Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN


DISFAGIA DI RUANGAN ASTER
RSUD UNDATA PALU

DISUSUN OLEH :

Nurwatini

PO7120120019

CI KLINIK CI
INTISTUSI

PRODI DIII KEPERAWATAN

POLITEKKES KEMENKES PALU


2022

LAPORAN PENDAHULUAN

DISFAGIA

A. PENGERTIAN

Dysphagia didefinisikan sebagai kesulitan makan. Dysphagia adalah


perkataan yang berasal dari bahasa Yunani dys yang berarti kesulitan atau
gangguan, dan phagia berarti makan. Disfagia berhubungan dengan kesulitan
makan akibat gangguan dalam proses menelan. Kesulitan menelan dapat
terjadi pada semua kelompok usia, akibat dari kelainan kongenital, kerusakan
struktur, dan/atau kondisi medis tertentu.

Disfagia adalah kesulitan menelan yang dapat pula disertai dengan nyeri
menelan. Esofagus normal merupakan suatu aktifitas terkoordinasi yang rumit
dimana cairan dan makanan padat diteruskan dari mulut kelambung. Mekanisme
ini juga mencegah aspirasi makanan ke dalam paru, regurgitasi kehidung, dan
refluks melalui sfingter esophagus bawah. Oleh sebab itu disfagia menyebabkan
dua masalah yang berbeda yaitu: pertama, seringkali ada penyebab dasar yang
serius. Dan kedua, menyebabkan konsekuensi berbahaya (misal, aspirasi atau
malnutrisi) (Walsh, 1999).
B. ETIOLOGI

Disfagia sering disebabkan oleh penyakit otot dan neurologis. Penyakit ini
adalah gangguan peredaran darah otak (stroke, penyakit serebrovaskuler),
miastenia gravis, distrofi otot, dan poliomyelitis bulbaris. Keadaan ini memicu
peningkatan resiko tersedak minuman atau makanan yang tersangkut dalam trakea
atau bronkus (Price, 2006). Disfagi esophageal mungkin dapat bersifat obstruktif
atau disebabkan oleh motorik. Penyebab obstruksi adalah striktura esophagus dan
tumor-tumor ekstrinsik atau instrinsik esofagus, yang mengakibatkan
penyempitan lumen. Penyebab disfagi dapat disebabkan oleh berkurangnya, tidak
adanya, atau tergangguanya peristaltik atau disfungsi sfingter bagian atas atau
bawah. Gangguan disfagi yang sering menimbulkan disfagi adalah akalasia,
scleroderma, dan spasme esophagus difus (Price, 2006).
C. MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinis dari disfagia dapat dilihat dengan adanya gangguan pada
neurogenik mengeluh bahwa cairan lebih mungkin menyebabkan tersedak
daripada makanan padat atau setengah padat. Batuk dan regurgitasi nasal
menunjukkan kelemahan otot-otot palatum atau faring bagian atas. Suara serak,
nyeri menelan, dan nyeri telinga merupakan gejala tumor hipofaring. Sedang
aspirasi sering terjadi pada gangguan neurologik (Walsh, 1999).

Tanda dan gejala secara umum:

1.  Disfagia Oral atau faringeal


 Batuk atau tersedak saat menelan
  Kesulitasn pada saat mulai menelan
  Makanan lengket di kerongkongan
  Sialorrhea
  Penurunan berat badan
  Perubahan pola makan
  Pneumonia berulang
  Perubahan suara (wet voice)
  Regusgitasi Nasal
2.  Disfagia Esophageal
 Sensasi makanan tersangkut di tenggorokan atau dada
  Regurgitasi Oral atau faringeal
 Perubahan pola makan
 Pneumonia rekuren
D. PATOFISIOLOGI

Transportasi normal bolus makanan yang ditelan lewat lintasan gerakan


menelan tergantung pada ukuran bolus makanan yang ditelan, diameter lumen
lintasan untuk gerakan menelan, dan kontraksi peristaltik (Price, 2006). Disfagia
dibedakan atas disfagia mekanis dan disfagia motorik.

1. Disfagia mekanis
Disfagia mekanik dapat disebabkan oleh bolus makanan yang sangat
besar, adanya penyempitan instrinsik atau kompresi ekstrinsik lumen
lintasan untuk gerakan menelan. Pada orang dewasa, lumen esofagus dapat
mengembang hingga mencapai diameter 4 cm, jika esofagus tidak mampu
berdilatasi hingga 2,5 cm, gejala disfagia dapat terjadi tetapi keadaan ini
selalu terdapat kalau diameter esofagus tidak bisa mengembang hingga
diatas 1,3 cm. lesi yang melingkar lebih sering mengalami disfagia
daripada lesi yang mengenai sebagian lingkaran dari dinding esofagus saja
2. Disfagia motorik
Disfagia motorik dapat terjadi akibat kesulitan dalam memulai gerakan
menelan atau abnormalitas pada gerakan peristaltik dan akibat inhibisi
deglutisi yang disebabkan oleh penyakit pada otot lurik atau otot polos
esofagus. Disfagia motorik faring disebabkan oleh kelainan neuromuskuler
yang menyebabkan paralisis otot (Price, 2006)
E. PATHWAY

Gangguan esophagus:

- Peradangan inflamasi
- Kelemahan otot
(diverticulum)
- Penyempitan
- Trauma
- Obstruksi
- Degenerative
- Neurologis

Gangguan peristaltic
esophagus

Nyeri saat
menelan

Resiko nutrisi kurang dari


Anorexia
kebutuhan tubuh
Resiko aspirasi
F. PENATALAKSANAAN

a. Medikamentosa

Terapi terbaik untuk Disfagia adalah terapi langsung pada penyebab


disfagia itu sendiri, dapat diberikan obat seperti pada gangguan disfagia
akibat radang pada esophagus. Pengobatan dapat melibatkan latihan
otot untuk memperkuat otot-otot facial atau untuk meningkatkan koordinasi.
Pada gangguan menelan akibat massa yang menekan biasanya digunakan
terapi bedah.

a.  Pembedahan
1.  Pembedahan gastrostomy
Pemasangan secara operasi suatu selang gastrostomy memerlukan
laparotomy dengan anestesi umum ataupun lokal.
2.  Cricofaringeal myotomy
Cricofaringeal myotomy (CPM) adalah prosedur yang dilakukan untuk
mengurangi tekanan pada sphicter faringoesophageal (PES) dengan
mengincisi komponen otot utama dari PES.

c. Injeksi botulinum toxin kedalam PES telah diperkenalkan sebagai ganti


dari CPM.

d. Gizi

Berbagai pengobatan telah diajukan untuk pengobatan disfagia


orofaringeal pada dewasa. Pendekatan langsung dan tidak langsung disfagia
telah digambarkan. Pendekatan langsung biasanya melibatkan makanan,
pendekatan tidak langsung biasanya tanpa bolus makanan.
Makanan padat dan cairan encer biasanya merupakan penyebab utama
kesulitan. Makanan-makanan yang dapat menciptakan bulatan lembut kecil
ketika dikunyah merupakan yang paling dapat ditoleransi. Cairan dapat
dikentalkan dengan sereal kering bayi, bubur kentang atau serpihan kentang,
pati jagung, atau yogurt. Cairan juga dapat disajikan dalam bentuk beku,
sebagai contoh, sherbet atau es buah. Speech therapistmungkin mampu
membantu individu disfagia untuk teknik penelanan.

Menyiapkan makanan sedemikian rupa atau menghindari makanan


tertentu dapat menolong orang lain. Sebagai contoh, mereka yang tidak dapat
menelan minuman mungkin memerlukan pengental khusus untuk
minumannya. Orang lain mungkin harus menghindari makanan atau
minuman yang panas ataupun dingin. Untuk beberapa orang, namun
demikian, mengkonsumsi makanan dan minuman lewat mulut sudah tidak
mungkin lagi. Mereka harus menggunakan metode lain untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi. Biasanya ini memerlukan suatu system pemberian
makanan, seperti suatu selang makanan (NGT), yang memotong bagian
menelan yang tidak mampu bekerja normal.

Untuk lainnya, pengobatan dapat melibatkan pelatihan menelan


dengan cara khusus. Sebagai contoh, beberapa orang harus makan dengan
posisi kepala menengok ke salah satu sisi atau melihat lurus ke depan. Bila
ada kerusakan esofagus atau refluks atau disfagia sangat parah, pemasukan
menjadi terganggu sedemikian rupa sehingga terjadi kehilangan berat atau
menempatkan individu pada risiko tinggi aspirasi paru, pemberian makanan
pipa (via gastrostomi atau jejustomi, jika ada kerusakan esofagus) mungkin
dibutuhkan.

e.Modifikasi diet

Merupakan komponen kunci dalam program pengobatan umum


disfagia. Suatu diet makanan yang berupa bubur direkomendasikan pada
pasien dengan kesulitan pada fase oral, atau bagi mereka yang memiliki
retensi faringeal untuk mengunyah makanan padat. Jika fungsi menelan sudah
membaik, diet dapat diubah menjadi makanan lunak atau semi-padat sampai
konsistensi normal.

f. Suplai Nutrisi

Efek disfagia pada status gizi pasien adalah buruk. Disfagia dapat
menyebabkan malnutrisi. Banyak produk komersial yang tersedia untuk
memberikan bantuan nutrisi. Bahan-bahan pengental, minuman yang
diperkuat, bubur instan yang diperkuat, suplemen cair oral. Jika asupan nutrisi
oral tidak adekuat, pikirkan pemberian parenteral.

g. Hidrasi

Disfagia dapat menyebabkan dehidrasi. Pemeriksaan berkala keadaan


hidrasi pasien sangat penting dan cairan intravena diberikan jika terdapat
dehidrasi
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan spesifik untuk menilai adanya kelainan anatomi atau


sumbatan mekanik :

Penunjang Kegunaan

1. Barium Swallow Menilai anatomi dan fs otot


(Esofagogram) faring/esofagus, deteksi sumbatan o/k
tumor, striktur,web, akalasia,
divertikulum
2. CT Scan Kelainan anatomi di kepala, leher dan
dada
3. MRI Deteksi tumor, kalainan vaskuler/stroke,
degeneratif proses diotak
4. Laringoskopi direk Menilai keadaan dan pergerakan otot
laring
5. Esofagoskopi Menilai lumen esofagus, biopsi
6. Endoskopi Menilai lesi submukosa
ultrasound
Pemeriksaan penunjang untuk menilai fungsi menelan :

Penunjang Kegunaan

1.      Modified barium Menilai keadaan kedua sfingter esofagus,


swallow menganalisa transfer dysphagia

2.      Leksible fiber Menilai pergerakan faring dan laring


optic faringoskop
Menilai pergerakan faring dan laring
3.      Video floroscopy
recording Menilai gangguan orofaring, esofagus,
pengosongan lambung dan GERD
4.      Scintigraphy (Gastroesophageal refluks disease)

5.      EMG Menilai defisiensi fungsi saraf kranial

6.      Manometri Menilai gangguan motilitas peristaltik


pHmetri 24 jam
Pemeriksaan refluks esofagitis
H. PENGKAJIAN

   Pada Pemeriksaan fisik, periksa mekanisme motoris oral dan laryngeal.


Pemeriksaan nervus V dan VII-XII penting dalam menentukan bukti fisik dari
disfagia orofaringeal.

1. Pengamatan langsung penutupan bibir, rahang, mengunyah, pergerakan


dan kekuatan lidah, elevasi palatal dan laryngeal, salivasi, dan sensitifitas
oral.
2.  Periksa kesadaran dan status kognitif pasien karena dapat mempengaruhi
keamanan menelan dan kemampuan kompensasinya.
3.   Dysphonia dan dysarthria adalah tanda disfungsi motoris struktur-
struktur yang terlibat pada menelan.
4.   Periksa mukosa dan gigi geligi mulut
5.  Periksa reflek muntah.
6.   Periksa fungsi pernapasan
7.  Tahap terakhir adalah pengamatan langsung aktivitas menelan. Setelah
menelan, amati pasien selama 1 menit atau lebih jika ada batuk tertunda.
8. Batasan keluhan disfagia (rongga mulut, orofaring, esofagus)
9.   Lama dan progresifitas keluhan disfagia
10.   Saat timbulnya keluhan disfagia dalam proses menelan (makan padat,
cair, stress psikis dan fisik)
11.  Keluhan penyerta : odinofagi, BB turun cepat, demam, sesak nafas,
batuk, perasaan mengganjal/menyumbat di tenggorokan.
12.   Penyakit penyerta : eksplorasi neurologik degeneratif, autoimun,
kardiovaskuler dll)
13.   Penggunaan obat-obat yg mengganggu proses menelan (anastesi,
muskulorelaksan pusat)
14.    Evaluasi pola hidup, usia, hygiene mulut, pola makanan
15.    Riwayat operasi kepala dan leher sebelumnya
16. Pengkajian keperawatan yang perlu dilakukan pada pasien yang
mengalami gangguan menelan atau disphagya meliputi :
 Riwayat penyakit
   Riwayat stroke
   Riwayat pemakaian alat medik : trakeostomi, NGT, mayo tube, ETT,
post pemeriksaan endoscopy
  Riwayat pembedahan darah laryx, pharynx, esophagus, tiroid
   Post operasi daerah mulut

17.  Pemeriksaan fisik

 Bentuk mulut tidak simetris


   Tampak adanya peradangan pada pharynx
   Adanya candida dalam oral/mulut
  Edema pharynx
I. DIAGNOSA
1. Gangguan menelan b/d gangguan neuromuscular ( penurunan kekuatan
atau ekskursi otot/ penurunan syaraf menelan).
2. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa esofagus.
3. Risiko asirasi b/d ketidak mampuan menelan

J. PERENCANAAN

No Diagnose Noc Nic


1. Gangguan menelan Setelah dilakukan 1. Pantau gerakan
tindakan keperawatan lidah klien saat
b/d gangguan
selama 2x24 jam, makan
neuromuscular klien dapat 2.     Pantau adanya
menunjukkan penutupan bibir
( penurunan kekuatan
perawatan diri : saat makan,
atau ekskursi otot/ makan yang ditandai minum, dan
dengan : menelan
penurunan syaraf
1. Mengidentifikasi 3.     Kaji mulut dari
menelan). factor adanya makanan
emosi/psikologis setelah makan
yang Pendidikan untuk
memengaruhi pasien/keluarga
menelan 4.     Ajarkan pasien
2.  Makan tanpa untuk menggapai
tersedak atau makanan di bibir
aspirasi atau di pipi dengan
3.  Tidak ada menggunakan
kerusakan otot lidah
tenggorok atau 5.     Ajarkan
fasial, menelan, pasien/pemberi
menggerakkan perawatan tentang
lidah, atau reflex tindakan
muntah kegawatan
terhadap tersedak
Aktivitas kolaboratif
6.     Konsultasikan
dengan ahli gizi
tentang makanan
yang mudah
ditelan
7.     Kolaborasikan
dengan ahli terapi
wicara untuk
mengajarkan
keluarga pasien
tentang program
latihan menelan
Aktivitas Lain
8.     Berikan
perawatan mulut,
jika diperlukan
9.     Bantu pasien
untuk
memposisikan
kepala fleksi ke
depan untuk
menyiapkan
menelan.

2. Nyeri berhubungan Setelah dilakukan 1. Gunakan laporan


tindakan keperawatan dari pasien sendiri
dengan iritasi mukosa
selama 2x24 jam, sebagai pilihan
esofagus. klien dapat pertama untuk
menunjukka nnyeri mengumpulkan
efek merusak yang informasi
ditandai dengan : pengkajian.
1. Gangguan kerja, 2.     Dalam mengkaji
kepuasan hidup nyeri pasien,
atau gunakan kata-kata
kemampuan yang konsisten
untuk dengan usia dan
mengendalikan. tingkat
2.   Penurunan perkembangan
konsentrasi pasien
3. Terganggunya Pendidikan untuk
tidur pasien dan
4.  Penurunan keluarga
nafsu makan 3.     Instruksikan
atau kesulitan pasien untuk
menelan menginformasikan
5.  Mengenali kepada perawat
factor penyebab jika pengurang
dan nyeri tidak dapat
menggunakan dicapai
tindakan untuk 4.     Informasikan
mencegah nyeri pada pasien
tentang prosedur
yang dapat
meningkatkan
nyeri dan tawarkan
saran koping
Aktivitas lain
5.     Bantu pasien
untuk lebih
berfokus pada
aktifitas daripada
nyeri/
ketidaknyamanan
dengan melakukan
pengalihan melalui
televisi, radio, tape
dan kunjungan.

3. Risiko asirasi b/d Setelah dilakuakan 1. Berikan posisi


tubuh
ketidak mampuan tindakan keperawatan
tegak/duduk/sete
menelan 2x24 jam pasien dapat ngah duduk pada
saat makan atau
menelan dan tidak
minum
tersedak dengan 2.    Hindari posisi
kepala over
kriteria hasil:
ekstensi pada saat
1. Klien dapat pasien mencoba
makan atau minum
bernafas dengan
3.   Berikan makanan
mudah yang lunak yang
dapat diatur oleh
2. Asien dapat
lidah untuk
menelan, didorong
mengunyah tanpa masuk/ditelan
4.   Hindari memberi
terjadi aspirasi
air dalam jumlah
3. Jalan nafas paten yang banyak
sekaligus untuk
diteguk

DAFTAR PUSTAKA

Collier,J,2009. Nutrisi dalam Disfagia.diatetics.co.uk

Harrison. 2000. Prinsip-prinsi ilmu penyakit dalam, volume 1, Jakarta. EGC

Price S.A., Wilson L.M., 1995, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit, Edisi 4, Buku II, EGC, Jakarta.

Walsh, T.1999. kapita selekta penyakit dan terapi, Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai