DIARE
Di Susun Oleh :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2021
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam System Kesehatan Nasional (SKN) upaya pembangunan
Nasional. Upaya ini cukup luas dan kompleks serta memerlukan pengertian
yang merupakan bagian integral dan tidak dapat dipisahkan dari upaya
oleh bakteri, virus dan pathogen parasitik (Wong, 2004). Inflamasi lambung
dan usus menyebabkan frekuensi buang air besar klien (anak) meningkat,
negara maju. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar
penyebab sekitar 1/3 kasus rawat inap diare pada bayi dan anak di bawah
usia 5 tahun, tetap tinggi dan masih menjadi masalah kesehatan (Wahyuni,
2003).
juta penduduk setiap tahun tiap negara. Di Inggris 1 dari 5 orang menderita
diare infeksi setiap tahunnya dan 1 dari 6 orang pasien yang berobat ke
praktek umum menderita diare infeksi. Di Afrika anak anak terserang diare
infeksi 7 kali setiap tahunnya dibanding di negara berkembang lainnya
kejadian diare di negara Barat ini oleh karena foodborne infections dan
berobat ke rumah sakit. Di Indonesia dari 2.812 pasien diare yang disebabkan
bakteri yang datang kerumah sakit dari beberapa provinsi seperti Jakarta,
Umum Daerah Jayapura dari bulan Januari sampai dengan Agustus 2009
masuk dengan Gastroenteritis Akut adalah 412 orang, yang terdiri dari laki –
oleh gastroenteritis akut, penulis tertarik untuk dijadikan judul dan penulisan
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
gastroenteritis.
C. Manfaat Penulisan
Diharapkan Makalah ini bermanfaat bagi :
2. Institusi Pendidikan
Sebagai bahan masukan dan feed back penilaian proses belajar mengajar
mata kuliah yang berhubungan dengan Penulisan Karya Tulis Ilmiah yaitu
3. Bidang Keperawatan
harapan masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Klasifikasi Diare
Pedoman dari Laboratorium/ UPF Ilmu Kesehatan Anak, Uniersitas
Airlangga dalam Nursalam (2008), diare dapat dikelompokkan menjadi:
a. Diare akut, yaitu diare yang terjadi mendadak dan berlangsung paling
lama 3-5 hari.
b. Diare berkepanjangan bila diare berlangsung lebih dari 7 hari
c. Diare kornik bila diare berlangsung lebih dari 14 hari. Diare kronik
bukan suatu kesatuan penyakit, melainkan suatu sindrom yang
penyebab dan patogenesisnya multikompleks. Mengingat banyaknya
kemungkinan penyakit yang dapat mengakibatkan diare kronik dan
banyaknya pemeriksaan yang harus dikerjakan maka dibuat tinjauan
pustaka ini untuk dapat melakukan pemeriksaan lebih terarah.
a) Diare akut
Merupakan penyebab utama keadaan sakit pada balita. Diare akut
didefenisikan sebagai peningkatan atau perubahan frekuensi defekasi
yang sering disebabkan oleh agens infeksius dalam traktus
Gastroenteritis Infeksiosa (GI). Keadaan ini dapat menyertai infeksi
saluran napas atau (ISPA) atau infeksi saluran kemih (ISK). Diare akut
biasanya sembuh sendiri (lamanya sakit kurang dari 14 hari) dan akan
mereda tanpa terapi yang spesifik jika dehidrasi tidak terjadi.
b) Diare kronis
Didefenisikan sebagai keadaan meningkatnya frekuensi defekasi dan
kandungan air dalam feses dengan lamanya (durasi) sakit lebih dari 14 hari.
Kerap kali diare kronis terjadi karena keadaan kronis seperti sindrom
malabsorpsi, penyakit inflamasi usus, defisiensi kekebalan, alergi makanan,
intoleransi latosa atau diare nonspesifik yang kronis, atau sebagai akibat
dari penatalaksanaan diare akut yang tidak memadai.
c) Diare intraktabel
Yaitu diare membandel pada bayi yang merupakan sindrom pada bayi
dalam usia minggu pertama dan lebih lama dari 2 minggu tanpa
ditemukannya mikroorganisme patogen sebagai penyebabnya dan bersifat
resisten atau membandel terhadap terapi. Penyebabnya yang paling sering
adalah diare infeksius akut yang tidak ditangani secara memadai.
C. Etiologi
Ngastiyah (2014), mengatakan diare dapat disebabkan oleh berbagai
infeksi, selain penyebab lain seperti malabsorbsi. Diare sebenarnya
merupakan salah satu gejala dari penyakit pada sistem gastrointestinal
atau penyakit lain di luar saluran pencernaan. Tetapi sekarang lebih
dikenal dengan “penyakit diare”, karena dengan sebutan penyakit diare
akan mempercepat tindakan penanggulangannya. Penyakit diare terutama
pada bayi perlu mendapatkan tindakan secepatnya karena dapat membawa
bencana bisa terlambat.
Faktor penyebab diare, antara lain :
a. Faktor Infeksi
1. Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan makanan yang
merupakan penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi enteral
sebagai berikut :
Infeksi bakteri : Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella,
Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dan sebagainya.
Infeksi virus: Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie,
Poliomyelitis) Adeno-virus, Rotavirus, Astrovirus, dan lain-lain
b. Faktor malabsorbsi
a. Tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama dari
kehidupan.
b. Menggunakan botol susu.
c. Menyimpan makanan masak pada suhu kamar.
d. Air minum tercemar dengan bakteri tinja.
e. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah membuang
tinja, atau sebelum menjamaah makanan.
1) Virus
Penyebab tersering diare pada anak adalah disebabkan infeksi
rotavirus. Setelah terpapar dengan agen tertentu, virus akan masuk ke
dalam tubuh bersama dengan makanan dan minuman yang masuk ke
dalam saluran pencernaan yang kemudian melekat pada sel-sel mukosa
usus, akibatnya sel mukosa usus menjadi rusak yang dapat menurunkan
daerah permukaan usus. Sel-sel mukosa yang rusak akan digantikan
oleh sel enterosit baru yang berbentuk kuboid atau sel epitel gepeng
yang belum matang sehingga fungsi sel-sel ini masih belum bagus. Hal
ini menyebabkan vili-vili usus halus mengalami atrofi dan tidak dapat
menyerap cairan dan makanan dengan baik. Selanjutnya, terjadi
perubahan kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan gangguan
fungsi usus dalam absorpsi cairan dan elektrolit. Atau juga dikatakan
adanya toksin bakteri atau virus akan menyebabkan sistem transpor
aktif dalam usus sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian
sekresi cairan dan elektrolit akan meningkat.
2) Bakteri
Bakteri pada keadaan tertentu menjadi invasif dan menyerbu ke
dalam mukosa, terjadi perbanyakan diri sambil membentuk toksin.
Enterotoksin ini dapat diresorpsi ke dalam darah dan menimbulkan
gejala hebat seperti demam tinggi, nyeri kepala, dan kejang-kejang.
Selain itu, mukosa usus yang telah dirusak mengakibatkan mencret
berdarah berlendir.
Penyebab utama pembentukan enterotoksin ialah bakteri Shigella
sp, E.coli. diare ini bersifat self-limiting dalam waktu kurang lebih lima
hari tanpa pengobatan, setelah sel-sel yang rusak diganti dengan sel-sel
mukosa yang baru (Wijoyo, 2013).
b.Faktor malabsorpsi,
1) Gangguan osmotik
Cairan dan makanan yang tidak dapat diserap akan terkumpul di
usus halus dan akan meningkatkan tekanan osmotik usus Akibatnya
akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat.
Gangguan osmotik meningkat menyebabkan terjadinya pergeseran
air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Hal ini menyebabkan
banyak cairan ditarik ke dalam lumen usus dan akan menyebabkan
terjadinya hiperperistaltik usus. Cairan dan makanan yang tidak
diserap tadi akan didorong keluar melalui anus dan terjadilah diare
(Nursalam, 2008).
2) Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus
akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam rongga
usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi
rongga usus (Nursalam, 2008)
Ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap
dengan baik. Sehingga terjadi peningkatan peristaltik usus yang
mengakibatkan penurunan kesempatan untuk menyerap makanan yang
kemudian menyebabkan diare (Hidayat, 2008). Diare akut berulang
dapat menjurus ke malnutrisi energi protein, yang mengakibatkan usus
halus mengalami perubahanyang disebabkan oleh PEM tersebut
menjurus ke defisiensi enzim yang menyebabkan absorpsi yang tidak
adekuat dan terjadilah diare berulang yang kronik. Anak dengan PEM
terjadi perubahan respons imun, menyebabkan reaksi hipersensitivitas
kulit terlambat, berkurangnya jumlah limfosit dan jumlah sel T yang
beredar.
b. Sistem Respirasi
Kehilangan air dan elektolit pada anak yang diare mengakibatkan
gangguan keseimbangan asam basa yang menyebabkan pH turun
karena akumulasi asam non-volatil. Terjadilah hiperventilasi yang
akan menurunkan pCO2 menyebabkan pernapasan jadi cepat, dan
dalam (pernapasan kusmaul).
c. Sistem Pencernaan
Anak yang diare biasanya mengalami gangguan pada nutrisi,
yang disebabkan oleh kerusakan mukosa usus dimana usus tidak
dapat menyerap makanan. Anak akan tampak lesu, malas makan,
dan letargi. Nutrisi yang tidak dapat diserap mengakibatkan anak
bisa mengalami gangguan gizi yang bisa menyebabkan terjadinya
penurunan berat badan dan menurunnya daya tahan tubuh sehingga
proses penyembuhan akan lama.
d. Sistem Muskoloskletal
Kekurangan kadar natrium dan kalium plasma pada anak
yang diare dapat menyebabkan nyeri otot, kelemahan otot, kram dan
detak jantung sangat lambat.
e. Sistem Sirkulasi
Akibat dari diare dapat terjadi gangguan pada sistem sirkulasi
darah menyebabkan nadi melemah, tekanan darah rendah, kulit
pucat, akral dingin yang mengakibatkan terjadinya syok
hipovolemik.
f. Sistem Otak
g. Sistem Eliminasi
Warna tinja anak yang mengalami diare makin lama berubah
kehijauan karena bercampur dengan empedu. Anus dan daerah
sekitarnya akan lecet karena sering defekasi dan tinja yang makin
asam sebagai akibat makin banyaknya asam laktat yang berasal
dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi oleh usus selama diare.
7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Dehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan. Empat hal penting
yang perlu diperhatikan
a) Jenis cairan
c) Jumlah cairan
Jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan cairan yang
dikeluarkan.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Bila dehidrasi masih ringan
Berikan minum sebanyak-banyaknya, 1 gelas setiap kali setelah
pasien defekasi. Cairan harus mengandung eletrolit, seperti oralit.
Bila tidak ada oralit dapat diberikan larutan gula garamdenan 1
gelas air matang yang agak dingindilarutkan dalam 1 sendok teh
gula pasir dan 1 jumput garam dapur.
Jika anak terus muntah atau tidak mau minum sama sekali
perlu diberikan melaluui sonde. Bila pemberian cairan per oral
tidak dapat dilakukan, dipasang infus dengan cairan Ringer Laktat
(RL) atau cairan lain (atas persetujuan dokter). Yang penting
diperhatikan adalah apakah tetesan berjalan lancar terutama pada
jam-jam pertama karena diperlukan untuk segera mengatasi
dehidrasi.
2) Pada dehidrasi berat
Selama 4 jam pertama tetesan lebih cepat. Untuk mengetahui
kebutuhan sesuai dengan yang diperhitungkan, jumlah cairan yang
masuk tubuh dapat dihitung dengan cara:
a) Jumlah tetesan per menit dikalikan 60, dibagi 15/20 (sesuai set
infus yang dipakai). Berikan tanda batas cairan pada botol infus
waktu memantaunya.
d) Berikan minum teh atau oralit 1-2 sendok jam untuk mencegah
bibir dan selaput lendir mulut kering. Jika rehidrasi telah terjadi,
infus dihentikan, pasien diberi makan lunak atau secara
realimentasi.
1. Rencana terapi A
a) Beri ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap kali
pemberian.
5. Rencana terapi B
D) Setelah 3 jam
a. Ulangi penilaian dan klasifikasikan kembali derajat
dehidrasinya.
b. Pilih rencana terapi yang sesuai untuk melanjutkan pengobatan.
c. Mulailah memberi makan anak.
E) Jika ibu memaksa pulang sebelum pengobatan selesai
a. Tunjukkan cara menyiapkan cairan oralit di rumah
b. Tunjukkan berapa banyak oralit yang harus diberikan dirumah untuk
menyelesaikan 3 jam pengobatan
c. Beri oral yang cukup untuk rehidrasi dengan menambahkan 6 bungkus
lagi
3. Jelaskan 4 aturan perawatan diare dirumah (lihat rencana terapi Rencana terapi
C
Penanganan dehidrasi berat dengan cepat, yaiu dengan:
a. Memberikan cairan intravena secepatnya. Jika anak bisa minum, beri
oralit melalui mulut sementara infus dipersiapkan.
b. Periksa kembali anak setiap 15-30 menit. Jika nadi belum teraba, beri
tetesan lebih cepat.
c. Beri oralit (kira-kira 5 ml/kg/jam) segera setelah anak mau minum:
biasanya sesudah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak) dan beri juga tablet
Zinc.
d. Periksa kembali bayi sesudah 6 jam atau anak sesudah 3 jam.
Klasifikasikan dehidrasi dan pilih rencana terapi yang sesuai untuk
melanjutkan pengobatan.
e. Rujuk segera untuk pengobatan intravena, jika tidak ada fasilitas untuk
pemberian cairan intravena terdekat (dalam 30 menit).
f. Jika anak bisa minum, bekali ibu larutan oralit dan tunjukkan cara
meminumkan pada anaknya sedikit demi sedikit selama dalam perjalan
menuju klinik.
g. Jika perawat sudah terlatih menggunakan pipa orogastrik untuk rehidrasi,
mulailah melakukan rehidrasi dengan oralit melalui pipa nasogastrik atau
mulut: beri 20 ml/kg/jam selama 6 jam (total 120 ml/kg).
h. Periksa kembali anak setiap 1-2 jam:
(1) Jika anak muntah terus atau perut makin kembung, beri cairan lebih
lambat.
i. Jika setelah 3 jam keadaan hidrasi tidak membaik, rujuk anak untuk
pengobatan intravena. Sesudah 6 jam, periksa kembali anak.
Klasifikasikan dehidrasi. Kemudian tentukan rencana terapi yang
sesuai (A, B, atau C) untuk melanjutkan pengobatan.
iii. Ingatkan ibu untuk memberikan tablet Zinc setiap hari selama
10 hari penuh, meskipun diare sudah berhent, karena Zinc selain
memberi pengobatan juga dapat memberikan perlindungan
terhadap diare selama 2-3 bulan ke depan.
5. Bila anak menderita dehidrasi berat dan memerlukan cairan infus, tetap
berikan tablet Zinc segera setelah anak bisa minum atau makan.
Pemberian Perbiotik Pada Penderita Diare
Probiotik merupakan mikroorganisme hidup yang diberikan
sebagai suplemen makanan yang memberikan pengaruh menguntungkan
pada penderita dengan memperbaiki keseimbangan mikroorganisme
usus, akan terjadi peningkatan kolonisasi bakteri probiotik di dalam
lumen saluran cerna. Probiotik dapat meningkatkan produksi musin
mukosa usus sehingga meningkatkan respons imun alami (innate
immunity). Probiotik menghasilkan ion hidorgen yang akan menurunkan
pH usus dengan memproduksi asam laktat sehingga menghambat
pertumbuhan bakteri patogen.
Probiotik saat ini banyak digunakan sebagai salah satu terapi
suportif diare akut. Hal ini berdasarkan peranannya dalam menjaga
keseimbangan flora usus normal yang mendasari terjadinya diare.
Probiotik aman dan efektif dalam mencegah dan mengobati diare akut
pada anak (Yonata, 2016).
6. Kebutuhan nutrisi
8. Komplikasi
Menurut Suharyono dalam Nursalam (2008), komplikasi yang dapat
terjadi dari diare akut maupun kronis, yaitu:
2. Hipoglikemia
3. Gangguan gizi
Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi sehingga terjadi
penurunan berat badan. Hal ini disebabkan karena:
4. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai muntah, maka dapat
terjadi gangguan sirkulasi darah berupa renjatan atau syok hipovolemik.
Akibat perfusi jaringan berkurang dan terjadinya hipoksia, asidosis bertambah
berat sehingga dapat mengakibatkan perdarahan di dalam otak, kesadaran
menurun, dan bila tidak segera ditolong maka penderita dapat meninggal.
5. Hiponatremia
Anak dengan diare yang hanya minum air putih atau cairan yang hanya
mengandung sedikit garam, dapat terjadi hiponatremi (Na<130 mol/L).
Hiponatremi sering terjadi pada anak dengan Shigellosis dan pada anak
malnutrisi berat dengan oedema. Oralit aman dan efektif untuk terapi dari
hampir semua anaka dengan hiponatremi. Bila tidak berhasil, koreksi Na
dilakukan bersamaan dengan koreksi cairan rehidrasi yaitu: memakai Ringer
Laktat atau Normal Saline (Juffrie, 2010)
3. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Anak berusia di bawah 2 tahun yang mengalami dehidrasi, ubun-ubunnya
biasanya cekung
b. Mata
Anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi, bentuk kelopak matanya
normal. Apabila mengalami dehidrasi ringan atau sedang kelopak
matanya cekung (cowong). Sedangkan apabila mengalami dehidrasi
berat, kelopak matanya sangat cekung.
c. Hidung
Biasanya tidak ada kelainan dan gangguan pada hidung, tidak sianosis,
tidak ada pernapasan cuping hidung.
d. Telinga
Biasanya tidak ada kelainan pada telinga.
e. Mulut dan Lidah
1. Diare tanpa dehidrasi: Mulut dan lidah basah
2. Diare dehidrasi ringan: Mulut dan lidah kering
3. Diare dehidrasi berat: Mulut dan lidah sangat kering
f. Leher
Tidak ada pembengkakan pada kelenjar getah bening, tidak
ada kelainan pada kelenjar tyroid.
g. Thorak
1. Jantung
a. Inspeksi
h. Paru-paru
a. Inspeksi
Diare tanpa dehidrasi biasanya pernapasan normal, diare dehidrasi
ringan pernapasan normal hingga melemah, diare dengan dehidrasi
berat pernapasannya dalam.
i. Abdomen
a. Inspeksi
b. Palpasi
Turgor kulit pada pasien diare tanpa dehidrasi baik, pada pasien
diare dehidrasi ringan kembali < 2 detik, pada pasien dehidrasi berat
kembali > 2 detik.
c. Auskultasi
Anak dengan diare tanpa dehidrasi Capillary refill (CRT) normal, akral
teraba hangat. Anak dengan diare dehidrasi kembali < 2 detik, akral dingin.
Pada anak dehidrasi berat CRT kembali > 2 detik, akral teraba hangatt.
k. Genitalia
Anak dengan diare akan sering BAB maka hal yang perlu di lakukan
pemeriksaan yaitu apakah ada iritasi pada anus.
c) Pemeriksaan diagnostik
1) Pemeriksaan laboratrium
a) Pemeriksaan AGD, elektrolit, kalium, kadar natrium serum
b) Biasanya penderita diare natrium plasma > 150 mmol/L, kalium > 5
mEq/L
d) Pemeriksaan urin
Diperiksa berat jenis dan albuminurin. Eletrolit urin yang diperiksa adalah
Na+ K+ dan Cl. Asetonuri menunjukkan adanya ketosis (Suharyono, 2008).
e) Pemeriksaan tinja
c) Kolonoskopi dan ileoskopi dengan biopsi, untuk semua pasien jika pada
pemeriksaan feses dan darah hasilnya normal, yang bertujuan untuk
menyingkirkan kanker.
d) Radiologi
g) Pemeriksaan lanjutan
Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada anak dengan diare menurut
NANDA Internasional (2018), adalah sebagai berikut:
1. Diare berhubungan dengan parasit, psikologis, proses infeksi, inflamasi,
iritasi, malabsorbsi.
F. Intervensi Keperawatan
Tabel 2.5 Intervensi Keperawatan Untuk Pasien Diare
Keterangan:
memenuhi
persyaratan gizi
b. Status nutrisi: b. Monitor nutrisi
Asupan Makanan & Tindakan keperawatan:
Cairan 1. Monitor
Setelah dilakukan tindakan kecendrungan turun
keperawatan diharapkan BB
jumlah makanan dan cairan 2. Monitor turgor kulit
yang masuk ke dalam 3. Monitor adanya mual
tubuh pasien adekuat, dan muntah
dengan Kriteria hasil: 4. Monitor pucat,
1. Asupan makanan kemerahan, dan
secara oral(4) kekeringan jaringan
2. Asupan makan secara konjungtiva
tube feeding 5. Monitor diet dan
(NGT/OGT) (4) asupan kalori
3. Asupan cairan secara
oral(4)
4. asupan nutrisi
parenteral(4)
Keterangan:
(4): Sebagian besar
adekuat
c. Status nutrisi: asupan c. Monitor nutrisi
nutrisi Tindakan keperawatan:
Setelah dilakukan tindakan 1. Timbang berat badan
keperawatan diharapkan pasien
asupan gizi pasien 2. Monitor adanya mual
terpenuhi, dengan Kriteria muntah
hasil: 3. Monitor adanya
1. Asupan kalori(5) penurunan berat
2. Asupan protein(5) badan
3. Asupan karbohidrat(5) 4. Monitor turgor kulit
4. Asupan serat(4) dan mobilitas
5. Asupan mineral(5)
Keterangan:
(4): Sebagian besar adekuat
(5): Sepenuhnya adekuat
b. Fungsi
gastrointestinal
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan
saluran pencernaan pasien
mampu untuk mencerna,
dan menyerap nutrisi dari
makanan, dengan Kriteria
hasil:
1. Frekuensi BAB(4)
2. Konsistensi feses(5)
3. Distensi perut(5)
4. Peningkatan
peristaltik(4)
5. Diare(4)
Keterangan:
(4): Sedikit terganggu
(5): Tidak terganggu
6. Resiko syok
hipovolemik
7. Nyeri akut
8. Hipertermi
9. Gangguan rasa NOC: NIC:
nyaman a. Status kenyamanan: a. Teknik
fisik menenangkan
Setelah dilakukan tindakan Tindakan keperawatan:
keperawatan diharapkan 1. Yakinkan keselamatan
rasa nyaman pasien tidak dan keamanan klien
terganggu, dengan Kriteria 2. Peluk dan beri
hasil: kenyamanan pada
1. Kontrol terhadap bayi atau anak
gejala(4) 3. Identifikasi orang
2. Intake makanan(4) terdekat klien yang
3. Intake cairan(4) bisa membantu klien
4. Mual dan muntah(5)
5. Diare(4)
Keterangan:
(4): Sedikit terganggu
(5): Tidak terganggu
b. Tingkat kecemasan b. Pengurangan
Setelah dilakukan tindakan kecemasan
keperawatan diharapkan Tindakan keperawatan:
merasakan cemas, dengan 1. Gunakan pendekatan
Kriteria hasil: yang tenang dan
1. Perasaan gelisah(5) menyenangkan
2. Wajah tegang(5) 2. Nyatakan dengan
3. Peningkatan frekuensi jelas harapan
nadi(5) terhadap perilaku
klien
Keterangan: (5): Tidak ada 3. Dorong keluarga
untuk mendampingi
klien dengan cara
yang tepat
4. Identifikasi tingkat
kecemasan
c. Tidur
Setelah dilakukan tindakan c. Peningkatan tidur
keperawatan diharapkan Tindakan keperawatan:
tidur pasien tidak 1. Tentukan pola
terganggu, dengan Kriteria tidur/aktivitas klien
hasil: 2. Monitor pola tidur
1. Pola tidur(4) klien dan catat
2. Kualitas tidur(4) kondisi fisik
(misalnya,
Keterangan: ketidaknyamanan)
(4): Sedikit terganggu atau psikologis
(ketakutan atau
kecemasan) keadaan
yang menggangu
tidur
3. Sesuaikan lingkungan
untuk meningkatkan
tidur
I. Indentitas
Nama : An. D.M
Usia : 9 Bulan
Suku : Genyem
47
Keluhan / masalah Selama Hamil : Mual dan muntah pada
trimester 1
2. Intranatal : Ibu melahirkan di RSUD DOK II dengan
tindakan Sectio Ceasear.
3. Post natal : Bayi lahir sehat dengan rawat gabung bersama
dengan ibunya
34
8K 6K
48
: Tinggal dalam satu rumah
: Laki-laki
: perempuan
: Pasien
V. Pemeriksaan Fisik
Tanda Vital :
49
SB : 36,9 oC
Nadi ; 124 x/ m
RR : 24x/m
SPO2 : 98 %
50
2. Motorik Halus : Anak dapat memegang benda benda kecil seperti
bola , bolpoint.
3. Kognitif dan bahasa : Anak dapat berkata mama,bapa , da..da..
4. Motorik Kasar : Anak dapat melempar Bola ,bertepuk tangan.
Hematologi
HB 9,6 g/dl 13,3 – 16,6
Hematocrit 30,0 % 41,3 – 52,1
Eritrosit 5,28 10 6 /ul 3,69 – 5,46
Leukosit 20,00 10 3 /ul 3,37 – 8,38
Trombosit 513 10 3/ul 140 – 400
DDR
51
Negatif
Kimia darah
N,K,CL
123,50 mEq/L 135 -148
Na darah 2,63 mEq/L 3,50 -5,30
104, 60 mEq/L 98 – 106
Kalium darah
1,26 mEq/L 1,15 – 1,35
Cl darah
Calcium ion
Kimia
darah
Na, K,CL 126,90 mEq/L 135- 148
Natrium darah 3,56 mEq/L 3,50- 5,30
112,70 mEq/L 98 – 106
Kalium darah 1,25 meq/L 1,15 – 1,35
CL darah
Calcium ion
52
KLASIFIKASI DATA
DS : DO :
- Ibu mengatakan anaknya bab - Pasien tampak sakit sedang
cair - Kesadaran compos mantis
± 5 kali kuning lendir, tidak - Bab cair ampas (-), warna kuning, berbau
ada ampas, berbau asam asam (+)
- Ibu mengatakan anaknya tidak - TTV: ND:124x/menit
mau makan RR: 24X/menit
- Ibu mengatakan berat badan SB: 36,9 ᵒC
anaknya sebelum sakit 9,8 kg Spo2: 98%
- Ibu mengatakan anaknya ingin - Konjung tiva tampak anemis
minum terus - Mukosa bibir tampak kering & pucat
- BB sekarang : 7,4 kg
- Penurunan BB : 24% (7205)
- Hasil Lab:
Tggl : 7/5/2021
- Hb : 9,6 gr/21 ( )
- WBC: 20,00 10^3/uL. ( )
- Na:123,90 mtg/L ( )
- K : 2, 63 mtg/L ( )
Tggl : 10/05/2021
- Na : 126,90 ( )
- Kembung / distensi abdomen ±
- Bisisng usus 17 x/menit
53
ANALISA DATA
DO :
Hilang cairan dan
- KU: sedang
elektrolit
- Bab cair (+)ampas (-), warna kuning, berbau
asam berlebihan
- Turgor kulit cempat kembali
- Mukosa bibir tampak kering & pucat Gangguan
keseimbangan
cairan dan elktrolit
Dehidrasi
kekurangan volume
cairan
54
3 DS : Diare Ketidak seimbangan
- Ibu mengatakan anaknya tidak mau makan nutrisi kurang dari
- Ibu mengatakan berat badan anaknya sebelum Distensi abdomen kebutuhan tubuh. / defisit
sakit 9,8 kg Nutrisi
- Ibu mengatakan anaknya bab cair ± 5 kali Mual muntah
kuning lendir, tidak ada ampas, berbau asam.
Nafsu makan
DO :
- Ku: Sedang
- Konjungtiva tampak anemis
- Penurunan berat badan 24%
- Membran mukosa tampak pucat
- Diare (+) >5x.
- Distensi abdomen ± Ketidak
- Bisisng usus 17 x/menit seimbangan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh.
55
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK D. DENGAN DIARE DI RUANGAN RKK
RSUD JAYAPURA
Hari
Rencana Asuhan Keperawatan Implementasi Evaluasi
Diagnosis Keperawatan Tanggal
No
(SDKI) Tujuan Intervensi
(SLKI) (SIKI)
1. Diare b.d proses infeksi Setelah dilakukan Manajemen Diare 1. Mengidentifikasi Senin, 10 Mei 2021
yang ditandai dengan; Asuhan Keperawatan (I.03101) penyebab diare
selama 3x 24 jam Tindakan Respon; 14.0 IT
DS; Ibu klien diharapkan eliminasi Keperawatan; Hasil Lab WBC 20.00 S: ibu mengatakan
mengatakan fekal membaik, dengan 10˄3/uL (penyebab
Observasi - Anak masih
diare adalah proses
- Anak BAB ±5x kriteria hasil; diare dari
- Identifikasi infeksi) pagi sudah 3x
cair, warna
kuning lendir - Konsistensi penyebab diare 2. Mengidentifikasi - BAB cair
tidak ada ampas, feses membaik - Identifikasi riwayat pemberian - Ampas sedikit
berbau asam - Frekuensi riwayat makanan O: klien tampak
- Haus minta frekuensi pemberian Respon;
minum terus membaik makanan Ibu mengatakan - KU tampak
- Peristaltik usus sakit sedang
56
DO; Klien tampak membaik - Monitor warna sebelum MRS, mam - Kesadaran
- Nyeri abdomen volume, hanya memberikan komposmenti
- KU tampak sakit membaik frekuensi, dan susu untuk anak 1 s
sedang - Distensi konsistensi tinja - Infus
- Kesadaran tahun ke atas
abdomen - Monitor tanda terpasang
composmentis menurun dan gejala 3. Memonitor warna, KAeN
- BAB cair (+), hipovolemia volume, frekuensi dan 3B+KCL 15
Ampas (-) warna - Monitor iritasi konsistensi tinja meq/L (21
kuning, berbau dan ulserasi kulit Respon; tts/m
asam didaerah Warna feses kuning - Mukosa bibir
- Tugor kulit cepat perianal berlendir, frekuensi ± masih
kembali - Monitor jumlah 5x/24 jam, konsistensi nampak
- Bising usus 17x/ pengeluaran cair, ampas (-) kering
menit diare - Bising usus
4. Memberikan tanda dan
- Hasil Lab WBC Teraupetik 17x/m
gejala hipovolemia
20.00 10˄3/uL - Distensi
Respon;
- Distensi - Berikan asupan abdomen (+)
abdomen (+) cairan oral CRT< 2 detik, BB
- Diare (+) Cair
- Pasang jalur menurun 2,4 kg, HR (+)
IVFD 124x/menit, cepat dan A; Masalah (Diare)
- Ambil sampel lemah, tugor kulit baik belum teratasi
darah untuk 5. Memonitor iritasi dan
pemeriksaan ulserasi kulit didaerah
darah lengkap perianal
dan elektrolit Respon; P; Lanjutkan
- Ambil sampel Kemerahan didaerah intervensi 3,4,5,6,7
feses untuk
perianal
kultur, jika perlu
6. Memonitor jumlah
57
Edukasi pengeluaran diare
Respon;
- Anjurkan BAB cair banyak >5x
makanan porsi 7. Memberikan cairan IV
kecil dan sering Respon;
secara bertahap
- Anjurkan IFVD Kaen 3B 500cc
menghindari +KCL 15 meq/24 jam
makanan (21 tts/mnt
pembentuk gas, 8. Mengambil sampel
pedas, dan darah untuk
mengandung pemeriksaan elektrolit
laktosa Respon;
- Anjurkan Hasil kimia darah
melanjutkan Na: 126,90 meq/uL
pemberian asi
K: 3,56 meq/L
Kolaborasi
Clorida darah: 112,70
- Kolaborasi meq/L
pemberian Calcium Ion 1,25
antibiotik meq/L
- Kolaborasi 9. Menganjurkan
pemberian memberi makan porsi
antipasmodic kecil dan sering secara
- Kolaborasi bertahap
pemberian obat Respon;
pengeras feses
Ibu mengatakan
anaknya tidak mau
58
makan, hanya minum
susu saja
10. Menganjurkan
menghindari makanan
yang mengandung
glukosa seperti Kol,
Makanan Manis-manis
Respon;
Ibu mengatakan ia
11. Kolaborasi pemberian
antibiotik dengan
dokter
Respon;
- IFVD KAeN 3B+KCL
15 meq 500cc/24 jam
- Zink 1x20mg (P.O)
- Liprolac 2x1 sachet
2. Defisit nutrisi b.d Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi 1. Mengidentifikasi Senin, 10 Mei 2021
ketidakmampuan Asuhan Keperawatan (I.03119) status nutrisi
mengabsorbsi nutrien, selama 3x 24 jam Observasi; Respon; 14.00 WIT
yang ditandai dengan; diharapkan status BB sebelum sakit 9,3
- Identifikasi Kg
nutrisi membaik, status nutrisi
DS; ibu mengatakan dengan kriteria hasil; BB saat ini 7,4 kg S; ibu mengatakan
- Identifikasi
alergi dan Penurunan BB 2,4 kg
- Anak tidak mau - Diare menurun - anak belum
intoleransi BB ideal (9+9)/2= 9kg
makan - Nyeri abdomen mau makan
- BB anak sebelum makanan 2. Mengidentifikasi
- hanya makan
59
sakit 9,8 kg menurun - Identifikasi alergi dan intoleransi bubur hanya
- BAB cair ±5x - BB membaik makanan yang makan 1-2 sendok
warna kuning, - Nafsu makan disukai Respon; makan
lendir, tidak ada membaik - Monitor berat Alergi makan (-) O; klien tampak
ampas, berbau - Bising usus badan Intoleransi makanan
asam membaik - Monitor hasil - Keadaan
(Mual berulang) umum sedang
DO; klien tampak - Membran pemeriksaan lab
mukosa Teraupetik; Muntah (1x), kembung - Muntah (-)
- KU sedang membaik (-) - BAB masih
- Konjungtiva - Lakukan oral 3. Mengidentifikasi cair, amaps
tampak anemis hygiene sebelum makanan yang disukai sedikit
- Diare (+) >5x makan, jika Respon; - Bising usus
- Mem bran perlu Anak suka mengemil 17x/m
mukosa tampak - Sajikan makanan biskuit, makan bubur - Membran
pucat secara menarik mukosa mulut
dan sayuran bertahap
- Bising usus dan suhu yang masih pucat
hiperaktif 17x/m sesuai - BB tetap (7,4
- Penurunan BB - Berikan kg)
24% makanan tinggi 4. Memonitor BB A; masalah (defisit
kalori dan tinggi Respon; nutrisi) belum
protein BB = 7,4 kg teratasi
Edukasi; 5. Monitor hasil
pemeriksaan Lab
- Anjurkan posisi Respon;
duduk, jika perlu
Hb tgl 7/5/2021 9,6 P; intervensi
Kolaborasi; 1,4,6,8,9 di lanjutkan
gr/dL
- Kolaborasi 6. Menganjurkan
pemberian makanan secara
60
medikasi menarik dan suhu yang
sebelum makan sesuai
- Kolaborasi Respon;
dengan ahli gizi Makanan disajikan
untuk jenis dalam keadaan hangat
nutrien yang
7. Menganjurkan makan
dibutuhkan, jika
dengan posisi duduk
perlu.
Respon;
Anak makan dalam
posisi duduk di tempat
tidur
8. Kolaborasi dengan
dokter pemberian obat
Respon;
Anti emetik
ondansentron 3x1mg
IV
9. Kolaborasi dengan ahli
gizi pemberian
Respon;
Susu rendah lactosa
(LLF)
3. Risoko hipovolemia b.d Setelah dilakukan Manajemen 1. Memeriksa tanda dan Senin, 10 Mei 2021
diare ditandai dengan Asuhan Keperawatan hipovolemia gejala hipovolemia
faktor risiko.; selama 3x 24 jam (I.03116) Respon; 14.00 WIT
diharapkan status HR : 124x/m cepat dan
61
- Kehilangan cairan membaik, Observasi; lemah S; ibu mengatakan
cairan secara dengan kriteria hasil; Turgor kulit cepat anaknya masih diare
aktif (BAB > 5x - Periksa tanda kembali
cair, ampas (-) - Turgor kulit dan gejala
hipovolemia Membran mokosa
- Kekurangan meningkat
intake cairan - Intake cairan - Monitor intake tampak kering O; klien tampak
- Gangguan meningkat dan autput Haus (+), maunya
absorbsi cairan - Membran cairan minum terus - KU sedang
mokosa - 2. Memonitor intake dan - Kesadaran
membaik Teraupetik; auput cairan composmenti
- Kadar Hb Respon; s
membaik - Hitung - Tugor kulit
- Intake cairan Iv
- Kadar HT kebutuhan cairan baik
500cc/24 jam
membaik - Berikan posisi - Membran
- Makan dan
- Keluhan haus modiviet mukosa masih
minum susu
menurun trandendenlenbu tampak kering
8x60cc
- Suhu tubuh rk - Hb 9,6 gr/dL
3. Memberikan asupan
membaik - Berikan asupan - HCT 30,6 %
cairan oral
oral - TTV
Respon;
Edukasi; Sb; 37,0
Anak menghabiskan
RR; 24x/m
- Anjurkan susu LLF 8x60cc
HR; 126 x/m
memperbanyak 4. Menganjurkan
asupan oral memperbanyak asupan - Diare (+)
- Anjurkan cairan oral - Infus
menghindari Respon; terpasang
perubahan posisi KAeN
Ibu mengatakan ya
mendadak 3B+KCL
5. Kolaborasi pemberian 15meq (21
Kolaborasi; cairan Iv tts/m)
62
- Kolaborasi Respon: A; masalah (Risiko
pemberian Cairan KAeN 3B + Hipovolemi) belum
cairan isotonis KCL 15 meq 500cc/24 teratasi
- Kolaborasi
jam
pembrian cairan
hipotonis
- Kolaborasi P; intervensi
pemberian dilanjutkan dan
cairan koloid dipertahankan
- Kolaborasi
intervensi 1,2,3,4
pemberian
produk darah
63
CATATAN PERKEMBANGAN
64
penyukuhan tentang
diare
Respon;
Ibu dapat
menyebutkan tanda
dan gejala diare,
pencegahan diare
6. Memberikan terapi
bermain bola warna
warni
Respon;
Anak tampak senang
bermain bola warna
warni
65
Respon;
Ibu lagi menyuapi
anaknya
66
sebelah kanan
67
buburke anaknya
5. Memonitor toleransi
makan
Respon;
- Anak hanya
makan 3-4
sendok
makan
- Mual (-)
- Muntah (-)
12/5/20 3 1. Memonitor tanda 14.00 WIT
21 dan gejala
hipovolemia S; ibu klien mengatakan anak masih mencret
Respon;
- HR 124 x/m,
cepat, lemah
O; klien tampak
- Tugor kulit <
2detik - KU Sedang
- Membran - Tugor kulit baik < 2detik
mukosa - Membran mukosa tampak lembab
tampak - Diare (+)
lembab - IVFD masih terpasang
2. Memonitor intake
dan output cairan
Respon; A; Masalah belum teratasi
- BAB cair
berampas
±5x warna
kuning lendir P; intervensi 1,2,3,4,dilanjutkan
(-)
- IFVD KAeN
3B + KCL 15
meq 21 tts/m
3. Menganjurkan ibu
tetap memberikan
asupan cairan
oral/susu
Respon;
Anak minum susu
LLF 8x60cc
68
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian
Hasil dari pengkajian ditemukan beberapa data pada klien An. D
berusia 9 bulan dengan diagnosa medis diare. Ditemukan pengkajian
pada klien An.D yaitu BAB encer 5 x sehari isi lendir warna kuning
lendir, air – air, tidak ada ampas, berbau dan ditemukan anus tampak
merah.
Berdasarkan hasil yang telah dikemukan diatas maka peneliti
menghubungkan dengan teori menurut Wijayaningsih (2013) yang
menjelaskan bahwa manifestasi klinis diare pada anak yaitu anak
cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu makan berkurang, sering
buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, anus dan
69
sekitarnya lecet, terdapat tanda dan gejala dehidrasi, elastisitas kulit
menurun, mata cekung membrane mukosa kering, dan pasien sangat
lemas.
Mengenai data hospitalisi ditemukan data klien An. D tidak
mengalami hospitalisasi karena klien terlihat tidak merasa takut ketika
ketika dilakukan tindakan keperawatan. Menurut Saputro & Fazris
(2017) hospitalisasi dapat menyebabkan perubahan perilaku yang dapat
terjadi, seperti gelisah, anak rewel, mudah terkejut, menangis, berontak,
menghindar hingga menarik diri, tidak sabar, dan waspada terhadap
lingkungan.
Menurut asumsi penulis pada saat pengkajian tidak hanya dilihat
dari keadaan kesehatan anak saja, melainkan psikologis anak juga harus
diperhatikan. Karena ketika seorang anak mengalami hospitalisasi maka
anak akan merasa tidak nyaman dan mengganggu proses perawatan dan
pengobatan pada anak. Dalam hal ini perawat harus dapat melakukan
pengkajian lebih dalam agar semua masalah yang dirasakan oleh klien
dapat diketahui dan dapat dilakukan implementasi secara menyeluruh
( holistik)
70
klien tampak BAB encer 5 x/hari. tanda – tanda vital nadi 124
x/menit, pernapasan 24 x/menit, suhu 36,9 °C , dan terpasang infus
Ken 3B + kcl15 meq/500/24 jam 18 tpm. hasil pengkajian pada klien
2 didapatkan data subjektif BAB 4-7 x/ hari, encer tanpa ampas, mual
dan muntah > 3 kali, dan data objektif yang didapatkan pada klien 2
yaitu klien tidak mau minum, klien lemas, bibir kering, klien rewel,
tanda – tanda vital suhu 37,6 °C, nadi 105 x /menit, pernafasan 26
x/menit, berat badan 13,5 kg, tinggi badan 92 cm, dan hasil
laboratorium leukosit tinggi 20,00 103/ul, penurunan hematokrit 30,6
%
2. Diagnosa keperawatan deficit nutrisi berhubungan dengan
ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient. Dari hasil pengkajian yang
ditemukan pada klien didapatkan data subjektif ibu mengatakan
anaknya tidak mau makan, ibu mengatakan BB anaknya sebelum sakit
9,8 kg, ibu mengatakan nakanya BAB cair lebih kurang 5 kali, warna
kuning, lender tidak ada ampas, berbau asam. Data subjektifnya yaitu
konjungtiva tampak anemis, membrane mukosa tampak pucat, bising
usus tampak hiperaktif, penurunan BB 24 %
3. Resiko Hipovolemia berhubungan dengan faktor resiko kehilangan
cairan secara aktif, kekurangan intake cairan, Gangguan absorbs
cairan. v
Pada penderita diare terjadi peningkatan tekanan osmotik dalam
usus sehingga terjadi pergeseran cairan dan elektrolit dalam rongga
usus. Perubahan dalam kapasitas usus menyebabkan gangguan fungsi
usus dalam mengabsorpsi ( penyerapan ) cairan dan elektrolit ( cairan
yang disekresi lebih banyak dari kapasitas absorpsi atau adanya
kegagalan absorbsi ). Ketika hal itu terjadi frekuensi BAB akan
meningkat sehingga mengakibatkan hilangnya cairan dan elektolit
berlebihan melalui feses, maka gangguan keseimbangan cairan dan
elektolit akan terjadi hingga mengakibatkan kekurangan volume cairan.
71
Perumusan penulisan diagnosa keperawatan yang tercantum
pada klien menurut teori penulisan diagnosa pada SDKI PPNI ( 2017 )
maka menjadi hipovolemi berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif ). Menurut asumsi penulis penegakkan diagnosa tersebut belum
memenuhi validasi penegakan diagnosa keperawatan pada SDKI
(PPNI, 2017) yaitu sekitar 80 persen sampai 100 persen dari tanda
mayor dan tanda minor sebagai pendukung . Kriteria mayor yang dapat
ditemukan berupa data objektif meliputi frekuensi nadi meningkat, nadi
teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor
kulit menurun, membran mukosa kering, volume urin menurun, dan
hematokrit meningkat. Sedangkan kriteria minornya yang dapat
ditemukan berupa data subjektif klien merasa selalu merasa haus.
Kriteria minor yang dapat ditemukan pada data objektif ialah pengisian
vena menurun, status mental berubah, suhu tubuh meningkat,
konsentrasi urin meningkat, dan berat badan turun tiba-tiba (PPNI,
2017).
72
dan porsi kecil tapi sering, edukasi : anjurkan pasien untuk meningkatkan
protein dan vitamin, kolaborasi : kolaborasi dengan tim ahli gizi dalam
pemenuhan / penentuan diet pasien sedangkan intervensi yang dilakukan
pada diagnose keperawatan yang ketiga yaitu : resiko hipovolemia
berhubungan dengan kehilangan cairan aktif yaitu : observasi : Kaji tanda-
tanda gejala hipovolemi, Monitor intake dan out put cairan, edukasi :
anjurkan memperbanyak asupan cairan oral, anjurkan menghindari
perubahan posisi mendadak, kolaborasi : kolaborasi dengan tim medis
dalam pemberian iv
Menurut panduan SIKI PPNI (2018) intervensi keperawatan harus
memuat 4 komponen yaitu observasi, terapeutik, edukasi, kolaborasi, dan
menggunakan panduan SLKI (PPNI, 2019). Maka intervensi yang sesuai
dengan panduan PPNI tersebut ialah sebagai berikut : Intervensi dan kriteria
hasil pada diagnosa keperawatan diare berhubungan dengan fisiologis
(proses infeksi) yaitu setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x
24 jam diharapkan eliminasi fekal membaik dengan kriteria hasil : distensi
abdomen membaik, frekuensi defekasi membaik, peristaltik usus membaik,
nyeri abdomen menurun dengan intervensi observasi : identifiksi penyebab
diare, identifikasi riwayat pemberian makan, monitor tanda dan gejala
hipovolemia, monitor iritasi dan ulserasi kulit didaerah perineal monitor
jumlah pengeluaran diare. Terapeutik : berikan asupan cairan oral (oralit),
pasang jalur intravena, berikan cairan intravena, ambil sample darah untuk
pemeriksaan darah lengkap, ambil sample feses untuk kultur, jika perlu,
Edukasi : anjurkan menghindari makanan pembentuk gas, pedas, dan
mengandung laktosa, anjurkan melanjutkan pemberian asi, Kolaborasi :
kolaborasi pemberian antibiotika,kolaborasi pemberian obat antispasmodic,
pemberian obat pengeras feses.
Intervensi dan kriteria hasil defisit nutrisi berhubungan dengan
ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien yaitu setelah dilakukan intervensi
keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan status nutrisi membaik dengan
kriteria hasil diare menurun, nyeri abdomen menurun, nafsu makan membaik,
73
berat badan membaik, nafsu makan membaik, bising usus membaik,
membrane mukosa membaik dengan intervensi observasi : identifikasi status
nutrisi, identifikasi alergi dan intoleransi makanan, identifikasi makanan yang
disukai, monitor berat badan, monitor hasil pemeriksaan lab. terapeutik :
sajikan makanan yang membeaik dengan suhu yang sesuai,berikaan makanan
kalori protein tinggi. edukasi : anjurkan menggunakan pelembab, anjurkan
minum air yang cukup, anjurkan posisi duduk, kolaborasi : kolaborasi
pemberian medikasi sebelum makan.
Intervensi dan kriteria hasil pada diagnosa keperawatan resiko
hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif yaitu setelah
dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan status cairan
meningkat dengan kriteria hasil turgor kulit meningkat, membrane mukosa
meningkat output, kadar hb meningkat, kadar ht meningkat, keluhan haus
menurun, suhu tubuh membaik dengan intervensi observasi : periksa tanda
dan gejala hypovolemia ( missal frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah,
tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun,
membrane mukosa kering, volume urin menurun,haus,lemah), monitor intake
dan output cairan, terapeutik : hitung kebutuhan cairan, berikan asupan cairan
oral, edukasi : anjurkan memperbanyak asupan cairan oral, anjurkan
menghidari posisi mendadak, kolaborasi : kolaborasi pemberian cairan
isotonis (Nacl.RL), kolaborasi pemberian infus cairan kristaloid 20 ml/kg bb
untuk anak.
74
anjurkan pada ibu klien untuk mengganti pakaian yang longgar pada
klien, mpenatalaksanaan pemberian medikasi infuse, dan mengoleskan
lotion atau baby oil pada daerah anus. Implementasi yang dilakukan pada
klien pada tanggal 27 Juni 2018 yaitu Menganjurkan kepada ibu klien
untuk memberikan obat anti diare pada klien mengobservasi turgor kulit,
anjurkan pada ibu klien untuk mengganti pakaian yang longgar pada
klien, memonitoring kulit akan adanya kemerahan, dan penatalaksanaan
pemberian medikasi infuse
Dalam implementasi diagnosa keperawatan diare berhubungan
dengan fisiologis (proses infeksi) pada klien ada beberapa tindakan yang
tidak dilakukan yaitu diarhae management, evaluasi efek samping
pengobatan terhadap gastrointestinal, evaluasi intake makanan yang
masuk, identifikasi faktor penyebab dari diare, monitor tanda dan gejala
diare, observasi turgor kulit secara rutin, ukur diare/keluaran BAB,
hubungi dokter jika ada kenaikan bising usus, dan monitor persiapan
makanan yang aman.
Implementasi yang dilakukan pada klien 2 dimulai pada tanggal 20
Januari 2017 s/d 25 Januari 2021 Implementasi yang dilakukan pada
klien 101 101 2 dengan diagnosa keperawatan hipovolemi berhubungan
dengan kehilangan cairan aktif dan defisit nutrisi berhubungan dengan
penurunan intake makanan sudah dilakukan sesuai dengan intervensi
asuhan keperawatan yang telah disusun. Implementasi pada diagnosa r8
esikp hipovolemi dengan kehilangan cairan aktif yang dilakukan ialah
kaji tanda – tanda vital pasien, kaji tanda-tanda dehidrasi, kaji intake dan
output cairan, anjurkan keluarga untuk memberikan minum sedikit tapi
sering, dan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat dan
cairan, infus NACL gtt 16 x/m dan oralit.
Sedangkan Implementasi diagnosa keperawatan defisit nutrisi
berhubungan dengan penurunan intake makanan pada klien 2 yang telah
dilakukan adalah kaji pola nutrisi pasien, timbang berat badan pasien,
kaji fakor penyebab gangguan pemenuhan nutrisi, anjurkan pasien untuk
75
meningkatka protein dan vitamin, berikan diet dalam kondisi hangat dan
porsi kecil tapi sering, dan kolaborasi dengan tim ahli gizi dalam
pemenuhan / penentuan diet pasien.
Kesimpulan dari uraian diatas adalah pada klien 1 tidak dilakukan
semua tindakan yang telah direncanakan, sedangkan pada klien 2
dilakukan semua tindakan yang telah direncanakan.
4.5 Evaluasi
Evaluasi keperawatan mengukur keberhasilan dari rencana dan
pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi
kebutuhan klien. Penilaian adalah tahap yang menentukan apakah tujuan 102
102 tercapai. Evaluasi selalu berkaitan dengan tujuan yaitu pada komponen
kognitif, afektif, psikomotor, perubahan fungsi dan tanda gejala yang spesifik
( Olfah & Ghofur, 2016 ).
Hasil evaluasi yang dilakukan pada klien 1 terdapat diagnosa
keperawatan yang teratasi setelah 3 hari dilakukan asuhan keperawatan yaitu
diagnosa keperawatan diare berhubungan dengan fisiologis (proses infeksi)
dan diagnosa keperawatan gangguan integritas kulit berhubungan dengan
eksresi/BAB sering . Sedangkan pada klien 2 terdapat diagnosa yang teratasi
sebagian setelah 2 hari dilakukan asuhan keperawatan yaitu diagnosa
hipovolemi berhubungan dengan kehilangan cairan aktif dan diagnosa
keperawatan defisit nutrisi berhubungan dengan penurunan intake makanan.
76
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengkajian
Pada saat penulis melakukan pengkajian pada An. D pada tanggal 25 Mei
2021 didapat data melalui klien dan keluarga klien. An. D tidak pernah
memiliki penyakit keluarga yang mengalami penyakit keturunan maupun
menular. Keluarga juga tidak ada yang menderita riwayat penyakit
kronik, hipertensi, DM, jantung, dan lainnya. Pada saat dilakukan
pemeriksaan fisik, tidak ada kelainan yang ditemukan penulis.
2. Diangnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien diare
sebanyak 7 diagnosa yaitu gangguan pertukaran gas, hipovolemia, diare,
defisit nutrisi, gangguan integritas kulit, ansietas, dan risiko syok.
Namun pada klien An.D diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan
ialah diare berhubungan dengan fisiologis (proses infeksi), Defisit nutrisi
berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient, risiko
hipovolemia berhubungan dengan faktor resiko kehilangan cairan secara
aktif
3. Intervensi keperawatan
Intervensi yang digunakan dalam kasus pada klien An. D disusun
sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan dan disesuaikan dengan teori
yang ada. Intervensi disusun sesuai dengan masalah yang ditemukan
berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan secara mandiri maupun
kolaborasi.
4. Implementasi keperawatan
77
Implementasi keperawatan dilaksanakan sesuai dengan rencana
tindakan yang telah disusun. Implementasi pada klien An. D sesuai
dengan kebutuhan klien dengan diare.
5. Evaluasi
Akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan
keperawatan yang di berikan. Evaluasi yang dilakukan pada klien An. D
selama 3 hari dan dibuat dalam bentuk SOAP. Didapatkan ke 3
Diangnosa keperawatan yang diangkat belum ada teratasi dan intervensi
masih dilanjutkan.
B. Saran
1. Profesi
Didalam peningkatan mutu pelayanan Asuhan Keperawatan, organisasi
profesi perawat dituntut untuk senantiasa memperhatikan penerapan standar
asuhan keperawatan yang berpedoman kepada kode etik dan falsafah
keperawatan.
2. Rumah Sakit
Keberhasilan profesi asuhan keperawatan sangat ditunjang fasilitas yang
memadai, oleh karena itu agar menyiapkan fasilitas yang cukup sesuai
standart untuk menunjang pelaksanaan asuhan keperawatan. Penambahan
tenaga dan meningkatkan profesionalisme pelayanan khususnya dalam
bidang keperawatan melalui pelatihan dan mengikuti pendidikan ke jenjang
yang lebih tinggi
3. Institusi Pendidikan
Penulisan makalah ini menjadi kepustakaan perlu ditata dengan baik dan
kelengkapan kepustakaan yang berhubungan dengan keperawatan. Dan
perlu adanya peningkatan dan pengembangan keterampilan agar dapat
mahasiswa memiliki pengetahuan tentang penanganan keterampilan tentang
diare
78
79