Anda di halaman 1dari 25

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

1. Konsep Dasar Penyakit

a. Pengertian

Gastritis adalah suatu peradangan pada mukosa lambung

yang disebabkan oleh factor iritasi, infeksi, ketidakteraturan dalam

pola makan, misalnya telat makan, makan terlalu banyak, cepat,

maka makanan yang terlalu banyak bumbu dan pedas (Priyanto,

2015).

Gastritis adalah istilah mukosa lambung paling sering

diakibatkan oleh ketidakseimbangan diet, misalnya makan terlalu

banyak dan cepat atau makan makanan yang terlalu berbumbu

atau terinfeksi oleh penyebab yang lain seperti alcohol, aspirin,

refleks empedu atau terapi radiasi (Brunner, 2015).

Menurut penuturan di atas, dapat disimpulkan bahwa

Gastritis adalah suatu peradangan pada mukosa lambung yang

disebabkan oleh naiknya asam lambung yang dipicu oleh ketidak

seimbangan diet seperti makan terlalu banyak, dan cepat atau

makan makanan yang terlalu berbumbu atau terinfeksi oleh

penyebab yang lain seperti alcohol, aspirin, refleks empedu atau

terapi radiasi.

8
9

b. Anatomi Fisiologi

Gambar 2.1 Anatomi Sistem Pencernaan

(sumber: Kamus Visual Biologi)

1) Mulut merupakan salah satu organ yang mempunyai beberapa

fungsi penting bagi tubuh. Rongga yang dimulai dari bibir dan

berakhir di tenggorokan ini memungkinkan untuk

bernafas,berbicara, dan mencerna makanan.

2) Esofagus (kerongkongan) adalah tabung (tube) beretoto pada

vertebra yang dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian

mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan melalui

kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltic.

3) Lambung merupakan organ otot berongga yang besar, terdiri

dari tiga bagian yaitu kardia, fundus, dan atrium. Lambung

berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara


10

ritmik untuk menyampurkan makanan dengan enzim. Sel-sel

yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting yaitu

lender, asam klorida (HCL), dan prepkusor pepsin (enzim yang

memecah protein).

4) Usus halus (sus kecil) merupakan saluran pencernaan yang

terletak diantara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya

pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke

hati melalui vena porta.Dinding usus melepaskan lender (yang

melumasi isi usus) dan air ( yang membantu melarutkan

pecahan-pecahan makanan yang dicerna. Dinding sus juga

melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula

dan lemak.

5) Usus besar merupakan bagian akhir yaitu ujung dari saluran

pencernaan. Peran usus ini adalah mengeluarkan zat sisa dari

makanan yang dicerna. Fungsi usus besar juga mencakup

penyerapan cairan dan vitamin hingga memproduksi antibody

dan mencegah infeksi.

6) Sekum merupakan sepasang organ yang berbentuk kantung

yang membentuk percabangan pada perbatasan usus halus

dan usus besar. Sekum berfungsi membant pencernaan

bahan makanan yang mengandung serat dengan bantuan

mikroorganisme.

7) Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada

usus buntu.
11

8) Anus merupakan saluran pendek di ujung rectum yang

menjadi jalur kelarnya zat sisa makanan (feses).

c. Etiologi

Penyebab utama gastritis adalah asam lambung naik, dan

juga bisa disebabkan oleh bakteri Helicobacterpylory, virus atau

parasit lainnya juga dapat menyebabkan gastritis. Contributor

gastritis akut adalah meminum alcohol secara berlebihan, infeksi

dari kontaminasi makanan yang dimakan, dan penggunaan

kokain. Kortikosteroid juga dapat menyebabkan gastritis seperti

NSAID aspirin (obat mengurangi peradangan, meredakan nyeri,

dan menurunkan demam) dan Ibuprofen (Dewit Stromberg &

Dallred, 2016).

Menurut Gomez (2012) penyebab Gastritis adalah sebagai

berikut:

1) Infeksi bakteri

2) Sering menggunakan pereda nyeri

3) Konsumsi minuman alcohol uang berlebihan

4) Stess

5) Autoimun

d. Patofisiologi

Menurut Dermawan & Rahayuningsih (2010) patofisiologi

gastritis adalah mukosa barier lambung pada umumnya

melindungi lambung dari pencernaan terhadap lambung itu


12

sendiri, prostaglandin memberikan perlindungan ini ketika mukosa

barrier rusak maka timbul peradangan pada mukosa lambung

(Gastritis). Setelah barier ini rusak terjadilah perlukaan mukosa

yang dibentuk dan diperburuk oleh kistamine dan stimulasi saraf

cholinergic. Kemudian HCL dapat berdifusi baik ke dalam mucus

dan menyebabkan luka pada pembuluh yang kecil dan

mengakibatkan terjadinya bengkak, perdarahan, dan erosi pada

lambung. Alkohol, aspirin refluks isi duodenal diketahui sebagai

penghambat difusi barier.

Perlahan-lahan patologi yang terjadi pada gastritis

termasuk kengesti vaskuler, edema peradangan sel supervisial.

Manifestasi patologi awal dari gastritis adalah penebalan.

Kemerahan pada membran mukosa dengan adanya tonjolan.

Sejalan dengan perkembangan penyakit dinding dan saluran

lambung menipis dan mengecil, athropi gastrik progresif karena

perlukaan mukosa kronik menyebabkan fungsi sel utama parental

memburuk. Ketika fungsi sel sekresi asam memburuk.

Gastritis kronik disebabkan oleh gastritis akut yang

berulang sehingga terjadi iritasi mukosa lambung yang berulang-

ulang dan terjadi penyembuhan yang tidak sempurna akibatnya

akan terjadi athropi kelenjar epitel dan hilangnya sel chief maka

produksi HCL pepsin dan fungsi intrinsik lainnya akan menurun

dan dinding lambung juga menjadi tipis serta mukosanya rata,

gastritis itu bisa sembuh dan juga bisa terjadi perdarahan serta

formasi ulser.
13

e. Pathway

Obat-obatan, stress, alcohol , bakteri (Helicobacterpylory), pola

makan, autoimun

Mengganggu lapisan mukosa

Mengurangi prostaglandin

Merusak pertahanan mukosa lambung

Iritasi lambung

Gastritis

Sekresi mukosa naik berupa HCO2

HCO2 + NAcl Hcl + NaCO2 Mukus yang dihasilkan

melindungi mukosa lambung


Asam Lambung Naik

Mual muntah Perlindungan mucus gagal

Mk:Kekurangan Mk: Ketidakseimbangan Erosi mukosa lambung

Volume Cairan nutrisi

Mk: Intoleransi Aktivitas Erosi lapisan pembuluh darah

Mk. Nyeri

Gambar 2.2 Pathway Penyakit Gastritis


14

f. Tanda dan Gejala

1) Gastritis akut

a) Nyeri epigastrium, hal ini terjadi karena adanya

peradangan pada mukosa lambung.

b) Mual, kembung, muntah merupakan salah satu keluhan

yang sering muncul. Hal ini dikarenakan adanya

regenerasi mukosa lambung yang mengakibatkan mual

hingga muntah.

c) Ditemukan pula perdarahan saluran cerna berupa

hematosis dan malena, kemudian diauaul dengan tanda-

tanda anemia pasca perdarahan.

2) Gastritis kronik

Pada pasien gastritis kronis umumnya tidak mempunyai

keluhan. Hanya sebagian kecil mengeluh nyeri ulu hati,

anoreksia, nausea, dan pada pemeriksaan fisik tidak

ditemukan kelainan.

g. Klasifikasi

Menurut Mutaqin (2011), klasifikasi gastritis dibagi menjadi 2,

yaitu:
15

1) Gastrtitis akut adalah inflamasi akut mukosa lambung pada

sebagian besar merupakan penyakit ringan dan sembuh

sempurna. Salah satu bentuk gastritis yang manifestasi

klinisnya adalah:

a) Gastritis akut erosive, disebut erosive apabila kerusakan

yang terjadi tidak lebih dalam daripada mukosa

muscolaris (otototot pelapis lambung).

b) Gastritis akut hemoragik, disebut hemoragik parena pada

penyakit ini akan dijumpai perdarahan mukosa lambng

yang menyebabkan erosi dan perdarahan mukosa

lambung dalam berbagai derajat dan terjadi erosi yang

berarti hilangnya kontinuitas mukosa lambung pada

berberapa tempat, menyertai inflamasi pada mukosa

lambung tersebut.

2) Gastritis kronis adalah suatu peradangan mukosa lambung

yang bersifat menahun. Gastritis kronis dapat diklasifikasikan

dengan 3 perbedaan, yaitu:

a) Gastritis superficial dengan manifestasi kemerahan,

edema serta perdarahan dan erosi mukosa.

b) Gastritis atrofik, dimana peradangan terjadi diseluruh

lapisan mukosa pada perkembangannya dihubungkan

dengan ulkus dan kanker lambung, serta anemia

pernisiosa. Hal ini merupakan karakteristik dari penurunan

jumlah sel pariental dal sel chief.


16

c) Gastritis hipertrofik, suatu kondisi dengan terbentuknya

nodul-nodul pada mukosa lambung yang bersifat ireguler,

tipis, dan hemoragik.

h. Komplikasi

Komplikasi penyakit gastritis menurut Mutain & Sari (2011)

antara lain:

1) Pendarahan saluran cerna bagian atas yang merupakan

kedaruratan medis.

2) Ulkus peptikum, jika prosesnya hebat.

3) Gangguan cairan dan elektrolit pada kondisi muntah berat.

4) Anemia pernisiosa keganasan lambung.

i. Pemeriksaan Diagnostik ( Dermawan, 2010 dan Doenges,

2000)

1) Radiologi ; sinar x gastrointestinal bagian atas.

2) Endoskopy ; Gastroscopy ditemukan mukosa yang hiperemik.

3) Laboratorium ; Mengetahui kadar asam hidroklorida

4) Esofaga Gastriduo Denoskopi (EGD) : Tes diagnostic kunci

untuk perdarahan gastritis, dilakukan untuk melihat sisi

perdarahan atau derajat ulkus jaringan atau cidera.

5) Pemeriksaan histopatologi ; tampak kerusakan mukosa karena

erosi tidak pernah melewati mukosa muskularis.


17

6) Analisa gaster : dapat dilakukan untuk menentukan adanya

darah, mengkaji aktivitas sekresi mukosa gaster, contoh

peningkatan asam hidrokork dan pembentukan asam noktural

penyebab ulkus doedenal.

7) Feses : Tes feses akan positif H Pilory Kreatinin biasanya

tidak meningkat bila perfusi ginjal dipertahankan.

8) Amonia : Dapat meningkat apabila disfungsi hati berat

mengganggu metabolisme dan sekresi urea/transfuse darah

lengkap dan jumlah besar diberikan.

9) Natrium : dapat meningkat sebagai kompensasi hormonal

terhadap simpanan cairan tubuh.

10) Kalium : dapat menurun pada awal karena pengosongan

gaster berat/muntah/diare berdarah. Peningkatan kadar kalium

dapat terjadi setelah transfusi darah.

11) Amilase serum : meningkat dengan ulkus doedenal, kadar

rendah diduga gastritis.

j. Penatalaksanaan

1) Pengobatan pada gastritis menurut Dermawan (2010) meliputi:

a) Antikoalgulan : bila ada perdarahan pada lambung.

b) Antasida : pada gastritis yang parah, cairan dan elektrolit

diberikan intravena untuk mempertahankan keseimbangan

cairan sampai gejala-gejala mereda, untuk gastritis yang

parah diobati dengan antasida dan istirahat.


18

c) Historin ; ranitidine dapat diberikan untuk menghambat

pembentukan asam lambung dan kemudian menurun

iritasi lambung.

d) Sulcralfate ; diberikan untuk melindungi mukosa lambung

dengan cara menyeliputinya, untuk mencegah difusi

kembali asam dan pepsin yang menyebabkan iritasi.

e) Pembedahan : untuk mengangkat gangrene dan perporasi.

Penatalaksanaan pada gastritis secara medis menurut

Smellzer (2001) meliputi : Gastritis akut diatasi dengan

menginstruksikan pasien untuk menghindari alcohol dan

makanan sampai gejala berkurang. Bila pasien mampu

makan melalui mulut, diet mengandung gizi dianjurkan.

Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan secara

parenteral. Bila perdarahan terjadi maka

penatalaksanaannya adalah serupa dengan prosedur yang

dilakukan untuk hemoragik saluran gastrointestinal atas

atau alkali, pengobatan terdiri dari pengenceran dan

penetralisasian agen penyebab.

(1) Untuk menetralisasi asam, gunakan antasida umum

(misal : alumunium hidroksida) untuk menetralisasi

alkali, gunakan jus lemon encer atau cuka encer.

(2) Bila korosi luas atau berat, emetic, dan lafase dihindari

karena bahaya perforasi.


19

(3) Terapi pendukung mencakup intubasim analgesic dan

sedative, antasida, serta cairan intravena. Endoskopi

fiberopti mungkin diperlukan.

(4) Pembedahan darurat mungkin diperlukan untuk

mengangkat gangrene atau jaringan perforasi

gastrojejunustomi atau reseksi lambung mungkin

diperlukan untuk mengatasi obstruksi pilrus. Gastritis

kronis diatasi dengan memodifikasi diet pasien,

meningkatkan istirahat, mengurangi stress dan

memulai farmakoterapi. H Pilory diatasi dengan

antibiotic (seperti tetrasiklin ata amoxilin) dan gram

bisinu (pepto bismo). Pasien dengan gastritis A

biasanya mengalami malabsorbsi vitamin B12 yang

disebabkan oleh adanya antibody terhadap factor

intrinsic.

f) Penatalaksanaan secara keperawatan menurut Dermawan

(2010) meliputi :

(1) Tirah baring

(2) Mengurangi stress

(3) Diet

(4) Air teh, air kaldu, air jahe dengan soda kemudian

berikan per oral pada interval yang sering. Makanan

yang sudah dihaluskan seperti pudding, agar-agar dan

sup. Biasanya dapat ditoleransi setelah 12-24 jam dan

kemudian makanan berikutnya ditambahkan secara


20

bertahap. Pasien dengan gastritis superficial yang

kronik biasanya berespon terhadap diet sehingga

harus menghindari makanan yang berbumbu banyak/

berminyak.

2. Konsep Asuhan Keperawatan

Proses keperawatan adalah suatu proses pemecahan masalah

yang dinamis dalam saha memperbaiki atau memelihara klien sampai

ke taraf optimal melalui pendekatan yang sistematis untuk mengenal

dan membantu kebutuhan klien (Nursalam, 2015).

Dalam asuhan keperawatan pasien dengan gastritis,

menggunakan proses keperawatan yang terditi dari 5 tahap yang

merupakan pedoman untuk melaksanakan asuhan keperawatan, yaitu

a. Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan yang

dilakukan secara sistematis dalam pengumpulan data dari

berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi

stats kesehatan klien (Setiadi, 20112). Data tersebut berasal dari

paasien (data primer), kelarga (data sekunder), dan catatan yang

ada (data tersier). Pengkajian dilakukan dengan pendekatan

proses keperawatan, melalui wawancara, observasi, langsung,


21

dan melihat catatan medis. Adapun data yang diperlukan pada

pasien gastritis yaitu :

1) Data dasar (identitas klien) : meliputi nama lengkap, nama

panggilan, tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin, status,

agama, bahasa yang digunakan, suku bangsa, pendidikan,

pekerjaan, alamat, sumber dana/ biaya serta identitas

orangtua.

2) Riwayat kesehatan :

a) Keluhan utama : Nyeri ulu hati dan perut sebelah kiri

bawah.

b) Riwayat kesehatan sekarang : Perjalanan penyakit, awal

dari gejala yang dirasakan, keluhan dirasakan secara

mendadak/bertahap, factor pencetus, upaya untuk

mengatasi masalah tersebut.

c) Riwayat kesehatan dahulu : meliputi penyakit yang

berhubungan dengan penyakit sekarang, riwayat di

rumah sakit, dan riwayat pemakaian obat.

d) Riwayat kesehatan keluarga : penyakit keturunan,

penyakit menular (langsung mapun tidak langsung),

kecenderngan, alergi. Pada pasien gastritis dikaji adakah

adakah keluarga yang mengalami gejala yang serupa,

penyakit keluarga berkaitan erat dengan penyakit yang


22

diderita pasien. Apakah hal ini ada hubungannya dengan

kebiasaan keluarga dengan pola makan, misalnya

minum minuman yang panas, bmb penyedap yang

terlalu banyak, perubahan pola kesehatan berlebihan,

penggunaan obat-obatan, alcohol dan rokok.

e) Genogram : Dituliskan dalam 3 generasi sesuai dengan

kebutuhan. Bila klien seorang nenek/kakek, maka dibuat

2 generasidi bawah, bila klien adalah anak-anak maka

dibuat generasi ke atas.

f) Riwayat psikososial : Meliputi mekanisme koping yang

digunakan klien untuk mengatasi masalah dan

bagaimana motivasi kebutuhan dan cara klien menerima

keadaanya.

g) Pola kebiasaan sehari-hari (Gordon, 2009), pola

kebiasaan sehari-hari pada pasien gastritis, yaitu : pola

nutrisi, pola eliminasi, pola istirahat dan tidur, pola

aktivitas/ latihan, pola kognisi-perceptual, pola toleransi-

koping stess, pola persepsi dir/konsep koping, pola

seksual reproduktif, pola hubungan dan peran, dan pola

nilai dan keyakinan.

h) Kebutuhan Dasar : Kaji pola makan dan minum, pola

istirahat dan tidur, eliminasi dan kebersihan diri dan

factor alergi.

3) Pemeriksaan Fisik (dari ujung rambut sampai ujung kaki)

dengan 4 teknik, yaitu insfeksi, palpasi, auskultasi, dan


23

perkusi. Menurut Dongoes (2000), data dasar pengkajian

pasien gastritis meliputi:

a) Data Subjektif : keadaan umum (tampak kesakitan pada

pemeriksaan fisik terdapat nyeri tekan di kuadran

epigastrik) terdiri dari tanda-tanda vital, B1 (breath) :

takhipnea, B2 (blood) : takikardi; hipotensi; distritmia;

nadi perifer lemah; pengisian perifer lambat; warna kulit

pucat, B3 (brain) : sakit kepala; kelemahan; tingkat

kesadaran dapat terganggu; disorientasi; nyeri

epigastrum, B4 (bladder) : oliguria; gangguan

keseimbangan cairan, B5 (bowel) : anemia; anoreksia;

mual; muntah; nyeri ulu hati; tidak toleran terhadap

makanan pedas, dan B6 (bone) : kelelahan; kelemahan.

Dan Kesadaran : tingkat kesadaran dapat terganggu,

rentan dari cenderung tidur, disorientasi/bingung, sampai

koma (tergantung pada volume sirkulasi/oksigenasi).

b) Data objektif

(1) Kepala dan muka (wajah pucat dan sayu karena

kekurangan nutrisi).

(2) Mata cekung karena penurunan cairan tubuh anemis

karena penurunan oksigen ke jaringan; konjungtiva

pucat dan kering.

(3) Mulut dan faring (mukosa bibir kering karena

penurunan cairan intrasel mukosa, bibir pecah-picah,


24

lidah kotor, bau mulut, tidak sedap karena penurunan

hidrasi bibir dan personal hygiene)

(4) Abdomen

(a) Inspeksi, keadaan kulit seperti warna, elastisitas,

kering, lembab, besar dan bentukabdomen

rata/menonjol. Jika pasien melipat lutut sampai

dada sering merubah posisi, menandakan pasien

nyeri.

(b) Auskultasi, distensi bunyi usus sering hiperaktif

selama perdarahan, dan hipoaktif setelah

perdarahan.

(c) Perkusi, pada pasien gastritis suara abdomen

yang ditemukan hipertimpani/bising usus

meningkat.

(d) Palpasi, pada pasien gastritis dinding abdomen

tegang. Terdapat nyeri tekan pada region

epigastrik, terjadi karena distruksi asam lambung.

Menurut Dongoes tahun 2000.

(5) Integumen, warna kulit pucat, sianosis tergantung

pada jumlah kehilangan darah, kelemahan

kulit,/membrane mukosa kekeringan yang

menunjukkan status syok; nyeri akut; respon

psikologik, menurut Dongoes tahun 2000.

4) Pemeriksaan penunjang, menurut Priyanto tahun 2009 yang

ditemukan pada pasien gastritis yaitu endoscopy,


25

pemeriksaan histopatologi, laboratorium, analisa gaster, dan

gastrokopi.

b. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu penilaian klinis

mengenai respon pasien terhadap masalah kesehatan/proses

kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung actual

maupun potensial. Diagnosis keperawatan merupakan langkah

keda dalam proses keperawatan yaitu mengklarifikasi masalah

kesehatan dalam lingkup keperawatan.

Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinis

tentang respon seseorang, keluarga, atau masyarakat sebagai

akibat dari masalah kesehatan/proses kehidupan yang

actual/potensial. Diagnosa keperawatan bertujuan untuk

mengidentifikasi respon klien/individu, keluarga, dan komunitas

terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan. Tujuan

pencatatan diagnose keperawatan yaitu sebagai alat komunikasi

tentang masalah pasien yang sedang dialami pasien saat ini dan

merupakan tanggung jawab seorang perawat terhadap masalah

yang diidentifikasi berdasarkan data serta mengidentifikasi

pengembanfan rencan intervensi keperawatan menurut Tim

Pokja SDKI DPP PPNI, 2017.

Data uang dikelompokkan dianalisa data dan diprioritaskan

masalahnya maka ditentukan beberapa kemngkinan diagnose

keperawatan pada klien dengan gastritis adalah:


26

1) Nyeri sehubungan dengan iritasi mukosa lambung sekresi

asam lambung bikarbonat yang naik turun.

2) Ketidakseimbangan nutrisi sehubungan dengan kurangnya

intake makanan.

3) Kekurangan volume cairan sehubungan dengan intake yang

tidak adekuat dan output cair yang berlebih/mual muntah.

4) Intoleransi aktivitas sehubungan dengan kelemahan fisik.

c. Perencanaan Keperawatan (Intervensi)

Intervensi keperawatan merupakan bagian dari fase

pengorganisasian dalam prosen keperawatan dalam usaha

membantu, meringankan, dan memecahkan masalah yang

tertulis (Bulechek, 2010). Menurut Dongoes (2000) perencanaan

adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam proses

keperawatan yang meliputi tujuan keperawatan penetapan

pemecahan masalah dan menentukan tujuan perencanaan untuk

mengatasi masalah pasien. Adapun kriteria hasil tersebut harus

berpedoman pada SMART yaitu :

1) Berfokus pada pasien : menunjukkan apa yang akan

dilakukan, kapan dan sejauh mana tindakan dapat dilakukan.

2) Singkat & jelas : memudahkan perawat untuk mengidentifikasi

tujuan & rencana tindakan.

3) Dapat diobservasi dan diukur :measurable adalah suatu kata

kerja yang menjelaskan perilaku pasien/keluarga yang

diharapkan akan terjadi jika tujuan telah tercapai.


27

4) Ada batas waktunya : batas pencapaian hasil hars dinyatakan

dalam penulisan kriteria hasil. Komponen batas waktu dibagi

menjadi 2, yaitu jangka panjang dan jangka pendek.

5) Realistis : hars bisa dicapai sesuai dengan saran dan

prasarana yang tersedia, meliputi biaya, peralatan, fasilitas,

tingkat pengetahuan, affekomosi dan kondisi fisik.

6) Ditentukan oleh perawat & pasien/keluarga : selama

pengkajian perawat mulai melibatkan pasien/keluarga pasien

dalam intervensi. Misalnya pada saat wawancara, perawat

mempelajari apa yang bisa dikerjakan/dilihat pasien sebagai

masalah utama, sehingga muncul diagnose keperawatan.

Kemudian perawat dan keluarga pasien mendiskusikan kriteria

hasil dan rencana tindakan untuk memvalidasi intervensi

asuhan keperawatan yang direncanakan pada pasien dengan

Gastritis berdasarkan diagnose keperawatan menurut

Dongoes (2000) adalah :

a) Gangguan rasa nyaman nyeri sehubungan dengan iritasi

mukosa lambung bikarbonat yang naik turun.

Tujuan : Setelah dilakukan intervensi selama 3 kali 24 jam

diharapkan nyeri dapat berkurang.

Kriteria hasil :

(1) Klien menggungkapkan nyeri yang dirasakan

berkurang/hilang.

(2) Klien tidak menyeringai kesakitan.

(3) Ttv dalam batasan normal.


28

(4) Intensitas nyeri berkurang.

(5) Menunjukkan rileks, istirahat tidur, peningkatan

aktivitas dengan cepat.

Intervensi Gangguan Rasa Nyaman Nyeri

Tabel 2.1 Intervensi Gangguan Rasa Nyaman Nyeri

No. Intervensi Rasional


1. Observasi tanda-tanda Untuk mengetahui
vital keadaan umum pasien.

2. Kaji sklala nyeri Mengetahui intensitas


nyeri yang dirasakan.

3. Latih teknik distraksi & Menggerakkan


relaksasi tegangan otot,
meningkatkan rasa
control dan kemampan
koping.
4. Beri kan therapy obat. Menghilang kan rasa
Misalnya: Antasida nyeri.

b) Ketidakseimbangan nutrisi sehubungan dengan kurangnya

intake makanan.

Tujuan : Setelah dilakukan intervensi selama 3 kali 24 jam

diharapkan kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi.

Kriteria hasil :

(1) Keadaan umum cukup.


29

(2) Turgor kulit baik.

(3) Berat badan meningkat.

(4) Klien tidak mual dan muntah

Intervensi :

Tabel 2.2 Intervensi Ketidakseimbangan Nutrisi

No. Intervensi Rasional


1. Observasi tanda-tanda Mengetahui respon
vital autonomic
2. Anjurkan makan sedikit Menjaga nutrisi pasien
tapi sering tetap stabil
3. Beri kan makanan yang Untuk mempermudah
lunak pasien menelan
4. Anjurkan minum air Dapat mengu rangi
hangat mual muntah klien
5. Bantu pemberian obat Mengurangi rasa mual
muntah akibat asam
lambung naikMenjaga
nutrisi pasien tetap
stabil

c) Kekurangan volume cairan sehubungan dengan intake

yang tidak adekuat dan output cair yang berlebih (mual

muntah).

Tujuan : Setelah dilakukan intervensi selama 3 kali 24 jam

diharapkan intake cairan klien adekuat.

Kriteria hasil :
30

(1) Mukosa bibir lembab.

(2) Turgor kulit baik, pengisian kapiler baik.

(3) Input dan output seimbanng

Intervensi :

Tabel 2.3 Intervensi Kekurangan Volume Cairan

No. Intervensi Rasional


1. Penuhi kebutuhan Intake cairan yang
individual, anjurkan adekuat akan
klien ntuk minum mengurangi resiko
(dewasa : 40-60 dehidrasi pasien.
cc/kg/jam).
2. Kaji turgor kulit. Indikator dehidrasi atau
hypovolemia,
keadekuatan
penggantian cairan.
3. Catat input dan output Menunjukkan status
cairan. dehidrasi atau
kemungkinan kebutuhan
untuk peningkatan
penggantian cairan.
4. Berikan cairan Mengganti cairan untuk
tambahan IV sesuai memasukkan kalori yang
indikasi. berdampak pada
keseimbangan elektrolit.

d) Intoleransi aktivitas sehubungan dengan kelemahan fisik.


31

Tujuan : Setelah dilkukan intervensi selama 3 kali 24 jam

diharapkan klien dapat beraktivitas.

Kriteria hasil :

(1) Klien dapat beraktivitas tanpa bantuan.

(2) Skala aktivitas 0-1.

Intervensi :

Tabel 2.4 Intervensi Intoleransi Aktivitas

No. Intervensi Rasional


1. Observasi sejauh mana Mengetahui aktivitas
klien dapat melakukan yang dapat dilakukan
aktivitas. klien.
2. Berikan lingkungan Meningkatkan istirahat
yang tenang. klien.
3. Berikan bantuan dalam Klien tahu pentingnya
aktivitas. beraktivitas.

d. Penatalaksanaan Keperawatan (Implementasi)

Menurut Dongoes (2000), implementasi adalah tindakan

pemberian keperawatan yang dilaksanakan untuk membantu

mencapai tujuan pada rencana tindakan keperawatan yang telah

disusun. Setiap tindakan keperawatan yang dilaksanakan dicatat

dalam catatan keperawatan yaitu cara pendekatan pada klien

efektif, teknik komunikasi terapeutik serta penjelasan untuk setiap

tindakan yang diberikan kepada pasien. Dalam melakkan


32

tindakan keperawatan menggunakan 3 tahap pendekatan, yaitu

independen ( tanpa petunjuk dan perintah), dependen

(pelaksanaan rencana), dan interdependen (menjelaskan suatu

kegiatan dan memerlukan kerja sama).

Keterampilan yang harus dimiliki perawat dalam

melaksanakan tindakan keperawatan yaitu kognitif, sikap, dan

psikomotor. Dalam melakukan tindakan keperawatan khususnya

pada klien dengan gastritis yang harus diperhatikan adalah pola

nutrisi, skala nyeri, serta melakukan pendidikan kesehatan pada

klien. Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang

telah disusun sebelum ke pasar.

e. Evaluasi Keperawatan

Menurut Dongoes (2000), evaluasi adalah tingkatan

intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang

menandakan seberaha jauh diagnose keperawatan, rencana

tindakan, dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai.

Kemungkinan yang dapat terjadi dalam tahap evaluasi adalah

masalah yang dapat diatasi, masalah teratasi sebagian, masalah

belum teratasi atau timbul masalah baru. Evaluasi yang dilakukan

adalah evaluasi proses dan evaluasi hasil.

Anda mungkin juga menyukai