Dosen:
Oleh:
UNIVERSITAS GUNADARMA
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini bisa
tersusun hingga selesai. Tidak lupa juga kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari
pihak yang sudah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik berupa pikiran maupun
materinya.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembacanya. Bahkan tidak hanya itu, kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini si
pembaca memanfaatkan lebih baik.
kami sadar masih banyak kekurangan didalam penyusunan makalah ini, karena
keterbatasan pengetahuan serta pengalaman kami. Untuk itu kami begitu mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun : Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
.....................................................................................................................................
i
DAFTAR ISI
.....................................................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
1
ii
A. Adat Kebiasaan Melahirkan
......................................................................................................................
4
B. Kegelisahan dan Ketakutan Menjelang Kelahiran
......................................................................................................................
5
C. Emosi Pada Saat Hamil dan Proses Melahirkan
......................................................................................................................
11
D. Faktor Somatik dan Psikis Yang Mempengaruhi Kelahiran
......................................................................................................................
15
E. Reaksi Wanita Hypermasculine Dalam Menghadapi Kelahiran
......................................................................................................................
20
F. Gangguan Attachment
......................................................................................................................
22
BAB III PENUTUP
24
3.1. Kesimpulan
...............................................................................................................................
24
DAFTAR PUSTAKA
.....................................................................................................................................
25
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Faktor emosi atau psikologis terjadinya partus lama adalah ketakutan dan
kecemasan ibu yang tidak teratasi selama melahirkan. 65% kejadian partus lama
disebabkan karena kontraksi uterus yang tidak efisien sebagai respon terhadap kecemasan
sehingga menghambat aktifitas uterus. Salah satu penyebab terjadinya partus lama adalah
respon stres yang menempati urutan paling atas di antara lainnya. Kondisi ini terjadi
karena ibu bersalin akan menghadapi berbagai masalah dalam adaptasinya selama proses
persalinan, diantaranya rasa nyeri saat kontraksi, ketakutan akan ketidakmampuan dalam
menangani masalah yang akan terjadi, ketegangan dan hiperventilasi. (Hayati, 2017)
Masalah yang paling umum terjadi pada ibu yang meghadapi proses persalinan
tanpa adanya pendampingan yaitu ibu merasa tidak berdaya, rasa panik meningkat dan
suami beresiko tidak dapat menempatkan support mereka, meningkatkan adanya tindakan
medis. Selain itu ibu merasa takut, cemas dan peningkatan rasa nyeri saat proses
persalinan mengakibatkan ibu akan menjadi lelah dan kehilangan kekuatan seingga
menggangu jalan persalinan menjadi macet, seperti sungsang, distosia bahu,
perpanjangan kala II, kontraksi lemah Oleh karena itu pendampingan suami selama
1
2
prosespersalinan sangat dibutuhkan ibu terlebi dahulu pada ibu yang melahirkan anak
pertama. (Mahyunidar, 2019)
Salah satu penyebab ketidak lancaran proses persalinan adalah fakta psikologi,
kecemasan, kelelahan, kehabisan tenaga dan kekhawatiran ibu, seluruhnya menyatu
sehingga dapat memperberat nyeri fisik yang sudah ada. Begitu nyeri persepsi semakin
intens, kecemasan ibu meningkat semakin berat, sehingga terjadi siklus nyeri stress nyeri
dan seterusnya sehingga akhirnya ibu yang bersalin tidak mampu lagi bertahan. (Yanti,
2009).
Fenomena yang berkembang selama ini para petugas kesehatan baik dokter, bidan,
maupun perawat kebanyakan hanya memperhatikan kondisi fisik dibandingkan dengan
pemenuhan kebutuhan kondisi psikis dari ibu dalam menjelang persalinan dan selama
persalinan. Kondisi ini dapat memicu terjadinya kecemasan dan rasa takut pada ibu yang
sedang melahirkan. (Dahro, 2012).
Dari berbagai kesimpulan yang terkait untuk memudahkan dalam makalah ini, agar
tidak menyimpang dalam pembahasan serta sesuai dengan judul di atas maka penulis
perlu merumuskan masalah yang akan di bahas, adapun rumus masalahnya adalah
sebagai berikut :
2. Agar mengetahui apa saja kegelisahan dan ketakutan ibu menjelang kelahiran.
3. Agar mengetahui emosi ibu pada saat hamil dan proses melahirkan.
4. Agar mengetahui faktor somatik dan psikis yang mempengaruhi kelahiran.
5. Agar mengetahui reaksi wanita hypermasculine dalam menghadapi kelahiran.
6. Agar mengetahui apa itu gangguan attachment.
Adapun manfaat penulisan yang tertera dalam makalah ini sebagai berikut :
PEMBAHASAN
Cara individu mempertahankan diri terhadap kecemasan dapat dilihat dari gejala-
gejala yang menentukan jenis hangguan (Maramis, 2005) faktor emosi atau
psikologis terjadinya partus lama adalah ketakutan dan kecemasan ibu yang tidak
teratasi selama melahirkan. 65% kejadian partus lama disebabkan karena kontraksi
uterus yang tidak efisien sebagai respon terhadap kecemasan sehingga
menghambat aktifitas uterus. Salah satu penyebab terjadinya partus lama adalah
respon stres yang menempati urutan paling atas di antara lainnya. Kondisi ini
terjadi karena ibu bersalin akan menghadapi berbagai masalah dalam adaptasinya
selama proses persalinan, diantaranya rasa nyeri saat kontraksi, ketakutan akan
ketidakmampuan dalam menangani masalah yang akan terjadi, Ketegangan dan
hiperventilasi. (Hayati, 2017)
Masalah yang paling umum terjadi pada ibu yang meghadapi proses persalinan
tanpa adanya pendampingan yaitu ibu merasa tidak berdaya, rasa panik meningkat
4
5
Salah satu penyebab ketidak lancaran proses persalinan adalah fakta psikologi,
kecemasan, kelelahan, kehabisan tenaga dan kekhawatiran ibu, seluruhnya
menyatu sehingga dapat memperberat nyeri fisik yang sudah ada. Begitu nyeri
persepsi semakin intens, kecemasan ibu meningkat semakin berat, sehingga terjadi
siklus nyeri stress nyeri dan seterusnya sehingga akhirnya ibu yang bersalin tidak
mampu lagi bertahan (Yanti, 2009).
Fenomena yang berkembang selama ini para petugas kesehatan baik dokter, bidan,
maupun perawat kebanyakan hanya memperhatikan kondisi fisik dibandingkan
dengan pemenuhan kebutuhan kondisi psikis hari ibu dalam menjelang persalinan
dan selama persalinan. Kondisi ini dapat memicu terjadinya kecemasan dan rasa
takut pada ibu yang sedang melahirkan. (Dahro, 2012).
bayi tidak lagi dimandikan karena alasan kesehatan yakni takut kedinginan sekaligus
untuk mempercepat keringnya puput tali pusar. Puput tali pusar biasanya ditandai
dengan kondisi pusar bayi yang layu dan untuk mempercepat proses ini, paraji
mengikat tali pusar dengan benda mirip bola yang direbus sebelumnya dan diikatkan
didekat alat kelamin bayi menggunakan benang. Menjelang puput pusar, paraji akan
mengurut sang bayi dan luka bekas puput pusar akan dibersihkan menggunakan
alkohol dan betadin.
Namun dahulu, paraji biasanya menggunakan abu kayu bakar atau jahe untuk
mengobati luka puput pusar, setelah pembinaan puskesmas barulah paraji
menggunakan alkohol, betadin dan sarung tangan karet dalam proses pengobatan.
Pada masa pasca persalinan, seorang paraji juga melakukan ritual gebrak dengan
meletakkan bayi di lantai lalu menggebraknya tiga kali seiring membaca shalawat
nabi yakni Allahumma soli’ala sayidina muhammad.
Tujuan ritual gebrak adalah mempersiapkan anak agar tidak mudah terkejut.
Selain itu, paraji juga merawat ibu bayi pasca melahirkan dengan mengurut dan
membersihkan sang ibu setelah proses bersalin. Seorang paraji juga menggunakan
sejenis tanaman mirip jahe bernama panglay yang berfungsi menangkalgangguan
ghaib pada ibu hamil dan bayi dengan cara mencampurkan panglai dan bawang putih
pada air mandi bayi dan ibu hamil atau diusapkan ke jempol bayi.
Seorang paraji tidak menentukan besaran biaya atau tarif dalam membantu
persalinan pasiennya. Ia menerima berapapun dan apapun yang diberikan keluarga
pasien sebagai wujud rasa terima kasih meskipun hanya berupa pangan seiklasnya
ataupun uang pengganti transport perjalanan paraji ke rumah pasiennya. Paraji akan
mengunjungi pasiennya pada masa kehamilan, persalinan dan pasca persalinan.
Dapat disimpulkan bahwa paraji adalah sosok bidan tradisional yang ikhlas dan
sederhana dalam kehidupan sehari-harinya. Bahkan kerap kali ia harus bekerja
sambilan sebagai buruh tani untuk memenuhi kebutuhan hidupnya karena
pendapatannya sebagai paraji yang sangat minim. Meskipun demikian ia tidak
pernah menyesal menjadi paraji bahkan bahagia karena memiliki kemampuan
membantu orang lain sekaligus melestarikan peninggalan leluhurnya.
9
direbus dengan kulit gaba-gaba. Pemotongan tali pusat setelah placenta lahir dapat
menyebabkan perdarahan pada bayi, sedangkan pemotongan dengan sembilu akan
meningkatkan resiko infeksi pada bayi.
Pemotongan tali pusat dilakukan di atas mata tali pusat, yang diyakini tidak
menyebabkan perdarahan sehingga tidak diperlukan pengikatan. Ujung tali pusat
yang telah dipotong diberi kopi dan kemudian dilakukan mantera. Pangkal tali pusat
diberi ramuan jelaga bercampur daun nangka kering dan air ludah orang yang
mengunyah sirih. Praktek tersebut dapat menyebabkan infeksi pada masa neonatus.
Apabila tembuni (plasenta) tidak lahir selama limabelas menit, dilakukan
penarikan dengan cara memasukkan tangan ke dalam rahim mengikuti tali pusat.
Praktek tersebut dapat menyebabkan robeknya rahim dan meningkatkan resiko
infeksi pada ibu.
Setelah memotong tali pusat, bayi dimandikan dengan air yang diambil dari
sungai hal ini dapat menyebabkan bayi mengalami hypotermi (suhu tubuh dingin) ini
sangat berbahaya bagi bayi.
Sedangkan ibu diberi minuman tuak dicampur air jahe dengan tujuan untuk
membuat tubuh hangat, segar, dan melancarkan air susu. Padahal, menurut panduan
gizi selama kehamilan dan laktasi ibu nifas sebaiknya tidak mengkonsumsi
alkohol.16
Pantangan makan dan anjuran pada masa nifas dapat menurunkan asupan gizi ibu
yang akan berpengaruh terhadap kesehatan ibu dan produksi air susu. Hal tersebut
tidak sesuai dengan panduan yang menganjurkan untuk mengkonsumsi makanan
yang mengandung karbohidrat, sayuran yang banyak mengandung vitamin A, buah,
dan daging setiap hari serta banyak minum.
Orang lebih suka dan merasa lebih mantap kalau ibunya (nenek sang
bayi) menunggui dikala ia melahirkan bayinya.
Maka menjadi sangat pentinglah kehadiran ibu tersebut pada saat
anaknya melahirkan bayinya.
3. Rasa Takut Konkrit
1) Takut kalau-kalau bayinya akan lahir cacat, atau lahir dalam kondisi
yang patologis
2) Takut kalau bayinya akan bernasib buruk disebabkan oleh dosa-dosa
ibu itu sendiri dimasa silam.
3) Takut kalau beban hidupnya akan menjadi semakin berat oleh kelahiran
sang bayi.
4) Munculnya elemen ketakutan yang sangat mendalam dan tidak disadari,
kalau ia akan dipisahkan dari bayinya.
5) Takut kehilangan bayinya yang sering muncul sejak masa kehamilan
sampai waktu melahirkan bayinya. Ketakutan ini bisa diperkuat oleh
rasa-rasa berdosa atau rasa bersalah.
4. Trauma Kelahiran
Trauma kelahiran biasanya berkaitan erat dengan sikap ibu yang selalu
dirundung ketakutan untuk berpisah dengan anak dari rahimnya, sikap
protektif ibu yang berlebihan atau perasaan tidak mampu merawat bayinya.
Jadi, terdapat perasaan takut akan kehilangan bayi atau postmatur.
5. Halusinasi Hipnagogik
15
Kecemasan yang dialami ibu hamil menjadi tidak wajar karena berdampak
pada gangguan tidur dan pola tidur yang tidak teratur (Khalajzadeh, Shojaei &
Mirfaizi, 2012), mengalami mimpi buruk berlebihan (Alipour, Lamyian,
Hajizadeh & Vafaei, 2010), adanya gangguan mood dan emosi, serta kehilangan
nafsu makan sehingga mengarah pada gangguan makan (Hofberg & Ward,
2003).
Tidak teraturnya pola tidur pada ibu hamil yang mengalami kecemasan
akan berdampak pada kesehatan bayi dalam kandungan. Mimpi buruk yang
berlebihan dialami oleh ibu hamil akan membuat ibu membayang-bayangkan
tentang mimpi yang dialami sehingga pikiran ibu hamil tidak sesuai dengan
realita.
Penelitian yang dilakukan Lee, Lam, Marie, Chong, Chui dan Fong (2007)
menunjukkan lebih dari setengah atau 54% dan lebih dari sepertiga atau 37%
dari perempuan memiliki kecemasan saat sedang hamil dan gejala depresi,
kecemasan lebih umum terjadi saat kehamilan hingga menjelang persalinan.
Lebih dari 20% wanita hamil melaporkan ketakutan dan 6% menggambarkan
rasa takut yang melumpuhkan. 13% dari seluruh wanita yang tidak hamil
melaporkan rasa takut akan persalinan sehingga cukup untuk menunda atau
menghindari kehamilan (Hofberg & Ward, 2003)
19
Amalia (Rahmi, 2010) menjelaskan bahwa emosi yang tidak stabil juga
akan membuat ibu merasakan sakit yang semakin hebat selama proses
persalinan. Perubahan emosi ibu dalam kehamilan hingga proses kelahiran akan
sangat berpengaruh terhadap lancar tidaknya persalinan dan keadaan bayi
sehingga dibutuhkan pengendalian emosi pada ibu. Kematangan emosi
melibatkan kontrol emosi yang membuat seseorang mampu menstabilkan emosi
dengan cara memelihara perasaan, dapat meredam emosi, meredam kegelisahan,
20
tidak cepat mengubah suasana hati dan tidak mudah berubah pendirian serta
pikiran.
a. Perubahan Hormon
22
Stress persalinan tidak hanya berakibat pada ibu, tetapi juga teradap
janin. Sebab ibu yang mengalami stress, sinyalnya berjalan lewat aksis HPA
24
mempersulit kelahiran bayi. Pada keadaan selanjutnya wanita ini akan bersifat
hiper-pasive, cenderung kurang peduli dan akhirnya membiarkan dokter untuk
melakukan operasi untuk melahirkan bayinya.
F. Gangguan Attachment
Menurut Bowlby (dalam Santrock 2002) attachment adalah adanya suatu relasi
atau hubungan antara figur sosial tertentu dengan suatu fenomena tertentu yang
dianggap mencerminkan karakteristik relasi yang unik. Attachment akan bertahan
cukup lama dalam rentang kehidupan manusia yang diawali dengan kelekatan anak
pada ibu atau figur lain pengganti ibu.
Gambaran penting anak dengan RAD adalah tidak adanya attachment yang
berkembang secara nyata di antara anak dan pengasuhnya, dimana seorang anak
jarang atau minimal bergantung kepada figur attachment untuk kenyamanan,
dukungan, perlindungan dan pemeliharaan. Anak-anak dengan RAD pada bayi dan
masa anak-anak awal sering pertama kali diidentifikasi guru pra sekolah atau dokter
spesialis anak berdasarkan observasi langsung dari respon sosial anak yang tidak
sesuai dengan yang diharapkan. Diagnosis RAD didasarkan atas riwayat
penelantaran dan dari attachment yang mengarah ke perilaku sosial yang tidak sesuai
sebelum usia 5 tahun.
Gejala dari RAD sering tumpang tindih dengan gangguan yang lain atau sering
ada bersamaan dengan pervasive developmental disorder, retardasi mental, gangguan
depresi, skizofrenia masa anak, genetic syndromes, berbagai kelainan neurologis
yang berat, dan kekerdilan psikososial.
Beberapa prinsip umum terapi berlaku untuk RAD. Keparahan keadaan fisik
dan emosional anak atau keparahan pengasuhan patologis menentukan strategi terapi.
Terdapat beberapa pilihan penatalaksanaan untuk RAD, antara lain pendekatan
psikoterapi konvensional, holding therapy, BMT dan DDP.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Faktor emosi atau psikologis terjadinya partus lama adalah ketakutan dan
kecemasan ibu yang tidak teratasi selama melahirkan. 65% kejadian partus lama
disebabkan karena kontraksi uterus yang tidak efisien sebagai respon terhadap kecemasan
sehingga menghambat aktifitas uterus. Salah satu penyebab terjadinya partus lama adalah
respon stres yang menempati urutan paling atas di antara lainnya. Kondisi ini terjadi
karena ibu bersalin akan menghadapi berbagai masalah dalam adaptasinya selama proses
persalinan, diantaranya rasa nyeri saat kontraksi, ketakutan akan ketidakmampuan dalam
menangani masalah yang akan terjadi, ketegangan dan hiperventilasi.
Salah satu penyebab ketidak lancaran proses persalinan adalah fakta psikologi,
kecemasan, kelelahan, kehabisan tenaga dan kekhawatiran ibu, seluruhnya menyatu
sehingga dapat memperberat nyeri fisik yang sudah ada. Begitu nyeri persepsi semakin
intens, kecemasan ibu meningkat semakin berat, sehingga terjadi siklus nyeri stress nyeri
dan seterusnya sehingga akhirnya ibu yang bersalin tidak mampu lagi bertahan (Yanti,
2009).
30
DAFTAR PUSTAKA
Efendy, S. P. A. (2013). Hubungan pola kelekatan (attachment) anak yang memiliki ibu bekerja
dengan kematangan sosial di SDN Tlogomas 02 Malang. Skripsi, 53(9), 1689–1699.
Kurniarum Ari. 2016. ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR. Jakarta
Selatan : Jl. Hang Jebet III Blok F3, Kebayoran Baru. Pusdik SDM Kesehatan.
Sandhi, Shinta Ika, Kurniawan Dwi Lestari. 2021. HUBUNGAN PSIKOLOGI IBU BERSALIN
DENGAN KELANCARAN PROSES PERSALINAN KALA II DI RB BHAKTI IBU
SEMARANG. Jurnal Surya Muda, Vol. 3, No, 1. 2021. Semarang.
Hakim Moh, N. (2013). Islam Tradisional dan Reformasi Pragtisme. Islam Tradisiional Dan
Reformasi Pragtisme, 29.
31