Anda di halaman 1dari 30

PERMASALAHAN DALAM LAYANAN

DAN RUJUKAN KESEHATAN JIWA


Dr. Bambang Eko Sunaryanto, SpKJ, MARS
DIREKTUR UTAMA RS MARZOEKI MAHDI BOGOR
Ketua Asosiasi Rumah Sakit Jiwa dan
Ketergantungan Obat Indonesia
(ARSAWAKOI)

Pertemuan Evaluasi Program Pencegahan & Pengendalian


Masalah Kesehatan Jiwa Dewasa, 3 – 5 Mei 2017
PENDAHULUAN
UU no 18 tentang Kesehatan Jiwa :
Pasal 1 & 2:
• Upaya kesehatan jiwa : setiap kegiatan untuk
mewujudkan derajad kesehatan jiwa yang optimal bagi
setiap individu, keluarga, dan masyarakat dengan
pendekatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
yang diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu, dan
berkesinambungan oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah, dan/ atau masyarakat
• Upaya kesehatan jiwa berasaskan : keadilan,
perikemanusiaan, manfaat, transparansi, akuntabilitas,
komprehensif, perlindungan, dan non diskriminasi
Penatalaksanaan kondisi kejiwaan pada ODGJ
(Pasal 20 UU no 18/2014 ttg Kesehatan Jiwa)

• Dilakukan di fasilitas pelayanan di bidang


Kesehatan Jiwa
• Dilaksanakan melalui sistem rujukan
• Dilakukan dengan cara : rawat jalan; atau
rawat inap
Sistem pelayanan kesehatan jiwa
(Pasal 33 UU no 18/2015 tentang Kesehatan Jiwa)

• Sistem pelayanan kesehatan jiwa 


berjenjang & komprehensif
• Terdiri atas :
 pelayanan kesehatan jiwa dasar : terintegrasi
dalam pelayanan kesehatan umum di Puskesmas
& jejaring (PPK I)
Pelayanan kesehatan jiwa rujukan : Rumah Sakit
Jiwa, terintegrasi dg layanan umum di RSU (PPK II-
III)
Permasalahan dalam pelayanan
kesehatan jiwa di Indonesia

Masalah Individu
Masalah dari masyarakat
Masalah dari PPK I
Masalah dari PPK II
Masalah rujuk balik dari PPK III ke PPK II,I
Ggg fungsi
kognitif

Duku- Hendaya
ngan fungsi
Sosial sosial

MASALAH YG DIHADAPI
PASIEN & KLG

Pendidi Stigma &


kan &
PERLU PENANGANAN KOM-
penolaka
pekerjaan n
PREHENSIF

Masalah
Relaps keluarga
Masalah dari masyarakat
• Stigma
• Kurangnya pengetahuan
• Kurangnya dukungan
keluarga/masyarakat/aparat yang berwenang/
bertanggungjawab dalam kesehatan jiwa
Masalah dari PPK I
• Kurangnya kuantitas/kualitas SDM
(pengetahuan/kompetensi tenaga kesehatan)
• Kurangnya perhatian/prioritas penanganan
• Adanya kuota < 10% yang boleh dirujuk
(BPJS/terkait kompetensi GP/Dr Umum)
• Kurangnya ketersediaan obat-obatan
• Kurangnya koordinasi dengan masyarakat/
aparat desa/kecamatan (kemitraan lintas
sektor)
Masalah dalam PPK II

• Kurangnya staf profesional kesehatan jiwa (Psikiater,


Psikolog, Perawat Jiwa dll)
• Belum meratanya pelayanan kesehatan jiwa di PPK II
• Belum semua PPK II dapat melayani kasus Ggg Jiwa
• Belum ada perhatian/prioritas dari manajemen RS
• Dianggap sbg kasus yg tdk menguntungkan dari segi
finansiil
Peran RSJ
( PPK III Penanganan Masalah KESWA)
1. Layanan spesialistik (idealnya  subspesialistik) dlm
pengobatan & rehabilitasi (kasus sulit yg tdk dpt ditangani di
PPK II)
2. Pelayanan Psikiatri Forensik
3. Layanan kasus dg risiko keamanan yg tinggi.
4. Layanan Ggg Fisik terkait kejiwaan dsblknya  Anak &
Remaja, Psikogeriatri dsb
5. Pusat Pelatihan & Penelitian Keswa
6. Layanan Konsultasi Onsite/Jarak jauh
7. Pembina Layanan Keswa untuk PPK I & PPK II di daerah
8. Mambantu tugas edukasi promotif/preventif pd Dinkes
Layanan Kesh JIwa
Masalah PPK III
• Keterbatasan tenaga profesional kesehatan jiwa ( Konsultan
Psikiater, Psikiater, Psikolog, perawat jiwa kompetensi
kedaruratan, Penanganan Akut, Penanganan rehabilitasi
memori, sosial, kemandirian/living skill, Terapi Klg, Komunitas,
Penanganan Anak & Remaja berkebutuhan khusus, Psikogeriatri,
NAPZA, Forensik, Ggg Mental Organik dll)
• Belum optimalnya pengembangan subspesialistik di RSJ
• RSJ sbg Pusat pelatihan layanan KESWA msh belum serius /
fokus.
• Belum optimalnya SDM Peneliti di RSJ
• Sbg tempat konsultasi jarak jauh msh terkendala SDM & Sarpras
Penanganan pasien dengan gangguan jiwa berat di RSJ

RSJ Komunitas

REHABILITASI
REHABILITASI BERBASIS
FASE AKUT STABILISASI
PSIKOSOSIAL KOMUNITAS

Transitional
medikamentosa medikamentosa
living skills volunteer work
psikoterapi psikoterapi
learning skills
living skills living skills
social skills
learning skills
working skills sheltered
workshop

temporary
try out work
KUALITAS HIDUP

special
9/7/2019
placement
MOVING TO COMMUNITY
• Deinstitusionalization : 1965  community mental
health center
• Tuntutan thd HAM Pasien Ggg Jiwa thd kondisi
Rawat di RSJ
• Tuntutan kerelaan pasien untuk menjalani
perawatan
• Tingginya tuntutan thd standar perawatan RSJ 
Besarnya beaya Rawat di RSJ ( Padahal tdk semua
kasus perlu perawatan dg standar tertinggi)
Mempermudah &
meningkatkan
akses
Peningkatan Kurangi Risiko
tatalaksana & follow pemisahan dg
up pd kasus anggt klg dlm
keterbatasan SDM jangka lama

Commu
Peningkatan nity Menjamin Hak
Promosi, care Azasi terkait dg
pencegahan & perawatan
deteksi dini

Tata Laksana yg
lebih baik untuk Kurangi
kasus Stigma
komorbiditas

Rawat Komunitas
POLA KERJASAMA RSJ-PUSKESMAS
Collaborative Mental Health care partnerships

consultation
co-location
Rumah Sakit Jiwa collaborative Puskesmas
or
integrative
SISTEM RUJUKAN DALAM PELAYANAN
KESEHATAN JIWA
Sistem rujukan
 Penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang
mengatur pelimpahan tugas & tanggungjawab
pelayanan kesehatan secara timbal balik (vertikal
maupun horisontal)
 Sistem rujukan yg efektif :
- menjamin hubungan yg baik diantara semua
tingkat sistem kesehatan
- membantu masyarakat mendapatkan pelayanan
sedekat mungkin dengan lingkungan tempat
tinggalnya
Manfaat sistem rujukan :
• Klien mendapat pelayanan yg optimal pd tingkat
pelayanan kesehatan yg sesuai & tidak
memerlukan pembiayaan yg tidak perlu
• Fasilitas RS digunakan secara optimal & cost
efektif
• Klien yg membutuhkan pelayanan spesialistik dpt
mengakses pelayanan pd waktu yg tepat
• Meningkatnya pemanfaatan & kualitas pelayanan
di pelayanan primer
Sistem rujukan kesehatan jiwa
• Penyelenggaraan pelayanan kesehatan jiwa
yg mengatur pelimpahan tugas &
tanggungjawab pelayanan kesehatan secara
timbal balik baik secara parsial, vertikal
maupun horisontal  agar pasien
mendapatkan pelayanan kesehatan jiwa
seoptimal mungkin
• Sistem rujuk balik : pelayanan kesehatan yg
diberikan kepada pennderita di fasilitas
kesehatan atas rekomendasi/rujukan dari
dokter spesialis/subspesialis yg merawat
Rujukan vertikal
Pasien 1. Dapat ditangani
Dari pelayanan lebih rendah ke tinggi

membutuhkan oleh tingkat yankes I

Dari pelayanan lebih tinggi ke rendah


pelayanan 2. Kompetensi &
kesehatan kewenangan tk I/II >
spesialistik atau baik
subspesialistik;
3. Pelayanan lanjutan
Perujuk tidak dapat dpt ditangani oleh
memberikan
tingkat I karena :
pelayanan
mudah, efisien
kesehatan sesuai
dengan kebutuhan 4. Keterbasatan
pasien karena sarpras, peralatan.
keterbatasan ketenagaan
fasilitas, peralatan
dan/ atau
ketenagaan.
Sistem rujukan berjenjang
Fasilitas Fasilitas Fasilitas
kesehatan kesehatan kesehatan
tingkat tingkat kedua tingkat ketiga
pertama

• Layanan • Jika • Hanya dpt


dimulai dr diperlukan diberikan
pelayanan pelayanan atas
lanjutan oleh
kesehatan rujukan dr
spesialis
tingkat faskes
• Hanya dpt
pertama diberikan atas
sekunder &
rujukan dr faskes
faskes primer primer
FKTP  FK tersier
• Tdk ada Layanan Keswa di PPK II daerah itu.
• Kasus yg ditetapkan penatalaksanaanya di
Faskes Tertier ( Kasus sulit/perlu Tatalaksana
Subspesialistik atau perlu terapi jangka
panjang)
• Penunjang Pemeriksaan/Terapinya hanya
tersedia di faskes tersier
Pengecualian rujukan berjenjang
• Keadaan gawat darurat
• Bencana
• Kekhususan permasalahan kesehatan pasien
• Pertimbangan georgrafis
• Pertimbangan ketersediaan fasilitas
Permasalahan dalam sistem rujukan
dan rujuk balik kesehatan jiwa
• PPK I :
 Kurangnya pengetahuan & ketrampilan tenaga kesehatan di PPK I 
cenderung merujuk kasus
 Masalah ketersediaan obat2an
 Belum efektifnya sistem monitoring & evaluasi sistem rujukan
• PPK II :
- Belum jelas indikasi penanganan pasien gangguan jiwa di PPK II &
III  kapan merujuk kasus ke PPK III ?
- Belum meratanya pelayanan kesehatan jiwa di PPK II  belum
optimal sistem rujukan berjenjang
• PPK III
 Belum optimalnya sistem pembinaan PPK III ke PPK II dan PPK I
 Belum efektifnya sistem rujuk balik  pasien cenderung masih
ditangani di PPK III walaupun sudah dalam kondisi stabil
Penanganan
• Perlu nya pemahaman semua stake holder ttg
pentingnya masalah keswa
• Perlu ada prioritas penanganan masalah
keswa
PENANGANAN MASALAH
AWARENESS
PRIORITAS
*Seluruh stake holder
di Pemerintahan PROGRAM
*Kecukupan SDM
*Tenaga kesehatan Berkualitas * Promotif, Preventif,
Kuratif, Rehabilitatif
*Masyarakat *Kecukupanan serta Paliatif
Sarpras & Obat
*Koordinasi RSJ-
*Kecukupan beaya Dinkes- Dinsos/Disbud
operasional dan Lintas sektor lain
*Mutu Layanan,
Jaminan HAM dll
Penanganan ??
1. Tersedianya buku panduan pelayanan Ggg Jiwa di
PPK 1 dan 2 serta sistem rujukannya
2. Penguatan SDM, Sarpras, Beaya Operasional &
Kesejahteraan Staf dalam Program Layanan
Subspesialistik di RSJ
3. Ketersediaan obat2an serta SDM terlatih dan
sarprasnya di PPK 1, 2 serta RSJ
4. Adanya kewajiban pembinaan, pelatihan serta
Monev Rujukan penanganan Ggg Jiwa dari dan
untuk PPK 1 & 2 serta Masyarakat
5. Pengembangan kemitraan dalam layanan kesehatan
jiwa
Program MOU dg Dinkes
4. Pendampingan 7. Peningkatan
1. PROMKESWA Lay Home care Kompetensi SDM
2. Pengobatan Puskesmas
5. Pendampingan
Rajal 8. Optimalisasi
Lay Intervensi Sistem Rujukan &
3. Pendampingan Psikosos
Tim Assertive Kemitraan
Community 6. Intervensi Krisis 9. Pertemuan
Treatment ( ACT) & Penanganan Monitoring &
Pasung Evaluasi

Anda mungkin juga menyukai