BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.3. Etiologi
Menurut Muttaqin dan Sari (2011), mengatakan Etiologi dari gastritis ini adalah
sebagai berikut:
1. Obat-obatan, seperti Obat Anti-Inflamasi Nonsteroid/OAINS (Indimetasin, Ibuprofen, dan
Asam Salisilat), Sulfonamide, Steroid, Kokain, Salisilat, dan Digitalis bersifat mengiritasi
mukosa lambung.
2. Minuman beralkohol: seperti whisky, vodka, dan gin.
3. Infeksi bakteri: seperti H.phlori (paling sering), H. heilmanii, Streptococci, Staphylococci,
Proteus species, Clostridium spesies, E.coli, Tuberculosis, dan secondary syphilis.
4. Infeksi virus oleh Sitomegalovirus
5. Infeksi jamur: seperti Candidiasis, Histoplasmosis, dan Phycomycosis.
6. Setres fisik yang disebabkan oleh luka bakar sepsis, trauma, pembedahan, gagal pernapasan,
gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat, dan refluks usus-lambung.
7. Iskemia, hal ini berhubungan dengan akibat penurunan aliran darah ke lambung.
8. Trauma langsung lambung, berhubungan dengan keseimbangan antara agresi dan mekanisme
pertahanan untuk menjaga integritas mukosa, yang menimbulkan respons peradangan pada
mukosa lambung.
Menurut Rendy dan Margareth (2012) penyebab dari gastritis di bagi menjadi dua
yaitu:
1. Gastritis akut
a. Pemakaian sering obat-obatan NSAID seperti aspirin yang tanpa pelindung selaput enterik
b. Peminum alcohol
c. Perokok berat
d. Stres fisik (luka bakar)
e. Keracunan makanan (entrotoksin)
2. Gatritis kronik
a. Penderita dengan ulkus peptikum
b. Hubungan dengan karsinoma lambung
c. Pada penderita dengan anemia
d. Pada penderita setelah gastrektomi
e. Pada orang sehat terutama usia tua
2.1.4. Patofisiologi
Lambung adalah sebuah kantong otot yang kosong, terletak dibagian kiri atas perut
tepat dibawah tulang iga. Lambung orang dewasa memiliki panjang berkisar antara 10 inci
dan dapat mengembang untuk menampung makanan atau minuman sebanyak 1 galon. Bila
lambung dalam keadaan kosong, maka ia akan melipat mirip seperti sebuah akordion. Ketika
lambung mulai terisi dan dan mengembang, lipatan-lipatan tersebut secara bertahap
membuka.
Ketika terjadi proses gastritis perjalanannya adalah sebagai berikut ini lambung yang
terkena paparan baik oleh bakteri, obat-obatan anti nyeri yang berlebihan, infeksi bakteri atau
virus, maka hal tersebut akan merusak epitel-epitel sawar pada lambung. Ketika asam
berdifusi ke mukosa, dengan keadaan epitel sawar yang dihancurkan tadi akan terjadi
penghancuran sel mukosa. Dengan sel mukosa yang hancur ini mengakibatkan fungsi dari
mukosa tidak berfungsi yang akhirnya asam tidak bisa di control sehingga terjadi peningkatan
asam hidroklorida di lambung dan ketika mengenal di dinding lambung akan menimbulkan
nyeri lambung (perih) karena dinding lambung yang inflamasi tersebut, masalah keperawatan
yang muncul adalah nyeri akut.
Dalam penghancuran sel mukosa tadi oleh asam maka mengakibatkan peningkatan
histamine sehingga meningkatkan permeabilitas terhadap protein meningkat kemudian
plasma bocor ke intestinum terjadi edema dan akhirnya plasma bocor ke dalam lambung
sehingga terjadi perdarahan (Sarif, 2012).
Bagan Patofisiologi
HEMATEMESIS
MELENA
2.1.5. Klasifikasi
Menurut Sharif (2012), Gastritis dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
1. Gastritis akut
Gastritis akut adalah proses peradangan jangan pendek dengan konsumsi agen kimia atau
makanan mengganggu dan merusak mucosa gastrik.
2. Gastritis kronis
Gastritis kronis dibagi dalam tipe A dan B. gastritis tipe A mampu menghasilkan imun
sendiri, tipe ini dikaitkan dengan atropi dari kelenjar lambung dan penurunan mucosa.
Penurunan pada sekresi gastrik mempengaruhi produksi antibody. Anemia Pernisiosa
berkembang dengan proses ini. Sedangkan gastritis tipe B lebih lazim, tipe ini dikaitkan
dengan infeksi bakteri helocobakter pylori, yang menimbulkan ulkus pada dinding lambung.
2.1.7. Komplikasi
Jika diibaratkan tidak terawat gastritis akan dapat mengakibatkan Peptic Ulcers dan
mengakibatkan resiko kanker lambung, terutama jika terjadi penipisan secara terus menerus
pada dinding lambung dan perubahan pada sel-sel dinding lambung.
Kebanyakan kanker lambung adalah Adenocarcinomas, yang bermula pada sel-sel
kelenjar dalam mukosa. Kanker jenis lain yang terkait dengan infeksi akibat H.Pyloris adalah
MALT (mukosa associated lympoihoid tissue), Lymphomas, kanker ini berkembang secara
perlahan pada jaringan system kekebalan pada dinding lambung. Kanker jenis ini dapat
disembuhkan bila ditemukan pada tahap awal (Sharif, 2012).
Sedangkan menurut Wijaya dan Yessie (2013), Komplikasi gastritis adalah:
Perdarahan saluran cerna, Ulkus, Perforasi (jarang terjadi).
Selain itu juga menurut Mansjoer dkk (2001) komplikasi gastritis yaitu:
1. Komplikasi gastritis akut
Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa hematemesis dan melena, dapat
berakhir sebagai syok hemoragik. Khusus untuk perdarahan SCBA, perlu dibedakan dengan
tukak peptik. Gambaran kelinis yang diperlihatkan hampir sama. Namun pada tukak peptik
penyebab utamanya adalah infeksi Helicobacteri pylori, sebab 100% pada tukak duodenum
dan 60-90% pada tukak lambung. Diagnosis pasti dapat ditegakkan dengan sebagai
sitoprotektor, berupa sukralfat dan prostaglandin.
2. Komplikasi gastritis kronik
Perdarahan saluran cerna bagian atas, ulkus, perforasi, dan anemia karena gangguan absorpsi
vitamin B12.
2.1.9. Penatalaksanaan
Menurut Bruner dan Suddarth (2002), mengatakan Penatalaksanaan gastritis yaitu:
1. Gastritis Akut
a. Menginstruksikan pasien untuk menghindari alcohol makanan sampai gelaja berkurang.
b. Bila pasien mampu makan melalui mulut, diet mengandung gizi dianjur kan.
c. Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan secara parental.
d. Bila gastritis diakibatkan oleh mencerna makanan yang sangat asam atau alkali, pengobatan
terdiri dari pengenceran dan penetralisiran agen penyebab.
Terapi pendukung mencakup intubasi, analgesik dan sedatif, antasida, serta cairan
intravena. Endoskopi fiberoptik mungkin diperlukan. Pembedahan darurat mungkin
diperlukan untuk mengangkat gangren atau jaringan perforasi.
2. Gastritis Kronis
a. Diatasi dengan memodifikasi diet pasien.
b. Meningkatkan istirahat.
c. Mengurangi setres.
d. Memulai farmakoterapi misalnya H. pylori dapat diatasi dengan antibiotok.
b. Gastritis Kronis
1. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa lambung.
2. Risiko ketidak seimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan keluarnya cairan dari
muntah yang berlebihan.
3. Ketidak seimbangan nutrisi berhubungan dengan intake tidak adekuat sekunder akibat mual,
muntah, dan anoreksia.
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan penatalaksanaan diet dan proses penyakit.
5. Kecemasan berhubungan dengan penyakit dan program pengobatan.
2.2.3. Intervensi
Menurut Muttaqin dan Sari (2011), intervensi keperawatan gastritis yaitu:
1. Intervensi Gastritis Akut
a. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa lambung.
Intervensi
1) Instirahatkan pasien pada saat nyeri muncul.
2) Ajarkan teknik relaksasi napas dalam saat nyeri.
3) Ajarkan tehnik distraksi pada saat nyeri.
4) Manajemen lingkungan: lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan istirahat pasien.
5) Tindakan kolaborasi pemakaian penghambat H2 (seperti Cimetidin atau Ranitidin), Antasida.
Rasionalisasi
1) Instirahat secara fisiologis akan menurunkan oksigen yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme basal.
2) Meningkatkan intake oksigen sehingga akan menurunkan nyeri sekunder dari iskemia
intestinal.
3) Distraksi (pengalihan perhatian) dapat menurunkan stimulus internal.
4) Lingkungan tenang akan menurunkan stimulus nyeri eksternal. Pembatasan pengunjung
membantu meningkatkan kondisi oksigen ruangan yang akan berkurang apabila banyak
pengunjung yang berada diruangan. Istirahat akan menurunkan kebutuhan oksigen jaringan
perifer.
5) Manajemen sentuhan pada saat nyeri berupa sentuhan dan dukungan psikologis dapat
membantu menurunkan nyeri.
b. Risiko ketidak seimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidak adekuatan intake nutrisi sekunder akibat nyeri, ketidak nyamanan lambung dan
intestinal.
Intervensi
1) Kaji pengaturan pasien tentang intake nutrisi.
2) Mulai dengan makanan kecil dan tingkatkan sesuai dengan toleransi. Catat tanda kepenuhan
gaster, regurgitasi, dan diare.
3) Berikan diet nutrisi seimbang (misalnya: semi kental atau makanan halus) atau makanan
selang (contoh: makanan dihancurkan atau sediaan yang dijual) sesuai indikasi.
4) Fasilitasi pasien memperoleh diet sesuai indikasi dan anjurkan menghindari paparan dari
agen iritan.
5) Berikan diet secara rutin.
6) Berikan nutrisi parenteral.
Rasionalisasi
1) Dengan mengetahui tingkat pengetahuan tersebut, perawat dapat lebih terarah dalam
memberikan pendidikan kesehatan yang sesuai dengan pengetahuan pasien secara efektif dan
efisien.
2) Kandungan makanan dapat mengakibatkan ketidak toleransian GI, sehingga memerlukan
perubahan pada kecepatan atau tipe formula.
3) Macam-macam jenis makanan dapat dibuat untuk tambahan atau batasan faktor tertentu,
seperti lemak dan gula atau memberikan makanan yang disediakan pasien.
4) Konsumsi minuman yang mengandung kafein perlu dihindari karena kafein adalah stimulant
system saraf pusat yang dapat meningkatkan aktifitas lambung serta sekresi pepsin.
Konsumsi alcohol harus dihentikan, demikian juga dengan rokok karena nikotin akan
mengurangi sekresi bikarbonat pankreas sehingga akan menghambat netralisasi asam
lambung dalam duodenum.
5) Pemberian rutin tiga kali sehari ditunjang dengan pemberian reseptor penghambat H2
memiliki arti peningkatan efisiensi. Hal lain dengan pemberian diet makanan secara rutin
akan memberikan kondisi normal terhadap fungsi gastrointestinal.
6) Nutrisi secara intravena dapat membantu memenuhi kebutuhan nutrisi yang diperlukan oleh
pasien untuk mempertahankan kebutuhan nutrisi harian.
c. Risiko ketidak seimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan keluarnya cairan dari
muntah yang berlebihan.
Intervensi
1) Monitor status cairan (turgor kulit, membran mukosa, dan urine output).
2) Kaji sumber kehilangan cairan.
3) Pengukuran tekanan darah.
4) Kaji warna kulit, suhu, sianosis, nadi perifer, dan diaphoresis secara teratur.
5) Tindakan kolaborasi: pertahankan pemberian cairan secara intravena.
Rasionalisasi
1) Penurunan volume cairan mengakibatkan menurunnya produksi urine. Produksi urine <600
ml/hari merupakan tanda-tanda terjadinya syok hipovolemik.
2) Kehilangan cairan dari muntah dapat disertai dengan keluarnya natrium melalui oral yang
juga akan meningkatkan risiko gangguan elektrolit.
3) Hipotensi dapat terjadi pada kondisi hipovolemia. Hal tersebut menunjukkan manifestasi
terlibatnya sistem kardiovaskuler untuk melakukan kompensasi mempertahankan tekanan
darah.
4) Mengetahui adanya pengaruh peningkatan tahanan perifer.
5) Jalur yang paten penting untuk pemberian cairan cepat dan memudahkan perawat dalam
melakukan control intake dan output cairan.
Rasionalisasi
1) Digunakan dalam mengevaluasi derajat/tingkat kesadaran atau konsentrasi, khususnya ketika
melakukan komunikasi verbal.
2) Memberikan kesempatan untuk berkonsentrasi, kejelasan dari rasa takut, dan mengurangi
cemas yang berlebihan.
3) Respons dan kecemasan anggota keluarga terhadap apa yang terjadi, dapat disampaikan
kepada perawat.
4) Sejumlah aktivitas atau keterampilan dapat menurunkan tingkat kebosanan yang dapat
menjadi stimulus kecemasan.
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidak adekuatan informasi penatalaksanaan diet
dan faktor pencetus iritan pada mukosa lambung.
Intervensi
1) Kaji kemampuan pasien untuk mengikuti pembelajaran (tingkat kecemasan, kelelahan umum,
pengetahuan pasien sebelumnya, dan suasana yang tepat).
2) Jelaskan tentang proses terjadinya gastritis akut sampai menimbulkan keluhan pada pasien.
3) Bantu pasien mengidentifikasi agen iritan.
Rasionalisasi
1) Keberhasilan proses pembelajaran dipengaruhi oleh kesiapan fisik, emosional, dan
lingkungan yang kondusif.
2) Pengetahuan pasien tentang gastritis dievaluasi sehingga rencana penyuluhan dapat bersifat
individu. Diet diberikan dan disesuaikan dengan jumlah kebutuhan kalori harian, makanan
yang disukai, serta pola makan.
3) Meningkatkan partisipasi pasien dalam program pengobatan dari mencegah klien untuk
kontak kembali dengan agen iritan lambung.
Rasionalisasi
1) Perawat mengkaji tingkat nyeri dan kenyamanan pasien setelah penggunaan obat-obatan dan
menghindari zat pengiritasi.
2) Istirahat secara fisiologi akan menurunkan kebutuhan oksigen yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan metabolism basal.
3) Distraksi (pengalihan perhatian) dapat menurunkan stimulus internal.
4) Dengan menghindari makanan dari minuman yang mengiritasi mukosa lambung, maka dapat
menurunkan intensitas nyeri.
5) Penegtahuan yang akan dirasakan membantu mengurangi nyerinya dan dapat membantu
mengembangkan kepatuhan pasien terhadap rencana terapeutik.
6) Simetidin menghambat histamine H2, menurunkan produksi asam lambung, meningkatkan pH
lambung, dan menurunkan iritasi pada mukosa lambung.
7) Antasida untuk mempertahankan pH lambung pada tingkat 4,5.
b. Risiko ketidak seimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan keluarnya cairan dari
muntah yang berlebihan.
Intervensi
1) Monitor status cairan (turgor kulit, membrane mukosa, dan keluaran urine).
2) Kaji sumber kehilangan cairan.
3) Pengukuran tekanan darah.
4) Menejemen pemberian cairan.
Rasionalisasi
1) Penurunan volume cairan mengakibatkan menurunnya produksi urine. Produksi urine <600
ml/hari merupakan tanda-tanda terjadinya syok hipovolemik.
2) Kehilangan cairan dari muntah dapat disertai dengan keluarnya natrium melalui oral yang
juga akan meningkatkan risiko gangguan elektrolit.
3) Hipotensi dapat terjadi pada kondisi hipovolemia. Hal tersebut menunjukkan manifestasi
terlibatnya sistem kardiovaskuler untuk melakukan kompensasi mempertahankan tekanan
darah.
4) Intake cairan dipantau untuk mendeteksi tanda-tanda awal dehidrasi (keluaran urine minimal
30 ml/jam, masukan minimal 1,5 I/hari). Bila makanan dan minuman ditunda, maka biasanya
cairan intravena (3 I/hari) diberikan.
c. Ketidak seimbangan nutrisi berhubungan dengan intake tidak adekuat sekunder akibat mual,
muntah, dan anoreksia.
Intervensi
1) Kaji status nutrisi pasien, turgor kulit, berat badan dan derajat penurunan berat badan,
integritas mukosa oral, kemampuan menelan, riwayat mual/muntah, dan diare.
2) Fasilitasi pasien memperoleh diet biasa yang disukai pasien (sesuai indikasi).
3) Pantau intake dan output, anjurkan untuk timbang berat badan secara periodik (seminggu
sekali).
4) Lakukan dan ajarkan perawatan mulut, sebelum dan sesudah makan.
5) Pasilitasi pasien memperoleh diet sesuai indikasi dan anjurkan menghindari paparan dari
agen iritan.
6) Kolaborasi dengan ahli diet untuk menetapkan komposisi dan jenis diet yang tepat.
7) Kolaborasi untuk pemberian anti muntah.
Rasionalisasi
1) Memvalidasi dan menetapkan derajad masalah untuk menetapkan pilihan intervensi yang
tepat.
2) Memperhitungkan keinginan individu dapat memperbaiki intake nutrisi.
3) Berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan.
4) Menurunkan rasa tidak enak karena sisa makanan dan bau obat yang dapat merangsang pusat
muntah.
5) Konsumsi minuman yang mengandung kafein perlu dihindari karena kafein adalah stimulant
system saraf pusat yang dapat meningkatkan aktifitas lambung serta sekresi pepsin.
Konsumsi alcohol harus dihentikan, demikian juga dengan rokok karena nikotin akan
mengurangi sekresi bikarbonat pankreas sehingga akan menghambat netralisasi asam
lambung dalam duodenum.
6) Merencanakan diet dengan kandungan nutrisi yang adekuat untuk memenuhi peningkatan
kebutuhan energy dan kalori sehubungan dengan status hipermetabolik pasien.
7) Meningkatkan rasa nyaman pada gastrointestinal dan meningkatkan keinginan intake nutrisi
dan cairan per oral.
Rasionalisasi
1) Keberhasilan proses pembelajaran dipengaruhi oleh kesiapan fisik, emosional, dan
lingkungan yang kondusif.
2) Pengetahuan pasien tentang gastritis dievaluasi sehingga rencana penyuluhan dapat bersifat
individu.
3) Pasien diberi daftar agen-agen iritan untuk dihindari (missal kafein, nikotin, bumbu pedas,
pengiritasi atau makanan yang sangat merangsang, dan alkohol).
4) Meningkatkan partisipasi pasien dalam program pengobatan dan mencegah klien untuk
kontak kembali dengan agen iritan lambung.
5) Pasien dengan anemia pernisiosa diberi instruksi tentang kebutuhan terhadap vitamin B12
jangka panjang.
Rasionalisasi
1) Digunakan dalam mengevaluasi derajat/tingkat kesadaran/ konsentrasi, khususnya ketika
melakukan komunikasi verbal.
2) Memberikan kesempatan untuk berkonsentrasi, kejelasan dari rasa takut, dan mengurangi
cemas yang berlebihan.
3) Respons dan kecemasan anggota keluarga terhadap apa yang terjadi dapat disampaikan
kepada perawat.
4) Sejumlah aktivitas atau keterampilan baik sendiri maupun dibantu selama melakukan rawat
inap dapat menurunkan tingkat kebosanan yang dapat menjadi stimulus kecemasan.
2.2.4. Implementasi
Implementasi adalah melakukan rencana tindakan untuk mengatasi masalah klien yang
mencakup melakukan, membantu atau mengarahkan kinerja aktivitas sehari-hari (Haryanto,
2007).
2.2.5. Evaluasi
Menurut Muttaqin dan Sari (2003), yaitu:
Hasil yang diharapkan pada pasien Gastritis Akut setelah mendapat intervensi keperawatan
adalah sebagai berikut:
1. Nyeri epigastrium berkurang atau teradaptasi.
2. Ketidak seimbangan cairan dan elektrolit tidak terjadi.
3. Informasi terpenuhi.
4. Tingkat kecemasan berkurang.
Hasil yang diharapkan pada pasien Gastritis Kronis setelah mendapat intervensi keperawatan
adalah sebagai berikut:
1. Nyeri epigastrium berkurang atau teradaptasi.
2. Ketidak seimbangan cairan dan elektrolit tidak terjadi.
3. Intake nutrisi harian terpenuhi.
4. Mematuhi program pengobatan dengan memilih makanan dan minuman yang bukan bersifat
iritan, serta menggunakan obat-obatan sesuai resep.
5. Tingkat kecemasan berkurang.
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1. Pengkajian
3.1.1. Biodata
a. Identitas Pasien
Nama : Tn ”N”
Umur : 18 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Belum Kawin
Agama : Islam
Suku : Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pelalajar
No. Register : 084364
Diagnosa Medik : Gastritis Akut
Tanggal Masuk : Jam 07:00 wib 11-02-2014
Tanggal Pengkajian : Jam 08:00 wib 12-02-2014
Alamat : Jalan Sila Beranti lorong Auragading
Genogram
Gambar 3.1 : Genogram
g. Telinga
Bentuk telinga simetris, pada pemeriksaan ketajaman pendengaran baik, tidak ditemukan
adanya penyumbatan atau serumen dan cairan pada telinga.
h. Sistem Pernafasan
Jalan nafas bersih tidak sesak, bernafas tidak menggunakan otot bantu nafas, frekuensi nafas
20x/menit, irama pernafasan teratur, nafas dalam, suara nafas tidak wizing.
i. Sistem Kardiovaskular
1) Sirkulasi Perifer
Nadi 80x/menit, irama teratur, denyut kuat,tekanan darah 110/80 mmHg, tidak ada distensi
vena jugularis, temperature kulit hangat, warna kulit tidak sianosis, pengisian kapiler kurang
dari 2 detik, edema tidak ada.
2) Sirkulasi jantung
Denyut apikal 82x/menit, irama teratur, tidak ada kelainan bunyi jantung tidak ada nyeri
dada.
j. Sistem Pencernaan
1) Riwayat muntah
Isi makanan, mual, nafsu makan kurang, rasa penuh di perut, nyeri pada perut epigastrium.
2) Abdomen
Bentuk abdomen datar dan lemas, tidak dijumpai adanya kelainan seperti pembesaran massa
tumor. Hepar tidak teraba, kebiasaan BAB 3x sehari, tidak diare, warna feses kuning padat.
k. Sistem Urologi
BAK 4x/hari terkontrol 1500 cc/24 jam warna kuning, tidak ada keluhan seperti sakit
pinggang.
l. Sistem Endokrin
Tidak terdapat pembesaran kelenjar thyroid, tidak ada ekskresi urin berlebihan, suhu tubuh
normal, tidak ada riwayat air seni dikelilingi semut.
m. Sistem Integumen
Turgor kulit elastis, warna kulit tidak sianosis, kondisi kulit baik tidak ada ulkus dan lesi,
tidak ada kelainan pada kulit.
n. Sistem saraf
1) Fungsi cerebral
Klien dapat breintasi dengan baik, dapat menginat dengan baik perhatian pokus, bahasa yang
dipakai sehari-hari bahasa daerah. Tingkat kesadaran GCS menunjukkan skala 15 dengan
klasifikasi respon membuka mata 4, respon perbal 5 dan motorik 6.
2) Fungsi cranial
a. Nervus caranialis / N.I
Klien dapat mengidentifikasi bau dengan baik
b. Nervus optikus / N.II
Tidak ada kelainan dan gangguan pada penglihatan klien. Klien dapat melihat dengan baik.
c. Nervus okulomotoris / N.III, Trochlesris / N.IV, Abdusen / N.VI
Pada mata klien tidak terdapt odema, klien dapat menggerakkan bola mata ke segala arah dan
reaksi pupil terhadap cahaya baik.
d. Nervus trigeminus / N.V
Klien dapat merasakan sentuhan dengan baik.
e. Nervus Fasialis / N.VII
Klien dapat tersenyum, bisa mengembungkan pipi, lidah kelian baik dapat membedakan rasa
asin dan manis.
f. Nervus restibulocochlearis / N. VIII
Klien dapat mendengar dengan baik.
g. Nervus glassopharingeum / N.IX, Vagus N.X
Klien dapat menelan dengan baik dan suara tidak serak dalam berbicara.
h. Nervus Asesorius / N.XI
Klien dapat menggerakkan bahunya baik bagian dekstra maupun sinistra.
i. Nervus Hipoglosus
Klien dapat menggerakkan dan menjulurkan lidahnya.
o. Sistem Imun
Klien tidak alergi terhadap debu, bulu binatang, zat kimia. Penyakit yang berhubungan
dengan perubahan cuaca flu.
Asam dalam
lumen+empedu
Penghancuran epitel
sawar
Penghancuran sel
mukosa
Asam
Nyeri
Diagnosa Perencanaan
No Keperawatan Tujuan Intervensi Rasionalisasi
1 Nyeri gaster Setelah di 1. Istirahatkan 1. Instirahat akan
berhubungan lakukan klien pada saat menurunkan
dengan iritasi tindakan nyeri muncul. oksigen yang
mukosa lambung keperawatan diperlukan untuk
Ds : selama 1x 24 memenuhi
Klien jam masalah kebutuhan
mengatakan nyeri dapat metabolisme basal.
perutnya terasa berkurang /
sakit pada bagian hilang dengan 2. Meningkatkan
kiri atas terasa KH : 2. Ajarkan teknik intake oksigen
seperti di tusuk keluhan nyeri relaksasi napas sehingga akan
Do : berkurang / dalam saat nyeri. menurunkan nyeri
- nyeri tekan uluh hilang sekunder dari
hati pasien tidak iskemia intestinal.
- klien tampak gelisah
meringis tidak ada nyeri3. Ajarkan tehnik 3. Distraksi dapat
- sekala : 4 (sedang) tekan uluh hati distraksi pada menurunkan
- Tanda-tanda vital: Skala : 0 saat nyeri. stimulus internal.
Suhu: 36 ºC
Nadi : 80 x/menit 4. Manajemen
RR : 22 x/menit lingkungan 4. Lingkungan tenang
Tekanan darah : tenang, batasi akan menurunkan
110/80 mmHg pengunjung, dan stimulus nyeri
- IVFD : RL gtt istirahat pasien. eksternal. Apabila
banyak pengunjung
20x/ menit
yang berada
diruangan kondisi
oksigen ruangan
yang akan
5. Tindakan berkurang. Istirahat
kolaborasi akan menurunkan
dengan tim kebutuhan oksigen
medis mengenai jaringan perifer.
obat-obatan
5. Untuk
menghilangkan
nyeri lambung
Gangguan pola
1. Kaji pengaturan1. Perawat dapat lebih
nutrisi
klien tentang terarah dalam
berhubungan
intake nutrisi memberikan
dengan kurang
pendidikan
nafsu makan,
kesehatan yang
mual dan muntah
sesuai dengan
Ds:
Setelah di pengetahuan klien.
- Klien mengatakan lakukan
2 merasa mual dan tindakan 2. Kandungan
muntah biasanya keperawatan 2. Berikan makan makanan dapat
1-2x / hari. selama 1x 24 sedikit tapi mengakibatkan
- Klien mengatakan jam nutrisi sering ketidak toleransian
nafsu makan dapat adekuat gaster, sehingga
berkurang. dengan KH : memerlukan
Do : nafsu makan perubahan
- Klien terlihat bertambah kecepatan
tidak tertarik makan habis 1 pemberian
untuk makan porsi makanan.
- Klien mual, muntah
menghabiskan 3 berkurang 3. Macam-macam
sendok dari porsi / hilang 3. Berikan diet jenis makanan dapat
yang diberikan. nutrisi seimbang dibuat untuk
- Tanda-tanda vital: tambahan atau
Suhu: 36 ºC batasan faktor
Nadi : 80 x/menit tertentu.
RR : 22 x/menit
Tekanan darah : 4. Fasilitasi klien 4. Konsumsi
110/80 mmHg mmemperoleh minuman kafein
- IVFD : RL gtt diet sesuai perlu dihindari
indikasi. karena dapat
20x/ menit
meningkatkan
- Terapi
aktifitas lambung.
Ondansetron
5. Kolaborasi 5. Untuk menambah
dengan tim nafsu makan klien
Gangguan pola
medis dalam dan penyembuhan
tidur
terapi penyakit.
berhubungan
pengobatan
dengan nyeri
1. Untuk mengetahui
pada gaster
faktor apa yang
Ds :
1. Kaji faktor yang mengganggu pola
- Klien mengatakan menyebabkan tidur pasien
sering terbangun gangguan tidur
di malam hari 2. Untuk mengurangi
karena perutnya 2. Berikan posisi nyeri pada pasien
terasa sakit tidur yang saat tidur
Do : nyaman pada
- Klien terlihat, lesu pasien
dan lemas 3. Dapat membantu
- Tanda-tanda vital: Setelah di 3. Dorong pasien meningkatkan
Suhu: 36 ºC lakukan untuk relaksasi dan
Nadi : 80 x/menit tindakan melakukan ritual menyiapkan tidur
3 RR : 22 x/menit keperawatan sebelum tidur
Tekanan darah : selama 1x 24 missal dengan
110/80 mmHg jam masalah membaca buku
- IVFD : RL gtt pola tidur dapat dan berdoa
20x/ menit teratasi dengan
- Hb 11,2 g/dL KH : 4. Anjurkan 4. Untuk memper
- Jumlah waktu minum obat mudah tidur
tidur terpenuhi sebelum tidur
- Dapat
beristirahat
dengan baik
tanpa ada rasa
nyeri
- Badan tampk
segar
3.5. Implementasi Keperawatan
Nama Pasien : Nn ”N”
No Register : 084364
Ruang : Penyakit Dalam
10:15 Wib
10:15 Wib
14-02-2014 I 08:00 Wib1. Mengkaji skala nyeri 0-10 Rafiq
Skala: 0
08:00 Wib2. Mengajarkan teknik relaksasi napas
dalam.
08:00 Wib3. Mengajarkan tehnik distraksi.
08:05 Wib4. Menganjurkan klien untuk
memperbanyak istirahat.
08:05 Wib5. Memberian obat antasid 1 sendok teh
x3/hari
10:00 Wib
Tanggal/ No.
Catatan Perkembangan Paraf
Waktu DK
12-02-2014 I S: Klien mengatakan masih merasa sakit pada Rafiq
11:00 Wib perutnya
O: Klien masih terlihat meringis menahan sakit
skala nyeri: 4 (sedang)
TD: 110/80 mmHg Nadi: 80x/menit Suhu: 36,1
ºC RR: 22x/ menit
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
1. Kaji skala nyeri
2. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam.
3. Ajarkan tehnik distraksi pada saat nyeri.
4. Istirahatkan klien pada saat nyeri muncul
5. Kolaborasi dalam pemberian obat antasid
I: -
1. Mengkaji skala nyeri.
2. Mengajarkan teknik relaksasi napas dalam.
3. Mengajarkan tehnik distraksi.
4. Menganjurkan klien untuk memperbanyak
istirahat.
5. Berkolaborasi dalam pemberian obat antasid
E: - Klien masih merasakan nyeri.
R:-