OLEH:
Nama : Ni Luh Gede Leody Raccillia Putri
NIM : P07120321034
Kelas : A Ners
Prodi : Ners Keperawatan
Tanda APGAR
Nilai 0 1 2
Warna kulit tubuh Warna kulit
normal merah tubuh, tangan dan
Appearance color Seluruh badan
muda, tetapi kaki normal
(warna kulit) biru atau pucat
tangan dan kaki merah muda,
kebiruan tidak ada sianosis
Pulse (heart rate)
Atau frekuensi Tidak ada < 100 x/menit >100 x/menit
Jantung
Meringis atau
Grimace (reaksi Meringis atau
Tidak ada respon bersin atau batuk
terhadap menangis lemah
terhadap stimulasi saat stimukasi
rangsangan) ketika distimulasi
saluran nafas
Activity (tonus Lemah atau tidak
Sedikit gerakan Bergerak aktif
otot) ada
Menangis kuat,
Respiration Lemah atau tidak
Tidak ada pernafasan baik
(usaha nafas) teratur
dan teratur
(Fatmawati, 2020)
Cara menentukan skor APGAR adalah bayi baru lahir diletakkan di
bawah radiant heater, pemeriksaan dilakukan dua kali yaitu pada menit
pertama dan menit kelima setelah lahir, bila penilaian menit ke–5 < 7
penilaian dilanjutkan setiap 5 menit sampai menit ke-20. Rangkaian
pemeriksaan itu masing-masing diberi nilai. Bila reaksi bayi bagus
nilainya 2, reaksi kurang baik nilainya 1 dan tidak ada reaksi bernilai 0
(Ribek, Labir dan Sunarthi, 2018).
6. Pemeriksaan bayi baru lahir
Lihat Periksa
Frekuensi pernafasan Frekuensi pernapasan yang secara konsisten lebih dari
60 atau kurang dari 30 kali per menit, grunting pada
saat ekspirasi, tarikan dinding dada ke dalam, apnea
(henti napas spontan selama lebih dari 20 detik)
Warna Pucat, Ikterus (kuning), Sianosis sentral (lidah dan
bibir biru)
Frekuensi jantung Frekuensi jantung secara konsi- sten lebih dari 160
atau kurang dari 100 kali per menit
Suhu tubuh Kurang dari 36,5 oC, lebih dari 37,5 oC
Postur dan gerakan Opistotonus (hiperekstensi ekstrem tubuh, dengan
kepala dan tumit melengkung ke belakang dan tubuh
melengkung ke depan. Gerakan tubuh, ekstremitas,
atau wajah yang tidak teratur dan tersentak- sentak
(konvulsi atau spasme). Gerakan terkejut (gerakan
cepat dan berulang- ulang yang disebabkan oleh
memegang bayi dengan tiba- tiba atau suara yang
keras dan dapat dihentikan dengan cara menggendong,
memberi makan, atau memfleksikan ekstremitas)
Tonus otot dan Letargi (penurunan tingkat kesadaran bayi hanya
tingkat kewaspadaan dapat dibangunkan dengan upaya keras). Terkulai
(kelemahan tonus otot; ekstremitas jatuh terkulai saat
diangkat dan dilepaskan). Iritabilitas (sensitif terhadap
rangsangan secara abnormal; sering dan terus-
menerus menangis dengan sedikit penyebab yang
tampak). Mengantuk (lambat beres pons). Penurunan
aktivitas. Tidak sadar (tidur sangat dalam; tidak
berespons terhadap rangsangan; tidak ada reaksi
terhadap prosedur yang menimbulkan nyeri)
Ekstremitas Posisi dan gerakan ektremitas abnormal, lengan atau
tungkai bayi bergerak tidak simetris, bayi menangis
saat tungkai, lengan, atau bahu disentuh atau
digerakkan, tulang bergeser dari posisi normalnya,
Club foot (kaki terpuntir keluar dari bentuk atau
posisinya; mis., tumit ke arah dalam atau luar dari
garis tengah tungkai), jari tangan atau jari kaki
tambahan
Kulit Kemerahan atau pembengkakan kulit atau jaringan
lunak, pustula atau lepuh, ruam kulit yang melepuh
pada telapak tangan dan telapak kaki, luka atau abrasi,
memar (perubahan warna kebiru- biruan tanpa
kerusakan kulit, biasanya terlihat pada bagian
presentasi janin, mis., bokong pada presentasi
bokong), tanda lahir atau umbai kulit (bintik- bintik,
tanda, atau area menonjol pada kulit yang abnormal),
kehilangan elastisitas, Thrush (bercak merah terang di
kulit pada area popok di bokong sering kali tampak
bersisik atau dengan bagian tengah kecil berwarna
putih)
Umbilikus Umbilikus berwarna merah, bengkak, mengeluarkan
pus, atau berbau busuk. Kulit di sekitar umbilikus
berwarna merah dan mengeras. Perdarahan dari
umbilikus
Mata Pus keluar dari mata, kelopak mata merah atau
bengkak, perdarahan subkonjungtiva (bintik merah
terang di bawah konjungtiva salah satu atau kedua
mata)
Kepala dan wajah Hidrosefalus, fontanel anterior menonjol, fontanel
cekung, pembengkakan kulit kepala yang tidak
terbatas pada area di atas fontanel, tidak mampu
mengerutkan dahi atau menutup mata pada satu sisi;
sudut mulut tertarik ke satu sisi (paralisis wajah), tidak
mampu menyusu tanpa meneteskan susu
Mulut dan hidung Bibir sumbing (bibir terbelah), celah palatum (lubang
pada palatum durum yang menghubungkan mulut dan
saluran hidung), thrush (bercak putih tebal pada lidah
atau di dalam mulut), sianosis sentral (lidah dan bibir
biru), rabas hidung sangat banyak (“hidung
tersumbat”), Lidah dan membran mukosa kering
Abdomen dan Distensi abdomen, gastrokisis / omfalokel, spinal
punggung bifida / mielomeningokel
Berat badan Berat lahir kurang dari 2.5 kg, berat lahir lebih dari 4.0
kg, berat badan tidak naik (terbukti atau dicurigai)
Urine dan feses Berkemih kurang dari enam kali per hari setelah hari
ke-2, diare (peningkatan frekuensi feses lunak yang
teramati atau dilaporkan oleh ibu; feses cair atau hijau,
atau mengan dung mukus atau darah)
Pemberian makan Bayi makan dengan baik pada saat lahir, tetapi saat ini
makan dengan buruk atau berhenti makan. Bayi tidak
makan dengan baik sejak lahir. Bayi tidak bertambah
berat badannya (terbukti atau dicurigai). Ibu tidak
mampu menyusui dengan berhasil. Bayi mengalami
kesulitan pemberian makan. Bayi dengan kuat tanpa
memer- hatikan metode pem berian makan, setelah
setiap kali pem - berian makan, atau memun- tahkan
empedu atau darah
(WHO, 2019)
f. Bercak mongol
Bercak Mongol adalah pigmentasi yang datar dan berwarna gelap di daerah
pinggang bawah dan bokongnya yang ditemukan pada saat lahir pada
beberapa bayi yang akan menghilang secara perlahan-lahan selama tahun
pertama.
g. Hemangioma
Hemangioma adalah malformasi vaskuler lokal yang disebut juga nevi
vascular atau hemangioma yang sering ditemukan pada kelopak mata atas bayi
baru lahir.
Edukasi:
Jelaskan tujuan dan
prosedur batuk efektif
Anjurkan Tarik napas
dalam melalui hidung
selama 4 detik,
ditahan selama 2
detik, kemudian
keluarkan dari mulut
dengan bibir
dibulatkan selama 8
detik
Anjurkan mengulangi
Tarik napas dalam
hingga 3 kali
Anjurkan batuk
dengan kuat langsung
setelah Tarik napas
dalam yang ketiga
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
mukolitik,
ekspektoran, jika
perlu
Manajemen Jalan
Napas
Observasi:
Monitor pola napas
(frekuensi,
kedalaman, usaha
napas)
Monitor bunyi napas
tambahan (mis.
gurgling, mengi,
wheezing, ronchi
kering)
Monitor sputum
(jumlah, warna,
aroma)
Terapeutik:
Pertahankan
kepatenan jalan napas
dengan head-tilt dan
chin-lift (jaw-thrust
jika curiga trauma
servical)
Posisikan semi-fowler
atau fowler
Berikan minum
hangat
Lakukan fisioterapi
dada, jika perlu
Lakukan penghisapan
lendiri kurang dari 15
detik
Lakukan
hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
Keluarkan sumbatan
benda pada dengan
forsep McGill
Berikan oksigen, jika
perlu
Edukasi:
Anjurkan asupan
cairan 2000 ml/hari,
jika tidak
kontraindikasi
Ajarkan tehnik batuk
efektif
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
Observasi:
Monitor kecepatan
aliran oksigen
Monitor alat terapi
oksigen
Monitor aliran
oksigen secara
periodic dan pastikan
fraksi yang diberikan
cukup
Monitor efektifitas
terapi oksigen (mis.
Oksimetri, AGD,),
jika perlu
Monitor tanda-tanda
hipoventilasi
Monitor tanda dan
gejala toksikasi
oksigen dan
atelectasis
Monitor tingkat
kecemasan akibat
terapi oksigen
Monitor integritas
mukos hidung akibat
pemasangan oksigen
Terapeutik:
Bersihkan secret pada
mulut hidung dan
trakea, jika perlu
Pertahankan
kepatenan jalan napas
Siapkan dan atur
peralatan pemberian
oksigen
Berikan oksigen
tambahan, jika perlu
Tetap berikan oksigen
saat pasien
ditransportasi
Gunakan perangkat
oksigen yang sesuai
dengan tingkat
mobilitas pasien
Edukasi:
Ajarkan pasien dan
keluarga cara
menggunakan oksigen
dirumah
Kolaborasi:
Kolaborasi penentuan
dosis oksigen
Kolaborasi
penggunaan dosis
oksigen saat aktivitas
dan/atau tidur
Edukasi
Ajarkan melakukan
teknik relaksasi napas
dalam
Ajarkan mengubah
posisi secara mandiri
Ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi
Kolaborasi
pemeberian
bronchodilator, jika
perlu.
Pemantauan respirasi
Observasi:
Monitor frekuensi,
irama, kedalam dan
upaya napas
Monitor kemampuan
batuk efektif
Monitor adanya
produksi sputum
Monitor adanya
sumbatan jalan napas
Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
Monitor pola napas
Monitor saturasi
oksigen
Monitor AGD
Monitor x-ray thoraks
Terapeutik:
Atur internal
pemantau respirasi
sesuai kondisi pasien
Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi:
Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan.
Edukasi:
Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan.
Terapi Oksigen
Observasi:
Monitor kecepatan
aliran oksigen
Monitor alat terapi
oksigen
Monitor aliran
oksigen secara
periodic dan pastikan
fraksi yang diberikan
cukup
Monitor efektifitas
terapi oksigen (mis.
Oksimetri, AGD,),
jika perlu
Monitor tanda-tanda
hipoventilasi
Monitor tanda dan
gejala toksikasi
oksigen dan
atelectasis
Monitor tingkat
kecemasan akibat
terapi oksigen
Monitor integritas
mukos hidung akibat
pemasangan oksigen
Terapeutik:
Bersihkan secret pada
mulut hidung dan
trakea, jika perlu
Pertahankan
kepatenan jalan napas
Siapkan dan atur
peralatan pemberian
oksigen
Berikan oksigen
tambahan, jika perlu
Tetap berikan oksigen
saat pasien
ditransportasi
Gunakan perangkat
oksigen yang sesuai
dengan tingkat
mobilitas pasien
Edukasi:
Ajarkan pasien dan
keluarga cara
menggunakan oksigen
dirumah
Kolaborasi:
Kolaborasi penentuan
dosis oksigen
Kolaborasi
penggunaan dosis
oksigen saat aktivitas
dan/atau tidur
Risiko aspirasi Setelah dilakukan Manajemen jalan napas
dibuktikan dengan intervensi keperawatan
Observasi:
ketidakmatangan selama ….. x …..
koordinasi menghisap, diharapkan tingakat Monitor pola napas
menelan, dan aspirasi menurun dengan (frekuensi,
Edukasi:
Anjurkan asupan
cairan 2000 ml/hari,
jika tidak
kontraindikasi
Ajarkan tehnik batuk
efektif
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
Pencegahan aspirasi
Observasi
Monitor tingkat
kesadaran, batuk,
muntah, dan
kemampuan menelan.
Monitor status
pernapasan
Monitor bunyi napas,
terutama setelah
makan/minum
Periksa residu gaster
sebelum meberi
asupan oral
Periksa kepatenan
selang nasogastrik
sebelum memberi
asupan oral.
Terapeutik
Posisikan semi fowler
(30-40 derajat) 30
menit sebelum
memberi asupan oral.
Pertahankan posisi
semi fowler (30-45
derajat) pada pasien
tidak sadar.
Pertahankan
kepatenan jalan napas.
Pertahankan
pengemabangan balon
endotracheal tube
(ETT).
Lakukan penghisapan
jalan napas , jika
produksi secret
meningkat.
Sediakan suction di
ruangan
Hindari memberi
makan melalui selang
gastrointestinal, jika
residu banyak.
Beriakan makanan
dengan ukuran kecil
atau lunak.
Berikan obat oral
dalam bentuk cair
Edukasi
Anjurkan makan
secara perlahan
Ajarkan rencana
mencegah asirasi.
Ajarkan teknik
mengunyah atau
menelan, jika perlu.
Risiko hipotermia Setelah diberikan asuhan Manajemen hipotermia
dibuktikan dengan keperawatan selama …
Observasi
bayi baru lahir x...jam diharapkan
termoregulasi membaik Monitor suhu tubuh
Edukasi
Anjurkan
makan/minum air
hangat
Regulasi temperature
Observasi
Monitor suhu bayi
sampai stabil (36,50C-
37,50C)
Monitor suhu tubuh
anak setiap dua jam,
jika perlu
Monitor tekanan
darah, frekuensi
pernapasan dan nadi
Monitor warna dan
suhu kulit
Monitor dan catat
tanda dan gejala
hipotermia atau
hipertermia
Terapeutik
Pasang alat pantau
suhu kontinu, jika
perlu
Tingkatkan asupan
cairan dan nutrisi
yang adekuat
Bedong bayi segera
setelah lahir untuk
mencegah kehilangan
panas
Masukkan bayi BBLR
ke dalam plastic
segera setelah lahir
(mis. Bahan
polyethylene,
polyurethane)
Gunakan topi bayi
untuk mencegah
kehilangan panas
pada bayi baru lahir
Tempatkan bayi baru
lahir di bawah radiant
warmer
Pertahankan
kelembaban incubator
50% atau lebih untuk
mengurangi
kehilangan panas
karena prosesi
evaporasi
Atur suhu incubator
sesuai kebutuhan
Hangatkan terlebih
dahulu bahan-bahan
yang kntak dengan
bayi (mis. Selimut,
kain, bedongan,
stetoskop)
Hindari meletakkan
bayi di dekat
jendelaterbuka atau di
area aliran pendingin
ruangan atau kipas
angina
Gunakan matras
penghangat, selimut
hangat, dan
penghangat ruangan
untuk menaikkan
suhu tubuh, jika perlu
Gunakan kasur
pendingin, water
circulating blanket,
ice pack atau gel pad
dan intravascular
cooling
catheterization untuk
menurunkan suhu
tubuh
Sesuaikan suhu
lingkungan dengan
kebutuhan pasien
Edukasi
Jelaskan cara
pencegahan heat
exhaustion dan heat
stroke
Jelaskan cara
pencegahan hipotermi
karena terpapar udara
dingin
Demonstrasikan
teknik perawatan
metode kangguru
(PMK) untuk bayi
BBLR
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
antipiretik, jika perlu
Risiko risiko ikterik Setelah dilakukan Perawatan Bayi
neonates dibuktikan intervensi selama … x …
Observasi
dengan kesulitan jam maka Integrasi Kulit
transisi ke kehidupan dan Jaringan meningkat, Monitor tanda –tanda
ekstra uteri. dengan kriteria hasil: vital bayi ( terutama
suhu 36,5⸰C -37,5 ⸰C)
Elastisitas meningkat
(5)
Terapeutik
Hidrasi meningkat
Mandikan bayi
(5)
dengan suhu ruangan
Perfusi jaringan
21-24 ⸰C
meningkat (5)
Mandikan bayi
Kerusakan jaringan
dalam waktu 5-10
menurun (5)
menit dan 2 kali
Kerusakan lapisan
dalam sehari
kulit menurun (5)
Rawat tali pusat
Nyeri menurun (5)
secata terbuka ( tali
Perdarahan menurun pusat tidak di
(5) bungkus apapun)
Kemerahan menurun Bersihkan pangkal
(5) tali pusat dengan lidi
Hematoma menurun kapas yang telah
(5) diberi air matang
Pigmentasi abnormal Kenakan popok bayi
menurun (5) di bawah umbilikus
Jaringan parut jika tali pusat belum
menurun (5) terlepas
Nekrosis menurun (5) Lakukan pemijatan
Abrasi kornea bayi
menurun (5) Ganti popok bayi
Suhu kulit membaik jika basah
(5) Kenakan pakaian
Sensasi membaik (5) bayi dalam balutan
Tekstur membaik (5) katun
Pertumbuhan rambut
Edukasi
membaik (5)
Anjurkan ibu
menyusui sesuai
kebutuhan bayi
Ajarkan ibu cara
merawat bayi di
rumah
Ajarkan cara
pemberian makanan
pendamjping ASI
pada bayi >6 bulan
Perawatan Neonatus
Observasi
Identifikasi kondisi
awal bayi setelah
lahir misalnya
kecukupan bulan, air
ketuban jernih atau
bercampur
meconium, menangis
spontan, tonus otot
Monitor tanda vital
bayi ( terutama suhu)
Terapeutik
Lakukan inisiasi
menyusui dini (IMD)
segera setelah bayi
lahir
Berikan vitamin K
1mg intramuskuler
untuk mencegah
pendarahan
Mendikan selama 5-
10 menit, minimal 1
kali sehari
Mandikan dengan air
hangat (36-37 derajat
celcius)
Gunakan sabun yang
mengandung
provitamin B5
Oleskan baby oil
untuk
mempertahankan
kelembapan kulit
Rawat tali pusat
secara terbuka ( tidak
dibungkus)
Bersihkan tali pusat
dengan air steril atau
air matang
Kenakan pakaian
dari bahan katun
Selimuti untuk
mempertahankan
kehangatan dan
mencegah hipotermia
Ganti popok segera
jika basah
Edukasi
Anjurkan tidak
membubuhi apapun
pada tali pusat
Anjurkan ibu
menyusui bayi setiap
2 jam
Anjurkan
menyendawakan
bayi setelah di susui
Anjurkan ibu
mencuci tangan
sebelum menyentuh
bayi
Pencegahan Infeksi
Observasi
Monitor tanda dan
gejalainfeksilokal dan
sistemik
Terapeutik
Batasi jumlah
pengunjung
Berikan perawatan
kulit pada area edema
Cuci tangan sebelum
dan sesudah kontak
dengan pasien dan
lingkungan pasien
Pertahankan Teknik
aseptik pada pasien
berisiko tinggi
Edukasi
Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
Ajarkan etika batuk
Ajarkan cara
memeriksa kondisi
luka atau luka operasi
Anjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi
Anjurkan
meningkatkan asupan
cairan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu
3. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Proses pelaksanaan
implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain
yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi
keperawatan, dan kegiatan komunikasi (Dinarti dan Mulyanti, 2017).
4. Evaluasi keperawatan
Dokumentasi pada tahap evaluasi adalah membandingkan secara
sistematik dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah
ditetapkan dengan kenyataan yang ada pada klien, dilakukan dengan cara
bersinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses
keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang
telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain (Dinarti dan Mulyanti,
2017).
C. Refrensi
Dinarti dan Mulyanti, Y. (2017) Dokumentasi Keperawatan, Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta Selatan: Kementreian Kesehatan
Republik Indonesia.
Fatmawati, L. (2020) Keperawatan Maternitas Bayi Baru Lahir. Gresik: Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Gresik.
Herman (2020) “The Relationship of Family Roles and Attitudes in Child Care
With Cases of Caput Succedeneum in Rsud Labuang Baji, Makassar City
in 2018,” Jurnal Inovasi Penelitian, 1(2), hal. 49–52.
Ribek, N., Labir, I. K. dan Sunarthi, N. K. (2018) Aplikasi Perawatan Bayi Resiko
Tinggi Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi Program
Keperawatan. Denpasar: Poltekkes Denpasar.
Setiyani, A., Sukesi dan Esyuananik (2016) Asuhan kebidanan neonatus, bayi,
balita dan anak pra sekolah. Jakarta Selatan: Kementreian Kesehatan
Republik Indonesia.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016) Standar Diagnosis Keperawatn Indonesia. 1
ed. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tersedia pada: http://www.inna-ppni.or.id.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. 1
ed. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia. Tersedia pada: http://www.inna-ppni.or.id.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2019) Standar Luaran Keperawatan Indonesia. 1 ed.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia. Tersedia pada: http://www.inna-ppni.or.id.
WHO (2019) Buku Saku Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir. Diedit oleh P. .
Karyuni dan E.Meiliya. Jakarta: EGC.
LEMBAR PENGESAHAN
Denpasar, 18 Agustus 2021