Disusun oleh :
Nova Merlianda
2106277049
A. Definisi
Pneumonia adalah peradangan pada paru-paru yang disebabkan oleh
infeksi mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang
mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta menimbulkan
konsolidasi jaringan paru dan gangguan gas setempat (Baharirama & Artini,
2017).
B. Etiologi
Berdasarkan etiologinya pneumonia dapat disebabkan oleh :
1. Bakteri
2. Virus
3. Jamur
4. Aspirasi makanan
5. Pneumonia hipostatik
6. Sindrom loefler (Sari & Cahyati, 2019)
Berbagai mikroorganisme dapat menyebabkan pneumonia, antara lain
bakteri dan virus seperti pneumokokus, staphylococcus pneumonia, dan
H.influenzae. Beberapa factor yang meningkatkan risiko penyakit ini
diantaranya adalah defek anatomi bawaan, deficit imunologi, pulusi, GER,
aspirasi dan lain-lain.
D. Klasifikasi
Menurut Zul Dahlan (2007), pneumonia dapat terjadi baik sebagai
penyakit primer maupun sebagai komplikasi dari beberapa penyakit lain.
Secara morfologis pneumonia dikenal sebagai berikut:
1. Pneumonia lobaris, melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari satu
atau lebih lobus paru. Bila kedua pareu ytertekan, maka dikenal sebagai
pneumonia bilateral atau “ganda”.
2. Bronkopneumonia, terjadi pada ujung akhir bronkiolus, yang tersumbat.
Oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi
dalam lobus yang berada didekatnya, disebut juga pneumonia loburalis.
3. Pneumonia interstisial, proses inflamasi yang terjadi di dalam dinding
alveolar dan jaringan peribronkial serta interlobular.
Pneumonia lebih sering diklasifikasikan berdasarkan agen
penyebabnya. Pneumonia jarang terjadi yang mungkin terjadi karena
histomikosis, kokidiomikosis, dan dan jamur. Berdasarkan usaha terhadap
pemberantasan pneumonia melalui usaha, pneumonia dapat diklasifikasikan :
1. Usia 2 bulan-5 tahun
a. Pneumonia berat, ditandai dengan sesak nafas yang dilihat dengan
adanya tarikan dinding dada bagian bawah
b. Pneumonia, ditandai dengan nafas cepat pada usia 2 bulan – 1 tahun
frekuensi nafas 50x/menit atau lebih, dan pada usia 1-5 tahun
40x/menit atau lebih.
c. Bukan pneumonia, ditandai dengan batuk filek biasa, disertai
demam, tetapi tanpa tarikan dinding bagian bawah dan tanpa adanya
nafas cepat.
2. Usia 0-2 bulan
a. Pneumonia berat, ditandai dengan adanya tarikan kuat pada
dinding dada bagian bawah atau nafas cepat yaitu dengan frekuensi
60x/menit atau lebih.
b. Bukan pneumonia, ditandai dengan tidak ada tarikan kuat dinding
dada bagian dan tidak ada nafas cepat.
E. Patofisiologi
Menurut pendapat Sujono & sukarmin (2009), kuman masuk ke
dalam jaringan paru-paru melalui saluran nafas bagia atas menuju ke
bronkhiolus dan alveolus. Setelah bakteri masuk dapat enimbulkan reaksi
peradangan dan menghasilkan cairan edema yang kaya protein.
Kuman pneumokokus dapat meluas dari alveoli ke seluruh segmen
atau lobus. Eritrosit dan leukosit mengalami peningkatan, sehingga alveoli
penuh dengan cairan edema yang berisi eritrosit, fibrin, dan leukosit,
sehingga kapiler alveoli menjadi melebar paru menjadi tidak berisi udara.
Pada tingkat lebih lanjut, aliran darah menurun sehingga alveoli penuh
dengan leukosit dan eritrosit menjadi sedikit.
Setelah itu paru tampak berwarna abu-abu kekuningan. Perlahan sel
darah merah yang akan masuk ke alveoli menjadi mati dan terdapat eksudat
pada alveolus sehingga membrane dari alveolus akan mengalami kerusakan
yang dapat mengakibatkan gangguan proses difusi osmosis oksigen dan
berdampak pada penurunan jumlah oksigen yang dibawa oleh darah.
Secara klinis penderita mengalami pucat sampai sianosis. Terdapat
cairan purulent pada alveolus yang menyebabkan peningkatan tekanan pada
paru., dan dapat menurunkan kemampuan mengambil oksigen dari luar serta
mengakibatkan berkurangnya kapasitas paru. Sehingga penderita akan
menggunakan otot bantu pernafasan yang dapat menimbulkan retraksi dada.
Secara hematogen maupun lewat penyebaran sel, mikroorganisme
yang ada di paru akan menyebar ke bronkus sehingga terjadi fase peradangan
lumen bronkus. Hal ini mengakibatkan terjadinya peningkatan produksi
mukosa dan peningkatan gerakan silia sehingga timbul reflek batuk.
F. Pathway
G. Pemeriksaan penunjang
Menurut Misnadiarly (2008) pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan
adalah :
1. Pemeriksaan laboratorium (leukosit, cairan pleura, titer antistreptolisin
serum)
2. Sinar X
3. GDA
4. JDL Leukositosis
5. LED meningkat
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis secara umum untuk pneumonia menurut Manurung
dkk (2009) adalah :
1. Pemberian antibiotic
2. Pemberian antipiretik, analgetik, bronkodilator
3. Pemberian oksigen
4. Pemberian cairan parental sesuai indikasi
5. Memberikan posisi semi prone
I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat pasien: Panas, batuk, nasal discharge, perubahan pola
makan, kelemahan, penyakit respirasi sebelumnya, perawatan di
rumah, penyakit lain yang diderita anggota keluarga di rumah.
b. Pemeriksaan fisik: demam, dispneu, takipneu, sianosis, penggunaan
otot pernafasan tambahan, suara nafas tambahan, rales, menaikan sel
darah putih (bakteri pneumonia), arterial blood gas, X-Ray dada.
c. Psikososial dan factor perkembangan: usia, tingkat perkembangan,
kemampuan memahami rasionalisme intervensi, pengalaman
berpisah dengan orang tua, mekanisme koping yang dipakai
sebelumnya, kebiasaan yang tidak menyenangkan, waktu
tidur/rutinitas pemberian pola makan, obyek favorir.
d. Pengetahuan pasien dan keluarga: pengalaman dengan penyakit
pernafasan, pemahaman akan kebutuhan intervensi pada distress
pernafasan, tingkat pengetahuan kesiapan dan keinginan untuk
belajar.
Sari, M. P., & Cahyati, W. H. (2019). Tren Pneumonia Balita di Kota Semarang
Tahun 2012- 2018. 3(3), 407–416.