khas yang diperlukan untuk implantasi konseptus.
1. Prolaktin Desidua
Prolaktin desidua adalah hormon peptida yang mempunyai aktifitas kimia
dan biologis identik dengan prolaktin hipofise. Prolaktin, dihasilkan oleh desidua
endomerium, pertama dideteksi dalam endometrium pada hari ke 23 setelah
implantasi. Progesteron diketahui menginduksi sekresi prolaktin desidua Prolaktin
desidua masuk kedalam sirkulasi janin atau maternal setelah mengalami
transportasi melintas membran fetal dari desidua dan dilepaskan kedalam cairan
amnion. Tanpa dipengaruhi oleh pemberian bromokriptin, produksi prolaktin
desidua terjadi secara independent, juga terhadap kontrol dopaminergik.
Sekresi prolaktin desidua meningkat secara paralel sejalan dengan
peningkatan bertahap prolaktin serum ibu yang terlihat sampai minggu ke 10.
sehamilan, yang kemudian meningkat secara cepat sampai minggu ke 20, dan
kemudian turun sampai mendekati kehamilan aterm. Prolaktin desidua bekerja
mengatur cairan dan elektrolit yang melalui membran fetal dengan mengurangi
permeabilitas amnion dalam arah fetal-maternal. Tidak seperti prolaktin desidua,
prolaktin dalam sirkulasi, pada janin, disekresikan oleh kelenjar hipofise janin,
sementara prolaktin dalam sirkulasi maternal disekresikan oleh hipofise maternal
dibawah pengaruh estrogen. Kedua prolaktin dalam sirkulasi ini keduanya ditekan
oleh bromokriptin yang dimakan ibu.
2. Decidual Insulin-like Growth Factor Binding Protein-1 (IGFBP-1)
IGF binding protein-1 (IGFBP-1) adalah hormon peptida yang berasal dari
sel stroma desidua. Pada wanita yang tidak hamil, circulating IGFBP-1 tidak
berubah selama siklus endometrium. Selama kehamilan, terjadi peningkatan
beberapa kali lipat kadar IGFBP-1 yang dimulai selama trimester pertama,

7
meningkat pada trimester kedua, dan akhirnya turun sebelum aterm. IGFBP-1
menghambat ikatan insulin-like growth factor (IGF) pada reseptor di desidua.
3. Decidual Pregnancy Protein-14 (PP14)
Pregnancy protein-14 adalah hormon glikoprotein yang disintesis oleh
endometrium sekretori dan desidua yang terdeteksi sekitar siklus hari ke 24 (26).
Pada serum, kadarnya meningkat sekitar hari 22-24, mencapai puncak pada saat
mulainya menstruasi; jika kehamilan terjadi, kadarnya tetap tinggi. Dalam
kehamilan, PP14 meningkat secara paralel dengan hCG. Seperti juga hCG, PP14
diduga mempunyai aktifitas immunosupresan dalam kehamilan (26). Kadar PP14
yang rendah ditemukan pada pasien dengan kehamilan ektopik, yang mempunyai
sedikit jaringan desidua

2.1.4 Kompartemen Plasenta


Fungsi plasenta adalah memastikan komunikasi efektif antara ibu dengan
janin yang tengah berkembang sementara tetap memelihara keutuhan imun dan
genetik dari kedua individu. Pada awalnya plasenta berfungsi secara otonom.
Namun pada akhir kehamilan, sistem endokrin janin telah cukup berkembang
untuk mempengaruhi fungsi plasenta dan menyediakan prekursor-prekursor
hormon untuk plasenta (Gilang Saputra, 2021).

2.1.5 Adaptasi Ibu Terhadap Kehamilan


Sebagai suatu "parasit" yang berhasil, unit janin-plasenta mampu
memanipulasi "pejamu" ibu untuk kepentingannya sendiri dan dapat menghindari
terjadinya stres yang berlebihan yang dapat mengganggu "pejamu", dan dengan
itu mengganggu "parasit" itu sendiri. Produksi polipeptida dan hormon-hormon
steroid yang sangat banyak oleh unit janin-plasenta secara langsung atau tidak
langsung berakibat adaptasi fisiologis dari hampir setiap sistem organ ibu (Gilang
Saputra, 2021).

3.1 Perubahan Payudara Selama Kehamilan


Perubahan payudara selama masa kehamilan adalah hal yang normal
terjadi guna mempersiapkan kelahiran Si Kecil. Payudara yang membesar dan

8
terasa sakit bahkan sering kali disebut sebagai tanda-tanda awal kehamilan.
Kondisi tersebut dimulai saat kandungan berusia sekitar 4-6 minggu dan
berlangsung selama trimester pertama. Perubahan Payudara Saat Hamil
Berubahnya payudara saat hamil disebabkan oleh peningkatan kadar hormon
selama kehamilan. Naiknya kadar hormon kehamilan ini membuat aliran darah
pada payudara meningkat, sehingga menyebabkan perubahan pada jaringan
payudara. Saat hamil, Bumil bisa mengalami beberapa perubahan pada payudara,
seperti:
 Payudara membesar serta terasa padat, nyeri, dan sensitive
 Warna puting dan areola (kulit di sekitar puting) menjadi lebih gelap
 Pembuluh darah di payudara terlihat lebih jelas
 Keluar cairan kental kekuningan (kolostrum) dari puting
 Muncul benjolan kecil di permukaan areola akibat saluran susu tersumbat

3.1.1 Perubahan Payudara Di Trimester I


Perubahan pada payudara sudah dimulai di awal awal kehamilan. Pada
trimester pertama kehamilan, sekitar usia 4-6 minggu kehamilan, beberapa dari
ibu hamil, mungkin merasa payudara kesemutan, nyeri, atau lebih sensitif,
terutama di area puting. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya kadar hormon
progesteron dan aliran darah di payudara. Pembentukan lebih banyak kelenjar
susu untuk produksi susu dan perkembangan saluran susu sebagai jalan untuk
susu keluar dari payudara juga sudah dimulai. Hal ini membuat ukuran payudara
juga menjadi lebih besar. Selanjutnya, puting dan areola (area sekitar puting yang
berwarna gelap) menjadi lebih gelap dan lebih besar, serta pembuluh darah di
bawah kulit payudara menjadi lebih terlihat. Kelenjar montgomery, yaitu kelenjar
yang memproduksi minyak yang berada di sekitar puting juga menjadi lebih
terlihat (farrer, 2001).

3.1.2 Perubahan payudara pada trimester II


Payudara membesar Payudara akan semakin membesar dan mengeluarkan
cairan yang disebut kolostrum. Putting dan sekitarnya akan semakin berwama
gelap dan besar. Bintik-bintik kecil akan timbul disekitar putting, dan itu adalah

9
kelenjar kulit. Pada trimester dua Estrogen dan progesteron mempengaruhi
pertumbuhan dari sistem duktus, lobuli dan alveoli dapat meningkatkan produksi
susu selama kehamilan. Konsentrasi dan kadar prolaktin dalam darah ibu
meningkat. Tanda-tanda umum:
1. Perubahan warna areola menjadi gelap dan pembentukan bercak kulit
disekitar dan diluar areola primer atau disebut juga areola skunder.
2. Spinder angioma di dada atas Striae payudara

3.1.3 Perkembangan payudara


Kelenjar mammae manusia berasal dari ektoderm. Kelenjar ini pertama
kali dapat terlihat pada embrio yang berusia 4 minggu sebagai tunas (bud) atau
nodul jaringan epitel yang tampak di sepanjang garis yang disebut krista susu.
Pada embrio yang lebih berkembang, krista ini meluas dari midaksila sampai
daerah inguinal dan mungkin merupakan lokasi payudara atau puting yang
berjumlah banyak pada orang dewasa. Nodul epitel yang rudimenter awalnya
terbenam di dalam mesenkim embrionik, yang kemudian akan mengalami
diferensiasi lebih lanjut, tampaknya dibawah pengaruh sinyal parakrin dari
mesenkim. Tunas epitel sekunder membentuk korda selular yang memanjang,
bercabang, dan berongga. Korda ini menjadi duktus ekskretoris dan laktiferus
pada kelenjar mammae (farrer, 2001).
Kelenjar mammae manusia merupakan struktur tuboalveolar yang terdiri
atas 15-25 lobus yang iregular yang letaknya radier menjauhi puting. Setiap lobus
terbenam dalam jaringan adiposa dan dipisahkan oleh lapisan jaringan ikat padat.
Setiap lobus lebih jauh lagi dibagi menjadi lobulus, dihubungkan ke puting oleh
duktus laktiferus. Duktus laktiferus dibatasi oleh epitel skuamosa berlapis.
Jaringan ikat longgar mengelilingi duktus laktiferus dan dapat mengalami
pelebaran selama menyusui. Sekresi alveolar dimulai pada kehamilan trimester
kedua (farrer, 2001).
Mammae akan membesar dan tegang akibat hormon somatomammotropin,
esterogen dan progesteron akan tetapi belum mengeluarkan air susu. Pada
kehamilan akan terbentuk lemak sehingga mammae menjadi lebih besar. Apabila
mammae akan membesar, lebih tegang dan tampak lebih hitam seperti seluruh

10
areolla mammae karena hiperpigmentasi. Pada kehamilan 12 minggu keatas dari
puting susu dapat keluar cairan berwarna putih agak jernih disebut colostrum
(farrer, 2001).

3.1.4 Penyuluhan Kesehatan Tentang Perawatan Payudara Di Pukesmas


Lamteuba Kacamatan Seulimum Kabupaten Aceh Besar

United Nations Children's Fund (UNICEF) menyebutkan sebanyak 30 ribu


kematian bayi dan 10 ribu kematian balita di dunia dalam satu tahun dicegah
melalui pemberian ASI selama 6 bulan, tanpa memberikan makanan dan minuman
tambahan kepada bayi sehingga perawatan payudara sangat penting dalam
meningkatkan produksi ASI. Jumlah bayi di Indonesia yang mendapat ASI
eksklusif cenderung menurun karena semakin banyak bayi di bawah usia 6 bulan
yang diberikan susu formula. Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia
(SDKI), cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan pada tahun 2002
adalah 40%, tahun 2007 turun menjadi 32% dan tahun 2010 turun lagi menjadi
27,2%. Penyebab ibu hamil tidak melakukan perawatan payudara, antara lain
disebabkan oleh faktor-faktor berikut kurangnya informasi yang diperoleh dari
petugas kesehatan, ketakutan dan kemalasan, serta ketersediaan waktu untuk
melakukan perawatan payudara selama kehamilan. Perawatan Payudara Sangat
penting agar tidak terjadi komplikasi saat menyusui bayi nantinya. Sehingga
diperlukan tingkat perilaku khususnya bagi ibu primigravida mengenai pentingnya
perawatan payudara selama kehamilan (Chairanisa Anwar, Fauziah Andika, Eva
Rosdiana, Soviawati Soviawati, 40-44, 2021).

4.1. Struktur Plasenta


Plasenta merupakan organ penting bagi janin, karena sebagaiman alat
pertukaran zat antara ibu dan bayi atau sebaliknya. Plasenta berbentuk bundar atau
hamper bundar dengan diameter 15-20 cm dan tebal kurang lebih 2,5 cm, berat rta
rata 500 gram. Umumnya plasenta terbentuk lengkap pada kehamilan kurang dari
16 minggu dengan ruang amnion telah mengisi seluruh kavum uteri (Aspiani,
2017).

11
Plasenta terletak didepan atau dibelakang dinding uterus, agak ke atas
kearah fundus uteri, dikarenakan alasan isiologis, permukaan bagian atas korpus
uterus lebih luas, sehingga lebih banyak tempat untuk berimplementasi.
Plasentaberasal dari sebagian besar dari bagian janin,yaitu vili koriales atau
jonjotchorion dan sebagian kecil dari bagian ibu yang berasal dari desidua basalis
(Aspiani, 2017).
Plasenta mempunyai dua permukaan, yaitu permukaan fetal dan maternal.
Permukaan fetal adalah permukaan yang menghadap ke janin, karena nya keputih
putihan dan licin. Hai ini di sebabkan karena permukaan fetal ditutup oleh
omnion, dibawah Nampak pembuluh-pembuluh darah. Permukaan maternal
adalah permukaan yang menghadap dinding Rahim, berwarna merah dan terbagi
dari celah-celah yang berasal dari jaringan ibu. Jumlah-jumlah pada plasenta
dibagi menjadi 16-20 kotiledon (Aspiani, 2017).
Plasenta terdiri dari 3 bagian:
1. Bagian janin (fetal partion), terdiri dari karion prondosom dan vili-vili dari
plasenta yang matang, terdiri atas :
a. Vili corialis
b. Ruang-ruang interviler Dibawah lapisan omnion ini berjalan cabang-
cabang pembuluh darah tali pusat.
c. Permukaan janin dan plasenta yang di lapisi omnion yang kelihatan licin.
Tali pusat akan berinsersi pada plasenta pada permukaan janin.
2. Bagian maternal (matemal partion), terdiri atas desidua komparta yang
berbentuk dari berarapa lobus dan kotiledon (12-20). Desidua basalis

12
plasenta mata disebut lempeng korionik, dimana sirkulasi oteroplasenta
berjalan ke runag-ruang intravili melaui tali pusat

3. Tali pusat Tali pusat merentang dari pusat janin ke plasenta, panjangnya
50-55 cm, sebesar jari (diameter 1-12 cm). Pernah di jumpai tali pusat
terpendek 1/2 cm dan terpanjang b 200 cm

Penampakan plasenta terbagi menjadi 2 bagian yang terbentuk oleh jaringan anak.
Bagian ini terdiri dari jaringan anak disebut membrane chori, yang dibentuk oleh
amnion,pembuluh darah janin, korion dan vili (Aspiani, 2017).

4.1.1 Pembentukan Plasenta


Perkembangan tropoblas berlangsung cepat pada hari ke 8-9, dari selapis
sel tumbuh menjadi terlapis-lapis. Terbentuk ronggga pakuola yang banyak pada
lapisan sinsitiotropoblas (disebut sinsitium) yang akhimya saling berhubungan.
Stadium ini disebut stadium berombak (lacunar stage). Pertumbuhan sinsition
kedalam endometrium makin dalam kemudian terjadi kerusakan endotel kapiler
disekitarnya, sehingga rongga sinsitium (system lacuna) tersebut masuk dialiri
oleh darh ibu, membentuk sinisoit. Bagian yang berbatas. dengan sitotropoblas
disebut mesoderm eks-traibrional somatopleural, kemudian akan menjadi selaput
korior (Aspiani, 2017).

13
Bagian yang berbatasan dengan selaput Heuser dan menutupi abakl
yolksac disebut mesoderm ekstrabrional splanknopleural. Menjelang ahir minggu
ke 2 (hari 13 14), seluruh lingkaran blastokista telah terbenam dalam uterus dan
diliputi tropobllas yang terdiri dari darh ibu. Didalam lapisan mesoderm
ekstraembrional juga terbentuk celah celah yang makin lama makin besar dan
makin bersatu, sehingga terjadilah rongga yang memisahkan kandung kuning telur
makin jauh dari sitotropoblas. Rongga ini di sebut rongga selom ekstraibional atau
rongga korion (Aspiani, 2017).
Disisi embrioblas (tutup embrional), tampak sel-sel kuboit sitotropablas
yang mengadakan infasi ke arah lapisan sinsitiium, membentuk sekelompok sel
dan di kelilingi sinsitium disenut janjat-janjat primer. Jonjot ini emamnjang
sampai bertemu dengan aliran darah ibu. Pada awal minggu ke 3, mesoderm
ekstraibional somatoplural yang terdapat dibawah jonjot sekkunder yang terdiri
dari inti mesoderm di lapisi selapis sel sitotropoblas dan sinsitiotropablas.
Menjelang ahir minggu ke 3, dengan karakteristik angiogenik yang dimilikinya
mesoderm dan jonjot dalam jonjot tersebut berdiferensiasi menjadi sel darah dan
pembuluh kapiler, sehingga jonjot yang tadi hanya seluler kemudian menjadi
suatu jaringan vascular. Setelah infiltrasi pembuluh darah tropoblas kedalam
sirkulasi uterus, seiring dengan perkembangan tropoblas menjadi plasenta dewasa,
terbentuk lah komponen sirkulasi utero-plasenta. Melaui pembuluh darah tali
pusat, sirkulasi utero-plasenta dihubungkan dengan sirkulasi janin (Aspiani,
2017).

4.1.2 Fungsi Plasenta


Supaya janin timbih dengan sempurna, dibutuhkan penyaluran darah, yang
membawa zat asam, asam amino, vitamin dan mineral dari ibu kapada janin,
begitu pula pembuangan karbon dioksida dan limbah metabolism janin ke
sirkulasi ibu. Fungsi dari plasenta adalah:
1. Sebagai alat nutritive untuk mendapatkan bahan yang diperlukan untuk
pertumbuhan dan perkembangan janin.

14
2. Sebagai alat pembuangan metabolisme: ginjal, hati dan usus metabolisme
akan di buang melaui plasenta, yang akan dapat menghubungkan janin
dengan sum luar secar tidak langsung.
3. Sebagai alat pernafasan dimana janin mengambil O2 dan membuang CO2.
Dalam sirkulasi terdapat hemoglobin janin (f) yang memiliki ainitas tinggi
terhadap 02 dan sebaliknya mudah melepaskan CO2 melalui system difusi
dalam plasenta
4. Menghasilkan hormone pertumbuhan dan persiapan pemberian asi
5. Sebagai alat penyalur anti bodi ke tubuh janin.
6. Sebagai barier atau filter
Hormon yang Dihasilkan Plasenta Sumon yang Hormone yang dihasilkan
plasenta,mochtar, 1998 adalah:
1. Human chorionic gonado tropin (heg)
2. Somatomammotropin korionik (plasenta laktogen)
3. Estrogen.
4. Progesteron
5. Trirotropin korionic, relaksin dan lain-lain

4.1.3 Sirkulasi Darah Plasenta


Darah ibu yang berada di ruang interfiler berasal dari spiral arteris yang
berada di desidua basalis. Pada sitosel darah di semprotkan dengan tekanan 70-80
Mmhg seperti air mancur kedalam ruang interfiler sampai mencapai chorionic
plat, pangkal kotiledon-kotiledon janin, Darah tersebut membasahi semua vili
koriales dan kembali perlahan-lahan dengan mem tekanan 80 Mmhg menuju ke
vena-vena desidua.
Darah ibu yang mengalir keseluluruh plasenta di perkirakan naik dari
300ml tiap menit pada kehamilan 20 minggu sampai 600ml tiap menit pada
kehamilan 40 minggu. Seluruh ruang interfiler tanpa vili koriales mempunyai
volume lebih kurang 150-250 ml. Permukaan semua villi korialis di perkirakan
seluas lebih kurang 11m2. Pada kehamilan 24 minggu lapisan sinsitum gdari villi
tidak beruba, akan tetapi dari lapisan sititropablas sel-sel berkurang dan hanya
ditemukan sebagai kelompok sel sel.stroma jonjot jadi lebih padat, mengandung

15
fagosit-fagosit, dan pembuluh-pembuluhn darahnya menjadi lebih besar dan lebih
mendekati lapisan trofoblas. Pada kehamilan ke 36 minggu sebagian besar sel-sel
sitotofablas taka da lagi, tetapi antara sirkulasi ibu dan janin selalu ada lapisan
trofoblas (Aspiani, 2017).
Tujuan Fungsi Plasenta
Plasenta manusia adalah oran yang serbaguna. Plasenta memiliki banyak fungsi
yang sama dengan organ dan system tubuh:
 Transfer gas (paru)
 Tranfor nutrient(saluran gastrointestinal)
 Ekskresi zat ziza(ginjal)
 Transfer panas(kulit)
 Konjugasi obat dan hormone(hati)
 Produksi berbagai proteindan hormone steroid (kelenjar endokrin)

4.1.4 Perkembangan Plasenta


Plasenta berasal dari jaringan trofoblas yang tumbuh menutupi seluruh
permukaan endometrium. Trofoblas ressebut (korion Frondosum) kemudian
mengalami diferensiasi membentuk plasenta. Dari plasenta akan terbentuk
jaringan berupa rangkai penghubung antara placenta dengan janin yang akan
berkembang menjadi tali pusat. Jaringan trofoblas lainnya(korion Laeve)
Menghilang. Pada keadaan tertentu sel trofoblas yang berada marginal pada
ostium uteri,sering menyerupai plasenta previa. Proses penyusutan relative ukuran
plasenta dar urerus dan pembentukan sekmen bawah Rahim pada trimester ahir
kehamilan akan memperpanjang jarak anatara batas bawah palsenta dan ostium
uteri internum. Keadaan ini disebut Migrasi plasenta atau perifelpik plasenta
(Firman, 2012).
Oleh sebab itu jangan membuat diagnosis plasenta previa pada kehamilan
trimester pertama. Bila didapatkan plasneta berinsersi di bawah diusulakn untuk
pemeriksaan ulang pada kehamilan 28 minggu. Keadaan umum pada persalinan
akan tetap sebagai plasenta previa apabila plasenta ditemukan menutupi ostium
uteri internum dan lebih dari 1/3 plasenta berada disisi lain dari ostium (Firman,
2012).

16
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Sistem endokrin erat kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan
memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk
mempertahankan homoestatis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling
berhubungan, namun dapat dibedakan dengan karakteristik tertentu. Sistem
endokrin memiliki fungsi untuk mempertahankan homoestatis, membantu
mensekresikan hormon-hormon yang berkerja dalam sistem persyarafan,
pengaturan pertumbuhan dan perkembangan dan kontrol perkembangan seksual
dan reproduksi.
Pada wanita hamil terjadi perubahan-perubahan fisiologis yang sangat
spesifik, termasuk perubahan pada payudara. Dan perubahan-perubahan yang
terjadi saling berhubungan satu dengan yang lain. Perubahan ini merupakan hal
yang wajar dan normal yang tidak perlu ditakuti. Perubahan perubahan yang
terjadi selama kehamilan akan kembali seperti keadaan sebelum hamil, setelah
proses persalinan dan menyusui selesai.
Bayi dalam kandungan membutuhkan makanan dan nutrisi yang cukup
dalam masa tumbuh kembangnya. Plasenta merupakan alat yang sangat penting
bagi janin, karena plasenta merupakan alat pertukaran zat antara ibu dan anak
sebaliknya, melalui plasenta bayi bias mendapatkan makanan, nutrisi serta alat
untuk melakukan pernafasan. Plasenta dari hari kehari semakin membesar seiring
membesarnya janin dalam Rahim.

3.2 Saran
Pada sistem endokrin ditemukan berbagai macam gangguan dan kelainan,
baik karena bawaan maupun karena faktor luar, seperti virus atau kesalahan
mengonsumsi makanan. Untuk itu jagalah kesehatan anda agar selalu dapat
beraktivitas dengan baik selama masa kehamilan.
Perubahan fisiologis adalah respon tubuh karena adanya pembuahan atau
fertilisasi yang terjadi didalam uterus yang bertujuan untuk mempertahankan hasil

17
pembuahan agar tetap hidup dan berkembang. Peristiwa ini normal dan wajar
terjadi kemudian akan kembali seperti semula keadaan semula beberapa minggu.
Selain itu menyusui juga dapat membantu mempercepat pemulihan kondisi tubuh,
karena menyusui menyebabkan rahim berkontraksi dan mempercepat kembalinya
ke ukuran normal.
Plasenta merupakan organ yang sangat dibutuhkan bagi kehidupan. bayi
dalam rahim, oleh karena itu pemenuhan kebutuhan nutrisi serta gizi harus
tercukupi melalui ibu yang sedang mengandung. Proses pertumbuhan plasenta
sangat berpengaruh besar bagi kehidupan janin dalam kandungan, pasokan
makanan pada ibu sangat mempengaruhi tumbuh kembang pada plasenta,
kerusakan pada plasenta juga merupakan akibat dari buruknya pasokan makanan
yang dikonsumsi ibu. Oleh sebab itu perlu bagi ibu yang sedang mengandung
untuk mengetahui proses pertumbuhan plasenta, organ yang merupakan hubungan
pengikat antara ibu dan bayi.
Demikian yang dapat saya paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan
karena terbatasnya pengetahuan dan kekurangan rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah yang saya susun tersebut.

18
DAFTAR PUSTAKA

Chandraharan E. (2016). Obstetric and Intrapartum Emergencies. New York.


Cambridge University Press.

Lisa EM, Nigel P. (2016). Physiological Changes of Pregnancy. New York.


Cambridge University Press

Monika S. John DR. (2017). Cardiovaskular Physiology of Pregnancy. American


Heart Association

Aspiani y.r.2017. "Asuhan keperawatan Maternitas aplikasi Nanda Nic


Noc"Jakarta Timur:CV.Trans info Media.

19

Anda mungkin juga menyukai