DISUSUN OLEH :
Nama: Nurwatini
Nim: PO7120120019
PROGRAM STUDI
POLITEKNIK KESEHATAN PALU
D3 KEPERAWATAN PALU
2022
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
Keperawatan Maternitas mengenai Pertolongan persalinan. Dalam penyusunan
makalah ini, kami mendapatkan banyak pengarahan dan bantuan dari berbagai
pihak, untuk itu dalam kesempatan ini kami tidak lupa mengucapkan terima kasih
kepada dosen pembimbing, kami dan semua pihak yang telah membantu dalam
penulisan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini
masih jauh dari sempurna. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
untuk perbaikan di masa mendatang. Akhir kata semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan semua pihak yang
membacanya.
Nurwatini
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.2 Tujuan.......................................................................................................2
2.1 Pengertian.................................................................................................3
2.2 Etiologi.....................................................................................................3
3.1 Pengkajian..............................................................................................19
BAB IV PENUTUP..............................................................................................28
4.1 Kesimpulan............................................................................................28
DAFTAR PUSAKA..............................................................................................30
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Persalinan yang bersih dan aman serta pencegahan kajian dan bukti ilmiah
menunjukan bahwa asuhan persalinan bersih, aman dan tepat waktu merupakan
salah satu upaya efektif untuk mencegah kesakitan dan kematian.
Penatalaksanaan komplikasi yang terjadi sebelum, selama dan setelah
persalinan. Dalam upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu perlu
diantisipasi adanya keterbatasan kemampuan untuk menatalaksanakan
komplikasi pada jenjang pelayanan tertentu. Kompetensi petugas, pengenalan
jenis komplikasi dan ketersediaan sarana pertolongan menjadi penentu bagi
keberhasilan penatalaksanaan komplikasi yang umumnya akan selalu berada
menurut derajat keadaan dan tempat terjadinya.
1
Asuhan persalinan kala I, II, III, dan IV memegang kendali penting pada
ibu selama persalinan karena dapat membantu ibu dalam mempermudah
proses persalinan, membuat ibu lebih yakin untuk menjalani proses persalinan
serta untuk mendeteksi komplikasi yang mungkin terjadi selama persalinan dan
ketidaknormalan dalam proses persalinan.
1.2 TUJUAN
a. Tujuan umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada ibu bersalin kala I, II, III,
dan IV
b. Tujuan khusus
1. Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan persalinan
normal.
2. Mampu menemukan masalah keperawatan pada pasien dengan
persalinan normal.
3. Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan
persalinan normal.
4. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan
persalinan normal.
5. Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan pada pasien dengan
persalinan normal.
6. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada pasien
dengan persalinan normal.
2
BAB II
KONSEP DASAR
2.1 Pengertian
Persalinan adalah suatu proses dimana fetus dan plasenta keluar darI
uterus, ditandai dengan peningkatan aktifitas myometrium (frekuensi dan
intensitas kontraksi) yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks
serta keluarnya lendir darah (show) dari vagina. Persalinan dan kelahiran
normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup
bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang
berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada
janin. (Prawirohardjo, 2001).
2.2 Etiologi
1) Teori Kerenggangan
3
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas
tertentu. Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga
persalinan dapat dimulai.
2) Teori Penurunan Progesteron
Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur hamil 28 minggu,
dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah
mengalami penyempitan dan buntu. Produksi progesteron
mengalami penurunan, sehingga oto rahim mulai berkontraksi
setelah tercapai tingkat penurunan progesteron tertentu.
3) Teori Oksitoksin
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar Hipofisi Pars Paterior.
Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat
mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga sering terjadi kontraksi
Braxton Hicks. Menurunnya konsentrasi progesteron akibat tuanya
kehamilan maka oksitosin dapat meningkatkan aktivitas, sehingga
persalinan dapat dimulai.
4) Teori Pengaruh Prostaglandin
Konsentrasi prostaglandin meningkat pada usia kehamilan 15
minggu yang dikeluarkan oleh desidua. Pemberian prostaglandin
saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil
konsepsi dikeluarkan. Prostaglandin dianggap dapat merupakan
pemicu terjadinya persalinan (Rohani, 2011:5).
5) Teori Berkurangnya Nutrisi
Teori ini ditemukan pertama kali oleh Hipokrates. Bila nutrisi pada
janin berkurang, maka hasil konsepsi akan segera dikeluarkan
(Sumarah, 2009:4)
6) Faktor Lain
Tekanan pada ganglion servikale dari pleksus frankerhauser yang
terletak di belakang serviks. Bila ganglion ini tertekan maka
kontraksi uterus dapat dibangkitkan ((Sumarah, 2009:4)
4
2.3 Tanda dan Gejala Persalinan
Tanda-tanda persalinan Menurut Aprilia (2011:113) tanda-tanda
persalinan meliputi:
1) Tanda persalinan sudah dekat
a. Terjadi lightening
Yaitu kepala turun memasuki PAP, pada primigravida akan terjadi
lightening menjelang minggu ke-36. Lightening menyebabkan:
1. Terasa ringan dibagian atas dan rasa sesaknya berkurang.
2. Dibagian bawah terasa sesak.
3. Terjadi kesulitan saat berjalan dan sering miksi.
b. Terjadi his permulaan
Sifat his permulaan atau palsu:
1. Rasa nyeri ringan dibagian bawah.
2. Datangnya tidak teratur dan durasinya pendek.
3. Tidak ada perubahan pada serviks dan tidak bertambah bila
beraktivitas.
2) Tanda pasti persalinan
Terjadi his persalinan yang sifatnya:
1. Teratur, interval makin pendek, kekuatan makin bertambah jika
beraktifitas dan mempunyai pengaruh pada perubahan serviks.
2. Pinggang terasa sakit dan menjalar ke depan.
3. Keluar lendir darah serta cairan ketuban.
1. Kala I
5
a. Fase laten
b. Fase aktif
2. Kala II
Menurut Aprilia (2011:116) tanda dan gejala yang terjadi pada kala II,
yaitu:
6
e) Peningkatan pengeluaran lendir dan darah.
b. Tanda pasti Kala II
a) Pembukaan lengkap.
b) Terlihat kepala di introitus vagina, kepala tampak di depan
vulva dengan diameter 5-6 atau disebut juga dengan croning.
3. Kala III
Kala III dimulai dari lahirnya bayi hingga pengeluaran plasenta. Lama
kala III pada primigravida dan multigravida 6 hingga 15 menit.
1. Metode schultze
7
Metode yang lebih umum terjadi, plasenta terlepas dari satu
titik dan merosot ke vagina melalui lubang dalam kantong amnion,
permukaan fetal plasenta muncul pada vulva dengan selaput
ketuban yang mengikuti di belakang seperti payung terbalik saat
terkelupas dari dinding uterus. Permukaan maternal plasenta tidak
terlihat dan bekuan darah berada dalam kantong yang terbalik,
kontraksi dan retraksi otot uterus yang menimbulkan pemisahan
plasenta juga menekan pembuluh darah dengan kuat dan
mengontrol perdarahan. Hal tersebut terjadi karena terdapat serat
otot oblik dibagian atas segmen uterus.
8
2. Klein Sewaktu ada his, rahim didorong sedikit, bila tali pusat
kembali berarti plasenta belum terlepas, tetapi bila plasenta diam
atau turun berarti plasenta sudah lepas.
3. Strassman Tegangkan tali pusat dan ketok pada fundus, bila tali
pusat bergetar berarti plasenta belum terlepas, tetapi apabila
plasenta tidak bergetar berarti sudah terlepas.
d. Tanda pelepasan plasenta
Menurut Aprilia (2011:117) tanda pelepasan plasenta
adalah sebagai berikut:
1. Tali pusat bertambah panjang.
2. Perubahan ukuran dan bentuk uterus dari bentuk diskoid
menjadi globuler dan keras.
3. Semburan darah secara tiba-tiba.
4. Fundus uteri naik ke atas, lebih tinggi sedikit diatas pusat.
e. Manajemen aktif kala III
Tujuannya untuk mempersingkat kala III, mengurangi
jumlah kehilangan darah, dan mengurangi kejadian retensio
plasenta dengan pemberian suntikan oksitosin 1 menit pertama
setelah bayi lahir, melakukan penegangan tali pusat terkendali dan
masase fundus uteri (Rohani dkk.,2011:208)
4. Kala IV
9
Menurut Halminton (2005) penatalaksanaan Pre-eklampsi berat pada
kehamilan 37 minggu:
10
2. Obat antihipertensif : injeksi katapres I ampul i.m dan selanjutnya
dapat diberikan tablet katapres 3x½ tablet sehari.
3. Diuretika tidak diberikan, kecuali terdapat edema umum, edema paru
dan kegagalan jantung kongestif. Untuk itu dapat disuntikkan inhavena
lasix 1 ampul.
4. Segera setelah pemberian sulfas magnesikus kedua, dilakukan induksi
partus dengan atau tanpa amniotomi. Untuk induksi dipakai oksitosin
(pitosin atau sintosinon) 10 satuan dalam infus tetes.
5. Kala II harus dipersingkat dengan ekstraksi vakum atau forseps, jadi
wanita dilarang mengedan
6. Jangan berikan methergin postpartum, kecuali terjadi perdarahan
disebabkan atonia uteri.
7. Pemberian sulfas magnesikus kalau tidak ada kontraindikasi,
diteruskan dosis 4 gr setiap 4 jam dalam 24 jampostpartum.
8. Bila ada indikasi obstetik dilakukan seksio cesaria.
11
Tempat datar, rata, bersih, kering dan hangat
3 handuk/kain bersih dan kering (termasuk ganjal bahu bayi)
Alat penghisap lender
Lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi
Untuk ibu
12
Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan DJJ, semua temuan
pemeriksaan dan asuhan yang diberikan dama partograf
11. Beritahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin cukup
baik, kemudian bantu ibu menemukan posisi yang nyaman dan sesuai
dengan keinginannya.
Tunggu hingga timbul kontraksi atau rasa ingin meneran, lanjutkan
pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti
pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan dokumentasikan semua
temuan yang ada
Jelaskan pada anggota keluaga tentang peran mereka untuk
mendukung dan memberi semangat pada ibu dan meneran
secara benar
12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran jika ada rasa ingin
meneran atau kontraksi yang kuat. Pada kondisi itu ibu diposisikan
setengah duduk atau posisi lain yang di inginkan dan pastikan ibu merasa
nyamana
13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu ingin meneran atau timbul
kontraksi yang kuat
Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif
Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara
meneran apabila cara tidak sesuai
Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya
(kecuali posisi berbaring terlentang dalam waktu yang lama)
Anjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi
Anjurkan keluarga member dukungan dan semangat untuk ibu
Berikan cukup asupan cairan per-oral (minum)
Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
Segara rujuk jika bayi belum atau tidak akan lahir segera lahir
setelah pembukaan lengkap dan pimpin meneran ≥120 menit (dua
jam) pada primi grapida atau ≥ 60 menit (I jam) pada multigravida
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang
nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran adalam
selang waktu 60 menit
15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut bawah ibu,
jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm
16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian sebagai alas bokong ibu
17. Buka tutup partus set dan priksa kembali kelengkapan peralatan dan
bahan
13
18. Pakai sarung tangan DTT / steril pada kedua tangan
Lahirnya Kepala
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva
maka lindungi pirenium dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain
bersih dan kering, tangan yang lain menahan belakang kepala untuk
mempertahankan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan
ibu meneran secara efektif atau bernafas cepat dan dangkal
20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat (ambil tindakan yang sesuai
jika hal itu terjadi) segera lanjutkan proses kelahiran bayi
Perhatikan:
Jika tali pusat melilit secara longgar, lepaskal lilitan lewat bagian
atas kepala bayi
Jika tali pusat melilit secra kuat, klem tali pusat di dua tempat dan
potong tali pusat di antara dua klem tersebut
21. Setelah kepala lahir, tunggu putaran paksi luar yang berlangsung secara
spontan
Lahirnya bahu
22. Setelah putaran paksi luar selesai, pegang kepala bayi secara biparental.
Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan
kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah
arkus pubis dan kemudian gerakkan kearah atas dan distal untuk
melahirkan bahu belakang
23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah untuk menolong kepala
dan bahu. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan
dan siku sebelah atas
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke
punggung, bokong tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki ( masukkan
telunjuk di antara kedua kaki dan pegang kedua kaki dengan
melingkarkan ibu jari pada satu sisi dan jari-jari lainya pada sisi yang lain
agar bertemu dengan jari telunjuk)
14
Bila salah satu jawaban “TIDAK” lanjut ke langkah resusitasi pada bayi
baru lahir dengan asfiksia ( lihat penuntun belajar resusitasi bayi Asfiksia).
Bila smua jawaban “YA” lanjut ke-26
15
Biarkan bayi barada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi
sudah berhasil menyusu
33. Pindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari pulva
34. Letakkan satu tangan di atas kain pada perut bawah ibu ( di atas simfisis),
untuk mendeteksi kontraksi. Tangan lain memegang klem untuk
menegangkan tali pusat
35. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kea rah bawah sambil
tangan yang lain mendorong uterus kea rah belakang-atas (dorso-kranial)
secara hati-hati (untuk mencegah invesio uteri). Jika plasenta tidak lahir
setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga
timbul kontraksi brtrikutnya dan ulangi kembali prosedur di atas.
Jika uterus tidak segara berkontraksi, minta ibu, suami atau
keluarga untuk melakukan stimulatisi putting susu.
Mengeluarkan placenta
36. Bila pada penekanan bagin bawah dinding depan uterus kearah dorsal
ternyata di ikuti dengan pergeseran tali pusat kearah distal maka
lanjutkan dorongan kea rah cranial hingga placenta dapat dilahirkan
Ibu boleh meneran tetapi tali pusat hanya di regangkan (jangan
ditarik secara kuat terutama bila uterus tidak berkontraksi) sesuai
dengan sumbu jalan lahir (ke arah bawah-sejajar lantai-atas)
Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klim hingga bejarak
5-10 cm dari vulva dan lahirkan placenta
Jika placenta tidak lapas dalam 15 menit menegangkan tali pusat
1) Ulangi pemberian oksitosin 10 unit
2) Lakukan kateterisasi (gunakan teknik aseptik) jika kandung
kemih penuh
3) Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
4) Ulangi tekanan dorsa-kranial dan penegangan tali pusat 15
menit berikutnya
5) Jika placenta tidak lahir dalam 30 menit sejak bayi lahir
atau terjadi perdarahan maka segera lakukan tindakan
manual placenta
37. Saat placenta muncul di introitus vagina lahirkan placenta dengan kedua
tangan. Pegang dan putar placenta hingga selaput ketuban terpilin
kemudian lahirkan dan tempatkan placenta pada wadah yang telah
disediakan
Jika slaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril
untuk melakukan eksplorasi sisa slaput kemudian gunakan jari-jari
16
tangan atau klem ovum DTT/steril untuk mengeluarkan slaput
yang tertinggal.
38. Segera setelah plasenta dan slaput ketuban lahir, lakukan masase
uterus,etakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan
gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus
teraba keras).
Lakukan tindakan yang diperlukan (kompresi bimanual interna,
kompresi aorta abdominalis, tampone kondom-kateter) jika uterus
tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah rangsangan
taktil/masase.
MENILAI PERDARAHAN
41. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdaarahan
pervaginam
42. Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan
klorin 0,5% bersihkan noda darah dan cairan tubuh, lepaskan secara
terbalik dan rendam sarung tangan dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir, keringkan
tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering
Evaluasi
43. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik serta kandung kemih kosong
44. Ajarkan ibu/ keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai
kontraksi
45. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
17
46. Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik
47. Pantau kedaan bayi dan pastikan bayi bernafas dengan baik (40-60 kali/
menit)
Jika bayi sulit bernafas, merintah, atau retraksi, diresusitasi dan
segara merujuk ke rumah sakit.
Jika nafas bayi terlalu cepat atau sesak nafas, segera rujuk ke RS
rujukan.
Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan hangat. Lakukan kembali
kontak kulit ibu-bayi dan hangatkan ibu-bayi satu selimut
Dokumentasi
18
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
a. Pengkajian kala I
1. Integritas Ego
a) Dapat senang atau cemas
b) Nyeri/Ketidak nyamanan
c) Kontraksi reguler, peningkatan frekuensi, durasi dan
keparahan.
19
2. Keamanan Irama jantung janin paling baik terdengar pada
umbilicus (tergantung posisi janin)
3. Seksualitas Adanya dilatasi serviks, rabas vagina, mungkin
lender merah muda, kecoklatan, atau terdiri dari plak lendir
4. Prioritas keperawatan
a) Meningkatkan emosi dan fisik klien/pasangan terhadap
persalinan.
b) Meningkatkan kemajuan persalinan
c) Mendukung kemampuan koping klien/pasangan
d) Mencegah komplikasi maternal/bayi.
5. Secara Khusus
a) Memeriksa tanda-tanda vital
b) Mengkaji kontraksi tekanan uterus dilatasi cerviks dan
penurunan karakteristik yang mengambarkan kontraksi
uterus: Frekwensi, Interval, Intensitas, Durasi dan Tonus
istirahat
c) Penipisan cerviks, evasemen mendahului dilatasi cerviks
pada kehamilan pertama dan seorang diikuti pembukaan
dalam kehamilan berikutnya
d) Pembukaan cerviks adalah sebagian besar tanda-tanda yang
menentukan bahwa kekuatan kontraksi uterus yang efektif
dan kemajuan persalinan:
1. Palpasi abdomen (Leopold) untuk memberikan
informasi jumlah fetus,letrak janin,penurunan janin
2. Pemeriksaan Vagina: membran, cerviks, foetus, station
3. Tes diagnostik dan laboratorium
4. Spesimen urin dan tes darah
5. Ruptur membran
6. Cairan amnion : Warna ,karakter dan jumlah
b. Pengkajian kala II
20
1. Aktivitas Istirahat
a. Kelelahan
b. Ketidaknyamanan melakukan dorongan sendiri/tehnik
relaksasi
c. Latargi
d. Lingkaran hitam di bawah mata
2. Sirkulasi : Td dapat meningkat 5-10mmHg diantara kontraksi
3. Integritas ego : dapat merasa kehilangan kontrol
4. Eliminasi
a. Keinginan untuk defekasi atau mendorong involunter pada
kontraksi disertai dengan tekanan intra abdomen dan
tekanan uterus
b. Dapat mengalami rabas fekal saat mengejan
c. Distensi kandung kemih mungkin ada, urine harus
dikeluarkan selama upaya mendorong
5. Nyeri/ketidaknyamanan
a. Merintih/meringis sel selama kontraksi
b. Amesia dan diantara kontraksi mungkin terlihat
c. Rasa terbakar/meregang di perium
d. Kaki gemetar selama upaya mendorong
6. Pernapasan: frekuensi nafas meningkat
7. Keamanan
a. Diaporesis
b. Bradikardi kandung kemih mungkin ada, urin selama upaya
mendorong.
8. Sekaualitas
a. Serviks dilatasi penuh dan penonjolan 100%
b. Peningkatan perdarahan pervagina
c. Penonjolan rektum dengan turunya janin
d. Membran dapat ruptur jika masih utuh
e. Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi
21
c. Pengkajian kala III
1. Aktivitas Istirahat : perilaku senang sampai keletihan
2. Sirkulasi
a) TD meningkat saat curah jantung meningkat kemudia
kembali normal dengan cepat
b) Hipotensi dapat terjadi sebagai respon analgetik
c) Frekuensi nadi melambat pada respon terhadap perubahan
3. Makanan/cairan: kehilangan darah
4. Nyeri/ketidaknyamanan: tremor kaki/menggigil
5. Keamanan
a. Inspeksi manual pada uterus dan jalan lahir menentukan danya
robekan atau laserasi
b. Perluasan epiostomi/laserasi jalan lahir
6. Seksualitas
a. Darah berwarna kehitaman dari vagina terjadi saat plasenta
lepas dari endometrium, biasanya 1-5 menit setelah bayi lahir
b. Tali pusat memanjang
d. Pengkajian kala IV
1. Aktivitas Istirahat: tampak kelelahan, keletihan, mengantuk aatu
berenergi.
2. Sirkulasi
a. Nadi biasanya lambat (50-70) karen ahipersensitivitas vaginal
b. TD mungkin rendah terhadap respon anastesi atau meningkat
terhadap pemberian oksitosin atau hipertensi karena
kehamilan.
c. Mungkin edema paa ekstremitas dan wajah
d. Kehilangan darah selama persalinan 400-500 ml.
3. Integritas ego
a. Reaksi emosional bervariasi, seperti eksitasi tidak berminat
(lelah), kecewa
22
b. Takut mengenai kondisi bayi baru lahir dan perawatan segera
pada neonatal.
4. Eliminasi
a. Hemoroid sering ada dan menonjol
b. Kandung kemih mungkin teraba di atas simpisis pubis atau
terpasang kateter
c. Diuresis terjadi jika tekanan bagian presentas menghambat
aliran urine.
5. Makanan/cairan: haus/lapar, mual
6. Neurosensasi
a. Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada anestesi
spinal
b. hiperfleksi
7. Nyeri/ketidaknyamanan: mengeluh nyeri pada trauma epiostomi
8. Keamanan
b. Suhu tubuh sedikit meningkat (dehidrasi, pengerahan tenaga
c. Perbaikan epiostomi utuh
9. Seksualitas
a. Fundus keras terkontraksi
b. Drainase vagina/loklea jumlahnya sedang, merah gelap dengan
bekuan kecil
c. Perineum bebsa dari kemerahan, edema dan ekimosis
d. Striae mungkin ada pada abdomen, paha dan payudara
e. Payudara lunak, puting tegang
23
3. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan perubahan
hormonal
4. Risiko tinggi kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan
perubahan suplai darah
5. Risiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan
penurunan aliran darah
b. Kala II
1. Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik pada bagian
presentasi, dilatasi/peregangan jaringan, kompresi saraf, pola
kontraksi semakin intensif.
2. Perubahan curah jantung berhubungan dengan fluktuasi pada aliran
balik vena, perubahan pada tahanan vaskular sistemik.
3. Kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan pencetusan
pesalinan, pola kontraksi hipertonik, janin besar, pemakaian forsep.
c. Kala III
1. Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kurangnya intake, muntah dan diaphoresis.
2. Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan, respon fisiologis
melahirkan.
3. Risiko tinggi terhadap cedera maternal berhubungan dengan posisi
selama melahirkan, kesulitan pelepasan plasenta.
d. Kala IV
1. Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kelelahan, kegagalan miometri dari mekanisme homeostatis.
2. Nyeri berhubungan dengan trauma mekanis/cedera jaringan.
3. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka epiostomi.
4. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan transisi atau
peningkatan perkembangan anggota keluarga
24
3.3 Intervensi dan Rasional Keperawatan
a. Kala 1
Intervensi Rasional
1. Kaji derajat nyeri secara 1. Mengetahui skala nyeri
variabel dan non variabel. pasien sehingga dapat
ditentukan intervensi yang
2. Anjurkan berkemih 1-2 jam tepat
palpitasi di atas simpisi pubis 2. Mempertahankan kandung
kemih bebas distensi yang
dapat menyebabkan ketidak
nyamanan
3. Ajarkan pasien untuk
3. Mengedan yang efektif
mengedan yang efektif dan
meminimalkan nyeri dan
relaksasi saat tidak ada his
tenaga yang dikeluarkan
sehingga pasien tidak
kelelahan
4. Berikan analgetik/alfafrodin
4. Membantu meringankan asa
hidroklorida atau mepiridin
nyeri
hidrokrida per IV/IM diantara
kontraksi.
b. Kala II
25
1. Mempertahankan tanda vital yang tepat terhadap tahap
persalinan
2. Menunjukkan DJJ dan variabilitas dalam batas normal
Intervensi Rasional
1. Pantau TD dan nadi (setiap 5- 1. Peningkatan curah jantung
15 menit). Perhatikan jumlah 30%-50% terjadi pada tahap
dan konsentrasi haluaran urin. pengeluaran, penajaman pada
puncak kontraksi uterus dan
kembali secara lambat pada
status prakontraksi, saat
kontraksi menurun atau
berhenti
26
4. Anjurkan klien/pasangan 4. Posisi rekumben tegak dan
memilih posisi persalinan lateral mencegah oklusi vena
yang mengoptimalkan kava inferior dan obstruksi
sirkulasi seperti posisi aorta, mempertahankan aliran
rekumben lateral, posisi balik vena dan mencegah
fowler atau berjongkok hipotensi
c. Kala III
Kriteria evaluasi:
27
Intervensi Rasional
1. Pantau TTV dan DJJ. 1. Monitor TTV dilakukan
karena efek samping
okxytocin yang sering terjadi
adalah hipertensi dan
peningkatan DJJ
menandakan dehidrasi.
2. Pantau tanda-tanda
2. Segera beri minum melalui
dehidrasi.
oral ika ditemukan tanda-
tanda dehidrasi.
d. Kala IV
28
3. Mukosa bibir lembab
Intervensi Rasional
1. Pantau TTV, terutama suhu. 1. Peningkatan suhu
menandakan dehidrasi
29
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka kami
dapat menyimpulkan tentang materi yang dibahas, sebagai berikut :
30
DAFTAR PUSTAKA
31