HIPERAKTIF
Di Susun Oleh
A. Defenisi
Sindrome hiperaktivitas merupakan istilah gangguan kekurngn perhatian
menandakan gangguan-ganguan sentral yang terdapat pada anak-ank, yang sampai saat
ini di cap sebagai menderita hiperaktivitas, hiperkinesis, kerusakan otak minimal atau
disfungsi serebral minimal.
Hiperaktif menunjukan adanya suatu pola prilaku yang menetap pada seorang
anak. Prilaku ini ditandai dengan sikap tidak mau diam, tidak bisa berkonsentrasi dan
bertindak sekehendak hatinya atau implunsif. Hiperaktif adalah gangguan tingkah laku
yang tidak normal, disebabkan oleh disfungsi neurologis dengan gejala utama tidak
mampu memutuskan perhatian (Nelson 2014).
B. Klasifikasi
C. Etiologi
a. Faktor neurologik
Insiden hiperaktif yang lebih tinggi didapatkan pada bayi yang lahir dengan
masalah-masalah prenatal seperti lamanya proses persalinan, distresfetal,
persalinan dengan cara ekstraksi forcep, toksimiagravidarum atau eklamsia
dibandingkan dengan kehamilan dan persalinan normal. Di samping itu faktor-
faktor seperti bayi yang lahir dengan berat badan rendah, ibu yang terlalu muda,
ibu yang merokok dan minum alkohol juga meninggikan insiden hiperaktif.
Terjadinya perkembangan otak yang lambat. Faktor etiologi dalam bidang
neuoralogi yang sampai kini banyak dianut adalah terjadinya disfungsi pada salah
satu neurotransmiter di otak yang bernama dopamin. Dopamin merupakan zat
aktif yang berguna untuk memelihara proses konsentrasi. Beberapa studi
menunjukkan terjadinya gangguan perfusi darah di daerah tertentu pada anak
hiperaktif, yaitu di daerah striatum, daerah orbital-prefrontal, daerah orbital-
limbik otak, khususnya sisi sebelah kanan.
b. Faktor toksik
Beberapa zat makanan seperti salisilat dan bahan-bahan pengawet memiliki
potensi untuk membentuk perilaku hiperaktif pada anak. Di samping itu, kadar
timah (lead) dalam serum darah anak yang meningkat, ibu yang merokok dan
mengkonsumsi alkohol, terkena sinar X pada saat hamil juga dapat melahirkan
calon anak hiperaktif.
c. Faktor genetik
Didapatkan korelasi yang tinggi dari hiperaktif yang terjadi pada keluarga dengan
anak hiperaktif. Kurang lebih sekitar 25-35% dari orang tua dan saudara yang
masa kecilnya hiperaktif akan menurun pada anak. Hal ini juga terlihat pada anak
kembar.
D. Patofisiologi
Kurang konsentrasi atau gangguan hiperaktivitas ditandai dengan gangguan
konsentrasi, sifat inplusi dan hiperaktivitas. Tidak terdapat bukti yang menyakinkan
tentang sesuatu mekanisme patofisiologi ataupun gangguan biokomiawi. Anak pria
yang hiperaktif yang berusia antara 6-9 tahun serta yang mempunyai IQ yang sedang,
yang teah memberikan tanggapan yang baik terhadap pengobatan-pengobatan stimulan,
memperlihatkan drajat perangsangan yang rendah di dalam susunan syaraf pusat
mereka, sebelum pengobatan tersebut dilaksanakan, sebagaimana yang berhasil di ukur
dengan mempergunakan elektroensefalografi, potensial-potensial yang dilakukan
secara auditorik serta sifat penghantar kulit. Anak priaini mempunyai skor tinggi untuk
kegelisahan, mudahnya perhatian mereka ddialihkan, lingkup perhatian mereka yang
buruk serta impuplsivitas. Dengan 3 minggu pengobatan serta perawatan, maka angka-
angka laboratorik menjadi lebih mendekati normal serta penilaian yang di berikan oleh
para guru mereka memperlihatkan tingkah laku yang lebih baik.
E. Pathway
PATHWAY
Ggn.perkembangan di
otak
Hiperaktivit
as
Lambat dalam
Resiko Cedera
perkembangan
Harga diri
rendah
situasional
F. Manifestasi Klinis
Ciri utama anak yang menderita sindrome hiperaktivitas yaitu :
2. Hiperaktif
Mempunyai terlalu banyak energi, misalnya berbicara terus menerus, tidak mampu
duduk diam, selalu bergerak dan sulit tidur.
3. Impulsif
Sulit untuk menunggu giliran dalam permainan, sulit mengatur pekerjaannya,
bertindak tanpa berfikir, misalnya mengejar bola yang larri kr jalan raya, menabrak
pot bunga pada waktu berlari keruangan atau berbicara tanpa dipikirkan terlebih
dahulu akibatnya.
4. Menentang
Anak dengan gangguan hiperaktivitas umumnya memiliki sikap
penantang/pembangkang atau tidak mau dinasehati, misalnnya penderita akan
marah jika dilarang berlari kesana kemari, coret-coret atau naik turun tangga tak
berhenti. Penolakannya juga bisa ditunjukan dengan sikap cuek.
5. Destruktif
Perilakkunya bersifat destruktif atau merusak. Ketika menyusun lego misalnya,
anak aktif akan menyelesaikannya dengan baik sampe lego tersusun rapi.
Sebaliknya anak hiperaktif bukan menyelesaikannya malah menghancurkan mainan
lego yang sudah tersusun rapi.
6. Tanpa Tujuan
Semua aktivitas dilakukan tanpa tujuan jelas, kalau anak aktif ketika naik ke atas
kursi punya tujuan, misalnya ingin mengambil mainan atau bermain peran sebagai
supermen. Anak hiperaktif melakukannya tanpa tujuan. Dia hanya naik dan turun
kursi saja.
G. Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada pemeriksaan labolatorium yang akan menegakan diagnosis gangguan
kekurangan perhatian. Anak yang mengalami hiperaktivitas dilaporkan memperlihatkan
jumlah gelombang-gelombang lambat yang bertambah banyak pada elektorenefalogram
mereka, tanpa disertai dengan adanya bukti tentang penyakit neurologik atau epilepsy
yang progesif, tetapi penemuan ini mempunyai makna yang tidak pasti. Suatu EEG
yang dianalis oleh komputer akan dapat membantu didalam melakukan penilaian
tentang ketidakmampuan belajar pada anak itu.
H. Penatalaksanaan
1. Keperawatan
1) Pengobatan serta perawatan yang harus dilaksanakan pada anak yang mengalami
gangguan hiperaktif ditujukan kepada keadaan sosial lingkungan rumah dan
ruangan kelas penderita serta kepada kebutuhan-kebutuhan akademik dan
psikososial anak yang bersangkutan, suatu penjelasan yang terang mengenai
keadaan anak tersebut haruslah diberikan kepada kedua orang tuanya dan kepada
anak itu sendiri.
2) Anak tersebut hendaklah mempunyai aturan yang berjalan secara teratur menurut
jadwal yang sudah ditetapkan dan mengikuti kegiatan rutinnya itu, dan sebaiknya
selalu diberikan kata-kata pujian.
3) Perangsangan yang berlebihan serta keletihan yang sangat hebat haruslah
dihindarakan, anak tersebut akan mempunyai saat-saat santai setelah bermain
terutama sekali setelah ia melakukan kegiatan fisik yang kuat dan keras
4) Periode sebelum pergi tidur haruslah merupakan masa tenang, dengan cara
menghindarkan acara-acara televisi yang merangsang, permainan-permainan yang
keras dan jungkir balik.
5) Lingkungan di sekitar tempat tidur sebaiknya diatur sedemikian rupa, barang-
barang yang membahayakan dan mudah pecah dihindarkan.
6) Tehnik-tehnik perbaikan aktif yang lebih formal akan dapat membantu, dengan
memberikan hadiah kepada anak tersebut berupa bintang atau tanda sehingga
mereka dapat mencapai kemajuan dalam tingkah laku mereka.
2. Medis
1) Terapi farmakologi :
Farmakoterapi kerap kali diberikan kepada anak-anak yang mengalami gangguan
hiperaktif. Farmakologi sering digunakan adalah dekstroamfetamin, metilfenidat,
magnesium pemolin serta fenotiazin. obat tersebut mempunyai pengaruh-
pengaruh sampingan yang lebih sedikit. Cara bekerja obat tersebut mungkin sekali
adalah dengan mengadakan modifikasi di dalam gangguan-gangguan fundamental
pada rentang perhatian, konsentrasi serta impulsivitas. Oleh karena respon yang
akan mereka berikan terhadap pengobatan tidak dapat diramalkan sebelumnya,
maka biasanya diperlukan suatu masa percobaan klinik, mungkin akan dibutuhkan
waktu 2-3 minggu dengan pemberian pengobatan setiap hari untuk menentukan
apakah akan terdapat pengaruh obat itu atau tidak.
2) Dosis:
Obat tersebut diberikan setelah makan pagi dan makan siang, agar hanya
memberikan pengaruh yang minimal kepada nafsu makan dan tidur penderita.
Metilfenidat : dosis yang diberikan berbeda-beda sesuai dengan usia masing-
masing anak akan tetapi berat badan tidak berpengaruh terhadap dosis.pada
awalnya mereka diberikan 5 mg pada saat makan pagi serta pada waktu makan
siang. Jika tidak ada respon yang diberikan maka dosis di naikan dengan 2,5
mg dengan selang waktu 3-5 hari. Bagi anak-anak yang berusia 8-9 tahun dosis
yang efektif adalah 15-20 mg/24 jam. Sementara itu anak yang berusia lebuh
lanjut akan memerlukan dosis sampai 40 mg/jam. Pengaruh obat ini akan
berlangsung selama 2-4 hari. Biasanya anak akan bersifat rewel dan menangis.
Jika pemakaian obat ini sudah berlangsung lama dan dosis yang diberikan lebih
dari 20 mg/jam rata-rata mereka akan mengalami pengurangan 5 cm dari tinggi
yang diharapkan.
Dekstroamfetamin : dapat diberikan dalam bentuk yang dilepaskan
(showreleased) secara sedikit demi sedikit. Dosis awalnya adalah 10 mg
dengan masa kerja selama 8-18 jam sehingga penderita hanya membutuhkan
satu dosis saja setiap hari, pada waktu sarapan pagi. Dosisnya dalah kira
sebesar setengah dosis metilfenidat, berkisar antara 10-20 mg/jam
Magnesium pemolin : dianjurkan untuk memberikan dosis awal sebesar 18,75
mg, untuk selanjutnya dinaikan dengan setengah tablet/minggu. Akan
dibutuhkan waktu selama 3-4 minggu untuk menetapkan keefektifan obat
tersebut. Efek samping dari obat tersebut adalah berpengaruh terhadap fungsi
hati, kegugupan serta kejutan otot yang meningkat.
Fenotiazin : dapat menurunkan tingkah laku motorik anak yang bersangkutan,
efek samping : perasaan mengantuk, iritabilitas serta distonia.
Secara umum efek samping dari pemakaian obat-obatan tersebut diatas adalah
anoreksia dan penurunan berat badan, nyeri perut bagian atas serta sukar tidur,
anak akan mudah menangis serta peka terhadap celaan ataupun hukuman,
detak jantung yang meningkat serta penekanan pertumbuhan. Jika terjadi hal
demikian maka pengurangan dosis atau penghentian pengguanaan obat-obatan
perlu dihentikan.
I. Komplikasi
Diagnosis sekunder sampai gangguan konduksi, depresi dan penyakit ancietas
Pencapaian akademik kurang gagal disekolah,sulit membaca dan mengerjakan
aritmatika (sering kali akibat abnormalitas konsentrasi.
Hubungan dengan teman sebaya buruk (sering kali akibat perilaku agresif dan kata
kata)
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN HIPERAKTIF
A. Pengkajian
a. Identitas klien : Meliputi nama (inisial), jenis kelamin, pendidikan, alamat dan
agama.
b. Kaji riwayat keluarga melalui wawancara atu genogram
Data yang dapat diperoleh apakah anak tersebut lahir prematur, berat badan lahir
rendah, anoksia, penyulit kehamilan lainnya atau ada faktor genetik yang diduga
sebagai penyebab dari gangguan hiperaktivitas pada anak.
c. Kaji riwayat perilaku anak.
Riwayat perkembangan, dimana dulu seorang bayi yang gesit, aktif dan
banyak menuntut, yang mempunyai tanggapan – tanggapan yang mendalam dan
kuat, dengan disertai kesulitan – kesulitan makan dan tidur, kerap kali pada bulan-
bulan pertama kehidupannya, sukar untuk menjadi tenang pada waktu
akan tidur serta lambat untuk membentuk irama diurnal. Kolik dilaporkan agak
umum terjadi pada mereka. Laporan guru tentang permasalahan-permasalahan
akademis serta tingkah laku di dalam kelas.
7. Konsep diri
a) Hal ini mungkin sulit dikaji pada anak yang masih kecil, tetapisecara umum harga
diri anak yang mengalami ADHD adalah rendah.
b) Karena mereka tidak berhasil di sekolah, tidak dapat memiliki banyak teman, dan
mengalami masalah dalam mengerjakan tugas di rumah, mereka biasanya merasa
terkucil sana merasa diri mereka buruk.
c) Reaksi negatif orang lain yangmuncul karena perilaku mereka sendiri sebagai
orang yang buruk dan bodoh
Beberapa diagnosis yang mungkin muncul pada kasus anak dengan hiperaktivitas antara
lain :
1. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan koping individu tidak efektif.
2. Risiko cedera berhubungan dengan hiperaktivitas dan perilaku impulsif.
3. Ketidakefektifankoping individu berhubungan dengankelainan fungsi darisystem
keluarga dan perkembangan ego yang terlambat, serta penganiayaan dan
penelantaran anak.
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas dan hiperaktif.
5. Ansietas (sedang sampai berat) berhubungan dengan ancaman konsep diri, rasa
takut terhadap kegagalan, disfungsi system keluarga dan hubungan antara orang tua
dan anak yang tidak memuaskan.
6. Penurunan koping keluarga berhubungan dengan perasaan bersalah yang
berlebihan, marah atau saling menyalahkan diantara anggota keluarga tentang
perilaku anak, kepenatan orang tua karena menghadapi anak dengan gangguan
dalam jangka waktu yang lama.
C. Intervensi Keperawatan
9. Hadirnya
seseorang yang dapat
dipercaya
memberikan rasa
aman.
7. Beri jaminan
ketersediaan pada
anak jika dia
terbangun pada
malam hari dan
dalam kondisi
ketakutan
5 Ansietas Tujuan: 1. Bentuk hubungan
(sedang Anak mampu kepercayaan dengan 1. Kejujuran,
sampai berat) mempertahankan anak. Bersikap ketersediaan dan
berhubungan ansietas di bawah jujur, konsisten di penerimaan
dengan tingkat sedang, dalam berespons meningkatkan
ancaman sebagaimana yang dan siap. Tunjukkan kepercayaan pada
konsep diri, ditandai oleh tidak rasa hormat yang hubungan anak
rasa takut adanya perilaku- positif dan tulus. dengan staf atau
terhadap perilaku yang yang perawat.
kegagalan, tidak mampu dalam 2. Sediakan aktivitas-
disfungsi menanggapi terhadap aktivitas yang 2. Tegangan dan
system stres. diarahkan pada ansietas dilepaskan
keluarga dan penurunan tegangan dengan aman dan
hubungan dan pengurangan dengan manfaat untuk
antara orang ansietas(misalnya anak melalui
tua dan anak berjalan atau joging, aktivitas-aktivitas
yang tidak bola voli, latihan fisik.
memuaskan. dengan musik,
pekerjaan rumah 3. Anak-anak cemas
tangga, permainan- sering menolak
permainan hubungan antara
kelompok. masalah-masalah
emosi dengan ansietas
3. Anjurkan anak mereka.Gunakan
untuk mekanisme-
mengidentifikasi mekanisme
perasaan-perasaan pertahanan projeksi
yang sebenarnya dan pemibdahan yang
dan untuk dilebih-lebihkan.
mengenali sendiri
perasaan-perasaan 4. Ansietas dengan
tersebut padanya. mudah dapat menular
pada orang lain.
4. Perawat harus
mempertahankan 5. Keamanan anak
suasana nyaman adalah prioritas
pada pasien. keperawatan.
8. Lakukan kolaborasi
dengan dokter
dalam pemberian
obat penenang
sesuai dengan yang
diperintahkan. Kaji
untuk
keefektifitasannya,
dan beri
petunjukkepada
anak mengenai
kemungkinan efek-
efek samping yang
memberi penharuh
berlawanan.
D. Implementasi Keperawatan
E. Evaluasi Keperawatan
Hasil yang diharapkan dari pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan
hiperaktif antara lain:
a. Anak mampu memperlihatkan perasaan-perasaan nilai diri yang meningkat saat
pulang.
b. Anak tidak akan melukai diri sendiri atau orang lain.
c. Anak mampu mengembangkan dan menggunakan keterampilan koping yang
sesuai dengan umur dan dapat diterima sosial.
d. Anak mampu untuk mencapai tidur tidak terganggu selama 6 sampai 7 jam setiap
malam.
e. Anak mampu mempertahankan ansietas di bawah tingkat sedang, sebagaimana
yang ditandai oleh tidak adanya perilaku-perilaku yang tidak perilaku yang tidak
mampu dalam menanggapi terhadap stres.
f. Anak mampu mendemonstrasikan kemampuan untuk berinteraksi dengan orang
lain tanpa menjadi defensif, perilaku merasionalisasi atau mengekspresikan
pikiran waham kebesaran.
g. Orang tua dapamendemonstrasikan metode intervensi yang lebih konsisten dan
efektif dalam berespons perilaku anak.
h. Dapat mengungkapkan secara verbal pemahaman tentang penyebab masalah
perilaku, perlunya terapi dalam kemampuan perkembangan.
Daftar Pustaka