Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN PASIEN RETENSI URINE

AT-TIN

RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING

Disusun oleh :

1. Kurnia gemilang sakti (1811604070)


2. Dedi supriyadi (1
3. Ashifa suci G (1811604092)
4. Dzumnatun nafidah (1811604057)
5. Ani mariani (1811604052)

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI
TAHUN AJARAN
2019/2020
1. TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI
Retensi urine adalah ketidakmampuan untuk melakukan urinasi meskipun terdapat
keinginan atau dorongan terhadap hal tersebut. (Brunner & Suddarth). Retensi urine adalah
sutau keadaan penumpukan urine di kandung kemih dan tidak punya kemampuan
untuk mengosongkannya secara sempurna. Benigna Prostat hiperplasia adalah bertambah
besarnya ukuran prostat biasanya diiringi dengan bertambahnya usia pada seorang pria,
membesarnya prostat menyebabkan fungsi leher buli dan uretra pars prostatika menjadi
terganggu, menimbulkan obstruksi saluran keluar buli. ( Iskandar, 2009)
Benigna prostat hiperplasia adalah terjadinya pelebaran pada prostat yang menimbulkan
penyempitan saluran kencing dan tekanan di bawah kandung kemih dan menyebabkan
gejala-gejala seperti sering kencing dan retensi urin.( Aulawi, 2014)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan benigna prostat hiperplasia adalah pembesaran
pada kelenjar prostat yang sebagian besar dialami laki-laki lanjut usia ditandai dengan gejala
sering kencing dan retensi urin.

B. ETIOLOGI
Adapun penyebab dari penyakit retensio urine adalah sebagai berikut:

1. Supra vesikal berupa kerusakan pada pusat miksi di medulla spinallis S2 S4 setinggi
T12L1.Kerusakan saraf simpatis dan parasimpatis baik sebagian ataupun seluruhnya,
misalnya pada operasi miles dan mesenterasi pelvis, kelainan medulla spinalis,
misalnya miningokel,tabes doraslis, atau spasmus sfinkter yang ditandai dengan rasa
sakit yang hebat.
2. Vesikal berupa kelemahan otot detrusor karena lama teregang, atoni pada pasien DM
atau penyakit neurologist, divertikel yang besar.
3. Intravesikal berupa pembesaran prostate, kekakuan leher vesika, striktur, batu
kecil,tumor pada leher vesika, atau fimosis.
4. Dapat disebabkan oleh kecemasan, pembesaran porstat, kelainan patologi
urethra(infeksi, tumor, kalkulus), trauma, disfungsi neurogenik kandung kemih.
C. FAKTOR RESIKO

1. Penyumbatan saluran kemih

Berbagai hal yang menyumbat aliran urine dari kandung kemih ke saluran kemih
dapat menyebabkan retensi urine. Pada pria, kondisi ini sering diakibatkan oleh
pembesaran prostat dan kanker prostat. Sementara pada wanita, penyumbatan aliran
urine kerap disebabkan oleh kandung kemih turun. Selain itu, beberapa gangguan lain,
seperti batu kandung kemih atau saluran kemih, kanker kandung kemih, dan striktur
uretra atau terbentuknya jaringan parut di saluran kemih, juga dapat menyebabkan
retensi urine.

2. Gangguan sistem saraf

Proses buang air kecil terjadi ketika otak mengirim sinyal ke kandung kemih agar
otot-otot kandung kemih bekerja untuk mengeluarkan urine dari tubuh. Jika terjadi
gangguan pada saraf kandung kemih atau otak, maka proses ini akan terganggu dan
menimbulkan kesulitan buang air kecil. Terganggunya sistem saraf yang terhubung ke
kandung kemih dapat disebabkan oleh beberapa kondisi, seperti stroke, cedera otak
atau saraf tulang belakang, kelumpuhan, diabetes, penyakit Parkinson, dan multiple
sclerosis.

3. Riwayat operasi

Tindakan operasi pada kandung kemih atau prostat bisa menyebabkan


terbentuknya jaringan parut di saluran kemih atau di sekitarnya. Ketika jaringan parut
terbentuk di saluran kemih dan menyumbatnya, aliran urine akan menjadi tidak lancar.
Semakin besar sumbatannya, semakin tinggi pula risiko untuk terjadinya retensi urine.
Tak hanya operasi kandung kemih dan prostat, retensi urine juga bisa disebabkan oleh
prosedur operasi lain, seperti operasi tulang belakang dan operasi penggantian sendi
panggul, efek samping obat bius, serta waktu operasi yang lama.
4. Efek samping obat-obatan

Pada kasus tertentu, retensi urine bisa disebabkan oleh efek samping obat-obatan
tertentu, seperti obat pelemas otot, antidepresan, anti histamin, antikejang, obat
penurun tekanan darah nifedipine, obat asma, dan antinyeri golongan opioid. Efek
samping tersebut lebih berisiko terjadi apabila obat-obatan tersebut dikonsumsi dalam
jangka panjang atau dosis yang tinggi.

5. Kelemahan otot kandung kemih

Otot kandung kemih yang tidak berkontraksi cukup kuat atau lama juga dapat
menyebabkan retensi urine. Melemahnya otot kandung kemih ini bisa disebabkan oleh
penuaan (usia di atas 50 tahun) atau penggunaan kateter urine dalam jangka panjang.

6. Infeksi

Selain beberapa faktor di atas, retensi urine juga menjadi terjadi akibat adanya
infeksi prostat atau saluran kemih. Pasalnya, infeksi pada kedua organ tersebut dapat
menyebabkan pembengkakan yang membuat saluran kemih terhambat, sehingga urine
menjadi sulit untuk dikeluarkan.

D. MANIFESTASI KLINIS
1. Di awali dengan urin mengalir lambat
2. Terjadi poliuria yang makin lama makin parah karena pengosongan kandung kemih
tidak efisien.
3. Terjadi distensi abdomen akibat dilatasi kandung kemih
4. Terasa ada tekanan, kadang trasa nyeri dan kadang ingin BAK
5. Pada retensi berat bisa mencapai 2000-3000 cc

Retensi urine dapat menimbulkan infeksi yang bisa terjadi akibat distensi kandung
kemih yang berlebihan gangguan suplai darahpada dinding kandu kemih dan proliferasi
bakteri. Gangguan fungsi renal juga dapat terjadi, khususnya bila terdapat obstruksi
saluran kemih.
E. PATOFISIOLOGI

Kelenjar prostat akan mengalami hiperplasia seiring dengan pertambahan usia


pada proses penuaan menimbulkan perubahan keseimbangan antara hormon testosteron
dan estrogen keadaan ini dapat menyebabkan pembesaran prostat, jika terjadi
pembesaran prostat maka dapat meluas ke kandung kemih, sehingga akan
mempersempit saluran uretra prostatica dan akhirnya akan menyumbat aliran
urine.Penempitan pada aliran uretra dapat meningkatkan tekanan pada intravesikal.
Munculnya tahanan pada uretra prostatika menyebabkan otot detrusor dan kandung
kemih akan berkontraksi lebih kuat saat memompa urine, penegangan yang terjadi
secara terus menerus menyebabkan perubahan anatomi dari buli buli berupa :

pembesaran pada otot detrusor, trabekulasi terbentuknya selula, sekula, dan


diventrivel kandung kemih. Salah satu upaya pengobatan pada penderita benigna prostat
hiperplasi adalah pembedahan terbuka merupakan tindakan pembedahan pada perut
bagian bawah, kelenjar prostat dibuka dan mengangkat kelenjar prostat yang mengalami
pembesaran, untuk mencegah pembentukan pembekuan darah dialirkan cairan via
selang melalui kandung kemih, selang biasanya dibiarkan dalam kandung kemih sekitar
5 hari setelah operasi dan kemudian dikeluarkan jika tidak ada pendarahan

1. Gangguan supravesikal adalah gangguan inervasi saraf motorik dan sensorik.


Misalnya DM berat sehingga terjadi neuropati yang mengakibatkan otot tidak mau
berkontraksi.
2. Gangguan vesikal adalah kondisi local seperti batu di kandung kemih, obat
antimuskarinik/antikolinergik (tekanan kandung kemih yang rendah)
3. Gangguan infravesikal adalah berupa pembesaran prostat (kanker prostat), tumor
pada leher vesika, fimosis, stenosis meatus uretra.
E. PATHWAY

Normalnya urine tersusun dari bahan organik & an organik terlarut

Terjadinya presipitasi Kristal

Membentuk inti baru

Mengadakan agregasi dan menarik

bahan- bahan lain menjadi kristal

Menempel di saluran kemih retensi kristal

Batu saluran kemih Obstruksi sel.kemih

Mengendapkan bahan lain sehingga batu

menjadi lebih besar

Kristal semakin besar, menyebabkan obstruksi

Gangguan
Urine terkumpul di atas eliminasi urine

Stagnansi urine Rasa ingin BAK, tapi Dilatasi pd bg. Retensi

tidak nyaman hidroureter urin

Mikroorganisme otot berkontraksi


Retensi
melawan obstruksi urinarius

Gg. Rasa
nyaman
batu bergesekan dengan
Resiko
RBC keluar
infeksi
mukosa epitel terjadi trauma

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Hasil LAB

NO Jenis pemeriksaan Hasil


1 APTT 29,9
2 PPI 8,9
3 GOLONGAN DARAH O
4 GLUKOSA DARAH SEWAKTU 107
5 HBSAG Non reactive
6 HIV Negatif
7 HEMOGLOBIN 15,6
8 LEKOSIT 8390
9 BASOFIL 0
10 EUSINOFIL 5
11 NETROFIL SEGMEN 61
12 LIMFOSIT 28
13 MONOSIT 6
14 ERITROSIT 5,46
15 HEMATOKRIT 46
16 MCV 83
17 MCH 29
18 MCHC 34
19 TROMBOSIT 328
20 RDW CV 15,2
21 RDW SD 45,2

TERAPI OBAT YANG DIBERIKAN

NO Nama Obat
1 CEFOTAXIME
2 ANTRAIN
DATA PENGKAJIAN

DO DS
Post: > pasien mengatakan nyeri pada bagian yang
> pasien tampak meringis dan menahan dioperasi
sakit > pasien mengatakan aktivitas masih dibantu
> skala nyeri: 3 oleh keluarga
> ADL dibantu keluarga
> terpasang kateter
> terpasang Nacl 0,9%
> TD : 117/70 mmHg
> N : 79x/menit
> Suhu : 37,5 oC
> pasien terlihat bed rest

6.PENGKAJIAN

Hari/tanggal : Selasa 25-02-2020

Jam :-
Tempat : AT-TIN
Metode : Observasi,wawancara,pemeriksaan,fisik
Sumber data : Klien,tim kesehatan,dan status kesehatan klien
Oleh : Kelompok 4

IdentitasKlien
Nama : ADI WIYONO/TUGIMIN
Umur : 75 thn 0 bln 19 hr
Jeniskelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
Alamat : Pereng kembang RT 02/20 balecatur
Pendidikan : Tidak tamat SD
Pekerjaan :-
Diagnosa Medis : Retensi urine
Rencana operasi : TURP
Berat badan :-
Tingg ibadan :-
No RM : 34710410099347
Tanggal masuk : 24-02-2020
Dokter Umum : dr. P. Yuri, Sp. U
Dokter Anestesi : dr. Mahmud, Sp. An
Rencana Anestesi : Regional anestesi

7. TAHAP PERI ANESTESI

1. RIWAYAT KESEHATAN
a. keluhan utama
Klien mengatan susah buang air kecil.
b. riwayat penyakit sekarang

klien mengatakan bagian perut terasa penuh seperti ingin BAK tetapi yang keluar
sedikit.

c. riwayat penyakitdahulu

klien mengatakan bahwa ia tidak mempunyai riwayat penyakit jantung

d. Riwayat penyakit keluarga

Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit menular
dan keturunan.
2. KELENGKAPAN MEDIS

Hasil laboratorium,hasil USG,rontgen,ECHO,persetujuan anestesi dan persetujuan bedah

3.PEMERIKSAAN FISIK

a. keadaan umum : baik

b.kesadaran : Sadar penuh

c. TTV: TD: 110/70 : 36,3 x/menit,RR: 64 x/menit

d. AMPLE

 Alergi : ada
 Medication : mengkonsumsi amodipin
 Post ilnessebelumnya : -
 Last meal : -
 Environmental : -
e. Kepala
 Inspeksi : -
 Palpasi : -
f. Mata
 Inspeksi : -
 Palpasi : -
g. Mulut
 Inspeksi : -
h. Wajah
 Inspeksi : -
 Palpasi : -
i. Leher
 Inspeksi : -
 Palpasi : -
j. Kulit
 Inspeksi : -
 Palpasi : -
k. Dada
 Auskultasi : -
 Palpasi : -
l. Abdomen
 Inspeksi : -
 Auskultasi : -
 Palapsi : -
 Perkusi : -
m. Genitalia
Tidak terpasang kateter, jenis kelamin laki-laki
n. Ekstremitas
1. Atas
 Inspeksi : -
 Palpasi : -
2. Bawah
 Inspeksi : tidakada edema
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan
3. PEMERIKSAAN PSIKOLOGIS : pasien tidak cemas dan takut

5. STATUS ASA: ASA II

6. RENCANA ANESTESI: Regional anestesi


8.TAHAP POST ANESTESI

1. Klien keluar dari ruang RR pukul 21.30


2. Kesadaran compos metis
3. Observasi tanda-tanda vital
4. Pasien terlihat meringis menahan sakit
5. Terpasang infus RL 20 tpm pada tangan kiri,
6. Posisi klien pasca anestesi supinasi
7. Bromage score 3

9.ANALISIS DATA

No Symptom Etiologi Problem

1. DS : Luka dari prosedur Gangguan rasa


pasien mengatakan nyeri pada pembedahan nyaman (nyeri akut)
bagian yang dioperasi
DO :

- Klien tampak meringis


menahan sakit.

- Klien tampak gelisah

- Skala nyeri : 3

2. DO : trauma jaringan dan Risiko infeksi


spasme otot refleks
- Terdapat luka post
operasi pada abdomen
bagian bawah.

- Terpasang kateter.

- TTV :
TD : 117/70 mmhg.
Nadi : 79x/menit
Suhu : 37,5oC

DS :-

3. DO :-pasien terlihat bed rest Nyeri post operatif Defisit perawatan diri
DS : -pasien mengatakan
aktivitas masih dibantu oleh
keluarga

10.PRIORITAS DIAGNOSA

No Prioritas Diagnosa

1. Risiko infeksi b/d tempat masuknya organisme sekunder akibat : pembedahan

2. Defisit perawatan diri b/d nyeri post operatif : ditandai dengan makan,mandi dan
berpakaian masih dibantu

3. Gangguan rasa nyaman (nyeri akut) b/d trauma jaringan dan spasme otot refleks
akibat : operasi ditandai dengan meringis dan gelisah.
11.PERENCANAAN

Diagnosa (masalah Perencanaan


kesehatan anestesi)
Tujuan Intervensi Rasional

1.Risiko Setelah dilakukan 1. Monitoring TTV 1. Untuk


infeksi b/d tindakan keperawatan klien. mengetahui
tempat selama post anestesi perkembangan
2. Jelaskan kepada
masuknya diharapkan tidak kesehatan
individu dan anggota
organisme terjadi adanya tanda- klien
keluarga tentang
sekunder tanda infeksi dengan
tanda dan gejala 2. Keluarga dan
akibat : kriteria hasil :
infeksi. pengasuh
pembedaha
1. Luka klien harus
n 3. Kaji ulang kebutuhan
tidak menggunakan
kateter urin yang
mengalami tindakan
menetap setiap hari
infeksi. pencegahan
4. Berikan terapi dengan darah
2. Tidak ada
antimikroba yang dan cairan
tanda dan
diresepkan dalam tubuh dari
gejala
waktu 15 menit dari semua klien
infeksi.
jadwal untuk
melindungi
diri dari
paparan
terhadap
semua
organisme
yang
berpotensi
menular.

3. Kateter urin
menyediakan
tempat
masuknya
organisme

4. Antibiotik
diberikan pada
interval yang
tepat
memastikan
pemeliharaan
tingkat
terapeutik

2. Defisit Setelah dilakukan 1. Menentukan area 1. Menawarkan


perawatn tindakan keperawatan yang berpotensi pilihan dan
diri b/d selama post anestesi untuk memasukkan klien
nyeri post diharapkan dapat meningkatkan dalam perencanaan
operatif : menurunkan risiko partisipasi dalam perawatan
ditandai jatuh dengan kriteria setiap kegiatan mengurangi perasaan
dengan hasil : perawatan diri. tidak berdaya;
makan,man
1. Dapat 2. Berikan klien 2. Meningkatkan
di dan
makan,minum cukup waktu kesediaan klien untuk
berpakaian
sendiri untuk mematuhi rejimen
masih
menyelesaikan terapi.
dibantu 2. Dapat
aktivitas tanpa
memakai dan 3. Ketidakmampuan
bantuan.
melepaskan untuk merawat diri
pakaian sendiri 3. Selama kegiatan sendiri menghasilkan
perawatan diri, perasaan
3. Dapat
berikan pilihan ketergantungan dan
melakukan
dan preferensi konsep diri yang
pembersihan
permintaan. buruk.
badan sendiri
4. Menilai kembali 4.Pengkodean setiap
kemampuan kemampuan
sesering perawatan diri
mungkin. memberikan dasar
untuk mengevaluasi
kemajuan.

3.Ganggua Setelah dilakukan 1. Monitoring TTV dan 1. Untuk


n rasa tindakan keperawatan observasi klien mengetahui
nyaman selama post anestesi perkembangan
2. Ajarkan strategi
(nyeri akut) diharapkan nyeri kesehatan
relaksasi khusus
b/d trauma dapat teratasi dengan klien.
(mis.bernapas
jaringan kriteria hasil :
perlahan, berirama 2. Mengalihkan
dan spasme
1. Nyeri atau napas dalam- perhatian
otot refleks
berkurang kepalkan tinju- terhadap nyeri.
akibat :
menjadi skala menguap)
operasi 3. Menurunkan
4.
ditandai 3. Kolaborasi nyeri dengan
dengan 2. Klien sudah pemberian obat menghambat
meringis tidak gelisah analgesic. rangsang
dan gelisah. lagi. nyeri.

3. Klien mampu
melakukan
aktivitas
sehari-hari
tanpa
merasakan
nyeri.

DAFTAR PUSTAKA

https://kekeanisa20091995.wordpress.com/2014/03/24/definisi-sehat-menurut-who-world-
health-organization/

https://student.fdk.ac.id/client/mahasiswa/dokumen/dokumen_mahasiswa_16149010461

http://mahasiswakeperawatan1.blogspot.com/2016/11/benigna-prostat-hiperplasia-bph.html?m=1

williams&wilkins,I. Diagnosis keperawatan lynda juall carpenito-moyet edisi 13

Anda mungkin juga menyukai