Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.

“D” P10001 USIA 23 TAHUN


POST PARTUM 2 JAM DENGAN PERDARAHAN
KARENA SISA PLASENTA DI RUANG NIFAS
PUSKESMAS NGRAMBE

TAHUN 2020

Di Susun Oleh :

MURNIATI
NIM.

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Asuhan Kebidanan yang
berjudul“Asuhan Kebidanan Ny. “D” P10001 Post Partum dengan perdarahan karena
sisa plasenta 2 jam Di Ruang Nifas Puskesmas Ngrambe Tahun 2020”.
Asuhan Kebidanan ini disusun sebagai tugas praktek Profesi Bidan di
Praktek Mandiri Bidan Di Ruang Nifas dengan kasus Ny “D” .
Terima kasih juga kami sampaikan kepada :
1. selaku Kepala Puskesmas ngrambe
2. Ibu Siswi Wulandari, S.ST.,S.Pd.,M.Keb., selaku Ketua program Studi Bidan
Pendidik (D.IV).
3. Titik Puji Lestari.,selaku dosen pembimbing Universitas Kadiri FIK program
Studi Bidan Pendidik (D.IV).
4. dan semua pihak yang telah bersedia membantu tersusunnya laporan ini
Kami menyadari bahwa asuhan kebidanan ini jauh dari sempurna oleh karena
itu saya mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak
untuk kesempurnaan lebih lanjutnya dari penyusunan asuhan kebidanan ini.
Saya berharap semoga asuhan kebidanan ini dapat bermanfaat bagi penulis
pada khususnya, dan bagi pembaca pada umumnya.

Ngawi, 25 november 2020

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DEPAN ..................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN......................................................................... ii

KATA PENGANTAR……………………………………………….......... iii

DAFTAR ISI................................................................................................. iv

BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................... 1

1.1 Latar Belakang....................................................................... 5


1.2 Tujuan Penelitian................................................................... 7
1.3 Metode penulisan................................................................... 8
1.4 Sistematika penulisan............................................................. 8
BAB 2 TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar nifas.............................................................. 9


2.1.1 Pengertian nifas.......................................................... 9
2.1.2 Tahap nifas ................................................................ 9
2.1.3 Asuhan masa nifas .................................................... 10
2.1.4 Tujuan asuhan masa nifas.......................................... 11
2.1.5 Peran bidan pada masa nifas...................................... 11
2.1.6 Perubahan masa nifas................................................. 11
2.1.7 Perubahan tanda tanda vital masa nifas..................... 13
2.1.8 Komplikasi masa nifas............................................... 14

2.2 Konsep dasar perdarahan masa nifas ............................... 14


2.2.1 Pengertian ................................................................. 14
2.2.2 Klasifikasi ................................................................. 15
2.2.3 Etiologi perdarahan.................................................... 15
2.2.4 Fartor faktor yang mempengaruhi............................. 16
2.2.5 Pelaksanaan ............................................................... 16
2.3 Konsep dasar sisa plasenta.................................................. 17
2.3.1 Pengertian ................................................................. 17
2.3.2 Faktor resiko.............................................................. 17
2.3.3 Tanda dan gejala........................................................ 18
2.3.4 Komplkasi ................................................................. 18
2.3.5 Pencegahan ............................................................... 18
2.3.6 Penanganan ............................................................... 18
BAB 3 TINJAUAN KASUS

I. Pengkajian....................................................................... 20
II. Interpretasi Data Dasar.................................................... 25
III. Diagnosa Masalah Potensial........................................... 26
IV. Kebutuhan Segera........................................................... 26
V. Intervensi......................................................................... 26
VI. Implementasi................................................................... 28
VII.Evaluasi........................................................................... 29
.........................................................................................
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta keluar sampai alat-
alat kandungan kembali normal seperti sebelum hamil.Selama masa
pemulihan berlangsung, ibu akanmengalami banyak perubahan fisik maupun
psikologis. Perubahan tersebut sebenarnya bersifat fisiologi, namun jika tidak
ada pendampingan melalui asuhan kebidanan, akan berubah menjadi
patologis. Sehingga sudah menjadi tujuan para tenaga kesehatan untuk
melakukan pendampingan secara berkesinambungan agar tidak terjadi
berbagai masalah, yang mungkin saja akan menjadi komplikasi masa nifas
(Purwati,2012).

Angka Kematian Ibu (AKI) mencerminkan risiko yang dihadapi ibu


selama kehamilan dan melahirkan yang dipengaruhi oleh status gizi ibu,
keadaan sosial ekonomi, keadaan kesehatan yang kurang baik menjelang
kehamilan, kejadian berbagai komplikasi pada kehamilan dan kelahiran,
tersedianya danpenggunaan fasilitas pelayanan kesehatan ternasuk pelayanan
prenatal dan obstetri. Tingginya angka kematian ibu menunjukkan keadaan
sosial ekonomi yang rendah dan fasilitas pelayanan kesehatan termasuk
pelayanan prenatal dan obstetri yang rendah pula (Dinas Kesehatan Provinsi
jawa tengan,2012).

AKI di Indonesia tahun 2012 berdasarkan Survei Demografi dan


Kesehatan Indonesia (SDKI) sebesar 359/ 100.000 kelahiran hidup. Angka
tersebut mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan SDKI tahun 2007,
dimana AKI sekitar 228/ 100.000 kelahiran hidup.Diperkirakan setiap
tahunnya 300.000 ibu di dunia meninggal saat melahirkan. Penyebab
kematian ibu diantaranya adalah perdarahan nifas sekitar 26,9%, kematian ibu
di Indonesia sebesar 650 ibu tiap 100.000 kelahiran hidup dan 43% dari
angka tersebut di sebabkan oleh perdarahan postpartum karena atonia uteri
(Depkes RI, 2011). Masa nifas merupakan masa yang paling rawan bagi ibu,
sekitar terjadi 60% kematian ibu terjadi setelah melahirkan dan hampir 25%
dari kematian ibu pada masa nifas yang terjadi pada 24jam pertama setelah
persalinan (Saleha,2009). Mortalitas ibu setelah persalinan menyebabkan
kesedihan yang mendalam bagi anggota keluarga dan semua pihak yang
terlibat dalam perawatanya, rangkaian sejarah dapat berubah karena beberapa
hal karena mortalitas yang tidak terduga tersebut (Donnison1988).
Sejak dulu, sejumlah besar ibu yang menjalani persalinan normal atau
lancar, kemudian meninggal setelahnya akibat sepsis yang terjadi selama
nifas(Loudon1986). Ketika persalinan dipersulit dengan perdarahan yang
mengancam jiwa (Fraser dan Cooper,2009). Faktor penyebab kematian ibu
dibagi menjadi dua yaitu, faktor penyebab langsung dan tidak langsung.
Faktor penyebab langsung kematian ibu di Indonesia masih didominasi oleh
perdarahan, eklampsia dan infeksi.

Sedangkan faktor yang tidak langsung penyebab kematian ibu adalah


masih banyaknya kasus 3 Terlambat 4 Terlalu. Penyebab langsung kematian
ibu di Indonesia adalah perdarahan 28%, eklampsia24%, infeksi11%, partus
lama 5%, aborsi5%, dan lain-lain 27%, yang didalam terdapat penyulit pada
kehamilan dan penyulit pada masa persalinan (Departemen Kesehatan
RI,2010). Perdarahan pasca persalinan merupakan penyebab penting
kamatian ibu, ¼ kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan (perdarahan
pasca persalinan, plasenta previa, solusio plasenta, kehamilan ektopik,
abortus dan ruptur uteri) disebakan oleh perdarahan pasca persalinan.
Perdarahan pasca persalinan biasanya terjadi segera setelah ibu melahirkan.
Terutama di dua jam pertama setelah bersalin, ibu belum boleh keluar dari
kamar bersalin dan masih dalam pengawasan. Adakalanya perdarahan yang
terjadi tidak kelihatan karena darah berkumpul di rahim,jadi begitu keluar
akan cukup deras. Ini sangat berbahaya karena bisa menyebabkan kematian
(Anggaini,2010).

Perdarahan pascapartum segera merupakan perdarahan yang terjadi


segera setelah kelahiran plasenta lengkap, yang menandai selesainya kala tiga
persalinan. Pada 80 sampai 90 persen kasus perdarahan pascapartum segera,
salah satu penyebabnya adalah atonia uterus (Varney,2007). Peran dan
tanggung jawab bidan dalam masa nifas adalah memberikan perawatan dan
dukungan sesuai kebutuhan ibu, melalui kemitraan dengan ibu dan dengan
cara mengkaji kebutuhan, menentukan diagnosa dan kebutuhan,
merencanakan asuhan, melaksanakan asuhan, mengevaluasi bersama pasien
dan membuat rencana tindak lanjut (Bahiyatun,2008).
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Memberi asuhan kebidanan pada ibu post partum dengan tepat dan benar

sehingga tidak terjadi komplikasi, yang dapat mengakibatkan kematian

pada ibu.

1.2.2 Tujuan Khusus


a. Mampu menguraikan dan melakukan konsep dasar serta manajemen
kebidanan pada ibu post partum.
b. Mampu melakukan pengkajian pada ibu nifas secara menyeluruh pada
Ny “N”
c. Mampu menginterpretasikan data untuk mengidentifikasi diagnosa
atau masalah pada Ny “N”
d. Mampu mengidentifikasi diagnosa potensial padaNy “N”
e. Mampu mengidentifikasi tindakan segera, konsultasi, kolaborasi
dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan kondisi padaNy “N”
f. Mampu menentukan intervensi dengan menyusun rencana asuhan
kebidanan secara menyeluruh pada Ny “N”
g. Mampu melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan perencanaan
pada Ny “N”
h. Mampu mengevaluasi hasil asuhan yang telah diberikan pada Ny “N”
1.3 METODE PENULISAN
Metode penulisan data yang digunakan penulis pada asuhan kebidanan
menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan deskriptif dengan
melakukan tinjauan kasus melalui :

a. Wawancara / anamnesa
Komunikasi langsung yang bertujuan untuk mencari informasi guna
melengkapi data pasien maupun keluarga pasien untuk memperoleh data
yang adekuat.
b. Observasi
Dengan cara mengatasi perilaku dan keadaan pasien untuk memperoleh
data tentang kesehatan pasien.
c. Studi dokumentasi
Mempelajari dan melengkapi data dengan jalan melihat catatan atau status
pasien
d. Studi pustaka
Dari buku-buku penunjang

1.4 SISTEMATIKA PENULISAN


BAB 1 PENDAHULUAN

Terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode pengumpulan


data dan sistematika penulisan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Terdiri dari landasan teori

BAB 3 TINJAUAN KASUS

Terdiri dari pengkajian, interpretasi data dasar, identifikasi


diagnosa/masalah potensial, kebutuhan segera, intervensi,
implementasi dan evaluasi.

BAB 4 PENUTUP

Terdiri dari kesimpulan dan saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Masa Nifas


2.1.1 Definisi
Masa nifas (puerpurium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta lahir
dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula
(sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu.
Selama masa pemulihan tersebut berlangsung, ibu akan mengalami banyak
perubahan, baik secara fisik maupun psikologis (Sulistiyawati,2009). Masa
nifas (puerpurium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan
selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil.Lama masa
nifas ini 6-8 minggu. Batasan waktu nifas yang paling singkat (minimun)
tidak ada batas waktunya, bahkan bisa jadi waktu dalam yang relatif
(Purwanti,2012). Masa nifas (puerpurium), berasal dari bahasa latin, yaitu
puer yang artinya bayi dan parous yang artinya melahirkan atau berarti
masa sesudah melahirkan (Saleha,2009). Masa nifas (puerpurium) dimulai
setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali
seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6
minggu(Varney,2009).
2.1.2 Tahapan Masa Nifas
1. Periode immediate postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir dengan sampai 24 jam. Pada masa ini
sering terdapat banyak masalah, misalnya pendarahan pasca atonia
uteri. Oleh karena itu, bidan dengan teratur harus melakukan
pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lokia, tekanan darah dan
suhu.
2. Periode early postpartum (24 jam-1 minggu )
Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan
normal,tidak ada pendarahan,lokea berbau busuk,tidak ada demam, ibu
cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui
dengan baik.
3. Periode late postpartum (1 minggu – 5 minggu)
Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan
sehari-hari serta melakukan konseling KB (Saleha,2009).
2.1.3 Asuhan dalam Masa Nifas
1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis bagi ibu dan bayi
Dengan diberikan asuhan,ibu akan mendapatkan fasilitas dan dukungan
dalam upaya untuk menyesuaikan peran barunya sebagai ibu.
2. Pencegahan,diagnosa dini dan pengobatan komplikasi pada ibu Dengan
diberikannya asuhan pada ibu nifas, kemungkinan munculnya
permasalahan dan komplikasi akan lebih cepat terdeteksi sehingga
penanganannya pun dapat lebih maksimal.
3. Merujuk ibu ke asuhan tenaga ahli bilamana perlu Meski ibu dan
keluarga mengetahui ada permasalahan kesehatan pada ibu nifas yang
memerlukan rujukan, namun tidak semua keputusan yang diambil
tepat,misalnya mereka lebih memilih untuk tidak datang kefasilitas
pelayanan kesehatan karena pertimbangan tertentu.
4. Mendukung dan memperkuat keyakinan ibu,serta kemungkinan ibu
untuk mampu melaksanakan perannyadalam situasi keluarga dan
budaya yang khusus Pada saat memberikan asuhan nifas,keterampilan
seorang bidan sangat dituntut dalam memberikan pendidikan kesehatan
terhadap ibu dan keluarga.
5. Imunisasi ibu terhadap tetatus Dengan pemberian asuhan yang
maksimal pada ibu nifas.Kejadia tetatus dapat dihindari,meskipun
untuk saat ini angka kejadian tetanus sudah banyak mengalami
penurunan.
6. Mendorong pelaksanaan metode yang sehat tentang pemberian makan
anak,serta peningkatan pengembangan hubungan yang baik antara ibu
dan anak saat bidan memberikan asuhan pada masa nifas,materi dan
pemantauan yang diberikan tidak hanya sebatas pada lingkup
permasalahan ibu,tetapi bersifat menyeluruh terhadap ibu dan anak
(Sulistiyawati,2009).
2.1.4 Tujuan Asuhan Masa Nifas
Tujuan dari pemberian asuhan kebidanan pada masa nifas adalah

sebagai berikut:

1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya,baik fisik maupun psikologis


2. Mendeteksi masalah,mengobatidan merujuk bila terjadi komplikasi
pada ibu maupun banyinya.
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, imunisasi, serta perawatan
bayi sehati-hari.
4. Memberikan pelayanan KB(Mufdilah,2009).
2.1.5 Peran Bidan pada Masa Nifas
Peran dan tangung jawab bidan dalam masa nifas sebagai berikut:

1. Memberi dukungan yang terus-menerus selama masa nifas yang baik


dan sesuai dengan kebutuhan ibu agar mengurangi ketegangan fisik dan
psikologis selama persalinan dan nifas. Sebagai promotor hubungan
yang erat antara ibu dan bayi secara fisik maupun psikologi.
2. Mengkondisikan ibu untuk menyusui bayinya dengan cara
meningkatkan rasa nyaman(Anggraini, 2009).
2.1.6 Perubahan-perubahan yang terjadi selama nifas
Perubahan fisiologis

1. Involusi
Involusi adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya alat
kandungan uterus dan jalan lahir setelah bayi lahir sehingga mencapai
keadaan semula seperti sebelum hamil. Proses involusi terjadi karena
adanya:

a. Autolysis
Yaitu penghancuran otot-otot uterus yang tumbuh karena
hiperplasi dan jaringan otot membesar menjadi lebih panjang
sepuluh kali dan menjadi lima kali lebih tebaldari sewaktu masa
hamil akan susut kembali mencapai keadaan semula.

b. Aktifitas otot-otot
Yaitu adanya kontraksi dan retraksi dari otot setelah anak lahir
yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang pecah
karena adanya pelepasan plasenta.
c. Ischemia
Yaitu kekurangan darah pada uterus yang menyebabkan atropi
pada jaringan otot uterus (Saleha,2009).
2. Lochea
Lochea merupakan suatu cairan atau secret yang keluar dari kavum
vagina dimasa nifas. Macam-macam lochea antara lain:

a. Lochea rubra ataulochea krueta


Berwarna merah segar; terdiri atas darah segar, sisa selaput ketuban,
sel desidua, vernik lanugo dan mekonium; terjadi selama dua hari
postpartum.
b. Lochea sanguilenta
Berwarna merah kekuningan berisi cairan dan lendir, terjadi pada
hari ke3-7 postpartum.
c. Lochea serosa
Berwarna kuning,kadang tidak berwarna, terjadi pada hari ke7- 14
postpartum.
d. Lochea alba
Cairan berwarna putih, terjadi pada lebih dari 6 minggu

postpartum.

e. Lochea purulenta
Keluar cairan seperti nanah, berbau busuk, menunjukkan

adanya infeksi(Anggraini,2010).

3. Endometrium
Perubahan pada endometrium adalah timbulnya trombosis, degenerasi
dan nekrosis di tempat implantasi plasenta. Pada hari pertama tebal
endometrium 2,5mm mempunyai permukaan yang kasar akibat
pelepasan desidua dan selaput janin. Setelah tiga hari mulai rata,
sehingga tidak ada pembentukan jaringan pada bekas implantasi
plasenta.

4. Servik
Perubahan yang terjadi pada servik ialahbentuk servik sedikit menganga
seperti corong, segera setelah bayi lahir. Bentuk ini disebabkan oleh
corpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan servik tidak
berkontraksi sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan
servik berbentuk semacam cincin (Sulistiyawati,2009).

5. Sistem pencernaan
Seorang wanita dapat merasa lapar dan siap menyantap makanannya
dua jam setelah persalinan. Kalsium amat penting bagi gigi pada
kehamilan dan masa nifas, dimana masa ini terjadi penurunan
konsentrasi ion kalium karena meningkatnya kebutuhan kalium pada
ibu (Saleha,2009).

6. Sistem perkemihan
Pelvis ginjal dan ureter yang tertegang dan berdilatasi selama

kehamilan kembali normal pada minggu keempat setelah

melahirkan. Perkemihankurang lebih 40% wanita nifas

mengalami proteinuria yang non patologis sejak pasca melahirkan

(Sujiatini,2009).

7. Sistem endokrin
Selama proses kehamilan dan persalinan terhadap perubahan

sistem endokrin, terutama pada hormon-hormon yang berperan

dalam proses tersebut (Purwanti,2012).

2.1.7 Perubahan tanda-tanda vital


Tanda-tanda vital yang harus dikaji pada masa nifas adalah sebagai

berikut:

1. Suhu
Sesudah dua jam pertama melahirkan umumnya suhu badan akan

kembali normal. Bila suhu 38 derajat celsius, mungkin terjadi

infeksi pada klien(Saleha,2009).

2. Nadi dan pernafasan


Nadi berkisar antara 60-80 denyutan per menit setelah partus dan dapat
terjadi bradikardi. Bila terdapat takikardi dan suhu tubuh tidak panas
mungkin ada pendarahan berlebih atau vitium kordis pada penderita.
Pada nifas umumnya denyut nadi stabil dibandingakan dengan suhu
tubuh, sedangkan pernafasan sedikit meningkat setelah partus kemudian
akan kembali seperti keadaan semula(Purwanti,2012).

3. Tekanan darah
Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi post partum akan
menghilang dengan sendirinya apabila tidak terdapat penyakit-penyakit
lain yang menyertainya dalam ½ bulan tanpa pengobatan
(Sulistiyawati,2009).

2.1.8 Komplikasi pada nifas


Masa nifas merupakan masa yang paling rawan bagi ibu, sekitar terjadi
60% kematian ibu terjadi setelah melahirkan dan hampir 25% dari
kematian ibu pada masa nifas yang terjadi pada 24 jam pertama setelah
persalinan (Saleha,2009).

1. Infeksi nifas
Infeksi puerperalis adalah infeksi pada traktus genetalia setelah
persalinan, biasanya pada endometrium bekas insersi plasenta.

2. Pendarahan nifas
3. Infeksi saluran kemih
4. Puting susu lecet
5. Payudara bengkak
6. Mastitis

2.2 Perdarahan postpartum primer


2.2.1 Pengertian
Perdarahan postpartum merupakan perdarahan yang volumenya melebihi
400-500 cc, kondisi dalam persalinan menyebabkan sulit untuk
menentukan jumlah perdarahan yang terjadi karena tercampur dengan air
ketuban dan serapan pakaian atau kain alas tidur. Pada periode ini pasca
persalinan, sulit untuk menentukan terminologi berdasarkan persalinan
yang terdiri dari kala I dan IV sehingga memerlukan adanya pengawasan
yang intensif dan penanganan yang tepat untuk mencegah terjadinya syok
perdarahan (Nugroho,2012).
2. Perdarahan postpartum merupakan perdarahan 500 ml setelah
bayi lahir. Pengukuran darah yang keluar sukar untuk dilakukan

secara tepat (Prawiroharjo,2009).

2.2.2 Klasifikasi klinis


Menurut Anggraini (2010:90), perdarahan pasca persalinan dibagi menjadi
dua yaitu:

1. Perdarahan postpartum primer (Early Postpartum Hemorrhage)


perdarahan postpartum primer adalah perdarahan yang terjadi dalam 24
jam pertama dengan jumlah 500 cc atau lebih setelah kala III.
2. Perdarahan postpartum sekunder (Late postpartum Hemorrhage)
perdarahan postpartum sekunder adalah perdarahan yang terjadi
sesudah 24 jam pertama dengan jumlah 500 cc atau lebih.

2.2.3 Etiologi
Penyebab perdarahan postpartumantara lain

1. Retensio sisa plasenta


Sisa plasenta (rest placenta) merupakan tertinggalnya bagian plasenta
dalam rongga rahim yang dapat menimbulkan perdarahan postpartum
(Nugroho,2012).

2. Inversio uterus Merupakan keadaan dimana lapisan dalam uterus


(endometrium) turun keluar lewat ostium uteri eksternum, yang bersifat
inkomplit sampai komplit ( Nugroho,2012).
3. Laserasi jalan lahir
Merupakan robekan yang terjadi pada perineum, vagina atau uterus
dapat terjadi secara spontan maupun akibat tindakan manipulatif pada
pertolongan persalinan (Taufan,2009)

4. Retensio plasenta
Merupakan keadaan belum lahirnya plasenta hingga atau lebih 30 menit
setelah bayi baru lahir. Hampir sebagian besar gangguan pelepasan
plasenta disebabkan oleh gangguan kontraksi uterus ( Prawiroharjo,
2009 ).
5. Atonia uteri
Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus/kontraksi yang
menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari
tempat implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir
(Prawiroharjo,2009).

2.2.4 Faktor-faktor penyebab perdarahan postpartum


Rukiyah dan Yulianti (2014) mengataka beberapa faktor yang
menyeababkan perdarahan postpartum baik secara primer maupun
sekunder adalah grandemultipara, Jarak persalinan pendek kurang dari 2
tahun, Persalinan yang dilakukan dengan tindakan pertolongan kala Un
sebelum waktunya, pertolongan persalinan oleh dukun, persalinan
tindakan paksa.
2.2.5 Penatalaksanaan
Langkah-langkah penanganan perdarahan primer menurut Rukiyah dan
Yulianti (2014) :
1. Pijat uterus agar berkontraksi dan keluarkan bekuan darah.
2. Kaji kondisi pasien (denyut jantung, tekanan darah, warna kulit,
kesadaran, kontraksi uterus.

3. Berikan oksitosin (10 IU IV dan ergometrin 0,5 IV berikan melalui IM


apabila tidak bisa melalui IV).
4. Siapkan donor untuk transfusi, ambil darah untuk kroscek, berikan
NaCL 11/15 menit apabila pasien mengalami syok (pemberian infus
sampai sekitar 3Lt untuk mengatasi syok).
5. Kandung kemih selalu dalam kondisi kosong.
6. Awasi agar uterus dapat berkontraksi dengan baik.
7. Jika perdarahan persisten dan uterus tetap rileks, lakukan kompresi
bimanual.
8. Jika perdarhan persisten dan uterus berkontaksi dengan baik, maka
lakukan pemeriksaan pada vagina dan serviks untuk menemukan
laserasi yang menyebabkan perdarahan tersebut.
9. Jika ada indikasi bahwa mungkin terjadi infeksi yang diikuti dengan
demam, menggigil, lochea yang berbau busuk, segera berikan antibiotik
berspektrum luas.
10. Lakukan pencatatan yang akurat.
Langkah awal penanganan perdarahan sekunder menurut Rukiyah dan
Yulianti (2014) :

1. Prioritas dalam penatalaksanaan hemorargi postpartum sekunder


(sama dengan penatalaksanaan hemorargi ppostpartum primer).
2. Masukan pasien ke rumah sakit sebagai salah satu kasus
kegawatdaruratan.
3. Percepatan kontraksi dengan cara melakukan massage uterus, jika
uterus masih teraba.
4. Kaji kondisi pasien, jika pasien di daerah terpencil mulailah sebelum
dilakukan rujukan.
5. Berikan (oksitosin 10 IU IV dengan ergometrin 0,5 IV. Berikan
melalui IM apabila tidak bisa melalui IV).
6. Siapkan donor untuk transfusi, ambil darah untuk kroscek, berikan
RL/NaCL 11/15 menit apabila pasien mengalami syok (pemberian
infus sampai sekitar 3 liter untuk mengatasi syok) pada kasus syok
yang parah gunakan plasma ekspander.
7. Awasi agar uterus berkontraksi dengan baik. Tambahkan 40 IU
oksitosin dalam 1 liter cairan infus dengan tetesan 40 tetes/menit.
8. Berikan antibiotik berspekrum luas.
9. Jika mungkin siapkan pasien untuk pemeriksaan segera dibawah
pengaruh anastesi.
2.3 Sisa Plasenta
2.3.1 Definisi
Sisa Plasenta adalah tertinggalnya potongan-potongan plasenta seperti
kotiledon dan selaput plasenta yang menyebabkan terganggunya kontraksi
uterus sehingga sinus-sinus darah tetap terbuka dan menimbulkan
perdarahan postpartum (Manuaba, 2010). Tertinggalnya sisa plasenta
adalah ditemukan adanya kotiledon yang lengkap dan masih adanya
perdarahan pervaginan, padahal plasenta telah lahir (Jannah, 2011).
2.3.2 Faktor resiko sisa plasenta
Menurut Dewi dan Sunarsih (2010) ada beberapa faktor resiko sisa
plasenta, yaitu :
1. Partus lama
2. Overdistensi uterus (hidramnion, kehamilan kembar, makrosomia).
3. Perdarahan antepartum
4. Pascainduksi oksitosin atau MgSO4
5. Korioamnionitis
6. Mioma uteri
7. Anestesia.
2.3.3 Tanda dan Gejala Sisa Plasenta
Menurut Anggaraini (2010) ada beberapa Tanda dan Gejala Sisa Plasenta,
yaitu :
1. Plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh darah) tidak
lengkap.
2. Perdarahan segera
3. Uterus berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak berkurang (Anggaraini,
2010).
2.3.4 Komplikasi sisa plasenta (Manuaba, 2010)
Komplikasi sisa plasenta adalah polip plasenta artinya plasenta masih
tumbuh dan dapat menjadi besar, perdarahan terjadi intermiten sehingga
kurang mendapat perhatian, dan dapat terjadi degenerasi ganas menuju
chorio karsinoma dengan manifestasi klinisnya.
2.3.5 Pencegahan sisa plasenta (Manuaba, 2010)
Untuk menghindari terjadinya sisa plasenta dapat dilakukan dengan
membersihkan kavum uteri dengan membungkus tangan sehingga kasar.
Mengupasnya sehingga mungkin sisa membran dapat sekaligus
dibersihkan, segera setelah plasenta lahir dilakukan kuretase menggunakan
kuret postpartum yang besar. Bila terdapat dungkul biru yang mudah
berdarah di vagina, kondisi ini sudah dianggap terdapat mestase yang
bersifat khas terjadi degenerasi ganas.
2.3.6 Penanganan Sisa Plasenta
Penanganan sisa plasenta menurut Nugroho (2012) :
1. Penemuan secara dini, hanya di mungkinkan dengan melakukan
pemeriksaan kelengkapan plasenta setelah di lahirkan, pada kasus sisa
plasenta dengan perdarahan pasca persalinan lanjut, sebagian besar
pasien-pasien akan kembali lagi ke tempat bersalin dengan keluhan
perdarahan dan sub involusi uterus.
2. Berikan antibiotika karena perdarahan juga merupakan gejala mestitis.
Antibiotika yang dipilih adalah ampicilin dosis awal 1 gr IV
dilanjutkan dengan 3x1 gr oral dikombinasikan dengan metrodinazole
1g supositoria dilanjutkan 3x500 mg oral.

3. Dengan dipayungi antibiotika tersebut, lakukan eksplorasi digital (bila


serviks terbuka) dan mengeluarkan bekuan darah atau jaringan. Bila
serviks hanya dapat dilalui oleh instrumen, lakukan evakuasi sisa
plasenta dengan dilatasi dan kuretase.
4. Bila kadar Hb < 8 g% berikan transfusi darah. Bila kadar Hb ≥ 8 g%,
berikan sulfas ferosus 600 mg/hari selama 10 hari.
BAB III

TINJAUAN KHASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. “D” P10001 USIA 23 TAHUN


POST PARTUM 2 JAM DENGAN PERDARAHAN
KARENA SISA PLASENTA DI RUANG NIFAS
PUSKESMAS NGRAMBE

Tanggal : 25 November 2020


Jam : 21.00 WIB
Tempat : Ruang Nifas
A. Pengkajian
1. Data Subyektif
a. Identitas
Nama : Ny.”D” Nama : Tn.”W”
Umur : 23 Tahun Umur : 25 Tahun
Suka : Jawa Suka : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat :
b. Keluhan utama
Pasien terlihat agak lemas dan perdarahan keluar banyak dari jalan lahir.

c. Riwayat Kebidanan
1) Riwayat Menstruasi
Menarche pada usia ±14 tahun, siklusnya ±30 hari, lamanya
menstruasi ±8 hari, ganti pembalut 2-3 kali sehari.
2) Riwayat KB
Ibu sebelumnya tidak menggunakan Kb.
3) Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu.
Riwayat
penyakit BBL
Umur/
JK (gra

Kehamilan
Ket

Penolong
m)

Bersalin
Tempat

Hamil
Umur

Nifas
Jenis
Hamil Ini

4) Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas sekarang


- Kehamilan:
(a) Ini kehamilan yang ke 1.
(b) HPHT : 15-02-2020
(c) HPL : 22-11-2020
(d) UK : 40 mgg.
(e) ANC :memeriksakan kehamilanya sebanyak 12x,
ditempat bidan 10x, di dokter2x dan terapi yang diberikan selama
hamil yaitu tablet fe, kalk, vitamin B12:
Trimester I : pada trimester I memeriksakan kehamilanya
sebanyak 3 kali.
Trimester II : pada trimester II memeriksakan kehamilanya 3 kali.
Trimester III: pada trimester III memeriksakan kehamilanya
sebanyak 6 kali.
Saat hamil 9 bulan ini ibu tidak mengalami keracunan kehamilan,
ibu sudah mendapatkan TT 5x, diberikan penyuluhan tentang
kebutuhan dasar ibu hamil meliputi nutrisi, eliminasi, personal
hygiene, istirahat, seksual, senam hamil, tanda bahaya ibu hamil
dan ketidaknyamanan selama hamil dan cara penanganannya.
- Persalinan:
Tanggal pukul WIB merasakan kenceng-kenceng. Pada tanggal
pukul WIB Pasien datang di ruang bersalin Puskesmas Ngrambe.
Dilakukan pemeriksaan oleh bidan, Pada jam 19.00WIB bayi
lahir dengan normal, jenis kelamin laki-laki, BB : 3100 gr, PB :
49 cm, LK : 33 cm, LD : 32 cm, LILA: 11 cm APGAR SCORE
8/9, sudah diberikan injeksi Vit.K, ada lubang anus, dan tidak ada
kelainan.
- Nifas:
2 jam post partum, ibu merasakan nyeri pada bekas operasi.
Selama nifas ini kondisi ibu baik, tekanan darah normal perlahan.
Ibu mengatakan ASI keluar sedikit, bayi ditambah susu formula 30
cc sehari, involusi baik, perut terasa bulat dan keras, lochea rubra
warna merah kehitaman, banyaknya 1 softex dan baunya khas.
5) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat kesehatan dahulu
Ibu tidak pernah menderita penyakit menurun maupun menular
seperti, hipertensi, DM, TBC, hepatitis, asma, jantung.
b) Riwayat kesehatan sekarang
Saat ini tidak sedang menderita penyakit seperti , hipertensi, DM,
TBC, HIV, asma, jantung.
c) Riwayat kesehatan keluarga
Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit menurun dan
menular seperti hipertensi, DM, TBC, hepatitis, asma, jantung.
6) Pola Fungsional
a) Nutrisi
Selama hamil : Makan 3x sehari, porsi sedang dengan
komposisi nasi, sayur (bayam, wortel, kacang
panjang, kangkung), lauk (ikan, tahu, tempe,
daging, telur), buah (pisang, jeruk, apel,
pepaya), minum air putih  5-6 gelas/hari,
terkadang minum susu 1 gelas perhari.
Sekarang : ibu hanya makan dan minum sedikit .

b) Eliminasi
Selama hamil : BAK 6-8 kali perhari, bau khas, warna kuning
jernih, tidak ada keluhan nyeri pada waktu
kencing, BAB 1x/hari, bau khas feses, warna
agak kehitaman, konsistensi lunak.
Sekarang : BAK hanya 2 x .

c) Personal hygiene
Selama hamil : Selama hamil mandi 2x/hari, gosok gigi
2x/hari, keramas 3x seminggu, ganti baju
2x/hari.
Sekarang : ibu belum mandi hanya disibin sedikit.

d) Istirahat
Selama hamil : Selama hamil tidur siang 1-2 jam, tidur malam
7-8 jam.
Sekarang : Ibu belum bisa tidur.

e) Aktivitas
Selama hamil : Selama hamil beraktivitas sebagai ibu rumah
tangga tetapi tidak beraktivitas berat.
Sekarang : ibu hanya berbaring telentang, namun
terkadang miring kanan/kiri .

7) Riwayat psikososial
a) Status perkawinan
Menikah secara sah secara agama dan hukum, menikah 1 kali
pada saat usia ibu 22 tahun dan suami pada usia 24 tahun, lama
pernikahan ± 2 tahun.
b) Penerimaan ibu dengan keadaanya
Ibu senang bayinya lahir dengan selamat.
c) Dukungan keluarga
Suami dan keluarga selalu menemani dan memberikan dukungan.
d) Hubungan dengan anggota keluarga
Hubungan dengan semua anggota keluarga berjalan baik dan
harmonis.
e) Pengambilan keputusan dalam keluarga
Keputusan diambil secara musyawarah bersama.
2. Data Obyektif
a. Pemeriksaan umum
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : Composmentis
TTV : TD : 90/60 mmHg R : 24x/menit
S : 37ºC N : 80x/menit
BB sebelum hamil : 46 kg
BB sekarang : 60 kg
TB : 158 cm

b. Pemeriksaan Fisik
a) Kepala
Inspeksi : rambut hitam, rambut bersih, tidakmudah rontok.
Palpasi : Tidak ada benjolan abnormal, tidak ada nyeri tekan.
b) Wajah : agak pucat, atau sedikit sembab.
c) Mata
Inspeksi : Simetris, fungsi penglihatan baik, konjungtiva merah
muda, sklera putih
Palpasi : Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
d) Hidung
Inspeksi : Simetris, tidak ada secret, tidak ada polip, tidak ada PCH
e) Telinga
Inspeksi : Simetris, bersih, tidak ada serumen berlebih, fungsi
pendengaran baik
f) Mulut dan Bibir
Inspeksi : Bersih, tidak ada stomatitis, gigi tidak caries, gusi tidak
berdarah, bibir tidak pecah-pecah.
g) Leher
Inspeksi : Simetris, bersih.
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar limfe
ataupun vena jugularis.
h) Dada
Inspeksi : Simetris, pergerakan pernafasan teratur, tidak ada tarikan
intercosta berlebih.
Palpasi : Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
Auskultasi : Tidak ada ronchi, tidak ada wheezing, bunyi jntung
normal.
i) Payudara
Inspeksi :Simetris, ada pembesaran payudara dan tegang, vena agak
terlihat dibawah kulit, ada hiperpigmentasi pada areola
mammae, puting susu menonjol, bersih, tidak ada
benjolan abnormal, colostrum/ keluar tapi belum
lancar.
Palpasi : Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
j) Abdomen
Inspeksi : terlihat ada strie livida, ada linea nigra,
Auskultasi : terdengar bising usus 9x/menit.
Perkusi : ibu tidak mengalami kembung.
Palpasi :tinggi fundus uterus teraba setinggi pusat, kontraksi
uterus baik, konsistensi keras bulat, kandung kemih
kosong, skiballa tidak teraba.

k) Genetalia
Inspeksi :Vulva dan vagina merah, tidak odema, lochea rubra
berwarna merah kehitaman, perdarahan banyak dari jalan
lahir
l) Anus
Inspeksi : Bersih, tidak ada haemoroid.
m)Ekstremitas:
 Atas : Simetris, tidak oedema, tidak ada kelainan fungsi.
 Bawah : Simetris, tidak oedema, tidak ada varices, tidak ada
kelainan fungsi, reflek patella +/+.
B. Interpretasi Data
Dx : Ny “ D ” P10001 Post partum 2 jam dengan perdarahan post
partum (sisa plasenta).
Ds : Ibu mengatakan cemas dan takut dengan keadaanya sekarang.
Do : KU : sedang Kesadaran : Composmentis
TTV :N : 80x/menit
S : 370 C
RR : 24x/ menit
T : 90/70
TFU : setinggi pusat
Lochea Rubra
Kontraksi : bulat keras
Perdarahan banyak dari jalan lahir
Masalah
Ibu takut dan merasa cemas dengan keadaannya sekarang.
Kebutuhan
Dukungan moril/motivasi dari tenaga kesehatan (bidan) dan keluarga.
C. Mengatitisipasi Diagnosa Potensial
Syok hipovolemik

D. Tindakan Segera
Infus RL

E. Perencanaan
Tanggal : 22 november 2020 Jam : 19.10 WIB

Diagnosa :Ny “D” usia 23 tahun P10001 post partum 2 jam dengan perdarahan
post partum (sisa plasenta)

Tujuan : Selama dilakukan tindakan diharapkan perdarahan post partum


dapat diatasi dengan segera.

Kriteria : - Tanda-tanda vital dalam batas normal


T : 110/70-120/80 S : 36,5-37,5oC
N : 60 - 80 x/mnt RR : 16-20 x/mnt

- Perdarahan post partum teratasi


- Proses involusi normal yang ditandai dengan penurunan TFU
normal yaitu :
1-3 hari : 2 jari bawah pusat
1 minggu : pertengahan pusat symfisis
2 minggu : tidak teraba diatas symfisis
6 minggu : bertambah kecil
8 minggu : sebesar normal
Kontraksi uterus baik : bundar dan keras
- Pengeluaran lochea lancar/normal
Hari 1-2 : Berwarna merah dan hitam (loceha rubra).
Hari 3-7 : Berwarna merah kekuningan (lochea
sanguinolenta).
Hari 8-14 : Berwarna coklat kekuning-kuningan (lochea
serosa).
Hari 14 > : Berwarna putih (lochea alba)
- Ibu dapat mobilisasi secara bertahap
Intervensi:

1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga.


R/ Ibu dan keluarga mengetahui keadaanya.

2. Pasang infus RL dengan 25 tpm, (melihat kondisi ibu)


R/ untuk memperbaiki keadaan umum ibu secara bertahap.

3. Cari tahu penyebab perdarahan yaitu masase fundus untuk melihat


kontraksi, cek plasenta dan laserasi.
R/ agar mengethui dengn jelas penyebab perdarahan untuk melakukan
tindakan selanjutnya.

4. Beritahu ibu atau keluarga penyebab perdarahan yaitu sisa plasenta


dan lakukan inform consent untuk tindakan selanjutnya.
R/ perdarahan post partum segera teratasi.

5. Lakukan eksplorasi uterus yaitu mengeluarkan sisa plasenta pada


uterus secara manual.
R/ untuk menghentikan perdarahan.
6. Lakukan observasi keadaan ibu serta perdarahan, setelah dilakukan
tindakan.
R/ agar keadaan ibu terpantau dengan baik serta jika terjadi hal yang
tidak diinginkan dapat segera terdeteksi secara dini .
7. Anjurkan ibu untuk istirahat dan makan atau minum
R/ agar tenaga ibu dapat segera pulih kembali.
8. Ajarkan ibu untuk masase uterus untuk menilai kontraksi dan beritahu
ibu mengenai manfaat masase uterus.
R/ untuk mengurangi perdarahan dengan kontraksi uterus.

9. Beritahu ibu mengenai tanda bahaya masa nifar terutama tanda bahaya
setelah mengalami perdarhan post partum.
R/ agar ibu dan keluarga mengerti jika terdapat tanda bahaya tersebut.
10. Konseling ibu mengenai cara menyusui ,mobilisasi dini, perawatan
bayi baru lahir ( tali pusat dll), imunisasi bayinya, dan jadwal
kunjungan ulang ibu serta bayinya.
R/ agar ibu mengerti dan melakukannya dengan benar.
F. Pelaksanaan
Tanggal : 22 november 2020 Jam : 21.20 WIB

Diagnosa : Ny “N” Usia 25 tahun P10001 post partum hari ke 0 dengan


perdarahan post partum (sisa plasenta).

Implementasi :
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarg mengenai TTV
serta hasil pemeriksaan lainnya yang diperlukan.
2. Memasang infus RL dengan 25 tpm, (melihat kondisi ibu) untuk
membantu memulihkan kondisi ibu secara bertahap.
3. Mencaritahu penyebab perdarahan yaitu
1. masase fundus untuk melihat kontraksi,
2. cek plasenta apa ada sisa plasenta
3. Laserasi untuk melihat robekan jalan lahir
4. Memberitahu ibu atau keluarga penyebab perdarahan yaitu sisa plasenta
dan lakukan inform consent untuk tindakan selanjutnya yaitu dengan
mengelurkan sisa plasenta didalam uterus.
5. Melakukan eksplorasi uterus yaitu mengeluarkan sisa plasenta pada
uterus secara manual, setelah diyakini bersih lakukan masase uterus,
kemudian nilai perdarahan yang keluar, jika sudah berhenti lakukan
tindakan selanjutnya.
6. Lakukan observasi keadaan ibu serta perdarahan, setelah dilakukan
tindakan yaitu, pantau TTV, involusi uterus, kontraksi dan pengeluaran
darah pada jalan lahir.
7. Menganjurkan ibu untuk istirahat dan makan atau minum secara perlahan
8. Mengajarkan ibu untuk masase uterus untuk menilai kontraksi dan
beritahu ibu mengenai manfaat masase uterus yaitu dapat membantu
mengerangi perdarhan serta mempercepat involusi uterus.
9. Memberitahu ibu mengenai tanda bahaya masa nifas terutama tanda
bahaya setelah mengalami perdarhan post partum yaitu pusing, lemas,
perdarah sangat banyak kembali dari jalan lahir
10. Memberikan Konseling ibu mengenai cara menyusui ,mobilisasi dini,
perawatan bayi baru lahir ( tali pusat dll), imunisasi bayinya, dan jadwal
kunjungan ulang ibu serta bayinya.

G. Evaluasi
Tanggal : 22 november 2020 Jam : 22.00WIB

Diagnosa : Ny “ D “ usia 23 tahun P10001 post partum 2 jam dengan perdarahan


(sisa plasenta) teratasi

S : - Ibu sudah mengerti tentang penjelasan yang telah diberikan.

O : - KU ibu baik, kesadaran composmentis

- Tanda-tanda vital
T : 10/70 mmHg S : 36,7oC
N : 82 x/mnt R : 22 x/mnt

- Laktasi normal Colostrum +/+ sudah keluar


- Involusi baik, TFU setinggi pusat, kontraksi uterus keras dan bundar
- Lochea normal, perdarahan normal.
- Ibu dapat menjelaskan kembali penyuluhan/penjelasan yang
diberikan.
A : Ny “ D ” usia 23 tahun P10001 post partum 2 jam dengan perdarah
(sisa plasenta ) teratasi

P :

1. Ibu mengetahui hasil pemeriksaannya serta kondisinya.


2. Ibu mengerti mengenai semua penjelasan dari bidan mengenai
kondisinya saat ini serta anjuran yang harus dilakukan.
3. Ibu bersedia melakukan anjuran dari bidan.
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada Ny. “D” P10001 Post
Partum patologis dengan perdarahan post partum 2 jam, didapatkan
kesimpulan bahwa dalam pengkajian dilakukan pengumpulan data yang
meliputi data subjectif dan objectif. Dari pengkajian tersebut diambil suatu
diagnosa bahwa Ny “D” dalam masa nifas, intervensi yang
diberikan disesuaikan dengan ketentuan yang ada, sedangkan penerapannya
disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada. Evaluasi dilakukan setelah
implementasi dilakukan,yang menunjukkan bahwa Ny “D” mengalami
kemajuan :

1. Ibu mengerti tentang keadaannya


2. Ibu bersedia melakukan Anjuran yang disarankan bidan mengenai
dirinya serta untuk bayi.
3. Ibu mampu melakukan anjuran dari bidan untuk menyusi menjaga
kehangatan bayinya.
4. TTV dan 3 besar nifas dalam batas normal
4.2 Saran
1. Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapkan bagi tenaga kesehatan agar dapat memberikan asuhan yang
tepat, sesuai dengan kebutuhan penderita.
2. Bagi Pasien
Di harapkan melakukan pemeriksaan secara rutin bila timbul kelainan
yang lebih berlanjut dapat segera terdeteksi.
3. Bagi Pembaca
Diharapkan pada para pembaca agar menjadikan sebagai salah satu cara
untuk dapat memberikan asuhan yang benar pada ibu nifas.
4. Bagi Institusi
Diharapkan Institusi agar dapat dijadikan sebagai bahan tambahan
literatur.
5. Bagi Praktek Mandiri Bidan.
Diharapkan kepada pihak PMB agar dapat membantu penerapan atau
penatalaksanaan ibu nifas dan menurunkan Angka Kesakitan Maternal.
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini. Y.2010. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka


Rihama.
Asrinah, Putri. S. S., Sulistiyorini. D., Muflihah. S. I., Sari. N. D. 2010. Asuhan
Kebidanan Masa Persalinan. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Bahiyatun. 2008.Asuhan Kebidanan Ibu Nifas. Jakarta: Salemba Medika
Dewi. R. P. 2011. Buku ajar : Kebidanan Komunitas. Yogyakarta : Nuha Medika.
Fraser. C. 2009.Asuhan Patologi Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika
Nugroho. T. 2012.Ilmu Kebidanan.Yogyakarta:Nuha Medika.
Nugroho. T.2012. Patologi Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika.
Prawirohardjo. S.2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : P.T. Bina Pustaka
Saleha. S.2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba
Salmah,Rusmiyati, Maryanah, Susanti. N. 2006. Asuhan Kebidana .Yogyakarta :
Nuha Medika.
Sulistiyawati .2009. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta : C.V Andi
Varney. H., M. Kriebs. J., L. Gegor. C. 2004. Buku AjarKebidanan.
Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Vivien. W. 2012. Kedaruratan Persalinan Manajemen Komunitas.Jakarta: EGC
Widyastuti. P., Aminah. S. 2009. Safe Motherhood Modul Hemoragi Post
Partum–Materi Pendidikan Kebidanan. Jakarta : EGC.
Wildan, Moh. Dan Hidayat, A. Aziz Alimul.2008. Dokumentasi
Kebidanan.Jakarta : Salemba Medika.
Yanti. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Bersalin. Yogyakarta : Pusta

Anda mungkin juga menyukai