“Fisiologi Persalinan”
Disusun Guna Memenuhi Tugas Asuhan Kebidanan Persalinan
Dosen Pengampu:
Ibu Dra. Henny Novita, SST., MA.Kes.
Disusun Oleh :
Kelompok 1 Tingkat 2B Kebidanan
Aisyah Sayyidatul P17124021042
Segala puji kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia yang diberikan, sehingga makalah Asuhan Kebidanan Persalinan mengenai
“Fisiologi Persalinan” ini bisa terselesaikan dengan baik.
Dalam penyusunan makalah ini, kami mengucapkan terimakasih sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini.
Adapun pihak-pihak tersebut antara lain:
1. Allah SWT yang selalu menjadi penuntun dan yang menyertai kami
dalam menyelesaikan penyusunan makalah ini.
2. Kedua orang tua yang selalu mendukung dan mendoakan kami.
3. Ibu Fitrah Ivana Paisal, SST., M.Keb. Selaku dosen penangung jawab
mata kuliah Asuhan Kebidanan Persalinan.
4. Ibu Dra.Henny Novita, SST., MA.Kes. Selaku dosen pembimbing
mata kuliah Asuhan Kebidanan Persalinan.
Materi yang kami sampaikan dalam makalah ini tentunya masih jauh dari
kesempurnaan, karena kami juga masih dalam tahap pembelajaran. Oleh karena
itu arahan, koreksi, dan saran yang membangun sangat kami harapkan. Semoga
makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……...……………………………………………… 1
KATA PENGANTAR…………………………………..……………….. 2
DAFTAR ISI................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 5
1.3 Tujuan Makalah..................................................................................... 5
1.4 Manfaat Makalah................................................................................... 5
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 25
LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................... 26
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
Rasa tidak nyaman selama persalinan disebabkan oleh dua hal, pada
tahap pertama persalinan, kontraksi rahim menyebabkan (1) dilatasi dan
penipisan servik serta (2) iskemia rahim (penurunan aliran darah sehingga
oksigen lokal mengalami defisit) akibat kontraksi arteri
myometrium.Kemajuan persalinan pada kala I fase aktif merupakan saat paling
melelahkan, berat, dan kebanyakan ibu mulai merasakan nyeri. Dalam fase ini
ibu merasakan nyeri hebat karena kegiatan rahim mulai lebih aktif.Kontraksi
semakin lama, semakin kuat dan sering yang dapat menimbulkan
kecemasan.Kecemasan pada ibu bersalin kala I bisa berdampak meningkatnya
sekresi adrenalin, yang dapat menyebabkan vasokonstriksi sehingga suplai
oksigen ke janin menurun. Penurunan aliran darah menyebabkan melemahnya
kontraksi rahim dan berakibat memanjangnya proses persalinan sehingga dapat
menyebabkan persalinan lama.
5
sendiri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
2.1.2 Jenis persalinan
Menurut Kusumawardani (2019) jenis-jenis persalinan dibagi
menjadi tiga, diantaranya:
1. Persalinan yang spontan adalah suatu proses persalinan secara
langsung menggunakan kekuatan ibu sendiri.
2. Persalinan buatan adalah suatu proses persalinan yang
berlangsung dengan bantuan atau pertolongan dari luar, seperti:
ekstraksi forceps (vakum) atau dilakukan operasi section
caesaerea (SC).
3. Persalinan anjuran adalah persalinan yang terjadi ketika bayi
sudah cukup mampu bertahan hidup diluar rahim atau siap
dilahirkan. Tetapi, dapat muncul kesulitan dalam proses
persalinan, sehingga membutuhkan bantuan rangsangan dengan
pemberian pitocin atau prostaglandin (Kusumawardani, 2019).
2.1.3 Faktor – Faktor dalam Persalinan
Menurut (Saragih, 2017), ada beberapa faktor yang
mempengaruhi proses persalinan normal yang dikenal dengan istilah
5P, yaitu: Power, Passage, Passenger, Psikis ibu bersalin, dan
Penolong persalinan yang dijelaskan dalam uraian berikut:
1. Power (tenaga)
Power (tenaga) merupakan kekuatan yang mendorong janin
untuk lahir. Dalam proses kelahiran bayi terdiri dari 2 jenis tenaga,
yaitu primer dan sekunder. Primer: berasal dari kekuatan kontraksi
uterus (his) yang berlangsung sejak muncul tanda-tanda persalinan
hingga pembukaan lengkap. Sekunder: usaha ibu untuk mengejan
yang dibutuhkan setelah pembukaan lengkap.
2. Passenger (janin)
Faktor lain yang berpengaruh terhadap persalinan adalah
faktor janin, yang meliputi berat janin, letak janin, posisi sikap
janin (habilitus), serta jumlah janin. Pada persalinan normal yang
berkaitan dengan passenger antara lain: janin bersikap fleksi
7
dimana kepala, tulang punggung, dan kaki berada dalam keadaan
fleksi, dan lengan bersilang di dada. Taksiran berat janin normal
adalah 2500-3500 gram dan DJJ normal yaitu 120-160x/menit.
3. Passage (jalan lahir)
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yaitu bagian tulang
padat, dasar panggul, vagina dan introitus vagina (lubang luar
vagina). Meskipun jaringan lunak, khususnya lapisan-lapisan otot
dasar panggul ikut menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu
jauh lebih berperan dalam proses persalinan. Oleh karena itu,
ukuran dan bentuk panggul harus ditentukan sebelum persalinan
dimulai.
4. Psikis ibu bersalin
Persalinan dan kelahiran merupakan proses fisiologis yang
menyertai kehidupan hampir setiap wanita. Pada umumnya
persalinan dianggap hal yang menakutkan karena disertai nyeri
hebat, bahkan terkadang menimbulkan kondisi fisik dan mental
yang mengancam jiwa. Nyeri merupakan fenomena yang subjektif,
sehingga keluhan nyeri persalinan setiap wanita tidak akan sama,
bahkan pada wanita yang samapun tingkat nyeri persalinannya
tidak akan sama dengan nyeri persalinan yang sebelumnya.
Sehingga persiapan psikologis sangat penting dalam menjalani
persalinan. Jika seorang ibu sudah siap dan memahami proses
persalinan maka ibu akan mudah bekerjsama dengan petugas
kesehatan yang akan menolong persalinannya.
Dalam proses persalinan normal, pemeran utamanya adalah
ibu yang disertai dengan perjuangan dan upayanya. Sehingga ibu
harus meyakini bahwa ia mampu menjalani proses persalinan
dengan lancar. Karena jika ibu sudah mempunyai keyakinan
positif maka keyakinan tersebut akan menjadi kekuatan yang
sangat besar saat berjuang mengeluarkan bayi. Sebaliknya, jika ibu
8
tidak semangat atau mengalami ketakutan yang berlebih maka
akan membuat proses persalinan menjadi sulit.
5. Penolong persalinan
Orang yang berperan sebagai penolong persalinan adalah
petugas kesehatan yang mempunyai legalitas dalam menolong
persalinan, antara lain: dokter, bidan, perawat maternitas dan
petugas kesehatan yang mempunyai kompetensi dalam
pertolongan persalinan, menangani kegawataruratan serta
melakukan rujukan jika diperlukan. Petugas kesehatan yang
memberi pertolongan persalinan dapat menggunakan alat
pelindung diri, serta melakukan cuci tangan untuk mencegah
terjadinya penularan infeksi dari pasien.
Pemanfaatan pertolongan persalinan oleh tenaga
professional di masyarakat masih sangat rendah dibandingkan
dengan target yang diharapkan. Pemilihan penolong persalinan
merupakan faktor yang menentukan terlaksananya proses
persalinan yang aman (Nurhapipa, 2015).
9
BAB III
PEMBAHASAN
10
bila dindingnya teregang oleh isi yang bertambah maka timbul
kontraksi untuk mengeluarkan isinya. Demikian pula dengan rahim,
maka dengan majunya kehamilan makin teregang otot-otot dan otot-
otot rahim makin rentan. Contoh, pada kehamilan ganda sering terjadi
kontraksi setelah keregangan tertentu sehingga menimbulkan proses
persalinan.(Ari Kurniarum, S.SiT., 2016)
11
3.2 Tahapan Persalinan
1. Kala I
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan
pembukaan servix hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm).
Persalinan kala I berlangsung 18 – 24 jam.
Menurut Girsang beberapa jam terakhir dalam kehamilan ditandai
adanya kontraksi uterus yang menyebabkan penipisan, dilatasi
serviks, dan mendorong janin keluar melalui jalan lahir normal.
Persalinan kala satu disebut juga sebagai proses pembukaan yang
dimulai dari pembukaan nol sampai pembukaan lengkap (10cm)
(Girsang, 2017).
Kala satu persalinan terdiri dari 2 fase, yaitu sebagai berikut.
1. Fase Laten
Fase laten dimulai dari permulaan kontraksi uterus yang
regular sampai terjadi dilatasi serviks yang mencapai ukuran
diameter 3 cm. Fase ini berlangsung selama kurang lebih 6 jam.
Pada fase ini dapat terjadi perpanjangan apabila ada ibu yang
mendapatkan analgesic atau sedasi berat selama persalinan. Pada
fase ini terjadi akan terjadi ketidaknyamanan akibat nyeri yang
berlangsung secara terus- menerus.
2. Fase Aktif
Selama fase aktif persalinan, dilatasi serviks terjadi lebih
cepat, dimulai dari akhir fase laten dan berakhir dengan dilatasi
serviks dengan diameter kurang lebih 4 cm sampai dengan 10
cm. Pada kondisi ini merupakan kondisi yang sangat sulit karena
kebanyakan ibu merasakan ketidaknyamanan yang berlebih yang
disertai kecemasan dan kegelisahan untuk menuju proses
melahirkan.
12
Gambar 3.2 Pembukaan Kala I
2. Kala II
Kala II atau Kala Pengeluaran adalah periode persalinan yang
dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai lahirnya bayi (Yanti,
2010). Proses ini berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada
multigravida. Pada kala ini his lebih cepat dan kuat, kurang lebih 2-3
menit sekali. Pada banyak nulipara, masuknya kepala terjadi sebelum
persalinan dimulai. Demikianlah, kepala mungkin belum turun lebih
lanjut sampai persalinan tahap lanjut. Tanda-tanda bahwa kala II
persalinan sudah dekat adalah:
1. Ibu ingin meneran
2. Perineum menonjol
3. Vulva vagina dan sphincter anus membuka
4. Jumlah pengeluaran air ketuban meningkat
5. His lebih kuat dan lebih cepat 2-3 menit sekali.
6. Pembukaan lengkap (10 cm )
7. Pada Primigravida berlangsung rata-rata 1.5 jam dan multipara
rata-rata 0.5 jam
8. Pemantauan
a) Tenaga atau usaha mengedan dan kontraksi uterus
b) Janin yaitu penurunan presentasi janin dan kembali
normalnya detak jantung bayi setelah kontraksi
Mekanisme Kelahiran Normal
1. Masuknya kepala janin dalam PAP
Masuknya kepala ke dalam PAP terutama pada
primigravida terjadi pada bulan terakhir kehamilan tetapi pada
multipara biasanya terjadi pada permulaan persalinan. Masuknya
13
kepala ke dalam PAP biasanya dengan sutura sagitalis melintang
menyesuaikan dengan letak punggung (Contoh: apabila dalam
palpasi didapatkan punggung kiri maka sutura sagitalis akan teraba
melintang kekiri/ posisi jam 3 atau sebaliknya apabila punggung
kanan maka sutura sagitalis melintang ke kanan/posisi jam 9) dan
pada saat itu kepala dalam posisi fleksi ringan.
Jika sutura sagitalis dalam diameter anteroposterior dari
PAP maka masuknya kepala akan menjadi sulit karena menempati
ukuran yang terkecil dari PAP. Jika sutura sagitalis pada posisi di
tengah-tengah jalan lahir yaitu tepat di antara symphysis dan
promontorium, maka dikatakan dalam posisi ”synclitismus” pada
posisi synclitismus os parietale depan dan belakang sama
tingginya.
Jika sutura sagitalis agak ke depan mendekati symphisis
atau agak ke belakang mendekati promontorium, maka yang kita
hadapi adalah posisi ”asynclitismus”. Acynclitismus posterior
adalah posisi sutura sagitalis mendekati symphisis dan os parietale
belakang lebih rendah dari os parietale depan. Acynclitismus
anterior adalah posisi sutura sagitalis mendekati promontorium
sehingga os parietale depan lebih rendah dari os parietale
belakang. Pada saat kepala masuk PAP biasanya dalam posisi
asynclitismus posterior ringan. Pada saat kepala janin masuk PAP
akan terfiksasi yang disebut dengan engagement.
14
Gambar 3.5
Asynclitismus Posterior
15
yang berulang-ulang, kepala mengadakan rotasi yang disebut
sebagai putaran paksi dalam
16
5. Ekstensi
Setelah putaran paksi dalam selesai dan kepala sampai di
dasar panggul, terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala. Hal ini
disebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul
mengarah ke depan di atas, sehingga kepala harus mengadakan
ekstensi untuk dapat melewati pintu bawah panggul. Dalam rotasi
UUK akan berputar ke arah depan, sehingga di dasar panggul
UUK berada di bawah simfisis, dengan suboksiput sebagai
hipomoklion kepala mengadakan gerakan defleksi untuk dapat
dilahirkan. Pada saat ada his vulva akan lebih membuka dan
kepala janin makin tampak. Perineum menjadi makin lebar dan
tipis, anus membuka dinding rektum. Dengan kekuatan his dan
kekuatan mengejan, maka berturut-turut tampak bregmatikus,
dahi, muka, dan akhirnya dagu dengan gerakan ekstensi. Sesudah
kepala lahir, kepala segera mengadakan rotasi, yang disebut
putaran paksi luar
6. Ekstensi
Setelah putaran paksi dalam selesai dan kepala sampai di
dasar panggul, terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala. Hal ini
disebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul
mengarah ke depan di atas, sehingga kepala harus mengadakan
ekstensi untuk dapat melewati pintu bawah panggul. Jika tidak
terjadi ekstensi maka kepala akan tertekan pada perineum dan
menembusnya. Kepala bekerja dengan 2 kekuatan yaitu satu
mendesak ke bawah dan satunya lagi menolak ke atas karena
17
adanya tahanan dasar panggul. Setelah subocciput tertahan di
pinggir bawah symphysis, maka yang dapat maju adalah bagian
yang berhadapan dengan subocciput
7. Putaran paksi luar
Putaran paksi luar adalah gerakan kembali sebelum putaran
paksi dalam terjadi, untuk menyesuaikan kedudukan kepala
dengan punggung janin. Bahu melintasi PAP dalam posisi miring.
Di dalam rongga panggul bahu akan menyesuaikan diri dengan
bentuk panggul yang dilaluinya hingga di dasar panggul, apabila
kepala telah dilahirkan bahu akan berada dalam posisi depan
belakang. Selanjutnya dilahirkan bahu depan terlebih dulu baru
kemudian bahu belakang, kemudian bayi lahir seluruhnya.
19
dimulainya masa nifas (puerpurium), mengingat pada masa ini sering
timbul pendarahan (Yanti, 2010).
Observasi yang dilakukan pada kala IV adalah :
a. Tingkat kesadaran ibu bersalin.
b. Pemeriksaan TTV: TD, nadi, suhu, respirasi.
c. Kontraksi uterus.
d. Terjadinya pendarahan. pendarahan dianggap masih
normal jika jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500 cc.
e. Isi kandung kemih.
20
bayi. Mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan
yang tinggi bagi ibu dan bayinya melalui berbagai upaya yang terintegrasi
dan lengkap serta intervensi minimal dengan asuhan kebidanan persalinan
yang adekuat sesuai dengan tahapan persalinan sehingga prinsip keamanan
dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal.
21
3) Lamanya his pendek, tidak bertambah kuat dengan majunya waktu
dan bila dibawa jalan malah sering berkurang.
4) Tidak ada pengaruh pada pendataran atau pembukaan cervix
d. Perubahan cervix
Pada akhir bulan ke-IX hasil pemeriksaan cervix menunjukkan bahwa
cervix yang tadinya tertutup, panjang dan kurang lunak, kemudian
menjadi lebih lembut, dan beberapa menunjukkan telah terjadi
pembukaan dan penipisan. Perubahan ini berbeda untuk masingmasing
ibu, misalnya pada multipara sudah terjadi pembukaan 2 cm namun
pada primipara sebagian besar masih dalam keadaan tertutup.
e. Energy Sport
Beberapa ibu akan mengalami peningkatan energi kira-kira 24-28 jam
sebelum persalinan mulai. Setelah beberapa hari sebelumnya merasa
kelelahan fisik karena tuanya kehamilan maka ibu mendapati satu hari
sebelum persalinan dengan energi yang penuh. Peningkatan energi ibu
ini tampak dari aktifitas yang dilakukannya seperti membersihkan
rumah, mengepel, mencuci perabot rumah, dan pekerjaan rumah
lainnya sehingga ibu akan kehabisan tenaga menjelang kelahiran bayi,
sehingga persalinan menjadi panjang dan sulit.
f. Gastrointestinal Upsets
Beberapa ibu mungkin akan mengalami tanda-tanda seperti diare,
obstipasi, mual dan muntah karena efek penurunan hormon terhadap
sistem pencernaan
2. Tanda – Tanda Persalinan
Menjelang minggu ke 36 pada primigravida terjadi penurunan
fundus uterus karena kepala bayi sudah masuk ke dalam pintu atas panggul
(PAP). Gambaran lightening pada primigravida menunjukkan hubungan
normal antara power (his) ; passage (jalan lahir ) ; passanger (penumpang).
Pada multipara gambarannya menjadi tidak jelas seperti primigravida,
karena masuknya kepala janin ke dalam panggul terjadi bersamaan dengan
22
proses persalinan (Sulistyawati, 2013). Berikut adalah tanda-tanda
dimulainya persalinan menurut Jenny J.S Sondakh (2013) :
1) Terjadinya his persalinan saat terjadi his ini pinggang terasa sakit dan
menjalar kedepan, sifatnya teratur, interval lebih pendek, dan kekuatan
makin besar, serta semakin beraktivitas (jalan) kekuatan akan makin
bertambah.
2) Pengeluaran lendir dengan darah. Terjadinya his persalinan
mengakibatkan terjadinya perubahan pada serviks yang akan
menimbulakan pendataran dan pembukaan. Hal tersebut menyebabkan
lendir yang terdapat pada kanalis servikalis lepas dan pembuluh darah
pecah sehingga terjadi pendarahan.
3) Pada beberapa kasus persalinan akan terjadi pecah ketuban. Sebagian
besar, keadaan ini terjadi menjelang pembukaan lengkap. Setelah
adanya pecah ketuban, diharapkan proses persalinan akan berlangsung
kurang dari 24 jam.
4) Hasil-hasil yang di dapatkan dari pemeriksaan dalam yakni pelunakan
serviks, pendarahan serviks, dan pembukaan serviks.
Tabel 2.1 Karakteristik Persalinan Sesungguhnya dan Persalinan Semu
Persalinan sesungguhnya Persalinan semu
23
Ada hubungan antara tingkat Tidak ada hubungan antara tingkat
kekuatan kontraksi dengan kekuatan kontraksi uterus dengan
intensitas nyeri intensitas nyeri
Lendir darah sering tampak Tidak ada lendir darah
Ada penurunan bagian kepala janin Tidak ada kemajuan penurunan
bagian terendah janin
Kepala janin sudah terfiksasi di Kepala belum masuk PAP walau
PAP diantara kontraksi ada kontraksi
Sumber: Sumarah, 2011
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Bidan sebagai mitra perempuan merupakan tenaga profesional yang
bertanggung jawab dalam memberikan asuhan komprehensif (Homer,dkk,
2014). Persalinan merupakan kejadian fisiologis yang merupakan peristiwa
sosial, dimana ibu dan keluarga menantikannya selama sembilan bulan.
Ketika proses persalinan di mulai, peranan ibu sangat penting untuk
melahirkan bayinya.
Pelahiran bayi adalah periode dari awitan kontraksi uterus yang
regular sampai ekspulsi plasenta (Cunningham et al, 2013). Mendekati
proses persalinan bayangan akan rasa nyeri seringkali menghantui ibu hamil
menjelang persalinan. Persalinan yang berlangsung aman bukan berarti suatu
persalinan itu tanpa disertai rasa nyeri atau sakit.Meskipun sebagian besar
para wanita sudah mengerti bahwa persalinan selalu disertai rasa nyeri,
namun tidak bisa di pungkiri bahwa hanya sedikit wanita yang siap
menghadapi saat persalinan.
Rasa tidak nyaman selama persalinan disebabkan oleh dua hal, pada
tahap pertama persalinan, kontraksi rahim menyebabkan (1) dilatasi dan
penipisan servik serta (2) iskemia rahim (penurunan aliran darah sehingga
oksigen lokal mengalami defisit) akibat kontraksi arteri myometrium.
24
4.2 Saran
Mahasiswa kebidanan harus belajar memahami tentang Fisiologi
Persalinan untuk Menegakkan Diagnosa Kebidanan. Kepada para pembaca
diharapkan untuk memahami makalah tentang “Fisiologi Persalinan”
Sederhana untuk Menegakkan Diagnosa Kebidanan” ini agar untuk
kedepannya lebih terbiasa sehingga saat menghadapi pasien nanti semakin
menjadi tenaga kesehatan khususnya seorang Bidan yang profesional.
DAFTAR PUSTAKA
Sulisdian, dkk. 2019. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru
Lahir, Surakarta: CV Oase Group.
Kurniarum Ari. 2016. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta
. Pusdik SDM Kesehatan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber
Daya Kesehatan.
Sulfianti, dkk. 2020. Asuhan Kebidanan Pada Persalinan . Yayasan Kita Menulis.
Medan.
Departemen Kesehatan RI. (2012). Asuhan Persalinan Normal
25
LEMBAR PERSETUJUAN
26