DI SUSUN OLEH
KELOMPOK I
YOSEPUS APALEM
RICKI DJAPANDJATAI
RONALD S. DERAUKIN
MARYAM KULAPUPIN
LINCE C. LODAR
KETRINA NARAHA
LISTIANI D. LARWUY
LETASIA PITTER
MONALISA TANIWEL
KATA PENGANTAR……………………………………………………………...
DAFTAR ISI………………………………………………………………………..
BAB II PENDAHULUAN………………………………………………………….
1.1.LATAR BELAKANG………………………………………………...
1.2. RUMUSAN MASALAH………………………………………….....
1.3. TUJUAN……………………………………………………………..
1.4. MANFAAT…………………………………………………………..
BAB II PEMBAHASAN
2.1. PENGERTIAN PENUAAN………………………………………...
2.2. BATASAN USIA LANJUT (LANSIA)……………………………..
2.3. TEORI PENUAAN………………………………………………….
2.4. PERUBAHAN PERUBAHAN YANG TERJADI PADA USIA
LANJUT…………………………………………………………….
BAB II PENUTUP…………………………………………………………………
3.1. KESIMPULAN………………………………………………………
3.2. SARAN………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1. Teori Biologi
Teori biologis mencoba untuk menjelaskan proses fisik penuaan,
termasuk perubahan fungsi dan struktur, pengembangan, panjang
usia dan kematian. Perubahan-perubahan dalam tubuh termasuk
perubahan molekular dan seluler dalam sistem organ utama dan
kemampuan tubuh untuk berfungsi secara adekuat dan melawan
penyakit.
a. Teori Genetika
Teori sebab akibat menjelaskan bahwa penuaan terutama
disebabkan oleh pembentukan gen dan dampak lingkungan pada
pembentukan kode genetik. Menurut teori genetike, penuaan
adalah suatu proses yang secara tidak sadar diwariskan yang
berjalan dari waktu ke waktu untuk mengubah sel atau struktur
jaringan. Dengan kata lain, perubahan rentang hidup dan panjang
usia telah ditentukan sebelumnya. Teori genetika terdiri dari teori
asam deoksiribonukleat (DNA), teori ketepatan dan kesalahan,
mutasi somatik, dan teori glikogen.
Teori-teori ini menyatakan bahwa proses replikasi pada
tingkatan seluler menjadi tidak terartur karena adanya informasi
tidak sesuai yang diberikan dari inti sel. Molekul DNA menjadi
bersilangan (crosslink) denga unsur yang lain sehingga mengubah
informasi genetik. Adanya crosslink ini mengakibatkan kesalahan
pada tingkat seluler yang akhirnya mengakibatkan sistem dan
organ tubuh gagal untuk berfungsi. Bukti yang mendukung teori-
teori ini termasuk perkembangan radikal bebas, kolagen, dan
lipofusin. Selain itu, peningkatan frekuensi kanker dan penyakit
autoimun yang dihubungkan dengan bertambahnya umur
menyatakan bahwa mutasi atau kesalahan terjadi pada tingkat
molekular dan selular.
e. Teori Imunitas
Teori imunitas menggambarkan suatu kemunduran dalam
sistem imun yang berhubungan dengan penuaan. Ketika orang
bertambah tua, pertahanan mereka terhadap organisme asing
mengalami penurunan, sehingga mereka lebih rentan untuk
menderita berbagai penyakit seperti kanker dan infeksi. Seiring
dengan berkurangnya fungsi sistem imun, terjadilah peningkatan
dalam respons autoimun tubuh. Ketika orang mengalami penuaan,
mereka mungkin mengalami penyakit autoimun seperti artritis
reumaoid dan alergi terhadap makanan dan faktor lingkungan
yang lain. Penganjur teori ini sering memusatkan pada peran
kelenjar timus. Berat dan ukuran kelenjar timus menurun seiring
dengan bertambahnya umur, seperti halnya kemampuan tubuh
untuk diferensiasi sel T. karena hilangnya diferensiasi sel T, tubuh
salah mengenali sel yang tua dan tidak beraturan sebagai benda
asing dan menyerangnya.
Pentingnya pendekatan pemeliharaan kesehatan, pencegahan
penyakit, dan promosi kesehatan terhadap npelayanan kesehatan,
terutama pada saat penuaan terjadi tidak dapat diabaikan.
Walaupun semua orang memerlukan pemeriksaan rutin untuk
memastikan deteksi dini dan perawatan seawal mungkin, tetapi
pada orang lanjut usia kegagalan melindungi sistem imun yang
telah mengalami penuaan melalui pemeriksaan kesehatan ini
dapat mendorong ke arah kematian awal dan tidak terduga. Selain
itu, program imunisasi secara nasional untuk mencegah kejadian
dan penyebaran epidemi penyaki, seperti pneumonia dan
influenza diantara orang lanjut usia juga mendukung dasar teoritis
praktik keperawatan.
f. Teori Neuroendokrin
Diskusi sebelumnya tentang kelenjar timus dan sistem imun
serta interaksi antara sistem saraf dan sistem endokrin
menghasilkan persamaan yang luar biasa. Pada kasus
selanjutnya para ahli telah memikirkan bahwa penuaan terjadi oleh
karena adanya suatu perlambatan dalam sekresi hormon tertentu
yang mempunyai suatu dampak pada reaksi yang diatur oleh
sistem saraf. Hal ini lebih jelas ditunjukkan dalam kelenjar
hipofisis, tiroid, adrenal, dan reproduksi.
Salah satu area neurologis yang mengalami gangguan secara
universal akibat penuaan adalah waktu reaksi yang diperlukan
untuk menerima, memproses, dan bereaksi terhadap perintah.
Dikenal sebagai perlambatan tingkah laku, respon ini kadang-
kadang diinterpretasikan sebagai tindakan melawan, ketulian, atau
kurangnya pengetahuan. Pada umumnya, sebenarnya yang terjadi
bukan satupun dari hal-hal tersebut, tetapi orang lanjut usia sering
dibuat untuk merasa seolah-olah mereka tidak kooperatif atau
tidak patuh. Perawat dapat memfasilitasi proses pemberian
perawatan dengan cara memperlambat instruksi dan menunggu
respon mereka.
g. Riwayat Lingkungan
Menurut teori ini, faktor-faktor di dalam lingkungan (misalnya
karsinogen dari industri, cahaya matahari, trauma dan infeksi)
dapat membawa perubahan dalam proses penuaan. Walaupun
faktor-faktor ini diketahui dapat mempercepat penuaan, dampak
dari lingkungan lebih merupakan dampak sekunder dan bukan
merupakan faktor utama dalam penuaan. Perawat dapat
mempunyai pengetahuan yang mendalam tentang dampak dari
aspek ini terhadap penuaan dengan cara mendidik semua
kelompok umur tentang hubungan antara faktor lingkungan dan
penuaan yang dipercepat. Ilmu pengetahuan baru mulai untuk
mengungkap berbagai faktor lingkungan yang dapat memengaruhi
penuaan.
2. Teori psikososialogis
a. Teori Kepribadian
Kepribadian manusia adalah suatu wilayah pertumbuhan yang
subur dalam tahun- tahun akhir kehidupannya yang telah
merangsang penelitian yang pantas dipertimbangkan. Teori
kepribadian menyebutkan aspek-aspek pertumbuhan psikologis
tanpa menggambarkan harapan atau tugas spesifik lansia. Juga
mengembangkan suatu teori pengembangan kepribadian orang
dewasa yang memandang kepribadian sebagai ektrovert atau
introvert ia berteori bahwa keseimbangan antara keddua hal
tersebut adalah penting kesehatan. Didalam konsep intoritas dari
Jung, separuh kehidupan manusia berikutnya digambarkan
dengan memeiliki tujuannya sendiri yaitu untuk mengembangkan
kesadaran diri sendiri melalui aktivitas yang dapat merefleksikan
diri sendiri.
c. Teori Disengagement
Teori disengagement (teori pemutusan hubungan),
dikembangkan pertama kali pada awal tahun 1960-an,
menggambarkan proses penarikan diri oleh lansia dari peran
bermasyarakat dan tanggung jawabnya. Menurut ahli teori ini,
proses penarikan diri ini dapat diprediksi, sistematis, tidak dapat
dihindari, dan penting untuk fungsi yang tepat dari masyarakat
yang sedang tumbuh. Lansia dikatakan bahagia apabila kontak
sosial telah berkurang dan tanggung jawab telah diambil oleh
generasi yang lebih muda. Manfaat pengurangan kontak sosial
bagi lansia adalah agar ia dapat menyediakan waktu untuk
merefleksikan pencapaian hidupnya dan untuk menghadapi
harapan yang tidak terpenuhi, sedangkan manfaatnya bagi
masyarakat adalah dalam rangka memindahkan kekuasaan
generasi tua pada generasi muda.
Teori ini banyak menimbulkan kontroversi, sebagian karena
penelitian ini dipandang cacat dan karena banyak lansia yang
menentang “postulat” yang dibangkitkan oleh teori untuk
menjelaskan apa yang terjadi didalam pemutusan ikatan atau
hubungan. Sebagai contoh, dibawah kerangka kerja teori ini,
pensiun wajib menjadi kebijakan sosial yang harus diterima.
Dengan meningkatnya rentang waktu kehidupan alami, pensiun
pada usia 65 tahun berarti bahwa seorang lanjut usia yang sehat
dapat berharap untuk hidup 20 yahun lagi. Bagi banyak individu
yang sehat dan produktif, prospek diri suatu langkah yang lebih
lambat dan tanggung jawab yang lebih sedikit merupakan hal yang
tidak diinginkan. Jelasnya, banyak lansia dapat terus menjadi
anggota masyarakat produktif yang baik sampai mereka berusia
80 sampai 90 tahun.
d. Teori Aktivitas
Lawan langsung dari teori disengagement adalah teori
aktivitas penuaan, yang berpendapat bahwa jalan menuju
penuaan yang sukses adalah dengan cara tetap aktif. Havighurst
yang pertama menulis tentang pentingnya tetap aktif secara sosial
sebagai alat untuk penyesuaian diri yang sehat untuk lansia pada
tahun 1952. Sejak saat itu, berbagai penelitian telah memvalidasi
hubungan positif antara mempertahankan interaksi yang penuh
arti dengan oranglain dan kesejahteraan fisik dan mental orang
tersebut. Gagasan pemenuhan kebutuhan seseorang harus
seimbang dengan pentingnya perasaan dibutuhkan oleh orang
lain.
e. Teori Kontinuitas
Teori kontinuitas, juga di kenal sebagai suatu teori
perkembangan, merupakan suatu kelanjutan dari dua teori
sebelumnya dan mencoba untuk menjelaskan dampak
kepribadian pada kebutuhan untuk tetap aktif atau memisahkan
diri agar mencapai kebahagiaan dan terpenuhinya kebutuhan di
usia tua. Teori ini menekankan pada kemampuan koping individu
sebelumnya dan kepribadian sebagai dasar untuk memprediksi
bagaimana seseorang akan dapat menyesuaikan diri terhadap
perubahan akibat penuaan. Ciri kepribadian dasar dikatakan tetap
tidak berubah walaupun usianya telah lanjut. Selanjutnya, ciri
kepribadian secara khas menjadi lebih jelas pada saat orang
tersebut bertambah tua. Seseorang yang menikmati bergabung
dengan orang lain dan memiliki kehidupan sosial yang aktif akan
terus menikmati gaya hidupnya ini sampai usianya lanjut. Orang
yang menyukai kesendirian dan memiliki jumlah aktivitas yang
terbatas mungkin akan menemukan kepuasan dalam melanjutkan
gaya hidupnya ini. Lansia yang terbiasa memiliki kendali dalam
membuat keputusan mereka sendiri tidak akan dengan mudah
menyerahkan peran ini hanya karena usia mereka yang telah
lanjut. Selain itu, individu yang telah melakukan manipulasi atau
abrasi dalam interaksi interpersonal mereka selama
masa mudanya tidak akan tiba-tiba mengembangkan suatu
pendekatan yang berbeda didalam masa akhir kehidupannya.
f. Teori kebutuhan manusia
Banyak teori psikologis yang memberi konsep motivasi dan
kebutuhan manusia. Teori Maslow merupakan salah satu contoh
yang diberikan pada lansia. Setiap manusia yang berada pada
level pertama akan mengambil prioritas untuk mencapai.
Level yang lebih tinggi; aktualisasi diri akan terjadi
apabila seseorang dengan yang lebih rendah tingkat
kebutuhannya terpenuhi untuk beberapa derajat, maka ia akan
terus bergerak di antara tingkat, dan mereka selalu berusaha
menuju tingkat yang lebih tinggi.
2. Perubahan Fisik
a. Tulang: berkurangnya kepadatan tulang setelah di obserfasi
adalah bagian dari penuaan fisiologi akan mengakibatkan
osteoporosis lebih lanjut mengakibatkan nyeri, deformitas dan
fraktur.
b. Otot: perubahan struktur otot pada penuaan sangat
berfariasi, penurunan jumlah dan ukuran serabut otot,
peningkatan jaringan penghubung dan jaringan lemak pada
otot mengakibatkan efek negatif.
c. Sendi; pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon,
ligament dan fasia mengalami penuaan elastisitas.
a. Sistem kardiovaskuler
Massa jantung bertambah, vertikel kiri mengalami hipertropi dan
kemampuan peregangan jantung berkurang karena perubahan
pada jaringan ikat dan penumpukan lipofusin dan klasifikasi Sa
nudedan jaringan konduksi berubah menjadi jaringan ikat.
b. Sistem respirasi
Pada penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas
total paru tetap, tetapi volume cadangan paru bertambah untuk
mengompensasi kenaikan ruang rugi paru, udara yang mengalir
ke paru berkurang. Perubahan pada otot, kartilago dan sendi
torak mengakibatkan gerakan pernapasan terganggu
dankemampuan peregangan toraks berkurang.
c. Pencernaan dan Metabolisme
Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti
penurunan produksi sebagai kemunduran fungsi yang nyata :
1) Kehilangan gigi,
2) Indra pengecap menurun,
3) Rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun),
4) Liver (hati) makin mengecil dan menurunnya tempat
penyimpanan, berkurangnya aliran darah.
d. Sistem perkemihan
Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan.
Banyak fungsi yang mengalami kemunduran, contohnya laju
filtrasi, ekskresi, dan reabsorpsi oleh ginjal.
e. Sistem saraf
Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan
atropi yang progresif pada serabut saraf lansia. Lansia
mengalami penurunan koordinasi dan kemampuan dalam
melakukan aktifitas sehari-hari.
f. Sistem reproduksi
Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan
menciutnya ovary dan uterus. Terjadi atropi payudara. Pada
laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa,
meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur.
4. Perubahan Kognitif
1. Faktor internal
2. Faktor eksternal
3.1 Kesimpulan
Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah
seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia
merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki
tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang
dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut
Aging Process atau proses penuaan.
3.2. Saran