Anda di halaman 1dari 33

ASKEP SISTEM PENCERNAAN ULKUS PEPTIKUM

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah ‘KMB I (ASKEP SISTEM

PENCERNAAN’

Dosen Pengampu : Damon Wicaksi, SST, M.Kes

Disusun Oleh :

Angga Putra 21144010007

Dinda Putri M.S 21144010015

Siti Nur Azizah 21144010049

PROGRAM STUDI DII KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BONDOWOSO

2022 – 2023

i
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas limpahan

Rahmat serta karunia-Nya semata, sehingga tugas mata kuliah ini dapat

terselesaikan dengan baik.Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

KMB I (ASKEP SISTEM PENCERNAAN) yang menjadi salah satu mata

kuliah wajib di Program Studi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso.

Dengan Tema “Asuhan Keperawatan Sistem Pencernaan ‘ULKUS

PEPTIKUM’ “

Penulis yakin tanpa adanya bantuan dari semua pihak, maka tugas ini tidak

akan dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan

terimakasih kepada:

1. Ibu Yuana Dwi Agustin, SKM, M.Kes sebagai Ketua Program Studi DIII

Keperawatan Universitas Bondowoso.

2. Bapak Damon Wicaksi, SST, M.Kes sebagai dosen pengampu mata kuliah

KMB I (ASKEP SISTEM PENCERNAAN.)

3. Semua pihak yang telah membantu pengerjaan makalah ini.

Semoga sumbangsih yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan

imbalan dari Allah SWT, dan penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang

membangun dari semua pihak untuk bahan perbaikan penulisan makalah ini.

Bondowoso, 10 Agustus 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................... ii

BAB 1 LANDASAN TEORI

1.1. Konsep Dasar Ulkus Peptikum........................................................... 1

1.2. Etiologi................................................................................................ 1

1.3. Manifestasi Klinis............................................................................... .2

1.4. Klasifikasi........................................................................................... 4

1.5. Patofisiologi........................................................................................ 5

1.6. Pathway (WOC).................................................................................. 7

1.7. Pemeriksaan Penunjang....................................................................... 8

1.8. Penatalaksanaan................................................................................... 8

1.9. Pengobatan.......................................................................................... 10

BAB 2 ASKEP TEORI

2.1. Pengkajian........................................................................................... 11

2.2. Diagnosa Keperawatan........................................................................ 16

2.3. Intervensi Keperawatan........................................................................ 17

2.4. Evaluasi................................................................................................ 24

BAB 3 PENUTUP

3.1. Kesimpulan........................................................................................... 25

3.2. Saran...................................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 27

ii
BAB 1

LANDASAN TEORI

1.1. Konsep Dasar Ulkus Peptikum

Ulkus peptikum adalah keadaan terputusnya kontinuitas mukosa yang

meluas di bawah epitel atau kerusakan pada jaringan mukosa, sub mukosa

hingga lapisan otot dari suatu daerah saluran cerna yang langsung

berhubungan dengan cairan lambung asam/pepsin (Sanusi, 2011).

Ulkus peptikum merupakan erosi lapisan mukosa dibagian mana saja

disaluran gastrointestinal, tetapi biasanya di lambung atau duodenum

(Corwin, 2009).

Ulkus peptikum merupakan putusnya kontinuitas mukosa lambung yang

meluas sampai di bawah epitel. Kerusakan mukosa yang tidak meluas sampai

ke bawah epitel disebut sebagai erosi, walaupun sering dianggap sebagai

”ulkus” (misalnya ulkus karena stress). Menurut definisi, ulkus peptikum

dapat terletak pada setiap bagian saluran cerna yang terkena getah asam

lambung, yaitu esofagus, lambung, duodenum, dan setelah gastroenterostomi,

juga jejenum. (Sylvia A. Price, 2006).

1.2. Etiologi

Penyebab umum dari ulskus peptikum adalah ketidakseimbangan antara

sekresi cairan lambung dan derajat perlindungan yang diberikan mukosa

gastroduodenal dan netralisasi asam lambung oleh cairan duodenum. (Arif

Mutaqqin,2011). Ada dua penyebab utama ulkus (tukak):

1
A. Penurunan produksi mukus sebagai penyebab ulkus.

Kebanyakan ulkus terjadi jika sel-sel mukosa usus tidak menghasilkan

produksi mukus yang adekuat sebagai perlindungan terhadap asam

lambung. Penyebab penurunan produksi mukus dapat termasuk segala hal

yang menurunkan aliran darah ke usus, menyebabkan hipoksia lapisan

mukosa dan cedera atau kematian sel-sel penghasil mukus. Penyebab

utama penurunan produksi mukus berhubungan dengan infeksi bacterium

H. pylori membuat kolon pada sel-sel penghasil mukus di lambung dan

duodenum, sehingga menurunkan kemampuan sel memproduksi mukus.

B. Kelebihan asam sebagai penyebab ulkus.

Pembentukan asam di lambung penting untuk mengaktifkan enzim

pencernaan lambung. Asam hidroklorida (HCl) dihasilkan oleh sel-sel

parietal sebagai respons terhadap makanan tertentu, obat, hormon.

Makanan dan obat seperti kafein dan alkohol menstimulasi sel-sel parietal

untuk menghasilkan asam. Sebagai individu memperlihatkan reaksi

berlebihan pada sel-sel perietalnya terhadap makanan atau zat tersebut atau

mungkin mereka memiliki jumlah sel parietal yang lebih banyak dari

normal sehingga menghasilkan lebih banyak asam. Aspirin bersifat asam

yang dapat langsung mengiritasi atau mengerosi lapisan lambung (Corwin,

2009).

1.3. Manifestasi Klinis

Gejala-gejala ulkus dapat hilang selama beberapa hari, minggu, atau

beberapa bulan dan bahkan dapat hilang hanya sampai terlihat kembali, sering

tanpa penyebab yang dapat diidentifikasi. Banyak individu mengalami gejala

2
ulkus, dan 20-30% mengalami perforasi atau hemoragi yang tanpa adanya

manifestasi yang mendahului.

a. Nyeri : biasanya pasien dengan ulkus mengeluh nyeri tumpul, seperti

tertusuk atau sensasi terbakar di epigastrium tengah atau di punggung. Hal

ini diyakini bahwa nyeri terjadi bila kandungan asam lambung dan

duodenum meningkat menimbulkan erosi dan merangsang ujung saraf

yang terpajang. Teori lain menunjukkan bahwa kontak lesi dengan asam

merangsang mekanisme refleks local yang mamulai kontraksi otot halus

sekitarnya. Nyeri biasanya hilang dengan makan, karena makan

menetralisasi asam atau dengan menggunakan alkali, namun bila lambung

telah kosong atau alkali tidak digunakan nyeri kembali timbul.Nyeri tekan

lokal yang tajam dapat dihilangkan dengan memberikan tekanan lembut

pada epigastrium atau sedikit di sebelah kanan garis tengah. Beberapa

gejala menurun dengan memberikan tekanan local pada epigastrium.

b. Pirosis (nyeri uluhati) : beberapa pasien mengalami sensasi luka bakar

pada esophagus dan lambung, yang naik ke mulut, kadang-kadang disertai

eruktasi asam. Eruktasi atau sendawa umum terjadi bila lambung pasien

kosong.

c. Muntah : meskipun jarang pada ulkus duodenal tak terkomplikasi, muntah

dapat menjadi gejala ulkus peptikum. Hal ini dihubungkan dengan

pembentukan jaringan perut atau pembengkakan akut dari membran

mukosa yang mengalami inflamasi di sekitarnya padaulkus akut. Muntah

dapat terjadi atau tanpa didahului oleh mual, biasanya setelah nyeri berat

yang dihilangkan dengan ejeksi kandungan asam lambung.

3
d. Konstipasi dan perdarahan : konstipasi dapat terjadi pada pasien ulkus,

kemungkinan sebagai akibat dari diet dan obat- obatan. Pasien dapat juga

dating dengan perdarahan gastrointestinal sebagian kecil pasien yang

mengalami akibat ulkus akut sebelumnya tidak mengalami keluhan,tetapi

mereka menunjukkan gejala setelahnya.

1.4. Klasifikasi

a) Ulkus Peptikum Primer Bermanifestasi klinis dengan muntah,

perdarahan saluran cerna akut ataupun kronis,nyeri, dan adanya riwayat

keluarga yang jelas. Frekuensi nyeri abdomen tidak spesifik, dan

jarangnya penyakit ulkus memberi kesan keadaan yang sama dengan

penyakit saluran cerna lainnya. Pada umur satu bulan, dua tanda utama

adalah perdarahan saluran cerna masif dan perforasi. Antara masa

neonatus dan umur dua tahun,muntah berulang,pertumbuhan lambat, dan

perdarahan saluran cerna merupakan gejala utama. Pada anak prasekolah,

nyeri umbilikus sesudah makan sering terjadi. Setelah usia 6 tahun,

gambaran klinis dari penyakit ulkus peptikum akan sama dengan

gambaran klinis orang dewasa dan sering berupa nyeri perut epigastum,

perdarahan saluran cerna akut atau kronis

(hematemesis,hematochezia,ataumelena) menyebabkan anemia

kekurangan besi terutama pada jenis kelamin laki-laki, dan riwayat

keluarga dengan ulkus yang jelas.(Sodikin,2011)

b) Ulkus Pepikum Sekunder terjadi bila mekanisme protektif mukosa

normal mengalami gangguan atau penyakit, menyebabkan peningkatan

asam lambung atau enzim proteolitik yang mencolok. Pada masa kanak-

4
kanak, ulkus sekunder dua kali lebih sering dari pada ulkus primer dan

lebih banyak ditemui di lambung. Kebanyakan kasus ulkus sekunder

disebabkan oleh stres, akan tetapi obat-obatan (obatanti-radang nonsteroid,

termasuk aspirin) menjadi penyebab yang lebih lazim ditemukan.

Ulkus stress pada bayi terjadi karena stres,biasanya disebabkan oleh

sepsis,insufisiensi pernapasan atau jantung, atau karena dehidrasi;

sedangkan pada anak yang lebih besar ulkus ini berhubungan dengan

trauma atau kejadian yang mengancam kehidupan.

Ulkus stres sering multipel dengan disertai gastritis dan erosi perdarahan,

sering merupakan kejadian terminal yang dapat mengancam kehidupan.

Adanya perforasi,lebih sering perdarahan masif, merupakan gejala awal.

Ulkus akibat obat,seperti aspirin dan obat-obatan tira dan non steroid

lainnya semakin banyak menjadi penyebab penyakit ulkus pada masa

anak. Penderitaan anak-anak yang memakai obat-obatan anti-radang non

steroid dalam jangka waktu lama sekitar 25% dari mereka mengalami

ulkus lambung dan lebih banyak lagi mengalami erosi. Suatu penelitian

meta-analisis perpustakaan menunjukkan adanya hubungan secara statistic

antara penggunaan steroid dan penyakit ulkus pada anak-anak

(Behrnan,Kiegman&Arvin,1996).(Sodikin,2011).

1.5. Patofisiologi

Ulkus peptikum terjadi pada mukosa gastroduodenal karena jaringan ini

tidak dapat menahan kerja asam lambung pencernaan (asam hidroklorida dan

pepsin). Erosi yang terjadi berkaitan dengan peningkatan konsentrasi dan

kerja asam peptin, atau berkenaan dengan penurunan pertahanan normal dari

5
mukosa. Mukosa yang rusak tidak dapat mensekresi mukus yang cukup

bertindak sebagai barier terhadap asam klorida. Sekresi lambung terjadi pada

3 fase yang serupa :

a. Sefalik, Fase pertama ini dimulai dengan rangsangan seperti pandangan,

bau atau rasa makanan yang bekerja pada reseptor kortikal serebral yang

pada gilirannya merangsang saraf vagal. Intinya, makanan yang tidak

menimbulkan nafsu makan menimbulkan sedikit efek pada sekresi

lambung. Inilah yang menyebabkan makanan sering secara konvensional

diberikan pada pasien dengan ulkus peptikum. Saat ini banyak ahli

gastroenterology menyetujui bahwa diet saring mempunyai efek signifikan

pada keasaman lambung atau penyembuhan ulkus. Namun, aktivitas vagal

berlebihan selama malam hari saat lambung kosong adalah iritan yang

signifikan.

b. Fase lambung ,Pada fase ini asam lambung dilepaskan sebagai akibat dari

rangsangan kimiawi dan mekanis terhadap reseptor di dinding lambung.

Pemicu stres menyebabkan sekresi asam sebagai respon terhadap distensi

lambung oleh makanan.

c. Fase usus, Makanan dalam usus halus menyebabkan pelepasan hormon

(dianggap menjadi gastrin) yang pada waktunya akan merangsang sekresi

asam lambung. Pada manusia, sekresi lambung adalah campuran

mukopolisakarida dan mukoprotein yang disekresikan secara kontinu

melalui kelenjar mukosa. Mukus ini mengabsorpsi pepsin dan melindungi

mukosa terhadap asam. Asam hidroklorida disekresikan secara kontinu,

tetapi sekresi meningkat karena mekanisme neurogenik dan hormonal

6
yang dimulai dari rangsangan lambung dan usus (Mitchell, Richard N.,

2008)

1.6. Pathway Ulkus Pepttikum (WOC)

7
1.7. Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis ulkus terutama berdasarkan pengkajian riwayat kesehatan dan

endoskopi. Dengan endoskopi, tidak hanya lapisan usus yang dapat terlihat,

tetapi juga dapat mengambil sampel jaringan untuk biopsy dan dapat

menentukan ada atau tidaknya H. pylori. Infeksi H. pylori juga dapat

didiagnosis dengan pemeriksaan darah untuk antibodi dan pemeriksaan napas

yang mengukur produksi sampah metabolik mikroba.

1.8. Penatalaksaan

1. Identifikasi dan anjurkan pasien menghindari makanan yang menyebabkan

sekresi asam hidroklorida (HCl) berlebihan dapat meredakan gejala.

2. Pendidikan kesehatan tentang menghindari alkohol dan kafein dapat

meredakan gejala dan meningkatkan proses penyembuhan ulkus peptikum.

3. Menghentikan atau mengurangi penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid

(NSAID), sering kali dapat mengurangi gejala pada kasus ringan.

4. Dorong individu untuk berhenti merokok yang dapat mengiritasi usus dan

memperlambat penyembuhan.

5. Peresepan anti histamine untuk menetralisir asam lambung dan untuk

meredakan gejala ulkus.

6. Individu yang dilaporkan menderita ulkus dapat ditangani dengan

penambahan antibiotik selain terapi antasik standart yang telah digunakan.

Biasanya, pasien diberi satu atau dua antibiotik, plus anti jamur, atau

antibiotik dan penghambat pompa antibiotik.

8
7. Penatalaksaan stress, teknik relaksasi, atau sedatif dapat digunakkan untuk

mengatasi pengaruh psikologis.

8. Asuhan post operasi (segera setelah operasi) harus dilakukan di ruang

pemulihan tempat adanya akses yang cepat ke oksigen, pengisap, peralatan

resusitasi, monitor, bel panggil emergensi, dan staf terampil dalam jumlah

dan jenis yang memadai.

9. Asuhan pasca operatif secara umum meliputi :

a) Pengkajian tingkat kesadaran. Pada pasien yang mengalami anastesi

general, perlu dikaji tingkat kesadaran secara intensif sebelum

dipindahkan ke ruang perawatan. Kesadaran pasien akan kembali pulih

tergantung pada jenis anastesi dan kondisi umum pasien.

b) Pengkajian suhu tubuh, frekuensi jantung/ nadi, respirasi dan tekanan

darah. Tanda-tanda vital pasien harus selalu dipantau dengan baik.

c) Mempertahankan respirasi yang sempurna. Respirasi yang sempurna

akan meningkatkan supply oksigen kejaringan. Respirasi yang

sempurna dapat dibantu dengan posisi yang benar dan menghilangkan

sumbatan pada jalan nafas pasien. Pada pasien yang kesadarannya

belum pulih seutuhnya, dapat tetap dipasang respirator.

d) Mempertahankan sirkulasi darah yang adekuat.

e) Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dengan cara

memonitor input serta outputnya.

f) Mempertahankan eliminasi, dengan cara mempertahankan asupan dan

output serta mencegahterjadinya retensi urine

9
g) Pemberian posisi yang tepat pada pasien, sesuai dengan tingkat

kesadaran, keadaan umum, dan jenis anastesi yang diberikan saat

operasi.

h) Mengurangi kecemasan dengan cara melakukan komunikasi secara

terapeutik.

i) Mengurangi rasa nyeri pada luka operasi, dengan teknik-teknik

mengurangi rasa nyeri.

j) Mempertahankan aktivitas dengan cara latihan memperkuat otot

sebelum ambulatory.

k) Meningkatkan proses penyembuhan luka dengan perawatan luka yang

benar, ditunjang factor lain yang dapat meningkatkan kesembuhan luka.

1.9. Pengobatan

Salah satu segi pengobatan ulkus duodenalis atau ulkus gastrikum adalah

menetralkan atau mengurangi keasaman lambung. Proses ini dimulai dengan

menghilangkan iritan lambung (misalnya obat anti peradangan non-steroid,

alkohol dan nikotin). Makanan cair tidak mempercepat penyembuhan maupun

mencegah kambuhnya ulkus. Tetapi penderita hendaknya menghindari

makanan yang tampaknya menyebabkan semakin memburuknya nyeri dan

perut kembung.

10
BAB 2

ASKEP TEORI

2.1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan

upaya untuk pengumpulan data secara lengkap dan sistematis mulai dari

pengumpulan data, identitas dan evaluasi status kesehatan klien. Hal-hal yang

perlu dikaji antara lain:

a. Identitas klien :

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,

agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, dan diagnosis

medis.

b. Keluhan utama

Biasanya pasien dengan ulkus mengeluh nyeri tumpul, seperti tetusuk atau

sensasi terbakar di epigastrium tengah atau di punggung. epigastrium atau

sedikit di sebelah kanan garis tengah. Beberapa gejala menurun dengan

memberikan tekanan lokal pada epigastrium.

c. Riwayat kesehatan klien

1) Riwayat kesehatan sekarang

Biasanya klien dengan ulkus mengeluh nyeri tumpul, seperti tertusuk

atau sensasi terbakar di epigastrium tengah atau di punggung. Nyeri

dapat dikaji dengan menggunakan PQRST :

Provoking incident : Dimana Klien mengeluh nyeri

Quality of pain : Nyeri dirasakan seperti tertusuk

11
Region, radiation, relief : Penyebaran nyeri terasa di perut

Severity (scale) of pain : Skala nyeri 4-7

Time : Nyeri timbul terutama saat klien melakukan aktifitas berat

2) Riwayat kesehatan dahulu

Kemungkinan klien memiliki riwayat gastritis, infeksi saluran kemih,

osteoporosis dengan pemakaian pengobatan kalsium, bekerja

dilingkungan panas dan olah ragawan. Memiliki riwayat

ketergantungan terhadap makanan atau minuman, zat dan obat-obatan.

Kemungkinan klien sering mengkonsumsi minuman kafein.

3) Riwayat penyakit keluarga

Kemungkinan anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang sama

dengan penyakit yang diderita klien saat ini. Memiliki riwayat penyakit

gastritis, ulkus peptikum, infeksi saluran kemih.

4) Riwayat psikososial

Biasanya klien memiliki perasaan cemas yang berlebihan akibat

pekerjaan yang terhambat, dan akan sulit melakukan ibadah karena

proses perjalan penyakit ulkus peptikum yang diderita klien.

5) Aktivitas sehari-hari

Riwayat pekerjaan, aktivitas fisik rendah, lebih banyak duduk. Riwayat

bekerja pada lingkungan bersuhu tinggi. Keterbatasan mobilitas fisik

akibat penyakit sistemik lainnya (cedera serebrovaskuler, tirah baring

lama) sehingga menyebabkan penyakit ulkus peptikum.

12
d. Pola nutrisi dan cairan

Gejalanya mual/muntah, nyeri tekan abdomen, riwayat diet tinggi purin,

kalsium oksalat dan atau fosfat, hidrasi yang tidak adekuat, tidak minum

air dengan cukup sehingga klien sering mengalami dehidrasi. Dengan

tanda distensi abdomen, penurunan/tidak ada bising usus, muntah sehinga

pola nutrisi dan cairan terganggu.

e. Pola eliminasi

Gejala dan tanda meliputi riwayat perdarahan, perubahan pola defekasi,

perubahan karakteristik feses, nyeri tekan abdomen, distensi, bising otot

meningkat, karakteristik feses (terdapat darah, berbusa, bau busuk),

konstipasi (perubahan diet dan penggunaan antasida).

f. Pola personal hygiene

Biasanya klien akan sulit untuk melakukan mandi, mengganti pakaian

sehingga membutuhkan bantuan keluarga atau orang lain dalam memenuhi

personal hygiene klien.

g. Pola istirahat tidur

Biasanya pola istirahat tidur klien akan terganggu karena nyeri yang

dirasakan.

h. Pola aktivitas dan latihan

Aktivitas dan latihan klien akan terganggu, karena klien mengalami nyeri

perut.

13
i. Pola seksualitas dan reproduksi

Biasanya klien yang menderita ulkus peptikum mengalami gangguan

reproduksi dan seksualnya akibat dari nyeri, sehingga ia tidak dapat

memenuhi kebutuhan seksualnya.

j. Persepsi diri dan konsep diri

Biasanya klien sering merasa cemas akan penyakitnya.

k. Sirkulasi

Terjadi peningkatan tekanan darah, nadi meningkat atau takikardi, kulit

terasa hangat, kemerahan dan klien nampak pucat.

l. Eliminasi

Gejala dan tanda meliputi riwayat perdarahan, perubahan pola defekasi,

perubahan karakteristik feses, nyeri tekan abdomen, distensi, bising otot

meningkat, karakteristik feses (terdapat darah, berbusa, bau busuk),

konstipasi (perubahan diet dan penggunaan antasida).

m. Nyeri atau kenyamanan

Gejala dan tanda meliputi nyeri yang sangat, seperti rasa terbakar, nyeri

hilang setelah makan, nyeri epigastrik kiri dapat menjalar ke punggung

n. Pemeriksaan Fisik

Menurut (Mutaqqin, 2011) pada pemeriksaan fisik, fokus ulkus peptikum

didapatkan adanya perubahan tanda-tanda vital sekunder dari nyeri. Pasien

14
terlihat sangat kesakitan atau merasa nyeri, pucat, dan lemah. Pemeriksaan

fisik terdiri dari:

1) Kepala, Pasien pernah mengalami trauma kepala, adanya hematoma,

mengkaji warna rambut, kebersihan rambut.

2) Mata Penglihatan, adanya kekaburan, akibat adanya gangguan nervus

optikus (nervus II), gangguan dalam mengangkat bola mata (nervus III),

gangguan dalam memutar bola mata (nervus IV) dan gangguan dalam

menggerakkan boal mata kalateral (nervus VI).

3) Hidung, Mengkaji adanya polip, bersih atau kotor. Adanya gangguan

pada penciuman atau tidak.

4) Mulut dan faring, Mengkaji klien apakah ada kesulitan menelan,

kesulitan mengunyah, adanya gangguan pengecapan (lidah) akibat

kerusakan nervus vagus adanya kesulitan dalam menelan. Dikaji keadaan

bibir, keadaan gusi dan gigi, keadaan lidah, palatum/ langit- langit,

orofaring.

5) Leher, Dikaji posisi trakea, tiroid, suara, kelenjar limpe, vena jugularis,

dan denyut nadi karotis.

6) Dada, Inspeksi kesimetrisan bentuk, dan kembang kempis dada, palpasi

ada tidaknya nyeri tekan, perkusi mendengar bunyi hasil perkusi,

auskultasi untuk mengetahui suara nafas, cepat dan dalam.

15
7) Abdomen, Inspeksi bentuk, ada tidaknya pembesaran, auskultasi bising

usus terkadang tidak terdengar, perkusi dengar bunyi hasil perkusi, palpasi

terdapat nyeri tekan pada abdomen kiri.

8) Ekstermitas Biasanya klien dengan ulkus peptikum akan terjadi

penurunan kekuatan otot akibat nyeri yang dirasakan, dan bengkak pada

tungkai.

9) Pemeriksaan neurologis Dikaji tingkat kesadaran, tanda rangsangan

otak, dan pemeriksaan saraf otak

2.2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (Tim

Pokja SDKI DPP PPNI, 2017), pada klien dengan ulkus peptikum yaitu:

• Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan

• Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi.

• Risiko hipovolemia berhubungan dengan muntah.

• Risiko perfusi gastrointestinal tidak efektif berhubungan dengan

disfungsi gastrointestinal

• Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis.

16
2.3. Intervensi Keperawatan

No. Standar Diagnosis Standar Luaran Standar Intervensi

Keperawaan Keperawatan Keperwatan

Indonesia indonesia Indonesia

1. Defisit Nutrisi Tujuan : Manajemen Nutrisi

(D.0019) Setalah dilakukan (l.03119)

intervensi keperawatan Observasi

selama 3x24 jam 1. Identifikasi status

diharapkan klien tidak nutrisi

mengeluh susah 2. Identifikasi alergi

mencerna dan intoleransi

makanan,dengan makanan

kriteria hasil : 3. Monitor asupan

Status Nutrisi makanan

(L.03030) 4. Monitor berat badan

Indikator : 5. Monitor hasil

1. Kekuatan otot pemeriksaan

pengunyah (5) laboratorium

2. verbalisasi keinginan Terapeutik

untuk meningkatkan 1. Lakukan oral

nutrisi (5) hygiene sebelum

3. Sikap terhadap makan, jika perlu

makanan/ min uman 2. Berikan makanan

17
sesuai dengan tujuan tinggi kalori dan tinggi

kesehatan ( 5) protein

4. Frekuensi makan Edukasi

membaik (5) 1. Anjurkan posisi

5. Membran mukosa duduk, jika mampu

membaik (5) 2. Ajarkan diet yang

diprogram kan

Kolaborasi Kolaborasi

dengan ahli gizi untuk

menentukan jumlah

kalori dan jenis

nutrient yang

dibutuhkan,jika perlu.

2. Defisit Pengetahuan Tujuan : Edukasi Kesehatan

(D.0111) Setalah dilakukan (l.123830)

intervensi keperawatan Observasi

selama 3x24 jam 1. Identifikasi kesiapan

diharapkan informasi dan kemampuan

pengetahuan pada klien menerima informasi

meningkat,dengan 2. Identifikasi factor-

kriteria hasil : faktor yang dapat

Tingkat Pengeahuan meningkatkan dan

(L.12111) menurunkan motivasi

Indikator : perilaku hidup bersih

18
1. Perilaku sesuai dan sehat.

anjuran meningkat (5) Terapeutik

2. Perilaku sesuai pen 1. Sediakan materi dan

getahuan meningkat (5) media pendidikan

3. Pertanyaan tentang kesehatan

masalah yang dihadapi 2. Jadwalkan

menurun( 5) pendidikan kesehatan

4. Persepsi yang keliru sesuai kesepakatan

terhadap masalah 3. Berikan kesempatan

menurun (5) untuk bertanya

5. Perilaku membaik Edukasi

(5) 1. Jelaskan faktor

risiko yang dapat

mempengaruhi

kesehatan

2. Ajarkan perilaku

hidup bersih dan sehat

3. Ajarkan strategi

yang dapat digunakan

untuk meningkatkan

perilaku hidup bersih

dan sehat

3. Resiko Hipovolemia Tujuan : Manajemen

(D.0034) Setalah dilakukan Hipovolemia

19
intervensi keperawatan (l.03116)

selama 3x24 jam Observasi

diharapkan cairan 1. Periksa tanda dan

dalam tubuh klien gejala hipovelemia

meningkat,dengan (mis.frekuensi nadi

kriteria hasil : meningkat, nadi teraba

Status cairan lemah,tekanan darah

(L.03028) menurun, tekanan nadi

Indikator : menyempit, turgor

1. Kekuatan nadi kulit

meningkat (5) menurun,membrane

2. Pengisian vena mukosa kering,volume

meningkat (5) urine

3. Perasaan lemah menurun,hematocrit

menurun (5) meningkat,haus,lemah)

4. Frekuensi nadi 2. Monitor intake

membaik (5) danoutput cairan

5. Suhu tubuh membaik Terapeutik

( 5) 1. Hitung kebutuhan

cairan

2. Berikan posisi

modified

Trendelenburg

3. Berikam asupan

20
cairan oral

Edukasi

1. Anjurkan

memperbanyak asupan

cairan oral

2. Anjurkan

menghindari

perubahan posisi

mendadak

Kolaborasi

1.Kolaborasi

pemberian cairan

isotonis

(mis.NaCL,RL)

2.Kolaborasi

pemberian cairan IV

hipotonis (mis.glukosa

2,5%,NaCL0,4% )

4. Resiko perfusi Tujuan : Konseling Nutrisi

gastrointestinal Setalah dilakukan (l.03094)

(D.0013) intervensi keperawatan Observasi

selama 3x24 jam 1. Identifikasi

diharapkan Perfusi kebiasaan makan dan

Gastrointestinal perilaku makan yang

21
(L.02010) diubah

Indikator : 2. Monitor intake dan

1. Nafsu makan output cairan, nilai

meningkat (5) hemoglobin,tekanan

2. Mual menurun (5) darah, kenaikan berat

3. Muntah menurun (5) badan,dan kebiasaan

4. Nyeri abdomen membeli makanan.

menurun ( 5) Terapeutik

5. Bising usus 1. Bina hubungan

membaik(5) terapeutik

2. Sepakati lama waktu

pemberian konseling

Edukasi Informasi

perlunya modifikasi

diet (mis.penurunan

atau penambahan berat

badan pembatasan

natriun atau

cairan,pengurangan

kolesterol).

Kolaborasi

Rujuk pada ahli

gizi,jika perlu

5. Nyeri Akut (D.0077) Tujuan : Manajemen nyeri

22
Setalah dilakukan (l.08238)

intervensi keperawatan Observasi

selama 3x24 jam 1. Identifikasi respons

diharapkan klien tidak nyeri non verbal 2.

merasa nyeri Identifikasi pengaruh

kembali,dengan kriteria nyeri pada kualitas

hasil : hidup

Tingkat Nyeri 3. Monitor efek

(L.08066) samping penggunaan

Indikator: analgetik

1. Kemampuan men Terapeutik

untaskan aktivit as 1. Fasilitasi istirahat

meningkat (5) dan tidur

2. Keluhan nyeri 2. Pertimbangkan

menurun (5) jenis dan sumbe rnyeri

3. Gelisah menurun(5) dalam pemilihan

4. Frekuensi nadi strategi meredakan

membaik (5) nyeri

5. Fokus membaik (5) Edukasi

1. Jelaskan penyebab,

periode, dan pemicu

nyeri

2. Jelaskan strategi

meredakan nyeri.

23
Kolaborasi

Kolaborasi pemberian

analgetik,jika perlu.

2.4. Evaluasi

Setelah mendapat implementasi keperawatan,maka klien dengan Ulkus

Pepikum diharapkan sebagai berikut :

• Defisit nutrisi meningkat

• Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

meningkat.

• Risiko hipovolemia berhubungan dengan muntah.menurun.

• Risiko perfusi gastrointestinal tidak efektif berhubungan dengan

disfungsi gastrointestinal menurun.

• Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis menurun.

24
BAB 3

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Ulkus peptikum adalah keadaan terputusnya kontinuitas mukosa yang

meluas di bawah epitel atau kerusakan pada jaringan mukosa, sub mukosa

hingga lapisan otot dari suatu daerah saluran cerna yang langsung

berhubungan dengan cairan lambung asam/pepsin.

Penyebab umum dari ulskus peptikum adalah ketidakseimbangan antara

sekresi cairan lambung dan derajat perlindungan yang diberikan mukosa

gastroduodenal dan netralisasi asam lambung oleh cairan duodenum.

Ulkus Peptikum Primer Bermanifestasi klinis dengan muntah, perdarahan

saluran cerna akut ataupun kronis,nyeri, dan adanya riwayat keluarga yang

jelas. Ulkus Pepikum Sekunder terjadi bila mekanisme protektif mukosa

normal mengalami gangguan atau penyakit, menyebabkan peningkatan asam

lambung atau enzim proteolitik yang mencolok.

Ulkus peptikum terjadi pada mukosa gastroduodenal karena jaringan ini

tidak dapat menahan kerja asam lambung pencernaan (asam hidroklorida dan

pepsin).

3.2. Saran

Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan

makalah ini,akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang

25
perlu kami perbaiki. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari

para pembaca sangat diharapkan sebagai bahan evaluasi untuk kedepannya.

Sehingga kami nantinya bisa terus menghasilkan penelitian dan karya tulis

yang bermanfaat bagi orang lain,terimkasih.

26
DAFTAR PUSTAKA

https://ranisstikesnhm.blogspot.com/2016/08/asuhan-keperawatan-ulkus-

peptikum.html?m=1

https://books.google.co.id/books?id=pLgyEAAAQBAJ&pg=PA257&lpg=PA257

&dq=googl#v=onepage&q&f=false

A.Price, Sylvia. (2006). Patofisiologi, konsep klinis proses-proses penyakit.

Jakarta: EGC Anonim. 2011. Gejala,

Corwin, Elizabeth J., 2009. Ulkus Peptikum. Dalam: Buku Saku Patofisiologi.

Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Mitchell, Richard N. 2009. Buku Saku Patologis Penyakit Robbins & Cotran, Ed.

7. Jakarta: EGC

TIM POKJA SDKI DPP PPNI(2017).Standar Diagnosis Keperawatan

Indonesia:definisi indicator dan diagnostic.DPD PPNI.Jakarta Selatan

TIM POKJA SIKI DPP PPNI (2018).Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:

definisi dan tindakan keperawatan. DPD PPNI.Jakarta Selatan

TIM POKJA SLKI DPP PPNI (2019).Standar Luaran Keperawatan Indonesia:

definisi dan kriteria hasil keperawatan.DPD PPNI.Jakarta Selatan

27
28
29
30

Anda mungkin juga menyukai