Anda di halaman 1dari 16

TEORI MENUA

Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah keperawatan Gerontik

Disusun Oleh:
Kelompok 1
1. Apriani P.S Ratu Kale 2016610010
2. Apriliyani R. Ngguna 2016610011
3. Albertina Lende 2016610005
4. Alvian Eli Ambu 2016610006
5. Afriyanto Yupen U. Bolu 2016610002
6. Agustinus K. Nani 2016610003
7. Ahmad Riyadi 2016610004
8. Paulina Muda Baru 2016610114
9. Andre Ramadan 2016610008
10. Martinus Bulu 2017610149
11. Elfa Faulizha Lestari 2017610141
12. Angilyati I. Moda 2017610003

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
MALANG
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmatnya Penulis dapat menyelesaikan tugas Keperawatan Gerontik dengan judul “
Teori Menua” ini tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa tugas ini jauh dari kata sempurna, maka dari itu Penulis
selalu membuka diri untuk menerima kritik, saran atau masukan-masukan yang
membangun agar makalah ini menjadi lebih sempurna.
Penulis berharap tugas ini bisa bermanfaat bagi para pembaca khususnya mahasiswa
keperawatan Universitas Tribhuwana Tunggadewi. Akhir kata kami ucapkan terima
kasih.

Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………………..
Daftar isi………………………………………………………………………….
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………..
1.3 Tujuan Rumusan Masalah………………………………………………….
Bab II Pembahasan
2.1 Definisi Penuaan…………………………………………………………….
2.2 Teori-Teori Penuaan………………………………………………………..
2.2.1 Teori Biologis………………………………………………………….
2.2.2 Teori Sosial…………………………………………………………….
2.2.3 Teori Psikologis………………………………………………………..
Bab III Penutup
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………….
3.2 Saran…………………………………………………………………………

Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Gerontologi, studi ilmiah tentang efek penuaan dan penyakit yang berhubungan
dengan penuaan pada manusia, meliputi aspek biologis, fisiologis, psikososial, dan
aspek rohani dari penuaan. Perawat yang merencanakan dan memberikan perawatatn
pada orang diusianya yang telah lanjut mendukung dan mengembangkan teori yang
menjadi dasar untuk asuhan keperawatan selama tahap akhir kehidupan ini.
Sejak awal manusia telah berusaha menjelaskan bagaimana dan mengapa terjadi
penuaan, namun tidak ada teori tunggal yang dapat menjelaskan proses penuaan.
Setiap orang akan mengalami enuaan, tetapi penuaan pada setiap individu akan
berbeda tergantung faktor herediter, stresor lingkungan, dan sejumlah besar faktor
yang lain. Walaupun tidak ada satu teori yang dapat menjelaskan peristiwa fisik,
psikologis, dan peristiwa sosial yang kompleks yang terjadi dari waktu ke waktu,
suatu pemahaman dari penelitian dan teori-teori yang dihasilkan sangant penting bagi
perawat untuk membantu orang lanjut usia memelihara kesehatan fisik dan psikis
yang sempurna.
Teori-teori yang menjelaskan bagaimana dan mengapa penuaan terjadi biasanya
dikelompokkan kedalam dua kelompok besar, yaitu teori biologis dan psikosoaial.
Penelitian yang terlibat dengan jalur biologi telah memusatkan perhatian pada
indikator yang dapat dilihat dengan jelas pada proses penuaan, banyak pada tingkat
seluler, sedangkan ahli teori psikososial mencoba untuk menjelaskan bagaimana
proses tersebut dipandang dalam kaitan dengan kepribadian dan perilaku.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa itu penuaan?
2. Apa saja Teori-Teori penuaan?
1.3. Tujuan Umum
1. untuk mengetahui definisi dari penuaan
2. Mengetahui teori-teori penuaan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Penuaan
Menua (aging) adalah proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti diri dan mempertahankan struktur dan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan
memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides, 1994)
Penuaan adalah konsekuensi yang tidak dapat dihindarkan. Menua (menjadi tua)
adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memeperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak
dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita
(Constantindes, 1994)
Proses menua bukan merupakan suatu penyakit, melainkan suatu masa atau tahap
hidup manusia, yaitu; bayi, kanak-kanak, dewasa, tua, dan lanjut usia. Orang mati
bukan karena lanjut usia tetapi karena suatu penyakit, atau juga suatu kecacatan.
Akan tetapi proses menua dapat menyebabkan berkurangnya daya tahan tubuh dalam
menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh. Walaupun demikian,
memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering menghinggapi kaum
lanjut usia.
Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai usia dewasa.
Misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf, dan
jaringan lain sehingga tubuh mati sedikit demi sedikit. Sebenarnya tidak ada batas
yang tegas, pada usia berapa penampilan seseorang mulai menurun. Pada setiap
orang, fungsi fisiologis alat tubuhnya sangat berbeda, baik dalam hal pencapain
puncak maupun menurunnya

2.2. Teori-Teori Penuaan


2.2.1 Teori Biologis
Teori biologis mencoba untuk menjelaskan proses fisik penuaan, termasuk perubahan
fungsi dan struktur, pengembangan, panjang usia dan kematian. Perubahan-perubahan
dalam tubuh termasuk perubahan molekular dan seluler dalam sistem organ utama
dan kemampuan tubuh untuk berfungsi secara adekuat dan melawan penyakit. Seiring
dengan berkembangnya kemampuan kita untuk menyelidiki komponen-komponen
yang kecil dan sangat kecil, suatu pemahaman tentang hubungan hal-hal yang
memengaruhi penuaan ataupun tentang penyebab penuaan yang sebelumnya tidak
diketahui, sekarang telah mengalami peningkatan. Walaupun bukan suatu definisi
penuaan, tetapi lima karakteristik penuaan telah dapat diidentifikasi oleh para ahli.
Teori biologis juga mencoba untuk menjelaskan mengapa orang mengalami penuaan
dengan cara berbeda dari waktu kewaktu dan faktor apa yang memengaruhi umur
panjang, perlawanan terhadap organisme, dan kematian atau perubahan seluler. Suatu
pemahaman tentang perspektif biologi dapat memberikan pengetahuan kepada
perawat tentang faktor resiko spesifik dihubungkan dengan penuaan dan bagaimana
orang dapat dibantu untuk meminimalkan atau menghindari resiko dan
memaksimalkan kesehatan.
1) Teori Radikal Bebas
Radikal bebas adalah produk metabolisme seluler yang merupakan bagian molekul
yang sangat reaktif. Molekul ini memiliki muatan ekstraseluler kuat yang dapat
menciptakan reaksi dengan protein, mengubah bentuk dan sifatnya, molekul ini juga
dapat bereaksi dengan lipid yang berada dalam membran sel, mempengaruhi
permeabilitasnya atau dapat berikatan dengan organel sel. Teori ini menyatakan
bahwa penuaan disebabkan karena terjadinya akumulasi kerusakan irreversibel akibat
senyawa pengoksidasi. Dimana radikal bebas dapat terbentuk dialam, tidak stabilnya
radikal bebas mengakibatkan oksidasi bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan
protein.
2) Teori Genetika
Teori sebab akibat menjelaskan bahwa penuaan terutama disebabkan oleh
pembentukan gen dan dampak lingkungan pada pembentukan kode genetik. Menurut
teori genetike, penuaan adalah suatu proses yang secara tidak sadar diwariskan yang
berjalan dari waktu ke waktu untuk mengubah sel atau struktur jaringan. Dengan kata
lain, perubahan rentang hidup dan panjang usia telah ditentukan sebelumnya. Teori
genetika terdiri dari teori asam deoksiribonukleat (DNA), teori krtepatan dan
kesalahan, mutasi somatik, dan teori glikogen. Teori-teori ini menyatakan bahwa
proses replikasi pada tingkatan seluler menjadi tidak terartur karena adanya informasi
tidak sesuai yang diberikan dari inti sel. Molekul DNA menjadi bersilangan
(crosslink) denga unsur yang lain sehingga mengubah informasi genetik. Adanya
crosslink ini mengakibatkan kesalahan pada tingkat seluler yang akhirnya
mengakibatkan sistem dan organ tubuh gagal untuk berfungsi. Bukti yang
mendukung teori-teori ini termasuk perkembangan radikal bebas, kolagen, dan
lipofusin. Selain itu, peningkatan frekuensi kanker dan penyakit autoimun yang
dihubungkan dengan bertambahnya umur menyatakan bahwa mutasi atau kesalahan
terjadi pada tingkat molekular dan selular.
3) Teori Cross Link
Teori crosslink dan jaringan ikat menyatakan bahwa molekul kolagen dan elastin,
komponen jaringan ikat, membentuk senyawa yang lama meningkatkan rigiditas sel,
crosslink diperkirakan akibat reaksi kimia yang menimbulkan senyawa antara
molekul-molekul yang normalnya terpisah atau secara singkatnya sel-sel tua atau
usang, reaksi kimianya menyebakan kurang elastis dan hilangnya fungsi. Contoh
crosslink jaringan ikat terkait usia meliputi penurunan kekuatan daya rentang dinding
arteri, tanggalnya gigi, tendon kering dan berserat.
4) Teori Wear and Tear
Teori ini mengusulkan bahwa akumulasi sampah metabolik atau zat nutrisi dapat
merusak sintesis DNA, sehingga mendorong malfungsi molekular dan akhirnya
malfungsi organ tubuh. Pendukung teori ini percaya bahwa tubuh akan mengalami
kerusakan berdasarkan suatu jadwal.
Radikal bebas adalah contoh dari produk sampah metabolisme yang menyebabkan
kerusakan ketika akumulasi terjadi. Radikal bebas dengan cepat dihancurkan oleh
sistem enzim pelindung pada kondisi normal. Beberapa radikal bebas berhasil lolos
dari proses perusakan ini dan berakumulasi didalam struktur biologis yang penting,
saat itu kerusakan organ terjadi.
Karena laju metabolisme terkait secara langsung pada pembentukan radikal bebas,
sehingga ilmuwan memiliki hipotesis bahwa tingkat kecepatan produksi radikal bebas
berhubungan dengan penentuan waktu rentang hidup. Pembatasan kalori dan efeknya
pada perpanjangan rentang hidup mungkin berdasarkan pada teori ini. Pembatasan
kalori telah terbukti dapat meningkatkan masa hidup pada tikus percobaan. Sepanjang
masa hidup, tikus-tikus tersebut telah mengalami penurunan angka kejadian
kemunduran fungsional, dan mengalami lebih sedikit kondisi penyakit yang berkaitan
dengan peningkatan umur, berkurangnya kemunduran fungsional tubuh, dan
menurunnya insidensi penyakit yang berhubungan dengan penuaan.
5) Teori Imunitas
Teori imunitas menggambarkan suatu kemunduran dalam sistem imun yang
berhubungan dengan penuaan. Ketika orang bertambah tua, pertahanan mereka
terhadap organisme asing mengalami penurunan, sehingga mereka lebih rentan untuk
menderita berbagai penyakit seperti kanker dan infeksi. Seiring dengan berkurangnya
fungsi sistem imun, terjadilah peningkatan dalam respons autoimun tubuh. Ketika
orang mengalami penuaan, mereka mungkin mengalami penyakit autoimun seperti
artritis reumaoid dan alergi terhadap makanan dan faktor lingkungan yang lain.
Penganjur teori ini sering memusatkan pada peran kelenjar timus. Berat dan ukuran
kelenjar timus menurun seiring dengan bertambahnya umur, seperti halnya
kemampuan tubuh untuk diferensiasi sel T. karena hilangnya diferensiasi sel T, tubuh
salah mengenali sel yang tua dan tidak beraturan sebagai benda asing dan
menyerangnya. Pentingnya pendekatan pemeliharaan kesehatan, pencegahan
penyakit, dan promosi kesehatan terhadap npelayanan kesehatan, terutama pada saat
penuaan terjadi tidak dapat diabaikan. Walaupun semua orang memerlukan
pemeriksaan rutin untuk memastikan deteksi dini dan perawatan seawal mungkin,
tetapi pada orang lanjut usia kegagalan melindungi sistem imun yang telah
mengalami penuaan melalui pemeriksaan kesehatan ini dapat mendorong ke arah
kematian awal dan tidak terduga. Selain itu, program imunisasi secara nasional untuk
mencegah kejadian dan penyebaran epidemi penyaki, seperti pneumonia dan
influenza diantara orang lanjut usia juga mendukung dasar teoritis praktik
keperawatan.
6) Teori Neuroendokrin
Diskusi sebelumnya tentang kelenjar timus dan sistem imun serta interaksi antara
sistem saraf dan sistem endokrin menghasilkan persamaan yang luar biasa. Pada
kasus selanjutnya para ahli telah memikirkan bahwa penuaan terjadi oleh karena
adanya suatu perlambatan dalam sekresi hormon tertentu yang mempunyai suatu
dampak pada reaksi yang diatur oleh sistem saraf. Hal ini lebih jelas ditunjukkan
dalam kelenjar hipofisis, tiroid, adrenal, dan reproduksi.
Salah satu area neurologis yang mengalami gangguan secara universal akibat penuaan
adalah waktu reaksi yang diperlukan untuk menerima, memproses, dan bereaksi
terhadap perintah. Dikenal sebagai perlambatan tingkah laku, respon ini kadang-
kadang diinterpretasikan sebagai tindakan melawan, ketulian, atau kurangnya
pengetahuan. Pada umumnya, sebenarnya yang terjadi bukan satupun dari hal-hal
tersebut, tetapi orang lanjut usia sering dibuat untuk merasa seolah-olah mereka tidak
kooperatif atau tidak patuh. Perawat dapat memfasilitasi proses pemberian perawatan
dengan cara memperlambat instruksi dan menunggu respon mereka.
7) Riwayat Lingkungan
Menurut teori ini, faktor-faktor di dalam lingkungan (misalnya karsinogen dari
industri, cahaya matahari, trauma dan infeksi) dapat membawa perubahan dalam
proses penuaan. Walaupun faktor-faktor ini diketahui dapat mempercepat penuaan,
dampak dari lingkungan lebih merupakan dampak sekunder dan bukan merupakan
faktor utama dalam penuaan. Perawat dapat mempunyai pengetahuan yang mendalam
tentang dampak dari aspek ini terhadap penuaan dengan cara mendidik semua
kelompok umur tentang hubungan antara faktor lingkungan dan penuaan yang
dipercepat. Ilmu pengetahuan baru mulai untuk mengungkap berbagai faktor
lingkungan yang dapat memengaruhi penuaan.
2.2.2 TEORI SOSIAL
salah satu teori social yang berkenaan dengan proses penuaan adalah teori
pembebasan ( disengagement teori). Teori tersebut menerangkan bahwa dengan
berubahnya usia seseorang secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari
kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi social lansia menurun,
baik secara kualitatif maupun kuantitasnya sehingga sering terjadi kehilangan ganda
yaitu:
1. Kehilangan peran
2. Hambatan kontak fisik
3. Berkurangnya komitmen
2.2.3 TEORI PSIKOSOSIALOGIS
Teori psikososialogis memusatkan perhatian pada perubahan sikap dan perilaku yang
menyertai peningkatan usia, sebagai lawan dari implikasi biologi pada kerusakan
anatomis. Untuk tujuan pembahasan ini, perubahan sosiologis atau nonfisik
dikombinasikan dengan perubahan psikologis.
Masing-masing individu, muda, setengah baya, atau tua adalah unik dan memiliki
pengalaman, melalui serangkaian kejadian dalam kehidupan, dan melalui banyak
peristiwa. Salama 40 tahun terakhir, beberapa teori telah berupaya untuk
menggambarkan bagaimana perilaku dan sikap pada awal tahap kehidupan dapat
memengaruhi reaksi manusia sepanjang tahap akhir hidupnya. Pekerjaan ini disebut
proses “penuaan yang sukses” contoh dari teori ini termasuk teori kepribadian.
1) Teori Kepribadian
Kepribadian manusia adalah suatu wilayah pertumbuhan yang subur dalam tahun-
tahun akhir kehidupannya yang telah merangsang penelitian yang pantas
dipertimbangkan. Teori kepribadian menyebutkan aspek-aspek pertumbuhan
psikologis tanpa menggambarkan harapan atau tugas spesifik lansia. Jung
mengembangkan suatu teori pengembangan kepribadian orang dewasa yang
memandang kepribadian sebagai ektrovert atau introvert ia berteori bahwa
keseimbangan antara kedua hal tersebut adalah penting kesehatan. Didalam konsep
intoritas dari Jung, separuh kehidupan manusia berikutnya digambarkan dengan
memiliki tujuannya sendiri yaitu untuk mengembangkan kesadaran diri sendiri
melalui aktivitas yang dapat merefleksikan diri sendiri.
2) Teori Tugas Perkembangan
Beberapa ahli teori sudah menguraikan proses maturasi dalam kaitannya dengan
tugas yang harus dikuasai pada tahap sepanjang rentang hidup manusia. Hasil
penelitian Ericson mungkin teori terbaik yang dikenal dalam bidang ini. Tugas
perkembangan adalah aktivitas dan tantangan yang harus dipenuhi oleh seseorang
pada tahap-tahap spesifik dalam hidupnya untuk mencapai penuaan yang sukses.
Erickson menguraikan tugas utama lansia adalah mampu melihat kehidupan
seseorang sebagai kehidupan yang dijalani dengan integritas. Pada kondisis tidak
adanya pencapaian perasaan bahwa ia telah menikmati kehidupan yang baik, maka
lansia tersebut beresiko untuk disibukkan dengan rasa penyesalan atau putus asa.
Minat yang terbaru dalam konsep ini sedang terjadi pada saat ahli gerontologi dan
perawat gerontologi memeriksa kembali tugas perkembanagn lansia.
3) Teori Disengagement
Teori disengagement (teori pemutusan hubungan), dikembangkan pertama kali pada
awal tahun 1960-an, menggambarkan proses penarikan diri oleh lansia dari peran
bermasyarakat dan tanggung jawabnya. Menurut ahli teori ini, proses penarikan diri
ini dapat diprediksi, sistematis, tidak dapat dihindari, dan penting untuk fungsi yang
tepat dari masyarakat yang sedang tumbuh. Lansia dikatakan bahagia apabila kontak
sosial telah berkurang dan tanggung jawab telah diambil oleh generasi yang lebih
muda. Manfaat pengurangan kontak sosial bagi lansia adalah agar ia dapat
menyediakan waktu untuk merefleksikan pencapaian hidupnya dan untuk
menghadapi harapan yang tidak terpenuhi, sedangkan manfaatnya bagi masyarakat
adalah dalam rangka memindahkan kekuasaan generasi tua pada generasi muda.
Teori ini banyak menimbulkan kontroversi, sebagian karena penelitian ini dipandang
cacat dan karena banyak lansia yang menentang “postulat” yang dibangkitkan oleh
teori untuk menjelaskan apa yang terjadi didalam pemutusan ikatan atau hubungan.
Sebagai contoh, dibawah kerangka kerja teori ini, pensiun wajib menjadi kebijakan
sosial yang harus diterima. Dengan meningkatnya rentang waktu kehidupan alami,
pensiun pada usia 65 tahun berarti bahwa seorang lanjut usia yang sehat dapat
berharap untuk hidup 20 yahun lagi. Bagi banyak individu yang sehat dan produktif,
prospek diri suatu langkah yang lebih lambat dan tanggung jawab yang lebih sedikit
merupakan hal yang tidak diinginkan. Jelasnya, banyak lansia dapat terus menjadi
anggota masyarakat produktif yang baik sampai mereka berusia 80 sampai 90 tahun.
4) Teori Aktivitas
Lawan langsung dari teori disengagement adalah teori aktivitas penuaan, yang
berpendapat bahwa jalan menuju penuaan yang sukses adalah dengan cara tetap aktif.
Havighurst yang pertama menulis tentang pentingnya tetap aktif secara sosial sebagai
alat untuk penyesuaian diri yang sehat untuk lansia pada tahun 1952. Sejak saat itu,
berbagai penelitian telah memvalidasi hubungan positif antara mempertahankan
interaksi yang penuh arti dengan oranglain dan kesejahteraan fisik dan mental orang
tersebut. Gagasan pemenuhan kebutuhan seseorang harus seimbang dengan
pentingnya perasaan dibutuhkan oleh orang lain. Kesempatan untuk turut berperan
dengan cara yang penuh arti bagi kehidupan seseorang yang penting bagi dirinya
adalah suatu komponen kesejahteraan yang penting bagi lansia. Penelitian
menunjukkan bahwa hilangnya fungsi peran pada lansia secara negatif memengaruhi
kepuasan hidup. Selain itu, penelitian terbaru menunjukkan pentingnya aktivitas
mental dan fisik yang berkesinambungan untuk mencegah kehilangan dan
pemeliharaan kesehatan sepanjang masa kehidupan manusia.
5) Teori Kontinuitas
Teori kontinuitas, juga di kenal sebagai suatu teori perkembangan, merupakan suatu
kelanjutan dari dua teori sebelumnya dan mencoba untuk menjelaskan dampak
kepribadian pada kebutuhan untuk tetap aktif atau memisahkan diri agar mencapai
kebahagiaan dan terpenuhinya kebutuhan di usia tua. Teori ini menekankan pada
kemampuan koping individu sebelumnya dan kepribadian sebagai dasar untuk
memprediksi bagaimana seseorang akan dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan
akibat penuaan. Ciri kepribadian dasar dikatakan tetap tidak berubah walaupun
usianya telah lanjut. Selanjutnya, ciri kepribadian secara khas menjadi lebih jelas
pada saat orang tersebut bertambah tua. Seseorang yang menikmati bergabung
dengan orang lain dan memiliki kehidupan sosial yang aktif akan terus menikmati
gaya hidupnya ini sampai usianya lanjut. Orang yang menyukai kesendirian dan
memiliki jumlah aktivitas yang terbatas mungkin akan menemukan kepuasan dalam
melanjutkan gaya hidupnya ini. Lansia yang terbiasa memiliki kendali dalam
membuat keputusan mereka sendiri tidak akan dengan mudah menyerahkan peran ini
hanya karena usia mereka yang telah lanjut. Selain itu, individu yang telah melakukan
manipulasi atau abrasi dalam interaksi interpersonal mereka selama masa mudanya
tidak akan tiba-tiba mengembangkan suatu pendekatan yang berbeda didalam masa
akhir krhidupannya.
Ketika perubahan gaya hidup dibebankan pada lansia oleh perubahan sosial-ekonomi
atau faktor kesehatan, permasalahan mungkin akan timbul. Kepribadian yang tetap
tidak diketahui selama pertemuan atau kunjungan singkat kadang-kadang dapat
menjadi fokal dan juga menjadi sumber kejengkelan ketika situasi mengharuskan
adanya suatu perubahan didalam pengaturan tempat tinggal. Keluarga yang
berhadapan dengan keputusan yang sulit tentang perubahan pengaturan tempat
tinggal untuk seorang lansia sering memerlukan banyak dukungan. Suatu pemahaman
tentang pola kepribadian lansia sebelumnya dapat memberikan pengertian yang lebih
diperlukan dalam proses pengambilan keputusan ini.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Menua (aging) adalah proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti diri dan mempertahankan struktur dan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan
memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides, 1994)
Menua merupakan proses yang dapat dilihat sebagai sebuah kontinum kejadian
dari lahir sampai meninggal (Ignativicus, Workman, Mishler, 1999).
Proses penuaan dapat ditinjau dari aspek biologis, sosial dan psikologik. Teori-teori
biologik sosial dan fungsional telah ditemukan untuk menjelaskan dan mendukung
berbagai definisi mengenai proses menua.
Dan pendekatan multi disiplin mengenai teori penuaan, perawat harus memiliki
kemampuan untuk mensintesa berbagai teori tersebut dan menerapkannya secara total
pada lingkungan perawatan klien usia lanjut termasuk aspek fisik, mental/emosional
dan aspek-aspek sosial. Dengan demikian pendekatan eklektik akan menghasilkan
dasar yang baik saat merencanakan suatu asuhan keperawatan berkualitas pada klien
lansia.
Teori biologis mencoba untuk menjelaskan proses fisik penuaan, termasuk
perubahan fungsi dan struktur, pengembangan, panjang usia dan kematian.
Perubahan-perubahan dalam tubuh termasuk perubahan molekular dan seluler dalam
sistem organ utama dan kemampuan tubuh untuk berfungsi secara adekuat dan
melawan penyakit.
Teori psikososialogis memusatkan perhatian pada perubahan sikap dan perilaku
yang menyertai peningkatan usia, sebagai lawan dari implikasi biologi pada
kerusakan anatomis. Untuk tujuan pembahasan ini, perubahan sosiologis atau
nonfisik dikombinasikan dengan perubahan psikologis.
3.2. Saran
Masa tua adalah sesuatu yang akan dan harus dihadapi oleh setiap manusia, untuk
menjalani proses kehidupan mereka. Tidak ada satupun orang yang dapat
menghindarinya dan berusaha agar tetap dapat terlihat awet muda. Berbagai proses
harus dilewati, namun beberapa orang ada yang dapat melalui prosesnya dengan baik,
namun ada pula yang tidak cukup lancar. Ditinjau dari berbagai aspek dan sudut
pandang, dari segi fisik dan kejiwaan.
Maka, perawat yang melakukan tindakan asuhan keperawatan pada berbagai
tingkatan usia harus dan wajib tahu bagaimana konidisi fisiologis
pasiennya. Termasuk pada usia lanjut.
Semoga makalah ini dapat menjadi salah satu referensinya, baik sebagai acuan
dalam pembelajaran, ataupun sebagai pedoman dalam tindakan asuhan keperawatan
pada klien usia lanjut.
DAFTAR PUSTAKA

Pringgoutumo, dkk. 2002. Buku Ajar Patologi 1 (umum), Edisi 1. Jakarta. Sagung Seto.

Sutisna Hilawan (1992), Patologi. Jakarta, Bagian Patologi Anatomi FKUI.

Gunawan S, Nardho, Dr, MPH, 1995, Upaya Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta: Dep Kes R.I.

Anda mungkin juga menyukai