PENDAHULUAN
Sejak awal manusia telah berusaha menjelaskan bagaimana dan mengapa terjadi
penuaan, namun tidak ada teori tunggal yang dapat menjelaskan proses penuaan. Setiap orang
akan mengalami enuaan, tetapi penuaan pada setiap individu akan berbeda tergantung faktor
herediter, stresor lingkungan, dan sejumlah besar faktor yang lain. Walaupun tidak ada satu
teori yang dapat menjelaskan peristiwa fisik, psikologis, dan peristiwa sosial yang kompleks
yang terjadi dari waktu ke waktu, suatu pemahaman dari penelitian dan teori-teori yang
dihasilkan sangant penting bagi perawat untuk membantu orang lanjut usia memelihara
kesehatan fisik dan psikis yang sempurna.
Gerontologi, studi ilmiah tentang efek penuaan dan penyakit yang berhubungan
dengan penuaan pada manusia, meliputi aspek biologis, fisiologis, psikososial, dan aspek
rohani dari penuaan. Perawat yang merencanakan dan memberikan perawatatn pada orang
diusianya yang telah lanjut mendukung dan mengembangkan teori yang menjadi dasar untuk
asuhan keperawatan selama tahap akhir kehidupan ini.
1
2. Untuk mengetahui batasan usia lanjut.
3. Untuk mengetahui teori-teori penuaan.
4. Untuk mengetahui perubahan-perubahan pada usia lanjut.
5. Untuk mengetahui factor-faktor perubahan proses menua.
2
BAB II
PEMBAHASAAN
Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah seseorang yang telah
memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah
memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini
akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan.
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi didalam kehidupan
manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu
waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses
alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa
dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua
berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang
mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, pengelihatan
semakin memburuk, gerakan lambat dan figure tubuh yang tidak proporsional (Nugroho,
2006).
WHO dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia
pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa usia 60 tahun adalah usia permulaan tua.
Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur
mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses menurunya daya tahan tubuh dalam
menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh.
Proses penuaan adalah normal, berlangsung secara terus menerus secara alamiah.
Dimulai sejak manusia lahir bahkan sebelumnya dan umunya dialami seluruh makhluk hidup.
Menua merupakan proses penurunan fungsi struktural tubuh yang diikuti penurunan daya
tahan tubuh. Setiap orang akan mengalami masa tua, akan tetapi penuaan pada tiap seseorang
berbeda-beda tergantung pada berbagai faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut
dapat berupa faktor herediter, nutrisi, stress,status kesehatan dan lain-lain (Stanley, 2006).
3
2.2 Batasan Usia Lanjut (Lansia)
Batasan umur pada usia lanjut dari waktu ke waktu berbeda. Menurut World Health
Organitation (WHO) lansia meliputi :
a. Virilitas (prasenium) yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan kematangan
jiwa (usia 55-59 tahun)
b. Usia lanjut dini (senescen) yaitu kelompok yang mulai memasuki masa usia lanjut dini
(usia 60-64 tahun)
c. Lansia berisiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit degeneratif (usia >65 tahun)
1. Teori Biologi
Teori biologis mencoba untuk menjelaskan proses fisik penuaan, termasuk perubahan
fungsi dan struktur, pengembangan, panjang usia dan kematian. Perubahan-perubahan dalam
tubuh termasuk perubahan molekular dan seluler dalam sistem organ utama dan kemampuan
tubuh untuk berfungsi secara adekuat dan melawan penyakit.
Teori biologis juga mencoba untuk menjelaskan mengapa orang mengalami penuaan
dengan cara berbeda dari waktu kewaktu dan faktor apa yang memengaruhi umur panjang,
4
perlawanan terhadap organisme, dan kematian atau perubahan seluler. Suatu pemahaman
tentang perspektif biologi dapat memberikan pengetahuan kepada perawat tentang faktor
resiko spesifik dihubungkan dengan penuaan dan bagaimana orang dapat dibantu untuk
meminimalkan atau menghindari resiko dan memaksimalkan kesehatan.
a. Teori Genetika
Teori sebab akibat menjelaskan bahwa penuaan terutama disebabkan oleh
pembentukan gen dan dampak lingkungan pada pembentukan kode genetik. Menurut teori
genetike, penuaan adalah suatu proses yang secara tidak sadar diwariskan yang berjalan dari
waktu ke waktu untuk mengubah sel atau struktur jaringan. Dengan kata lain, perubahan
rentang hidup dan panjang usia telah ditentukan sebelumnya. Teori genetika terdiri dari teori
asam deoksiribonukleat (DNA), teori ketepatan dan kesalahan, mutasi somatik, dan teori
glikogen.
Teori-teori ini menyatakan bahwa proses replikasi pada tingkatan seluler menjadi
tidak terartur karena adanya informasi tidak sesuai yang diberikan dari inti sel. Molekul DNA
menjadi bersilangan (crosslink) denga unsur yang lain sehingga mengubah informasi genetik.
Adanya crosslink ini mengakibatkan kesalahan pada tingkat seluler yang akhirnya
mengakibatkan sistem dan organ tubuh gagal untuk berfungsi. Bukti yang mendukung teori-
teori ini termasuk perkembangan radikal bebas, kolagen, dan lipofusin. Selain itu,
peningkatan frekuensi kanker dan penyakit autoimun yang dihubungkan dengan
bertambahnya umur menyatakan bahwa mutasi atau kesalahan terjadi pada tingkat molekular
dan selular.
5
c. Teori Cross Link
Teori crosslink dan jaringan ikat menyatakan bahwa molekul kolagen dan elastin,
komponen jaringan ikat, membentuk senyawa yang lama meningkatkan rigiditas sel,
crosslink diperkirakan akibat reaksi kimia yang menimbulkan aenyawa antara molekul-
molekul yang normalnya terpisah atau secara singkatnya sel-sel tua atau usang, reaksi
kimianya menyebakan kurang elastis dan hilangnya fungsi. Contoh crosslink jaringan ikat
terkait usia meliputi penurunan kekuatan daya rentang dinding arteri, tanggalnya gigi, tendon
kering dan berserat.
Radikal bebas adalah contoh dari produk sampah metabolisme yang menyebabkan
kerusakan ketika akumulasi terjadi. Radikal bebas dengan cepat dihancurkan oleh sistem
enzim pelindung pada kondisi normal. Beberapa radikal bebas berhasil lolos dari proses
perusakan ini dan berakumulasi didalam struktur biologis yang penting, saat itu kerusakan
organ terjadi.
Karena laju metabolisme terkait secara langsung pada pembentukan radikal bebas,
sehingga ilmuwan memiliki hipotesis bahwa tingkat kecepatan produksi radikal bebas
berhubungan dengan penentuan waktu rentang hidup. Pembatasan kalori dan efeknya pada
perpanjangan rentang hidup mungkin berdasarkan pada teori ini. Pembatasan kalori telah
terbukti dapat meningkatkan masa hidup pada tikus percobaan. Sepanjang masa hidup, tikus-
tikus tersebut telah mengalami penurunan angka kejadian kemunduran fungsional, dan
mengalami lebih sedikit kondisi penyakit yang berkaitan dengan peningkatan umur,
berkurangnya kemunduran fungsional tubuh, dan menurunnya insidensi penyakit yang
berhubungan dengan penuaan.
e. Teori Imunitas
Teori imunitas menggambarkan suatu kemunduran dalam sistem imun yang
berhubungan dengan penuaan. Ketika orang bertambah tua, pertahanan mereka terhadap
6
organisme asing mengalami penurunan, sehingga mereka lebih rentan untuk menderita
berbagai penyakit seperti kanker dan infeksi. Seiring dengan berkurangnya fungsi sistem
imun, terjadilah peningkatan dalam respons autoimun tubuh. Ketika orang mengalami
penuaan, mereka mungkin mengalami penyakit autoimun seperti artritis reumaoid dan alergi
terhadap makanan dan faktor lingkungan yang lain. Penganjur teori ini sering memusatkan
pada peran kelenjar timus. Berat dan ukuran kelenjar timus menurun seiring dengan
bertambahnya umur, seperti halnya kemampuan tubuh untuk diferensiasi sel T. karena
hilangnya diferensiasi sel T, tubuh salah mengenali sel yang tua dan tidak beraturan sebagai
benda asing dan menyerangnya.
f. Teori Neuroendokrin
Diskusi sebelumnya tentang kelenjar timus dan sistem imun serta interaksi antara
sistem saraf dan sistem endokrin menghasilkan persamaan yang luar biasa. Pada kasus
selanjutnya para ahli telah memikirkan bahwa penuaan terjadi oleh karena adanya suatu
perlambatan dalam sekresi hormon tertentu yang mempunyai suatu dampak pada reaksi yang
diatur oleh sistem saraf. Hal ini lebih jelas ditunjukkan dalam kelenjar hipofisis, tiroid,
adrenal, dan reproduksi.
Salah satu area neurologis yang mengalami gangguan secara universal akibat penuaan
adalah waktu reaksi yang diperlukan untuk menerima, memproses, dan bereaksi terhadap
perintah. Dikenal sebagai perlambatan tingkah laku, respon ini kadang-kadang
diinterpretasikan sebagai tindakan melawan, ketulian, atau kurangnya pengetahuan. Pada
umumnya, sebenarnya yang terjadi bukan satupun dari hal-hal tersebut, tetapi orang lanjut
usia sering dibuat untuk merasa seolah-olah mereka tidak kooperatif atau tidak patuh.
7
Perawat dapat memfasilitasi proses pemberian perawatan dengan cara memperlambat
instruksi dan menunggu respon mereka.
g. Riwayat Lingkungan
Menurut teori ini, faktor-faktor di dalam lingkungan (misalnya karsinogen dari
industri, cahaya matahari, trauma dan infeksi) dapat membawa perubahan dalam proses
penuaan. Walaupun faktor-faktor ini diketahui dapat mempercepat penuaan, dampak dari
lingkungan lebih merupakan dampak sekunder dan bukan merupakan faktor utama dalam
penuaan. Perawat dapat mempunyai pengetahuan yang mendalam tentang dampak dari aspek
ini terhadap penuaan dengan cara mendidik semua kelompok umur tentang hubungan antara
faktor lingkungan dan penuaan yang dipercepat. Ilmu pengetahuan baru mulai untuk
mengungkap berbagai faktor lingkungan yang dapat memengaruhi penuaan.
2. Teori psikososialogis
Teori psikososialogis memusatkan perhatian pada perubahan sikap dan perilaku yang
menyertai peningkatan usia, sebagai lawan dari implikasi biologi pada kerusakan anatomis.
Untuk tujuan pembahasan ini, perubahan sosiologis atau nonfisik dikombinasikan dengan
perubahan psikologis.
Masing-masing individu, muda, setengah baya, atau tua adalah unik dan memiliki
pengalaman, melalui serangkaian kejadian dalam kehidupan, dan melalui banyak peristiwa.
Salama 40 tahun terakhir, beberapa teori telah berupaya untuk menggambarkan bagaimana
perilaku dan sikap pada awal tahap kehidupan dapat memengaruhi reaksi manusia sepanjang
tahap akhir hidupnya. Pekerjaan ini disebut proses “penuaan yang sukses” contoh dari teori
ini termasuk teori kepribadian.
a. Teori Kepribadian
Kepribadian manusia adalah suatu wilayah pertumbuhan yang subur dalam tahun-
tahun akhir kehidupannya yang telah merangsang penelitian yang pantas dipertimbangkan.
Teori kepribadian menyebutkan aspek-aspek pertumbuhan psikologis tanpa menggambarkan
harapan atau tugas spesifik lansia. Juga mengembangkan suatu teori pengembangan
kepribadian orang dewasa yang memandang kepribadian sebagai ektrovert atau introvert ia
berteori bahwa keseimbangan antara keddua hal tersebut adalah penting kesehatan. Didalam
konsep intoritas dari Jung, separuh kehidupan manusia berikutnya digambarkan dengan
8
memeiliki tujuannya sendiri yaitu untuk mengembangkan kesadaran diri sendiri melalui
aktivitas yang dapat merefleksikan diri sendiri.
c. Teori Disengagement
Teori disengagement (teori pemutusan hubungan), dikembangkan pertama kali pada
awal tahun 1960-an, menggambarkan proses penarikan diri oleh lansia dari peran
bermasyarakat dan tanggung jawabnya. Menurut ahli teori ini, proses penarikan diri ini dapat
diprediksi, sistematis, tidak dapat dihindari, dan penting untuk fungsi yang tepat dari
masyarakat yang sedang tumbuh. Lansia dikatakan bahagia apabila kontak sosial telah
berkurang dan tanggung jawab telah diambil oleh generasi yang lebih muda. Manfaat
pengurangan kontak sosial bagi lansia adalah agar ia dapat menyediakan waktu untuk
merefleksikan pencapaian hidupnya dan untuk menghadapi harapan yang tidak terpenuhi,
sedangkan manfaatnya bagi masyarakat adalah dalam rangka memindahkan kekuasaan
generasi tua pada generasi muda.
Teori ini banyak menimbulkan kontroversi, sebagian karena penelitian ini dipandang
cacat dan karena banyak lansia yang menentang “postulat” yang dibangkitkan oleh teori
untuk menjelaskan apa yang terjadi didalam pemutusan ikatan atau hubungan. Sebagai
contoh, dibawah kerangka kerja teori ini, pensiun wajib menjadi kebijakan sosial yang harus
diterima. Dengan meningkatnya rentang waktu kehidupan alami, pensiun pada usia 65 tahun
9
berarti bahwa seorang lanjut usia yang sehat dapat berharap untuk hidup 20 yahun lagi. Bagi
banyak individu yang sehat dan produktif, prospek diri suatu langkah yang lebih lambat dan
tanggung jawab yang lebih sedikit merupakan hal yang tidak diinginkan. Jelasnya, banyak
lansia dapat terus menjadi anggota masyarakat produktif yang baik sampai mereka berusia 80
sampai 90 tahun.
d. Teori Aktivitas
Lawan langsung dari teori disengagement adalah teori aktivitas penuaan, yang
berpendapat bahwa jalan menuju penuaan yang sukses adalah dengan cara tetap aktif.
Havighurst yang pertama menulis tentang pentingnya tetap aktif secara sosial sebagai alat
untuk penyesuaian diri yang sehat untuk lansia pada tahun 1952. Sejak saat itu, berbagai
penelitian telah memvalidasi hubungan positif antara mempertahankan interaksi yang penuh
arti dengan oranglain dan kesejahteraan fisik dan mental orang tersebut. Gagasan pemenuhan
kebutuhan seseorang harus seimbang dengan pentingnya perasaan dibutuhkan oleh orang
lain. Kesempatan untuk turut berperan dengan cara yang penuh arti bagi kehidupan seseorang
yang penting bagi dirinya adalah suatu komponen kesejahteraan yang penting bagi lansia.
Penelitian menunjukkan bahwa hilangnya fungsi peran pada lansia secara negatif
memengaruhi kepuasan hidup.
Selain itu, penelitian terbaru menunjukkan pentingnya aktivitas mental dan fisik yang
berkesinambungan untuk mencegah kehilangan dan pemeliharaan kesehatan sepanjang masa
kehidupan manusia.
e. Teori Kontinuitas
Teori kontinuitas, juga di kenal sebagai suatu teori perkembangan, merupakan suatu
kelanjutan dari dua teori sebelumnya dan mencoba untuk menjelaskan dampak kepribadian
pada kebutuhan untuk tetap aktif atau memisahkan diri agar mencapai kebahagiaan dan
terpenuhinya kebutuhan di usia tua. Teori ini menekankan pada kemampuan koping individu
sebelumnya dan kepribadian sebagai dasar untuk memprediksi bagaimana seseorang akan
dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan akibat penuaan. Ciri kepribadian dasar
dikatakan tetap tidak berubah walaupun usianya telah lanjut. Selanjutnya, ciri kepribadian
secara khas menjadi lebih jelas pada saat orang tersebut bertambah tua. Seseorang yang
menikmati bergabung dengan orang lain dan memiliki kehidupan sosial yang aktif akan terus
menikmati gaya hidupnya ini sampai usianya lanjut. Orang yang menyukai kesendirian dan
10
memiliki jumlah aktivitas yang terbatas mungkin akan menemukan kepuasan dalam
melanjutkan gaya hidupnya ini. Lansia yang terbiasa memiliki kendali dalam membuat
keputusan mereka sendiri tidak akan dengan mudah menyerahkan peran ini hanya karena usia
mereka yang telah lanjut. Selain itu, individu yang telah melakukan manipulasi atau abrasi
dalam interaksi interpersonal mereka selama masa mudanya tidak akan tiba-tiba
mengembangkan suatu pendekatan yang berbeda didalam masa akhir krhidupannya.
Ketika perubahan gaya hidup dibebankan pada lansia oleh perubahan sosial-ekonomi
atau faktor kesehatan, permasalahan mungkin akan timbul. Kepribadian yang tetap tidak
diketahui selama pertemuan atau kunjungan singkat kadang-kadang dapat menjadi fokal dan
juga menjadi sumber kejengkelan ketika situasi mengharuskan adanya suatu perubahan
didalam pengaturan tempat tinggal. Keluarga yang berhadapan dengan keputusan yang sulit
tentang perubahan pengaturan tempat tinggal untuk seorang lansia sering memerlukan banyak
dukungan. Suatu pemahaman tentang pola kepribadian lansia sebelumnya dapat memberikan
pengertian yang lebih diperlukan dalam proses pengambilan keputusan ini.
Level yang lebih tinggi; aktualisasi diri akan terjadi apabila seseorang dengan yang
lebih rendah tingkat kebutuhannya terpenuhi untuk beberapa derajat, maka ia akan terus
bergerak di antara tingkat, dan mereka selalu berusaha menuju tingkat yang lebih tinggi.
1. Perubahan Fisik
a. Sistem Indra
11
b. Sistem pendengaran; Prebiakusis (gangguanpada pendengaran) oleh karena hilangnya
kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau
nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit dimengerti kata-kata, 50% terjadi pada
usia diatas 60 tahun.
c. Sistem Intergumen: Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastiskering dan
berkerut.Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan berbercak. Kekeringan
kulit disebabkan atropi glandula sebasea dan glandula sudoritera, timbul pigmen
berwarna coklat pada kulit dikenal dengan liver spot.
d. Sistem Muskuloskeletal Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia antara lain sebagai
berikut : Jaringan penghubung (kolagen dan elastin). Kolagen sebagai pendukung utama
kulit, tendon, tulang, kartilago dan jaringan pengikat mengalami perubahan menjadi
bentangan yang tidak teratur. pada diri manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga
kognitif, perasaan, sosial dan sexual (Azizah, 2011).1)Perubahan Fisik
e. Tulang: berkurangnya kepadatan tulang setelah di obserfasi adalah bagian dari penuaan
fisiologi akan mengakibatkan osteoporosis lebih lanjut mengakibatkan nyeri, deformitas
dan fraktur.(f)Otot: perubahan struktur otot pada penuaan sangat berfariasi, penurunan
jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan penghubung dan jaringan lemak
pada otot mengakibatkan efek negatif.
f. Sendi; pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligament dan fasia
mengalami penuaan elastisitas.
a. Sistem kardiovaskuler
Massa jantung bertambah, vertikel kiri mengalami hipertropi dan kemampuan peregangan
jantung berkurang karena perubahan pada jaringan ikat dan penumpukan lipofusin dan
klasifikasi Sa nudedan jaringan konduksi berubah menjadi jaringan ikat.
b. Sistem respirasi
Pada penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas total paru tetap, tetapi
volume cadangan paru bertambah untuk mengompensasi kenaikan ruang rugi paru, udara
yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan pada otot, kartilago dan sendi torak
12
mengakibatkan gerakan pernapasan terganggu dankemampuan peregangan toraks
berkurang.
d. Sistem perkemihan
Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan. Banyak fungsi yang
mengalami kemunduran, contohnya lajufiltrasi, ekskresi, dan reabsorpsi oleh ginjal.
e. Sistem saraf
Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atropi yang progresif pada
serabut saraf lansia. Lansia mengalami penurunan koordinasi dan kemampuan dalam
melakukan aktifitas sehari-hari.
f. Sistem reproduksi
Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya ovary dan uterus. Terjadi
atropi payudara. Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun
adanya penurunan secara berangsur-angsur.
3. Perubahan Kognitif
13
8) Kinerja (Performance)
9) Motivasi
Faktor-faktor perubahan proses menua dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor
eksternal pada perubahan proses menua.
1. Faktor internal
Kondisi psikososial itu sendiri meliputi perubahan kepribadian yang menjadi faktor
predisposisi yaitu gangguan memori, cemas, gangguan tidur, perasaan kurang percaya diri,
merasa diri menjadi beban orang lain, merasa rendah diri, putus asa dan dukungan sosial yang
kurang. Faktor sosial meliputi perceraian, kematian, berkabung, kemiskinan, berkurangnya
interaksi sosial dalam kelompok lansia mempengaruhi terjadinya depresi. Respon perilaku
seseorang mempunyai hubungan dengan kontrol sosial yang berkaitan dengan kesehatan.
Frekuensi kontak sosial dan tingginya integrasi dan keterikatan sosial dapat mengurangi atau
memperberat efek stress pada hipotalamus dan sistim saraf pusat. Hubungan sosial ini dapat
mengurangi kerusakan otak dan efek penuaan. Makin banyaknya jumlah jaringan sosial
padausialanjut mempunyai hubungan dengan fungsi kognitifatau mengurangi rata-rata
penurunan kognitif 39%.
2. Faktor eksternal
Faktor eksternal yang berpengaruh pada percepatan proses menua antara lain gaya
hidup, faktor lingkungan dan pekerjaan. Gaya hidup yang mempercepat proses penuaan
adalah jarang beraktifitas fisik, perokok, kurang tidur dan nutrisi yang tidak teratur. Hal
tersebut dapat diatasi dengan strategi pencegahan yang diterapkan secara individual pada usia
lanjut yaitudengan menghentikan merokok. Serta faktor lingkungan, dimana lansia manjalani
14
kehidupannya merupakan faktor yang secara langsung dapat berpengaruh pada proses menua
karena penurunan kemampuan sel, faktor-faktor ini antara lain zat-zat radikal bebas seperti
asap kendaraan, asap rokok meningkatkan resiko penuaan dini, sinar ultraviolet
mengakibatkan perubahan pigmen dan kolagen sehingga kulit tampak lebih tua.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah seseorang yang telah
memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah
memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini
akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan.
WHO dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia
pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa usia 60 tahun adalah usia permulaan tua.
Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur
mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses menurunya daya tahan tubuh dalam
menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh.
Teori psikososialogis memusatkan perhatian pada perubahan sikap dan perilaku yang
menyertai peningkatan usia, sebagai lawan dari implikasi biologi pada kerusakan anatomis.
Untuk tujuan pembahasan ini, perubahan sosiologis atau nonfisik dikombinasikan dengan
perubahan psikologis.
Faktor-faktor perubahan proses menua dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor
eksternal pada perubahan proses menua.
3.2 Saran
Semoga makalah ini, menjadi sumber referensi, baik acuan sebagai pembelajan,
maupun sebagai pedoman dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan kepada lanjut usia.
16
Daftar Pustaka
Al Husna, C.H. Teori Proses Menua dan Permasalahannya; Diakses tanggal 14/05/2019 dari
http://s1keperawatan.umm.ac.id/files/file/Teori%20Proses%20Menua%20dan%20Permasala
hannya.pdf
Pringgoutumo, dkk. 2002. Buku Ajar Patologi 1 (umum), Edisi 1. Jakarta. Sagung Seto.
17