LAPORAN REFLEKSI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Stase Kehamilan
Oleh ;
EKA OKTAVIA
205491517003
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2020
1
KATA PENGANTAR
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tugas stase kehamilan ini masih jauh dari
sempurna. Pada kesempatan ini penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun guna kesempurnaan tugas stase kehamilan ini. Akhir kata
penulis berharap semoga tugas stase kehamilan ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi bagi pembaca umumnya, dan bagi penulis khususnya.
2
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sampai saat ini malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat
dinegara-negara seluruh dunia, baik didaerah tropis maupun sub tropis, terutama
dinegara berkembang termasuk Indonesia. Malaria masih menjadi ancaman bagi
masyarakat di Indonesia, karena tingginya angka kesakitan dan kematian pada usia
produktif. Bahkan malaria yang menyerang ibu hamil bisa menjadi ancaman bagi
bangsa.
Penyakit malaria disebabkan oleh parasit protozoa dari Genus plasmodium.
Empat spesies yang ditemukan pada manusia adalah Plasmodium Vivax, P. ovale,
P. malariae dan P. Falciparum. Badan kesehatan seduania (WHO) melaporkan tiga
juta anak manusia meninggal setiap tahun karena menderita malaria. Dan tiap tahun
terdapat 110 juta penderita malaria, 280 juta orang sebagai “Carrier” dan 2/5
penduduk dunia selalu kompak dengan malaria.
Malaria menyerang individu tanpa membedakan umur dan jenis kelamin, tidak
terkecuali wanita hamil merupakan golongan yang rentan. Malaria pada kehamilan
dapat disebabkan oleh keempat spesies plasmodium, tetapi plasmodium Falciparum
merupakan parasit yang dominan dan mempunyai dampak paling berat terhadap
morbiditas dam mortalitas ibu dan janinnya.
Di daerah endemi malaria wanita hamil lebih mudah terinfeksi parasit malaria
dibandingkan wanita tidak hamil. Kemudahan infeksi itu terjadi karena kekebalan
yang menurun selama kehamilan, akibatnya dapat terjadi peningkatan Prevalensi
densitas parasit malaria berat (10).
Laporan dari berbagai negara menunjukan insidens malaria pada wanita hamil
umumnya cukup tinggi, dari El vador 55,75% yaitu 63 kasus dari 113 wanita hamil
dari berbagai tempat bervariasi antara 2-76% (6,13).
Berdasarkan hal-hal diatas terlihat bahwa malaria selama kehamilan perlu
mendapat perhatian khusus. Selanjutnya pada tinjauan pustaka ini akan dibahas
pengaruh malaria terhadap ibu dan janinnya serta kontrol terhadap malaria selama
kehamilan.
4
2.1 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada kehamilan dengan
Malaria dengan menerapkan pola pikir melalui pendekatan manajemen
kebidanan kompetensi bidan di Indonesia dan pendokumentasian
menggunakan VARNEY.
2. Tujuan khusus
1. Mampu melakukan pengkajian pada ibu hamil dengan Malaria.
2. Mampu menentukan diagnosa aktual pada ibu hamil dengan Malaria.
3. Mampu menentukan diagnosa potensial pada ibu hamil dengan Malaria.
4. Mampu mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera pada ibu hamil
dengan Malaria.
5. Mampu melakukan perencanaan pada ibu hamil dengan Malaria.
6. Mampu melakukan pelaksanaan pada ibu hamil dengan Malaria.
7. Mampu melakukan evaluasi pada ibu hamil dengan Malaria.
3.1 Manfaat
1. Bagi Puskesmas Kecamatan Pulo Gadung
Diharapkan dapat mempertahankan mutu pelayanan terhadap pasien
khususnya pasien yang membutuhkan konseling tentang kehamilan dengan
malaria.
2. Bagi profesi bidan
Diharapkan mampu memberikan pelayanan dan konseling tentang
kehamilan dengan malaria
3. Bagi Institusi Profesi Bidan
Sebagai bahan informasi mengenai manajemen asuhan kebidanan pada ibu
hamil dengan dengan malaria bagi angkatan profesi bidan selanjutnya
4.1 Waktu Dan Tempat
Waktu : Tanggal, 04 November 2020 / Pukul: 12:00.
Tempat : Puskesmas Kecamatan Pulo Gadung
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar
2.1.1 Pengertian
Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit
Plasmodium yang masuk ke dalam tubuh manusia, ditularkan oleh nyamuk
Anopheles betina. Empat spesies Plasmodium penyebab malaria pada manusia
adalah :
Hal ini disebut infeksi campuran atau mixed infeksi. Infeksi campuran paling
banyak di sebabkan oleh dua spesies terutama plasmodium falcifarum dan
plasmodium vivax atau plasmodium vivax dan plasmodium malaria. Jarang
terjadi infeksi campuran oleh tiga spesies sekaligus. Infeksi campuran banyak
dijumpai di wilayah yang tingkat penularan malarianya tinggi. Jenis Plasmodium
yang banyak ditemukan di Indonesia adalah P. falciparum dan P.vivax atau
campuran keduanya, sedangkan P. malaria hanya ditemukan di Nusa Tenggara
Timur dan P. ovale ditemukan di Papua.
6
2.1.2 Gejala Klinis
Gejala malaria terdiri dari beberapa serangan demam dengan interval tertentu
(disebut paroksisme), diselingi oleh suatu periode yang penderitanya bebas sama
sekali dari demam (disebut periode laten). Gejala yang khas tersebut biasanya
ditemukan pada penderita non-imun. Sebelum timbulnya demam, biasanya
penderita merasa lemah, mengeluh sakit kepala, kehilangan nafsu makan, merasa
mual di ulu hati, atau muntah. Masa tunas malaria sangat tergantung pada spesies
Plasmodium yang menginfeksi. Masa tunas paling pendek dijumpai pada malaria
falciparum, yang terpanjang pada malaria kuartana (Plasmodium malariae). Masa
tunas parasit malaria adalah 12 hari untuk malaria falciparum, 14 hari untuk malaria
vivax, 28 hari untuk malaria kuartana, dan 17 hari untuk malaria ovale. Malaria
mempunyai gambaran karakteristik demam periodik, anemia, dan splenomegali.
Gejala yang klasik yaitu terjadinya ’Trias Malaria’ secara berurutan ; periode
dingin, periode demam, dan periode berkeringat.
a. Anemia merupakan gejala yang sering dijumpai pada infeksi malaria. Beberapa
mekanisme terjadinya anemia adalah : pengrusakan eritrosit oleh parasit,
hambatan eritropoiesis sementara, hemolisis oleh karena proses complement
mediated immune complex, eritrofagositosis, penghambatan pengeluaran
retikulosit, dan pengaruh sitokin.
b. Splenomegali sering dijumpai pada penderita malaria, limpa akan teraba setelah
tiga hari dari serangan infeksi akut, limpa menjadi bengkak, nyeri dan
hiperemis. Limpa merupakan organ yang penting dalam pertahanan tubuh
terhadap infeksi malaria.
c. Pola demam malaria. Demam pada malaria ditandai dengan adanya paroksisme,
yang berhubungan dengan perkembangan parasit malaria dalam sel darah
merah. Puncak serangan panas terjadi berbarengan dengan lepasnya merozoit-
merozoit ke dalam peredaran darah (proses sporulasi). Untuk beberapa hari
pertama, pola panas tidak beraturan, baru kemudian polanya yang klasik tampak
sesuai spesiesnya. Pada malaria falciparum, pola panas yang ireguler itu
mungkin berlanjut sepanjang perjalanan penyakitnya sehingga tahapan-
7
tahapannya yang klasik tidak begitu nyata terlihat.Suatu paroksisme demam
biasanya mempunyai tiga stadium yang berurutan sebagai berikut :
Stadium dingin/cold stage Stadium ini mulai dengan menggigil dan perasaan
sangat dingin. Nadi penderita cepat, tetapi lemah. Bibir dan jari-jari sianotik.
Kulitnya kering dan pucat, penderita mungkin muntah dan pada penderita anak
sering terjadi kejang. Stadium ini berlangsung selama 15 menit-1 jam.
Stadium demam/hot stage Setelah menggigil/ merasa dingin, pada stadium ini
penderita mengalami serangan demam. Muka penderita menjadi merah,
kulitnya kering dan dirasakan sangat panas seperti terbakar, sakit kepala
bertambah keras, dan sering disertai dengan rasa mual atau muntah-muntah.
Nadi penderita menjadi kuat kembali. Biasanya penderita merasa sangat haus
dan suhu badan bisa meningkat sampai 41 derajat celcius. Stadium ini
berlangsung selama 2-6 jam.
Stadium berkeringat/sweating stage, Pada stadium ini penderita berkeringat
banyak sekali, sampai membasahi tempat tidur. Namun suhu badan pada fase
ini turun dengan cepat, kadang-kadang sampai di bawah normal. Biasanya
penderita tertidur nyenyak dan pada saat terjaga, ia merasa lemah, tapi tanpa
gejala lain. Stadium ini berlangsung 2-4 jam. Sesudah serangan panas pertama,
terjadi interval bebas panas selama antara 48-72 jam, lalu diikuti dengan
serangan panas berikutnya seperti yang pertama; dan demikian selanjutnya.
Gejala-gejala malaria ’klasik’ seperti yang telah diuraikan tidak selalu
ditemukan pada setiap penderita, dan ini tergantung pada spesies parasit, umur
dan tingkat imunitas penderita.
2.1.3 Pengaruh Malaria Selama Kehamilan pada ibu
Malaria pada ibu hamil dapat menimbulkan berbagai kelainan, tergantung
pada tingkat kekebalan seseorang terhadap infeksi parasit malaria dan paritas
(jumlah kehamilan). Ibu hamil dari daerah endemi yang tidak mempunyai
kekebalan dapat menderita malaria klinis berat sampai menyebabkan kematian (4).
Di daerah endemisitas tinggi, malaria berat dan kematian ibu hamil jarang
dilaporkan (15). Gejala klinis malaria dan densitas para sitemia dipengaruhi paritas,
8
sehingga akan lebuh berat pada primigravida (kehamilan pertama) daripada
multigravida (kehamilan selanjutnya) 2. Pada ibu hamil dengan malaria, gejala
klinis yang penting diperhatikan ialah demam, anemia, hipoglikemia, edema paru,
akut dan, malaria berat lainnya.
2.1.4 Siklus hidup plasmodium dalam tubuh manusia
a. Anemia
Infeksi malaria akan menyebabkan lisis sel darah merah yang mengandung
parasit sehingga akan menyebabkan anemia hemolitik normokrom. Pada
infeksi plasmodium falciparum dapat terjadi anemia berat karena semua umur
eritrosit dapat diserang. Eritrosit berparasit maupun tidak berparasit
mengalami hemolisis karena fragilitas osmotik meningkat. Selain itu juga
dapat disebabkan peningkatan autohemolisis baik pada eritrosit berparasit
maupun tidak berparasit sehingga masa hidup eritrosit menjadi lebih singkat
dan anemia lebih cepat terjadi.
b. Sistem sirkulasi
Kerusakan endotel kapiler sering terjadi pada malaria falciparum yang berat
karena terjadi peningkatan permeabilitas cairan, protein dan diapedesis
eritrosit. Kegagalan lebih lanjut aliran darah ke jaringan dan organ disebabkan
vasokonstriksi arteri kecil dan dilatasi kapiler, hal ini akan memperberat
keadaan anoksi. Pada infeksi plasmodium falciparum sering dijumpai
hipotensi ortostatik.
c. Edema pulmonum
Pada infeksi plasmodium falciparum, pneumonia merupakan komplikasi
yang sering dan umumnya akibat aspirasi atau bakteremia yang menyebar dari
tempat infeksi lain. Gangguan perfusi organ akan meningkatan permeabilitas
kapiler sehingga terjadi edema interstitial. Hal ini akan menyebabkan
disfungsi mikrosirkulasi paru. Gambaran makroskopik paru berupa reaksi
edematik, berwarna merah tua dan konsistensi keras dengan bercak
perdarahan. Gambaran mikroskopik tergantung derajat parasitemi pada saat
meninggal.
d. Hipoglikemia
9
Pada wanita hamil umumnya terjadi perubahan metabolisme karbohidrat yang
menyebabkan kecenderungan hipoglikemia terutama saat trimester terakhir. Selain
itu, sel darah merah yang terinfeksi memerlukan glukosa 75 kali lebih banyak
daripada sel darah normal.
e. Infeksi plasenta
Pada penelitian terhadap plasenta wanita hamil yang terinfeksi berat oleh
falciparum ditemukan banyak timbunan eritrosit yang terinfeksi parasit dan
monosit yang berisi pigmen di daerah intervilli. Disamping itu juga ditemukan
nekrosis sinsisial dan proliferasi sel-sel sitotrofoblas.
f. Gangguan elektrolit
Rasio natrium/kalium di eritrosit dan otot meningkat dan pada beberapa kasus
terjadi peningkatan kalium plasma pada saat lisis berat. Rasio natrium/kalium urin
sering terbalik.
Kematian janin intrauterin dapat terjadi akibat hiperpireksia, anemi berat,
penimbunan parasit di dalam plasenta yang menyebabkan gangguan sirkulasi
ataupun akibat infeksi transplasental.
g. Malaria serebral
Malaria serebral merupakan ensefalopati simetrik pada infeksi Plasmodium
falciparum dan memiliki mortalitas 20-50%. Sejumlah mekanisme patofisiologi
ditemukan antara lain obstruksi mekanis pembuluh darah serebral akibat
berkurangnya kemampuan deformabilitas eritrosit berparasit atau akibat adhesi
eritrosit berparasit pada endotel vaskuler yang akan melepaskan faktor-faktor toksik
dan akhirnya menyebabkan permeabilitas vaskuler meningkat, sawar darah otak
rusak, edema serebral dan menginduksi respon radang pada dan di sekitar pembuluh
darah serebral.
Pada janin
Malaria falciparum sangat berbahaya terutama pada trimester terakhir kehamilan
diantaranya adalah:
a. Kematian janin dalam kandungan.
10
Kematian janin intrauterin dapat terjadi akibat hiperpireksia, anemi berat,
penimbunan parasit di dalam plasenta yang menyebabkan gangguan sirkulasi
ataupun akibat infeksi transplasental
b. Abortus
Abortus pada usia kehamilan trimester I lebih sering terjadi karena demam
tinggi sedangkan abortus pada usia trimester II disebabkan oleh anemia berat.
c. Persalinan prematur .
Umumnya terjadi sewaktu atau tidak lama setelah serangan malaria yang
disebabkan oleh febris, dehidrasi, asidosis atau infeksi plasenta.
d. Bayi berat lahir rendah
Penderita malaria biasanya menderita anemi sehingga akan berakibat
terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan.
e. Malaria kongenital.
Plasenta merupakan barier utama dari parasit malaria, dan status kekebalan ibu
berperan menghambat transmisi tersebut. Oleh sebab itu pada banyak ibu-ibu yang
non imun dan semi imun terjadi transmisi malaria intra-uterin ke janin, sehingga
menyebabkan penetrasi langsung melalui villi chorion, separasi plasenta yang
prematur, dan transfusi fisiologis darah ibu ke sirkulasi darah janin di dalam uterus.
Hipnozoit - + + -
Jumlah merozoit hati 40.000 10.000 15.000 15.000
11
Pembesaran eritrosit - ++ + -
40-60 kg > 60 kg
Artesunat 3 4
H1
Amodiaquine 3 4
Artesunat 3 4
H2
Amodiaquine 3 4
H3 Artesunat 3 4
12
Amodiaquine 3 4
Sumber: Kebijakan penanganan malaria pada ibu hamil di daerah endemis (Depkes.
RI, 2009)
13
merah (eritrosit) yang selanjutnya dapat menimbulkan anemia. Lalu, mengapa
malaria memiliki dampak yang serius pada kehamilan? Karena, setiap tahunnya
lebih dari 30 juta wanita di daerah endemis menjadi hamil. Kemudian malaria
dalam kehamilan memberikan kontribusi bagi terjadinya 2-15% anemia pada ibu
hamil, 30% BBLR, dan 3-5% kematian neonatus. Pada primigravida biasanya tidak
memiliki imunitas terhadap malaria dan sangat suseptibel. Namun pada daerah
dengan transmisi malaria yang tinggi, multigravida memiliki imunitas terhadap
infeksi malaria dan mendapatkan perlindungan pada kehamilan berikutnya.
Sedangkan pada daerah dengan transmisi malaria yang rendah, multigravida
biasanya jarang terpapar dan tidak memiliki kekebalan.Kekebalan multigravida di
daerah dengan transmisi malaria yang tinggi disebabkan oleh resirkulasi dari T-
limfosit dari pembuluh darah intervillus menuju jaringan limfoid lokal yang
selanjutnya memfasilitasi imunitas lokal dimaksud. Komplikasi maternal pada
daerah endemik mencakup anemia, febrile illness, dan placental sequestration.
Sedangkan komplikasi pada daerah non-endemik mencakup resiko tinggi untuk
menderita malaria cerebral, risiko kematian yang juga tinggi, anemia, hipoglikemia,
oedem paru, dan gagal ginjal.Sedangkan komplikasi pada janin di daerah endemis
meliputi BBLR, IUGR, dan pada daerah non-endemik meliput abortus spontan,
persalinan preterm, BBLR, dan malaria kongenital.
2.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil dengan Malaria
14
didapatkan keluhan masalah kehamilannya, riwayat menstruasi, riwayat
pemenuhan kebutuhan dasar, dan data psikologis.
b. Data Objektif (O)
1) Keadaan umum
2) Tanda – tanda vital
c. Assesment (A) merupakan ringkasan dari langkah II, III dan IV dalam proses
manajemen asuhan kebidanan dimana dibuat kesimpulan berdasarkan dari data
subjektif dan objektif sebagai hasil pengambilan keputusan klinis terhadap
pasien, apakah ibu betul terkena malaria.
d. Planning (P) merupakan ringkasan dari langkah V, VI dan VII dalam proses
manajemen asuhan kebidanan dimana planning ini dilakukan berdasarkan hasil
kesimpulan dan evaluasi terhadap keputusan pasien yang diambil dalam rangka
mengatasi masalah pasien dan memenuhi kebutuhan pasien. SOAP ini dilakukan
pada asuhan terhadap ibu hamil dengan malaria pada tahap berikutnya. Pada kasus
malaria, evaluasi yang diharapkan adalah malaria sudah teratasi sehingga tidak
terjadi kelelahan, tanda -tanda vital terdiri dari tekanan darah, nadi, suhu dan
pernapasan kembali dalam batas normal, pemeriksaan laboratorium berupa
hemoglobin kembali dalam batas normal serta keadaan umum ibu sudah membaik
dan kesadaran composmentis.
15
BAB III
TINAJUAN KASUS
Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Dengan Malaria Di
Puskesmas Suka Senang Kota Jakarta Timur
NPM : 205491517003
I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS / BIODATA
Nama Ibu : Ny. Y Nama suami : Tn.O
Umur : 25 Tahun Umur : 26 Tahun
Suku/Bangsa : rejang Suku/Bangsa : rejang
Agama : islam Agama : islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan :Wiraswasta
Alamat Rumah : Jl Utan Kayu Alamat Rumah : Jl. Utan Kayu
Alamat Kantor : (021) 77221 Alamat Kantor : (021) 23123
Telepon : 0813 4256 7887 Telepon : 0821 1324 7626
16
3. Riwayat Menstruasi :
HPMT : 20 Mei 2020
HPL : 27 Maret 2020
Menarche umur : 13 tahun
Siklus : 28 Hari
Lama : 7 Hari
Banyaknya : 150 Cc
Sifat Darah : Khas
Keluhan : tidak ada
- TM III : -
5. Imunisasi
17
7. Riwayat Obstetri : G1 P0 A0 Ah0
8. Riwayat Konstrasepsi
-
9. Riwayat Kesehatan
a) Pola Nutrisi
Makan : 3 kali sehari, porsi sedang, jenis nasi,sayur, lauk pauk, dan
buah keluhan:-
Minum : 8 kali sehari, 1 gelas, jenis air putih, teh, susu
b) Pola eliminasi
18
BAK : 5 kali sehari, warna kuning jernih, bau khas,
keluhan tidak ada.
c) Pola istirahat : 7 jam per hari, keluhan kadang susah tidur
19
- Ibu sudah mempersiapkan biaya persalinan
20
Puting : menonjol, tidak lecet
Pengeluaran : belum ada kolostrum
Areola : Bersih, hiperpigmentasi
Abdomen : Simetris, tidak ada bekas luka, pembesaran sesuai umur
kehamilan,ada linea nigra
Pemeriksaan Palpasi Leopold :
Leopold I : Fundus terisi bagian yang lunak kurang melenting dan
kurang bundar kesimpulan bokong.
Leopold II : Teraba keras, mendatar seperti papan di sebelah kiri
kesimpulan punggung kiri.
Leopold III : Perut bagian bawah teraba bulat, keras, melenting.
Kesimpulan presentasi kepala.
Leopold IV :-
TFU : setinggi pusat, 24 cm di atas sympisis
DJJ : 120/ menit
TBJ : ( TFU-12) x 155 = (24-12) x 155 = 12 x 155= 1860 gram
Genitalia : tidak ada odem, tidak ada varises,
Anus : tidak ada hemoroid
Ekstremitas atas : simetris, tidak ada oedem, jumlah jari normal
Ekstremitas bawah : simetris, tidak ada oedem, jumlah jari normal
Pemeriksaan Panggul Luar :
Tidak dilakukan pemeriksaan
c. Data Penunjang :
Pemeriksaan Laboratorium :
Tanggal : 3 November 2020
21
II. INTERPRETASI DATA
1. Diagnosa :
Ny. Y Umur 25 Tahun G0P0A0 Umur Kehamilan 24 Minggu Dengan
Malaria
2. Masalah : demam, menggigil, nyeri otot dan anemia
3. Kebutuhan :
- Memberi penjelasan tentang malaria dan pengaruh terhadap kehamilan serta
penanganannya sehingga ibu tidak khawatir
- Melakukan kolaborasi dan Rujuk
II. ANTISIPASI MASALAH / MASALAH POTENSIAL
Janin : abortus, lahir mati, lahir premature, BBLR
Ibu : anemia Berat, edema paru, malaria serebral, hipoglikemia, kematian
III. TINDAKAN SEGERA
Bidan perlu melakukan kolaborasi dan rujukan pada ibu hamil dengan malaria
IV. PERENCANAAN
1. Beri penjelasan mengenai hasil pemeriksaan dan kondisi kehamilan ibu
2. Lakukan diskusi dengan ibu dan keluarga mengenai malaria, pengaruh
malaria terhadap kehamilan, serta pencegahan dan penanganan malaria
3. Kolaborasi dengan dr.SpOG dalam pemberian terapi anti
malaria(kemopropilaksis) dan anti piretik
4. Beri Suplemen besi : 300 mg sulfas ferrosus (60 mg elemen besi)/hari, dan 1
mg folic acid / hari untuk mencegah anemia berat
5. Beritahu ibu cara minum, efek samping obat/terapi anti
malaria(kemoprofilaksis) dan anti piretik
6. Anjurkan ibu untuk melakukan perilaku hidup sehat dan makan makanan
bernutrisi, dan mengurangi kontak dengan vector, misalnya memakai
kelambu yang telah dicelup insektisida (misal : permethrin) insektisida
mengurangi prevalensi parasitemia, khususnya densitas tinggi, insidens klinis
dan mortalitas malaria , Pemakaian celana panjang dan kemeja lengan
panjang, Pemakaian penolak nyamuk (repellent), Pemakaian obat nyamuk
(baik semprot, bakar dan obat nyamuk listrik), Pemakaian kawat nyamuk pada
pintu-pintu dan jendela
22
Antisipasi kemungkinan infeksi
Tambahkan
Rawat inap jika memerlukan konservasi
Pantau dan tata laksana infeksi
7. Kontrol ulang keesokan hari untuk melakukan pemeriksaan HB dan lab ulang
8. Jika hasil lab parasitemia>5% dan termasuk malaria berat maka perlu
dilakukan rujukan ke RS dengan menggunakan BAKSOKU
V. PELAKSANAAN
1. Menjelasan mengenai hasil pemeriksaan dan kondisi kehamilan ibu
TD : 150/100 mmHg
Suhu : 38,50 C
Nadi : 80 kali/menit
Respirasi : 20 kali/menit
2. Melakukan diskusi dengan ibu dan keluarga mengenai malaria, pengaruh
malaria terhadap kehamilan, serta pencegahan dan penanganan malaria
3. Melakukan kolaborasi dengan dr.SpOG dalam pemberian terapi anti
malaria(kemopropilaksis) dan anti piretik
4. Memberikan suplemen besi : 300 mg sulfas ferrosus (60 mg elemen besi)/hari,
dan 1 mg folic acid / hari untuk mencegah anemia berat
5. Memberitahu ibu cara minum, efek samping obat/terapi anti
malaria(kemoprofilaksis) dan anti piretik
6. Menganjurkan ibu untuk melakukan perilaku hidup sehat dan makan makanan
bernutrisi, dan mengurangi kontak dengan vector, misalnya memakai
kelambu yang telah dicelup insektisida (misal : permethrin) insektisida
mengurangi prevalensi parasitemia, khususnya densitas tinggi, insidens klinis
dan mortalitas malaria , Pemakaian celana panjang dan kemeja lengan
panjang, Pemakaian penolak nyamuk (repellent), Pemakaian obat nyamuk
(baik semprot, bakar dan obat nyamuk listrik), Pemakaian kawat nyamuk pada
pintu-pintu dan jendela
7. Menjadwalkan kontrol ulang keesokan hari untuk melakukan pemeriksaan
HB dan lab ulang
23
8. Jika hasil lab parasitemia>5% dan termasuk malaria berat maka perlu
dilakukan rujukan ke RS dengan menggunakan BAKSOKU
VI. EVALUASI
1. Ibu mengetahui hasil pemeriksaan dan kondisi kehamilan ibu
2. Ibu dan keluarga mengetahui dan mengerti mengenai malaria, pengaruh
malaria terhadap kehamilan, serta pencegahan dan penanganan malaria
3. Ibu bersedia dan telah dilakukan kolaborasi dengan dr.SpOG dalam
pemberian terapi anti malaria(kemopropilaksis) dan anti piretik
4. Ibu telah diberikan suplemen besi : 300 mg sulfas ferrosus (60 mg elemen
besi)/hari, dan 1 mg folic acid / hari untuk mencegah anemia berat
5. Ibu mengetahui cara minum, efek samping obat/terapi anti
malaria(kemoprofilaksis) dan anti piretik
6. Ibu bersedia melakukan anjuran untuk berperilaku hidup sehat dan makan
makanan bernutrisi, dan mengurangi kontak dengan vector.
7. Ibu bersedia untuk kontrol ulang keesokan hari untuk melakukan pemeriksaan
HB dan lab ulang
8. Ibu bersedia jika hasil lab parasitemia>5% dan termasuk malaria berat untuk
dilakukan rujukan.
Jakarta, ……………………….
Mengetahui,
24
BAB IV
PEMBAHASAN
asuhan kebidanan dengan tujuh langkah varney, yaitu pengumpulan data dasar,
asuhan kebidanan.
25
diagnosa atau masalah potensial ini benar-benar terjadi berdasarkan diagnosis
atau masalah yang sudah diidentifikasi. Dalam merumuskan diagnosa atau
masalah potensial dengan manajemen asuhan kebidanan adalah pengambilan
keputusan untuk mempersiapkan segala sesuatu yang mungkin terjadi dan
membahayakan klien.
26
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Manajemen asuhan kebidanan pada ibu hamil “Ny. Y” umur 25 tahun G1P0A0
AH0 umur kehamilan 24 minggu dengan malaria di PMB Suka Senang tahun 2020
dengan pendekatan manajemen 7 langkah varney dan sudah dilakukan
pendokumentasian varney pada Ny. Y umur 25 tahun G1P0A0 dengan Malaria,
pendokumentasian dilakukan pada kasus ini terjadi tanggal 05 November 2020
5.2 Saran
1. Bagi lahan
Diharapkan dapat mempertahankan mutu pelayanan terhadap pasien
khususnya pasien yang membutuhkan konseling tentang kehamilan
dengan malaria
2. Bagi profesi bidan
Diharapkan mampu mengaplikasikan teori yang telah didapat
khususnya mengenai kehamilan dengan malaria
3. Bagi Institusi Profesi Bidan
Diharapkan terus memperbaharui kajian teori-teori kebidanan
khususnya teori kehamilan dengan malaria.
27
DAFTAR PUSTAKA
Harijanto PN. Gejala Klinik Malaria. Dalam : Harijanto PN, ed. Malaria
Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan. Jakarta : EGC,
cetakan pertama, 2006; 151-65. Menendezab C, Mayor A. Congenital malaria:
The least known consequence of malaria in pregnancy. Semin Fetal Neonatal
Med June 2007;12(3):207-213Suparman E, Suryawan A. Malaria pada
Kehamilan. Jurnal Kesehatan Masyarakat 2004; 4(1) :21-40.
28