Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN DISFAGIA

DI POLI THT RSUD ULIN BANJARMASIN

Nama : Muhammad Andriannoor


NIM : PO7120217068
Semester :V
Prodi : DIV Keperawatan

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
JURUSAN KEPERAWATAN
2019
LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : MUHAMMAD ANDRIANNOOR


NIM : P07120217068
JUDUL : LAPORAN PENDAHULUAN DISFAGIA DI POLI THT
RSUD ULIN BANJARMASIN

PEMBIMBING AKADEMIK PEMBIMBING KLINIK


LAPORAN PENDAHULUAN DISFAGIA
DI POLI THT RSUD ULIN BANJARMASIN

A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Disfagia adalah kesulitan menelan. Seseorang dapat mengalami kesulitan
menggerakan makanan dari bagian atas tenggorokan ke dalam kerongkongan
karena adanya kelainan di tenggorokan.
Dysphagia didefinisikan sebagai kesulitan makan. Dysphagia adalah
perkataan yang berasal dari bahasa Yunani dys yang berarti kesulitan atau
gangguan, dan phagia berarti makan. Disfagia berhubungan dengan kesulitan
makan akibat gangguan dalam proses menelan. Kesulitan menelan dapat
terjadi pada semua kelompok usia, akibat dari kelainan kongenital, kerusakan
struktur, dan/atau kondisi medis tertentu. Masalah dalam menelan merupakan
keluhan yang umum didapat di antara orang berusia lanjut, dan insiden
disfagia lebih tinggi pada orang berusia lanjut dan pasien stroke. Kurang lebih
51-73% pasien stroke menderita disfagia.
2. Klasifikasi
a. Disfagia orofaring (atau transfer dysphagia)
Disfagia orofaring timbul dari kelainan di rongga mulut, faring, dan
esofagus, dapat disebabkan oleh stroke, penyakit Parkinson, kelainan
neurologis, oculopharyngeal muscular dystrophy, menurunnya aliran air
liur, xerostomia, masalah gigi, kelainan mukosa oral, obstruksi mekanik
(keganasan, osteofi, meningkatnya tonus sfingter esophagus bagian atas,
radioterapi, infeksi, dan obat-obatan (sedatif, antikejang, antihistamin).
Gejala disfagia orofaring yaitu kesulitan menelan, termasuk
ketidakmampuan untuk mengenali makanan, kesukaran meletakkan
makanan di dalam mulut, ketidakmampuan untuk mengontrol makanan
dan air liur di dalam mulut, kesukaran untuk mulai menelan, batuk dan
tersedak saat menelan, penurunan berat badan yang tidak jelas
penyebabnya, perubahan kebiasaan makan, pneumonia berulang,
perubahan suara (suara basah), regurgitasi nasal. Setelah pemeriksaan,
dapat dilakukan pengobatan dengan teknik postural, swallowing
maneuvers, modifikasi diet, modifikasi lingkungan, oral sensory
awareness technique, vitalstim therapy, dan pembedahan (1) . Bila tidak
diobati, disfagia dapat menyebabkan pneumonia aspirasi, malnutrisi,
atau dehidrasi.
b. Disfagia esofagus
Disfagia esofagus timbul dari kelainan di korpus esofagus, sfingter
esofagus bagian bawah, atau kardia gaster. Biasanya disebabkan oleh
striktur esofagus, keganasan esofagus, esophageal rings and webs,
akhalasia, skleroderma, kelainan motilitas spastik termasuk spasme
esofagus difus dan kelainan motilitas esofagus nonspesifik. Makanan
biasanya tertahan beberapa saat setelah ditelan, dan akan berada setinggi
suprasternal notch atau di belakang sternum sebagai lokasi obstruksi,
regurgitasi oral atau faringeal, perubahan kebiasaan makan, dan
pneumonia berulang. Bila terdapat disfagia makanan padat dan cair,
kemungkinan besar merupakan suatu masalah motilitas.
Bila pada awalnya pasien mengalami disfagia makanan padat, tetapi
selanjutnya disertai disfagia makanan cair, maka kemungkinan besar
merupakan suatu obstruksi mekanik. Setelah dapat dibedakan antara
masalah motilitas dan obstruksi mekanik, penting untuk memperhatikan
apakah disfagianya sementara atau progresif. Disfagia motilitas
sementara dapat disebabkan spasme esofagus difus atau kelainan
motilitas esofagus nonspesifik. Disfagia motilitas progresif dapat
disebabkan skleroderma atau akhalasia dengan rasa panas di daerah ulu
hati yang kronis, regurgitasi, masalah respirasi, atau penurunan berat
badan. Disfagia mekanik sementara dapat disebabkan esophageal ring.
Dan disfagia mekanik progresif dapat disebabkan oleh striktur esofagus
atau keganasan esofagus. Bila sudah dapat disimpulkan bahwa
kelainannya adalah disfagia esofagus, maka langkah selanjutnya adalah
dilakukan pemeriksaan barium atau endoskopi bagian atas. Pemeriksaan
barium harus dilakukan terlebih dahulu sebelum endoskopi untuk
menghindari perforasi. Bila dicurigai adanya akhalasia pada pemeriksaan
barium, selanjutnya dilakukan manometri untuk menegakkan diagnosa
akhalasia. Bila dicurigai adanya striktur esofagus, maka dilakukan
endoskopi. Bila tidak dicurigai adanya kelainan-kelainan seperti di atas,
maka endoskopi dapat dilakukan terlebih dahulu sebelum pemeriksaan
barium. Endoskopi yang normal, harus dilanjutkan dengan manometri;
dan bila manometri juga normal, maka diagnosanya adalah disfagia
fungsional (1). Foto thorax merupakan pemeriksaan sederhana untuk
pneumonia. CT scan dan MRI memberikan gambaran yang baik
mengenai adanya kelainan struktural, terutama bila digunakan untuk
mengevaluasi pasien disfagia yang sebabnya dicurigai karena kelainan
sistem saraf pusat. Setelah diketahui diagnosanya, penderita biasanya
dikirim ke Bagian THT, Gastrointestinal, Paru, atau Onkologi,
tergantung penyebabnya. Konsultasi dengan Bagian Gizi juga
diperlukan, karena kebanyakan pasien me-merlukan modifikasi diet.
3. Etiologi
Pada disphagya dapat ditemukan beberapa penyebab yang dapat
menimbulkan keadaan tersebut antara lain :
a. Stroke
b. Penyakit neurologi progresif
c. Adanya selang trachestomy
d. Paralise atau tidak adanya pergerakan pita suara
e. Tumor dalam mulut
f. Pembedahan kepala
Pada regurgitasi sering disebabkan oleh asam yang naik dari lambung
(refluk asam). Regurgitasi juga bisa disebabkan oleh penyempitan (striktur)
atau penyumbatan kerongkongan. Dimana penyumbatan bisa terjadi karena
beberapa penyebab, termasuk di dalamnya kanker kerongkongan, oleh
gangguan pengendalian saraf kerongkongan dan katupnya di mulut lambung.
Penyebab lain dari disfagia termasuk keganasan kepala- leher, penyakit
neurologik progresif seperti penyakit Parkinson, multiple sclerosis, atau
amyotrophic lateral sclerosis, scleroderma, achalasia, spasme esofagus difus,
lower esophageal (Schatzki) ring, striktur esofagus, dan keganasan esofagus.
Disfagia merupakan gejala dari berbagai penyebab yang berbeda, yang
biasanya dapat ditegakkan diagnosanya dengan anamnesa, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang lainnya, di antaranya pemeriksaan radiologi
dengan barium, CT scan, dan MRI.
4. Manifestasi Klinis
Disfagia Oral atau faringeal Disfagia Esophageal

1. Batuk atau tersedak saat 1. Sensasi makanan tersangkut di


menelan tenggorokan atau dada
2. Kesulitan pada saat mulai 2. Regurgitasi Oral atau faringeal
menelan 3. Perubahan pola makan
3. Makanan lengket di 4. Pneumonia rekuren
kerongkongan
4. Sialorrhea
5. Penurunan berat badan
6. Perubahan pola makan
7. Pneumonia berulang
8. Perubahan suara (wet voice)
9. Regusgitasi Nasal
5. Pathways

DISFAGIA

DISFAGIA OROFARINGE : DISFAGIA ESOFAGUS : makanan


kesulitan mulai menelan disertai, berhenti atau macet setelah ditelan
batuk, tersedakregurgitasi nasal

VIDEOESOFAGRAM VIDEOESOFAGRAM
MANOMETRI

Obstruksi anatomik Abnormalitas fungsional

Endoskopi ± biopsi Manometri skintigrafi


nuklear

Cincin Struktur Karsinoma Gangguan Skleroder


motilitas ma
Akalasia spastik
6. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan spesifik untuk menilai adanya kelainan anatomi atau
sumbatan mekanik :
a. Barium Swallow (Esofagogram)
b. CT Scan
c. MRI
d. Laringoskopi direk
e. Esofagoskopi
f. Endoskopi ultrasound
Menilai anatomi dan fisiologi otot faring/esofagus, deteksi sumbatan oleh
karena tumor, struktur,web, akalasia, diverticulum, Kelainan anatomi di
kepala, leher dan dada, Deteksi tumor, kalainan vaskuler/stroke, degeneratif
proses diotak, Menilai keadaan dan pergerakan otot laring, Menilai lumen
esofagus, biopsy, Menilai lesi submucosa.

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian Fokus
a. Riwayat Keperawatan
1) Riwayat stroke
2) Riwayat pemakaian alat medik : trakeostomi, NGT, mayo tube, ETT,
post pemeriksaan endoscopy
3) Riwayat pembedahan darah laryx, pharynx, esophagus, tiroid
4) Post operasi daerah mulut
b. Pemeriksaan Fisik
1) KU (Keadaan Umum)
2) Tanda-Tanda Vital
3) Bentuk mulut tidak simetris
4) Tampak adanya peradangan pada pharynx
5) Adanya candida dalam oral/mulut
6) Edema pharynx
c. Keadaan Fisik (head to toe)
1) Kepala : Bentuk simetris, distribusi rambut merata, kebersihan
rambut dan kulit kepala baik, tidak ada nyeri saat ditekan.
2) Mata : Posisi mata simetris, konjungtiva pucat, penglihatan
kabur, sklera ikterus.
3) Telinga : Bentuk simetris, pendengaran baik, telinga tampak bersih,
dan tidak ada sekret.
4) Hidung : Lubang hidung simetris, tidak terdapat sekret, tidak
terdapat pernapasan cuping hidung.
5) Mulut dan gigi : keadaan bibir normal, gigi lengkap, tidak
menggunakan gigi palsu.
6) Leher : Tidak ada pembengkakan, tidak ada nyeri tekan.
7) Thorax : Bentuk thorax simetris, respirasi normal (16-20
kali/menit)
8) Abdomen : Permukaan asimetris, terdapat nyeri tekan dan bising
normal.
9) Ekstremitas : Atas : keadaan baik, lemah, Bawah : keadaan baik,
lemah.
10) Genitalia
2. Diagnosa dan Rencana Asuhan Keperawatan

DIAGNOSA INTERVENSI
Nyeri akut berhubungan dengan agens 1. Catat keluhan nyeri termasuk lokasi, lamanya, intensitas (skala 1-
cedera (mis, biologis, zat kimia, fisik, 10),
psikologis). 2. Kaji ulang faktor yang meningkatkan untuk menurunkan nyeri,
3. Berikan makan sedikit demi sedikit namun sering sesuai indikasi
untuk pasien,
4. Identifikasi dan batasi makanan yang menimbulkan
ketidaknyamanan,
5. Bantu latihan rentang gerak aktif/pasif,
6. Berikan perawatan oral yang sering misalnya pijatan punggung,
perubahan posisi.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari 1. Kaji status nutrisi secara continu, selama perawatan setiap hari,
kebutuhan tubuh berhubungan dengan perhatika tingkat energi kondisi kulit, kuku, rambut, rongga
ketidak mampuan untuk mencerna mulut, keinginan untuk makan/anoreksia,
makanan 2. Timbang berat badan setiap hari dan bandingkan saat penerimaan,
3. Berikan larutan nutrisi pada kecepatan yang dianjurkan melalui
alat kontrol infus sesuai kebutuhan . atur kecepatan pemberian
perjam sesuai anjuran,
4. Jadwalkan aktifitas dengan istirahat. Tingakatkan tehnik
relaksasi.
Gangguan menelan berhubungan 1. Inspeksi rongga oral dan perhatikan pada saliva, lidah, bibir,
dengan abnormalitas orofaring geligi dan gusi, memban mukosa.
2. Hisapan rongga oral secara perlahan atau sering. Biarkan pasien
melakukan penghisapan sendiri bila mungkin atau menggunakan
kasa untuk mengalirkan sekresi.
3. Berikan irigasi oral sesuai indikasi

Intoleransi aktifitas berhubungan 1. Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk


dengan kelemahan umum berpartisipasi dalam aktifitas sehari-hari,
2. Berikan lingkungan tenang dan periode istirahat tanpa gangguan.
Dorong ostirahat sebelum makan.
3. Implementasikan tekhnik penghematan energi, contoh lebih baik
duduk daripada berdiri.

Ketidakefektifan koping berhubungan 1. Pastikan dengan apa pasien ingin disebut.


dengan tingkat percaya diri yang tidak 2. Tentukan pemahaman situasi saat ini dan metode koping
adekuat dalam kemampuan menangani sebelumnya/yang lain terhadap masalah kehidupan.
masalah 3. Berikan umpan balik positif untuk mengekspresikan kesadaran
terhadap menyangkal kepada diri sendiri atau orang lain.
4. Gunakan dukungan sebaya untuk mendapatkan cara-cara koping
pada kebutuha obat.
5. Bantu klien untuk belajar/mendorong penggunaan keterampilan
relaksasi, bimbingan imajinasi, visualisasi.

Anda mungkin juga menyukai