Disusun oleh :
Novita Andini Nurazizah
NIM : C1AA20070
A. Definisi
Gastritis merupakan suatu peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang
dapat bersifat akut, kronis dan difus (local). Dua jenis gastritis yang sering terjadi adalah
gastritis superficial akut dan gastritis atropik kronis (Hardi. K & Huda. A.N, 2015).
Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung. Peradangan ini dapat
menyebabkan pembengkakan lambung sampai terlepasnya epitel mukosa superpisial
yang menjadi penyebab terpenting dalam gangguan saluran pencernaan. Pelepasan
epitel dapat merangsang timbulnya inflamasi pada lambung (Sukarmin, 2013).
kurvatura mayor.
2) Menghasilkan getah cerna. Getah cerna ini dihasilkan oleh sel yang
melindungi lambung dari pepsin dan keasaman yang tinggi dari cairan
Disebut juga sel pengasuh karena melindungi sel-sel muda yang baru
tumbuh.
2) Sel Leher (Neck) mukosa menghasilkan mukus yang bersifat netral. Sel ini
4) Chief cells atau disebut juga peptic cell atau zymogenic cell, mensekresikan
protein).
otot-otot dinding lambung, dinding lambung terdiri atas otot polos yang berbentuk
yaitu cairan pencerna penting, getah lambung, getah ini adalah cairan asam
lambung tak berwarna mengandung 0,4 % asam klorida (HCl) yang mengasamkan
semua makanan dan bekerja sekaligus zat antiseptik dan desinfektan dan
C. Etiologi
Penyebab utama gastritis adalah bakteri Helicobacter pylori, virus atau parasit
lainnya juga dapat menyebabkan gastritis. Contributor gastritis akut adalah meminum
alkohol secara berlebihan, infeksi dari kontaminasi makanan yang dimakan, dan
penggunaan kokain. Kortikosteroid juga dapat menyebabkan gastritis seperti NSAID
aspirin dan ibuprofen (Dewit, Stromberg & Dallred, 2016).
Menurut Gomez (2012) penyebab gastritis adalah sebagai berikut :
a. Infeksi bakteri.
b. Sering menggunakan pereda nyeri.
c. Konsumsi minuman alkohol yang berlebihan.
d. Stress.
e. Autoimun
b. Patofisiologi
c. PATHWAY
a. Gastritis Akut
Gastritis akut adalah inflamasi akut mukosa lambung pada sebagian besar
merupakan penyakit ringan dan sembuh sempurna. Salah satu bentuk
gastritis yang manifestasi klinisnya adalah :
1. Gastritis akut erosive, disebut erosive apabila kerusakan yang terjadi
tidak lebih dalam dari pada mukosa muscolaris (otot-otot pelapis
lambung).
2. Gastritis akut hemoragik, disebut hemoragic karena pada penyakit ini
akan dijumpai perdarahan mukosa lambung yang menyebabkan erosi
dan perdarahan mukosa lambung dalam berbagai derajat dan terjadi
erosi yang berarti hilangnya kontinuitas mukosa lambung pada
beberapa tempat, menyertai inflamasi pada mukosa lambung tersebut.
b. Gastritis Kronis
1. Gastritis Akut
a. Nyeri epigastrum, hal ini terjadi karena adanya peradangan pada mukosa
lambung.
b. Mual, kembung, muntah, merupakan salah satu keluhan yang sering muncul.
Hal ini dikarenakan adanya regenerasi mukosa lambung yang
mengakibatkan mual hingga muntah.
c. Ditemukan pula perdarahan saluran cerna berupa hematesis dan melena,
kemudian disusul dengan tanda-tanda anemia pasca perdarahan.
2. Gastritis Kronis.
Pada pasien gastritis kronis umumnya tidak mempunyai keluhan. Hanya sebagian
kecil mengeluh nyeri ulu hati, anoreksia, nause dan pada pemeriksaan fisik tidak
ditemukan kelainan.
F. Komplikasi
Komplikasi penyakit gastritis menurut Muttaqin & Sari (2011) antara lain :
3) Bila korosi luas atau berat, emetic, dan lafase dihindari karena bahaya
perforasi.
4) Terapi pendukung mencakup intubasim analgesik dan sedatif, antasida, serta
cairan intravena. Endoskopi fiberopti mungkin diperlukan.
5) Pembedahan darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat gangrene atau
jaringan perforasi. Gastrojejunostomi atau reseksi lambung mungkin
diperlukan untuk mengatasi obstruksi pilrus. Gastritis kronis diatasi dengan
memodifikasi diet pasien, meningkatkan istirahat, mengurangi stress dan
memulai farmakoterapi. H.Pylory data diatasi dengan antibiotic (seperti
tetrasiklin atau amoxiline) dan gram bismu (pepto bismo). Pasien dengan
gastritis A biasanya mengalami malabsorbsi vitamin B12 yang disebabkan
oleh adanya antibodi terhadap faktor intrinsik.
Kaji pola makan dan minum, pola istirahat dan tidur, eliminasi dan
kebersihan diri dan faktor alergi.
d. Pemeriksaan fisik
Suatu tujuan yang diharapkan bisa dicapai dalam waktu yang singkat,
biasanya kurang dari 1 minggu, kriteria hasil tersebut ditujukan pada
unsur etiologi dan symptom dalam diagnosa keperawatan aktual
ataupun resiko.
e. Realistis, yaitu harus bisa dicapai sesuai dengan saran dan prasarana yang
tersedia, meliputi biaya, perlatan, fasilitas, tingkat pengetahuan, affek-
emosi dan kondisi fisik.
f. Ditentukan oleh perawat dan pasien/keluarga pasien, selama pengkajian
perawat mulai melibatkan pasien/keluarga pasien dalam intervensi.
Misalnya pada waktu wawancara, perawat mempelajari apa yang bisa
dikerjakan atau dilihat pasien sebagai masalah utama, sehingga muncul
diagnosa keperawatan. Kemudian perawat dan keluarga pasien
mendiskusikan kriteria hasil dan rencana tindakan untuk memvalidasi.
Intervensi asuhan keperawatan yang direncanakan pada pasien dengan
gastritis berdasarkan diagnosa keperawatan menurut Doenges (2000)
adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1 Intervensi Asuhan Keperawatan
Alamat : Penyengat
Alamat : Penyengat
A. PENGKAJIAN
1. PRIMARY SURVAY
a. Kondisi airway
Evaluasi :-
Tindakan lanjut :-
b. Kondisi Breathing
c. Kondisi Circulation
Evaluasi :-
Tindak lanjut : -
d. Kondisi Disability
Tindakan :-
Evaluasi :-
Tindak lanjut : -
e. Kondisi Exposure
Masalah :-
Tindakan :-
Evaluasi :-
Tindak lanjut : -
2. SECONDARY SURVEY
a. Anamnes
Alamat : Penyengat
Alamat : Penyengat
1. Sistem Pernafasan
6. Sitem genetalia
7. Sistem muskoloskeletal
Pergerakan sendi normal, kekuatan otot penuh, tidak ada edema, tugor kulit
baik, tidak ada deformitas, tidak ada nyeri gerak, nyeri tekan, tidak ada
pembengkakan pada sendi, tidak menggunakan alat bantu, tidak ada fraktur,
kemampuan sehari-hari mandi, berpakaian, eliminasi, mobilisasi ditempat tidur,
pindah, ambulasi normal.
8. Sistem integumen
Turgor kulit baik, tidak ada sianosis/anemis, warna kulit sawo matang, tidak
ada luka, tidak ada edema, tidak ada memar, benjolan dan lesi.
9. Sistem persyarafan
Tidak ada tremor, reflek cahaya pupil bagus, pupil isokor 3mm, gerak bola
mata bebas kesegala arah, GCS : 15, kesadaran composmentis, orientasi waktu,
tempat, orang normal.
c. Observasi tanda-tanda
vital TD : 120/80
mmHg Nadi: 74 x/m
Suhu : 36,2oC
RR : 24 x/m
SaO2 : 98%
d. Periksaan diagnostic
2. Pemeriksaan rontegen
e. Pengobatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis ( peradangan pada mukosa
lambung)
2. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat (
integritas kulit tidak utuh)
5. Intervensi keperawatan
Diagnosa
No NOC NIC
Keperawatan
1 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Pain Management :
berhubungan keperawatan selama … x 24 1. observasi reaksi non
dengan jam, verbal
agen cedera biologis diharapkan nyeri berkurang dari ketidaknymanan
(
peradangan pada sampai dengan hilang 2. kaji nyeri secara
dengan komprehensif
mukosa lambung) kriteria hasil : meliputi lokasi, karakteristik,
dan
1. pasien dapat mengontrol on set durasi, frekuensi,
nyeri kualitas,
2. pasien melaporkan nyeri intensitas nyeri.
berkurang atau hilang 3. kaji skala nyeri
3. frekuensi nafas (16/24 x/m) 4. gunakan komunikasi
4. skala 0-1 dari 4 teraupetik agar klien dapat
5. pasien tidak gelisah mengekspresikan nyeri
6. leukosit (4000-1000/cmm) 5. kaji faktor yang dapat
menyebabkannyeri timbul
6. anjurkan pada pasien
untuk
cukup istirahat
7. control lingkungan yang
dapat
mempengaruhi nyeri
8. monitor tanda-tanda vital
9. ajarkan tentang teknik
non
farmakologi (relaksasi)
untuk
mengurangi nyeri
10. jelaskan faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi
nyeri
11. kolaborasi dengan
dokter
dalam pemberian obat
2 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Infection control :
berhubungan keperawatan selama … x 24 1. observasi dan laporkan
dengan jam, tanda
pertahanan tubuh diharapkan tidak terjadi dan gejala infeksi seperti
infeksi,
primer yang tidak dengan kriteria hasil : kemerahan, panas, nyeri,
tumor.
adekuat ( Risk control 2. kaji tanda-tanda vital
integritas
kulit tidak utuh) 1. suhu tubuh (36-37oC) 3. lakukan teknik perawatan
luka
2. frekuensi nafas 16-24 x/m yang tepat
3. tidak terjadi infeksi 4. tingkatkan nutrisi dan cairan
lebih
lanjut 5. monitor temperature tubuh
4. tidak ada tanda-tanda 6. gunakan strategi untuk
inflamasi (rubor, dolor, mencegah infeksi nosocomial
kalor,
tumor, fungsiolesa) 7. anjurkan untuk istirahat
yang
5. pasien dan keluarga adekuat
mengetahui tindakan yang 8. batasi pengunjung bila perlu
tepat
untuk mencegah infeksi 9. ajarkan klien dan keluarga
cara
6. pasien dan keluarga perawatan luka yang tepat
dapat
mengetahui tanda dan 10. jelaskan pada klien dan
gejala
infeksi keluarga bagaimana
mencegah
7. pasien dan keluarga infeksi
dapat
menegtahui cara perawatan 11. jelaskan pada klien dan
luka
yang tepat keluarga tanda dan gejala
infeksi
8. integritas kulit membaik 12. anjurkan dan ajarkan
pada
klien dan keluarga memcuci
tangan dengan sabun
13. kolaborasi dengan
dokter
dalam pemberian obat
6. Implementasi keperawatan
DO :
Skala 3
Wajah terlihat gelisah
A : tujuan belum tercapai
P : lanjutkan intervensi
2 21 Resiko DS :
infeksi Pasien mengatakan luka masih terasa perih
April 2021 berhubungan
dengan
pertahanan tubuh DO :
primer yang tidak Luka lembab dan masih kemerahan di
adekuat ( daerah sekitar luka
integritas A : tujuan belum tercapai
kulit tidak P : lanjutkan intervensi
utuh)
DAFTAR PUSTAKA
(E., Gomez, M., & Selain, A. 2015). LP (Laporan Pendahuluan) Pada Pasien Gastritis