Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH TEORI- TEORI PENUAAN

Di ajukan untuk memenuhi salah satu tugas keperawatan gerontik

DI SUSUN OLEH
KELOMPOK I

YOSEPUS APALEM
RICKI DJAPANDJATAI
RONALD S. DERAUKIN
MARYAM KULAPUPIN
LINCE C. LODAR
KETRINA NARAHA
LISTIANI D. LARWUY
LETASIA PITTER
MONALISA TANIWEL

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


PRODI KEPERAWATAN
PASAPUA AMBON
2022
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………...
DAFTAR ISI………………………………………………………………………..
BAB II PENDAHULUAN………………………………………………………….
1.1.LATAR BELAKANG………………………………………………...
1.2. RUMUSAN MASALAH………………………………………….....
1.3. TUJUAN……………………………………………………………..
1.4. MANFAAT…………………………………………………………..
BAB II PEMBAHASAN
2.1. PENGERTIAN PENUAAN………………………………………...
2.2. BATASAN USIA LANJUT (LANSIA)……………………………..
2.3. TEORI PENUAAN………………………………………………….
2.4. PERUBAHAN PERUBAHAN YANG TERJADI PADA USIA
LANJUT…………………………………………………………….
BAB II PENUTUP…………………………………………………………………
3.1. KESIMPULAN………………………………………………………
3.2. SARAN………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejak awal manusia telah berusaha menjelaskan bagaimana dan


mengapa terjadi penuaan, namun tidak ada teori tunggal yang dapat
menjelaskan proses penuaan. Setiap orang akan mengalami enuaan,
tetapi penuaan pada setiap individu akan berbeda tergantung faktor
herediter, stresor lingkungan, dan sejumlah besar faktor yang lain.
Walaupun tidak ada satu teori yang dapat menjelaskan peristiwa fisik,
psikologis, dan peristiwa sosial yang kompleks yang terjadi dari waktu
ke waktu, suatu pemahaman dari penelitian dan teori-teori yang
dihasilkan sangant penting bagi perawat untuk membantu orang lanjut
usia memelihara kesehatan fisik dan psikis yang sempurna.

Gerontologi, studi ilmiah tentang efek penuaan dan penyakit yang


berhubungan dengan penuaan pada manusia, meliputi aspek biologis,
fisiologis, psikososial, dan aspek rohani dari penuaan. Perawat yang
merencanakan dan memberikan perawatatn pada orang diusianya yang
telah lanjut mendukung dan mengembangkan teori yang menjadi dasar
untuk asuhan keperawatan selama tahap akhir kehidupan ini.

Teori-teori yang menjelaskan bagaimana dan mengapa penuaan


terjadi biasanya dikelompokkan kedalam dua kelompok besar, yaitu
teori biologis dan psikosoaial. Penelitian yang terlibat dengan jalur
biologi telah memusatkan perhatian pada indikator yang dapat dilihat
dengan jelas pada proses penuaan, banyak pada tingkat seluler,
sedangkan ahli teori psikososial mencoba untuk menjelaskan
bagaimana proses tersebut dipandang dalam kaitan dengan kepribadian
dan perilaku.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari usia lanjut?
2. Bagaimana batasan usia lanjut?
3. Apa saja teori-teori penuaan?
4. Apa saja perubahan-perubahan pada usia lanjut?
5. Apa saja factor-faktor perubahan proses menua?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian dari usia lanjut.
2. Untuk mengetahui batasan usia lanjut.
3. Untuk mengetahui teori-teori penuaan.
4. Untuk mengetahui perubahan-perubahan pada usia lanjut.
5. Untuk mengetahui factor-faktor perubahan proses menua.

1.4 Manfaat Penulisan

Untuk menambah pengetahuan kelompok tentang teori-teori


penuaan, dan sebagai pembelajaran dalam melakukan tindakan
keperawatan pada lansia.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Penuaan

Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah


seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia
merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki
tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan
lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau
proses penuaan.

Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi


didalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses
sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi
dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses
alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap
kehidupannya, yaitu anak, dewasa dan tua. Tiga tahap ini berbeda,
baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti
mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai
dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong,
pendengaran kurang jelas, pengelihatan semakin memburuk,
gerakan lambat dan figure tubuh yang tidak proporsional (Nugroho,
2006).

Menua (aging) adalah proses menghilangnya secara perlahan-


lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti diri
dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak
dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki
kerusakan yang diderita (Constantinides, 1994)

WHO dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang


kesejahteraan lanjut usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan
bahwa usia 60 tahun adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah
suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur
mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses menurunya
daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan
luar tubuh.
Proses penuaan adalah normal, berlangsung secara terus
menerus secara alamiah. Dimulai sejak manusia lahir bahkan
sebelumnya dan umunya dialami seluruh makhluk hidup. Menua
merupakan proses penurunan fungsi struktural tubuh yang diikuti
penurunan daya tahan tubuh. Setiap orang akan mengalami masa
tua, akan tetapi penuaan pada tiap seseorang berbeda-beda
tergantung pada berbagai faktor yang mempengaruhinya. Faktor-
faktor tersebut dapat berupa faktor herediter, nutrisi, stress, status
kesehatan dan lain-lain (Stanley, 2006).
2.2. Batasan Usia Lanjut (Lansia)

Batasan umur pada usia lanjut dari waktu ke waktu berbeda.


Menurut World Health Organitation (WHO) lansia meliputi :

a. Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59 tahun


b. Lanjut usia (elderly) antara usia 60 sampai 74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) antara usia 75 sampai 90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) diatas usia 90 tahun

Berbeda dengan WHO, menurut Departemen Kesehatan RI


(2006) pengelompokkan lansia menjadi :

a. Virilitas (prasenium) yaitu masa persiapan usia lanjut yang


menampakkan kematangan jiwa (usia 55-59 tahun)
b. Usia lanjut dini (senescen) yaitu kelompok yang mulai memasuki
masa usia lanjut dini (usia 60-64 tahun)
c. Lansia berisiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit degeneratif
(usia >65 tahun)

Menurut Undang-UndangNo. 4 Tahun 1965 Pasal 1 seseorang


dapat dinyatakan sebagai seorang jompo atau lanjut usia setelah
bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak
berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari
dan menerima nafkah dari orang lain. Undang-UndangNo. 13 Tahun
1998 tentang kesejahteraan lansia bahwa lansia adalah seseorang
yang mencapai usia 60 tahun keatas.

2.3. Teori-Teori Penuaan

Teori penuaan secara umum menurut Lilik Ma’rifatul (2011)


dapat dibedakan menjadi dua yaitu teori biologi dan teori penuaan
psikososial.

1. Teori Biologi
Teori biologis mencoba untuk menjelaskan proses fisik penuaan,
termasuk perubahan fungsi dan struktur, pengembangan, panjang
usia dan kematian. Perubahan-perubahan dalam tubuh termasuk
perubahan molekular dan seluler dalam sistem organ utama dan
kemampuan tubuh untuk berfungsi secara adekuat dan melawan
penyakit.

Teori biologis juga mencoba untuk menjelaskan mengapa orang


mengalami penuaan dengan cara berbeda dari waktu kewaktu dan
faktor apa yang memengaruhi umur panjang, perlawanan terhadap
organisme, dan kematian atau perubahan seluler. Suatu
pemahaman tentang perspektif biologi dapat memberikan
pengetahuan kepada perawat tentang faktor resiko spesifik
dihubungkan dengan penuaan dan bagaimana orang dapat dibantu
untuk meminimalkan atau menghindari resiko dan memaksimalkan
kesehatan.

a. Teori Genetika
Teori sebab akibat menjelaskan bahwa penuaan terutama
disebabkan oleh pembentukan gen dan dampak lingkungan pada
pembentukan kode genetik. Menurut teori genetike, penuaan
adalah suatu proses yang secara tidak sadar diwariskan yang
berjalan dari waktu ke waktu untuk mengubah sel atau struktur
jaringan. Dengan kata lain, perubahan rentang hidup dan panjang
usia telah ditentukan sebelumnya. Teori genetika terdiri dari teori
asam deoksiribonukleat (DNA), teori ketepatan dan kesalahan,
mutasi somatik, dan teori glikogen.
Teori-teori ini menyatakan bahwa proses replikasi pada
tingkatan seluler menjadi tidak terartur karena adanya informasi
tidak sesuai yang diberikan dari inti sel. Molekul DNA menjadi
bersilangan (crosslink) denga unsur yang lain sehingga mengubah
informasi genetik. Adanya crosslink ini mengakibatkan kesalahan
pada tingkat seluler yang akhirnya mengakibatkan sistem dan
organ tubuh gagal untuk berfungsi. Bukti yang mendukung teori-
teori ini termasuk perkembangan radikal bebas, kolagen, dan
lipofusin. Selain itu, peningkatan frekuensi kanker dan penyakit
autoimun yang dihubungkan dengan bertambahnya umur
menyatakan bahwa mutasi atau kesalahan terjadi pada tingkat
molekular dan selular.

b. Teori Radikal Bebas


Radikal bebas adalah produk metabolisme seluler yang
merupakan bagian molekul yang sangat reaktif. Molekul ini
memiliki muatan ekstraseluler kuat yang dapat menciptakan reaksi
dengan protein, mengibah bentuk dan sifatnya, molekul ini juga
dapat bereaksi dengan lipid yang berada dalam membran sel,
mempengaruhi permeabilitasnya atau dapat berikatan dengan
organel sel. Teori ini menyatakan bahwa penuaan disebabkan
karena terjadinya akumulasi kerusakan irreversibel akibat
senyawa pengoksidasi. Dimana radikal bebas dapat terbentuk
dialam, tidak stabilnya radikal bebas mengakibatkan oksidasi
bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein.

c. Teori Cross Link


Teori crosslink dan jaringan ikat menyatakan bahwa molekul
kolagen dan elastin, komponen jaringan ikat, membentuk senyawa
yang lama meningkatkan rigiditas sel, crosslink diperkirakan
akibat reaksi kimia yang menimbulkan aenyawa antara molekul-
molekul yang normalnya terpisah atau secara singkatnya sel-sel
tua atau usang, reaksi kimianya menyebakan kurang elastis dan
hilangnya fungsi. Contoh crosslink jaringan ikat terkait usia
meliputi penurunan kekuatan daya rentang dinding arteri,
tanggalnya gigi, tendon kering dan berserat.
d. Teori Wear and Tear
Teori ini mengusulkan bahwa akumulasi sampah metabolik
atau zat nutrisi dapat merusak sintesis DNA, sehingga mendorong
malfungsi molekular dan akhirnya malfungsi organ tubuh.
Pendukung teori ini percaya bahwa tubuh akan mengalami
kerusakan berdasarkan suatu jadwal.
Radikal bebas adalah contoh dari produk sampah
metabolisme yang menyebabkan kerusakan ketika akumulasi
terjadi. Radikal bebas dengan cepat dihancurkan oleh sistem
enzim pelindung pada kondisi normal. Beberapa radikal bebas
berhasil lolos dari proses perusakan ini dan berakumulasi didalam
struktur biologis yang penting, saat itu kerusakan organ terjadi.
Karena laju metabolisme terkait secara langsung pada
pembentukan radikal bebas, sehingga ilmuwan memiliki hipotesis
bahwa tingkat kecepatan produksi radikal bebas berhubungan
dengan penentuan waktu rentang hidup. Pembatasan kalori dan
efeknya pada perpanjangan rentang hidup mungkin berdasarkan
pada teori ini. Pembatasan kalori telah terbukti dapat meningkatkan
masa hidup pada tikus percobaan. Sepanjang masa hidup, tikus-
tikus tersebut telah mengalami penurunan angka kejadian
kemunduran fungsional, dan mengalami lebih sedikit kondisi
penyakit yang berkaitan dengan peningkatan umur, berkurangnya
kemunduran fungsional tubuh, dan menurunnya insidensi penyakit
yang berhubungan dengan penuaan.

e. Teori Imunitas
Teori imunitas menggambarkan suatu kemunduran dalam
sistem imun yang berhubungan dengan penuaan. Ketika orang
bertambah tua, pertahanan mereka terhadap organisme asing
mengalami penurunan, sehingga mereka lebih rentan untuk
menderita berbagai penyakit seperti kanker dan infeksi. Seiring
dengan berkurangnya fungsi sistem imun, terjadilah peningkatan
dalam respons autoimun tubuh. Ketika orang mengalami penuaan,
mereka mungkin mengalami penyakit autoimun seperti artritis
reumaoid dan alergi terhadap makanan dan faktor lingkungan
yang lain. Penganjur teori ini sering memusatkan pada peran
kelenjar timus. Berat dan ukuran kelenjar timus menurun seiring
dengan bertambahnya umur, seperti halnya kemampuan tubuh
untuk diferensiasi sel T. karena hilangnya diferensiasi sel T, tubuh
salah mengenali sel yang tua dan tidak beraturan sebagai benda
asing dan menyerangnya.
Pentingnya pendekatan pemeliharaan kesehatan, pencegahan
penyakit, dan promosi kesehatan terhadap npelayanan kesehatan,
terutama pada saat penuaan terjadi tidak dapat diabaikan.
Walaupun semua orang memerlukan pemeriksaan rutin untuk
memastikan deteksi dini dan perawatan seawal mungkin, tetapi
pada orang lanjut usia kegagalan melindungi sistem imun yang
telah mengalami penuaan melalui pemeriksaan kesehatan ini
dapat mendorong ke arah kematian awal dan tidak terduga. Selain
itu, program imunisasi secara nasional untuk mencegah kejadian
dan penyebaran epidemi penyaki, seperti pneumonia dan
influenza diantara orang lanjut usia juga mendukung dasar teoritis
praktik keperawatan.

f. Teori Neuroendokrin
Diskusi sebelumnya tentang kelenjar timus dan sistem imun
serta interaksi antara sistem saraf dan sistem endokrin
menghasilkan persamaan yang luar biasa. Pada kasus
selanjutnya para ahli telah memikirkan bahwa penuaan terjadi oleh
karena adanya suatu perlambatan dalam sekresi hormon tertentu
yang mempunyai suatu dampak pada reaksi yang diatur oleh
sistem saraf. Hal ini lebih jelas ditunjukkan dalam kelenjar
hipofisis, tiroid, adrenal, dan reproduksi.
Salah satu area neurologis yang mengalami gangguan secara
universal akibat penuaan adalah waktu reaksi yang diperlukan
untuk menerima, memproses, dan bereaksi terhadap perintah.
Dikenal sebagai perlambatan tingkah laku, respon ini kadang-
kadang diinterpretasikan sebagai tindakan melawan, ketulian, atau
kurangnya pengetahuan. Pada umumnya, sebenarnya yang terjadi
bukan satupun dari hal-hal tersebut, tetapi orang lanjut usia sering
dibuat untuk merasa seolah-olah mereka tidak kooperatif atau
tidak patuh. Perawat dapat memfasilitasi proses pemberian
perawatan dengan cara memperlambat instruksi dan menunggu
respon mereka.

g. Riwayat Lingkungan
Menurut teori ini, faktor-faktor di dalam lingkungan (misalnya
karsinogen dari industri, cahaya matahari, trauma dan infeksi)
dapat membawa perubahan dalam proses penuaan. Walaupun
faktor-faktor ini diketahui dapat mempercepat penuaan, dampak
dari lingkungan lebih merupakan dampak sekunder dan bukan
merupakan faktor utama dalam penuaan. Perawat dapat
mempunyai pengetahuan yang mendalam tentang dampak dari
aspek ini terhadap penuaan dengan cara mendidik semua
kelompok umur tentang hubungan antara faktor lingkungan dan
penuaan yang dipercepat. Ilmu pengetahuan baru mulai untuk
mengungkap berbagai faktor lingkungan yang dapat memengaruhi
penuaan.

2. Teori psikososialogis

Teori psikososialogis memusatkan perhatian pada perubahan


sikap dan perilaku yang menyertai peningkatan usia, sebagai lawan
dari implikasi biologi pada kerusakan anatomis. Untuk tujuan
pembahasan ini, perubahan sosiologis atau nonfisik dikombinasikan
dengan perubahan psikologis.
Masing-masing individu, muda, setengah baya, atau tua adalah
unik dan memiliki pengalaman, melalui serangkaian kejadian dalam
kehidupan, dan melalui banyak peristiwa. Salama 40 tahun terakhir,
beberapa teori telah berupaya untuk menggambarkan bagaimana
perilaku dan sikap pada awal tahap kehidupan dapat memengaruhi
reaksi manusia sepanjang tahap akhir hidupnya. Pekerjaan ini
disebut proses “penuaan yang sukses” contoh dari teori ini
termasuk teori kepribadian.

a. Teori Kepribadian
Kepribadian manusia adalah suatu wilayah pertumbuhan yang
subur dalam tahun- tahun akhir kehidupannya yang telah
merangsang penelitian yang pantas dipertimbangkan. Teori
kepribadian menyebutkan aspek-aspek pertumbuhan psikologis
tanpa menggambarkan harapan atau tugas spesifik lansia. Juga
mengembangkan suatu teori pengembangan kepribadian orang
dewasa yang memandang kepribadian sebagai ektrovert atau
introvert ia berteori bahwa keseimbangan antara keddua hal
tersebut adalah penting kesehatan. Didalam konsep intoritas dari
Jung, separuh kehidupan manusia berikutnya digambarkan
dengan memeiliki tujuannya sendiri yaitu untuk mengembangkan
kesadaran diri sendiri melalui aktivitas yang dapat merefleksikan
diri sendiri.

b. Teori Tugas Perkembangan


Beberapa ahli teori sudah menguraikan proses maturasi
dalam kaitannya dengan tugas yang harus dikuasai pada tahap
sepanjang rentang hidup manusia. Hasil penelitian Ericson
mungkin teori terbaik yang dikenal dalam bidang ini. Tugas
perkembangan adalah aktivitas dan tantangan yang harus
dipenuhi oleh seseorang pada tahap-tahap spesifik dalam
hidupnya untuk mencapai penuaan yang sukses.
Erickson menguraikan tugas utama lansia adalah mampu
melihat kehidupan seseorang sebagai kehidupan yang dijalani
dengan integritas. Pada kondisis tidak adanya pencapaian
perasaan bahwa ia telah menikmati kehidupan yang baik, maka
lansia tersebut beresiko untuk disibukkan dengan rasa penyesalan
atau putus asa. Minat yang terbaru dalam konsep ini sedang
terjadi pada saat ahli gerontologi dan perawat gerontologi
memeriksa kembali tugas perkembanagn lansia.

c. Teori Disengagement
Teori disengagement (teori pemutusan hubungan),
dikembangkan pertama kali pada awal tahun 1960-an,
menggambarkan proses penarikan diri oleh lansia dari peran
bermasyarakat dan tanggung jawabnya. Menurut ahli teori ini,
proses penarikan diri ini dapat diprediksi, sistematis, tidak dapat
dihindari, dan penting untuk fungsi yang tepat dari masyarakat
yang sedang tumbuh. Lansia dikatakan bahagia apabila kontak
sosial telah berkurang dan tanggung jawab telah diambil oleh
generasi yang lebih muda. Manfaat pengurangan kontak sosial
bagi lansia adalah agar ia dapat menyediakan waktu untuk
merefleksikan pencapaian hidupnya dan untuk menghadapi
harapan yang tidak terpenuhi, sedangkan manfaatnya bagi
masyarakat adalah dalam rangka memindahkan kekuasaan
generasi tua pada generasi muda.
Teori ini banyak menimbulkan kontroversi, sebagian karena
penelitian ini dipandang cacat dan karena banyak lansia yang
menentang “postulat” yang dibangkitkan oleh teori untuk
menjelaskan apa yang terjadi didalam pemutusan ikatan atau
hubungan. Sebagai contoh, dibawah kerangka kerja teori ini,
pensiun wajib menjadi kebijakan sosial yang harus diterima.
Dengan meningkatnya rentang waktu kehidupan alami, pensiun
pada usia 65 tahun berarti bahwa seorang lanjut usia yang sehat
dapat berharap untuk hidup 20 yahun lagi. Bagi banyak individu
yang sehat dan produktif, prospek diri suatu langkah yang lebih
lambat dan tanggung jawab yang lebih sedikit merupakan hal yang
tidak diinginkan. Jelasnya, banyak lansia dapat terus menjadi
anggota masyarakat produktif yang baik sampai mereka berusia
80 sampai 90 tahun.

d. Teori Aktivitas
Lawan langsung dari teori disengagement adalah teori
aktivitas penuaan, yang berpendapat bahwa jalan menuju
penuaan yang sukses adalah dengan cara tetap aktif. Havighurst
yang pertama menulis tentang pentingnya tetap aktif secara sosial
sebagai alat untuk penyesuaian diri yang sehat untuk lansia pada
tahun 1952. Sejak saat itu, berbagai penelitian telah memvalidasi
hubungan positif antara mempertahankan interaksi yang penuh
arti dengan oranglain dan kesejahteraan fisik dan mental orang
tersebut. Gagasan pemenuhan kebutuhan seseorang harus
seimbang dengan pentingnya perasaan dibutuhkan oleh orang
lain.

e. Teori Kontinuitas
Teori kontinuitas, juga di kenal sebagai suatu teori
perkembangan, merupakan suatu kelanjutan dari dua teori
sebelumnya dan mencoba untuk menjelaskan dampak
kepribadian pada kebutuhan untuk tetap aktif atau memisahkan
diri agar mencapai kebahagiaan dan terpenuhinya kebutuhan di
usia tua. Teori ini menekankan pada kemampuan koping individu
sebelumnya dan kepribadian sebagai dasar untuk memprediksi
bagaimana seseorang akan dapat menyesuaikan diri terhadap
perubahan akibat penuaan. Ciri kepribadian dasar dikatakan tetap
tidak berubah walaupun usianya telah lanjut. Selanjutnya, ciri
kepribadian secara khas menjadi lebih jelas pada saat orang
tersebut bertambah tua. Seseorang yang menikmati bergabung
dengan orang lain dan memiliki kehidupan sosial yang aktif akan
terus menikmati gaya hidupnya ini sampai usianya lanjut. Orang
yang menyukai kesendirian dan memiliki jumlah aktivitas yang
terbatas mungkin akan menemukan kepuasan dalam melanjutkan
gaya hidupnya ini. Lansia yang terbiasa memiliki kendali dalam
membuat keputusan mereka sendiri tidak akan dengan mudah
menyerahkan peran ini hanya karena usia mereka yang telah
lanjut. Selain itu, individu yang telah melakukan manipulasi atau
abrasi dalam interaksi interpersonal mereka selama
masa mudanya tidak akan tiba-tiba mengembangkan suatu
pendekatan yang berbeda didalam masa akhir kehidupannya.
f. Teori kebutuhan manusia
Banyak teori psikologis yang memberi konsep motivasi dan
kebutuhan manusia. Teori Maslow merupakan salah satu contoh
yang diberikan pada lansia. Setiap manusia yang berada pada
level pertama akan mengambil prioritas untuk mencapai.
Level yang lebih tinggi; aktualisasi diri akan terjadi
apabila seseorang dengan yang lebih rendah tingkat
kebutuhannya terpenuhi untuk beberapa derajat, maka ia akan
terus bergerak di antara tingkat, dan mereka selalu berusaha
menuju tingkat yang lebih tinggi.

2.4. Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Usia Lanjut

Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan


secara degenerative yang akan berdampak pada perubahan-
perubahan pada diri manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi
juga kognitif, perasaan, sosial dan sexual.

1. Perubahan Sistem Indra


a. Sistem Indra
b. Sistem pendengaran; Prebiakusis (gangguan pada
pendengaran) oleh karena hilangnya kemampuan (daya)
pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara
atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit
dimengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 60 tahun.
c. Sistem Intergumen: Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur,
tidak elastiskering dan berkerut.Kulit akan kekurangan cairan
sehingga menjadi tipis dan berbercak. Kekeringan kulit
disebabkan atropi glandula sebasea dan glandula sudoritera,
timbul pigmen berwarna coklat pada kulit dikenal dengan liver
spot.
d. Sistem Muskuloskeletal Perubahan sistem muskuloskeletal pada
lansia antara lain sebagai berikut : Jaringan penghubung
(kolagen dan elastin). Kolagen sebagai pendukung utama kulit,
tendon, tulang, kartilago dan jaringan pengikat mengalami
perubahan menjadi bentangan yang tidak teratur. pada diri
manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif,
perasaan, sosial dan sexual (Azizah, 2011).

2. Perubahan Fisik
a. Tulang: berkurangnya kepadatan tulang setelah di obserfasi
adalah bagian dari penuaan fisiologi akan mengakibatkan
osteoporosis lebih lanjut mengakibatkan nyeri, deformitas dan
fraktur.
b. Otot: perubahan struktur otot pada penuaan sangat
berfariasi, penurunan jumlah dan ukuran serabut otot,
peningkatan jaringan penghubung dan jaringan lemak pada
otot mengakibatkan efek negatif.
c. Sendi; pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon,
ligament dan fasia mengalami penuaan elastisitas.

3. Sistem Kardiovaskuler dan Respirasi


Perubahan sistem kardiovaskuler dan respirasi mencakup :

a. Sistem kardiovaskuler
Massa jantung bertambah, vertikel kiri mengalami hipertropi dan
kemampuan peregangan jantung berkurang karena perubahan
pada jaringan ikat dan penumpukan lipofusin dan klasifikasi Sa
nudedan jaringan konduksi berubah menjadi jaringan ikat.
b. Sistem respirasi
Pada penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas
total paru tetap, tetapi volume cadangan paru bertambah untuk
mengompensasi kenaikan ruang rugi paru, udara yang mengalir
ke paru berkurang. Perubahan pada otot, kartilago dan sendi
torak mengakibatkan gerakan pernapasan terganggu
dankemampuan peregangan toraks berkurang.
c. Pencernaan dan Metabolisme
Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti
penurunan produksi sebagai kemunduran fungsi yang nyata :
1) Kehilangan gigi,
2) Indra pengecap menurun,
3) Rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun),
4) Liver (hati) makin mengecil dan menurunnya tempat
penyimpanan, berkurangnya aliran darah.
d. Sistem perkemihan
Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan.
Banyak fungsi yang mengalami kemunduran, contohnya laju
filtrasi, ekskresi, dan reabsorpsi oleh ginjal.
e. Sistem saraf
Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan
atropi yang progresif pada serabut saraf lansia. Lansia
mengalami penurunan koordinasi dan kemampuan dalam
melakukan aktifitas sehari-hari.
f. Sistem reproduksi
Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan
menciutnya ovary dan uterus. Terjadi atropi payudara. Pada
laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa,
meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur.
4. Perubahan Kognitif

1. Memory (Daya ingat, Ingatan)


2. IQ (Intellegent Quocient)
3. Kemampuan Belajar (Learning)
4. Kemampuan Pemahaman (Comprehension)
5. Pemecahan Masalah (Problem Solving)
6. Pengambilan Keputusan (Decission Making)
7. Kebijaksanaan (Wisdom)
8. Kinerja (Performance)
9. Motivasi

3. Faktor-Faktor Perubahan Proses Menua

Faktor-faktor perubahan proses menua dipengaruhi oleh faktor


internal dan faktor eksternal pada perubahan proses menua.

1. Faktor internal

Pengaruh faktor-faktor internal seperti terjadinya penurunan


anatomik, fisiologik dan perubahan psikososial pada proses
menua makin besar, penurunan ini akan menyebabkan lebih
mudah timbulnya penyakit dimana batas antara penurunan
tersebut dengan penyakit seringkali tidak begitu nyata. Penurunan
anatomik dan fisiologik dapat meliputi sistem saraf pusat,
kardiovaskuler, pernapasan, metabolisme, ekskresi,
musculoskeletal serta kondisi psikososial.
Kondisi psikososial itu sendiri meliputi perubahan kepribadian
yang menjadi faktor predisposisi yaitu gangguan memori, cemas,
gangguan tidur, perasaan kurang percaya diri, merasa diri menjadi
beban orang lain, merasa rendah diri, putus asa dan dukungan
sosial yang kurang. Faktor sosial meliputi perceraian, kematian,
berkabung, kemiskinan, berkurangnya interaksi sosial dalam
kelompok lansia mempengaruhi terjadinya depresi. Respon
perilaku seseorang mempunyai hubungan dengan kontrol sosial
yang berkaitan dengan kesehatan. Frekuensi kontak sosial dan
tingginya integrasi dan keterikatan sosial dapat mengurangi atau
memperberat efek stress pada hipotalamus dan sistim saraf
pusat. Hubungan sosial ini dapat mengurangi kerusakan otak dan
efek penuaan. Makin banyaknya jumlah jaringan sosial pada usia
lanjut mempunyai hubungan dengan fungsi kognitifatau
mengurangi rata-rata penurunan kognitif 39%.

2. Faktor eksternal

Faktor eksternal yang berpengaruh pada percepatan proses


menua antara lain gaya hidup, faktor lingkungan dan pekerjaan.
Gaya hidup yang mempercepat proses penuaan adalah jarang
beraktifitas fisik, perokok, kurang tidur dan nutrisi yang tidak
teratur. Hal tersebut dapat diatasi dengan strategi pencegahan
yang diterapkan secara individual pada usia lanjut yaitudengan
menghentikan merokok. Serta faktor lingkungan, dimana lansia
manjalani kehidupannya merupakan faktor yang secara langsung
dapat berpengaruh pada proses menua karena penurunan
kemampuan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah
seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia
merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki
tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang
dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut
Aging Process atau proses penuaan.

WHO dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang


kesejahteraan lanjut usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan
bahwa usia 60 tahun adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah
suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur
mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses
menurunya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari
dalam dan luar tubuh.

Teori penuaan secara umummenurut Lilik Ma’rifatul (2011)


dapat dibedakan menjadidua yaitu teori biologi dan teori penuaan
psikososial. Teori biologis mencoba untuk menjelaskan proses fisik
penuaan, termasuk perubahan fungsi dan struktur, pengembangan,
panjang usia dan kematian. Perubahan-perubahan dalam tubuh
termasuk perubahan molekular dan seluler dalam sistem organ
utama dan kemampuan tubuh untuk berfungsi secara adekuat dan
melawan penyakit.

Teori psikososialogis memusatkan perhatian pada perubahan


sikap dan perilaku yang menyertai peningkatan usia, sebagai lawan
dari implikasi biologi pada kerusakan anatomis. Untuk tujuan
pembahasan ini, perubahan sosiologis atau nonfisik dikombinasikan
dengan perubahan psikologis.

Faktor-faktor perubahan proses menua dipengaruhi oleh faktor


internal dan faktor eksternal pada perubahan proses menua.

3.2. Saran

Semoga makalah ini, menjadi sumber referensi, baik acuan


sebagai pembelajan, maupun sebagai pedoman dalam melakukan
tindakan asuhan keperawatan kepada lanjut usia.
DAFTAR PUSTAKA

Al Husna, C.H. Teori Proses Menua dan Permasalahannya;


Diaksestanggal14/05/2019Darihttp://s1keperawatan.umm.ac.id/files/file/
Teori%20Proses%20Menua%20dan %20Permasalahannya.pdf

Notoadmodjo, S.2012. Motodologi Penelitian Kesehatan, penerbit,


PT RINEKACIPTA, jakarta

Pringgoutumo, dkk. 2002. Buku Ajar Patologi 1 (umum), Edisi 1.


Jakarta. Sagung Seto.

Watson, R. 2003; Perawatan pada Lansia,Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran EGC,

Anda mungkin juga menyukai