PENDAHULUAN
FISTULA PERIANAL
Disusun oleh :
TAUFIK FAJAR
A. Pengertian
Fistula perianal/fistula ani disebut juga fistula in ano yang merupakan sebuah
hubungan yang abnormal antara epitel dari kanalis anal dan epidermis dari kulit
perianal. Hubungan ini berupa sebuah traktus yang terbentuk oleh jaringan
granulasi. Bukaan primernya terletak pada kanalis anal dan bukaan sekundernya
terletak pada kulit perianalis. Bukaan sekundernya dapat multiple yang berasal
dari satu bukaan primer saja.
Fistula adalah hubungan yang abnormal antara suatu saluran dengan saluran
lain, atau antara suatu saluran dengan dunia luar melalui kulit. Yang pertama
disebut fistula interen dan yang kedua fistula eksteren. Fistula anorektal atau
fistula ani adalah terowongan abnormal dari anus atau rektum, biasanya menuju
ke kulit di dekat anus, tapi bisa juga ke organ lainnya seperti vagina
Apabila tidak ditutup secara permanen dengan tindakan bedah, fistula akan
tetap terbuka sehingga dapat terinfeksi ulang dari anal aau rectum yang
berakibat terbentuknya pus terus menerus. Traktus yang terbentuk oleh abses,
dapat juga tidak berhubungan dengan anal atau rectum dan secara definisi
disebut sebagai sinus, bukan fistula.
Fistula perianal sering terjadi pada laki-lak berumur 20-40 tahun,berkisar 1-3
kasus tiap 10.000 orang. Sebagian besar fistula terbentuk dari sebuah abses
( tapi tidak semua abses menjadi fistula). Sekitar 40% pasien dengan abses akan
terbentuk fistula.
B. Etiologi
Kebanyakan fistula berasal dari kelenjar dalam didinding anus atau rectum.
Kadang-kadang fistula merupakan akibat dari pengeluaran nanah pada abses
anorektal. Terdapat sekitr 7-40% pada kasus abses anorektal berlanjut menjadi
fistula perianal. Namun lebih sering penyebabnya tidak dapat diketahui.
Organisme yang biasanya terlibat dalam pembentukan abses adalah
Escherichiacoli, Enterococcus sp dan Bacteroides sp. Fistula juga sering
ditemukan pada penderita dengan penyakit Chohn, tuberculosis, devertikulitis,
kanker atau cedera anus maupun rectum, aktinomikosis dan infeksi klamidia.
Fistula pada anak-anak biasanya merupakan cacat bawaan. Fistula yang
menghubungkan rectum dan vagina bisa merupakan akibat dari terapi sinar x,
kanker, penyakit Crohn dan cedera pada ibu selama proses persalinan.
D. Patofisiologi
Hipotesis kriptoglandular, yang menjelaskan bahwa fistula in ano merupakan
abses anorektal tahap akhir yang telah terdrainase dan membentuk traktus.
Kanalis anal mempunyai 6-14 kelenjar kecil yang terproyeksi melalui sfingter
internal dan mengalir menuju kripta pada linea dentate.Kelenjar dapat terinfeksi
dan menyebabkan penyumbatan. Bersamaan dengan penyumbatan itu,
terperangkap juga feces dan bakteri dalam kelenjar. Penyumbatan ini juga dapat
terjadi setelah trauma, pengeluaran feces yang keras, atau proses inflamasi.
Apabila kripta tidak kembali membuka ke kanalis anal, maka akan terbentuk
abses didalam rongga intrsfingterik. Abses lama kelamaan akan menghasilkan
jalan keluar dengan meninggalkan fistula.
E. Pemeriksaan Penunjang
●Fistulografi
-●Ultrasound endoanal atau endorektal.
●MRI
●CT-Scan.
F. Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi langsung setelah operasi atau tertunda.
Komplikasi yang dapat langsung terjadi antara lain:
a. Perdarahan
b. Impaksi fecal
c. Hemorrhoid
Komplikasi yang tertunda antara lain adalah:
Inkontinensia
Munculnya inkontinensia berkaitan dengan banyaknya otot sfingter yang
terpotong, khususnya pada pasien dengan fistula kompleks seperti letak tinggi
dan letak posterior. Drainase dari pemanjangan secara tidak sengaja dapat
merusak saraf-saraf kecil dan menimbulkan jaringan parut lebih banyak. Apabila
pinggiran fistulotomi tidak tepat, maka anus dapat tidak rapat menutup, yang
mengakibatkan bocornya gas dan feces. Risiko ini juga meningkat seiring menua
dan pada wanita.
Rekurens
Terjadi akibat kegagalan dalam mengidentifikasi bukaan primer atau
mengidentifikasi pemanjangan fistula ke atas atau ke samping. Epitelisasi dari
bukaan interna dan eksterna lebih dipertimbangkan sebagai penyebab
persistennya fistula. Risiko ini juga meningkat seiring penuaan dan pada wanita.
Stenosis kanalis
Proses penyembuhan menyebabkan fibrosis pada kanalis anal.
Penyembuhan luka yang lambat. Penyembuhan luka membutuhkan waktu
kurang lebih 12 minggu, kecuali ada penyakit lain yang menyertai (seperti
penyakit Crohn).
G. Penatalakasanaan
Prinsip umum dalam penanganan bedah fistula ani adalah untuk
menghilangkan fistula, mencegah rekurens, dan untuk memelihara fungsi
sfingter.
Beberapa metode telah diperkenalkan untuk mengidentifikasi bukaan saat berada
di kamar operasi:
Memasukkan probe melalui bukaan eksternal sampai ke bukaan internal,
atau sebaliknya.
Menginjeksi cairan warna seperti methylene blue, susu, atau hidrogen
peroksida, dan memperhatikan titik keluarnya di linea dentata. Walaupun
methylene blue dapat mewarnai jaringan sekitarnya, namun
mencairkannya dengan Saline atau hidrogenperoksida akan mengatasi
masalah ini.
Mengikuti jaringan granulasi pada traktus fistula.
Memperhatikan lipatan kripta anal saat traksi dilakukan pada traktus. Hal ini
dapat berguna pada fistula sederhana namun kurang berhasil pada varian yang
kompleks
H. Pathway
RESUME
A. Situasi
DS : -
a. Pengkajian
- Informed consent
Pada fase pre operasi ini perawat akan mengkaji kesehatan fisik dan
emosional klien, mengetahui tingkat resiko pembedahan,
mengkoordinasi berbagai pemeriksaan diagnostik, mengidentifikasi
diagnosa keperawatan yang mengambarkan kebutuhan klien dan
keluarga, mempersiapkan kondisi fisik dan mental klien untuk
pembedahan.
2. Perawatan Intra operasi meliputi :
- Melakukan fiksasi
B. Background
1. Pre operasi
3. Post operasi
1. Pre Operasi
Sudoyo. A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., Setiati, S. (2006).
Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1 (ed.4). Jakarta: FKUI.