Anda di halaman 1dari 31

“MAKALAH”

“KEBUTUHAN FISIK PERSIAPAN PERSALINAN


TRIMESTER 1 2 3 IBU HAMIL”

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Kehamilan
Dosen Pengampu : Endah Yulianingsih, SST, M.Kes

Disusun Oleh:
Natasya Natalia Kalaka
(751540122052)

JURUSAN KEBIDANAN

FAKULTAS ILMU KEBIDANAN

POLTEKKES KEMENKES GORONTALO

2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Karena atas rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan dan menyusun makalah tentang “Kebutuhan Fisik
Persiapan Persalinan Trimester 1 2 3 Ibu Hamil” Untuk memenuhi tugas mata kuliah
Asuhan Kebidanan Kehamilan
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah
ini. semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Gorontalo, 28 Juli 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................. i
DAFAR ISI................................................................................................................ ii
BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan......................................................................................... 2
BAB 2 KONSEP TEORI.......................................................................................... 3
2.1 Pengertian Persalinan................................................................................... 3
2.2 Faktor Pendukung Persalinan....................................................................... 4
2.3 Persalinan Aman........................................................................................... 6
BAB 3 PEMBAHASAN........................................................................................... 12
3.1 Kebutuhan Fisik Ibu Bersalin....................................................................... 12
3.2 Persiapan Fisik Persalinan pada ibu Hamil Trisemester 1........................... 21
3.3 Persiapan Fisik Persalinan pada ibu Hamil Trisemester 2........................... 22
3.4 Persiapan Fisik Persalinan pada ibu Hamil Trismester 3............................. 23
BAB 4 PENUTUP..................................................................................................... 26
4.1 Kesimpulan................................................................................................... 26
4.2 Saran............................................................................................................. 26
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 27

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehamilan dan persalinan merupakan suatu peristiwa alamiah. Walaupun merupakan
peristiwa alamiah, kadangkala kehamilan dan persalinan disertai risiko berupa
komplikasi baik untuk ibu maupun bayinya. Komplikasi yang sering terjadi adalah
perdarahan postpartum, eklamsia dan infeksi. Komplikasi kehamilan, persalinan dan
nifas merupakan masalah kesehatan utama bagi kesehatan wanita, karena merupakan
penyebab terbesar kematian ibu dan bayi.
Penyebab utama kematian ibu adalah keracunan kehamilan dan infeksi. Kondisi ini
diperparah lagi dengan status gizi yang buruk, persalinan terlalu muda, paritas tinggi,
anemia dalam kehamilan, pengetahuan yang kurang tentang pemanfaatan fasilitas
kesehatan, sebagian ibu hamil terlambat mendapat pertolongan persalinan di fasilitas
kesehatan, pertolongan persalinan oleh dukun
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi bahkan mencegah
terjadinya kematian adalah melakukan persiapan persalinan. Ibu hamil diharapkan dapat
mempersiapkan persalinannya dengan aman. Persiapan persalinan dapat dilakukan pada
trimester i,ii dan III kehamilan
Persiapan persalinan meliputi persiapan fisik, psikologis dan materi. Persiapan fisik
merupakan persiapan yang berhubungan dengan aspek persiapan tubuh untuk
mempermudah persalinan dan laktasi, persiapan psikologis adalah persiapan yang
berhubungan dengan ketahanan mental terhadap rasa takut dan kecemasan serta aspek
kognitif tentang persalinan sedangkan persiapan materi merupakan persiapan ibu dan
keluarga untuk mendukung kelancaran persalinan dari aspek finansial

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja Kebutuhan Fisik Ibu Bersalin?
2. Bagaimana Persiapan Fisik Persalinan pada ibu Hamil Trisemester 1?
3. Bagaimana Persiapan Fisik Persalinan pada ibu Hamil Trisemester 2?
4. Bagaimana Persiapan Fisik Persalinan pada ibu Hamil Trismester 3?

1
1.3 Tujuan Penulisan
Makalah ini bertujuan :
1. Untuk Mengetahui Kebutuhan Fisik Ibu Bersalin
2. Untuk Mengetahui Persiapan Fisik Persalinan pada ibu Hamil Trisemester 1
3. Untuk Mengetahui Persiapan Fisik Persalinan pada ibu Hamil Trisemester 2
4. Untuk Mengetahui Persiapan Fisik Persalinan pada ibu Hamil Trismester 3

1.4 Manfaat Penulisan


Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada:
1. Pendidikan, sebagai salah satu kajian Tentang Kebutuhan Fisik Persiapan
Persalinan Trimester 1 2 3 Ibu Hamil
2. Penulis/pembaca, untuk terus menggali topik lebih luas dan relevan dalam
penelitian ini, dan juga membaca penelitian terdahulu sebagai bahan
perbandingan.

2
BAB II
KONSEP TEORI
2.1 Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses pergerakan keluar janin, plasenta dan membrane dari dalam
janin melalui jalan lahir. Berbagai perubahan terjadi pada system reproduksi wanita
dalam hitungan hari dan minggu sebelum persalinan dimulai. proses persalinan terdiri
dari 3 tingkatan atau 3 kala, yaitu: Kala satu persalinan, merupakan permulaan kontraksi
persalinan sejati yang ditandai oleh perubahan serviks yang progresif dan diakhiri
dengan pembukaan lengkap (10 cm). Kala dua persalinan, dimulai dengan dilatasi
lengkap serviks dan diakhiri dengan kelahiran bayi. Kala tiga persalinan, dimulai saat
proses kelahiran bayi selesai dan berakhir dengan lahirnya plasenta, proses ini dikenal
sebagai kala persalinan plasenta
Persiapan persalinan yang bertujuan untuk menyiapkan semua kebutuhan selama
kehamilan maupun proses persalinan adalah segala sesuatu yang disiapkan dalam
menyambut kelahiran anak oleh ibu hamil. Persiapan persalinan pada trimester III
meliputi faktor resiko ibu dan janin, perubahan psikologi dan fisiologi, tanda-tanda
bahaya dan bagaimana meresponnya, perasaan mengenai melahirkan dan perkembangan
bayi. tanda-tanda saat hendak melahirkan, respon terhadap kelahiran, ukuran- ukuran
kenyamanan situasi kelahiran cesar dan perawatan yang terpusat pada keluarga
dalam persalinan ada 4 hal yang perlu dipersiapkan, yaitu:
(1) Fisik, persiapan fisik berkaitan dengan masalah kondisi kesehatan ibu. Dengan
adanya perubahan fisiologi sebelum terjadi persalinan kira-kira 2 minggu,
dimana ibu akan lebih mudah bernafas karena fundus uteri agak menurun
berhubung kepala janin mulai masuk ke dalam pintu atas pinggul (PAP). ibu
akan sering buang air kecil (BAK) karena turunnya kepala janin ke dalam PAP
yang menekan vesika urinaria serta ibu merasakan adanya gambaran his palsu
yaitu kadang-kadang perut mengejang:
(2) Psikologis, persiapan pada ibu primigravida umumnya belum mempunyai
bayangan mengenai kejadian yang akan dialami saat persalinan terjadi. Salah
satu yang harus dipersiapkan ibu menjelang persalinan yaitu hindari kepanikan
dan ketakutan dan bersikap tenang, perhatian dan kasih sayang keluarga akan
membantu memberikan semangat untuk ibu yang akan melahirkan dan

3
merupakan motivasi tersendiri sehingga lebih tabah dan lebih siap dalam
menghadapi persalinan. Hal lain yang perlu diperhatikan oleh para ibu
primigravida adalah dengan cara mencari pengetahuan seluas-luasnya tentang
masalah kehamilan dan persalinan dengan membaca buku atau hal-hal lain yang
berkaitan dengan masalah kehamilan serta dapat konsultasi kepada petugas
kesehatan;
(3) Finansial, persiapan finansial bagi ibu yang akan melahirkan merupakan suatu
kebutuhan yang mutlak harus disiapkan dan (4) Kultural, ibu harus mengetahui
adat istiadat, kebiasaan, tradisi dan tingkat hidup yang kurang baik selama
kehamilan dan ada budaya sangat penting yaitu tradisi untuk membawa plasenta
ke rumah

2.2 Faktor Pendukung Persalinan


Persalinan membutuhkan usaha total ibu secara fisik dan emosional. Karena itu
dukungan moril dan upaya untuk menimbulkan rasa nyaman bagi ibu bersalin sangatlah
penting. Ibu mungkin berada dalam tempat persalinan dan kondisi yang berbeda-beda
satu sama lain. Perawatan yang diberikan perlu di sesuaikan dengan kebutuhan masing-
masing ibu
a. Dukungan Moril
Kelahiran seorang bayi berpengaruh terhadap seluruh anggota keluarga. Karena itu
bila suami atau anggota keluarga lainnya ingin menemani ibu saat Biarkan mereka
memberikan dukungan moril, memperhatikan dan mendengarkan Kalin hendaknya dha
permintaan ibu, serta menolong ibu bila mungkin. Perhatian dan penghargaan terhadap
kebutuhan ibu dan keluarganya akan menumbuhkan rasa percaya kepada penolong
persalinan. Ibu mungkin merasa tidak nyaman dan nyeri bila ibu cemas akan
persalinannya atau bila mempunyai gangguan sebelumnya. Penolong persalinan perlu
bersikap tenang dan mampu meyakinkan ibu dan kelurganya, terutama bila mereka
gelisah dan khawatir.

b. Kenyamanan
Anjurkan ibu untuk berbaring dalam posisi yang dirasakan paling nyaman. Biarkan
ibu melakukan kegiatan seperti berjalan. duduk, jongkok, mengambil posisi seperti akan

4
merangkak atau bersalin, sesuai dengan keinginannya. Gerakan-gerakan tersebut
membantu turunnya bayi ke panggul, karena itu anjurkan ibu bergerak aktif. Untuk
selanjutnya, Ibu yang akan melahirkan tidak dianjurkan berbaring datar pada
punggungnya, karena akan mengganggu peredaran darah ke tubuhnya dan janin yang
dikandungnya.

c. Cairan
Anjurkan ibu minum air selama persalinan untuk mencegah dehidrasi dan
memberikan tenaga. Untuk selanjutnya, dehidrasi dapat mengakibatkan kelelahan,
memperlambat atau menyebabkan his tidak teratur.

d. Kebersihan
Infeksi yang terjadi pada saat persalinan dapat mengakibatkan kematian atau
kesakitan pada ibu dan bayi. Ibu hendaknya dimandikan dan mengenakan pakaian
bersih pada waktu bersalin, sedangkan penolong persalinan harus sering mencuci tangan
dan menggunakan alat yang telah didensifeksi atau disterilkan.
1) Buang air besar
Sebelum melahirkan, ibu sedapat mungkin buang air besar terlebih dahulu.
Rektum yang penuh akan memberikan rasa tidak nyaman selama persalinan. Bila
ibu kesulitan dalam mengosongkan rektum, maka ibu dapat dibantu dengan
melakukan edema. Untuk selanjutnya hindari enema atau klimaks pada ibu yang
berada dalam tahap lanjut persalinan, ibu yang ketubannya telah pecah, ibu yang
mengalami perdarahan atau ibu yang menderita hipertensi.
2) Buang air kecil
Ibu bersalin sebaiknya buang air kecil paling sedikit setiap 2 jam, atau lebih
sering lagi bila mungkin. Kandung kemih yang penuh akan menghambat
turunnya bayi ke dasar panggul dan memberikan rasa tak nyaman bagi ibu. Selain
itu ada juga faktor pendukung lainnya seperti, gizi ibu hamil yang tercukupi dan
bergizi, melaksanakan perancanaan persalinan dan pencegahan komplikasi yang
mana terdiri dari tafsiran persalinan, penolong persalinan, tempat persalinan,
pendamping persalinan, transportasi ibu hamil kalau mungkin ibu hamil tersebut
jauh dari sarana kesehatan, calon pendonor darah yang sewaktu-waktu ibu hamil

5
mengalami perdarahan hebat sehingga sudah siap pendonor darah, biodata
lengkap dari ibu hamil sehingga dapat mengetahui riwayat ibu hamil tersebut
3) Faktor Penyulit persalinan
Faktor-faktor penyulit persalinan adalah rendahnya pendidikan ibu. sosial
ekonomi yang rendah, jarak usia anak kurang dari dua tahun, anak lebih dari
lima, primigravida kurang dari 145 cm, primitua lebih dari 35 tahun, Hb kurang
dari 11 gram persen, tensi sistole dan diastole 140 per 90 mmhg

2.3 Persalinan Aman


a. Persalinan yang aman
Persalinan dan kelahiran merupakan gejala fisiologis yang normal. Kelahiran seorang
bayi merupakan peristiwa sosial dimana seorang ibu dan keluarga menunggu proses
tersebut selama 9 (sembilan) bulan. Dalam Departemen Kesehatan Republik Indonesia
menjelaskan bahwa persalinan merupakan suatu proses alami yang ditandai oleh
terbukanya serviks, diikuti dengan lahirnya bayi dan plasenta. persalinan diartikan
sebagai proses membukanya serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir. Tujuan asuhan
persalinan adalah memberikan asuhan yang memadahi selama persalinan dalam upaya
mencapai pertolongan yang bersih dan aman dengan memperhatikan aspek sayang ibu
dan sayang bayi.
Salah satu peran serta suami dalam menurunkan angka kematian ibu adalah suami
dapat memastikan persalinan isterinya ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih dan dapat
berjalan dengan aman. Untuk itu suami perlu diberikan pengetahuan melalui pendidikan
kesehatan tentang persiapan persalinan yang aman. Pengetahuan persiapan persalinan
tersebut meliputi:
1) Pengertian persalinan aman
Persiapan persalinan aman adalah rencana tindakan yang dibuat bersama antara ibu
hamil, suami dan bidan pada waktu ibu hamil masuk trimester tiga (umur kehamilan di
atas enam bulan) untuk memastikan bahwa ibu dapat menerima asuhan yang ibu
perlukan pada saat persalinan dan memastikan ibu melahirkan dengan tenaga kesehatan
terampil

2) Tujuan persiapan persalinan aman

6
a) Ibu hamil, suami dan keluarga tergerak untuk merencanakan persalinan yang
bersih dan aman.
b) Persalinan direncanakan ditempat yang aman dan ditolong oleh tenaga
terampil.
c) Adanya persiapan sarana transportasi untuk merujuk ibu bersalin, jika perlu.
d) Rujukan tepat waktu telah dipersiapkan bila diperlukan.
e) Untuk menurunkan kebingungan dan kekacauan pada saat persalinan.
f) Meningkatkan kemungkinan dimana ibu akan menerima pelayanan yang
sesuai dan tepat waktu.

3) Komponen dalam persiapan persalinan:


Membuat rencana persalinan idealnya setiap ibu hamil dan suami harus mempunyai
kesempatan untuk membuat suatu rencana persalinan. Hal-hal di bawah ini haruslah
digali dan diputuskan dalam membuat rencana persalinan tersebut:
a) Menentukan tempat persalinan.
Ibu hamil dan suami dapat menentukan tempat bersalin yang diinginkan, untuk
menentukan tempat bersalin maka suami harus mengetahui tempat-tempat
bersalin yang aman seperti: di rumah ibu hamil atau di rumah orang tua dengan
persyaratan lingkungan bersih dan aman, di polindes, di Puskesmas rawat inap,
bidan praktek swasta, di rumah bersalin dan di rumah sakit terdekat yang
disesuaikan dengan kondisi ibu hamil.
b) Memilih kelahiran di rumah
Wanita yang memilih untuk melahirkan dirumah mempunyai berbagai alasan
untuk keputusan mereka. Beberapa ibu didalam hatinya merasa bahwa disinilah
bayi mereka harus dilahirkan, beberapa lainnya merasa bahwa mereka akan lebih
santai berada dirumah sendiri. Beberapa sangat menghargai privasi yang mereka
dapatkan dirumah dan kebebasan untuk apa yang ahwa mer mereka pilih, lainya
mengganggap rumah sakit menakutkan dan mereka takut menjalani banyak
tindakan medis jika melahirkan disana.
c) Memilih Rumah Sakit atau Rumah Bersalin
Para wanita yang memilih melahirkan di rumah sakit merasa tenang karena
banyak dokter dan bidan yang bekerja disana, sebagian lainnya merasa bahwa

7
melahirkan dengan peralatan teknologi lebih aman, sebagian lebih tertarik
fasilitas khusus yang ditawarkan.
d) Memilih layanan domino
Layanan domino berarti seorang bidan mendampingi ibu sepanjang masa
kehamilan, mengantar ibu untuk proses melahirkan, dan setelah itu kembali
menemani ibu pulang kerumah untuk beberapa waktu. Meskipun tidak setiap
daerah menyediakan pelayanan ini dan dalam kenyataanya ibu mungkin
mendapatkan bidan yang lain dengan bidan yang merawat ibu disepanjang masa
kehamilan
e) Memilih tenaga kesehatan terlatih.
Ibu hamil dan suami dapat menentukan siapakah yang akan menolong persalinan.
Macam- macam tenaga kesehatan untuk menolong persalinan yang terlatih
adalah: bidan desa, bidan praktek swasta, dokter umum dan dokter ahli
kebidanan.
f) Bagaimana transportasi ke tempat tenaga kesehatan dan ke tempat bersalin
tersebut.
Bila ibu memilih tempat bersalin bukan dirumah sendiri maka ibu dan suami
perlu mengetahui berapa jarak yang ditempuh ke tempat bersalin, apakah ada
kendaraan umum, kalau tidak bagaimana cara ibu menuju ke tempat bersalin,
meminjam kendaraan keluarga atau tetangga, apakah ada ambulan desa.
g) Pendamping persalinan,
keberadaan pendamping akan membawa dampak yang baik pada proses
persalinan karena dapat memberikan dukungan, semangat, dan rasa aman. Jika
seorang wanita ingin didampingi selama proses persalinan, mintalah kepada
suami atau keluarga yang terdekat . Dukungan yang perlu diberikan meliputi:
1) Memberikan dukungan psikologi terhadap perubahan fisik dan emosional
pada ibu hamil.
2) Mempersiapkan keuangan keluarga untuk kelahiran anak dengan mulai
menabung sejak usia dini kehamilan.
3) Mengingatkan dan menemani ibu memeriksakan kehamilan.
4) Membantu pekerjaan rumah tangga dan mengingatkan ibu hamil agar
beristirahat.

8
5) Menghentikan kebiasaan merokok terutama didalam rumah.
6) Menghentikan kekerasan pada ibu hamil.
7) Merencanakan dimana akan bersalin, siapa penolong persalinan serta tempat
rujukan apabila ditemui kegawat daruratan.
8) SIAGA (Siap Antar Jaga)
(a) Siap jika melihat tanda-tanda bahaya kehamilan.
(b) Antar ketempat pelayanan bila akan melahirkan dan siap menjadi donor
darah bila diperlukan.
(c) Jaga ibu selama hamil, melahirkan, dan nifas.
9) Mencegah kekerasan pada ibu hamil, baik secara psikis, ekonomi dan fisik.
10) Mengantarkan dan menolong ibu untuk memberikan ASI eksklusif

h) Berapa banyak biaya yang dibutuhkan dan bagaimana cara mengumpulkan biaya
tersebut.
Apakah ibu mempunyai jaminan pemeliharaan kesehatan, asuransi kesehatan.
Jamsostek, dana sehat dan tabulin. Ibu dan suami sudah mengetahui berapa
jumlah biaya persalinan yang dibutuhkan.
i) Siapa yang akan menjaga keluarganya jika ibu tidak ada.
Apakah ibu dan suami sudah menghubungi orang yang menjaga rumah dan
keluarga bila ibu bersalin.
j) Donor darah
Donor darah juga perlu dipersiapkan untuk persalinan. Ini tambahan darah bisa
lagsung ditangani, jadi ibu hamil perlu mencari orang yang golongan darahnya
sama dan bersedia untuk mendonorkan darahnya
k) Beberapa Perlengkapan ibu dan bayi
Perlengkapan yang harus dibawa ketempat persalinan antara lain:
(1) Kartu periksa hamil
(2) Alat mandi seperti handuk besar 1 buah, handuk kecil 2 buah, sabun, sikat
gigi, pasta gigi.

l) Penting bagi bidan dan suami untuk mendiskusikan:

9
1) Siapa pembuat keputusan utama dalam keluarga? Ibu hamil dan suami
sebaiknya menentukan pembuat keputusan utama, apakah suami, orang tua,
mertua atau orang yang dituakan dalam keluarga.
2) Siapa yang akan membuat keputusan jika pembuat keputusan utama tidak ada
saat terjadi kegawatdaruratan? Setelah ibu dan suami memutuskan pembuatan
keputusan utama, ibu dan suami juga telah menentukan pembuat keputusan
pengganti bila pembuat keputusan utama tidak ada.
3) Mempersiapkan sistem transportasi jika kegawatdaruratan.
4) Banyak ibu yang meninggal karena komplikasi yang serius selama
kehamilan, persalinan, atau pasca persalinan, tetapi tidak mempunyai
jangkauan transportasi yang dapat membawa mereka ke tingkat asuhan
kesehatan yang dapat memberikan asuhan yang kompeten untuk masalah
mereka. Setiap keluarga harus mempunyai suatu rencana transportasi untuk
ibu jika ia mengalami komplikasi dan segera dirujuk ke tingkat asuhan yang
lebih tinggi. Rencana ini perlu dipersiapkan lebih dini dalam kehamilan.
5) Dimana ibu akan bersalin bila terjadi komplikasi. Di Puskesmas yang ada di
desa, atau rumah sakit di kota.
6) Bagaimana cara menjangkau tingkat asuhan yang lebih lanjut jika terjadi
kegawatdaruratan dan sudah merencanakan transportasi yang akan
digunakan.
7) Ke fasilitas kesehatan yang mana ibu tersebut harus dirujuk. Seperti Rumah
Sakit yang mampu memberikan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi
Dasar yang dikenal dengan PONED atau PONEK (Komprehensif).
8) Bagaimana cara mendapatkan dana jika terjadi kegawat daruratan. Apakah
sudah dipersiapkan dana, meminjam dari keluarga lain, apakah ada dana
masyarakat yang sudah disiapkan secara bersama di desa tempat ibu tinggal.
9) Bagaimana cara mencari donor darah yang potensial.
10) Apakah di desa tempat ibu tinggal sudah mempunyai daftar golongan darah
masyarakat, apakah ada keluarga yang mempunyai golongan darah yang
sama dengan ibu hamil. Apakah di tempat ibu tinggal sudah ada kerjasama
antara pelayanan kesehatan dengan Palang Merah Indonesia.

10
11) Keluarga harus dianjurkan untuk menabung sejumlah uang sehingga dana
akan tersedia untuk asuhan selama kehamilan jika terjadi kegawatdaruratan.
Banyak sekali kasus, ibu tidak mencari asuhan atau mendapatkan asuhan
karena mereka tidak mempunyai dana yang diperlukan.
12) Seorang suami dapat memberikan segala sesuatunya untuk persalinan. Seperti
pembalut wanita atau kain, baju ibu yang memudahkan untuk menyusui
bayinya, sabun, seprei perlengkapan bayi dan menyimpannya untuk persiapan
persalinan.
13) Keluarga harus dianjurkan untuk menabung sejumlah uang sehingga dana
akan tersedia untuk asuhan selama kehamilan jika terjadi kegawatdaruratan

11
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Kebutuhan Fisik Ibu Bersalin
A. Kebutuhan Nutrisi dan Cairan
World Health Organization (WHO) merekomendasikan bahwa dikarenakan
kebutuhan energi yang begitu besar pada Ibu melahirkan dan untuk memastikan
kesejahteraan ibu dan anak, tenaga kesehatan tidak boleh menghalangi keinganan Ibu
yang melahirkan untuk makan atau minum selama persalinan. Persatuan dokter
kandungan dan ginekologi Kanada merekomendasikan kepada tenaga kesehatan untuk
menawarkan Ibu bersalin diet makanan ringan dan cairan selama persalinan

B. Makanan yang Dianjurkan Selama Persalinan


Makanan yang disarankan dikonsumsi pada kelompok Ibu yang makan saat persalina
adalah roti, biskuit, sayuran dan buah-buahan, yogurt rendah lemak, sup, minuma
isotonik dan jus buah-buahan. sangat penting selama proses persalinan untuk
memastikan kecukupa energi dan mempertahankan kesimbangan normal cairan dan
elektrolit bagi Ibu dan bayi. Cairan isotonik dan makanan ringan yang mempermudah
pengosongan lambung cocok untuk awal persalinan.
Jenis makanan dan cairan yang dianjurkan dikonsumsi pada Ibu bersalin adalah
sebagai berikut
Makanan:
Apa saja yang harus diperhatikan jika Ibu ingin makan selama proses persalian.
a. Makan dalam porsi kecil atau mengemil setiap jam sekali saat ibu masih dalam
tahap awal persalinan (KALA 1). Ibu disarankan makan beberapa kali dalam porsi
kecil karena lebih mudah dicerna daripada hanya makan satu kali tapi porsi besar.
b. Pilih makanan yang mudah dicerna, seperti crackers, agar-agar, atau sup. Saat
persalinan proses pencernaan jadi lebih lambat sehingga ibu perlu menghindari
makanan yang butuh waktu lama untuk dicerna.

12
c. Selain mudah dicerna, pilih makanan yang berenergi. Buah, sup dan madu
memberikan energi cepat. Untuk menyimpan cadangan energi, ibu bisa pilih
gandum atau pasta.
d. Hindari makanan yang banyak mengandung lemak, goreng-gorengan atau
makanan yang menimbulkan gas.
Makanan yang dianjurkan:
1. Roti atau roti panggang (rendah serat) yang rendah lemak baik diberi selai
ataupun madu.
2. Sarapan sereal rendah serat dengan rendah susu.
3. Nasi tim.
4. Biskuit
5. Yogurt rendah lemak.
6. Buah segar atau buah kaleng
Minuman:
Selama proses persalinan jaga tubuh agar tidak kekurangan cairan. Dehidrasi bisa
mengakibatkan ibu menjadi lemah, tidak berenergi dan bisa memperlambat persalinan.
Pilihan minumannya adalah:
1. Minuman yogurt rendah lemak.
2. Kaldu jernih.
3. Air mineral.
4. Minuman isotonik, mudah diserap dan memberikan energi yang dibutuhkan saat
persalinan. Atau, Ibu bisa membuat sendiri dengan mencampurkan air putih
dengan sedikit perasan lemon.
5. Jus buah atau smoothie buah, campurkan dengan yogurt atau pisang ke dalam
smoothie untuk menambah energi.
6. Hindari minuman bersoda karena bisa membuat Ibu mual.
Ibu melahirkan harus dimotivasi untuk minum sesuai kebutuhan atau tingkat
kehausannya. Jika asupan cairan Ibu tidak adekuat atau mengalami muntah, dia akan
menjadi dehidrasi, terutama ketika melahirkan menjadikannya banyak berkeringat.
Salah satu gejala dehidrasi adalah kelelahan dan itu dapat mengganggu kemajuan
persalinan dan menyulitkan bagi Ibu untuk lebih termotivasi dan aktif selama

13
persalinan. Jika Ibu dapat mengikuti kecenderungannya untuk minum, maka mereka
tidak mungkin mengalami dehidrasi.
Pembatasan makan dan minum pada Ibu melahirkan memberikan rasa
ketidaknyaman pada Ibu. Selain itu, kondisi gizi buruk berpengaruh terhadap lama
persalinan dan tingkat kesakitan yang diakibatkannya, dan puasa tidak menjamin perut
kosong atau berkurang keasamannya. Lima penelitian yang melibatkan 3130 Ibu
bersalin. Pertama penelitian membandingkan Ibu dengan pembatasan makan dan minum
dengan Ibu yang diberi kebebasan makan dan minum. Kedua penelitian
membandingkan antara Ibu yang hanya minum dengan Ibu yang makan dan minum
tertentu. Dua penelitian lagi membandingkan Ibu yang hanya minum air mineral dengan
minuman karbohidrat. Hasil penelitian menunjukkant idak adanya kerugian atau
dampak terhadap persalinan pada Ibu yang diberi kebebasan makan dan minum. Dengan
demikian, Ibu melahirkan diberikan kebebasan untuk makan dan minum sesuai yang
mereka kehendaki.
Pemenuhan kebutuhan eliminai selama persalinan perlu difasilitasi oleh bidan, untuk
membantu kemajuan persalinan dan meningkatkan kenyamanan pasien. Anjurkan ibu
untuk berkemih secara spontan sesering mungkin atau minimal setiap 2 jam sekali
selama persalinan. Kandung kemih yang penuh, dapat mengakibatkan:
1. Menghambat proses penurunan bagian terendah janin ke dalam rongga panggul,
terutama apabila berada di atas spina isciadika
2. Menurunkan efisiensi kontraksi uterus/his
3. Mengingkatkan rasa tidak nyaman yang tidak dikenali ibu karena bersama
munculnya kontraksi uterus
4. Meneteskan urin selama kontraksi yang kuat pada kala II
5. Memperlambat kelahiran plasenta
6. Mencetuskan perdarahan pasca persalinan, karena kandung kemih yang penuh
menghambat kontraksi uterus.
Apabila masih memungkinkan, anjurkan ibu untuk berkemih di kamar mandi, namun
apabila sudah tidak memungkinkan, bidan dapat membantu ibu untuk berkemih dengan
wadah penampung urin. Bidan tidak dianjurkan untuk melakukan kateterisasi kandung
kemih secara rutin sebelum ataupun setelah kelahiran bayi dan placenta. Kateterisasi
kandung kemih hanya dilakukan apabila terjadi retensi urin, dan ibu tidak mampu untuk

14
berkemih secara mandiri. Kateterisasi akan meningkatkan resiko infeksi dan trauma
atau perlukaan pada saluran kemih ibu. Sebelum memasuki proses persalinan, sebaiknya
pastikan bahwa ibu sudah BAB. Rektum yang penuh dapat mengganggu dalam proses
kelahiran janin. Namun apabila pada kala I fase aktif ibu mengatakan ingin BAB, bidan
harus memastikan kemungkinan adanya tanda dan gejala kala II. Apabila diperlukan
sesuai indikasi, dapat dilakukan lavement pada saat ibu masih berada pada kala I fase
latent.

C. Kebutuhan Hygiene (Kebersihan Personal)


Kebutuhan hygiene (kebersihan) ibu bersalin perlu diperhatikan bidan dalam
memberikan asuhan pada ibu bersalin, karena personal hygiene yang baik dapat
membuat ibu merasa aman dan relax, mengurangi kelelahan, mencegah infeksi,
mencegah gangguan sirkulasi darah, mempertahankan integritas pada jaringan dan
memelihara kesejahteraan fisik dan psikis. Tindakan personal hygiene pada ibu bersalin
yang dapat dilakukan bidan diantaranya: membersihkan daerah genetalia (vulva-vagina,
anus), dan memfasilitasi ibu untuk menjaga kebersihan badan dengan mandi.
Mandi pada saat persalinan tidak dilarang. Pada sebagian budaya, mandi sebelum
proses kelahiran bayi merupakan suatu hal yang harus dilakukan untuk mensucikan
badan, karena proses kelahiran bayi merupakan suatu proses yang suci dan mengandung
makna spiritual yang dalam. Secara ilmiah, selain dapat membersihkan seluruh bagian
tubuh, mandi juga dapat meningkatkan sirkulasi darah, sehingga meningkatkan
kenyamanan pada ibu, dan dapat mengurangi rasa sakit. Selama proses persalinan
apabila memungkinkan ibu dapat diijinkan mandi di kamar mandi dengan pengawasan
dari bidan.
Pada kala I fase aktif, dimana terjadi peningkatan bloodyshow dan ibu sudah tidak
mampu untuk mobilisasi, maka bidan harus membantu ibu untuk menjaga kebersihan
genetalianya untuk menghindari terjadinya infeksi intrapartum dan untuk meningkatkan
kenyamanan ibu bersalin. Membersihkan daerah genetalia dapat dilakukan dengan
melakukan vulva hygiene menggunakan kapas bersih yang telah dibasahi dengan air
Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT), hindari penggunaan air yang bercampur antiseptik
maupun lissol. Bersihkan dari atas (vestibulum), ke bawah (arah anus). Tindakan ini

15
dilakukan apabila diperlukan, misal setelah ibu BAK, setelah ibu BAB, maupun setelah
ketuban pecah spontan.
Pada kala II dan kala III, untuk membantu menjaga kebersihan diri ibu bersalin,
maka ibu dapat diberikan alas bersalin (under pad) yang dapat menyerap cairan tubuh
(lendir darah, darah, air ketuban) dengan baik. Apabila saat mengejan diikuti dengan
faeses, maka bidan harus segera membersihkannya, dan meletakkannya di wadah yang
seharusnya. Sebaiknya hindari menutupi bagian tinja dengan tissu atau kapas ataupun
melipat undarpad.
Pada kala IV setelah janin dan placenta dilahirkan, selama 2 jam observasi, maka
pastikan keadaan ibu sudah bersil dapat dimandikan atau dibersihkan di atas tempat
tidur. Pastikan bahwa ibu sudah mengenakan pakaian bersih dan penampung darah
(pembalut bersalin, underpad) dengan baik. Hindari menggunakan pot kala, karena hal
ini mengakibatkan ketidaknyamanan pada ibu bersalin. Untuk memudahkan bidan
dalam melakukan observasi, maka celana dalam sebaiknya tidak digunakan terlebih
dahulu, pembalut ataupun underpad dapat dilipat disela-sela paha.

D. Kebutuhan Istirahat
Selama proses persalinan berlangsung, kebutuhan istirahat pada ibu bersalin tetap
harus dipenuhi. Istirahat selama proses persalinan (kala I, II, III maupun IV) yang
dimaksud adalah bidan memberikan kesempatan pada ibu untuk mencoba relax tanpa
adanya tekanan emosional dan fisik. Hal ini dilakukan selama tidak ada his (disela- sela
his]. Ibu bisa berhenti sejenak untuk melepas rasa sakit akibat his, makan atau minum,
atau melakukan hal menyenangkan yang lain untuk melepas lelah, atau apabila
memungkinkan ibu dapat tidur. Namun pada kala II, sebaiknya ibu diusahakan untuk
tidak mengantuk
Setelah proses persalinan selesai (pada kala IV), sambil melakukan observasi, bidan
dapat mengizinkan ibu untuk tidur apabila sangat kelelahan. Namun sebagai bidan,
memotivasi ibu untuk memberikan ASI dini harus tetap dilakukan. Istirahat yang cukup
setelah proses persalinan dapat membantu ibu untuk memulihkan fungsi alat-alat
reproduksi dan meminimalisasi trauma pada saat persalinan.

E. Posisi dan Ambulasi

16
Posisi persalinan yang akan dibahas adalah posisi persalinan pada kala I dan posisi
meneran pada kala II. Ambulasi yang dimaksud adalah mobilisasi ibu yang dilakukan
pada kala I. Persalinan merupakan suatu peristiwa fisiologis tanpa disadari dan terus
berlangsung/progresif, Bidan dapat membantu ibu agar tetap tenang dan rileks, maka
bidan sebaiknya tidak mengatur posisi persalinan dan posisi meneran ibu. Bidan harus
memfasilitasi ibu dalam memilih sendiri posisi persalinan dan posisi meneran, serta
menjelaskan alternatif-alternatif posisi persalinan dan posisi meneran bila posisi yang
dipilih ibu tidak efektif.
Bidan harus memahami posisi-posisi melahirkan, bertujuan untuk menjaga agar
proses kelahiran bayi dapat berjalan senormal mungkin. Dengan memahami posisi
persalinan yang tepat, maka diharapkan dapat menghindari intervensi yang tidak perlu.
sehingga meningkatkan persalinan normal. Semakin normal proses kelahiran, semakin
aman kelahiran bayi itu sendiri. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan
posisi melahirkan:
1. Klien/ibu bebas memilih, hal ini dapat meningkatkan kepuasan, menimbulkan
perasaan sejahtera secara emosional, dan ibu dapat mengendalikan persalinannya
secara alamiah.
2. Peran bidan adalah membantu/memfasilitasi ibu agar merasa nyaman.
3. Secara umum, pilihan posisi melahirkan secara alami/naluri bukanlah posisi
berbaring.
4. Sejarah: posisi berbaring diciptakan agar penolong lebih nyaman dalam bekerja.
Sedangkan posisi tegak, merupakan cara yang umum digunakan dari sejarah
penciptaan manusia sampai abad ke-18.
Pada awal persalinan, sambil menunggu pembukaan lengkap, ibu masih
diperbolehkan untuk melakukan mobilisasi/aktivitas. Hal ini tentunya disesuaikan
dengan kesanggupan ibu. Mobilisasi yang tepat dapat membantu dalam meningkatkan
kemajuan persalinan, dapat juga mengurangi rasa jenuh dan kecemasan yang dihadapi
ibu menjelang kelahiran janin.
Pada kala 1, posisi persalinan dimaksudkan untuk membantu mengurangi rasa sakit
akibat his dan membantu dalam meningkatkan kemajuan persalinan (penipisan cerviks,
pembukaan cerviks dan penurunan bagian terendah). Ibu dapat mencoba berbagai posisi
yang nyaman dan aman. Peran suami/anggota keluarga sangat bermakna, karena

17
perubahan posisi yang aman dan nyaman selama persalinan dan kelahiran tidak bisa
dilkukan sendiri olah bidan. Pada kala I ini, ibu diperbolehkan untuk berjalan, berdiri,
posisi berdansa, duduk, berbaring miring ataupun merangkak. Hindari posisi jongkok,
ataupun dorsal recumbent maupun lithotomi, hal ini akan merangsang kekuatan
meneran. Posisi terlentang selama persalinan (kala I dan II) juga sebaiknya dihindari,
sebab saat ibu berbaring telentang maka berat uterus, janin, cairan ketuban, dan placenta
akan menekan vena cava inferior. Penekanan ini akan menyebabkan turunnya suply
oksigen utero-placenta. Hal ini akan menyebabkan hipoksia. Posisi telentang juga dapat
menghambat lemajuan persalinan.
Macam-macam posisi meneran diantaranya:
1. Duduk atau setengah duduk, posisi ini memudahkan bidan dalam membantu
kelahiran kepala janin dan memperhatikan keadaan perineum.
2. Merangkak, posisi merangkak sangat cocok untuk persalinan dengan rasa sakit
pada punggung, mempermudah janin dalam melakukan rotasi serta peregangan
pada perineum berkurang.
3. Jongkok atau berdiri, posisi jongkok atau berdiri memudahkan penurunan kepala
janin, memperluas panggul sebesar 28% lebih besar pada pintu bawah panggul,
dan memperkuat dorongan meneran. Namun posisi ini beresiko memperbesar
terjadinya laserasi (perlukaan) jalan lahir.
4. Berbaring miring, posisi berbaring miring dapat mengurangi penekanan pada
vena cava inverior, sehingga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya hipoksia
janin karena suply oksigen tidak terganggu, dapat memberi suasana rileks bagi
ibu yang mengalami kecapekan, dan dapat mencegah terjadinya robekan jalan
lahir.
5. Hindari posisi telentang (dorsal recumbent), posisi ini dapat mengakibatkan:
hipotensi (beresiko terjadinya syok dan berkurangnya supply oksigen dalam
sirkulasi uteroplacenter, sehingga mengakibatkan hipoksia bagi janin), rasa nyeri
yang bertambah, kemajuan persalinan bertambah lama, ibu mangalami gangguan
untuk bernafas, buang air kecil terganggu, mobilisasi ibu kurang bebas, ibu
kurang semangat, dan dapat mengakibatkan kerusakan pada syaraf kaki dan
punggung.

18
Berdasarkan posisi meneran di atas, maka secara umum posisi melahirkan dibagi
menjadi 2, yaitu posisi tegak lurus dan posisi berbaring. Secara anatomi, posisi tegak
lurus (berdiri, jongkok, duduk) merupakan posisi yang paling sesuai untuk melahirkan,
kerena sumbu panggul dan posisi janin berada pada arah gravitasi. Adapun keuntungan
dari posisi tegak lurus adalah:
1. Kekuatan daya tarik, meningkatkan efektivitas kontraksi dan tekanan pada leher
rahim dan mengurangi lamanya proses persalinan.
Pada Kala 1
1) Kontraksi, dengan berdiri uterus terangkat berdiri pada sumbu aksis pintu
masuk panggul dan kepala mendorong cerviks, sehingga intensitas kontraksi
meningkat.
2) Pada posisi tegak tidak ada hambatan dari gerakan uterus.
3) Sedangkan pada posisi berbaring otot uterus lebih banyak bekerja dan proses
persalinan berlangsung lebih lama.
Pada Kala 2
1) Posisi tegak lurus mengakibatkan kepala menekan dengan kekuatan yang
lebih besar, sehingga keinginan untuk mendorong lebih kuat dan
mempersingkat kala 2.
2) Posisi tegak lurus dengan berjongkok, mengakibatkan lebih banyak ruang di
sekitar otot dasar panggul untuk menarik syaraf penerima dasar panggul yang
ditekan, sehingga kadar oksitosin meningkat.
3) Posisi tegak lurus pada kala 2 dapat mendorong janin sesuai dengan anatomi
dasar panggul, sehingga mengurangi hambatan dalam meneran.
4) Sedangkan pada posisi berbaring, leher rahim menekuk ke atas, sehingga
meningkatkan hambatan dalam meneran.
2. Meningkatkan dimensi panggul
1) Perubahan hormone kehamilan, menjadikan struktur panggul dinamis/
fleksibel.
2) Pergantian posisi, meningkatkan derajat mobilitas panggul.
3) Posisi jongkok, sudut arkus pubis melebar mengakibatkan pintu atas panggul
sedikit melebar, sehingga memudahkan rotasi kepala janin.
4) Sendi sakroiliaka, meningkatkan fleksibilitas sacrum (bergerak ke belakang).

19
5) Pintu bawah panggul menjadi lentur maksimum.
6) Pada posisi tegak, sacrum bergerak ke dapan mangakibatkan tulang ekor
tertarik ke belakang.
7) Sedangkan pada posisi berbaring, tulang ekor tidak bergerak ke belakang
tetapi ke depan (tekanan yang berlawanan).
3. Gambaran jantung janin abnormal lebih sedikit dengan kecilnya tekanan pada
pembuluh vena cava inferior
1) Pada posisi berbaring, berat uterus/cairan amnion/janin mengakibatkan
adanya tekanan pada vena cava inferior, dan dapat menurunkan tekanan darah
ibu. Serta perbaikan aliran darah berkurang setelah adanya kontraksi.
2) Pada posisi tegak, aliran darah tidak terganggu, sehingga aliran oksigen ke
janin lebih baik.
4. Kesejahteraan secara psikologis
1) Pada posisi berbaring, ibu/klien menjadi lebih pasif dan menjadi kurang
kooperatif, ibu lebih banyak mengeluarkan tenaga pada posisi ini.
2) Pada posisi tegak, ibu/klien secara fisik menjadi lebih aktif, meneran lebih
alami, menjadi lebih fleksibel untuk segera dilakukan 'bounding' (setelah bayi
lahir dapat langsung dilihat, dipegang ibu, dan disusui).
Beberapa kerugian yang mungkin ditimbulkan dari persalinan dengan posisi tegak,
diantaranya adalah:
1. Meningkatkan kehilangan darah
1) Gaya gravitasi mengakibatkan keluarnya darah sekaligus dari jalan lahir
setelah kelahiran janin, dan kontraksi meningkat sehingga placenta segera
lahir.
2) Meningkatkan terjadinya odema vulva, dapat dicegah dengan mengganti-
ganti posisi.
2. Meningkatkan terjadinya perlukaan/laserasi pada jalan lahir
1) Odema vulva, dapat dicegah dengan mengganti posisi (darah mengalir ke
bagian tubuh yang lebih rendah).
2) Luka kecil pada labia meningkat, tetapi luka akan cepat sembuh.
3) Berat janin mendorong ke arah simfisis, mengakibatkan tekanan pada
perineum meningkat, sehingga resiko rupture perineum meningkat.

20
Untuk memudahkan proses kelahiran bayi pada kala II, maka ibu dianjurkan untuk
meneran dengan benar, yaitu:
1. Menganjurkan ibu untuk meneran sesuai dorongan alamiah selama kontraksi
berlangsung.
2. Hindari menahan nafas pada saat meneran. Menahan nafas saat meneran
mengakibatkan supply oksigen berkurang
3. Menganjurkan ibu untuk berhenti meneran dan istirahat saat tidak ada
kontraksi/ his
4. Apabila ibu memilih meneran dengan posisi berbaring miring atau setengah
duduk, maka menarik lutut ke arah dada dan menempelkan dagu ke dada akan
memudahkan proses meneran
5. Menganjurkan ibu untuk tidak menggerakkan anggota badannya (terutama
pantat) saat meneran. Hal ini bertujuan agar ibu fokus pada proses ekspulsi
janin.
6. Bidan sangat tidak dianjurkan untuk melakukan dorongan pada fundus untuk
membantu kelahiran janin, karena dorongan pada fundus dapat meningkatkan
distosia bahu dan ruptur uteri.

3.2 Persiapan Fisik Persalinan pada ibu Hamil Trisemester 1


a) Kebersihan dan kenyamanan Ibu
Dalam inpartu akan merasa sangat panas dn berkeringat sehingga bagi ibu yang
masih memungkinkan untuk berjalan diberikan kesempatan untuk mandi. Tetapi bagi
ibu yang sudah tidak memungkinkan, bidan dan keluarga membantu ibu menyeka
dengan waslap yang dibasah dengan air dingin. Demikian dengan baju yang basah
karena keringat bisa diganti dengan yang baru.

b) Posisi
Dalam kehamilan beberapa ibu hamil sudah dilatih untuk menghadapi persalinan,
misalnya senam, jalan-jalan, jongkong. dan berdiri. Sehingga saat persalinan ibu hamil
memiliki keinginan untuk merubah posisi pada saat persalinan, tidak hanya tidur
telentang. Ibu berusaha untuk menggunakan posisi senyaman mungkin.

21
c) Kontak fisik
Selama proses persalinan ibu tidak suka dengan bercakap- cakap. Ibu merasa lebih
nyaman untuk kontak fisik. Keluarga dianjurkan untuk melakukan kontak fisik seperti
berpegangan tangan, menggosok-gosok punggung, menyeka wajah dengan air dingin,
mendekap, mengelus-elus perut, atau memijat kaki. Bila memungkinkan dapat
dilakukan rangsangan pada putting susu, klitoris, untuk mendorong pelepasan oksitosin
sehingga akan merangsang kontraksi menjadi semakin kuat. Keluarga membantu
merubah posisi tidur ibu.

d) Pijatan
Ibu yang mengeluh sakit pinggang atau nyeri selama persalinan membutuhkan
pijatan untuk meringankan keluhan, dapat dilakukan dengan pijatan melingkar daerah
lumbusakralis, menekan daerah lutut dengan posisi ibu duduk atau mengelus-elus perut.

e) Perawatan kandung kemih


Keinginan berkemih pada ibu inpartu sering terganggu dengan adanya kontraksi
untuk itu perlu diperhatikan karena dapat menghambat turun nya bagian terendah janin
dan kontraksi uterus setiap 4 jam kandung kemih harus dikontrol, dan diupayakan ibu
kencing sendiri.

3.3 Persiapan Fisik Persalinan pada ibu Hamil Trisemester 2


kebutuhan ibu selama persalinan antara lain:
a. Perawatan tubuh
b. Pendampingan oleh keluarga
c. Bebas dari nyeri persalinan
d. Penghormatan akan budaya
e. Informasi tentang diri dan janin
f. Asuhan tubuh misal mengusap muka dengan washlap lembab, memperhatikan
kebersihan tubuh, memperhatikan kebersihan vulva
g. Pemberian nutrisi
Asuhan yang diperlukan selama kala II antara lain:

22
a. Meningkatkan perasaan aman dengan memberikan dukungan dan memupuk rasa
kepercayaan dan keyakinan pada diri ibu bahwa ia mampu untuk melahirkan
b. Membimbing pernafasan adekuat
c. Membantu posisi meneran sesuai pilihan ibu
d. Meningkatkan peran serta keluarga, menghargai anggota keluarga atau teman
yang mendampingi
e. Melakukan tindakan-tindakan yang membuat nyaman seperti mengusap dahi dan
memijat pinggang, libatkan keluarga
f. Memperlihatkan pemasukan nutruisi dan cairan ibu dengan memberi makan dan
minum
g. Menjalankan prinsip pencegahan infeksi
h. Mengusahakan kandung kencing kosong dengan cara membantu dan memacu
ibu mengosongkan kandung kencing secara teratur

3.4 Persiapan Fisik Persalinan pada ibu Hamil Trismester 3


Kehamilan dan persalinan merupakan suatu peristiwa alamiah. Walaupun merupakan
peristiwa alamiah, kadangkala kehamilan dan persalinan disertai risiko berupa
komplikasi baik untuk ibu maupun bayinya. Komplikasi yang sering terjadi adalah
perdarahan postpartum, eklamsia dan infeksi. Komplikasi kehamilan, persalinan dan
nifas merupakan masalah kesehatan utama bagi kesehatan wanita, karena merupakan
penyebab terbesar kematian ibu dan bayi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
mengurangi bahkan mencegah terjadinya kematian saat persalinan adalah melakukan
persiapan persalinan. Ibu hamil diharapkan dapat mempersiapkan persalinannya dengan
aman.
Persiapan persalinan dapat dilakukan pada trimester III kehamilan. Kehamilan
trimester III sering kali disebut periode menunggu dan waspada karena ibu sudah
merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya dan mulai khawatir dengan diri dan
bayinya pada saat melahirkan. Pada saat itu juga merupakan saat persiapan aktif untuk
menunggu kelahiran bayi dan menjadi orang tua. Persiapan persalinan meliputi
persiapan fisik, psikologis dan materi. Persiapan fisik merupakan persiapan yang
berhubungan dengan aspek persiapan tubuh untuk mempermudah persalinan dan laktasi,
persiapan. psikologis adalah persiapan yang berhubungan dengan ketahanan mental

23
terhadap rasa takut dan kecemasan serta aspek kognitif tentang persalinan sedangkan
persiapan materi merupakan persiapan ibu dan keluarga untuk mendukung kelancaran
persalinan dari aspek financial
Persalinan merupakan hal yang paling ditunggu-tunggu oleh para ibu hamil,sebuah
waktu yang menyenangkan namun disisi lain merupakan hal yang paling menebarkan.
Persalinan terasa akan menyenangkan namun disisi lain merupakan hal yang paling
mendebarkan. Persaliana terasa akan menyenangkan karena sikecil yang selama
sembilan bulan bersembunyi didalam perut anda akan muncul terlahir kedunia. Disisi
lain persalinan menjadi mendebarkan khusus bagi calon ibu baru, dimana terbayang
proses persalinan yang menyakitkan, mengeluarkan energi yang begitu banyak dan
sebuah perjuangan yang cukup melelahkan. Munculnya perilaku untuk melakukan
persiapan persalinan didukung oleh adanya motivasi untuk melakukan persiapan
persalinan, yaitu alasan atau dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan seseorang
berbuat sesuatu
Sikap adalah predisposisi emosional yang dipelajari untuk merespons secara
konsisten terhadap suatu objek Menurut Secord dan Backman dalam Azwar (2014)
“Sikap adalah keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognitif), dan
predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan
sekitarnya”. Sikap yang menjadi suatu pernyataan evaluatif, penilaian terhadap suatu
objek selanjutnya yang menentukan tindakan individu terhadap sesuatu. struktur sikap
dibedakan atas 3 komponen yang saling menunjang, yaitu komponen kognitif yang
merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen
afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional, komponen konatif
merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki
oleh seseorang
Sikap terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu. Interaksi
sosial mengandung arti lebih daripada sekedar adanya kontak sosial dan hubungan antar
individu sebagai anggota kelompok sosial. Dalam interaksi sosial, terjadi hubungan
saling mempengaruhi di antara individu yang satu dengan yang lainnya. Faktor-faktor
yang mempengaruhi sikap yaitu umur, pendidikan, pekerjaan, pengalaman, orang yang
dianggap penting, budaya, media massa, lembaga pendidikan, faktor emosional

24
Sikap ibu hamil tentang persiapan persalinan dapat dipengaruhi oleh kurangnya
informasi dan adanya kepercayaan mengenai apa yang berlaku (mitos) sehingga ibu
hamil memiliki sikap yang negative. Faktor internal adalah usia dan paritas, sedangkan
faktor eksternal adalah ekonomi, social budaya, geografis, dukungan orang terdekat,
pekerjaan, pendidikan. beberapa faktor yang mempengaruhi sikap, yaitu faktor Internal
terdiri dari umur, pendidikan, pekerjaan, jumlah anak. Faktor eksternal terdiri dari
lingkungan, sosial budaya, sumber informasi. Hasil penelitian menyatakan bahwa
sebagian ibu hamil yang memiliki sikap positif maupun negatif berada pada usia tidak
berisiko (20- 35 tahun). Hal ini berarti bahwa umur tidak berpengaruh pada sikap ibu
hamil.
Hasil penelitian juga menyatakan bahwa sebagian ibu hamil di Puskesmas Puuwatu
yang memiliki sikap positif berpendidikan tinggi, sedangkan yang memiliki sikap
negatif berpendidikan dasar dan menengah. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap
dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan seseorang
melalui upaya pengajaran dan pelatihan baik di sekolah ataupun di luar sekolah. Makin
tinggi pendidikan, makin mudah seseorang menerima pengetahuan. Tingkat pendidikan
juga mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih menerima ide-ide dan teknologi
baru. Pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi
seseorang. Karena dapat membuat seseorang untuk lebih mudah mengambil keputusan
dan bertindak
Tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan
memahami pengetahuan tentang persiapan persalinan. Pendidikan itu sendiri amat
diperlukan seseorang lebih tanggap adanya persalinan yang bermasalah atau terjadi
insiden selama proses persalinan terjadi dan keluarga dapat segera mengambil tindakan
secepatnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendidikan ibu mempengaruhi
sikap tentang persiapan persalinan. Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka akan
semakin baik pula perencanaan persalinannya. Hal ini sejalan dengan penelitian
Kabakyenga di Uganda, yang menunjukkan adanya hubungan pendidikan ibu dengan
sikap tentang persiapan persalinan. Penelitian ini menyatakan bahwa ibu hamil yang
memiliki pendidikan yang tinggi lebih cenderung memilih tenaga penolong terlatih
dibandingkan ibu hamil yang memiliki pendidikan rendah. Pendidikan memegang

25
peranan penting bagi pasangan suami isteri dalam merencanakan pemilihan penolong
persalinan.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan pada Bab Sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi bahkan mencegah terjadinya
kematian adalah melakukan persiapan persalinan. Ibu hamil diharapkan dapat
mempersiapkan persalinannya dengan aman. Persiapan persalinan meliputi persiapan
fisik, psikologis dan materi. Persiapan fisik merupakan persiapan yang berhubungan
dengan aspek persiap an tubuh untuk mempermudah persalinan dan laktasi. Selama
proses persalinan berlangsung, kebutuhan istirahat pada ibu bersalin tetap harus
dipenuhi. Istirahat selama proses persalinan (kala I, II, III maupun IV) yang dimaksud
adalah bidan memberikan kesempatan pada ibu untuk mencoba relax tanpa adanya
tekanan emosional dan fisik

4.2 Saran
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah di atas
masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya penulis
akan segera melakukan perbaikan susunan makalah itu dengan menggunakan pedoman
dari beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun dari para pembaca.

26
DAFTAR PUSTAKA
AH INDAH PURNAMA SARI, A. I. P. S. (2021). HUBUNGAN PENDAMPINGAN
SUAMI TERHADAP PENGURANGAN RASA CEMAS PADA PROSES
PERSALINAN IBU PRIMIGRAVIDA DI RAWAT INAP RUANG TEMBESU
RSUD SEKAYU TAHUN 2021 (Doctoral dissertation, STIK Bina Husada
Palembang).
Kasmiati, K. (2023). Asuhan kehamilan. ASUHAN KEHAMILAN.
Oktarina, M. (2015). Buku ajar asuhan kebidanan persalinan dan bayi baru lahir.
Deepublish.
Qoriza, N., Wahyuningrum, T. S. S., Keb, M., Khalimatus, S., & SiT, L. S. (2022).
Asuhan Kebidanan Pada Ny R Pada Masa Hamil Sampai Masa KB Dan Neonatus
Di Desa Pohgurih Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto (Doctoral dissertation).
Qoriza, N., Wahyuningrum, T. S. S., Keb, M., Khalimatus, S., & SiT, L. S. (2022).
Asuhan Kebidanan Pada Ny R Pada Masa Hamil Sampai Masa KB Dan Neonatus
Di Desa Pohgurih Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto (Doctoral dissertation).
Qoriza, N., Wahyuningrum, T. S. S., Keb, M., Khalimatus, S., & SiT, L. S. (2022).
Asuhan Kebidanan Pada Ny R Pada Masa Hamil Sampai Masa KB Dan Neonatus
Di Desa Pohgurih Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto (Doctoral dissertation).
RAAFINA MELANI, R. I. K. A. (2020). ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
DALAM KEHAMILAN, PERSALINAN, NIFAS, KB, DAN BAYI BARU
LAHIR PADA NY. E G3P2A0 GRAVIDA 39 MINGGU DENGAN
INTERVENSI SENAM KEGEL TERHADAP LUKA PERINEUM DI
PUSKESMAS GARUDA KOTA BANDUNG.
Sari, J. M. (2020). HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN
BIDAN TERHADAP KEPATUHAN PELAKSANAAN ASUHAN
PERSALINAN KALA II DI RUMAH BERSALIN DAN BALAI
PENGOBATAN UMMI PALEMBANG TAHUN 2018. Jurnal Kesehatan dan
Pembangunan, 10(20), 40-47.
Wandhini, P. W. P. (2018). GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU
PRIMIGRAVIDA TRIMESTER III UNTUK MENINGKATKAN KESIAPAN
PERSALINAN DI PUSKESMAS PEMBANTU DAUH PURI DENPASAR
TAHUN 2018 (Doctoral dissertation, Jurusan Keperawatan 2018).

27
Yustiari, O. (2023). BAB 4 KEBUTUHAN DASAR IBU BERSALIN. Asuhan
Kebidanan Persalinan Dan Bayi Baru Lahir, 51.
Yustiari, O. (2023). BAB 4 KEBUTUHAN DASAR IBU BERSALIN. Asuhan
Kebidanan Persalinan Dan Bayi Baru Lahir, 51.

28

Anda mungkin juga menyukai