“ULKUS PEPTIKUM”
Dosen Pembimbing :
Ns. Siti Aminah, M.Kep
Disusun Oleh :
Nama : Sindy Meilani
NIM : E.010518035
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan sehingga
saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita
nanti-nantikan syafaatnya.
Saya tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu, saya
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Terimakasih.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
A. DEFINISI 4
B. ETIOLOGI 4
C. MANIFESTASI KLINIS 5
D. PATHWAY 6
E. KOMPLIKASI 8
F. PENATALAKSANAAN 9
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 9
1. Pengkajian 9
2. Pemeriksaan fisik 10
3. Pemeriksaan diagnostic/penunjang 15
2. Analisa data 16
3. Diagnosa Keperawatan 17
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................21
ii
iii
BAB I
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Ulkus adalah luka terbuka pada kulit atau membran mukosa yang disertai dengan
terkelupasnya jaringan yang terinflamasi dan jaringan nekrotik. Istilah umum, ulkus peptikum adalah
kerusakan pada integritas mukosa esofagus, lambung, atau duodenum. Ulkus peptikum meliputi
ulkus lambung dan yang lebih umum adalah ulkus duodenum. Ulkus duodenum dikarakteristikan
dengan meningkatnya sekresi asam hidroklorat didalam lambung.
Ulkus peptikum atau tukak lambung adalah peradangan terbuka seperti sariawan di saluran
pencernaan bagian atas. Ada dua jenis ulkus peptikum yaitu ulkus gaster yang terbentuk di lapisan
lambung dan ulkus duodenum yang terbentuk di bagian atas usus kecil.
B. ETIOLOGI
Penurunan Produksi Mukus sebagai Penyebab Ulkus
Kebanyakan ulkus terjadi jika sel-sel mukosa usus tidak menghasilkan produksi mukus
yang adekuat sebagai perlindungan terhadap asam lambung. Penyebab penurunan produksi
mukus dapat termasuk segala hal yang menurunkan aliran darah ke usus, menyebabkan hipoksia
lapisan mukosa dan cedera atau kematian sel-sel penghasil mukus. Ulkus jenis ini disebut ulkus
iskemik. Penurunan aliran darah terjadi pada semua jenis syok. Jenis khusus ulkus iskemik yang
timbul setelah luka bakar yang parah disebut ulkus Curling (Curling Ulcer).
Penurunan produksi mukus di duodenum juga dapat terjadi akibat penghambatan kelenjar
penghasil mukus di duodenum, yang disebut kelenjar Brunner. Aktivitas kelenjar Brunner
dihambat oleh stimulasi simpatis. Stimulasi simpatis meningkat pada keadaan stres kronis
sehingga terdapat hubungan antara stres kronis dan pembentukan ulkus.
Penyebab utama penurunan produksi mukus berhubungan dengan infeksi bakterium
H.pylori membuat koloni pada sel-sel penghasil mukus di lambung dan duodenum, sehingga
menurunkan kemampuan sel memproduksi mukus. Sekitar 90% pasien ulkus duodenum dan 70%
ulkus gaster memperlihatkan infeksi H.pylori. Infeksi H.pylori endemik di beberapa negara
berkembang. Infeksi terjadi dengan cara ingesti mikroorganisme.
4
terjadi akibat NSAID. Lansia terutama rentan terhadap cedera GI akibat NSAID. Obat lain atau
makanan dihubungkan dengan perkembangan ulkus termasuk kafein, alkohol, dan nikotin. Obat-
obat ini tampaknya juga mencederai perlindungan lapisan mukosa.
Kelebihan Asam sebagai Penyebab Ulkus
Pembentukan asam di lambung penting untuk mengaktifkan enzim pencernaan lambung.
Asam hidroklorida (HCl) dihasilkan oleh sel-sel parietal sebagai respons terhadap makanan
tertentu, hormon (termasuk gastrin), histamin, dan stimulasi parasimpatis. Makanan dan obat
seperti kafein dan alkohol menstimulasi sel-sel parietal untuk menghasilkan asam. Sebagian
individu memperlihatkan reaksi berlebihan pada sel- sel perietalnya terhadap makanan atau zat
tersebut, atau mungkin mereka memiliki jumlah sel parietal yang lebih banyak dari normal
sehingga menghasilkan lebih banyak asam. Aspirin bersifat asam, yang dapat langsung
mengiritasi atau mengerosi lapisan lambung.
Hormon lambung gastrin juga menstimulasi produksi asam, sehingga apa pun yang dapat
meningkatkan sekresi gastrin dapat menyebabkan produksi asam yang berlebihan. Contoh utama
dari kondisi ini adalah sindrom ZOllinger-Ellison, penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan
tumor di sel-sel endokrin penghasil gastrin. Penyebab lain kelebihan asam antara lain stimulasi
vagal yang berlebihan pada sel parietal yang terlihat setelah cedera atau trauma otak. Ulkus yang
berkembang dalam keadaan seperti ini disebut ulkus Cushing. Stimulasi terhadap vagus yang
berlebihan selama setres psikologis juga dapat menyebabkan produksi Hcl yang berlebihan.
Peningkatan Penyaluran Asam sebagai Penyebab Ulkus Duodenum
Perpindahan isi lambung yang terlalu cepat ke duodenum dapat memperberat kerja lapisan
mukus protektif di duodenum. Hal ini terjadi pada iritasi lambung oleh makanan tertentu atau
mikroorganisme, serta sekresi gastrin yang berlebihan atau distensi abnormal.
Perpindahan isi lambung yang terlalu cepat ke dalam usus juga terjadi pada keadaan yang
disebut dumping syndrome atau sindrom limpah. Sindrom limpah terjadi jika kemampuan
lambung untuk menahan dan secara lambat mengeluarkan kimus ke dalam duodenum terganggu.
Salah satu penyebab sindrom limpah adalah pengangkatan secara bedah sebagian besar lambung.
Sindrom limpah tidak hanya mengakibatkan perpindahan isi lambung yang cepat ke usus, tetapi
juga dapat menyebabkan hipotensi kardiovaskuler. Hipotensi terjadi karena perpindahan berbagai
macam partikel makanan ke usus semuanya dalam satu waktu mengakibatkan sebagian besar air
di sirkulasi pindah ke usus melalui proses osmosis.
C. MANIFESTASI KLINIS
1. Nyeri abdomen seperti terbakar (dispepsia) sering terjadi di malam hari. Nyeri biasanya
terletak di area tengah epigastrium, dan sering bersifat ritmik
2. Nyeri yang terjadi ketika lambung kosong (sebagai contoh di malam hari) sering menjadi
tanda ulkus duodenum, dan kondisi ini adalah yang paling sering terjadi
5
3. Nyeri yang terjadi segera setelah atau selama malam adalah ulkus gaster. Kadang, nyeri dapat
menyebar ke punggung atau bahu.
4. Nyeri sering hilang-timbul: nyeri sering terjadi setiap hari selama beberapa minggu kemudian
menghilang sampai periode perburukan selanjutnya
5. Penurunan berat badan juga biasanya menyertai ulkus gaster. Penambahan berat badan dapat
terjadi bersamaan dengan ulkus duodenum akibat makan dapat meredakan rasa tidak nyaman
6
D. PATHWAY
Peningkatan permeabilitas
sawar lambung
Pengeluaran histamin
Ulkus peptikum
Risiko kekurangan
Mual Merangsang
volume cairan hipotalamus pada
Penurunan volume
darah pusat nyeri
Anoreksia
7
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
E. KOMPLIKASI
1. Infeksi Abdomen
Infeksi abdomen akan memerlukan antibiotik dalam dosis besar. Distensi kontinu tanpa pengeluaran
flatus atau feses merupakan tanda serius gangguan peristaltis, yang menyebabkan ileus paralitik.
2. Obstruksi
Obstruksi dapat terjadi ketika jaringan parut terbentuk hingga mencapai bagian yang menghambat
masuknya makanan ke sfingter pilorik. Gejalanya adalah memuntahkan makanan yang belum
dicerna dan nyeri lambung. Hanya muntah yang meredakan nyeri, Peritonitis merupakan ancaman
utama.
3. Hemoragi
Hemoragi adalah komplikasi lain ulkus yang serius dan sering dijumpai, yang terjadi ketika ulkus
masuk ke dalam pembuluh darah. Jika pembuluh darah tersebut kecil, perdarahan dapat sangat
ringan sehingga klien tidak menyadarinya. Memuntahkan darah atau mengeluarkan melena adalah
bukti hemoragi yang lebih ekstensif. Jika perdarahan masif, tanda syok terjadi, yang meliputi pucat,
nadi lemah dan cepat, tekanan darah rendah, hampir pingsan, dan kolaps. Tanda hemoragi yang
signifikan adalah emesis seperti kopi (emesis darah yang sudah dicerna sebagian). Jika kehilangan
darah banyak dan tiba-tiba klien paling cenderung atau muntah; jika perdarahan sedikit dan bertahap,
klien paling cenderung mengeluarkan darah melalui feses.
4. Perforasi
Perforasi terjadi ketika ulkus menembus dinding lambung atau usus, sehingga isi lambung atau usus
masuk kedalam abdomen, menyebabkan peritonitis (inflamasi membran serosa yang melapisi
dinding pelvis dan abdomen).
Gejala perforasi dimulai dengan nyeri abdomen yang tajam, tiba-tiba, dan berbahaya. Tanda fisik
meliputi pucat dan diaforesis. Abdomen akan mengeras dan sensitif serta nyeri. Klien bernapas
dengan cepat dan menekuk lututnya untuk meredakan nyeri. Kemudian wajah klien tampak merah
dan demam. Kondisi ini membutuhkan pembedahan segera untuk menutup perforasi. Perforasi dapat
terjadi tanpa peringatan dan mungkin tidak didahului dengan tanda gangguan pencernaan yang
bermakna.
8
F. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
Hindari rokok dan makanan yang menyebabkan nyeri
PPI (omeprazole)
Bismuth koloidal
Re-endoskopi pasien dengan ulkus gaster setelah 6 minggu karena terdapat risiko keganasan
Pembedahan
Hanya diindikasikan untuk kegagalan terapi medikamentosa dan komplikasi.
Operasi elektif untuk ulkus duodenum : vagotomi seletif tinggi ; saat ini jarang digunakan :
Operasi elektif untuk ulkus gaster : gastrektomi Billroth I
Ulkus duodenum/gastrikum yang telah perforasi : penutupan sederhana pada perforasi dan
biopsi.
Perdarahan : kontrol endoskopik dengan skleroterapi, menjahit pembuluh darah yang rusak
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Endoskopi (gastroskopi) dengan biopsi dan sitologi
2. Pemeriksaan dengan barium
3. Pemeriksaan radiologi pada abdomen
4. Analisis lambung
5. Pemeriksaan laboratorium kadar Hb, Ht, dan pepsinogen
1. Pengkajian
1. Anamnesis
Gejala-gejala ulkus dapat hilang selama beberapa hari, minggu, atau beberapa bulan dan
bahkan dapat hilang hanya sampai terlihat kembali, sering tanpa penyebab yang dapat
diidentifikasi. Banyak individu mengalami gejala ulkus, dan 20-30% mengalami perforasi
9
atau hemoragi yang tanpa adanya manifestasi yang mendahului. Data subjektif berfokus pada
keluhan yang dirasakan pasien seperti
1. Nyeri : biasanya pasien dengan ulkus mengeluh nyeri tumpul, seperti tertusuk atau
sensasi terbakar di epigastrium tengah atau di punggung. Hal ini diyakini bahwa nyeri
terjadi bila kandungan asam lambung dan duodenum meningkat menimbulkan erosi dan
merangsang ujung saraf yang terpajan. Teori lain menunjukkan bahwa kontak lesi
dengan asam merangsang mekanisme refleks local yang mamulai kontraksi otot halus
sekitarnya. Nyeri biasanya hilang dengan makan, karena makan menetralisasi asam atau
dengan menggunakan alkali, namun bila lambung telah kosong atau alkali tidak
digunakan nyeri kembali timbul. Nyeri tekan lokal yang tajam dapat dihilangkan dengan
memberikan tekanan lembut pada epigastrium atau sedikit di sebelah kanan garis tengah.
Beberapa gejala menurun dengan memberikan tekanan local pada epigastrium.
2. Pirosis (nyeri uluhati) : beberapa pasien mengalami sensasi luka bakar pada esophagus
dan lambung, yang naik ke mulut, kadang-kadang disertai eruktasi asam. Eruktasi atau
sendawa umum terjadi bila lambung pasien kosong.
3. Muntah : meskipun jarang pada ulkus duodenal tak terkomplikasi, muntah dapat menjadi
gejala ulkus peptikum. Hal ini dihubungkan dengan pembentukan jaringan parut atau
pembengkakan akut dari membran mukosa yang mengalami inflamasi di sekitarnya pada
ulkus akut. Muntah dapat terjadi atau tanpa didahului oleh mual, biasanya setelah nyeri
berat yang dihilangkan dengan ejeksi kandungan asam lambung.
4. Konstipasi dan perdarahan : konstipasi dapat terjadi pada pasien ulkus, kemungkinan
sebagai akibat dari diet dan obat-obatan. Pasien dapat juga datang dengan perdarahan
gastrointestinal sebagian kecil pasien yang mengalami akibat ulkus akut sebelumnya
tidak mengalami keluhan, tetapi mereka menunjukkan gejala setelahnya.
5. Anoreksia
6. Pola makan dan diet
7. Kebiasaan mengkonsumsi kopi dan alcohol
8. Penggunaan obat-obatan
9. Stressor individu dan keluarga
10. Pekerjaan dan gaya hidup
11. Pola koping yang biasa dan pemecahan masalah
2. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
- Ciri tubuh : kulit, rambut, postur tubuh.
- Tanda vital : nadi, suhu tubuh, tekanan darah, dan pernafasan.
10
2.Pemeriksaan Fisik Sistem yg Terganggu (Sistem Pencernaan)
1. Bibir
Bibir dikaji terhdap kondisi warna, tekstur, hidrasi, kontur, serta adanya lesi. Dengan
mulut pasien tertutup, perawat melihat bibir dari ujung ke ujung. Normalnya bibir berwarna
merah muda, lembab, simetris, dan halus. Pasien wanita harus menghapus lipstik mereka
sebelum pemeriksaan. Bibr yang pucat dapat disebabkan karna anemia, sedangkan sianosis
desebabkan oleh masalah pernapasan atau kardiovaskular. Lesi seperti nodul dan ulserasi
dapat berhubungan dengan infeksi, iritasi, atau kanker kulit.
2. Rongga mulut
Pemeriksaan fisik rongga mulut dilakukan untuk menilai kelainan atau lesi yang
mempengaruhi pada fungsi ingesti dan digesti. Untuk mengkaji rongga oral,perawat
menggunakan senter dan spatel lidah atau kasa tunggal segi empat.
3. Lidah dan dasar mulut
Lidah dan diinspeksi dengan cermat pada semua sisi dan bagian dasar mulut. Terlebih
dahulu pasien harus merilekskan mulut dan sedikit menjulurkan lidah keluar. Perawat mencatat
adanya penyimpangan, tremor, atau keterbatasan gerak. Hal tersebut dilakukan untuk menguji
fungsi safar hipoglosum. Jika pasien menjulurkan lidahnya terlalu jauh, dapat terlihat adanya
reflek muntah. Pada saat lidah dijulurkan, lidah berada digaris tengah.
4. Pemeriksaan fisik Abdomen
Urutan teknik pemeriksaan pada abdomen ialah inspeksi, auskultasi, palpasi, dan perkusi.
Auskultasi dilakukan sebelum kita melakukan palpasi dan perkusi dengan tujuan agar hasil
pemeriksaan auskultasi lebih akurat karena kita belum melakukan manipulasi terhadap
abdomen.bila dilakukan palpasi dan perkusi terlebih dahulu , maka dapat mengubah frekuensi
dan karakter bising usus.
v Topografi Anatomi Abdomen
Ada dua macam cara pembagian topografi abdomen yang umum dipakai untuk menentukan
lokalisasi kelainan, yaitu:
1. Pembagian atas empat kuadran, dengan membuat garis vertikal dan horizontal melalui
umbilicus, sehingga terdapat daerah kuadran kanan atas, kiri atas, kanan bawah, dan kiri bawah.
2. Pembagian atas sembilan daerah, dengan membuat dua garis horizontal dan dua garis
vertikal.
« Garis horizontal pertama dibuat melalui tepi bawah tulang rawan iga kesepuluh dan yang
kedua dibuat melalui titik spina iliaka anterior superior (SIAS).
11
« Garis vertikal dibuat masing-masing melalui titik pertengahan antara SIAS dan mid-line
abdomen.
« Terbentuklah daerah hipokondrium kanan, epigastrium, hipokondrium kiri, lumbal kanan,
umbilical, lumbal kanan, iliaka kanan, hipogastrium/suprapubik, dan iliaka kiri.
A. INSPEKSI
Dilakukan pada pasien dengan posisi tidur terlentang dan diamati dengan seksama dinding
abdomen. Yang perlu diperhatikan adalah:
a. Keadaan kulit; warnanya (ikterus, pucat, coklat, kehitaman), elastisitasnya (menurun pada
orang tua dan dehidrasi), kering (dehidrasi), lembab (asites), dan adanya bekas-bekas garukan
(penyakit ginjal kronik, ikterus obstruktif), jaringan parut (tentukan lokasinya), striae
(gravidarum/ cushing syndrome), pelebaran pembuluh darah vena (obstruksi vena kava inferior
& kolateral pada hipertensi portal).
b. Besar dan bentuk abdomen; rata, menonjol, atau scaphoid (cekung).
c. Simetrisitas; perhatikan adanya benjolan local (hernia, hepatomegali, splenomegali,
kista ovarii, hidronefrosis).Gerakan dinding abdomen pada peritonitis terbatas.
d. Pembesaran organ atau tumor, dilihat lokasinya dapat diperkirakan organ apa atau tumor
apa.
e. Peristaltik; gerakan peristaltik usus meningkat pada obstruksi ileus, tampak pada dinding
abdomen dan bentuk usus juga tampak (darm-contour).
f. Pulsasi; pembesaran ventrikel kanan dan aneurisma aorta sering memberikan gambaran
pulsasi di daerah epigastrium dan umbilical.
g. Perhatikan juga gerakan pasien:
· Pasien sering merubah posisi → adanya obstruksi usus.
· Pasien sering menghindari gerakan → adanya iritasi peritoneum generalisata.
· Pasien sering melipat lutut ke atas agar tegangan abdomen berkurang/ relaksasi → adanya
peritonitis.
· Pasien melipat lutut sampai ke dada, berayun-ayun maju mundur pada saat nyeri → adanya
pankreatitis parah.
B. AUSKULTASI
Kegunaan auskultasi ialah untuk mendengarkan suara peristaltic usus dan bising pembuluh
darah. Dilakukan selama 2-3 menit.
a. Mendengarkan suara peristaltik usus.
Diafragma stetoskop diletakkan pada dinding abdomen, lalu dipindahkan keseluruh bagian
abdomen. Suara peristaltic usus terjadi akibat adanya gerakan cairan dan udara dalam usus.
Frekuensi normal berkisar 5-34 kali/ menit.
12
Ø Bila terdapat obstruksi usus, peristaltik meningkat disertai rasa sakit (borborigmi).
Ø Bila obstruksi makin berat, abdomen tampak membesar dan tegang, peristaltik lebih tinggi
seperti dentingan keeping uang logam (metallic-sound).
Ø Bila terjadi peritonitis, peristaltik usus akan melemah, frekuensinya lambat, bahkan sampai
hilang.
· Suara usus terdengar tidak ada
· Hipoaktif/sangat lambat ( misalnya sekali dalam 1 menit )
Peningkatan permeabilitas
sawar lambung
Penyebab dan faktor predisposisi :
Asam dalam lumen, empedu, alkohol, NSAIDs, H. pillory, stress,
herediter, makanan / minuman yang dapat mengiritasi lambung
Peningkatan permeabilitas
sawar lambung
Pengeluaran histamin
Ulkus peptikum
14
C. PALPASI
Beberapa pedoman untuk melakukan palpasi, ialah:
a. Pasien diusahakan tenang dan santai dalam posisi berbaring terlentang. Sebaiknya
pemeriksaan dilakukan tidak buru-buru.
b. Palpasi dilakukan dengan menggunakan palmar jari dan telapak tangan.
Sedangkan untuk menentukan batas tepi organ, digunakan ujung jari. Diusahakan agar
tidak melakukan penekanan yang mendadak, agar tidak timbul tahanan pada dinding abdomen.
c. Palpasi dimulai dari daerah superficial, lalu ke bagian dalam. Bila ada daerah yang
dikeluhkan nyeri, sebaiknya bagian ini diperiksa paling akhir.
d. Bila dinding abdomen tegang, untuk mempermudah palpasi maka pasien diminta untuk
menekuk lututnya. Bedakan spasme volunteer & spasme sejati dengan menekan daerah
muskulus rectus, minta pasien menarik napas dalam, jika muskulus rectus relaksasi, maka itu
adalah spasme volunteer. Namun jika otot kaku tegang selama siklus pernapasan, itu adalah
spasme sejati.
e. Palpasi bimanual : palpasi dilakukan dengan kedua telapak tangan, dimana tangan kiri
berada di bagian pinggang kanan atau kiri pasien sedangkan tangan kanan di bagian depan
dinding abdomen.
f. Pemeriksaan ballottement : cara palpasi organ abdomen dimana terdapat asites. Caranya
dengan melakukan tekanan yang mendadak pada dinding abdomen & dengan cepat tangan
ditarik kembali. Cairan asites akan berpindah untuk sementara, sehingga organ atau massa
tumor yang membesar dalam rongga abdomen dapat teraba saat memantul.Teknik ballottement
juga dipakai untuk memeriksa ginjal, dimana gerakan penekanan pada organ oleh satu tangan
akan dirasakan pantulannya pada tangan lainnya.
g. Setiap ada perabaan massa, dicari ukuran/ besarnya, bentuknya, lokasinya, konsistensinya,
tepinya, permukaannya, fiksasi/ mobilitasnya, nyeri spontan/ tekan, dan warna kulit di atasnya.
Palpasi hati : dilakukan dengan satu tangan atau bimanual pada kuadran kanan atas. Dilakukan
palpasi dari bawah ke atas pada garis pertengahan antara mid-line & SIAS. Bila perlu pasien
diminta untuk menarik napas dalam, sehingga hati dapat teraba. Pembesaran hati dinyatakan
dengan berapa sentimeter di bawah lengkung costa dan berapa sentimeter di bawah prosesus
xiphoideus. Sebaiknya digambar.
15
1
Mual
D. PERKUSI
Anoreksia
Intake makanan
tidak adekuat
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
3. Pemeriksaan diagnostic/penunjang
1. Pemeriksaan fisik dapat menunjukkan adanya nyeri, nyeri tekan epigastrik atau distensi
abdominal.
17
zollinger-ellison. Nyeri yang hilang dengan makanan atau antasida, dan tidak adanya
nyeri yang timbul juga mengidentifikasikan adanya ulkus.
7. Adanya H. Pylory dapat ditentukan dengan biopsy dan histology melalui kultur,
meskipun hal ini merupakan tes laboratorium khusus. serta tes serologis terhadap
antibody pada antigen H. Pylori.
18
2. Analisa data
Korteks cerebri
Nyeri dipersepsikan
2 Nutrisi kurang dari Kelemahan/kerusakan mukosa DS :
kebutuhan tubuh Lambung nafsu
Klien mengatakan
Anoreksia
Mal nutrisi
3 Ansietas Tidak mengenal sumber DS :
informasi Klien mengatakan bahwa
19
belum pernah mengalami
penyakit ini sebelumnya
Kekurangan interprestasi DO :
informasi Klien mengeluh tentang
penyakitnya
Kurangnya pengetahuan
tentang penyakitnya
Prioritas Masalah
1) Nyeri
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3) Ansietas
3. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri berhubungan dengan kelemahan/kerusakan mukosa lambung ditandai dengan :
DS : Klien mengatakan sering meringis kesakitan
DO : Tekanan nadi 96 kali/menit
Ekskpresi wajah meringis
Nyeri pada skala 3
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan konsentrasi dan kerja
asam pepsin ditandai dengan :
DS : Klien mengatakan nafsu makannya berkurang
DO : Porsi makan tidak dihabiskan
BB menurun
3) Ansietas berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi, ditandai dengan :
DS : Klien mengatakan bahwa klien bahwa klien belum pernah mengalami penyakit ini
sebelumnya
DO : Klien mengeluh tentang penyakitnya
Tindakan/Intervensi Rasional
21
2.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan konsentrasi dan kerja asam
pepsin
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien mendapatkan tingkat nutrisi
optimal.
kriteria hasil : menghindari makanan dan minuman pengiritasi, makanan dan kudapan pada
interval yang dijadwalkan secara teratur, dan memilih lingkungan rileks untuk makanan.
Tindakan/intervensi Rasional
1. Anjurkan makan-makanan dan Makanan yang tidak mengiritasi
minuman yang tidak mengiritasi mengurangi nyeri epigastrik
2. Anjurkan makanan dimakan pada Makan teratur membantu menetralisir sekresi
jadwal yang teratur, hindari kudapan lambung, kudapan sebelum waktu tidur
sebelum waktu tidur meningkatkan sekresi asam
Lambung
3. Dorong makanan pada lingkungan yang Lingkungan yang rileks kurang
rileks meimbulkan ansietas. Menurunkan
ansietas membantu menurunkan sekresi asam
hidroklorida
22
3. Ansietas berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi
Tujuan : pasien mendapat pengetahuan tentang pencegahan dan penatalaksanaan.
Kriteria hasil : mengekspresikan minat dalan belajar bagaimana mengatasi penyakit,
berpartisipasi dalam sesi penyuluhan, mengajukan pertanyaan, dan menyatakan keinginan
untuk bertanggung jawab terhadap perawatan diri.
Tindakan/Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat pengetahuan dan Keinginan untuk belajar bergantung pada
kesiapan belajar dari pasien kondisi fisik pasien, tingkat ansietas dan
kesiapan mental
2. Ajarkan informasi yang Individualisasi rencana penyuluhan
diperlukan: meningkatkan pembelajaran
Gunakan kata-kata sesuai tingkat
pengetahuan pasien.
Batasi sesi penyuluhan sampai 30
menit atau kurang.
3. Yakinkan pasien bahwa penyakit Memberikan pengaruh positif pada
dapat diatasi perubahan perilaku
23
DAFTAR PUSTAKA
24