Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
colic renal adalah batu yang terbentuk ditubuli ginjal kemudian
berada di kaliks,pelvis ginjal dan bahkan bisa mnegisi pelvis serta seluruh
kaliks ginjal dan merupakan batu saluran kemih yang paling sering terjadi
(Carpenito, Linda Juall 2014)
Nyeri dirasakan di flank area yaitu daerah sudut kostovertebra
kemudian dapat menjalar ke dinding depan abdomen, ke region inguinal,
hingga ke daerah kemaluan. Nyeri muncul tiba-tiba dan bisa sangat berat
sehingga digambarkan sebagai nyeri terberat, kolik renal sering disertai
mual dan muntah, hematuria, dan demam, bila disertai infeksi.
Batu saluran kemih adalah adanya batu di traktus urinarius (ginjal,
ureter atau kandung kemih, uretra) yang membentuk kristal, kalsium,
oksalat, fosfat, kalsium urat, asam urat dan magnesium (Brunner &
Suddath, 2016).
Batu saluran kemih atau urolithiasis adalah adanya batu didalam
saluran kemih yang meliputi ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra
(Luckman dan Sorensen).

B. Etiologi
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih sampai saat ini belum
diketahui pasti, tetapi ada beberapa factor predisposisi terjadinya batu pada
saluran kemih, yaitu :
1. Infeksi
Infeksi saluran kemih dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan
akan menjadi inti pembentukan batu saluran kemih. Infeksi bakteri
akan memecah ureum dan membentuk ammonium yang akan
mengubah pH urine menjadi alkali.
2. Stasis dan Obstruksi urine
Adanya obstruksi dan stasis urine akan mempermudah pembentukan
batu saluran kemih.
3. Air minum
Memperbanyak dieresis dengan cara banyak minum air akan
mengurangi kemungkinan terbentuknya batu, sedangkan kurang
minum menyebabkan kadar semua substansi dalam urine meningkat.
4. Keturunan
5. Pekerjaan
Pekerja kerasyang banyak bergerak mengurangi kemungkinan
terbentuknya batu
6. Suhu
Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak mengeluarkan
keringat sedangkan asupan air berkurang
7. Makanan
Makanan yang banyak mengandung protein hewani akan merbiditas
batu saluran perkemihan

C. Patofisiologi
Mekanisme terbentuknya batu pada saluran kemih atau dikenal
dengan urolithiasis belum diketahui secara pasti. Namun demikian ada
beberapa faktor predisposisi terjadinya batu antara lain: peningkatan
konsentrasi larutan urin akibat dari intake cairan yang kurang serta
peningkatan bahan-bahan organik akibat infeksi saluran kemih atau statis
urin menjadikan sarang untuk pembentukan batu.
Supersaturasi elemen urin seperti kalsium, fosfat, dan faktor lain
yang mendukung terjadinya batu meliputi: pH urin yang berubah menjadi
asam, jumlah cairan urin. Masalah-masalah dengan metabolisme purin
mempengaruhi pembentukan batu asam urat. pH urin juga mendukung
pembentukan batu. Batu asam urat dan cyscine dapat mengendap dalam
urin yang alkalin, sedangkan batu oxalate tidak dipengaruhi oleh pH urin.
Imobilisasi yang lama akan menyebabkan gerakan kalsium menuju
tulang akan terhambat. Peningkatan serum kalsium akan menambah cairan
yang akan diekskresikan. Jika cairan masuk tidak adekuat maka
penumpukan atau pengendapan semakin bertambah dan pengendapan ini
makin kompleks sehingga terjadi batu. Batu yang terbentuk dalam saluran
kemih sangat bervariasi. Ada batu yang kecil, ada yang besar. Batu yang
kecil dapat keluar lewat urin dan akan menimbulkan rasa nyeri, trauma
pada saluran kemih dan akan tampak darah dalam urin, sedangkan batu
yang besar dapat menyebabkan obstruksi saluran kemih yang
menimbulkan dilatasi struktur, akibat dari dilatasi akan terjadi refluks urin
dan akan menimbulkan terjadinya hidronefrosis karena dilatasi ginjal.
Kerusakan pada struktur ginjal yang lama akan mengakibatkan kerusakan-
kerusakan pada organ dalam ginjal sehingga terjadi gagal ginjal kronis
karena ginjal tidak mampu melakukan fungsinya secara normal, yang
mengakibatkan terjadinya penyakit gagal ginjal kronik yang dapat
menyebabkan kematian.
Pathway

Infeksi saluran kemih kronis. Gangguan metabolism


(hiperparotiroidisme, hiperunesemia, hiperkalsiuria).
Dehidrasi. Benda asing. Jaringan mati. Inflamasi usus.
Masukkan vitamin D yang berlebih.

Pengendapan garam mineral.


Infeksi mengubah pH urin dari
asam menjadi alkalis

Pembentukan batu di ginjal


(nefrolitiasis)

Obstruksi/penyumbatan di
ginjal

Inflamasi/peradangan Peningkatan distensi abdomen Menghambat aliran urin ke


ureter,kandung kemih dan uretra

Rangsangan terhadap Anoreksia


mediator reseptor nyeri Resitensi urin

Mual muntah
Presepsi nyeri
Gangguan
Output berlebihan eliminasi urin

Nyeri

Ketidak Kurang pengetahuan


seimbangan
nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh Cemas
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis adanya batu dalam traktus urinarius tergantung pada
adanya obstruksi, infeksi, dan edema.
1. Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi pada ginjal
serta ureter proksimal.
a. Infeksi pielonefritis dan sintesis disertai menggigil, demam, dan
disuria dapat terjadi iritasi batu yang terus menerus. Beberapa batu
menyebabkan sedikit gejala, namun secara perlahan merusak unit
fungsional (nefron) ginjal.
b. Nyeri hebat dan ketidaknyamanan.
2. Batu ginjal
a. Nyeri dalam dan terus menerus di area kontovertebral.
b. Hematuri.
c. Nyeri berasal dari area renal menyebar secara anterior dan pada wanita
nyeri kebawah mendekati kandung kemih sedangkan pada pria
mendekati testis.
d. Mual dan muntah.
e. Diare.
3. Batu di ureter
a. Nyeri menyebar kepaha dan genitalia.
b. Rasa ingin berkemih namun hanya sedikit urin yang keluar.
c. Hematuri akibat abrasi batu.
d. Biasanya batu keluar secara spontan dengan diameter batu 0,5-0,1 cm.
4. Batu di kandung kemih
a. Biasanya menimbulkan gejala iritasi dan berhubungan dengan infeksi
traktus urinarius dan hematuri.
b. Jika batu menimbulkan obstruksi pada leher kandung kemih akan
terjadi retensi urin.
E. Komplikasi
1. Obstruksi.
2. Hidronephrosis.
3. Gagal ginjal.

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Urinalisa: warna mungkin kuning, coklat gelap, berdarah, secara
umum menunjukkan SDM, SDP, kristal (sistin, asam urat, kalsium
oksalat), pH asam (meningkatkan sistin dan batu asam urat), alkali
(meningkatkan magnesium, fosfat ammonium, atau batu kalsium
fosfat), urine 24 jam: kreatinin, asam urat kalsium, fosfat, oksalat, atau
sistin mingkin meningkat), kultur urine menunjukkan ISK,
BUN/kreatinin serum dan urine: abnormal (tinggi pada serum/rendah
pada urine) sekunder terhadap tingginya batu obstruksi pada ginjal
menyebabkan iskemia/nekrosis.
2. Darah lengkap: Hb, Ht (abnormal bila pasien dehidrasi berat atau
polisitemia).
3. Hormon parathyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal (PTH.
Merangsang reabsobsi kalsium dari tulang, meningkatkan sirkulasi
serum dan kalsium urine.
4. Foto rotgen: menunjukkan adanya kalkuli atau perubahan anatomic
pada area ginjal dan sepanjang ureter.
5. IVP: memberikan konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab nyeri,
abdominal atau panggul menunjukkan abnormalitas pada struktur
anatomik (distensi ureter).
6. Sistoureterokopi: visualiasi kandung kemih dan ureter dapat
menunjukkan batu atau efek obstruksi.
7. USG ginjal: untuk menentukan perubahan obstruksi, dan lokasi batu.
G. Penatalaksanaan
1. Tujuan
a. Menghilangkan obstruksi.
b. Mengobati infeksi.
c. Mencegah terjadinya gagal ginjal.
d. Mengurangi kemungkinan terjadinya rekurensi (terulang kembali).
2. Operasi dilakukan jika:
a. Sudah terjadi stasis/bendungan.
b. Tergantung letak dan besarnya batu, batu dalam pelvis dengan
bendungan positif harus dilakukan operasi.
3. Terapi
a. Analgesik untuk mengatasi nyeri.
b. Allopurinol untuk batu asam urat.
c. Antibiotik untuk mengatasi infeksi.
4. Diet
a. Batu kalsium oksalat
Makanan yang harus dikurangi adalah jenis makanan yang
mengandung kalsium oksalat seperti: bayam, daun seledri, kacang-
kacangan, kopi, coklat. Sedangkan untuk kalsium fosfat
mengurangi makanan yang mengandung tinggi kalsium seperti
ikan laut, kerang, daging, sarden, keju, dan sari buah.
b. Batu struvite: makanan yang perlu dikurangi adalah keju, telur,
susu, dan daging.
c. Batu cystin: makanan yang perlu dikurangi antara lain sari buah,
susu, dan kentang.
d. Anjurkan konsumsi air putih lebih 3-4 liter/hari serta olahraga
secara teratur.
H. Pencegahan
1. Minumlah setidaknya 8 hingga 10 gelas air sehari. Kurangi soda,
terutama yang mengandung asam fosfat.
2. Kurangi makanan yang terlalu mengandung banyak garam.
3. Batasi protein hewani dari makanan seperti daging merah, ikan, dan
telur.
4. Batasi makanan yang mengandung oksalat tinggi, seperti bayam,
emping, dan kacang-kacangan.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth (2016). Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, volume 2,


EGC. Jakarta.

Carpenito, Linda Juall (2014) Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan


(terjemahan) PT EGC, Jakarta.

Doenges, et al, (2014). Rencana Asuhan Keperawatan (terjemah), PT EGC,


Jakarta.

Rencana Asuhan Keperawatan ( terjemahan), PT EGC, Jakarta Digiulio Mary,


dkk (2007). Medical Surgical Nursing Demystified New York Chicago San
Fransisco Lisbon London, Mexico City Milan New Delhi San Juan Seoul,
Singapore Sydney Toronto.

Anda mungkin juga menyukai