Anda di halaman 1dari 52

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

MATERNITAS BAYI BARU LAHIR


( BBL )

Disusun Oleh :

Ni Kadek Sudia Nantari


P07120220005
2A S.Tr Keperawatan
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020/2021

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN


MATERNITAS BAYI BARU LAHIR

A. KONSEP DASAR
1. Definisi
Periode neonatus adalah empat minggu pertama kehidupan bayi,
baik bayi dilahirkan cukup bulan atau lahir prematur. Ini adalah masa
perubahan dan perkembangan yang cepat di mana pola untuk masa bayi,
seperti pemberian makan dan ikatan, dikembangkan. Juga merupakan
periode ketika ada risiko paling besar untuk komplikasi pasca-kelahiran
atau ketika cacat lahir atau kondisi bawaan pertama kali dapat dideteksi.
Masa neonatus termasuk masa perinatal, yaitu masa awal setelah kelahiran
(Rachael, 2021).
Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu
sampai 42 minggu dan BB lahir 2500 gr sampai 4000 gr (Fatmawati,
2020).
Bayi baru lahir (BBL) adalah bayi yang baru mengalami proses
kelahiran, berusia 0-28 hari. Bayi baru lahir memerlukan penyesuain
fisiologi berupa maturasi, adaptasi (menyusuaikan diri dari kehidupan
intrauteri ke kehidupan ekstraurine) dan tolerasi bayi baru lahir untuk
dapat hidup dengan baik. (Herman, 2020).
2. Penyebab / Factor Predisposisi
a. His (Kontraksi otot rahim)
b. Kontraksi otot dinding perut
c. Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan.
d. Ketegangan dan kontraksi ligamentum retundum.
3. Pohon Masalah Fisiologis Bayi Baru Lahir

Kesulitan transisi kekehidupan


Sistem Respirasi Sistem Sistem Imunologi Sistem ekstra uterin, prematuritas (˂37
Gastrointestinal Termoregulasi minggu), ketrlambatan
Hipoksia pada akhir Pengempisan paru Imunitas belum pengelauarn feses (mekonium),
Mulai menghisan Belum mampu penurunan berat badan abnormal
persalinan dan selama persalinan matang
dan menelan mengatur suhu tubuh ˃7%-8%, usia ˂7 hari
rangsangan fisik
lingkungan luar rahim Tekanan dalam dada Efek prosedur
Ketidakmatangan Risiko hipotermia
invasif
Pusat pernapasan otak koordinasi menghisap, Risiko ikterik
Masuknya udara ke dalam paru menelan, dan bernapas
Risiko infeksi neonatus

Mengeluarkan cairan dalam paru Risiko aspirasi

Tidak ada surfaktan


Jaringan alveol mengembang
pertama kali
Alveol kolaps
Surfaktan
Kesultan bernapasa\
Cairan pada jalan pernapasan
Kebutuahn energy ↑
Sekresi tertahan
Penggunaan oksigen dan Kekurangan oksigen
Bersihan jalan napas tidak glukosa meningkat
efektif
Gangguan metabolisme

Gangguan ventilasi Ketidakseimbangan Gangguan (Setiyani, Sukesi dan Esyuananik, 2016;


spontan ventilasi-perfusi pertukaran gas Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016)
4. Klasifikasi Bayi Baru Lahir
a. Klasifikasi bayi menurut berat lahir
1) Bayi berat lahir rendah (BBLR), bayi yang dilahirkan dengan berat
lahir < 2500 gram tanpa memandang masa gestasi
2) Bayi berat lahir cukup/normal, bayi yang dilahirkan dengan berat
lahir 2500 – 4000 gram
3) Bayi berat lahir lebih Yaitu bayi yang dilahirkan dengan berat lahir
> 4000 gram
( Kosim et al., 2008 dalam Mahmudah, 2017)
b. Klasifikasi bayi menurut masa gestasi atau umur kehamilan
1) Bayi kurang bulan (BKB), bayi yang dilahirkan dengan masa
gestasi < 37 minggu
2) Bayi cukup bulan (BCB), bayi yang dilahirkan dengan masa
gestasi 37 – 42 minggu
3) Bayi lebih bulan (BLB), bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi
> 42 minggu
( Kosim et al., 2008 dalam Mahmudah, 2017)
c. Klasifikasi bayi menurut hubungan berat lahir/umur kehamilan
1) Kecil Masa Kehamilan (KMK)
Bayi yang lahir dengan keterlambatan pertumbuhan intrauterin
dengan berat badan terletak di bawah persentil ke-10 dalam grafik
pertumbuhan intrauterin (kurva lubchenco), dalam bahasa Inggris
disebut small for gestational age (SGA).
2) Sesuai Masa Kehamilan (SMK)
Bayi yang lahir dengan berat badan sesuai dengan berat badan
untuk masa kehamilan, yaitu berat badan terletak antara persentil
ke-10 dan ke-90 dalam grafik pertumbuhan intrauterin (kurva
lubchenco), dalam bahasa Inggris disebut appropriate for
gestational age (AGA).
3) Besar Masa Kehamilan (BMK)
Bayi yang lahir dengan berat badan lebih besar untuk usia
kehamilan, yaitu berat badan terletak di atas persentil ke-90 dalam
grafik pertumbuhan 9 intrauterin (kurva lubchenco), dalam bahasa
Inggris disebut large for gestational age (LGA).
( Surasmi, Handayani dan Nur, 2003 dalam Mahmudah, 2017)
5. Patofisiologi
Adaptasi Fisiologis Baru lahir terjadi perubahan fungsi organ yang
meliputi:
1. Sistem pernapasan
Selama dalam uterus janin mendapat oksigen dari pertukaran
melalui plasenta.Setelah bayi lahir pertukaran gas terjadi pada paru-paru
(setelah tali pusat dipotong).Rangsangan untuk gerakan pernapasan
pertama ialah akibat adanya tekanan mekanis pada toraks sewaktu melalui
jalan lahir, penurunan tekanan oksigen dan peningkatan karbondioksida
merangsang kemoreseptor pada sinus karotis.Usaha bayi pertama kali
untuk mempertahankan tekanan alveoli adanya surfaktan adalah menarik
nafas, mengeluarkan dengan menjerit sehingga oksigen tertahan di
dalam.Fungsi surfaktan untuk mempertahankan ketegangan alveoli.
Masa alveoli akan kolaps dan paru-paru kaku. Pernapasan pada
neonatus biasanya pernapasan diafragma dan abdominal.Sedangkan
respirasi setelah beberapa saat kelahiran yaitu 30 – 60 x / menit.
2. Jantung dan Sirkulasi Darah
Di dalam rahim darah yang kaya akan oksigen dan nutrisi berasal
dari plasenta masuk ke dalam tubuh janin melalui vena umbilikalis,
sebagian besar masuk ke vena kava inferior melalui duktus dan vena
sasaranti, darah dari sel-sel tubuh yang miskin oksigen serta penuh dengan
sisa-sisa pembakaran dan sebagian akan dialirkan ke plasenta melalui
umbilikalis, demikian seterusnya. Ketika janin dilahirkan segera, bayi
menghirup dan menangis kuat, dengan demikian paru-paru akan
berkembang, tekanan paru-paru mengecil dan darah mengalir ke paru-
paru, dengan demikian duktus botali tidak berfungsi lagi, foramen ovale
akan tertutup. Penutupan foramen ovale terjadi karena pemotongan tali
pusat.
3. Saluran Pencernaan
Pada kehamilan 4 bulan, pencernaan telah cukup terbentuk dan
janin telah dapat menelan air ketuban dalam jumlah yang cukup
banyak.Absorpsi air ketuban terjadi melalui mukosa seluruh saluran
pencernaan, janin minum air ketuban dapat dibuktikan dengan adanya
mekonium (zat yang berwarna hitam kehijauan). Mekonium merupakan
tinja pertama yang biasanya dikeluarkan dalam 24 jam pertama.
4. Hepar
Hepar janin pada kehamilan 4 bulan mempunyai peranan dalam
metabolisme hidrat arang, dan glikogen mulai disimpan di dalam hepar,
setelah bayi lahir simpanan glikogen cepat terpakai, vitamin A dan D juga
sudah disimpan dalam hepar.
Fungsi hepar janin dalam kandungan segera setelah lahir dalam
keadaan imatur (belum matang).Hal ini dibuktikan dengan
ketidakseimbangan hepar untuk meniadakan bekas penghancuran darah
dari peredaran darah. Enzim hepar belum aktif benar pada neonatus,
misalnya enzim UDPGT (Uridin Disfosfat Glukoronide Transferase) dan
enzim GGFD (Glukosa 6 Fosfat Dehidrogerase) yang berfungsi dalam
sintesis bilirubin sering kurang sehingga neonatus memperlihatkan gejala
ikterus fisiologis.
5. Metabolisme
Pada jam-jam pertama energi didapat dari pembakaran karbohidrat
dan pada hari kedua energi berasal dari pembakaran lemak. Energi
tambahan yang diperlukan neonatus pada jam-jam pertama sesudah lahir
diambil dari hasil metabolisme lemak sehingga kadar gula darah dapat
mencapai 120 mg/100 ml.
6. Produksi Panas
Pada neonatus apabila mengalami hipotermi, bayi mengadakan
penyesuaian suhu terutama dengan NST (Non Sheviring Thermogenesis)
yaitu dengan pembakaran “Brown Fat” (lemak coklat) yang memberikan
lebih banyak energi daripada lemak biasa.Cara penghilangan tubuh dapat
melalui konveksi aliran panas mengalir dari permukaan tubuh ke udara
sekeliling yang lebih dingin.Radiasi yaitu kehilangan panas dari
permukaan tubuh ke permukaan benda yang lebih dingin tanpa kontak
secara langsung.Evaporasi yaitu perubahan cairan menjadi uap seperti
yang terjadi jika air keluar dari paru-paru dan kulit sebagai uap dan
konduksi yaitu kehilangan panas dari permukaan tubuh ke permukaan
benda yang lebih dingin dengan kontak secara langsung.
7. Kelenjar Endoktrin
Selama dalam uterus fetus mendapatkan hormon dari ibu, pada
waktu bayi baru lahir kadang-kadang hormon tersebut masih berfungsi
misalkan pengeluaran darah dari vagina yang menyerupai haid
perempuan.Kelenjar tiroid sudah terbentuk sempurna sewaktu lahir dan
mulai berfungsi sejak beberapa bulan sebelum lahir.
8. Keseimbangan Air dan Ginjal
Tubuh bayi baru lahir mengandung relatif banyak air dan kadar
natrium relatif lebih besar daripada kalium. Hal ini menandakan bahwa
ruangan ekstraseluler luas.Fungsi ginjal belum sempurna karena jumlah
nefron matur belum sebanyak orang dewasa dan ada ketidakseimbangan
antara luas permukaan glomerulus dan volume tubulus proksimal, renal
blood flow (aliran darah ginjal) pada neonatus relatif kurang bila
dibandingkan dengan orang dewasa.
9. Susunan Saraf
Jika janin pada kehamilan sepuluh minggu dilahirkan hidup maka
dapat dilihat bahwa janin tersebut dapat mengadakan gerakan
spontan.Gerakan menelan pada janin baru terjadi pada kehamilan empat
bulan.Sedangkan gerakan menghisap baru terjadi pada kehamilan enam
bulan. Pada triwulan terakhir hubungan antara saraf dan fungsi otot-otot
menjadi lebih sempurna.Sehingga janin yang dilahirkan diatas 32 minggu
dapat hidup diluar kandungan.Pada kehamilan 7 bulan maka janin amat
sensitif terhadap cahaya.
10. Imunologi
Pada sistem imunologi Ig gamma A telah dapat dibentuk pada
kehamilan 2 bulan dan baru banyak ditemukan segera sesudah bayi
dilahirkan. Khususnya pada traktus respiratoris kelenjar liur sesuai dengan
bakteri dapat alat pencernaan, imunoglobolin G dibentuk banyak dalam
bulan kedua setelah bayi dilahirkan. Ig A, Ig D dan Ig E diproduksi secara
lebih bertahap dan kadar maksimum tidak dicapai sampai pada masa
kanakkanak dini. Bayi yang menyusui mendapat kekebalan pasif dari
kolostrum dan ASI.
11. Sistem Integumen
Kulit bayi baru lahir sangat sensitif dan mudah mengelupas,
semua struktur kulit ada pada saat lahir tetapi tidak matur.Epidermis dan
dermis tidak terikat dengan erat dan sangat tipis, vernik keseosa juga
bersatu dengan epidermis dan bertindak sebagai tutup pelindung dan
warna kulit bayi berwarna merah muda.
12. Sistem Hematopoiesis.
Saat bayi lahir nilai rata-rata Hb, Ht, SDM dan Leukosit lebih
tinggi dari nilai normal orang dewasa. Hb bayi baru lahir 14,5 – 22,5 gr/dl,
Ht 44 – 72%, SDM 5 – 7,5 juta/mm3 dan Leukosit sekitar 18000/mm3.
Darah bayi baru lahir mengandung sekitar 80% Hb janin.Presentasi Hb
janin menurun sampai 55% pada minggu kelima dan 5% pada minggu ke
20.
13. Sistem Skelet
Arah pertumbuhan sefalokaudal terbukti pada pertumbuhan tubuh
secara keseluruhan.Kepala bayi cukup bulan berukuran seperempat
panjang tubuh.Lengan sedikit lebih panjang daripada tungkai.Wajah relatif
kecil terhadap ukuran tengkorak yang jika dibandingkan lebih besar dan
berat.Ukuran dan bentuk kranium dapat mengalami distorsi akibat molase.
Pada bayi baru lahir lutut saling berjauhan saat kaki diluruskan dan
tumit disatukan sehingga tungkai bawah terlihat agak melengkung.Saat
baru lahir tidak terlihat lengkungan pada telapak kaki.Ekstremitas harys
simetris, terdapat kuku jari tangan dan kaki, garis-garis telapak tangan dan
sudah terlihat pada bayi cukup bulan.
6. Tanda Dan Gejala Bayi Baru Lahir
Adapun tanda bayi baru lahir sehat yaitu :
1) Lahir aterm antara 37-42 minggu
2) Berat Badan 2500 – 4000 gr
3) Panjang Badan lahir 48 – 52 cm
4) Lingkar dada 30 – 38 cm
5) Lingkar kepala 33 – 35 cm
6) Lingkar lengan 11-12 cm
7) Bunyi jantung dalam menit-menit pertama kira-kira 180x/menit,
kemudian menurun sampai 120x/menit atau 140x/menit
8) Pernafasan pada menit-menit pertama cepat kira-kira 180x/menit,
kemudian menurun setelah tenang kira-kira 40x/menit
9) Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup
terbentuk dan diliputi vernic caseosa
10) Rambut lanugo setelah tidak terlihat,rambut kepala biasanya telah
sempurna
11) Kuku agak panjang dan lemah
12) Nilai APGAR >7
13) Genetalia :
a. Pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang berada pada
skrotum dan penis yang berlubang.
b. Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uterus
yang berlubang ,serta labia mayora menutupi labia minora
14) Reflek isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
15) Reflek moro sudah baik, apabila bayi dikagetkan akan memperlihatkan
gerakan seperti memeluk
16) Gerak reflek sudah baik, apabila diletakan sesuatu benda diatas telapak
tangan bayi akan menggenggam atau adanya gerakan reflek
17) Eliminasi baik. Urine dan meconium akan keluar dalam 24 jam
pertama. Meconium berwarna kuning kecoklatan.
(Fatmawati, 2020)
Tanda APGAR
Nilai 0 1 2
Warna kulit tubuh Warna kulit
normal merah tubuh, tangan dan
Appearance color Seluruh badan
muda, tetapi kaki normal
(warna kulit) biru atau pucat
tangan dan kaki merah muda,
kebiruan tidak ada sianosis
Pulse (heart rate)
Atau frekuensi Tidak ada < 100 x/menit >100 x/menit
Jantung
Meringis atau
Grimace (reaksi Meringis atau
Tidak ada respon bersin atau batuk
terhadap menangis lemah
terhadap stimulasi saat stimukasi
rangsangan) ketika distimulasi
saluran nafas
Activity (tonus Lemah atau tidak
Sedikit gerakan Bergerak aktif
otot) ada
Menangis kuat,
Respiration Lemah atau tidak
Tidak ada pernafasan baik
(usaha nafas) teratur
dan teratur
(Fatmawati, 2020)
Cara menentukan skor APGAR adalah bayi baru lahir diletakkan di
bawah radiant heater, pemeriksaan dilakukan dua kali yaitu pada menit
pertama dan menit kelima setelah lahir, bila penilaian menit ke–5 < 7
penilaian dilanjutkan setiap 5 menit sampai menit ke-20. Rangkaian
pemeriksaan itu masing-masing diberi nilai. Bila reaksi bayi bagus
nilainya 2, reaksi kurang baik nilainya 1 dan tidak ada reaksi bernilai 0
(Ribek, Labir dan Sunarthi, 2018).
7. Pemeriksaan Diagnostic / Penunjang
1. Pemeriksaan jumlah sel darah putih (SDP)
Jumlah sel darah putih 9.400-34.000/mm³, neutrofil meningkat sampai
23.000- 24.000/mm³ hari pertama setelah lahir (menurun bila ada
sepsis).
2. Pemeriksaan hemoglobin (Hb)
Kadar hemoglobin 15-20 g/dl (kadar lebih rendah sehubungan dengan
anemia atau hemolisis berlebihan).
3. Hematokrit (Ht)
Kadar hematokrit 43%-61% (peningkatan sampai 65% atau lebih
menandakan polisitemia; penurunan kadar menunjukkan anemia atau
hemoragi prenatal/perinatal)
4. Essai inhibisi Guthrie
Tes untuk melihat adanya metabolit fenilalanin, manandakan
fenilketonuria (PUK)
5. Pemeriksaan bilirubin total
Terdapat 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1 sampai 2
hari kehidupan, dan 12 mg/dl pada 3 sampai 5 hari kehidupan.
6. Pemeriksaan dektrosik
Tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran rata-
rata 40 sampai 50 mg/dl, meningkat 60 sampai 70 mg/dl pada gari
ketiga.
7. Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir
Menurut JNPK-KR/POGI, APN, (2007) dalam (Dwiendra R, Octa,
dkk, 2014) asuhan segera, aman dan bersih untuk bayi baru lahir, yaitu
sebagai berikut :

1. Pencegahan infeksi

a. Cuci tangan dengan seksama sebelum dan setelah bersentuhan


dengan bayi

b. Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum
dimandikan

c. Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama


klem, gunting, penghisap lendir DeLee dan benang tali pusat
telah didesinfeksi tingkat tinggi atau steril.
d. Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang
digunakan untuk bayi, sudah dalam keadaan bersih. Demikin
pula dengan timbangan, pita pengukur, termometer, stetoskop.
2. Melakukan penilaian

APGAR 0 1 2
Appearance Biru/pucat Badan merah, Seluruh tubuh
(warna tubuh) seluruh tubuh ektremitas biru kemerahan
Pulse rate Tida terdeteksi < 100 x/menit >100 x/menit

(denyut jantung)
Grimace (respon Tidak merespon Gerakan sedikit Gerakan

atau refleks bayi) kuat/melawan


Activity (aktivitas Tidak ada Fleksi pada Gerakan aktif

otot) Ekstremitas
Respiration Tidak ada Menangis Menangis kuat

(pernapasan) lemah/merintih
Masing – masing aspek fisik pada bayi tersebut akan
diperiksa oleh dokter atau bidan dengan pemberian nilai dan
hasil penilaian sebagai berikut:
a. Appearance (warna tubuh)

 Skor 2 jika warna tubuh bayi kemerahan, ini merupakan


warna tubuh bayi yang normal.
 Skor 1 jika warna tubuh normal, tetapi tangan atau kaki
kebiruan.

 Skor 0 bila seluruh tubuh bayi sepenuhnya berwarna


keabu-abuan, kebiruan, atau pucat.
b. Pulse (denyut jantung)

 Skor 2 berarti jantung bayi berdetak lebih dari 100 denyut


per menit.

 Skor 1 berarti jantung bayi berdetak kurang dari 100


denyut per menit.

 Skor 0 berarti detak jantung tidak terdeteksi.

c. Grimace (respons refleks)

 Skor 2 berarti bayi meringis, batuk, atau menangis


secara spontan dan dapat menarik kaki atau tangan
ketika diberi rangsang nyeri, seperti cubitan ringan atau
sentilan di kaki.
 Skor 1 berarti bayi hanya meringis atau menangis hanya
saat diberikan rangsangan.
 Skor 0 berarti bayi tidak menunjukkan respons sama
sekali terhadap rangsangan yang diberikan.

d. Activity (aktivitas otot)

 Skor 2 berarti bayi tampak bergerak aktif dan kuat.

 Skor 1 berarti bayi bergerak, namun lemah dan tidak aktif.

 Skor 0 berarti bayi tidak bergerak sama sekali.

e. Respiration (pernapasan)

 Skor 2 jika bayi menangis kuat dan dapat bernapas secara


normal.

 Skor 1 jika bayi menangis lemah disertai rintihan dan


pola napas yang tidak teratur.
 Skor 0 jika bayi tidak bernapas sama sekali.

Setelah hal-hal di atas dinilai, maka nilai dari masing-


masing aspek yang diperiksa akan dijumlahkan dan diperoleh
nilai total sebesar 0-10. Berikut ini adalah hasil interpretasi
Apgar score:
 Skor di atas 7 menandakan bahwa bayi dalam kondisi
baik atau sempurna.
 Skor 5-6 menandakan Si Kecil kurang sehat atau bugar
dan mungkin perlu bantuan pernapasan.
 Skor di bawah 5 merupakan keadaan gawat pada bayi
yang mengindikasikan bahwa bayi membutuhkan
resusitasi segera.
3. Pencegahan kehilangan panas

a. Evaporasi

Penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas


tubuh bayi sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera
dikeringkan.
b. Konduksi
Kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh
bayi dengan permukaan yang dingin, seperti meja, tempat tidur,
timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan
menyerap panas tubuh bayi bila bayi diletakkan di atas benda-
benda tersebut.
c. Konveksi
Kehilangan panas tubuh terjadi saat bayi terpapar udara sekitar
yang lebih dingin, seperti ruangan yang dingin, adanya aliran
udara dari kipas angin, hembusan udara melalui ventilasi, atau
pendingin ruangan.
d. Radiasi
Kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat
benda – benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari
suhu tubuh bayi, karena benda – benda tersebut menyerap radiasi
panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara langsung)
Cegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya berikut:

a. Keringkan bayi dengan seksama

Mengeringkan dengan cara menyeka tubuh bayi, juga merupakan


rangsangan taktil untuk membantu bayi memulai pernapasannya.
b. Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat
Ganti handuk atau kain yang telah basah oleh cairan ketuban
dengan selimut atau kain yang baru (hangat, bersih, dan kering).
c. Selimuti bagian kepala bayi
Bagian kepala bayi memiliki luas permukaan yg relatif luas dan
bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika bagian tersebut
tidak tertutup.
d. Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya
Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh dan
mencegah kehilangan panas. Sebaiknya pemberian ASI harus
dimulai dalam waktu satu jam pertama kelahiran.

e. Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir.

Karena bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan panas


tubuhnya, sebelum melakukan penimbangan, terlebih dahulu
selimuti bayi dengan kain atau selimut bersih dan kering. Berat
badan bayi dapat dinilai dari selisih berat bayi pada saat
berpakaian/diselimuti dikurangi dengan berat pakaian/selimut.
Bayi sebaiknya dimandikan sedikitnya enam jam setelah lahir.
4. Membebaskan Jalan Nafas

Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir. Apabila


bayi tidak langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan
nafas dengan cara :

- Letakkan bayi pada posisi telentangdi tempat yang keras dan


hangat.

- Gulung sepotong kain dan letakkan dibawah bahu sehingga


leher bayi lebih lurus dan kepala tidak menekuk. Posisi
kepala diatur lurus sedikit tengadah ke belakang.
- Bersihkan hidung, rongga mulut, dan tenggorokan bayi
dengan jari tangan yang dibungkus kasa steril.
- Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok
kulit bayi dengan kain kering dan kasar. Dengan rangsangan
ini biasanya bayi akan segera menangis (Saifudin, 2007).
Oksigenasi yang adekuat adalah factor yang sangat penting dalam
mempertahankan pertukaran udara yang adekuat. Delam keadaan
hipoksia, system pembuluh darah paru vasokontriksi sehingga udara
tidak dapat diangkut ke pembuluh darah untuk oksigenasi area tubuh
lainnya (Varney,2007).

5. Perawatan Tali Pusat

Tali pusat dipotong sebelum atau sesudah plasenta lahir tidak


begitu menentukan dan tidak akan mempengaruhi bayi, kecuali
pada bayi kurang bulan (Saifudin, 2007).
Setelah plasenta lahir dan kondisi ibu dinilai stabil maka lakukan
pengikatan puntung tali pusat atau jepit dengan klem plastic tali
pusat.

- Celupkan tangan (masih menggunakan sarung tangan)


kedalam larutan klorin 0,5 %, untuk membersihkan darah atau
sekresi lainnya.
- Bilas tangan dengan air DTT

- Keringkan tangan dengan handuk kering

- Ikat puntung tali pusat dengan jarak sekitar 1cm dari dinding
perut bayi (pusat). Gunakan benang atau klem plastic penjepit
tali pusat DTT atau steril. Kunci ikatan tali pusat dengan simpul
mati atau kuncikan penjepit plastic tali pusat.
- Jika pengikatan dilakukan dengan benang tali pusat, lingkarkan
benang disekeliling putung tali pusat dan ikat untuk kedua
kalinya dengan simpul mati dibagian yang berlawanan.
- Lepaskan klem logam penjepit tali pusat dan letakkan di dalam
larutan klorin 0,5 %.
- Selimuti kembeli tubuh dan kepala bayi dengan kain bersih dan
kering.

6. Perawatan Mata

Perawatan mata harus dikerjakan segera. Tindakan ini dapat


dikerjakan setelah bayi selesai dengan perawatan tali pusat, dan
harus dicatat dalam status termasuk obat apa yang digunakan. Yang
lazim dipakai adalah larutan Perak Nitrat atau Neosporin dan
langsung diteteskan pada mata bayi segera setelah lahir (Saifudin,
2007).

7. Pemberian ASI

Pada masa laktasi menurut Pinem, 2009, terdapat refleks pada ibu
dan refleks pada bayi. Refleks yang terjadi pada ibu adalah:
a) Refleks prolactin

Rangsangan dan isapan bayi melalui serabut syaraf memicu


kelenjar hipofise bagian depan untuk mengeluarkan hormon
prolaktin ke dalam peredaran darah yang menye-babkan sel
kelenjar mengeluarkan ASI. Semakin sering bayi menghisap
semakin banyak hormon prolaktin dikeluarkan oleh kelenjar
hipofise. Akibatnya makin banyak ASI dipro- duksi oleh sel
kelenjar. Sebaliknya berkurangnya isapan bayi menyebabkan
produksi ASI berkurang, mekanisme ini disebut supply and
demand.
b) Refleks oksitosin (let down reflex)
Rangsangan isapan bayi melalui serabut saraf, memacu hipofise
bagian belakang untuk mensekresi hormon oksitosin ke dalam
darah. Oksitosin ini menyebabkan sel – sel myopytel yang
mengelilingi alveoli dan duktuli berkon-traksi, sehingga ASI
mengalir dari alveoli ke duktuli menuju sinus dan puting. Dengan
demikian sering menyusu baik dan penting untuk pengosongan
payudara agar tidak terjadi engorgement (pembengkakan
payudara), tetapi sebaliknya memperlancar pengeluaran ASI.
Oksitosin juga merangsang otot rahim berkontraksi sehingga
mempercepat terlepasnya plasenta dari dinding rahim dan
mengurangi perdarahan setelah persalinan. Let down reflex
dipengaruhi oleh emosi ibu, rasa khawatir, rasa sakit dan kurang
percaya diri.
Sedangkan untuk refleks pada bayi adalah:

a) Refleks mencari puting (rooting reflex)

Bila pipi atau bibir bayi disentuh, maka bayi akan menoleh ke
arah sentuhan, membuka mulutnya dan beru-saha untuk
mencari puting untuk menyusu. Lidah keluar dan melengkung
mengangkap puting dan areola.
b) Refleks menghisap (sucking reflex)
Refleks terjadi karena rangsangan puting susu pada palatum
durum bayi bila areola masuk ke dalam mulut bayi. Gusi bayi
menekan areola, lidah dan langit – langit sehingga menekan
sinus laktiferus yang berada dibawah areola. Kemudian terjadi
gerakan peristaltik yang mengeluarkan ASI dari payudara
masuk ke dalam mulut bayi.
c) Refleks menelan (swallowing reflex)

ASI dalam mulut bayi menyebabkan gerakan otot menelan.

8. Pemberian Imunisasi Hepatitis B

Hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi hepatitis B


terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu-bayi.
9. Pemberian Vitamin K
Untuk mencegah perdarahan, semua bayi baru lahir normal dan
cukup bulan perlu diberi vitamin K peroral 1mg/hari selama 3 hari
(Saifudin, 2007).
10. Identifikasi Bayi
Apabila bayi dilahirkan di tempat persalinannya mungkin lebih
dari satu, persalinan, maka sebuah alat pengenal yang efektif harus
diberikan kepada setiap bayi baru lahir dan harus tetap ditempatkan
sampai waktu bayi dipulangkan. Pada alat / gelang identitas harus
tercantum nama (bayi,nyonya), tanggal lahir, nomor bayi, jenis
kelamin, nama lengkap ibu. Di setiap tempat tidur harus diberi tanda
dengan mencantumkan nama, tanggal lahir, nomor identifikasi
(Saifudin, 2007).
(Fatmawati, 2020)
8. Komplikasi
David dan Derek (2008) dan Prawirohardjo (2007) menyebutkan
bahwa komlikasi yang dialami bayi baru lahir diantaranya:
1) Asfiksia
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernafas
secara spontan dan teratur. Asfiksia pada bayi di klasifikasikan
menjadi 2 macam, yaitu:

a) Asfiksia berat (nilai APGAR 0-3)

Penatalaksanaan pada kasus asfiksia ini yaitu dengan


memperbaiki ventilasi paru yaitu dengan melakukan ventilasi
tekanan positif.
b) Asfiksia ringan (nilai APGAR 4-6)

Penatalaksanaan untuk asfiksia pada tingkat ini yaitu dengan


memberikan rangsangan untuk menimbulkan reflek pernafasan
dengan cara menghisap lendir bayi dan memberikan aliran
oksigen pada bayi.
2) Ikterus

Ikterus dibagi menjadi 2 macam yaitu:

a) Ikterus fisiologis

Ikterus fisiologis adalah kuning pada bayi yang timbul pada hari
kedua dan ketiga yang tidak mempunyai dasar patologik,
kadarnya tidak melewati kadar yang membahayakan atau
mempunyai potensi menjadi kern-ikterus dan tidak menyebabkan
suatu morbiditas pada bayi. Ikterus ini biasanya akan menghilang
pada akhir minggu pertama atau 10 hari pertama.
b) Ikterus patologis
Yaitu ikterus yang mempunyai dasar patologis atau kadar
billirubinnya mencapai suatu nilai yang di sebut
hiperbillirubinemia.
Penentuan kadar bilirubin atau penghitungan nilai ikterik dapat
dilakukan dengan metode Kramer. Kramer menyebutkan
timbulnya ikterus ialah menurut aturan tertentu yaitu
sefalokaudal.
Interpretasi kadar bilirubin menurut Kramer:
1) Daerah 1  ikterus pada kepala dan leher = 5 mg%
2) Daerah 2  ikatan pada derah 1 + badan bagian atas
= 9 mg%
3) Daerah 3  ikterus pada daerah 1 + 2+ bagian bawah dan
tungkai = 11 mg%
4) Daerah 4  ikterus pada daerah 1+2+3+lenagn dan kaki
bawah lutut.
5) Daearh 5  icterus pada daerah 1+2+3+4+ tangan dan

kaki = 16 mg%
Penangan ikterus menurut kadar billirubinnya:

(1) Bilirubin <5 mg%: pemberian ASI sesering mungkin.

(2) Bilirubin 5 – 9 mg%: terapi sinar <24 jam dan pemberian


kalori yang cukup.
(3) Bilirubin 10 – 14 mg%: transfusi tukar (sebelum dan
sesudahnya diberi terapi sinar) <24 jam selanjutnya terapi sinar
24-48 jam.
3) Hipotermi.

Bayi hipotermi adalah bayi yang mempunyai suhu tubuh di bawah 36


0C. Ada dua macam hipotermi, yaitu hipotermi sedang (32-36 0C)
dan hipotermi kuat (< 32 0C). Tanda dan gejala hipotermi yaitu bayi
tidak mau minum/ menetek, bayi tampak lesu/ mengantuk/ letargie,
tubuh bayi teraba dingin, denyut jantung bayi menurun dan kulit
tubuh bayi mengeras (sklerema). Penanganan hipotermi adalah
perawatan di dalam incubator/penyinaran lampu, metode kanguru,
pemberian selimut hangat, pemberian ASI sedikit-sedikit tapi
sesering mungkin untuk mencegah hipoglikemia, dan jika bayi tidak
mau menyusu, beri infus glukosa 10% sebanyak 60-80 ml/kg per hari.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI BARU


LAHIR
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas
1) Identitas bayi
2) Identitas ibu, meliputi : nama, umur, alamat, agama, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan.
3) Identitas penanggung jawab
a. Status gravida ibu : paritas, usia kehamilan, presentasi bayi,
pemeriksaan antenatal
b. Riwayat persalinan : BB dan TB ibu, tempat persalinan, tanda-tanda
vital ibu (tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu), proses persalinan
(kala I, kala II, kala III, kala IV, komplikasi, kondisi ketuban).
c. Keadaan bayi saat lahir : tanggal lahir, jenis kelamin bayi, kelahiran,
keadaan plasenta (berat, ukuran, kelainan), keadaan tali pusar
(panjang, jumlah pembuluh darah, dan kelainan)
d. Nilai APGAR
e. Pengkajian fisik : pengukuran antopometri (berat badan, panjang
badan, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar lengan atas, dan lingkar
perut), penampilan kulit, pemeriksaan fisik (kepala, mata, hidung,
telinga, mulut, leher, dada, abdomen, punggung, genetalia, dan
ekstremitas), status nutrisi, status eliminasi, status neurologi, refleks
(refleks rooting dan sucking, refleks menggenggam, refleks moro,
refleks stepping, refleks proteksi, refleks batuk, bersin, menguap,
berkedip, refleks babinski), dan pemeriksaan penunjang.
f. Diagnose medis
g. Pengobatan
2. Diagnosis Keperawatan Yang Mungkin Muncul
a. Bersihan jalan napas berhubungan dengan sekresi yang tertahan
dibuktikan dengan batuk tidak efektif, tidak mampu batuk, sputum
berlebih, mengi, wheezing dan/atau ronkhi kering, meconium di ajaln
napas.
b. Gangguan ventilasi spontasn berhubungan dengan gangguan
metabolisme dibuktikan dengan dipsnea, penggunaan otot bantu napas,
volume tidal menurun, PCO2 meningkat, PO2 menurun, SaO2 menurun.
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi dibuktikan dengandispnea, PCO2 meningkat/menurun,
PO2 menurun, takikardia, pH arteri meningkat/menurun, bunyi napas
tambahan.
d. Risiko aspirasi dibuktikan dengan ketidakmatangan koordinasi
menghisap, menelan, dan bernapas.
e. Risiko hipotermia dibuktikan dengan bayi baru lahir
f. Risiko risiko ikterik neonates dibuktikan dengan kesulitan transisi ke
kehidupan ekstra uteri.
g. Risiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasive.
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016)

3. Rencana Asuhan Keperawatan


Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan SLKI SIKI
SDKI
Bersihan Jalan Setelah dilakukan Manajemen Jalan
Napas Tidak Efektif intervensi keperawatan Napas (I.01011)
(D.0149) selama ….. x ….. maka Definisi
Definisi diharapkan bersihan jalan Mengidentifikasi dan
Ketidakmampuan napas membaik dengan mengelola kepatenan
membersihkan sekret kriteria hasil: jalan napas.
atau obstruksi jalan Bersihan Jalan Napas Tindakan
napas untuk (L.01001) Observasi:
mempertahankan  Batuk efektif  Monitor pola napas
jalan napas tetap meningkat (5) (frekuensi,
paten  Produksi sputum kedalaman, usaha
Penyebab menurum (5) napas)
Fisiologis  Mengi menurun (5)  Monitor bunyi napas
• Spasme jalan  Wheezing menurun (5) tambahan (mis.
napas  Meconium menurun gurgling, mengi,
• Hipersekresi (5) wheezing, ronchi
jalan napas
 Dipsnea menurun (5) kering)
• Disfungsi
 Ortopnea menurun (5)  Monitor sputum
neuromuskular
• Benda asing  Sulit bicara menurun (jumlah, warna,

dalam jalan (5) aroma)

napas  Sianosis menurun (5) Terapeutik:

• Adanya jalan  Gelisah menurun (5)  Pertahankan

napas buatan  Frekuensi napas kepatenan jalan napas

• Sekresi yang membaik (5) dengan head-tilt dan


chin-lift (jaw-thrust
tertahan  Pola napas membaik
jika curiga trauma
• Hiperplasia (5)
servical)
• Proses infeksi
 Posisikan semi-fowler
• Respon alergi
atau fowler
• Efek agen
 Berikan minum
farmakologi (mis.
hangat
Anastesi )
 Lakukan fisioterapi
Gejala dan
dada, jika perlu
Tanda Mayor
 Lakukan penghisapan
Subjektif
lendiri kurang dari 15
-
Objektif detik
• Batuk tidak efektif
 Lakukan
• Tidak mampu batuk
• Sputum berlebih hiperoksigenasi
• Mengi,wheezing
sebelum penghisapan
dan atau ronkhi
endotrakeal
kering
 Keluarkan sumbatan
• Mekonium di jalan
benda pada dengan
napas (pada
forsep McGill
neonates)
 Berikan oksigen, jika
Gejala dan
perlu
Tanda Minor
Edukasi:
Subjektif
 Anjurkan asupan
• Dispnea
• Sulit bicara cairan 2000 ml/hari,
jika tidak
• Ortopnea
Objektif kontraindikasi
• Gelisah
 Ajarkan tehnik batuk
• Sianosis
efektif
• Bunyi napas
Kolaborasi:
menurun
 Kolaborasi pemberian
• Frekuensi
bronkodilator,
napas
ekspektoran,
berubah
mukolitik, jika perlu
• Pola napas berubah

Terapi Oksigen
(I.01026)
Definisi
Memberikan tambahan
oksigen untuk mencegah
dan mengatasi kondisi
kekurangan oksigen
jaringan
Tindakan
Observasi:
 Monitor kecepatan
aliran oksigen
 Monitor alat terapi
oksigen
 Monitor aliran
oksigen secara
periodic dan pastikan
fraksi yang diberikan
cukup
 Monitor efektifitas
terapi oksigen (mis.
Oksimetri, AGD,),
jika perlu
 Monitor tanda-tanda
hipoventilasi
 Monitor tanda dan
gejala toksikasi
oksigen dan
atelectasis
 Monitor tingkat
kecemasan akibat
terapi oksigen
 Monitor integritas
mukos hidung akibat
pemasangan oksigen
Terapeutik:
 Bersihkan secret pada
mulut hidung dan
trakea, jika perlu
 Pertahankan
kepatenan jalan napas
 Siapkan dan atur
peralatan pemberian
oksigen
 Berikan oksigen
tambahan, jika perlu
 Tetap berikan oksigen
saat pasien
ditransportasi
 Gunakan perangkat
oksigen yang sesuai
dengan tingkat
mobilitas pasien
Edukasi:
 Ajarkan pasien dan
keluarga cara
menggunakan oksigen
dirumah
Kolaborasi:
 Kolaborasi penentuan
dosis oksigen
 Kolaborasi
penggunaan dosis
oksigen saat aktivitas
dan/atau tidur

Gangguan Ventilasi Setelah dilakukan Dukungan ventilasi


Spontan (D.0004) intervensi keperawatan (I.01002)
Definisi selama ….. x ….. Definisi
Penurunan cadangan diharapkan ventilasi Memfasilitasi dalam
energy yang spontan meningat dengan mempertahankan
mengakibatkan kriteria hasil: pernapasan spontan

individu tidak mampu Ventilasi Spontan untuk memaksimalkan

bernapas secara (L.01007) pertukaran gas di paru


-paru
adekuat.  Volume tidal
Penyebab. Observasi
meningkat 5
 Gangguan  Identifikasi adanya
 Dispnea menurun 5
metabolism kelelahan otot bantu
 Penggunaan otot bantu
 Kelelahan otot napas.
napas menurun 5
pernapasan  Identifikasi perubahan
 Gelisah menurun 5
Gejala Dan Tanda posisi terhadap status
 PCO2 membaik 5
Mayor pernapasan
 PO2 membaik 5
Subjektif  Monitor status
 SaO2 membaik 5
respirasi dan
 Dispnea  Takikardia membaik 5
oksigenasi
 Objektif
Terapeutik
 Penggunaan otot
 Pertahankan
bantu napas kepatenan jalan napas
meningkat  Berikan posisi semi
 Volume tidal fowler atau fowler
menurun  Fasilitasi mengubah
 PCO2 meningkat posisi senyaman
 PO2 menurun mungkin
 SAO2 menurun  Berikan oksigenasi

Gejala Dan Tanda sesuai kebutuhan

Minor  Gunakan bag-valve

Subjektif mask, jika perlu.

- Edukasi

Objektif  Ajarkan melakukan


teknik relaksasi napas
 Gelisah
dalam
 Takikardia
 Ajarkan mengubah
posisi secara mandiri
 Ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi
 Kolaborasi
pemeberian
bronchodilator, jika
perlu.

Pemantauan respirasi
(I.01014)
Definisi
Mengumpulkan dan
menganalisi dan untuk
memastikan kepatenan
jalan napas dan
keefektifan pertukaran
gas
Tindakan
Observasi:
 Monitor frekuensi,
irama, kedalam dan
upaya napas
 Monitor kemampuan
batuk efektif
 Monitor adanya
produksi sputum
 Monitor adanya
sumbatan jalan napas
 Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
 Monitor pola napas
 Monitor saturasi
oksigen
 Monitor AGD
 Monitor x-ray thoraks
Terapeutik:
 Atur internal
pemantau respirasi
sesuai kondisi pasien
 Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi:
 Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan.

Gangguan Setelah dilakukan Pemantauan Respirasi


Pertukaran Gas. intervensi keperawatan (I.01014)
(D.0003) selama ….. x ….. maka Definisi
Definisi pertukaran gas meningkat Mengumpulkan dan
Kelebihan atau dengan kriteria hasil: menganalisi dan untuk
kekurangan oksigenasi Pertukaran Gas memastikan kepatenan
dan atau/ eliminasi (L.01003) jalan napas dan
karbondioksida pada  Tingkat kesadaran keefektifan pertukaran
membrane alveolus- meningkat (5) gas
kapiler.  Dispnea menurun (5) Tindakan
Penyebab  Bunyi nafas tambahan Observasi:
 Ketidak menurun (5)  Monitor frekuensi,
seimbangan  Gelisah menurun (5) irama, kedalam dan
ventilasi- perfusi  Napas cuping hidung upaya napas
 Perubahan menurun (5)  Monitor kemampuan
membrane batuk efektif
 PCO2 membaik (5)
alveolus-kapiler  Monitor adanya
 PO2 membaik (5)
Gejala Dan Tanda produksi sputum
 pH arteri membaik (5)
Mayor  Monitor adanya
 Sianosis membaik (5)
Subjektif sumbatan jalan napas
 Pola napas membaik
 Dyspnea  Palpasi kesimetrisan
(5)
 Objektif ekspansi paru
 Warna kulit membaik
 PCO2 meningkat/  Monitor pola napas
(5)
menurun
 Monitor saturasi
 PO2 menurun
oksigen
 Takikardia
 Monitor AGD
 Ph arteri
 Monitor x-ray thoraks
meningkat/
Terapeutik:
menurun
 Atur internal
 Bunyi napas
pemantau respirasi
tambahan
sesuai kondisi pasien
Gejala Dan Tanda
 Dokumentasikan hasil
Minor
pemantauan
Subjektif
Edukasi:
 Pusing
 Jelaskan tujuan dan
 Penglihatan kabur prosedur pemantauan.
Objektif
 Sianosis Terapi Oksigen
 Diaphoresis (I.01026)
 Gelisah Definisi
 Napas cupang Memberikan tambahan
caping oksigen untuk mencegah
 Pola napas dan mengatasi kondisi
abnormal kekurangan oksigen
jaringan
Tindakan
Observasi:
 Monitor kecepatan
aliran oksigen
 Monitor alat terapi
oksigen
 Monitor aliran
oksigen secara
periodic dan pastikan
fraksi yang diberikan
cukup
 Monitor efektifitas
terapi oksigen (mis.
Oksimetri, AGD,),
jika perlu
 Monitor tanda-tanda
hipoventilasi
 Monitor tanda dan
gejala toksikasi
oksigen dan
atelectasis
 Monitor tingkat
kecemasan akibat
terapi oksigen
 Monitor integritas
mukos hidung akibat
pemasangan oksigen
Terapeutik:
 Bersihkan secret pada
mulut hidung dan
trakea, jika perlu
 Pertahankan
kepatenan jalan napas
 Siapkan dan atur
peralatan pemberian
oksigen
 Berikan oksigen
tambahan, jika perlu
 Tetap berikan oksigen
saat pasien
ditransportasi
 Gunakan perangkat
oksigen yang sesuai
dengan tingkat
mobilitas pasien
Edukasi:
 Ajarkan pasien dan
keluarga cara
menggunakan oksigen
dirumah
Kolaborasi:
 Kolaborasi penentuan
dosis oksigen
 Kolaborasi
penggunaan dosis
oksigen saat aktivitas
dan/atau tidur
Resiko Aspirasi Setelah dilakukan Manajemen Jalan
(D.0006) intervensi keperawatan Napas (I.01011)
Definisi selama ….. x ….. Definisi
Resiko mengalami diharapkan tingakat Mengidentifikasi dan
masuknya sekresi aspirasi menurun dengan mengelola kepatenan
gastrointestonal, sekresi kriteria hasil: jalan napas.
orofaring, benda cair Tingkat Aspirasi Tindakan
atau padat ke dalam (L.010006) Observasi:
saluran trakeobronkhial  Tingkat kesadaran  Monitor pola napas
akibat disfungsi
meningakat 5 (frekuensi,
mekanisme protektif
 Kemampuan menelan kedalaman, usaha
saluran napas.
meningkat 5 napas)
Faktor Resiko
 Keberdihan mulut  Monitor bunyi napas
 Penurunan tingkat
meningakat 5 tambahan (mis.
kesadaran.
 Dyspnea menurun 5 gurgling, mengi,
 Penurunan refleks
 Kelemahan otot wheezing, ronchi
muntah dan / atau
menurun 5 kering)
batuk.
 Ganggunan  Akumulasi secret  Monitor sputum

menelan. menurun 5 (jumlah, warna,

  Wheezing menurun 5 aroma)

 Batuk menurun 5 Terapeutik:

 Penggunaan otot  Pertahankan


akesoris menurun 5 kepatenan jalan napas
dengan head-tilt dan
 Sianosis menurun 5
chin-lift (jaw-thrust
 Gelisah menurun 5
jika curiga trauma
servical)
 Posisikan semi-fowler
atau fowler
 Berikan minum
hangat
 Lakukan fisioterapi
dada, jika perlu
 Lakukan penghisapan
lendiri kurang dari 15
detik
 Lakukan
hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
 Keluarkan sumbatan
benda pada dengan
forsep McGill
 Berikan oksigen, jika
perlu
Edukasi:
 Anjurkan asupan
cairan 2000 ml/hari,
jika tidak
kontraindikasi
 Ajarkan tehnik batuk
efektif
Kolaborasi:
 Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik, jika perlu

Pencegahan aspirasi
(I.01018)
Definisi
Mengidentifikasi dan
menguramgi resiko
masuknya partikel
makanan/cairan kedalam
paru
Tindakan
Observasi
 Monitor tingkat
kesadaran, batuk,
muntah, dan
kemampuan menelan.
 Monitor status
pernapasan
 Monitor bunyi napas,
terutama setelah
makan/minum
 Periksa residu gaster
sebelum meberi
asupan oral
 Periksa kepatenan
selang nasogastrik
sebelum memberi
asupan oral.
Terapeutik
 Posisikan semi fowler
(30-40 derajat) 30
menit sebelum
memberi asupan oral.
 Pertahankan posisi
semi fowler (30-45
derajat) pada pasien
tidak sadar.
 Pertahankan
kepatenan jalan napas.
 Pertahankan
pengemabangan balon
endotracheal tube
(ETT).
 Lakukan penghisapan
jalan napas , jika
produksi secret
meningkat.
 Sediakan suction di
ruangan
 Hindari memberi
makan melalui selang
gastrointestinal, jika
residu banyak.
 Beriakan makanan
dengan ukuran kecil
atau lunak.
 Berikan obat oral
dalam bentuk cair
Edukasi
 Anjurkan makan
secara perlahan
 Ajarkan rencana
mencegah asirasi.
 Ajarkan teknik
mengunyah atau
menelan, jika perlu.
Risiko Setelah diberikan asuhan Manajemen hipotermia
Hipotermia keperawatan selama … Mengidentifikasi dan
(D.0140) x...jam diharapkan mengelola suhu tubuh di
Definisi termoregulasi membaik bawah rentang normal
Berisiko mengalami dengan kriteria hasil: Tindakan
kegagalan Termoregulasi Observasi
termoregulasi yang (L.14134)  Monitor suhu tubuh
dapat  Menggigil menurun  Identifikasi penyebab
mengakibatkan suhu (5) hipotermia (mis.
tubuh berada di  Akrosianosis Terpapar suhu
bawah rentang menurun (5) lingkungan rendah,
normal  Piloereksi menurun pakaian tipis,
Penyebab (5) kerusakan
- Bayi Baru Lahir  Konsumsi oksigen hipotalamus,
menurun (5) penurunan laju
 Kutis memorata metabolism,
menurun (5) kekurangan lemak
 Dasar kuku sianotik subkutan)
menurun (5)  Monitor tanda dan
 Suhu tubuh gejala akibat
meningkat (5) hipotermia

 Suhu kulit meningkat (hipotermia ringan:

(5) takipnea, disartria,

 Frekuensi nadi mengigi, hipertensi,

meningkat (5) diuresis; hipotermia

 Kadar glukosa darah sedang: aritmia,

meningkat (5) hipotensi, apatis,


koagulopati, refleks
 Pengisi kapiler
menurun; hipotermia
meningkat (5)
berat: oliguria, refleks
 Piloereksi meningkat
menghilang, edema
(5)
paru, asam-basa
 Ventilasi meningkat
abnormal).
(5)
Terapeutik
 Sediakan lingkungan
yang hangat (mis.
Atur suhu ruangan,
inkubator)
 Ganti pakaian
dan/atau linen yang
basah
 Lakukan
penghangatan pasif
(mis. Selimut,
menutup kepala,
pakaian tebal)
 Lakukan
penghangatan aktif
eksternal (mis.
Kompres hangat,
botol hangat, selimut
hangat, perawatan
metode kangguru)
 Lakukan
penghangatan aktif
internal (mis. Infus
cairan hangat, oksigen
hangat, lavase
peritoneal dengan
cairan hangat)
Edukasi
 Anjurkan
makan/minum air
hangat

Regulasi Temperature
(I.14578)
Definisi
Mempertahankan suhu
tubuh dalam rentang
normal.
Observasi
 Monitor suhu bayi
sampai stabil (36,50C-
37,50C)
 Monitor suhu tubuh
anak setiap dua jam,
jika perlu
 Monitor tekanan
darah, frekuensi
pernapasan dan nadi
 Monitor warna dan
suhu kulit
 Monitor dan catat
tanda dan gejala
hipotermia atau
hipertermia
Terapeutik
 Pasang alat pantau
suhu kontinu, jika
perlu
 Tingkatkan asupan
cairan dan nutrisi
yang adekuat
 Bedong bayi segera
setelah lahir untuk
mencegah kehilangan
panas
 Masukkan bayi BBLR
ke dalam plastic
segera setelah lahir
(mis. Bahan
polyethylene,
polyurethane)
 Gunakan topi bayi
untuk mencegah
kehilangan panas
pada bayi baru lahir
 Tempatkan bayi baru
lahir di bawah radiant
warmer
 Pertahankan
kelembaban incubator
50% atau lebih untuk
mengurangi
kehilangan panas
karena prosesi
evaporasi
 Atur suhu incubator
sesuai kebutuhan
 Hangatkan terlebih
dahulu bahan-bahan
yang kntak dengan
bayi (mis. Selimut,
kain, bedongan,
stetoskop)
 Hindari meletakkan
bayi di dekat
jendelaterbuka atau di
area aliran pendingin
ruangan atau kipas
angina
 Gunakan matras
penghangat, selimut
hangat, dan
penghangat ruangan
untuk menaikkan
suhu tubuh, jika perlu
 Gunakan kasur
pendingin, water
circulating blanket,
ice pack atau gel pad
dan intravascular
cooling
catheterization untuk
menurunkan suhu
tubuh
 Sesuaikan suhu
lingkungan dengan
kebutuhan pasien
Edukasi
 Jelaskan cara
pencegahan heat
exhaustion dan heat
stroke
 Jelaskan cara
pencegahan hipotermi
karena terpapar udara
dingin
 Demonstrasikan
teknik perawatan
metode kangguru
(PMK) untuk bayi
BBLR
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
antipiretik, jika perlu
Risiko Ikterik Setelah dilakukan Perawatan Bayi
Neonates (D.0035) intervensi selama … x … (I.10338)
Definisi jam maka Integrasi Kulit Definisi
Beresiko mengalami dan Jaringan meningkat, Mengidentifikasi dan
kulit dan membrane dengan kriteria hasil: merawat kesehatn bayi.
mukosa neonates Integritas Kulit dan Observasi
menguning setelah 24 Jaringan (L.14125)  Monitor tanda –tanda
jam kelahiran akibat  Elastisitas meningkat vital bayi ( terutama
bilirubin tidak (5) suhu 36,5⸰C -37,5 ⸰C)
terkonjugasi masuk ke  Hidrasi meningkat Terapeutik
dalam sirkulasi. (5)  Mandikan bayi
Penyebab  Perfusi jaringan dengan suhu ruangan
 Penurunan berat meningkat (5) 21-24 ⸰C
badan abnormal  Kerusakan jaringan  Mandikan bayi
(>7-8%) pada menurun (5) dalam waktu 5-10
bayi baru lahir  Kerusakan lapisan menit dan 2 kali
yang menyusu kulit menurun (5) dalam sehari
ASI, >15% pada  Nyeri menurun (5)  Rawat tali pusat
bayi cukup bulan) secata terbuka ( tali
 Perdarahan menurun
 Pola makan tidak pusat tidak di
(5)
diteteapkan bungkus apapun)
 Kemerahan menurun
dengan baik  Bersihkan pangkal
(5)
 Kesulitan tali pusat dengan lidi
 Hematoma menurun
tranmisi ke kapas yang telah
(5)
kehidupan ekstra diberi air matang
 Pigmentasi abnormal
uterin  Kenakan popok bayi
menurun (5)
 Usia kurang dari di bawah umbilikus
 Jaringan parut
7 hari jika tali pusat belum
menurun (5)
 Keterlambatan
pengeluaran feses  Nekrosis menurun (5) terlepas
(meconium)  Abrasi kornea  Lakukan pemijatan
menurun (5) bayi
 Suhu kulit membaik  Ganti popok bayi
(5) jika basah
 Sensasi membaik (5)  Kenakan pakaian
 Tekstur membaik (5) bayi dalam balutan

 Pertumbuhan rambut katun

membaik (5) Edukasi


 Anjurkan ibu
menyusui sesuai
kebutuhan bayi
 Ajarkan ibu cara
merawat bayi di
rumah
 Ajarkan cara
pemberian makanan
pendamjping ASI
pada bayi >6 bulan

Perawatan Neonatus
(I.03132)
Definisi
Mengidentifikasi dan
merawat bayi setelah
lahir sampai usia 28 hari
Tindakan
Observasi
 Identifikasi kondisi
awal bayi setelah
lahir misalnya
kecukupan bulan, air
ketuban jernih atau
bercampur
meconium, menangis
spontan, tonus otot
 Monitor tanda vital
bayi ( terutama suhu)
Terapeutik
 Lakukan inisiasi
menyusui dini (IMD)
segera setelah bayi
lahir
 Berikan vitamin K
1mg intramuskuler
untuk mencegah
pendarahan
 Mendikan selama 5-
10 menit, minimal 1
kali sehari
 Mandikan dengan air
hangat (36-37 derajat
celcius)
 Gunakan sabun yang
mengandung
provitamin B5
 Oleskan baby oil
untuk
mempertahankan
kelembapan kulit
 Rawat tali pusat
secara terbuka ( tidak
dibungkus)
 Bersihkan tali pusat
dengan air steril atau
air matang
 Kenakan pakaian
dari bahan katun
 Selimuti untuk
mempertahankan
kehangatan dan
mencegah hipotermia
 Ganti popok segera
jika basah
Edukasi
 Anjurkan tidak
membubuhi apapun
pada tali pusat
 Anjurkan ibu
menyusui bayi setiap
2 jam
 Anjurkan
menyendawakan
bayi setelah di susui
 Anjurkan ibu
mencuci tangan
sebelum menyentuh
bayi

Resiko Infeksi Setelah dilakukan Manajemen


(0142) intervensi keperawatan Imunisasi/Vaksinasi
Definisi selama … × …jam, maka (I.14508)
Berisiko mengalami diharapkan Tingkat Definisi
peningkatan terserang Infeksi Menurun pada Mengidentifikasi dan
organisme patogenik pasien, dengan kriteria : mengelola pemberian
Faktor Risiko Tingkat Infeksi pemberian kekebalan
(L14137) tubuh secara katif dan
1. Penyakit
 Kebersihan tangan pasif.
Kronis
meningkat 5 Tindakan
2. Efek prosedur
 Kebersihan badan Observasi
Infasif
meningkat 5  Identifikasi riwayat
3. Malnutrisi
 Nafsu makan kesehatan dan riwayat
4. Peningkatan
meningkat 5 alergi.
paparan
 Demam menurun 5  Identifikasi
organisme
 Kemerahan menurun kontraindikasi
patogen
5 pemeberian imunisasi
lingkungn
 Nyeri menurun 5 (mis. reaksi anafilatik
5. Ketidakadekua
 Bengkak menurun 5 terhadap faksin
tan pertahanan
sebelumnya dan/atau
tubuh perifer :  Cairan berbau busuk
sakit parah dengan
 Gangguan menurun 5
atau tanpa demam)
peristltik  Letargi menurun 5
 Indentifikasi status
 Kerusakan  Gangguan kognitif
imunisasi setiap
integritas kulit menurun 5.
kunjungan ke
 Perubahan sekresi  Kadar sel darah putih
pelayanan kesehatan.
PH mambaik 5.
Terapeutik
 Penurunan kerja  Kultur darah
 Berikan suntikan pada
siliaris membaik 5.
bayi di bagian apaha
 Ketuban pecah  Kultur sputum
anterolateral.
lama membaik 5.
 Dokumentasikan
 Ketuban pecah  Kultur area luka
informasi vaksinasi
sebelum membaik 5.
(mis. nama produsen,
waktunya  Kultur feses
tanggal kadaluarsa).
 Merokok membaik 5.
 Jadwalkan imunisasi
 Statis cairan  Kadar sel darah putih
pada interval waktu
tubuh membaik 5.
yang tepat.
6. Ketidakadekua
Edukasi
tan pertahan
 Jelaskan, tujuan,
tubuh sekunder
manfaat, reaksi yang
 Penuruna
terjadi, jadwal, dan
Hemoglobin
efek samping.
 Imunosupresi
 Informasikan
 Leukopenia
imunisasi yang
 Supresi
diwajibkan
Respon
pemerintah (mis.
Inflamasi
Hepatitis B. BCG,
Difteri, Tetanus,
Pertusus, H.
Influenza, Polio,
Campak, Measles,
Rybela).
 Informasikan
imunisasi yang
melindungi terhadap
penyakit namun saat
ini tidak diwajibkan
pemerintah (mis.
influenza,
pneumokokus).
 Informasikan
vaksinasi untuk
kejadian khusus (mis.
Rubela, Tetanus).
 Informasikan
penundaan pemberian
imunisasi tidak berarti
mengulangi jadwal
imunisasi kembali.
 Informasikan
penyediaan layanan
Pekan imunisasi
Nasional yang
menyediakan vaksin
gratis.

Pencegahan Infeksi
(I.14539)
Definisi
Mengidentifikai dan
menurunkan resiko
terserang organisme
patogenik.
Tindakan
Observasi
 Monitor tanda dan
gejalainfeksilokal dan
sistemik
Terapeutik
 Batasi jumlah
pengunjung
 Berikan perawatan
kulit pada area edema
 Cuci tangan sebelum
dan sesudah kontak
dengan pasien dan
lingkungan pasien
 Pertahankan Teknik
aseptik pada pasien
berisiko tinggi
Edukasi
 Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
 Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
 Ajarkan etika batuk
 Ajarkan cara
memeriksa kondisi
luka atau luka operasi
 Anjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi
 Anjurkan
meningkatkan asupan
cairan
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu

1. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan
yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria
hasil yang diharapkan. Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat
kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan
keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi
(Dinarti dan Mulyanti, 2017).
2. Evaluasi keperawatan
Dokumentasi pada tahap evaluasi adalah membandingkan secara
sistematik dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah
ditetapkan dengan kenyataan yang ada pada klien, dilakukan dengan cara
bersinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses
keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang
telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain (Dinarti dan Mulyanti,
2017).
Langkah ini sebagai pengecekan apakah rencana asuhan
tersebut efektif dalam pelaksanaannya. Untuk pencatatan asuhan dapat
diterapkan dalam bentuk SOAP.

S : Data Subyektif
Data ini diperoleh melalui anamnesa.
O : Data Obyektif
Hasil pemeriksaan klien dan pemeriksaan pendukung lainnya.
A : Analisis
Interpretasi berdasarkan data yang terkumpul dibuat kesimpulan.
P : Penatalaksanaan
Merupakan tindakan dari diagnosa yang telah dibuat

DAFTAR PUSTAKA

Dinarti dan Mulyanti, Y. (2017) Dokumentasi Keperawatan, Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta Selatan: Kementreian
Kesehatan Republik Indonesia.
Fatmawati, L. (2020) Keperawatan Maternitas Bayi Baru Lahir. Gresik:
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Gresik.
Handayani, Setiyani dan Sa’adab (2018) Modul Ajar Asuhan Kebidanan
Neonatus, Bayi & Balita. Suarabaya: Poltekkes Kemenkes Surabaya.
Herman (2020) “The Relationship of Family Roles and Attitudes in Child
Care With Cases of Caput Succedeneum in Rsud Labuang Baji,
Makassar City in 2018,” Jurnal Inovasi Penelitian, 1(2), hal. 49–52.
Kementerian Kesehatan RI (2016) Infodatin Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI Situasi Balita Pendek. Jakarta Selatan:
Kementerian Kesehatan RI.
Mahmudah, A. (2017) Skripsi : Status Pertumbuhan Intrauterin pada Bayi
Lahir dengan Kelainan Kongenital di RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo Tahun 2016. Makassar: Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin.
Rachael Zimlich, BSN, R. (2021) What is the Neonatal Period?,
www.verywellhealth.com.
Ribek, N., Labir, I. K. dan Sunarthi, N. K. (2018) Aplikasi Perawatan Bayi
Resiko Tinggi Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi Program
Keperawatan. Denpasar: Poltekkes Denpasar.
Setiyani, A., Sukesi dan Esyuananik (2016) Asuhan kebidanan neonatus, bayi,
balita dan anak pra sekolah. Jakarta Selatan: Kementreian Kesehatan
Republik Indonesia.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016) Standar Diagnosis Keperawatn Indonesia.
1 ed. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia. Tersedia pada: http://www.inna-ppni.or.id.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
1 ed. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia. Tersedia pada: http://www.inna-ppni.or.id.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2019) Standar Luaran Keperawatan Indonesia. 1
ed. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia. Tersedia pada: http://www.inna-ppni.or.id.
WHO (2019) Buku Saku Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir. Diedit oleh P.
. Karyuni dan E.Meiliya. Jakarta: EGC.
LEMBAR PENGESAHAN

Denpasar,……………..2021

Mengetahui,
Nama Pembimbing Nama Mahasiswa

Nengah Runiari,S.Kp.,S.Pd.,M.Kep.,SP.Mat Ni Kadek Sudia Nantari


NIP. 197202191994012000 NIM. P07120220005

Anda mungkin juga menyukai