Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN CRITICAL CARE

DOSEN PEMBIMBING

Khoiroh Umah, S.Kep.,Ns.,M.Kep

DI SUSUN OLEH KELOMPOK VII :

LILIK SUGIARTI
MOCHAMAD WAHYU JUNAIDI
BOVI AMALIA WIDYANI
IKA RETNO UTAMI
YULISTYAWATI NATA KUSUMA DEWI
YULIA ILMAWATI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS GRESIK
2018
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan kesehatan dan

kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini.

Penulis mengucapkan ribuan terima kasih kepada Dosen pengasuh yang

telah membimbing penulis menyelesaikan tugas dengan Judul “MAKALAH ASKEP

LANSIA DENGAN CRITICAL CARE” Penulis sadar bahwa dalam tugas ini

banyak terdapat kesalahan dan kekurangan baik dalam penulisannya maupun isinya.

Oleh karena itu, penulis mengharap kritik dan saran yang sifatnya membangun guna

memperbaiki tugas yang akan datang. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Gresik, 20 Oktober 2018

Penulis

2
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses menua (aging) merupakan suatu perubahan progresif pada organisme

yang telah mencapai kematangan intrinsik dan bersifat irreversibel serta menunjukkan

adanya kemunduran sejalan dengan waktu. Proses alami yang disertai dengan adanya

penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial akan saling berinteraksi satu sama

lain. Proses menua yang terjadi pada lansia secara linier dapat digambarkan melalui

tiga tahap yaitu, kelemahan (impairment), keterbatasan fungsional (functional

limitations), ketidakmampuan (disability) dan keterhambatan (handicap) yang akan

dialami bersamaan dengan proses kemunduran (Bondan, 2009).

Hal yang pertama perawat lakukan dalam memberikan asuhan keperawatan

pada lansia adalah pengkajian. Menurut Potter & Perry, (2005), pengkajian

keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan, verifikasi dan komunikasi

data tentang klien. Proses keperawatan ini mencakup dua langkah yaitu pengumpulan

data dari sumber primer (klien) dan sumber sekunder (keluarga, tenaga kesehatan),

dan analisis data sebagai dasar untuk diagnose keperawatan.

Secara umum, sakit dipandang sebagai suatu kondisi yang dialami individu

yang gagal mencapai kesehatan optimum. Sakit akut adalah suatu kondisi sakit pada

individu yang berhasil ditangani oleh intervensi atau membaik seiring dengan waktu.

Sakit kronis adalah suatu kondisi tidak adanya resolusi proses penyakit. Implikasinya

adalah individu akan menderita sakit ini sampai ia meninggal tidak ada pengobatan.

Karena individu seringkali dapat hidup panjang dan produktif dengan penyakit

3
kronisnya, haruskah mereka disebut “sakit”? mungkin sebutan yang paling tepat

adalah kondisi kesehatan kronis. Banyak individu diberbagai komunitas hidup dengan

kondisi kesehatan kronis.

Pendekatan holistik terhadap asuhan keperawatan menolak adanya

penggolongan individual. Pendekatan holistik menekankan pada keterkaitan

individual. Apabila ditinjau secara harfiah, pendekatan ini dapat digunakan untuk

menggambarkan individu dengan kondisi kesehatan kronis. Kesehatan individu

seharusnya tidak digolongkan, seperti diabetik, penderita kanker, skizofrenik, atau

individu yang terinfeksi HIV. Bagaimanapun, perawat dipaksa oleh pendekatan

sistem pelayanan kesehatan untuk cenderung melabel dan mengategorikan kesehatan

individu. Dengan demikian, dalam pembahasan ini, suatu upaya dilakukan untuk

menggambarkan populasi ini dalam konteks yang sangat luas.

B. Rumusan Masalah

Secara garis besar, masalah yang kami rumuskan adalah sebagai berikut.

1. Apa yang dimaksud dengan kondisi kritis/kritikal?

2. Apa saja masalah kondisi kritis pada lansia?

3. Apa saja penyebab kondisi kritis pada lansia?

4. Bagaimana asuhan keperawatan kritikal pada lansia?

C. Tujuan

1 Tujuan umum

Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk :

4
a. Mengetahui apa yang dimaksud dengan kondisi kritis/kritikal

b. Mengetahui apa saja masalah kondisi kritis pada lansia

c. Mengetahui apa saja penyebab kondisi kritis pada lansia

d. Mengetahui apa saja asuhan keperawatan kritikal pada lansia

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas

kelompok pada mata kuliah Keperawatan Komunitas 2

5
BAB 2

KONSEP MEDIS

A. Konsep Lanjut Usia

1. Definisi

Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam

kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup,

tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak

permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah. Yang

berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak,

dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun

psikologis (Nugroho, 2012).

WHO dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang

kesejahteraan lanjut usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa

umur 60 tahun adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit,

tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur yang mengakibatkan

perubahan yang kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan

tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang

berakhir dengan kematian.

2. Teori Proses Menua.

Proses menua bersifat individual :

1. Tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda.

2. Setiap lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda.

6
3. Tidak ada satu faktor pun yang ditemukan dapat mencegah proses

menua.

a. Teori Biologi

1. Perubahan biologi yang berasal dari dalam (instrinsik) / teori genetika

a. Teori genetik clock.

Teori ini merupakan teori intrinsik yang menjelaskan bahwa di

dalam tubuh terdapat jam biologis yang mengatur gen dan menentukan

proses penuaan. Teori ini menyatakan bahwa menua itu telah

terprogram secara genetik untuk spesies tertentu. Setiap spesies di

dalam inti selnya memiliki suatu jam genetik atau jam biologis sendiri

dan setiap spesies mempunyai batas usia yang berbeda-beda yang telah

diputar menurut replikasi tertentu sehingga bila jenis ini berhenti

berputar, ia akan mati (Nugroho, 2012).

b. Teori mutasi somatik.

Menurut teori ini, penuaan terjadi karena adanya mutasi somatik

akibat pengaruh lingkungan yang buruk. Terjadi kesalahan dalam

proses transkripsi DNA atau RNA dan dalam proses translasi RNA

protein atau enzim. Kesalahan ini terjadi karena terus-menerus

sehingga akhirnya akan terjadi penurunan fungsi organ atau perubahan

sel menjadi kanker atau penyakit. Setiap sel pada saatnya akan

mengalami mutasi, sebagai contoh yang khas adalah mutasi sel

kelamin sehingga terjadi penurunan kemampuan fungsional sel

(Suhana, 1994; Constantinides, 1994 dalam Nugroho, 2012).

7
2. Perubahan biologik yang berasal dari luar / ekstrinsik ( teori non

genetika ).

a. Teori penurunan sistem imun tubuh (auto-immune theory).

Mutasi yang berulang dapat menyebabkan berkurangnya

kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri (self

recognition). Jika mutasi yang merusak membran sel, akan

menyebabkan sistem imun tidak mengenalinya sehingga merusaknya.

Hal inilah yang mendasari peningkatan penyakit auto-imun pada lanjut

usia (goldstein, 1989). Dalam proses metabolisme tubuh, diproduksi

suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan

terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit,

sebagai contoh, tambahan kelenjar timus yang pada usia dewasa

berinvolusi dan sejak itu terjadi kelainan autoimun.

b. Teori kerusakan akibat radikal bebas (free radical theory).

Teori radikal bebas dapat dibentuk di alam bebas dan didalam

tubuh karena adanya proses metabolisme atau proses pernapasan

didalam mitokondria. Radikal bebas merupakan suatu atom atau

molekul yang tidak stabil karena mempunyai elektron yang tidak

berpasangan sehingga sangat reaktif mengikat atom atau molekul lain

yang menimbulkan berbagai kerusakan atau perubahan dalam tubuh.

Tidak stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan

oksidasi oksigen bahan organik, misalnya karbohidrat dan protein.

Radikal bebas menyebabkan sel tidak dapat bergenerasi (Halliwel,

8
1994). Radikal bebas dianggap sebagai penyebab pentingnya terjadi

kerusakan fungsi sel. Radikal bebas yang terdapat lingkungan seperti:

asap kendaraan bermotor, asap rokok, zat pengawet makanan, radiasi,

dan sinar ultraviolet yang menyebabkan terjadinya perubahan pigmen

dan kolagen pada proses menua.

c. Teori menua akibat metabolisme.

Telah dibuktikan dalam berbagai percobaan hewan, bahwa

pengurangan asupan kalori ternyata bisa menghambat pertumbuhan

dan memperpanjang umur, sedangkan perubahan asupan kalori yang

menyebabkan kegemukan dapat memperpendek umur (Bahri dan

Alem, 1989; Boedhi Darmojo, 1994 dalam Nugroho,2012).

d. Teori rantai silang (cross link theory).

Teori ini menjelaskan bahwa menua disebabkan oleh lemak,

protein, karbohidrat, dan asam nukleat (molekul kalogen) bereaksi

dengan zat kimia dan radiasi, mengubah fungsi jringan yang

menyebabkan perubahan pada membran plasma, yang mengakibatkan

terjadinya jaringan yang kaku, kurang elastis, dan hilangnya fungsi

pada proses menua.

e. Teori fisiologis.

Teori ini merupakan teori intrinsik dan ekstrensik. Terdiri atas

teori oksidasi stres, dan teori dipakai (wear and tear theory). Disini

terjadi kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel tubuh lelah terpakai

9
(regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan

lingkungan internal).

b. Teori Sosiologis

Teori sosiologis tentang proses menua yang dianut selama ini

antara lain:

a. Teori interaksi sosial.

Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lanjut usia bertindak

pada suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai

masyarakat. Kemampuan lanjut usia untuk terus menerus menjalin

interaksi sosial merupakan kunci mempertahankan status sosialnya

berdasarkan kemampuannya bersosialisasi.

b. Teori aktivitas atau kegiatan

Ketentuan tentang semakin menurunya jumlah kegiatan secara

langsung. Teori ini meyatakan bahwa lanjut usia yang sukses

adalah mereka yang aktif dan banyak ikut serta dalam kegiatan

sosial. Lanjut usia akan merasakan kepuasan biala dapat

melakukan aktivitas dan mempertahankan aktivitas tersebut selama

mungkin. Ukuran optmum (pola hidup) dilanjutkan pada cara

hidup lanjut usia. Mempertahankan hubungan antara sistem sosial

dan individu agar tetap stabil dari usia pertengahan sampai lanjut

usia (Nugroho, 2012).

c. Teori kepribadian berlanjut (continuty theory)

10
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut

usia. Teori ini merupakan gabungan teori yang disebutkan

sebelumnya. Teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi

pada seseorang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe

personalitas yang dimilikinya. Teori ini mengemukakan adanya

kesinambungan dalam siklus kehidupan lanjut usia. Dengan

demikian, pengalaman hidup seseorang pada suatu saat merupakan

gambarannya kelak pada saat ian menjadi lanjut usia. Hal ini dapat

dilihat dari gaya hidup, prilaku, dan harapan seseorang tidak

berubah, walaupun ia telah lanjut usia.

d. Teori pembebasan / penarikan diri (disangagement theory).

Teori ini membahas putusnya pergaulan atau hubungan dengan

masyarakat dan kemunduran individu dengan individu lainnya.

Pokok-pokok disangagement theory:

1) Pada pria, kehilangan peran hidup utama terjadi pada masa

pensiun. Pada wanita, terjadi pada masa peran dalam keluarga

berkurang, misalnya saat anak mengajak dewasa dan

meninggalkan rumah untuk belajar dan menikah.

2) Lanjut usia dan masyarakat menarik manfaat dari hal ini karena

lanjut usia dapat merasakan tekanan sosial berkurang,

sedangkan kaum muda memperoleh kesempatan kerja yang

lebih baik.

3) Ada tiga aspek utama dalam teori ini yang perlu diperhatikan:

11
a) Proses menarik diri terjadi sepanjang hidup.

b) Proses tersebut tidak dapat dihindari

c) Hal ini diterima lanjut dan masyarakat,

Teori yang pertama diajukan oleh (Cumming dan Henry1961 dalam

Nugroho, 2012). Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambah

lanjutnya usia, apalagi ditambah dengan adanya kemiskinan, lanjut

usia secara berangsur-angsur menarik diri dari pergaulan sekitarnya.

Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik

secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering lanjut usia

mengalami kehilangan ganda (triple loss):

1) Kehilangan peran (loss of role).

2) Hambatan kontak sosial (restriction of contact and

relationship).

3) Berkurangnya komitmen (reduced commitment to social mores

and values)

Menurut teori ini, seseorang lanjut usia dinyatakan mengalami proses

menua yang berhasil apabila ia menarik diri dari kegiatan terdahulu

dan dapat memusatkan diri pada persoalan pribadi dan mempersiapkan

diri menghadapi kematiannya.

B. Pengertian Kondisi Kritis/Kritikal

Kritis : suatu kondisi dimana pasien dalam keadaan gawat tetapi masih

ada kemungkinan untuk mempertahankan kehidupan. Kondisi kritis Progresif :

12
Kondisi kesehatan menjadi lebih buruk atau menjadi lebih parah seiring

perjalanan waktu. Periodenya mungkin meliputi seluruh rentang kehidupan atau

dalam waktu yang lama. Selama kondisi kesehatan kronis, mungkin terdapat

periode diam yang diikuti oleh periode ekserbarsi/bertambah parahnya penyakit

atau memburuk secara perlahan. Contoh kondisi kesehatan kronis progresif

adalah beberapa jenis kanker yang tumbuh perlahan pada penderitanya dan tidak

dapat disembuhkan serta menyebabkan kematian yang tidak terelakkan. Penyakit

paru obstruktif menahun/kronis ditandai dengan penurunan kapasitas paru yang

progresif secara perlahan. Periode gagal jantung kronis meliputi periode diam

dan kontrol terhadap pola serangan akut gagal jantung. Diabetes melitus,

terutama tipe DM bergantung-insulin, menjadi progresif sehingga lebih sulit

ditanggulangi.

Ireversibel : kondisi yang tidak dapat disembuhkan. Kondisi kesehatan

kronis dapat menyebabkan kematian. Muncul kerusakan yang tidak dapat

dikoreksi. Contohnya adalah kanker pankreas, yang menghancurkan kemampuan

klien untuk memproduksi enzim digesti, yang menyebabkan defisit nutrisi.

Terdapat beberapa tipe penyakit ginjal yang pada akhirnya menyebabkan

penyakit gagal ginjal total dan dan dapat merusak sistem utama lainnya seperti

sistem saraf pusat dan sistem kardiovaskular. Penyakit Paru Obstruktif Kronis

dapat menyebabkan penurunan fungsi paru yang tidak dapat kembali

normal/ireversibel. Skizofrenia dan penyakit hipolar tidak dapat disembuhkan,

tetapi keduanya dapat dikontrol, bagaimanapun individu yang pernah menderita

13
penyakit ini dalam waktu yang lama dapat mengalami gangguan penilaian,

keterampilan sosial, dan aktivitas hidup sehari-hari.

Kompleks : kondisi kronis yang dapat mempengaruhi berbagai sistem.

Pengaruh dari kondisi kesehatan kronis dapat menjangkau area yang lebih luas

dibandingkan pada saat permulaan proses. Contohnya penderita asma tidak

hanya mengalami manifestasi fisik, tetapi mereka sering kali membatasi aktivitas

dalam cara-cara tertentu yang dapat menyebabkan isolasi, sehingga dapat

memengaruhi kesehatan mental dan rekreasional mereka. Depresi adalah sekuel

yang sering ditimbulkan oleh kondisi kesehatan kronis (Davidson & Meltzer-

Brody, 1999). Terapi terhadap kondisi kronis mungkin menimbulkan efek

samping, seperti nyeri dan defisit nutrisi yang menjadi bagian dari kondisinya.

Diabetes melitus dapat menyebabkan neuropati, retinopati menyebabkan

kebutaan, masalah sirkulasi menyebabkan amputasi, umumnya terjadi pada kaki

dan tungkai. Hipertensi dapat menyebabkan penyakit jantung, stroke, dan gagal

ginjal.

C. Masalah Kondisi Kritis Pada Lansia

Masalah fisik sehari-hari yang sering ditemukan pada lansia :

1. Mudah jatuh

a. Jatuh merupakan suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata

yang melihat kejadian yang mengakibatkan seseorang mendadak

terbaring/terduduk di lantai atau tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa

kehilangan kesadaran atau luka (Ruben, 1996).

14
b. Jatuh dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya faktor intrinsik:

gangguan gaya berjalan, kelemahan otot ekstremitas bawah, kekuatan sendi dan

sinkope-dizziness; faktor ekstrinsik: lantai yang licin dan tidak rata, tersandung

oleh benda-benda, penglihatan kurang karena cahaya yang kurang terang dan

sebagainya.

2. Mudah lelah, disebabkan oleh :

a. Faktor psikologis: perasaan bosan, keletihan, depresi.

b. Gangguan organis: anemia, kurang vitamin, osteomalasia, dll.

c. Pengaruh obat: sedasi, hipnotik.

D. Penyebab Kondisi Kritis pada Lansia

Beberapa penyebab kondisi kritis pada lansia :

1. Kecelakaan (Accident)

Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai factor yang datangnya

mendadak, tidak dikehendaki sehingga menimbulkan cedera (fisik, mental,

sosial).

2. Cedera

Masalah kesehatan yang didapat/dialami sebagai akibat kecelakaan.

Kecelakaan dan cedera dapat diklasifikasikan menurut :

a. Tempat kejadian

 kecelakaan lalu lintas

 kecelakaan di lingkungan rumah tangga

15
 kecelakaan di lingkungan pekerjaan

 kecelakaan di sekolah

 kecelakaan di tempat-tempat umum lain seperti halnya tepat rekreasi,

perbelanjaan, di arena olahraga dan lain-lain.

b. Mekanisme kejadian

Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik oleh benda asing.

tersengat, terbakar baik karena efek kimia, fisik maupun listrik atau

radiasi.

c. Waktu kejadian

 Waktu perjalanan (traveling/trasport time).

 Waktu bekerja, waktu sekolah, waktu bermain dan lain- lain.

16
BAB 3

KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Kaji tingkat kesadaran pasien.

2. Kaji tanda-tanda perubahan fisik pasien : tonus otot, penurunan sirkulasi,

perubahan tanda-tanda vital ( TTV), gangguan sensoris dan perubahan

tingkat kesadaran.

3. Kaji kondisi nutrisi pasien : penampilan umum, berat badan, kekuatan

dan ketebalan otot, nilai Hb dan kondisi konjungtiva.

4. Kaji status cairan pasien : volume output cairan ( urine, muntah, diare,

keringat ), kondisi membrane mukosa dan turgor kulit.

5. Kaji rasa aman dan nyaman pasien : rasa nyeri, personal hygiene

6. Kaji perubahan psikologis pasien: menurunnya proses intelektual, seperti

menurunnya kemampuan untuk mengingat informasi, tidak dapat berfikir

jernih, dan sulit mengambil keputusan; meningkatnya sensitivitas (

mudah tersinggung, mudah marah, mudah sedih), menurunnya

kemampuan untuk melaksanakan aktivitas dan tugas dalam mengadaptasi

masalah.

B. Analisa Data

Diagnosa Keperawatan untuk menentukan masalah kesehatan pada lansia

dapatlah dirumuskan diagnosa keperawatan lansia yang terdiri dari :

1. Masalah ( Problem ).

Yaitu kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal yang terjadi.

17
2. Penyebab ( Etiologi ).

Yang meliputi perilaku individu, keluarga, kelompok dan masyarakat,

lingkungan fisik dan biologis, psikologis dan social serta interaksi

perilaku dengan lingkungan.

3. Tanda dan Gejala ( Sign and Symptom )

Yaitu informasi yang perlu untuk merumuskan diagnosa serta

serangkaian petunjuk timbulnya masalah.

No Data Problem Etologi

1 Ds: Keluarga mengatakan Ketidakseimbangan tidak mampu

lansia susah makan dan nutrisi dalam

minum memasukkan,

mencerna,

mengabsorbsi

makanan karena

faktor biologi.

2. Ds: Keluarga mengatakan Inkontinensia urin keterbatasan

lansia jarang BAK fungsional neuromuscular

3. Ds: Keluarga mengatakan Kelemahan kerusakan

lansia jarang aktivitas, mobilitas fisik musculoskeletal

lebih sering tiduran dan

neuromuscular.

18
4. Ds: Keluarga mengatakan Risiko kerusakan kemampuan

lansia jarang mandi integritas kulit regenerasi sel

sehingga kulitnya gatal- atau jaringan

gatal menurun.

C. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakseimbangan nutrisi :nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d tidak

mampu dalam memasukkan, mencerna, mengabsorbsi makanan karena

faktor biologi.

2. Inkontinensia urin fungsional berhubungan dengan keterbatasan

neuromuskular.

3. Kelemahan mobilitas fisik b.d kerusakan musculoskeletal dan

neuromuscular.

4. Risiko kerusakan integritas kulit b.d kemampuan regenerasi sel atau

jaringan menurun.

D. Intervensi

1. Ketidakseimbangan nutrisi :nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d tidak

mampu dalam memasukkan, mencerna, mengabsorbsi makanan karena

faktor biologi.

Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24

jam,diharapkan asupan nutrisi pasien tidak bermasalah, asupan makanan

19
dan cairan tidak bermasalah berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan,

dan tidak ada tanda-tanda malnutrisi.

Intervensi :

1. Kaji riwayat nutrisi termasuk makanan yang disukai. Rasional :

mengidentifikasi nutrisi yang diberikan dan juga untuk intervensi

selanjutnya.

2. Observasi dan catat masukan makanan klien. Rasional : mengawasi

masukan kalori.

3. Ajarkan dan kuatkan konsep nutrisi yang baik pada pasien. Rasional :

agar pasien mengetahui bagaimana konsep nutrisi yang baik.

4. Dorong pasien untuk memonitor diri sendiri terhadap asupan

makanan dan kenaikan atau pemeliharaan berat badan. Rasional : agar

nutrisi pasien dapat terpenuhi.

5. Berikan makan sedikit tapi sering. Rasional : meningkatkan

pemasukan kalori secara total.

6. Diskusikan dengan ahli gizi untuk menentukan asupan kalori setiap

hari. Rasional :supaya mencapai dan atau mempertahankan berat

badan sesuai target.

7. Berikan pujian atas peningkatan berat badan dan tingkah laku yang

mendukung peningkatan berat badan.Rasional : agar pasien senang

dan bersemangat untuk berusaha meningkatkan berat badannya.

20
2. Inkontinensia urin fungsional b.d keterbatasan neuromuskular.

Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3×24 jam

diharapkan pasien mampu ;

1. Kontinensia Urin.

2. Merespon dengan cepat keinginan buang air kecil (BAK).

3. Mampu mencapai toilet dan mengeluarkan urin secara tepat waktu.

4. Mampu memprediksi pengeluaran urine.

Intervensi :

1. Monitor eliminasi urin.Rasional : untuk mengetahui jumlah urin yang

keluar.

2. Bantu klien mengembangkan sensasi keinginan BAK.Rasional :

dengan membantu klien, diharapkan klien akan mampu memprediksi

pengeluaran urinnya.

3. Modifikasi baju dan lingkungan untuk memudahkan klien ke

toilet.Rasional : membantu klien untuk mencapai toilet dan

mengeluarkan urin tepat waktu.

4. Instruksikan pasien untuk mengonsumsi air minum sebanyak 1500

cc/hari.Rasional : minum air yang cukup dapat mengganti cairan yang

hilang.

3. Kelemahan mobilitas fisik b.d kerusakan musculoskeletal dan

neuromuscular.

Tujuan ; Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2x24 jam

diharapkan pasien dapat :

21
1. Memposisikan penampilan tubuh.

2. Ambulasi : berjalan.

3. Menggerakan otot.

4. Mengkolaborasikan gerakan.

Intervensi ;

1. Dorong untuk bergerak secara bebas namun masih dalam batas yang

aman. Rasional : diharapkan otot klien tidak kaku karena kurang

bergerak.

2. Gunakan alat bantu untuk bergerak, jika tidak kuat untuk berdiri

(mudah goyah/tidak kokoh). Rasional : meskipun dengan

menggunakan alat bantu, klien masih bisa menggerakkan otot-ototnya

agar tidak kaku.

3. Konsultasi kepada pemberi terapi fisik mengenai rencana gerakan

yang sesuai dengan kebutuhan. Rasional : membantu dalam ambulasi

dan memposisikan penampilan tubuhnya.

4. Risiko kerusakan integritas kulit b.d kemampuan regenerasi sel atau

jaringan menurun.

Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2x24 jam

diharapkan tidak terjadi kerusakan integritas kulit.

Intervensi ;

1. Monitor area kulit yang terlihat kemerahan dan adanya kerusakan.

2. Monitor kulit yang sering mendapat tekanan dan gesekan.

3. Monitor warna kulit.

22
4. Periksa pakaian, jika pakaian terlihat terlalu ketat.

E. Evaluasi

1. Asupan nutrisi pasien tidak bermasalah, asupan makanan dan cairan tidak

bermasalah dan berat badan ideal.

2. Pasien mampukontinensia urin, merespon dengan cepat keinginan buang

air kecil (bak), mampu mencapai toilet dan mengeluarkan urin secara

tepat waktu, mampu memprediksi pengeluaran urin.

3. Pasien dapat memposisikan penampilan tubuh, ambulasi : berjalan,

menggerakan otot dan mengkolaborasikan gerakan.

4. Tidak terjadi kerusakan integritas kulit.

23
BAB 4

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kondisi kritis Progresif: Kondisi kesehatan menjadi lebih buruk atau

menjadi lebih parah seiring perjalanan waktu. Periodenya mungkin meliputi

seluruh rentang kehidupan atau dalam waktu yang lama. Ireversibel: kondisi

yang tidak dapat disembuhkan. Kondisi kesehatan kronis dapat menyebabkan

kematian. Muncul kerusakan yang tidak dapat dikoreksi.

Kompleks: kondisi kronis dapat memengaruhi berbagai sistem.

Pengaruh dari kondisi kesehatan kronis dapat menjangkau area yang lebih luas

dibandingkan pada saat permulaan proses. Masalah fisik sehari-hari yang sering

ditemukan pada lansia yaitu mudah lelah dan mudah jatuh.

B. Saran

Kelompok lanjut usia memiliki masalah kesehatan, baik dari segi fisik

maupun dari segi mental. Kerja Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan

diharapakan bisa berlangsung secara komprehansif dan holistik untuk proses

penatalaksanaan klien dengan lanjutusia. Sehingga lansia dapat menjalani proses

menua dengan kualitas hidup seoptimal mungkin.

24
DAFTAR PUSTAKA

http://nursing-community.blogspot.com/2013/04/kelompok-6-askep-pada-lansia-
dengan.html
http://arekareks14b.blogspot.com/2013/04/askep-lansia-dengan-kondisi-kritis.html
http://healthandnewsdarulmuttaqin.blogspot.com/2012/12/asuhan-keperawatan-
lansia-dengan.html

25

Anda mungkin juga menyukai