AT-TIN
Disusun oleh :
A. DEFINISI
Retensi urine adalah ketidakmampuan untuk melakukan urinasi meskipun terdapat
keinginan atau dorongan terhadap hal tersebut. (Brunner & Suddarth). Retensi urine adalah
sutau keadaan penumpukan urine di kandung kemih dan tidak punya kemampuan
untuk mengosongkannya secara sempurna. Benigna Prostat hiperplasia adalah bertambah
besarnya ukuran prostat biasanya diiringi dengan bertambahnya usia pada seorang pria,
membesarnya prostat menyebabkan fungsi leher buli dan uretra pars prostatika menjadi
terganggu, menimbulkan obstruksi saluran keluar buli. ( Iskandar, 2009)
Benigna prostat hiperplasia adalah terjadinya pelebaran pada prostat yang menimbulkan
penyempitan saluran kencing dan tekanan di bawah kandung kemih dan menyebabkan
gejala-gejala seperti sering kencing dan retensi urin.( Aulawi, 2014)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan benigna prostat hiperplasia adalah pembesaran
pada kelenjar prostat yang sebagian besar dialami laki-laki lanjut usia ditandai dengan gejala
sering kencing dan retensi urin.
B. ETIOLOGI
Adapun penyebab dari penyakit retensio urine adalah sebagai berikut:
1. Supra vesikal berupa kerusakan pada pusat miksi di medulla spinallis S2 S4 setinggi
T12L1.Kerusakan saraf simpatis dan parasimpatis baik sebagian ataupun seluruhnya,
misalnya pada operasi miles dan mesenterasi pelvis, kelainan medulla spinalis,
misalnya miningokel,tabes doraslis, atau spasmus sfinkter yang ditandai dengan rasa
sakit yang hebat.
2. Vesikal berupa kelemahan otot detrusor karena lama teregang, atoni pada pasien DM
atau penyakit neurologist, divertikel yang besar.
3. Intravesikal berupa pembesaran prostate, kekakuan leher vesika, striktur, batu
kecil,tumor pada leher vesika, atau fimosis.
4. Dapat disebabkan oleh kecemasan, pembesaran porstat, kelainan patologi
urethra(infeksi, tumor, kalkulus), trauma, disfungsi neurogenik kandung kemih.
C. FAKTOR RESIKO
Berbagai hal yang menyumbat aliran urine dari kandung kemih ke saluran kemih
dapat menyebabkan retensi urine. Pada pria, kondisi ini sering diakibatkan oleh
pembesaran prostat dan kanker prostat. Sementara pada wanita, penyumbatan aliran
urine kerap disebabkan oleh kandung kemih turun. Selain itu, beberapa gangguan lain,
seperti batu kandung kemih atau saluran kemih, kanker kandung kemih, dan striktur
uretra atau terbentuknya jaringan parut di saluran kemih, juga dapat menyebabkan
retensi urine.
Proses buang air kecil terjadi ketika otak mengirim sinyal ke kandung kemih agar
otot-otot kandung kemih bekerja untuk mengeluarkan urine dari tubuh. Jika terjadi
gangguan pada saraf kandung kemih atau otak, maka proses ini akan terganggu dan
menimbulkan kesulitan buang air kecil. Terganggunya sistem saraf yang terhubung ke
kandung kemih dapat disebabkan oleh beberapa kondisi, seperti stroke, cedera otak
atau saraf tulang belakang, kelumpuhan, diabetes, penyakit Parkinson, dan multiple
sclerosis.
3. Riwayat operasi
Pada kasus tertentu, retensi urine bisa disebabkan oleh efek samping obat-obatan
tertentu, seperti obat pelemas otot, antidepresan, anti histamin, antikejang, obat
penurun tekanan darah nifedipine, obat asma, dan antinyeri golongan opioid. Efek
samping tersebut lebih berisiko terjadi apabila obat-obatan tersebut dikonsumsi dalam
jangka panjang atau dosis yang tinggi.
Otot kandung kemih yang tidak berkontraksi cukup kuat atau lama juga dapat
menyebabkan retensi urine. Melemahnya otot kandung kemih ini bisa disebabkan oleh
penuaan (usia di atas 50 tahun) atau penggunaan kateter urine dalam jangka panjang.
6. Infeksi
Selain beberapa faktor di atas, retensi urine juga menjadi terjadi akibat adanya
infeksi prostat atau saluran kemih. Pasalnya, infeksi pada kedua organ tersebut dapat
menyebabkan pembengkakan yang membuat saluran kemih terhambat, sehingga urine
menjadi sulit untuk dikeluarkan.
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Di awali dengan urin mengalir lambat
2. Terjadi poliuria yang makin lama makin parah karena pengosongan kandung kemih
tidak efisien.
3. Terjadi distensi abdomen akibat dilatasi kandung kemih
4. Terasa ada tekanan, kadang trasa nyeri dan kadang ingin BAK
5. Pada retensi berat bisa mencapai 2000-3000 cc
Retensi urine dapat menimbulkan infeksi yang bisa terjadi akibat distensi kandung
kemih yang berlebihan gangguan suplai darahpada dinding kandu kemih dan proliferasi
bakteri. Gangguan fungsi renal juga dapat terjadi, khususnya bila terdapat obstruksi
saluran kemih.
E. PATOFISIOLOGI
Gangguan
Urine terkumpul di atas eliminasi urine
Gg. Rasa
nyaman
batu bergesekan dengan
Resiko
RBC keluar
infeksi
mukosa epitel terjadi trauma
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil LAB
NO Nama Obat
1 CEFOTAXIME
2 ANTRAIN
DATA PENGKAJIAN
DO DS
Post: > pasien mengatakan nyeri pada bagian yang
> pasien tampak meringis dan menahan dioperasi
sakit > pasien mengatakan aktivitas masih dibantu
> skala nyeri: 3 oleh keluarga
> ADL dibantu keluarga
> terpasang kateter
> terpasang Nacl 0,9%
> TD : 117/70 mmHg
> N : 79x/menit
> Suhu : 37,5 oC
> pasien terlihat bed rest
6.PENGKAJIAN
Jam :-
Tempat : AT-TIN
Metode : Observasi,wawancara,pemeriksaan,fisik
Sumber data : Klien,tim kesehatan,dan status kesehatan klien
Oleh : Kelompok 4
IdentitasKlien
Nama : ADI WIYONO/TUGIMIN
Umur : 75 thn 0 bln 19 hr
Jeniskelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
Alamat : Pereng kembang RT 02/20 balecatur
Pendidikan : Tidak tamat SD
Pekerjaan :-
Diagnosa Medis : Retensi urine
Rencana operasi : TURP
Berat badan :-
Tingg ibadan :-
No RM : 34710410099347
Tanggal masuk : 24-02-2020
Dokter Umum : dr. P. Yuri, Sp. U
Dokter Anestesi : dr. Mahmud, Sp. An
Rencana Anestesi : Regional anestesi
1. RIWAYAT KESEHATAN
a. keluhan utama
Klien mengatan susah buang air kecil.
b. riwayat penyakit sekarang
klien mengatakan bagian perut terasa penuh seperti ingin BAK tetapi yang keluar
sedikit.
c. riwayat penyakitdahulu
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit menular
dan keturunan.
2. KELENGKAPAN MEDIS
3.PEMERIKSAAN FISIK
d. AMPLE
Alergi : ada
Medication : mengkonsumsi amodipin
Post ilnessebelumnya : -
Last meal : -
Environmental : -
e. Kepala
Inspeksi : -
Palpasi : -
f. Mata
Inspeksi : -
Palpasi : -
g. Mulut
Inspeksi : -
h. Wajah
Inspeksi : -
Palpasi : -
i. Leher
Inspeksi : -
Palpasi : -
j. Kulit
Inspeksi : -
Palpasi : -
k. Dada
Auskultasi : -
Palpasi : -
l. Abdomen
Inspeksi : -
Auskultasi : -
Palapsi : -
Perkusi : -
m. Genitalia
Tidak terpasang kateter, jenis kelamin laki-laki
n. Ekstremitas
1. Atas
Inspeksi : -
Palpasi : -
2. Bawah
Inspeksi : tidakada edema
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
3. PEMERIKSAAN PSIKOLOGIS : pasien tidak cemas dan takut
9.ANALISIS DATA
- Skala nyeri : 3
- Terpasang kateter.
- TTV :
TD : 117/70 mmhg.
Nadi : 79x/menit
Suhu : 37,5oC
DS :-
3. DO :-pasien terlihat bed rest Nyeri post operatif Defisit perawatan diri
DS : -pasien mengatakan
aktivitas masih dibantu oleh
keluarga
10.PRIORITAS DIAGNOSA
No Prioritas Diagnosa
2. Defisit perawatan diri b/d nyeri post operatif : ditandai dengan makan,mandi dan
berpakaian masih dibantu
3. Gangguan rasa nyaman (nyeri akut) b/d trauma jaringan dan spasme otot refleks
akibat : operasi ditandai dengan meringis dan gelisah.
11.PERENCANAAN
3. Kateter urin
menyediakan
tempat
masuknya
organisme
4. Antibiotik
diberikan pada
interval yang
tepat
memastikan
pemeliharaan
tingkat
terapeutik
3. Klien mampu
melakukan
aktivitas
sehari-hari
tanpa
merasakan
nyeri.
DAFTAR PUSTAKA
https://kekeanisa20091995.wordpress.com/2014/03/24/definisi-sehat-menurut-who-world-
health-organization/
https://student.fdk.ac.id/client/mahasiswa/dokumen/dokumen_mahasiswa_16149010461
http://mahasiswakeperawatan1.blogspot.com/2016/11/benigna-prostat-hiperplasia-bph.html?m=1