Anda di halaman 1dari 90

MAKALAH

DIARE

Di Susun Oleh :

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS CENDERAWASIH

JAYAPURA

2021
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di dalam System Kesehatan Nasional (SKN) upaya pembangunan

kesehatan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari Pembangunan

Nasional. Upaya ini cukup luas dan kompleks serta memerlukan pengertian

yang lebih seksama dalam pelayanan kesehatan pada umumnya dan

khususnya pada pelayanan keperawatan.

Proses keperawatan adalah salah satu bentuk pelayanan profesional

yang merupakan bagian integral dan tidak dapat dipisahkan dari upaya

pelayanan kesehatan yang membutuhkan dukungan peralatan medis yang

memadai dan tenaga kesehatan yang profesional, agar dapat memberikan

pelayanan kesehatan yang baik dan memuaskan penderita maupun keluarga

dan masyarakat. Dan dengan adanya tuntutan masyarakat dalam pelayanan

kesehatan sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi maka profesi

keperawatan yang dituntut untuk dapat meningkatkan kemampuan dan

pengetahuan, sikap dan keterampilan serta kepekaan dalam memenuhi

kebutuhan individu, keluarga, dan masyarakat secara optimal. Untuk

memenuhi kebutuhan tersebut maka antara lain perlu dikembangkan

penulisan tentang asuhan keperawatan kepada klien anak maupun dewasa

yang mencakup pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,


implementasi, dan evaluasi. Asuhan keperawatan klien anak dengan kasus

gastroenteritis akut dehidrasi sedang.

Gastroenteritis adalah inflamasi lambung dan usus yang disebabkan

oleh bakteri, virus dan pathogen parasitik (Wong, 2004). Inflamasi lambung

dan usus menyebabkan frekuensi buang air besar klien (anak) meningkat,

muntah, demam yang akhirnya menyebabkan dehidrasi ringan, sedang, berat

dan apabila tidak ditangani dengan segera bisa menyebabkan kematian

Dehidrasi sedang adalah kehilangan cairan 5-8 % dari berat badan


dengan gambaran klinis turgor kulit jelek, suara serak, pre syok, nadi cepat
dan dalam (Soeparto, 1997).
Gastroenteritis akut (diare akut), sampai saat ini masih

merupakan masalah kesehatan, tidak saja di negara berkembang tetapi juga di

negara maju. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar

Biasa) dengan penderita yang banyak dalam waktu yang singkat.

Di negara maju walaupun sudah terjadi perbaikan kesehatan dan

ekonomi masyarakat tetapi insiden diare infeksi virus rotavirus sebagai

penyebab sekitar 1/3 kasus rawat inap diare pada bayi dan anak di bawah

usia 5 tahun, tetap tinggi dan masih menjadi masalah kesehatan (Wahyuni,

2003).

Di negara berkembang, diare infeksi menyebabkan kematian sekitar 3

juta penduduk setiap tahun tiap negara. Di Inggris 1 dari 5 orang menderita

diare infeksi setiap tahunnya dan 1 dari 6 orang pasien yang berobat ke

praktek umum menderita diare infeksi. Di Afrika anak anak terserang diare
infeksi 7 kali setiap tahunnya dibanding di negara berkembang lainnya

mengalami serangan diare 3 kali setiap tahun.

Kematian karena diare akut dinegara berkembang terjadi terutama pada

anak-anak berusia kurang dari 5 tahun, dimana dua pertiga diantaranya

tinggal di daerah/lingkungan yang buruk, kumuh dan padat dengan sistem

pembuangan sampah yang tidak memenuhi sarat, keterbatasan air bersih

dalam jumlah maupun distribusinya, kurangnya sumber bahan makanan

disertai cara penyimpanan yang tak memenuhi syarat, tingkat pendidikan

yang rendah serta kurangnya fasilitas pelayanan kesehatan.Tingginya

kejadian diare di negara Barat ini oleh karena foodborne infections dan

waterborne infections yang disebabkan bakteri Salmonella spp,

Campylobacter jejuni, Stafilococcus aureus, Bacillus cereus, Clostridium

perfringens dan Enterohemorrhagic Escherichia coli (EHEC).

Jumlah morbiditas dan mortalitas akibat penyakit infeksi yang sangat

menonjol di Indonesia, serta penyakit- penyakit yang menduduki peringkat

tertinggi di samping penyakit lain. Sementara di beberapa rumah sakit di

Indonesia data menunjukkan diare akut karena infeksi masih menduduki

peringkat pertama sampai dengan keempat pasien dewasa yang datang

berobat ke rumah sakit. Di Indonesia dari 2.812 pasien diare yang disebabkan

bakteri yang datang kerumah sakit dari beberapa provinsi seperti Jakarta,

Padang, Medan, Denpasar, Pontianak, Makassar dan Batam, penyebab

terbanyak adalah Vibrio cholerae, diikuti dengan Shigella spp, Salmonella


spp, V. Parahaemoliticus, Salmonella typhi, Campylobacter Jejuni, V.

Cholera non, dan Salmonella paratyphi A.

Berdasarkan laporan bulanan di ruangan Kanak-Kanak Rumah Sakit

Umum Daerah Jayapura dari bulan Januari sampai dengan Agustus 2009

jumlah pasien di ruangan Kanak- Kanak 1214 orang. Sedangkan pasien

masuk dengan Gastroenteritis Akut adalah 412 orang, yang terdiri dari laki –

laki 255 orang dan perempuan 157 orang.

Berdasarkan data tersebut di atas dan dampak yang akan diakibatkan

oleh gastroenteritis akut, penulis tertarik untuk dijadikan judul dan penulisan

Karya Tulis Ilmiah yaitu Asuhan Keperawatan Pada Anak C dengan

Gastroenteritis Akut Dehidrasi Sedang di Ruang Kanak-Kanak Rumah Sakit

Umum Daerah Jayapura.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien gastroenteritis secara

komprehensif baik di Pos Kesehatan, Puskesmas, Rumah Sakit ataupun di

tempat pelayanan kesehatan lainnya yang ada di masyarakat.

2. Tujuan Khusus

a. Dapat melakukan pengkajian data keperawatan pada klien dengan

gastroenteritis.

b. Dapat menganalisa data serta menetapkan diagnose keperawatan baik

actual maupun potensial pada klien dengan gastroenteritis.


c. Dapat merumuskan rencana keperawatan secara observasi, tindakan

mandiri kolaborasi dan edukasi pada klien gastroenteritis.

d. Dapat mengimplementasikan rencana keperawatan sesuai dengan

masalah- masalah keperawatan pada klien dengan gastroenteritis.

e. Dapat melaksanakan evaluasi sesuai dengan tujuan telah dirumuskan.

Pada klien dengan gastroenteritis.

f. Dapat mendokumentasikan asuhan keperawatan secara

berkesinambungan pada klien dengan gastroenteritis.

C. Manfaat Penulisan
Diharapkan Makalah ini bermanfaat bagi :

1. Institusi Rumah Sakit Umum Daerah Jayapura

Sebagai bahan masukan bagi institusi rumah sakit dalam menyusun

standar asuhan keperawatan untuk lebih meningkatkan kualitas kesehatan

khususnya pada klien dengan masalah gastroenteritis.

2. Institusi Pendidikan

Sebagai bahan masukan dan feed back penilaian proses belajar mengajar

mata kuliah yang berhubungan dengan Penulisan Karya Tulis Ilmiah yaitu

mata kuliah Dokumentasi Keperawatan dan Riset Keperawatan.

3. Bidang Keperawatan

a) Diharapkan dapat mengembangkan wawasan dan keterampilan

perawat secara profesional dalam penerapan asuhan keperawatan pada

klien dengan gastroenteritis khususnya di ruangan kanak- kanak.


b) Perawat dapat bertanggung jawab dalam menerapkan Asuhan

Keperawatan pada klien dengan gastroenteritis sesuai dengan standar

pelayanan keperawatan yang telah ditetapkan untuk memenuhi

harapan masyarakat.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Kasus Diare


a. Pengertian
Nursalam (2008), mengatakan diare pada dasarnya adalah frekuensi
buang air besar yang lebih sering dari biasanya dengan konsistensi yang
lebih encer. Diare merupakan gangguan buang air besar atau BAB
ditandai dengan BAB lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja cair,
dapat disertai dengan darah dan atau lender (Riskesdas, 2013).

Diare yaitu penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan


konsistensi feses. Seseorang dikatakan menderita diare bila feses lebih
berair dari biasanya, dan bila buang air besar lebih dari tiga kali, atau
buang air besar yang berair tetapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam
(Dinkes, 2016).

WHO (2009), mengatakan diare adalah suatu keadaan buang air


besar (BAB) dengan konsistensi lembek hingga cair dan frekuensi
lebih dari tiga kali sehari. Diare akut berlangsung selama 3-7 hari,
sedangkan diare persisten terjadi selama ≥ 14 hari.

B. Klasifikasi Diare
Pedoman dari Laboratorium/ UPF Ilmu Kesehatan Anak, Uniersitas
Airlangga dalam Nursalam (2008), diare dapat dikelompokkan menjadi:
a. Diare akut, yaitu diare yang terjadi mendadak dan berlangsung paling
lama 3-5 hari.
b. Diare berkepanjangan bila diare berlangsung lebih dari 7 hari
c. Diare kornik bila diare berlangsung lebih dari 14 hari. Diare kronik
bukan suatu kesatuan penyakit, melainkan suatu sindrom yang
penyebab dan patogenesisnya multikompleks. Mengingat banyaknya
kemungkinan penyakit yang dapat mengakibatkan diare kronik dan
banyaknya pemeriksaan yang harus dikerjakan maka dibuat tinjauan
pustaka ini untuk dapat melakukan pemeriksaan lebih terarah.

Sedangkan menurut Wong (2008), diare dapat diklasifikasikan, sebagai


berikut:

a) Diare akut
Merupakan penyebab utama keadaan sakit pada balita. Diare akut
didefenisikan sebagai peningkatan atau perubahan frekuensi defekasi
yang sering disebabkan oleh agens infeksius dalam traktus
Gastroenteritis Infeksiosa (GI). Keadaan ini dapat menyertai infeksi
saluran napas atau (ISPA) atau infeksi saluran kemih (ISK). Diare akut
biasanya sembuh sendiri (lamanya sakit kurang dari 14 hari) dan akan
mereda tanpa terapi yang spesifik jika dehidrasi tidak terjadi.

b) Diare kronis
Didefenisikan sebagai keadaan meningkatnya frekuensi defekasi dan
kandungan air dalam feses dengan lamanya (durasi) sakit lebih dari 14 hari.
Kerap kali diare kronis terjadi karena keadaan kronis seperti sindrom
malabsorpsi, penyakit inflamasi usus, defisiensi kekebalan, alergi makanan,
intoleransi latosa atau diare nonspesifik yang kronis, atau sebagai akibat
dari penatalaksanaan diare akut yang tidak memadai.

c) Diare intraktabel
Yaitu diare membandel pada bayi yang merupakan sindrom pada bayi
dalam usia minggu pertama dan lebih lama dari 2 minggu tanpa
ditemukannya mikroorganisme patogen sebagai penyebabnya dan bersifat
resisten atau membandel terhadap terapi. Penyebabnya yang paling sering
adalah diare infeksius akut yang tidak ditangani secara memadai.

d) Diare kronis nonspesifik


Diare ini juga dikenal dengan istilah kolon iritabel pada anak atau diare
todler, merupakan penyebab diare kronis yang sering dijumpai pada anak-
anak yang berusia 6 hingga 54 minggu. Feses pada anak lembek dan sering
disertai dengan partikel makanan yang tidak tercerna, dan lamanya diare
lebih dari 2 minggu. Anak- anak yang menderita diare kronis nonspesifik
ini akan tumbuh secara normal dan tidak terdapat gejala malnutrisi, tidak
ada darah dalam fesesnya serta tidak tampak infeksi enterik.

C. Etiologi
Ngastiyah (2014), mengatakan diare dapat disebabkan oleh berbagai
infeksi, selain penyebab lain seperti malabsorbsi. Diare sebenarnya
merupakan salah satu gejala dari penyakit pada sistem gastrointestinal
atau penyakit lain di luar saluran pencernaan. Tetapi sekarang lebih
dikenal dengan “penyakit diare”, karena dengan sebutan penyakit diare
akan mempercepat tindakan penanggulangannya. Penyakit diare terutama
pada bayi perlu mendapatkan tindakan secepatnya karena dapat membawa
bencana bisa terlambat.
Faktor penyebab diare, antara lain :
a. Faktor Infeksi
1. Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan makanan yang
merupakan penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi enteral
sebagai berikut :
 Infeksi bakteri : Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella,
Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dan sebagainya.
 Infeksi virus: Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie,
Poliomyelitis) Adeno-virus, Rotavirus, Astrovirus, dan lain-lain

 Infeksi parasit: cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, Strongyloides);


protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas
hominis); jamur (Candida albican
2. Infeksi parenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan
seperti: otitis media akut (OMA), tonsilitis/ tonsilofaringitis,
bronkopneumonia, ensefalitis, dan sebagainya. Keadaan ini terutama
terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.

b. Faktor malabsorbsi

1) Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa


dan sukrosa); monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan
galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting
dan tersering (intoleransi laktosa).
2) Malabsorbsi lemak.
3) Malabsorbsi protein.

c. Faktor makanan, makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.


Faktor psikologis, rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada
anak yang lebih besar).

Selain kuman, ada beberapa perilaku yang dapat meningkatan resiko


terjadinya diare, yaitu :

a. Tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama dari
kehidupan.
b. Menggunakan botol susu.
c. Menyimpan makanan masak pada suhu kamar.
d. Air minum tercemar dengan bakteri tinja.
e. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah membuang
tinja, atau sebelum menjamaah makanan.

Menurut Wong (2008), penyebab infeksius dari diare akut yaitu :


1. Agens virus
a) Rotavirus, masa inkubasi 1-3 hari. Anak akan mengalami demam (38ºC
atau lebih tinggi), nausea atau vomitus, nyeri abdomen, disertai infeksi
saluran pernapasan atas dan diare dapat berlangsung lebih dari 1
minggu. Biasanya terjadi pada bayi usia 6-12 bulan, sedangkan pada
anak terjadi di usia lebih dari 3 tahun.
b) Mikroorganisme, masa inkubasi 1-3 hari. Anak akan demam, nafsu
makan terganggu, malaise. Sumber infeksi bisa didapat ari air minum,
air di tempat rekreasi (air kolam renang, dll), makanan. Dapat menjangkit
segala usia dan dapat sembuh sendiri dalam waktu 2-3 hari.
2. Agens bakteri
a. Escherichia coli, masa inkubasinya bervariasi bergantung pada
strainnya. Biasanya anak akan mengalami distensi abdomen,
demam, vomitus, BAB berupa cairan berwarna hijau dengan darah
atau mukus bersifat menyembur. Dapat ditularkan antar individu,
disebabkan karena daging yang kurang matang,
pemberian ASI tidak eksklusif.
b. Kelompok salmonella (nontifoid), masa inkubasi 6-72 jam untuk
gastroenteritis. Gejalanya bervariasi, anak bisa mengalami nausea
atau vomitus, nyeri abdomen, demam, BAB kadang berdarah dan
ada lendir, peristaltik hiperaktif, nyeri tekan ringan pada abdomen,
sakit kepala, kejang. Dapat disebabkan oleh makanan dan minuman
yang sudah terkontaminasi oleh binatang seperti kucing, burung,
dan lainnya.
3. Keracunan makanan
a. Staphylococcus, masa inkubasi 4-6 jam. Dapat menyebabkan kram yang
hebat pada abdomen, syok. Disebabkan oleh makanan yang kurang
matang atau makanan yang disimpan di lemari es seperti puding,
mayones, makanan yang berlapis krim.
b. Clostridium perfringens, masa inkubasi 8-24 jam. Dimana anak akan
mengalami nyeri epigastrium yang bersifat kram dengan intensitas yang
sedang hingga berat. Penularan bisa lewat produk makanan komersial
yang paling sering adalah daging dan unggas.
c. Clostridium botulinum, masa inkubasi 12-26 jam. Anak akan mengalami
nausea, vomitus, mulut kering, dan disfagia. Ditularkan lewat makanan
yang terkntaminasi. Intensitasnya bervariasi mulai dari gejala ringan
hingga yang dapat menimbulkan kematian dengan cepat dalam waktu
beberapajam
d. Patofisiologi

Hidayat (2008), mengatakan proses terjadinya diare dapat disebabkan

oleh berbagai kemungkinan faktor diantaranya :


a.Faktor infeksi

1) Virus
Penyebab tersering diare pada anak adalah disebabkan infeksi
rotavirus. Setelah terpapar dengan agen tertentu, virus akan masuk ke
dalam tubuh bersama dengan makanan dan minuman yang masuk ke
dalam saluran pencernaan yang kemudian melekat pada sel-sel mukosa
usus, akibatnya sel mukosa usus menjadi rusak yang dapat menurunkan
daerah permukaan usus. Sel-sel mukosa yang rusak akan digantikan
oleh sel enterosit baru yang berbentuk kuboid atau sel epitel gepeng
yang belum matang sehingga fungsi sel-sel ini masih belum bagus. Hal
ini menyebabkan vili-vili usus halus mengalami atrofi dan tidak dapat
menyerap cairan dan makanan dengan baik. Selanjutnya, terjadi
perubahan kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan gangguan
fungsi usus dalam absorpsi cairan dan elektrolit. Atau juga dikatakan
adanya toksin bakteri atau virus akan menyebabkan sistem transpor
aktif dalam usus sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian
sekresi cairan dan elektrolit akan meningkat.

2) Bakteri
Bakteri pada keadaan tertentu menjadi invasif dan menyerbu ke
dalam mukosa, terjadi perbanyakan diri sambil membentuk toksin.
Enterotoksin ini dapat diresorpsi ke dalam darah dan menimbulkan
gejala hebat seperti demam tinggi, nyeri kepala, dan kejang-kejang.
Selain itu, mukosa usus yang telah dirusak mengakibatkan mencret
berdarah berlendir.
Penyebab utama pembentukan enterotoksin ialah bakteri Shigella
sp, E.coli. diare ini bersifat self-limiting dalam waktu kurang lebih lima
hari tanpa pengobatan, setelah sel-sel yang rusak diganti dengan sel-sel
mukosa yang baru (Wijoyo, 2013).

b.Faktor malabsorpsi,

1) Gangguan osmotik
Cairan dan makanan yang tidak dapat diserap akan terkumpul di
usus halus dan akan meningkatkan tekanan osmotik usus Akibatnya
akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat.
Gangguan osmotik meningkat menyebabkan terjadinya pergeseran
air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Hal ini menyebabkan
banyak cairan ditarik ke dalam lumen usus dan akan menyebabkan
terjadinya hiperperistaltik usus. Cairan dan makanan yang tidak
diserap tadi akan didorong keluar melalui anus dan terjadilah diare
(Nursalam, 2008).
2) Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus
akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam rongga
usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi
rongga usus (Nursalam, 2008)

3) Gangguan motilitas usus


Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan
usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya
bisa peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh
berlebihan, selanjutnya timbul diare pula. Akibat dari diare yaitu
kehilangan air dan elektrolit yang dapat menyebabkan cairan
ekstraseluler secara tiba-tiba cepat hilang, terjadi
ketidakseimbangan elektrolit yang mengakibatkan syok
hipovolemik dan berakhir pada kematian jika tidak segera diobati
(Nursalam, 2008).
b. Faktor makanan,

Ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap
dengan baik. Sehingga terjadi peningkatan peristaltik usus yang
mengakibatkan penurunan kesempatan untuk menyerap makanan yang
kemudian menyebabkan diare (Hidayat, 2008). Diare akut berulang
dapat menjurus ke malnutrisi energi protein, yang mengakibatkan usus
halus mengalami perubahanyang disebabkan oleh PEM tersebut
menjurus ke defisiensi enzim yang menyebabkan absorpsi yang tidak
adekuat dan terjadilah diare berulang yang kronik. Anak dengan PEM
terjadi perubahan respons imun, menyebabkan reaksi hipersensitivitas
kulit terlambat, berkurangnya jumlah limfosit dan jumlah sel T yang
beredar.

Setelah mengalami gastroenteritis yang berat anak mengalami


malabsorpsi. Malabsorpsi juga terdapat pada anak yang mengalami
malnutrisi, keadaan malnutrisi menyebabkan atrofi mukosa usus, faktor
infeksi silang usus yang berulang menyebabkan malabsorpsi, enteropati
dengan kehilangan protein. Enteropati ini menyebabkan hilangnya
albumin dan imunogobulin yang mengakibatkan kwashiorkor dan
infeksi jalan nafas yang berat (Suharyono, 2008).

c. Faktor psikologis, faktor ini dapat mempengaruhi terjadinya


peningkatan peristaltik usus yang akhirnya mempengaruhi proses
penyerapan makanan yang dapat menyebabkan diare. Proses penyerapan
terganggu (Hidayat, 2008)
a. Manifestasi Klinis
Anak yang mengalami diare akibat infeksi bakteri mengalami
kram perut, muntah, demam, mual, dan diare cair akut. Diare karena
infeksi bakteri invasif akan mengalami demam tinggi, nyeri kepala,
kejang- kejang, mencret berdarah dan berlendir (Wijoyo, 2013).

Ngastiyah (2014), mengatakan anak yang mengalami diare


BAB cair, mungkin disertai lendir dan darah. Warna tinja makin lama
berubah kehijauan karena bercampur denganempedu. Anus dan daerah
sekitarnya akan lecet karena sering defekasi dan tinja makin lama makin
asam sebagai akibat makin banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang
tidak diabsorbsi oleh usus selama diare. Gejala muntah dapat timbul sebelum
atau sesudah diare dan dapat disebabkan karena lambung turut meradang
atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Jika anak telah
banyak kehilangan cairan dan elektrolit, serta mengalami gangguan asam
basa dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolik dan hipokalemia,
hipovolemia. Gejala dari dehidrasi yang tampak yaitu berat badan turun,
turgor kulit kembali sangat lambat, mata dan ubun-ubun besar menjadi
cekung, mukosa bibir kering.

Dehidrasi merupakan keadaan yang paling berbahaya karena dapat


menyebabkan hipovolemia, kolaps kardiovaskuler dan kematian bila tidak
diobati dengan tepat. Dehidrasi yang terjadi menurut tonisitas plasma dapat
berupa dehidrasi isotonik, dehidrasi hipertonik (hipernatremik) atau dehidrasi
hipotonik. Menurut derajat dehidrasinya bisa tanpa dehidrasi, dehidrasi
ringan, dehidrasi sedang atau dehidrasi berat (Juffrie, 2010). Untuk
mengetahui keadaan dehidrasi dapat dilakukan penilaian sebagai berikut:
6. Respon Tubuh
a. Sistem Integumen
Anak yang mengalami diare dengan dehidrasi ringan hingga
berat turgor kulit biasanya kembali sangat lambat. Karena tidak
adekuatnya kebutuhan cairan dan elektrolit pada jaringan tubuh anak
sehingga kelembapan kulitpun menjadi berkurang.

b. Sistem Respirasi
Kehilangan air dan elektolit pada anak yang diare mengakibatkan
gangguan keseimbangan asam basa yang menyebabkan pH turun
karena akumulasi asam non-volatil. Terjadilah hiperventilasi yang
akan menurunkan pCO2 menyebabkan pernapasan jadi cepat, dan
dalam (pernapasan kusmaul).
c. Sistem Pencernaan
Anak yang diare biasanya mengalami gangguan pada nutrisi,
yang disebabkan oleh kerusakan mukosa usus dimana usus tidak
dapat menyerap makanan. Anak akan tampak lesu, malas makan,
dan letargi. Nutrisi yang tidak dapat diserap mengakibatkan anak
bisa mengalami gangguan gizi yang bisa menyebabkan terjadinya
penurunan berat badan dan menurunnya daya tahan tubuh sehingga
proses penyembuhan akan lama.
d. Sistem Muskoloskletal
Kekurangan kadar natrium dan kalium plasma pada anak
yang diare dapat menyebabkan nyeri otot, kelemahan otot, kram dan
detak jantung sangat lambat.

e. Sistem Sirkulasi
Akibat dari diare dapat terjadi gangguan pada sistem sirkulasi
darah menyebabkan nadi melemah, tekanan darah rendah, kulit
pucat, akral dingin yang mengakibatkan terjadinya syok
hipovolemik.
f. Sistem Otak

Syok hipovolemik dapat menyebabkan aliran darah dan oksigen


ke otak berkurang. Hal ini bisa menyebabkan terjadinyapenurunan
kesadaran dan bila tidak segera ditolong dapat mengakibatkan
kematian.

g. Sistem Eliminasi
Warna tinja anak yang mengalami diare makin lama berubah
kehijauan karena bercampur dengan empedu. Anus dan daerah
sekitarnya akan lecet karena sering defekasi dan tinja yang makin
asam sebagai akibat makin banyaknya asam laktat yang berasal
dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi oleh usus selama diare.
7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Dehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan. Empat hal penting
yang perlu diperhatikan

a) Jenis cairan

1) Oral : pedialyte atau oralit, Ricelyte

b) Parenteral : NaCl, Isotonic, infus

c) Jumlah cairan
Jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan cairan yang
dikeluarkan.

d) Jalan masuk atau cara pemberian


1) Cairan per oral, pada pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang
cairan diberikan per oral berupa cairan yang berisikan NaCl dan
NaHCO3, KCL dan glukosa.
2) Cairan parenteral, pada umumnya cairan Ringer Laktat (RL)
selalu tersedia di fasilitas kesehatan dimana saja. Mengenai
seberapa banyak cairan yang diberikan tergantung dari berat
ringannya dehidrasi, yang diperhitungkan dengan kehilangan cairan
sesuai dengan umur dan berat badannya.

e) Jadwal pemberian cairan


Diberikan 2 jam pertama, selanjutnya dilakukan penilaian kembali
status hidrasi untuk menghitung kebutuhan cairan.

1) Identifikasi penyebab diare


2) Terapi sistematik seperti pemberian obat anti diare, obat anti
mortilitas dan sekresi usus, antiemetic
3) Pengobatan dietetik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat
badan kurang dari 7 kg jenis makanan :

a) Susu (ASI atau susu formula yang mengandung laktosa


rendah dan asam lemak tidak jenuh, misalnya LLM,
Almiron atau sejenis lainnya).

b) Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi


tim), bila anak tidak mau minum susu karena dirumah tidak
biasa.

c) Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang


ditemukan misalnya susu yang tidak mengandung laktosa
atau asam lemak yang berantai sedang atau tidak jenuh
(Ngastiyah, 2014).

b. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Bila dehidrasi masih ringan
Berikan minum sebanyak-banyaknya, 1 gelas setiap kali setelah
pasien defekasi. Cairan harus mengandung eletrolit, seperti oralit.
Bila tidak ada oralit dapat diberikan larutan gula garamdenan 1
gelas air matang yang agak dingindilarutkan dalam 1 sendok teh
gula pasir dan 1 jumput garam dapur.
Jika anak terus muntah atau tidak mau minum sama sekali
perlu diberikan melaluui sonde. Bila pemberian cairan per oral
tidak dapat dilakukan, dipasang infus dengan cairan Ringer Laktat
(RL) atau cairan lain (atas persetujuan dokter). Yang penting
diperhatikan adalah apakah tetesan berjalan lancar terutama pada
jam-jam pertama karena diperlukan untuk segera mengatasi
dehidrasi.
2) Pada dehidrasi berat
Selama 4 jam pertama tetesan lebih cepat. Untuk mengetahui
kebutuhan sesuai dengan yang diperhitungkan, jumlah cairan yang
masuk tubuh dapat dihitung dengan cara:

a) Jumlah tetesan per menit dikalikan 60, dibagi 15/20 (sesuai set
infus yang dipakai). Berikan tanda batas cairan pada botol infus
waktu memantaunya.

b) Perhatikan tanda vital : denyut nadi, pernapasan, suhu.

c) Perhatikan frekuensi buang air besar anak apakah masih sering,


encer atau sudah berubah konsistensinya.

d) Berikan minum teh atau oralit 1-2 sendok jam untuk mencegah
bibir dan selaput lendir mulut kering. Jika rehidrasi telah terjadi,
infus dihentikan, pasien diberi makan lunak atau secara
realimentasi.

Penanganan diare lainnya yaitu dengan rencana terapi A, B dan C sebagai


berikut:

1. Rencana terapi A

Penanganan diare dirumah, dengan menjelaskan pada ibu tentang 4


aturan perawatan di rumah:
a. Beri cairan tambahan

1. Jelaskan pada ibu, untuk:

a) Beri ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap kali
pemberian.

b) Jika anak memperoleh ASI Eksklusif, berikan oralit atau air


matang sebagai tambahan.

c) Jika anak tidak memperoleh ASI Eksklusif, berikan 1 atau


lebih cairan berikut ini: oralit, cairan makanan (kuah sayur, air
tajin) atau air matang.

2. Anak harus diberi larutan oralit dirumah jika:

a) Anak telah diobati dengan Rencana Terapi B atau C dalam

3. Anak harus diberi larutan oralit dirumah jika:


a) Anak telah diobati dengan Rencana Terapi B atau C dalam
kunjungan ini.
b) Anak tidak dapat kembali ke klinik jika diarenya bertambah parah.
c) Ajari ibu cara mencampur dan memberikan oralit. Beri ibu 6
bungkus oralit (200 ml) untuk digunakan dirumah. Tunjukkan
kepada ibu berapa banyak oralit atau cairan lain yang harus
diberikan setiap kali anak berak:
d) Sampai umur 1 tahun: 50 sampai 100 ml setiap kali berak.
e) Umur 1 sampai 5 tahun: 100 sampai 200 ml setiap kali berak.

4. Katakan kepada ibu:

a) Agar meminumkan sedikit-sedikit tapi sering dari mangkuk/


cangkir/ gelas.

b) Jika anak muntah, tunggu 10 menit. Kemudian lanjutkan lagi


dengan lebih lambat.

c) Lanjutkan pemberian cairan tambahan sampai diare berhenti.

 Beri tablet Zinc selama 10 hari

 Lanjutkan pemberian makan

 Kapan harus kembali untuk konseling bagi ibu.

5. Rencana terapi B

6. Penanganan dehidrasi ringan/ sedang dengan oralit. Berikan oralit di klinik


sesuai yang dianjurkan selama periode 3jam.
Pemberian Oralit

Umur ≤ 4 bulan 4 - <12 bulan 1 - <2 tahun 2 - <5 tahun

Berat < 6 kg 6 - <10 kg 10 - <12 kg 12 – 19 kg


Jumlah 200 – 400 400 – 700 700 – 900 900 – 1400
tabel 2.2 Sumber : MTBS ,2011

a) Tentukan jumlah oralit untuk 3 jam pertama


1. Jika anak menginginkan, boleh diberikan lebih banyak dari pedoman
diatas.
2. Untuk anak berumur kurang dari 6 bulan yang tidak menyusu,
berikan juga 100-200 ml air matang selama periode ini.
b) Tunjukkan cara memberikan larutan oralit
a) Minumkan sedikit-sedikit tapi sering dari cangkir/gelas
b) Jika anak muntah, tunggu 10 menit. Kemudian berikan lagi lebih
lambat.
c) Lanjutkan ASI selama anak mau.
C) Berikan tablet Zinc selama 10 hari berturut-turut

a. Umur <6 bulan : 10 mg/hari

b. Umur ≥6 bulan : 20 mg/hari

D) Setelah 3 jam
a. Ulangi penilaian dan klasifikasikan kembali derajat
dehidrasinya.
b. Pilih rencana terapi yang sesuai untuk melanjutkan pengobatan.
c. Mulailah memberi makan anak.
E) Jika ibu memaksa pulang sebelum pengobatan selesai
a. Tunjukkan cara menyiapkan cairan oralit di rumah
b. Tunjukkan berapa banyak oralit yang harus diberikan dirumah untuk
menyelesaikan 3 jam pengobatan
c. Beri oral yang cukup untuk rehidrasi dengan menambahkan 6 bungkus
lagi

3. Jelaskan 4 aturan perawatan diare dirumah (lihat rencana terapi Rencana terapi
C
Penanganan dehidrasi berat dengan cepat, yaiu dengan:
a. Memberikan cairan intravena secepatnya. Jika anak bisa minum, beri
oralit melalui mulut sementara infus dipersiapkan.
b. Periksa kembali anak setiap 15-30 menit. Jika nadi belum teraba, beri
tetesan lebih cepat.
c. Beri oralit (kira-kira 5 ml/kg/jam) segera setelah anak mau minum:
biasanya sesudah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak) dan beri juga tablet
Zinc.
d. Periksa kembali bayi sesudah 6 jam atau anak sesudah 3 jam.
Klasifikasikan dehidrasi dan pilih rencana terapi yang sesuai untuk
melanjutkan pengobatan.
e. Rujuk segera untuk pengobatan intravena, jika tidak ada fasilitas untuk
pemberian cairan intravena terdekat (dalam 30 menit).
f. Jika anak bisa minum, bekali ibu larutan oralit dan tunjukkan cara
meminumkan pada anaknya sedikit demi sedikit selama dalam perjalan
menuju klinik.
g. Jika perawat sudah terlatih menggunakan pipa orogastrik untuk rehidrasi,
mulailah melakukan rehidrasi dengan oralit melalui pipa nasogastrik atau
mulut: beri 20 ml/kg/jam selama 6 jam (total 120 ml/kg).
h. Periksa kembali anak setiap 1-2 jam:
(1) Jika anak muntah terus atau perut makin kembung, beri cairan lebih
lambat.

i. Jika setelah 3 jam keadaan hidrasi tidak membaik, rujuk anak untuk
pengobatan intravena. Sesudah 6 jam, periksa kembali anak.
Klasifikasikan dehidrasi. Kemudian tentukan rencana terapi yang
sesuai (A, B, atau C) untuk melanjutkan pengobatan.

4. Pemberian tablet Zinc untuk semua penderita diare


a. Pastikan semua anak yang menderita diare mendapatkan tablet Zinc
sesuai dosis dan waktu yang telah ditentukan.
b. Dosis tablet Zinc (1 tablet = 20 mg). Berikan dosis tunggal selama 10
hari:

i. Umur < 6 bulan : ½ tablet


ii. Umur ≥ 6 bulan : 1 tablet
c. Cara pemberian tablet Zinc
i. Larutkan tablet dengan sedikit air atau ASI dalam sendok teh
(tablet akan larut ± 30 detik), segera berikan kepada anak.

ii. Apabila anak muntah sekitar setenagh jam setelah pemberian


tablet Zinc, ulangi pemberian dengan cara memberikan
potongan lebih kecil dilarutkan beberapa kali hingga satu dosis
penuh.

iii. Ingatkan ibu untuk memberikan tablet Zinc setiap hari selama
10 hari penuh, meskipun diare sudah berhent, karena Zinc selain
memberi pengobatan juga dapat memberikan perlindungan
terhadap diare selama 2-3 bulan ke depan.

5. Bila anak menderita dehidrasi berat dan memerlukan cairan infus, tetap
berikan tablet Zinc segera setelah anak bisa minum atau makan.
Pemberian Perbiotik Pada Penderita Diare
Probiotik merupakan mikroorganisme hidup yang diberikan
sebagai suplemen makanan yang memberikan pengaruh menguntungkan
pada penderita dengan memperbaiki keseimbangan mikroorganisme
usus, akan terjadi peningkatan kolonisasi bakteri probiotik di dalam
lumen saluran cerna. Probiotik dapat meningkatkan produksi musin
mukosa usus sehingga meningkatkan respons imun alami (innate
immunity). Probiotik menghasilkan ion hidorgen yang akan menurunkan
pH usus dengan memproduksi asam laktat sehingga menghambat
pertumbuhan bakteri patogen.
Probiotik saat ini banyak digunakan sebagai salah satu terapi
suportif diare akut. Hal ini berdasarkan peranannya dalam menjaga
keseimbangan flora usus normal yang mendasari terjadinya diare.
Probiotik aman dan efektif dalam mencegah dan mengobati diare akut
pada anak (Yonata, 2016).

6. Kebutuhan nutrisi

Pasien yang menderita diare biasanya juga menderita anoreksia


sehingga masukan nutrisinya menjadi kurang. Kekurangan kebutuhan
nutrisi akan bertambah jika, pasien juga mengalami muntah-muntah atau
diare lama, keadaan ini menyebabkan makin menurunnya daya tahan
tubuh sehingga penyembuhan tidak lekas tercapai, bahkan dapat timbul
komplikasi.

Pada pasien yang menderita malabsorbsi pemberian jenis makanan


yang menyebabkan malabsorbsi harus dihindarkan. Pemberian makanan
harus mempertimbangkan umur, berat badan dan kemampuan anak
menerimanya. Pada umumnya anak umur 1 tahun sudah bisa makan
makanan biasa, dianjurkan makan bubur tanpa sayuran pada hari masih
diare dan minum teh.

Hari esoknya jika defekasinya telah membaik boleh diberi wortel,


daging yang tidak berlemak (Ngastiyah, 2014).

8. Komplikasi
Menurut Suharyono dalam Nursalam (2008), komplikasi yang dapat
terjadi dari diare akut maupun kronis, yaitu:

1. Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi)

Kondisi ini dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan asam basa


(asidosis metabolik), karena:

a. Kehilangan narium bicarbonat bersama tinja.

b. Adanya ketosis kelaparan dan metabolisme lemak yang tidak


sempurna, sehingga benda keton tertimbun dalam tubuh.

c. Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia


jaringan.

d. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak


dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguri dan anuria).

e. Pemindahan ion natrium dan cairan ekstraseluler ke dalam


cairan intraseluler.

Secara klinis, bila pH turun oleh karena akumulasi beberapa asam


non- volatil, maka akan terjadi hiperventilasi yang akan
menurunkan pCO2 menyebabkan pernafasan bersifat cepat, teratur,
dan dalam (pernapasan kusmaul) (Suharyono, 2008).

2. Hipoglikemia

Hypoglikemia terjadi pada 2-3% dari anak-anak yang menderita diare


dan lebih sering terjadi pada anak yang sebelumnya sudah menderita
kekurangan kalori protein (KKP), karena :

a. Penyimpanan persediaan glycogen dalam hati terganggu.

b. Adanya gangguan absorpsi glukosa (walaupun jarang terjadi.

Gejala hypoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah


menurun sampai 40% pada bayi dan 50% pada anak-anak. Hal
tersebut dapat berupa lemas, apatis, peka rangsang, tremor,
berkeringat, pucat, syok, kejang sampai koma.

3. Gangguan gizi

Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi sehingga terjadi
penurunan berat badan. Hal ini disebabkan karena:

a. Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare


atau muntahnya akan bertambah hebat, sehingga orang tua
hanya sering memberikan air teh saja.

b. Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengenceran


dalam waktu yang terlalu lama.

c. Makanan diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorpsi


dengan baik karena adanya hiperperistaltik.

4. Gangguan sirkulasi

Sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai muntah, maka dapat
terjadi gangguan sirkulasi darah berupa renjatan atau syok hipovolemik.
Akibat perfusi jaringan berkurang dan terjadinya hipoksia, asidosis bertambah
berat sehingga dapat mengakibatkan perdarahan di dalam otak, kesadaran
menurun, dan bila tidak segera ditolong maka penderita dapat meninggal.

5. Hiponatremia
Anak dengan diare yang hanya minum air putih atau cairan yang hanya
mengandung sedikit garam, dapat terjadi hiponatremi (Na<130 mol/L).
Hiponatremi sering terjadi pada anak dengan Shigellosis dan pada anak
malnutrisi berat dengan oedema. Oralit aman dan efektif untuk terapi dari
hampir semua anaka dengan hiponatremi. Bila tidak berhasil, koreksi Na
dilakukan bersamaan dengan koreksi cairan rehidrasi yaitu: memakai Ringer
Laktat atau Normal Saline (Juffrie, 2010)

D. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Anamnesis: pengkajian mengenai nama lengkap, jenis kelamin,
tanggal lahir, umur, tempat lahir, asal suku bangsa, nama orang tua,
pekerjaan orang tua, dan penghasilan.
b. Keluhan Utama
Biasanya pasien mengalamin buang air besar (BAB) lebih dari 3
kali sehari, BAB < 4 kali dan cair (diare tanpa dehidrasi), BAB 4-
10 kali dan cair (dehidrasi ringan/ sedang), atau BAB > 10 kali
(dehidrasi berat). Apabila diare berlangsung <14 hari maka diare
tersebut adalah diare akut, sementara apabila berlangsung selama
14 hari atau lebih adalah diare persisten (Nursalam, 2008).

c. Riwayat Kesehatan Sekarang Biasanya pasien mengalami:


 Bayi atau anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan
mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada,
dan kemungkinan timbul diare.
 Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan
darah. Warna tinja berubah menjadi kehijauan karena
bercampur empedu.
 Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering
defekasi dan sifatnya makin lama makin asam.
 Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare.
 Apabila pasien telah banyak kehilangan cairan dan eletrolit,
maka gejala dehidrasi mulai tampak.
 Diuresis: terjadi oliguri (kurang 1 ml/kg/BB/jam) bila terjadi
dehidrasi. Urine normal pada diare tanpa dehidrasi. Urine
sedikit gelap pada dehidrasi ringan atau sedang. Tidak ada
urine dalam waktu 6 jam (dehidrasi berat) (Nursalam, 2008).

d. Riwayat Kesehatan Dahulu


1. Kemungkinan anak tidak dapat imunisasi campak Diare lebih
sering terjadi pada anak-anak dengan campak atau yang baru
menderita campak dalam 4 minggu terakhir, sebagai akibat dari
penuruan kekebalan tubuh pada pasien. Selain imunisasi
campak, anak juga harus mendapat imunisasi dasar lainnya
seperti imunisasi BCG, imunisasi DPT, serta imunisasi polio.
2. Adanya riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan
(antibiotik), makan makanan basi, karena faktor ini merupakan
salah satu kemungkinan penyebab diare.
3. Riwayat air minum yang tercemar dengan bakteri tinja,
menggunakan botol susu, tidak mencuci tangan setelah buang
air besar, dan tidak mencuci tangan saat menjamah makanan.
4. Riwayat penyakit yang sering terjadi pada anak berusia dibawah
2 tahun biasanya adalah batuk, panas, pilek, dan kejang yang
terjadi sebelumnya, selama, atau setelah diare. Informasi ini
diperlukan untuk melihat tanda dan gejala infeksi lain yang
menyebabkan diare seperti OMA, tonsilitis, faringitis,
bronkopneumonia, dan ensefalitis (Nursalam, 2008).

e. Riwayat Kesehatan Keluarga


1. Adanya anggota keluarga yang menderita diare sebelumnya, yang
dapat menular ke anggota keluarga lainnya. Dan juga makanan yang
tidak dijamin kebersihannya yang disajikan kepada anak. Riwayat
keluarga melakukan perjalanan ke daerah tropis (Nursalam, 2008;
Wong, 2008).
2. Riwayat Nutrisi
Riwayat pemberian makanan sebelum mengalami diare, meliputi:
a. Pemberian ASI penuh pada anak umur 4-6 bulan sangat
mengurangi resiko diare dan infeksi yang serius.

b. Pemberian susu formula. Apakah dibuat menggunakan air


masak dan diberikan dengan botol atau dot, karena botol yang
tidak bersih akan mudah menimbulkan pencemaran.

c. Perasaan haus. Anak yang diare tanpa dehidrasi tidak merasa


haus (minum biasa). Pada dehidrasi ringan atau sedang anak
merasa haus ingin minum banyak. Sedangkan pada dehidrasi
berat, anak malas minum atau tidak bisa minum (Nursalam,
2008).

d. Pemberian susu formula. Apakah dibuat menggunakan air


masak dan diberikan dengan botol atau dot, karena botol yang
tidak bersih akan mudah menimbulkan pencemaran.

e. Perasaan haus. Anak yang diare tanpa dehidrasi tidak merasa


haus (minum biasa). Pada dehidrasi ringan atau sedang anak
merasa haus ingin minum banyak. Sedangkan pada dehidrasi
berat, anak malas minum atau tidak bisa minum (Nursalam,
2008).

3. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Anak berusia di bawah 2 tahun yang mengalami dehidrasi, ubun-ubunnya
biasanya cekung
b. Mata
Anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi, bentuk kelopak matanya
normal. Apabila mengalami dehidrasi ringan atau sedang kelopak
matanya cekung (cowong). Sedangkan apabila mengalami dehidrasi
berat, kelopak matanya sangat cekung.
c. Hidung
Biasanya tidak ada kelainan dan gangguan pada hidung, tidak sianosis,
tidak ada pernapasan cuping hidung.
d. Telinga
Biasanya tidak ada kelainan pada telinga.
e. Mulut dan Lidah
1. Diare tanpa dehidrasi: Mulut dan lidah basah
2. Diare dehidrasi ringan: Mulut dan lidah kering
3. Diare dehidrasi berat: Mulut dan lidah sangat kering
f. Leher
Tidak ada pembengkakan pada kelenjar getah bening, tidak
ada kelainan pada kelenjar tyroid.

g. Thorak
1. Jantung
a. Inspeksi

Pada anak biasanya iktus kordis tampak terlihat


b. Auskultasi
Pada diare tanpa dehidrasi denyut jantung normal, diare dehidrasi
ringan atau sedang denyut jantung pasien normal hingga meningkat,
diare dengan dehidrasi berat biasanya pasien mengalami takikardi dan
bradikardi.

h. Paru-paru
a. Inspeksi
Diare tanpa dehidrasi biasanya pernapasan normal, diare dehidrasi
ringan pernapasan normal hingga melemah, diare dengan dehidrasi
berat pernapasannya dalam.

i. Abdomen

a. Inspeksi

Anak akan mengalami distensi abdomen, dan kram.

b. Palpasi
Turgor kulit pada pasien diare tanpa dehidrasi baik, pada pasien
diare dehidrasi ringan kembali < 2 detik, pada pasien dehidrasi berat
kembali > 2 detik.
c. Auskultasi

Biasanya anak yang mengalami diare bising ususnya meningkat


j. Ektremitas

Anak dengan diare tanpa dehidrasi Capillary refill (CRT) normal, akral
teraba hangat. Anak dengan diare dehidrasi kembali < 2 detik, akral dingin.
Pada anak dehidrasi berat CRT kembali > 2 detik, akral teraba hangatt.

k. Genitalia

Anak dengan diare akan sering BAB maka hal yang perlu di lakukan
pemeriksaan yaitu apakah ada iritasi pada anus.

c) Pemeriksaan diagnostik
1) Pemeriksaan laboratrium
a) Pemeriksaan AGD, elektrolit, kalium, kadar natrium serum

b) Biasanya penderita diare natrium plasma > 150 mmol/L, kalium > 5
mEq/L

d) Pemeriksaan urin

Diperiksa berat jenis dan albuminurin. Eletrolit urin yang diperiksa adalah
Na+ K+ dan Cl. Asetonuri menunjukkan adanya ketosis (Suharyono, 2008).
e) Pemeriksaan tinja

Biasanya tinja pasien diare ini mengandung sejumlah ion natrium,


klorida, dan bikarbonat.
f) Pemeriksaan pH, leukosit, glukosa

Biasanya pada pemeriksaan ini terjadi peningkatan kadar protein leukosit


dalam feses atau darah makroskopik (Longo, 2013). pH menurun disebabkan
akumulasi asama atau kehilangan basa (Suharyono, 2008). Pemeriksaan
biakan empedu bila demam tinggi dan dicurigai infeksi sistemik ( Betz,
2009).
g) Pemeriksaan Penunjang
a) Endoskopi

Endoskopi gastrointestinal bagian atas dan biopsi D2, jika dicurigai


mengalami penyakit seliak atau Giardia. Dilakukan jika pasien
mengalami mual dan muntah.

b) Sigmoidoskopi lentur, jika diare berhubungan dengan perdarahan segar


melalui rektum.

c) Kolonoskopi dan ileoskopi dengan biopsi, untuk semua pasien jika pada
pemeriksaan feses dan darah hasilnya normal, yang bertujuan untuk
menyingkirkan kanker.

d) Radiologi

e) CT kolonografi, jika pasien tidak bisa atau tidak cocok menjalani


kolonoskopi

f) Ultrasonografi abdomen atau CT scan, jika di curigai mengalami


penyakit bilier atau prankeas

g) Pemeriksaan lanjutan

h) Osmolalitas dan volume feses setelah 48 jam berpuasa akan


mengidentifikasi penyebab sekretorik dan osmotik dari diare.

i) Pemeriksaan laksatif pada pasien-pasien yang dicurigai membutuhkan


sampel feses dan serologi (Emmanuel, 2014).
E. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul

Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada anak dengan diare menurut
NANDA Internasional (2018), adalah sebagai berikut:
1. Diare berhubungan dengan parasit, psikologis, proses infeksi, inflamasi,
iritasi, malabsorbsi.

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif,


kegagalan mekanisme regulasi.

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan faktor biologis, faktor psikologis, ketidakmampuan mencerna
makanan, ketidakmampuan mengabsorpsi nutrien.

4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ekskresi atau sering


BAB, perubahan status cairan, perubahan pigmentasi, perubahan turgor,
penurunan imunologis.

5. Disfungsi motilitas gastrointestinal berhubungan dengan diare,


intoleransi makanan, malnutrisi.

6. Resiko syok berhubungan dengan kehilangan cairan dan elektrolit.

7. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi, peningkatan laju


metabolisme, penyakit.

8. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera (sering BAB).

9. Ganguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit,


kurang kontrol situasi.

10. Anisetas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan, gejala


terkait penyakit.

11. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi, kurang


sumber pengetahuan.

F. Intervensi Keperawatan
Tabel 2.5 Intervensi Keperawatan Untuk Pasien Diare

NO Diagnosa NOC NIC


Keperawatan
1. Diare NOC: NIC:
berhubungan a. Kontinensi usus a. Manajemen diare
dengan parasit, Setelah dilakukan tindakan Tindakan keperawatan:
psikologis, keperawatan diharapkan 1. Evaluasi efek
proses infeksi, pasien dapat mengontrol samping pengobatan
inflamasi, pengeluaran feses dari terhadap
iritasi, usus, dengan Kriteria gastrointestinal
malabsorbsi. hasil: 2. Anjurkan pasien
1. Diare(4) untuk menggunakan
2. Mengeluarkan feses obat antidiare
paling tidak 3 kali per 3. Evaluasi intake
hari(5) makanan yang
3. Minum cairan secara dikonsumsi
adekuat(5) sebelumnya
4. Mengkonsumsi serat 4. Identifikasi faktor
secara adekuat(5) penyebab diare
(misalnya, bakteri)
Keterangan: 5. Berikan makanan
(4): Jarang menunjukkan dalam porsi kecil dan
(5): Secara konsisten lebih sering serta
menunjukkan tingkatkan porsi
secara bertahap
6. Monitor tanda dan
gejala diare
b. Fungsi b. Manajemen Saluran
Gastrointestinal Cerna
Setelah dilakukan tindakan Tindakan keperawatan:
keperawatan diharapkan 1. Monitor buang air
saluran pencernaan pasien besar termasuk
mampu untuk mencerna, frekuensi, konsistensi,
dan menyerap nutrisi dari bentuk,
makanan, dengan Kriteria volume, dan warna,
hasil: dengan cara yang
1. Frekuensi BAB(4) tepat.
2. Konsistensi feses(5) 2. Monitor bising usus
3. Distensi perut(5) 3. Instruksikan pasien
4. Peningkatan mengenai makanan
peristaltik(4) tinggi serat
5. Diare(4)
Keterangan:
(4): Sedikit terganggu
(5): Tidak terganggu

2. Kekurangan NOC: NIC:


Volume cairan a. Keseimbangan cairan a. Manajemen cairan
Berhubungan Setelah dilakukan tindakan Tindakan keperawatan:
keperawatan diharapkan 1. Monitor status
Dengan keseimbangan cairan hidrasi (misalnya,
kehilangan didalam tubuh pasien tidak membran mukosa
cairan aktif, terganggu, dengan Kriteria lembab, denyut nadi
kegagalan hasil: adekuat)
mekanisme 1. Tekanan darah (5) 2. Jaga intake/asupan
regulasi. 2. Denyut nadi perifer(5) yang akurat dan catat
3. Keseimbangan intake output pasien
dan output dalam 24 3. Monitor
jam(4) makanan/cairan yang
4. Berat badan stabil(5) dikonsumsi dan
5. Turgor kulit(5) hitung asupan kalori
6. Kelembaban membran harian
mukosa(5) 4. Kolaborasi
pemberian cairan IV
Keterangan:
5. Monitor status nutrisi
(4): Sedikit terganggu
6. Timbang berat badan
(5): Tidak terganggu setiap hari dan
monitor status pasien
7. Monitor tanda-tanda
vital
8. Dorong keluarga
untuk membantu
pasien makan
b. Manajemen
b. Hidrasi
Hipovolemia
Setelah dilakukan tindakan
Tindakan Keperawatan:
keperawatan diharapkan
1. Monitor status cairan
ketersediaan air didalam
termasuk intake dan
tubuh pasien tidak
output cairan
terganggu, dengan Kriteria
2. Pelihara IV line
hasil:
3. Monitor tingkat Hb
1. Turgor kulit(5)
dan hematokrit
2. Membran mukosa
4. Monitor tanda-tanda
lembab(5)
vital
3. Intake cairan(5)
5. Monitor respon
4. Mata dan ubun-ubun
pasien terhadap
cekung(5)
penambahan cairan
5. Nadi cepat dan
6. Dorong pasien untuk
lemah(5)
menambah intake oral

Keterangan:
memenuhi
persyaratan gizi
b. Status nutrisi: b. Monitor nutrisi
Asupan Makanan & Tindakan keperawatan:
Cairan 1. Monitor
Setelah dilakukan tindakan kecendrungan turun
keperawatan diharapkan BB
jumlah makanan dan cairan 2. Monitor turgor kulit
yang masuk ke dalam 3. Monitor adanya mual
tubuh pasien adekuat, dan muntah
dengan Kriteria hasil: 4. Monitor pucat,
1. Asupan makanan kemerahan, dan
secara oral(4) kekeringan jaringan
2. Asupan makan secara konjungtiva
tube feeding 5. Monitor diet dan
(NGT/OGT) (4) asupan kalori
3. Asupan cairan secara
oral(4)
4. asupan nutrisi
parenteral(4)
Keterangan:
(4): Sebagian besar
adekuat
c. Status nutrisi: asupan c. Monitor nutrisi
nutrisi Tindakan keperawatan:
Setelah dilakukan tindakan 1. Timbang berat badan
keperawatan diharapkan pasien
asupan gizi pasien 2. Monitor adanya mual
terpenuhi, dengan Kriteria muntah
hasil: 3. Monitor adanya
1. Asupan kalori(5) penurunan berat
2. Asupan protein(5) badan
3. Asupan karbohidrat(5) 4. Monitor turgor kulit
4. Asupan serat(4) dan mobilitas
5. Asupan mineral(5)
Keterangan:
(4): Sebagian besar adekuat
(5): Sepenuhnya adekuat

d. Berat badan: Massa d. Bantuan peningkatan


tubuh BB
Setelah dilakukan tindakan Tindakan keperawatan:
keperawatan diharapkan 1. Timbang pasien pada
berat badan pasien normal, jam yang sama setiap
dengan Kriteria hasil: hari
1. Berat badan(5) 2. Monitor mual dan
2. Persentil lingkar kepala muntah
(anak)(5) 3. Monitor asupan kalori
3. Persentil berat badan setiap hari
(anak)(5) 4. Instruksikan cara
meningkatkan asupan
Keterangan: kalori
(5): Tidak ada deviasi dari
kisaran normal
4. Kerusakan NOC: NIC:
integritas kulit Integritas jaringan: Kulit Manajemen elektrolit/
& membran mukosa cairan
Setelah dilakukan tindakan Tindakan keperawatan:
keperawatan diharapkan 1. Monitor kehilangan
keutuhan dan fungsi kulit cairan (misalnya,
pasien tidak terganggu, muntah, diare)
dengan Kriteria hasil:
2. Tingkatkan intake
1. Integritas kulit(5)
asupan cairan per oral
2. Suhu kulit(5)
3. Elastisitas(5) 3. Pastikan bahwa

4. Hidrasi(4) larutan intravena yang

5. Perfusi jaringan(5) mengandung elektrolit


diberikan dengan

Keterangan: aliran yang konstan

(4): Sedikit terganggu dan sesuai

(5): Tidak terganggu


5. Disfungsi NOC: NIC:
motilitas a. Eliminasi usus a. Manajemen Saluran
gastrointestinal Setelah dilakukan tindakan Cerna
keperawatan diharapkan Tindakan keperawatan:
pengeluaran feses pasien 1. Monitor buang air
tidak terganggu, dengan besar termasuk
Kriteria hasil: frekuensi, konsistensi,
1. Pola eliminasi(5) bentuk,
2. Warna feses(5) volume, dan warna,
3. Feses lembut dan dengan cara yang
berbentuk(5) tepat.
4. Kemudahan BAB(5) 2. Monitor bising usus
5. Suara bising usus(5) 3. Instruksikan pasien
6. Nyeri pada saat mengenai makanan
BAB(5) tinggi serat
Keterangan: 4. Monitor adanya
(5): Tidak terganggu tanda dan gejala
(5): Tidak ada diare, konstipasi.

b. Fungsi
gastrointestinal
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan
saluran pencernaan pasien
mampu untuk mencerna,
dan menyerap nutrisi dari
makanan, dengan Kriteria
hasil:
1. Frekuensi BAB(4)
2. Konsistensi feses(5)
3. Distensi perut(5)
4. Peningkatan
peristaltik(4)
5. Diare(4)

Keterangan:
(4): Sedikit terganggu
(5): Tidak terganggu
6. Resiko syok
hipovolemik
7. Nyeri akut

8. Hipertermi
9. Gangguan rasa NOC: NIC:
nyaman a. Status kenyamanan: a. Teknik
fisik menenangkan
Setelah dilakukan tindakan Tindakan keperawatan:
keperawatan diharapkan 1. Yakinkan keselamatan
rasa nyaman pasien tidak dan keamanan klien
terganggu, dengan Kriteria 2. Peluk dan beri
hasil: kenyamanan pada
1. Kontrol terhadap bayi atau anak
gejala(4) 3. Identifikasi orang
2. Intake makanan(4) terdekat klien yang
3. Intake cairan(4) bisa membantu klien
4. Mual dan muntah(5)
5. Diare(4)

Keterangan:
(4): Sedikit terganggu
(5): Tidak terganggu
b. Tingkat kecemasan b. Pengurangan
Setelah dilakukan tindakan kecemasan
keperawatan diharapkan Tindakan keperawatan:
merasakan cemas, dengan 1. Gunakan pendekatan
Kriteria hasil: yang tenang dan
1. Perasaan gelisah(5) menyenangkan
2. Wajah tegang(5) 2. Nyatakan dengan
3. Peningkatan frekuensi jelas harapan
nadi(5) terhadap perilaku
klien
Keterangan: (5): Tidak ada 3. Dorong keluarga
untuk mendampingi
klien dengan cara
yang tepat
4. Identifikasi tingkat
kecemasan
c. Tidur
Setelah dilakukan tindakan c. Peningkatan tidur
keperawatan diharapkan Tindakan keperawatan:
tidur pasien tidak 1. Tentukan pola
terganggu, dengan Kriteria tidur/aktivitas klien
hasil: 2. Monitor pola tidur
1. Pola tidur(4) klien dan catat
2. Kualitas tidur(4) kondisi fisik
(misalnya,
Keterangan: ketidaknyamanan)
(4): Sedikit terganggu atau psikologis
(ketakutan atau
kecemasan) keadaan
yang menggangu
tidur
3. Sesuaikan lingkungan
untuk meningkatkan
tidur

Sumber: NANDA International, 2018, Moorhead, Sue, dkk, 2013,


Bulechek, Gloria M, 2013
BAB III

Pengkajian Rawat Inap Ilmu Keperawatan

Anak Dalam Konteks Keluarga

I. Indentitas
Nama : An. D.M

Tempat tanggal lahir : 28-07-2020

Jenis kelamin : laki- laki

Usia : 9 Bulan

Nama Ayah / Ibu : Tn. A.B / NY . V.K

Pekerjaan Ayah / Ibu : PNS / IRT

Pendidikan Ayah / ibu : SMA / SMA

Agama : Kristen Protestan

Suku : Genyem

Tanggal rumah sakit : 7-5-2021

Tanggal pengkajian awal : 10-5- 20211

Sumber informasi : Data sekunder , Hasil pengkajian

No Rek Medis : 47-44-12

II. Riwayat Penyakit :


 Keluhan Utama : Muntah
 Riwayat Keluhan utama saat masuk rumah sakit :
Pasien datang dengan keluhan muntah – muntah sejak 3 hari
sebelum masuk rumah sakit. Muntah 5X isi lender. Keluarga juga
mengeluh ada mencret kurang lebih 10 isi lender warna kuning
darah -, demam +, batuk +, lender susah keluar
 Keluhan saat di kaji : BAB cair kurang lebih 5X warna kuning
lender air air, tidak ada ampas bebau asam
 Riwayat Kehamilan dan kelahiran :
1. Prenatal : Ibu P 4 A 2
Selama hamil periksa teratur di Puskesmas.

47
Keluhan / masalah Selama Hamil : Mual dan muntah pada
trimester 1
2. Intranatal : Ibu melahirkan di RSUD DOK II dengan
tindakan Sectio Ceasear.
3. Post natal : Bayi lahir sehat dengan rawat gabung bersama
dengan ibunya

III. Riwayat masa lampau:


1. Penyakit waktu kecil : Ibu mengatakan anaknya tidak pernah sakit.
2. Pernah di rawat di rumah sakit : Tidak
3. Obata oabat yang di gunakan : ( - )
4. Riwaya alergi : tidak ada
5. Kecelakaan : ( - )
6. Riwayat imunisasi:
BCG : 1X
DPT : 3X
HEPATITIS B: 3X
POLIO : 4X
CAMPAK : 1X

IV. Riwayat Keluarga


1. Genogram

34

8K 6K

Keterangan : : Garis keturunan

48
: Tinggal dalam satu rumah
: Laki-laki

: Laki-laki sudah meninggal

: perempuan

: Pasien

2. Riwayat kesehatan keluarga


Di dalam keluarga tidak ada yang menderita sakit Hipertensi, Jantung,
Diabetes militus, Ginjal, TBC

V. Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang


Kesadaran : Compos mentis
BB : 7,4 Kg,
TB : 70 cm
Lila : 15 cm
Kepala : Batuk normalcephal, rambut hitam,keriting,tidak mudah
tercabut,tidak tumbuh massa/ benjolan
Mata : Simetris ,Ikterik (-), Konjutiva Anemia, Mata cekung,
( - ), Sklera tidak ikterik.
Hidung : Simetris ,sukret (-)
Mulut : Mukosa bibir tampak anemis
Telinga : Simetris ,Sekret/ serumen (-)
Dada & Paru paru: Bentuk simetris ,Retraksi (-),Bunyi Nafas Vesikuler,
Sonor (-)
Jantung : Bunyi jantung I dan II Normal
Abdomen : Bentuk Supel,distensi abdomen ±, Turgor kulit
baik,Spenomegali (-), Hepatomegali ( - ), Timpani (+),
Bising usus 17 x/menit
Genetalia : Tidak ada kelainan
Anus : Kemerahan di sekitar anus
Ekstremitas : Udem (- ) Kekuatan otot
Akral hangat CRT ˂ 3 detik

Kulit : Turgor Kulit baik,elastis

Tanda Vital :

49
SB : 36,9 oC

Nadi ; 124 x/ m

RR : 24x/m

SPO2 : 98 %

VI. Riwayat Sosial


1. Yang mengasuh : ibu
2. Hubungab dengan anggota keluarga : baik tidak ada masalah
3. Hubungan dengan teman sebaya : anak sering bermain dengan
anak tetangga yang seumuran
4. Pembawaan secara umum : anak mau di ajak bermain
VII. Kebutuhan Dasar

1. Makanan yang disukai : bubur, sayur berkuah dan ikan


Selera : sebelum sakit : selera makan baik
Saat sakit : anak tidak mau makan makanan yang
disajikan dari RS
Pola makan : sebelum sakit : makan 3x sehari, minum susu formula 3-
4 x sehari
Saat sakit ; anak tidak mau makan hanya minum
susu saja
2. Pola tidur
Kebiasaan sebelum tidur : tidak ada
Tidur siang ; ya, saat sakit ini anak lebih banyak tidur dising hari dan
dimalam hari ank lebih banyak begadang
3. Mandi : sebelum sakit : mandi 2x sehari
Saat sakit : anak hanya dilap- lap dengan kain dan air hangat
saja
4. Aktifitas bermain : sebelum sakit : anak sering bermain bola-bola dan
boneka
Saat sakit : anak tidak mau bermain
5. Eliminasi : sebelum sakit : BAB 1x /hari, BAK 4 -5 x/hari
Saat sakit : BAB cair ˃kuning berlendir , BAK 5-6 x/hari

VIII. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan

1. Kemandirian dan Bergaul : anak mau bergaul dengan siapa saja,


tidak ada rasa takut

50
2. Motorik Halus : Anak dapat memegang benda benda kecil seperti
bola , bolpoint.
3. Kognitif dan bahasa : Anak dapat berkata mama,bapa , da..da..
4. Motorik Kasar : Anak dapat melempar Bola ,bertepuk tangan.

IX. Keadaan kesehatan saat ini

1. Diaknosa medis : Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang


2. Tindakan Operasi : Tidak ada
3. Status nutrisi :
Berat badan sebelum sakit : 9,8 kg
Berat badan saat ini : 7,4 kg
Penurunana Berat badan : 2,4 kg
Berat badan perkiraan = 9+9 kg /2 = 9 kg

4. Status cairan : Saat ini terpasang infus KN3B + 15 MEQ


/500CC/24 JAM
Dehidrasih Ringan Sedang kemudian turgor kulit cepat kembali
dalam waktu 2 detik anak maunya minum terus.
5. Obat obatan / terapi medis
 Ivfd KAEN 3B 500 cc+ kcl 15 Meq/24 jam
 Inj cefotaxim 3x 245 mg IV
 Inj Ondancetron 3x1 mg IV
 Inj PCT 3x 100 mg IV k/p
 Liprolac 2 x 1 sachet ( p.o)
 Zink 1x 20 mg (po)
6. Hasil Laboratorium
Tgl 7 mei 2021

Jenis pemeriksaan Hasil Satuan Nilai


normal

 Hematologi
HB 9,6 g/dl 13,3 – 16,6
Hematocrit 30,0 % 41,3 – 52,1
Eritrosit 5,28 10 6 /ul 3,69 – 5,46
Leukosit 20,00 10 3 /ul 3,37 – 8,38
Trombosit 513 10 3/ul 140 – 400

 DDR

51
Negatif

 Kimia darah

N,K,CL
123,50 mEq/L 135 -148
Na darah 2,63 mEq/L 3,50 -5,30
104, 60 mEq/L 98 – 106
Kalium darah
1,26 mEq/L 1,15 – 1,35
Cl darah

Calcium ion

Tanggal 10 Mei 2021

Jenis pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal

 Kimia
darah
Na, K,CL 126,90 mEq/L 135- 148
Natrium darah 3,56 mEq/L 3,50- 5,30
112,70 mEq/L 98 – 106
Kalium darah 1,25 meq/L 1,15 – 1,35

CL darah

Calcium ion

52
KLASIFIKASI DATA

Data Subjektif (DS) Data Objektif (DO)

DS : DO :
- Ibu mengatakan anaknya bab - Pasien tampak sakit sedang
cair - Kesadaran compos mantis
± 5 kali kuning lendir, tidak - Bab cair ampas (-), warna kuning, berbau
ada ampas, berbau asam asam (+)
- Ibu mengatakan anaknya tidak - TTV: ND:124x/menit
mau makan RR: 24X/menit
- Ibu mengatakan berat badan SB: 36,9 ᵒC
anaknya sebelum sakit 9,8 kg Spo2: 98%
- Ibu mengatakan anaknya ingin - Konjung tiva tampak anemis
minum terus - Mukosa bibir tampak kering & pucat
- BB sekarang : 7,4 kg
- Penurunan BB : 24% (7205)
- Hasil Lab:

Tggl : 7/5/2021

- Hb : 9,6 gr/21 ( )
- WBC: 20,00 10^3/uL. ( )
- Na:123,90 mtg/L ( )
- K : 2, 63 mtg/L ( )

Tggl : 10/05/2021

- Na : 126,90 ( )
- Kembung / distensi abdomen ±
- Bisisng usus 17 x/menit

53
ANALISA DATA

No Data Penyebab Masalah

1 DS: Infeksi Diare


- Ibu mengatakan anaknya bab cair ± 5 kali
kuning lendir, tidak ada ampas, berbau Berkembang biak
asam di usus
- Ibu mengatakan anaknya ingin minum terus
DO :
Hipersekresi air
- KU sedang
- Kesadaran CM dan elektrolit
- Bab cair (+)ampas (-), warna kuning,
berbau asam (+) Isi usus
- Turgor kulit cepat kembali
- Hasil Lab : diare
WBC: 20,00 10^3/uL. ()

2 DS : Diare Resiko kekurangan


- Ibu mengatakan anaknya bab cair ± 5 kali volume cairan / Resiko
kuning lendir, tidak ada ampas, berbau asam. Frekuensi BAB hipovolemia
- Ibu mengatakan anaknya ingin minum terus. meningkat

DO :
Hilang cairan dan
- KU: sedang
elektrolit
- Bab cair (+)ampas (-), warna kuning, berbau
asam berlebihan
- Turgor kulit cempat kembali
- Mukosa bibir tampak kering & pucat Gangguan
keseimbangan
cairan dan elktrolit

Dehidrasi
kekurangan volume
cairan

54
3 DS : Diare Ketidak seimbangan
- Ibu mengatakan anaknya tidak mau makan nutrisi kurang dari
- Ibu mengatakan berat badan anaknya sebelum Distensi abdomen kebutuhan tubuh. / defisit
sakit 9,8 kg Nutrisi
- Ibu mengatakan anaknya bab cair ± 5 kali Mual muntah
kuning lendir, tidak ada ampas, berbau asam.
Nafsu makan

DO :

- Ku: Sedang
- Konjungtiva tampak anemis
- Penurunan berat badan 24%
- Membran mukosa tampak pucat
- Diare (+) >5x.
- Distensi abdomen ± Ketidak
- Bisisng usus 17 x/menit seimbangan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh.

X. Diagnosis Keperawatan Berdasarkan Prioritas

1) Diare berhubungan dengan proses infeksi


2) Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
penurunan imtake makan
3) Resiko kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif.

55
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK D. DENGAN DIARE DI RUANGAN RKK
RSUD JAYAPURA

Nama Pasien : An. D.B Tanggal MRS : 07 Mei 2021


Tanggal lahir : 25 Juli 2020 Tanggal Pengkajian : 10 mei 2021
Jenis Kelamin : Laki-Laki No. RM : 47-44-12
Alamat : DOK IX Dx Medis : Diare akut + dehidrasi ringan sedang

Hari
Rencana Asuhan Keperawatan Implementasi Evaluasi
Diagnosis Keperawatan Tanggal
No
(SDKI) Tujuan Intervensi

(SLKI) (SIKI)

1. Diare b.d proses infeksi Setelah dilakukan  Manajemen Diare 1. Mengidentifikasi Senin, 10 Mei 2021
yang ditandai dengan; Asuhan Keperawatan (I.03101) penyebab diare
selama 3x 24 jam Tindakan Respon; 14.0 IT
DS; Ibu klien diharapkan eliminasi Keperawatan; Hasil Lab WBC 20.00 S: ibu mengatakan
mengatakan fekal membaik, dengan 10˄3/uL (penyebab
Observasi - Anak masih
diare adalah proses
- Anak BAB ±5x kriteria hasil; diare dari
- Identifikasi infeksi) pagi sudah 3x
cair, warna
kuning lendir - Konsistensi penyebab diare 2. Mengidentifikasi - BAB cair
tidak ada ampas, feses membaik - Identifikasi riwayat pemberian - Ampas sedikit
berbau asam - Frekuensi riwayat makanan O: klien tampak
- Haus minta frekuensi pemberian Respon;
minum terus membaik makanan Ibu mengatakan - KU tampak
- Peristaltik usus sakit sedang
56
DO; Klien tampak membaik - Monitor warna sebelum MRS, mam - Kesadaran
- Nyeri abdomen volume, hanya memberikan komposmenti
- KU tampak sakit membaik frekuensi, dan susu untuk anak 1 s
sedang - Distensi konsistensi tinja - Infus
- Kesadaran tahun ke atas
abdomen - Monitor tanda terpasang
composmentis menurun dan gejala 3. Memonitor warna, KAeN
- BAB cair (+), hipovolemia volume, frekuensi dan 3B+KCL 15
Ampas (-) warna - Monitor iritasi konsistensi tinja meq/L (21
kuning, berbau dan ulserasi kulit Respon; tts/m
asam didaerah Warna feses kuning - Mukosa bibir
- Tugor kulit cepat perianal berlendir, frekuensi ± masih
kembali - Monitor jumlah 5x/24 jam, konsistensi nampak
- Bising usus 17x/ pengeluaran cair, ampas (-) kering
menit diare - Bising usus
4. Memberikan tanda dan
- Hasil Lab WBC Teraupetik 17x/m
gejala hipovolemia
20.00 10˄3/uL - Distensi
Respon;
- Distensi - Berikan asupan abdomen (+)
abdomen (+) cairan oral CRT< 2 detik, BB
- Diare (+) Cair
- Pasang jalur menurun 2,4 kg, HR (+)
IVFD 124x/menit, cepat dan A; Masalah (Diare)
- Ambil sampel lemah, tugor kulit baik belum teratasi
darah untuk 5. Memonitor iritasi dan
pemeriksaan ulserasi kulit didaerah
darah lengkap perianal
dan elektrolit Respon; P; Lanjutkan
- Ambil sampel Kemerahan didaerah intervensi 3,4,5,6,7
feses untuk
perianal
kultur, jika perlu
6. Memonitor jumlah

57
Edukasi pengeluaran diare
Respon;
- Anjurkan BAB cair banyak >5x
makanan porsi 7. Memberikan cairan IV
kecil dan sering Respon;
secara bertahap
- Anjurkan IFVD Kaen 3B 500cc
menghindari +KCL 15 meq/24 jam
makanan (21 tts/mnt
pembentuk gas, 8. Mengambil sampel
pedas, dan darah untuk
mengandung pemeriksaan elektrolit
laktosa Respon;
- Anjurkan Hasil kimia darah
melanjutkan Na: 126,90 meq/uL
pemberian asi
K: 3,56 meq/L
Kolaborasi
Clorida darah: 112,70
- Kolaborasi meq/L
pemberian Calcium Ion 1,25
antibiotik meq/L
- Kolaborasi 9. Menganjurkan
pemberian memberi makan porsi
antipasmodic kecil dan sering secara
- Kolaborasi bertahap
pemberian obat Respon;
pengeras feses
Ibu mengatakan
anaknya tidak mau

58
makan, hanya minum
susu saja
10. Menganjurkan
menghindari makanan
yang mengandung
glukosa seperti Kol,
Makanan Manis-manis
Respon;
Ibu mengatakan ia
11. Kolaborasi pemberian
antibiotik dengan
dokter

Respon;
- IFVD KAeN 3B+KCL
15 meq 500cc/24 jam
- Zink 1x20mg (P.O)
- Liprolac 2x1 sachet
2. Defisit nutrisi b.d Setelah dilakukan  Manajemen Nutrisi 1. Mengidentifikasi Senin, 10 Mei 2021
ketidakmampuan Asuhan Keperawatan (I.03119) status nutrisi
mengabsorbsi nutrien, selama 3x 24 jam Observasi; Respon; 14.00 WIT
yang ditandai dengan; diharapkan status BB sebelum sakit 9,3
- Identifikasi Kg
nutrisi membaik, status nutrisi
DS; ibu mengatakan dengan kriteria hasil; BB saat ini 7,4 kg S; ibu mengatakan
- Identifikasi
alergi dan Penurunan BB 2,4 kg
- Anak tidak mau - Diare menurun - anak belum
intoleransi BB ideal (9+9)/2= 9kg
makan - Nyeri abdomen mau makan
- BB anak sebelum makanan 2. Mengidentifikasi
- hanya makan
59
sakit 9,8 kg menurun - Identifikasi alergi dan intoleransi bubur hanya
- BAB cair ±5x - BB membaik makanan yang makan 1-2 sendok
warna kuning, - Nafsu makan disukai Respon; makan
lendir, tidak ada membaik - Monitor berat Alergi makan (-) O; klien tampak
ampas, berbau - Bising usus badan Intoleransi makanan
asam membaik - Monitor hasil - Keadaan
(Mual berulang) umum sedang
DO; klien tampak - Membran pemeriksaan lab
mukosa Teraupetik; Muntah (1x), kembung - Muntah (-)
- KU sedang membaik (-) - BAB masih
- Konjungtiva - Lakukan oral 3. Mengidentifikasi cair, amaps
tampak anemis hygiene sebelum makanan yang disukai sedikit
- Diare (+) >5x makan, jika Respon; - Bising usus
- Mem bran perlu Anak suka mengemil 17x/m
mukosa tampak - Sajikan makanan biskuit, makan bubur - Membran
pucat secara menarik mukosa mulut
dan sayuran bertahap
- Bising usus dan suhu yang masih pucat
hiperaktif 17x/m sesuai - BB tetap (7,4
- Penurunan BB - Berikan kg)
24% makanan tinggi 4. Memonitor BB A; masalah (defisit
kalori dan tinggi Respon; nutrisi) belum
protein BB = 7,4 kg teratasi
Edukasi; 5. Monitor hasil
pemeriksaan Lab
- Anjurkan posisi Respon;
duduk, jika perlu
Hb tgl 7/5/2021 9,6 P; intervensi
Kolaborasi; 1,4,6,8,9 di lanjutkan
gr/dL
- Kolaborasi 6. Menganjurkan
pemberian makanan secara

60
medikasi menarik dan suhu yang
sebelum makan sesuai
- Kolaborasi Respon;
dengan ahli gizi Makanan disajikan
untuk jenis dalam keadaan hangat
nutrien yang
7. Menganjurkan makan
dibutuhkan, jika
dengan posisi duduk
perlu.
Respon;
Anak makan dalam
posisi duduk di tempat
tidur
8. Kolaborasi dengan
dokter pemberian obat
Respon;
Anti emetik
ondansentron 3x1mg
IV
9. Kolaborasi dengan ahli
gizi pemberian
Respon;
Susu rendah lactosa
(LLF)

3. Risoko hipovolemia b.d Setelah dilakukan  Manajemen 1. Memeriksa tanda dan Senin, 10 Mei 2021
diare ditandai dengan Asuhan Keperawatan hipovolemia gejala hipovolemia
faktor risiko.; selama 3x 24 jam (I.03116) Respon; 14.00 WIT
diharapkan status HR : 124x/m cepat dan
61
- Kehilangan cairan membaik, Observasi; lemah S; ibu mengatakan
cairan secara dengan kriteria hasil; Turgor kulit cepat anaknya masih diare
aktif (BAB > 5x - Periksa tanda kembali
cair, ampas (-) - Turgor kulit dan gejala
hipovolemia Membran mokosa
- Kekurangan meningkat
intake cairan - Intake cairan - Monitor intake tampak kering O; klien tampak
- Gangguan meningkat dan autput Haus (+), maunya
absorbsi cairan - Membran cairan minum terus - KU sedang
mokosa - 2. Memonitor intake dan - Kesadaran
membaik Teraupetik; auput cairan composmenti
- Kadar Hb Respon; s
membaik - Hitung - Tugor kulit
- Intake cairan Iv
- Kadar HT kebutuhan cairan baik
500cc/24 jam
membaik - Berikan posisi - Membran
- Makan dan
- Keluhan haus modiviet mukosa masih
minum susu
menurun trandendenlenbu tampak kering
8x60cc
- Suhu tubuh rk - Hb 9,6 gr/dL
3. Memberikan asupan
membaik - Berikan asupan - HCT 30,6 %
cairan oral
oral - TTV
Respon;
Edukasi; Sb; 37,0
Anak menghabiskan
RR; 24x/m
- Anjurkan susu LLF 8x60cc
HR; 126 x/m
memperbanyak 4. Menganjurkan
asupan oral memperbanyak asupan - Diare (+)
- Anjurkan cairan oral - Infus
menghindari Respon; terpasang
perubahan posisi KAeN
Ibu mengatakan ya
mendadak 3B+KCL
5. Kolaborasi pemberian 15meq (21
Kolaborasi; cairan Iv tts/m)
62
- Kolaborasi Respon: A; masalah (Risiko
pemberian Cairan KAeN 3B + Hipovolemi) belum
cairan isotonis KCL 15 meq 500cc/24 teratasi
- Kolaborasi
jam
pembrian cairan
hipotonis
- Kolaborasi P; intervensi
pemberian dilanjutkan dan
cairan koloid dipertahankan
- Kolaborasi
intervensi 1,2,3,4
pemberian
produk darah

63
CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Pasien : An. D No. RM : 47-44-12


Tgl lahir : 25-5-2020 Tgl MRS : 07-5-2021
Jenis Kelamin : Laki-laki Tgl Pengkajian : 10-5-2021
Alamat : DOK IX Dx Medis : Diare akut +
dehidrasi ringan sedang

Tgl & N Implementasi Evaluasi


Jam o.
D
x

11/5/21 1. 1. Memonitor warna, 11 Mei 2021 Jam 14:00


frekuensi, dan
konsistensi tinja
Respon;
BAB cair ± 8x warna S: Ibu mengatakan dari pagi sudah 3x BAB
kuning amapas (-) cair kuning berlendir
2. Memonitor tanda dan
gejala ivopolemia
Respon; O : Pasien tampak
- Mukosa
mulut tampak -Diare (+) konsistensi cair, ampas (-),
lembab darah (-), lendir (+)
- CRT < 2 - Mukosa bibir lebab
detik - Distensi abdomen (-)
- HR 120x/m, - Bising usus 17 x/mnt
lemah A : Masalah belum teratasi
- Tugor kulit
baik P : Intervensi 3,4,5,6,7 dilanjutkan
3. Memonitor jumlah
pengeluaran diare
Respon;
Diare/BAB cair ± 8x
4. Memasang infus
ulang dengan cairan
KAeN 3B + KCL 15
meq
Respon;
Infus terpasang
menetes baik (21
tts/m)
5. Memberikan

64
penyukuhan tentang
diare
Respon;
Ibu dapat
menyebutkan tanda
dan gejala diare,
pencegahan diare
6. Memberikan terapi
bermain bola warna
warni
Respon;
Anak tampak senang
bermain bola warna
warni

Tgl & N Implementasi Evaluasi


Jam o.
D
x

11/5/20 2 1. Menimbang berat 14.00 WIT


21 badan anak
Respon: BB 7,4 kg S; ibu mengatakan
2. Monitoring toleransi
makan - Anak makan 2 sendok
Respon: Muntah (-), O; klien tampak
kembung ± - KU Sedang
3. Menganjurkan ibu - BB 7,4 kg
tetap memberikan - Anak tidak menghabiskan makanan
makan anaknya dalam - Anak masih diam
porsi kecil tapi sering A; Masalah (defisit nutrisi) belum teratasi
Respon:
Ibu mengatakan ia
4. Memonitoring nyeri
abdomen dan bising P; Intervensi 1,4,6,8 dilanjutkan
usus
Respon;
Nyeri abdomen(-)
Bising usus 17 x/m
5. Menganjurkan ibu
memberikan makanan
dalam keadaan hangat

65
Respon;
Ibu lagi menyuapi
anaknya

Tgl & N Implementasi Evaluasi


Jam o.
D
x

11/5/20 3 1. Memonitor tanda dan 14.00 WIT


21 gejala hipovolemia
Respon; S; ibu mengatakan anak masih diare
- HR 120 x/m,
cepat, kuat O;klien tampak
- Tugor kulit <2
- KU sedang
detik
- Kes Composmentis
- Membran
- Membran mukosa masih kering
mukosa
- Diare (+)
tampak masih
- Infus terpasang KAeN 3B 21 tts/m
kering
A; Masalah belum teratasi
2. Memonitor intake dan
output cairan P; intervensi 1,2,3,4 di lanjutkan
Respon;
BAB cair >8x, ampas
sedikit, warna kuning,
infus sementara belum
terpasang karna
plebitis
3. Menganjurkan ibu
tetap memberikan
asupan cairan oral/
susu
Respon;
Anak minum susu
LLF 60cc
4. Memasang infus
KAeN 3B + KCL 15
meq
Respon;
Infus berhasil
dipasang ditangan

66
sebelah kanan

12/5/20 1 1. Memonitor frekuensi, 14.00 WIT


21 warna dan konsistensi
tinja S; ibu mengatakan anak masih mencret 5x
Respon;
BAB masih cair ± 5x
berampas, warna O; klien tampak
kuning
2. Memonitoring tetesan - KU sedang
infus - Kes Composmentis
Respon; - Diare (+), ampas (+)
IFVD terpasang baik, - Tugor kulit baik <2 detik
plebitis (-), tetesan 21
tts/m A; Masalah belum teratasi
3. Mengganti cairan
infus
Respon;
Lanjutkan terapi P; intervensi 1,4,5,6,7 di lanjutkan
IVFD KAeN 3B +
KCL 15 meq

12/5/20 2 1. Memonitor BB 14.00 WIT


21 Respon;
BB 7,5 kg S; ibu mengatakan
2. Memonitor nyeri
- Anak hanya makan 3-4 sendok
abdomen
makan bubur
Respon;
O; klien tampak
Nyeri abdomen (-)
3. Memonitor bising -KU sedang
usus -BB 7,5 kg
Respon; -Anak hanya mengabiskan makanan
Bising usus 33x/m sedikit
4. Menganjurkan ibu A; masalah defisit nutrisi belum teratasi
untuk menyuapi
anak dalam porsi
kecil tapi sering dan
P; intervensi 1,4,6,8 dilanjutkan
dalam keadaan
hangat
Respon;
Ibu menyuapi

67
buburke anaknya
5. Memonitor toleransi
makan
Respon;
- Anak hanya
makan 3-4
sendok
makan
- Mual (-)
- Muntah (-)
12/5/20 3 1. Memonitor tanda 14.00 WIT
21 dan gejala
hipovolemia S; ibu klien mengatakan anak masih mencret
Respon;
- HR 124 x/m,
cepat, lemah
O; klien tampak
- Tugor kulit <
2detik - KU Sedang
- Membran - Tugor kulit baik < 2detik
mukosa - Membran mukosa tampak lembab
tampak - Diare (+)
lembab - IVFD masih terpasang
2. Memonitor intake
dan output cairan
Respon; A; Masalah belum teratasi
- BAB cair
berampas
±5x warna
kuning lendir P; intervensi 1,2,3,4,dilanjutkan
(-)
- IFVD KAeN
3B + KCL 15
meq 21 tts/m
3. Menganjurkan ibu
tetap memberikan
asupan cairan
oral/susu
Respon;
Anak minum susu
LLF 8x60cc

68
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada pembahasan kasus ini penulis akan membahas mengenai adanya


kesesuaian maupun kesenjangan antara teori dan hasil asuhan keperawatan pada
An. D pada tanggal 25 Mei 2021. Dalam pembahasan ini penulis akan
membandingakan hasil tinjauan kasus yang dilakukan pada An. D dengan diare di
Ruang kanak – kanak RSUD Jayapuara dengan tinjauan teoritis. Setelah penulis
membandingkan antara kasus diare pada klien An. D dengan tinjauan kepustakaan
yang ada, maka terdapat beberapa kesenjangan. Berikut ini penulis mencoba untuk
membahas kesenjangan tersebut, dipandang dari sudut keperawatan yang terdiri
dari pengkajian keperawatan. Diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan,
pelaksanaan keperawatan dan evaluasi keperawatan. Pada saat penulis melakukan
pengkajian pada An. D tanggal 25 Mei 2021 penulis tidak menemukan kesulitan,
karena komunikasi yang baik dengan ibu klien, maka dilakukan wawancara dan
tanya jawab seputar keadaan klien. Dan juga komunikasi yang baik antara keluarga
dan perawat diruangan kanak - kanak. Sehingga penulis dapat melalui kesulitan
tersebut. Pengkajian adalah tahap yang sistematis dalam mengumpulkan data
tentang individu, keluarga, dan kelompok ( Carpenito & Moyet, 2007

4.1 Pengkajian
Hasil dari pengkajian ditemukan beberapa data pada klien An. D
berusia 9 bulan dengan diagnosa medis diare. Ditemukan pengkajian
pada klien An.D yaitu BAB encer 5 x sehari isi lendir warna kuning
lendir, air – air, tidak ada ampas, berbau dan ditemukan anus tampak
merah.
Berdasarkan hasil yang telah dikemukan diatas maka peneliti
menghubungkan dengan teori menurut Wijayaningsih (2013) yang
menjelaskan bahwa manifestasi klinis diare pada anak yaitu anak
cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu makan berkurang, sering
buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, anus dan

69
sekitarnya lecet, terdapat tanda dan gejala dehidrasi, elastisitas kulit
menurun, mata cekung membrane mukosa kering, dan pasien sangat
lemas.
Mengenai data hospitalisi ditemukan data klien An. D tidak
mengalami hospitalisasi karena klien terlihat tidak merasa takut ketika
ketika dilakukan tindakan keperawatan. Menurut Saputro & Fazris
(2017) hospitalisasi dapat menyebabkan perubahan perilaku yang dapat
terjadi, seperti gelisah, anak rewel, mudah terkejut, menangis, berontak,
menghindar hingga menarik diri, tidak sabar, dan waspada terhadap
lingkungan.
Menurut asumsi penulis pada saat pengkajian tidak hanya dilihat
dari keadaan kesehatan anak saja, melainkan psikologis anak juga harus
diperhatikan. Karena ketika seorang anak mengalami hospitalisasi maka
anak akan merasa tidak nyaman dan mengganggu proses perawatan dan
pengobatan pada anak. Dalam hal ini perawat harus dapat melakukan
pengkajian lebih dalam agar semua masalah yang dirasakan oleh klien
dapat diketahui dan dapat dilakukan implementasi secara menyeluruh
( holistik)

4.2 Diagnosa keperawatan


Menurut aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan Nurarif dan
Kusuma (2016) dan mengacu pada standar diagnosa keperawatan PPNI
(2017) terdapat 7 diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus diare.
Diagnosa keperawatan yang ditegakkan pada klien yaitu diare
berhubungan dengan proses infeksi proses infeksi inflamasi di usus.
Terdapat penegakkan diagnosa yang sama pada klien An. D yaitu
sebagai berikut :
1. Diagnosa keperawatan diare berhubungan dengan proses infeksi. Dari
hasil pengkajian yang ditemukan pada klien didapatkan data subjektif
ibu klien mengatakan BAB sejak 3 hari lalu dengan frekuensi ± 5 x /
sehari dengan konsistensi encer. Data objektif yang ditemukan pada

70
klien tampak BAB encer 5 x/hari. tanda – tanda vital nadi 124
x/menit, pernapasan 24 x/menit, suhu 36,9 °C , dan terpasang infus
Ken 3B + kcl15 meq/500/24 jam 18 tpm. hasil pengkajian pada klien
2 didapatkan data subjektif BAB 4-7 x/ hari, encer tanpa ampas, mual
dan muntah > 3 kali, dan data objektif yang didapatkan pada klien 2
yaitu klien tidak mau minum, klien lemas, bibir kering, klien rewel,
tanda – tanda vital suhu 37,6 °C, nadi 105 x /menit, pernafasan 26
x/menit, berat badan 13,5 kg, tinggi badan 92 cm, dan hasil
laboratorium leukosit tinggi 20,00 103/ul, penurunan hematokrit 30,6
%
2. Diagnosa keperawatan deficit nutrisi berhubungan dengan
ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient. Dari hasil pengkajian yang
ditemukan pada klien didapatkan data subjektif ibu mengatakan
anaknya tidak mau makan, ibu mengatakan BB anaknya sebelum sakit
9,8 kg, ibu mengatakan nakanya BAB cair lebih kurang 5 kali, warna
kuning, lender tidak ada ampas, berbau asam. Data subjektifnya yaitu
konjungtiva tampak anemis, membrane mukosa tampak pucat, bising
usus tampak hiperaktif, penurunan BB 24 %
3. Resiko Hipovolemia berhubungan dengan faktor resiko kehilangan
cairan secara aktif, kekurangan intake cairan, Gangguan absorbs
cairan. v
Pada penderita diare terjadi peningkatan tekanan osmotik dalam
usus sehingga terjadi pergeseran cairan dan elektrolit dalam rongga
usus. Perubahan dalam kapasitas usus menyebabkan gangguan fungsi
usus dalam mengabsorpsi ( penyerapan ) cairan dan elektrolit ( cairan
yang disekresi lebih banyak dari kapasitas absorpsi atau adanya
kegagalan absorbsi ). Ketika hal itu terjadi frekuensi BAB akan
meningkat sehingga mengakibatkan hilangnya cairan dan elektolit
berlebihan melalui feses, maka gangguan keseimbangan cairan dan
elektolit akan terjadi hingga mengakibatkan kekurangan volume cairan.

71
Perumusan penulisan diagnosa keperawatan yang tercantum
pada klien menurut teori penulisan diagnosa pada SDKI PPNI ( 2017 )
maka menjadi hipovolemi berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif ). Menurut asumsi penulis penegakkan diagnosa tersebut belum
memenuhi validasi penegakan diagnosa keperawatan pada SDKI
(PPNI, 2017) yaitu sekitar 80 persen sampai 100 persen dari tanda
mayor dan tanda minor sebagai pendukung . Kriteria mayor yang dapat
ditemukan berupa data objektif meliputi frekuensi nadi meningkat, nadi
teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor
kulit menurun, membran mukosa kering, volume urin menurun, dan
hematokrit meningkat. Sedangkan kriteria minornya yang dapat
ditemukan berupa data subjektif klien merasa selalu merasa haus.
Kriteria minor yang dapat ditemukan pada data objektif ialah pengisian
vena menurun, status mental berubah, suhu tubuh meningkat,
konsentrasi urin meningkat, dan berat badan turun tiba-tiba (PPNI,
2017).

4.3 Intervensi keperawatan.


Intervensi keperawatan yang disusun pada klien An. dengan diagnosa
keperawatan diare berhubungan dengan proses fisiologis (risiko infeksi)
yaitu observasi : Observasi turgor kulit secara rutin, monitor tanda dan
gejala diare,identifikasi faktor penyebab diare, monitor persiapan makanan
yang aman, evaluasi efek samping pengobatan terhadap gastrointestinal,
evaluasi intake makanan yang masuk, terapeutik : diarhae management, 96
96 ukur diare / keluaran BAB, edukasi : Ajarkan pasien untuk menggunakan
obat anti diare , kolaborasi : hubungi dokter jika ada kenaikan bising usus.
Intervensi yang disesuaikan dengan diagnosa keperawatan intervensi
yang dilakukan pada diagnosa keperawatan yang kedua defisit nutrisi
berhubungan dengan penurunan intake makanan yaitu observasi : kaji pola
nutrisi pasien, kaji faktor penyebab gangguan pemenuhan nutrisi,
terapeutik : timbang berat badan pasien, berikan diet dalam kondisi hangat

72
dan porsi kecil tapi sering, edukasi : anjurkan pasien untuk meningkatkan
protein dan vitamin, kolaborasi : kolaborasi dengan tim ahli gizi dalam
pemenuhan / penentuan diet pasien sedangkan intervensi yang dilakukan
pada diagnose keperawatan yang ketiga yaitu : resiko hipovolemia
berhubungan dengan kehilangan cairan aktif yaitu : observasi : Kaji tanda-
tanda gejala hipovolemi, Monitor intake dan out put cairan, edukasi :
anjurkan memperbanyak asupan cairan oral, anjurkan menghindari
perubahan posisi mendadak, kolaborasi : kolaborasi dengan tim medis
dalam pemberian iv
Menurut panduan SIKI PPNI (2018) intervensi keperawatan harus
memuat 4 komponen yaitu observasi, terapeutik, edukasi, kolaborasi, dan
menggunakan panduan SLKI (PPNI, 2019). Maka intervensi yang sesuai
dengan panduan PPNI tersebut ialah sebagai berikut : Intervensi dan kriteria
hasil pada diagnosa keperawatan diare berhubungan dengan fisiologis
(proses infeksi) yaitu setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x
24 jam diharapkan eliminasi fekal membaik dengan kriteria hasil : distensi
abdomen membaik, frekuensi defekasi membaik, peristaltik usus membaik,
nyeri abdomen menurun dengan intervensi observasi : identifiksi penyebab
diare, identifikasi riwayat pemberian makan, monitor tanda dan gejala
hipovolemia, monitor iritasi dan ulserasi kulit didaerah perineal monitor
jumlah pengeluaran diare. Terapeutik : berikan asupan cairan oral (oralit),
pasang jalur intravena, berikan cairan intravena, ambil sample darah untuk
pemeriksaan darah lengkap, ambil sample feses untuk kultur, jika perlu,
Edukasi : anjurkan menghindari makanan pembentuk gas, pedas, dan
mengandung laktosa, anjurkan melanjutkan pemberian asi, Kolaborasi :
kolaborasi pemberian antibiotika,kolaborasi pemberian obat antispasmodic,
pemberian obat pengeras feses.
Intervensi dan kriteria hasil defisit nutrisi berhubungan dengan
ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien yaitu setelah dilakukan intervensi
keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan status nutrisi membaik dengan
kriteria hasil diare menurun, nyeri abdomen menurun, nafsu makan membaik,

73
berat badan membaik, nafsu makan membaik, bising usus membaik,
membrane mukosa membaik dengan intervensi observasi : identifikasi status
nutrisi, identifikasi alergi dan intoleransi makanan, identifikasi makanan yang
disukai, monitor berat badan, monitor hasil pemeriksaan lab. terapeutik :
sajikan makanan yang membeaik dengan suhu yang sesuai,berikaan makanan
kalori protein tinggi. edukasi : anjurkan menggunakan pelembab, anjurkan
minum air yang cukup, anjurkan posisi duduk, kolaborasi : kolaborasi
pemberian medikasi sebelum makan.
Intervensi dan kriteria hasil pada diagnosa keperawatan resiko
hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif yaitu setelah
dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan status cairan
meningkat dengan kriteria hasil turgor kulit meningkat, membrane mukosa
meningkat output, kadar hb meningkat, kadar ht meningkat, keluhan haus
menurun, suhu tubuh membaik dengan intervensi observasi : periksa tanda
dan gejala hypovolemia ( missal frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah,
tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun,
membrane mukosa kering, volume urin menurun,haus,lemah), monitor intake
dan output cairan, terapeutik : hitung kebutuhan cairan, berikan asupan cairan
oral, edukasi : anjurkan memperbanyak asupan cairan oral, anjurkan
menghidari posisi mendadak, kolaborasi : kolaborasi pemberian cairan
isotonis (Nacl.RL), kolaborasi pemberian infus cairan kristaloid 20 ml/kg bb
untuk anak.

4.4 Implementasi keperawatan


Implementasi yang dilakukan pada klien An. D dilakukan disesuaikan
dengan perencanaan yang telah disusun. Implementasi yang dilakukan
pada klien An, D pada tanggal 25 mei 2018 yaitu menganjurkan kepada
ibu klien untuk memberikan obat anti diare pada klien,, penatalaksanaan
pemberian medikasi infuse. Implementasi yang dilakukan klien pada
tanggal 26 Juni 2018 yaitu menganjurkan kepada ibu klien untuk
memberikan obat anti diare pada klien, mengobservasi turgor kulit,

74
anjurkan pada ibu klien untuk mengganti pakaian yang longgar pada
klien, mpenatalaksanaan pemberian medikasi infuse, dan mengoleskan
lotion atau baby oil pada daerah anus. Implementasi yang dilakukan pada
klien pada tanggal 27 Juni 2018 yaitu Menganjurkan kepada ibu klien
untuk memberikan obat anti diare pada klien mengobservasi turgor kulit,
anjurkan pada ibu klien untuk mengganti pakaian yang longgar pada
klien, memonitoring kulit akan adanya kemerahan, dan penatalaksanaan
pemberian medikasi infuse
Dalam implementasi diagnosa keperawatan diare berhubungan
dengan fisiologis (proses infeksi) pada klien ada beberapa tindakan yang
tidak dilakukan yaitu diarhae management, evaluasi efek samping
pengobatan terhadap gastrointestinal, evaluasi intake makanan yang
masuk, identifikasi faktor penyebab dari diare, monitor tanda dan gejala
diare, observasi turgor kulit secara rutin, ukur diare/keluaran BAB,
hubungi dokter jika ada kenaikan bising usus, dan monitor persiapan
makanan yang aman.
Implementasi yang dilakukan pada klien 2 dimulai pada tanggal 20
Januari 2017 s/d 25 Januari 2021 Implementasi yang dilakukan pada
klien 101 101 2 dengan diagnosa keperawatan hipovolemi berhubungan
dengan kehilangan cairan aktif dan defisit nutrisi berhubungan dengan
penurunan intake makanan sudah dilakukan sesuai dengan intervensi
asuhan keperawatan yang telah disusun. Implementasi pada diagnosa r8
esikp hipovolemi dengan kehilangan cairan aktif yang dilakukan ialah
kaji tanda – tanda vital pasien, kaji tanda-tanda dehidrasi, kaji intake dan
output cairan, anjurkan keluarga untuk memberikan minum sedikit tapi
sering, dan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat dan
cairan, infus NACL gtt 16 x/m dan oralit.
Sedangkan Implementasi diagnosa keperawatan defisit nutrisi
berhubungan dengan penurunan intake makanan pada klien 2 yang telah
dilakukan adalah kaji pola nutrisi pasien, timbang berat badan pasien,
kaji fakor penyebab gangguan pemenuhan nutrisi, anjurkan pasien untuk

75
meningkatka protein dan vitamin, berikan diet dalam kondisi hangat dan
porsi kecil tapi sering, dan kolaborasi dengan tim ahli gizi dalam
pemenuhan / penentuan diet pasien.
Kesimpulan dari uraian diatas adalah pada klien 1 tidak dilakukan
semua tindakan yang telah direncanakan, sedangkan pada klien 2
dilakukan semua tindakan yang telah direncanakan.

4.5 Evaluasi
Evaluasi keperawatan mengukur keberhasilan dari rencana dan
pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi
kebutuhan klien. Penilaian adalah tahap yang menentukan apakah tujuan 102
102 tercapai. Evaluasi selalu berkaitan dengan tujuan yaitu pada komponen
kognitif, afektif, psikomotor, perubahan fungsi dan tanda gejala yang spesifik
( Olfah & Ghofur, 2016 ).
Hasil evaluasi yang dilakukan pada klien 1 terdapat diagnosa
keperawatan yang teratasi setelah 3 hari dilakukan asuhan keperawatan yaitu
diagnosa keperawatan diare berhubungan dengan fisiologis (proses infeksi)
dan diagnosa keperawatan gangguan integritas kulit berhubungan dengan
eksresi/BAB sering . Sedangkan pada klien 2 terdapat diagnosa yang teratasi
sebagian setelah 2 hari dilakukan asuhan keperawatan yaitu diagnosa
hipovolemi berhubungan dengan kehilangan cairan aktif dan diagnosa
keperawatan defisit nutrisi berhubungan dengan penurunan intake makanan.

76
BAB V
PENUTUP

Berdasarkan hasil tugas dan pembahasan BAB IV mengenai, penerapan asuhan


keperawatan pada klien anak dengan diare pada klien An. D di ruang kanak – anak ,
maka kesimpulan dan saran adalah sebagai berikut :

A. Kesimpulan
1. Pengkajian
Pada saat penulis melakukan pengkajian pada An. D pada tanggal 25 Mei
2021 didapat data melalui klien dan keluarga klien. An. D tidak pernah
memiliki penyakit keluarga yang mengalami penyakit keturunan maupun
menular. Keluarga juga tidak ada yang menderita riwayat penyakit
kronik, hipertensi, DM, jantung, dan lainnya. Pada saat dilakukan
pemeriksaan fisik, tidak ada kelainan yang ditemukan penulis.
2. Diangnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien diare
sebanyak 7 diagnosa yaitu gangguan pertukaran gas, hipovolemia, diare,
defisit nutrisi, gangguan integritas kulit, ansietas, dan risiko syok.
Namun pada klien An.D diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan
ialah diare berhubungan dengan fisiologis (proses infeksi), Defisit nutrisi
berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient, risiko
hipovolemia berhubungan dengan faktor resiko kehilangan cairan secara
aktif
3. Intervensi keperawatan
Intervensi yang digunakan dalam kasus pada klien An. D disusun
sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan dan disesuaikan dengan teori
yang ada. Intervensi disusun sesuai dengan masalah yang ditemukan
berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan secara mandiri maupun
kolaborasi.
4. Implementasi keperawatan

77
Implementasi keperawatan dilaksanakan sesuai dengan rencana
tindakan yang telah disusun. Implementasi pada klien An. D sesuai
dengan kebutuhan klien dengan diare.
5. Evaluasi
Akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan
keperawatan yang di berikan. Evaluasi yang dilakukan pada klien An. D
selama 3 hari dan dibuat dalam bentuk SOAP. Didapatkan ke 3
Diangnosa keperawatan yang diangkat belum ada teratasi dan intervensi
masih dilanjutkan.

B. Saran
1. Profesi
Didalam peningkatan mutu pelayanan Asuhan Keperawatan, organisasi
profesi perawat dituntut untuk senantiasa memperhatikan penerapan standar
asuhan keperawatan yang berpedoman kepada kode etik dan falsafah
keperawatan.
2. Rumah Sakit
Keberhasilan profesi asuhan keperawatan sangat ditunjang fasilitas yang
memadai, oleh karena itu agar menyiapkan fasilitas yang cukup sesuai
standart untuk menunjang pelaksanaan asuhan keperawatan. Penambahan
tenaga dan meningkatkan profesionalisme pelayanan khususnya dalam
bidang keperawatan melalui pelatihan dan mengikuti pendidikan ke jenjang
yang lebih tinggi
3. Institusi Pendidikan
Penulisan makalah ini menjadi kepustakaan perlu ditata dengan baik dan
kelengkapan kepustakaan yang berhubungan dengan keperawatan. Dan
perlu adanya peningkatan dan pengembangan keterampilan agar dapat
mahasiswa memiliki pengetahuan tentang penanganan keterampilan tentang
diare

78
79

Anda mungkin juga menyukai