Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK


PERKEMBANGAN LANSIA

Dosen Pembimbing :
Ns.Aisyah Safitri, S.Kep, M.Kep, Sp.Kep.J

Di Susun Oleh :
DEWI DAMAYANTI
NPM : 18200000055

PROGRAM STUDY PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
(STIKIM)
TA. 2021
KONSEP LANSIA

A. DEFINISI LANSIA

Menurut UU no 4 tahun 1945 Lansia adalah seseorang yang mencapai umur


55 tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-
hari dan menerima nafkah dari orang lain (Wahyudi, 2000).
Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan
fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang
berakhir dengan kematian (Hutapea, 2005).
Usia lanjut adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari (Azwar, 2006).

B. PROSES MENUA
Menua secara normal dari system saraf didefinisikan sebagai perubahan
oleh usia yang terjadi pada individu yang sehat bebas dari penyakit saraf “jelas”
menua normal ditandai oleh perubahan gradual dan lambat laun dari fungsi-fungsi
tertentu (Tjokronegroho Arjatmo dan Hendra Utama,1995).
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi
dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides 1994). Proses menua
merupakan proses yang terus menerus (berlanjut) secara alamiah dimulai sejak
lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup (Nugroho Wahyudi,
2000).
Proses menua dapat terlihat secara fisik dengan perubahan yang terjadi pada tubuh
dan berbagai organ serta penurunan fungsi tubuh serta organ tersebut.
Perubahan secara biologis ini dapat mempengaruhi status gizi pada masa tua.
Antara lain :
 Massa otot yang berkurang dan massa lemak yang bertambah, mengakibatkan
juga jumlah cairan tubuh yang berkurang, sehingga kulit kelihatan mengerut
dan kering, wajah keriput serta muncul garis-garis menetap. Oleh karena itu,
pada lansia seringkali terlihat kurus.
 Penurunan indera penglihatan akibat katarak pada lansia sehingga
dihubungkan dengan kekurangan vitamin A, vitamin C dan asam folat.
Sedangkan gangguan pada indera pengecap dihubungkan dengan kekurangan
kadar Zn yang juga menyebabkan menurunnya nafsu makan. Penurunan
indera pendengaran terjadi karena adanya kemunduran fungsi sel syaraf
pendengaran.
 Dengan banyaknya gigi yang sudah tanggal, mengakibatkan gangguan fungsi
mengunyah yang dapat berdampak pada kurangnya asupan gizi pada usia
lanjut.
 Penurunan mobilitas usus, menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan
seperti perut kembung, nyeri yang menurunkan nafsu makan, serta susah
BAB yang dapat menyebabkan wasir.
 Kemampuan motorik menurun, selain menyebabkan menjadi lamban, kurang
aktif dan kesulitan menyuap makanan, juga dapat mengganggu aktivitas
kegiatan sehari-hari.

Pada usia lanjut terjadi penurunan fungsi sel otak, yang menyebabkan
penurunan daya ingat jangka pendek, melambatnya proses informasi, kesulitan
berbahasa, kesulitan mengenal benda-benda, kegagalan melakukan aktivitas yang
mempunyai tujuan (apraksia) dan gangguan dalam menyususn rencana, mengatur
sesuatu, mengurutkan, daya abstraksi, yang dapat mengakibatkan kesulitan dalam
emlakukan aktivitas sehari-hari yang disebut dimensia atau pikun. Gejala pertama
adalah pelupa, perubahan kepribadian, penurunan kemampuan untuk pekerjaan
sehari-hari dan perilaku yang berulang-ulang, dapat juga disertai delusi paranoid
atau perilaku anti sosial lainnya.

Akibat proses menua, kapasitas ginjal untuk mengeluarkan air dalam


jumlah besar juga bekurang. Akibatnya dapat terjadi pengenceran natrium sampai
dapat terjadi hiponatremia yang menimbulkan rasa lelah. Incontinentia urine (IU)
adalah pengeluaran urin diluar kesadaran merupakan salah satu masalah kesehatan
yang besar yang sering diabaikan pada kelompok usia lanjut, sehingga usia lanjut
yang mengalami IU seringkali mengurangi minum yang dapat menyebabkan
dehidrasi.
Secara psikologis pada usia lanjut juga terjadi ketidakmampuan untuk
mengadakan penyesuaian terhadap situasi yang dihadapinya, antara lain sindrom
lepas jabatan yang mengakibatkan sedih yang berkepanjangan

C. BATASAN LANSIA

Menurut WHO, batasan lansia meliputi:

1. Usia Pertengahan (Middle Age), adalah usia antara 45-59 tahun


2. Usia Lanjut (Elderly), adalah usia antara 60-74 tahun
3. Usia Lanjut Tua (Old), adalah usia antara 75-90 tahun
4. Usia Sangat Tua (Very Old), adalah usia 90 tahun keatas

Menurut Dra.Jos Masdani (psikolog UI)


 Mengatakan lanjut usia merupakan kelanjutan dari usia dewasa. Kedewasaan
dapat dibagi menjadi 4 bagian:

1. Fase iuventus antara 25dan 40 tahun


2. Verilitia antara 40 dan 50 tahun
3. Fase praesenium antara 55 dan 65 tahun
4. Fase senium antara 65 tahun hingga tutup usia
D. TIPE - TIPE LANSIA
 Pada umumnya lansia lebih dapat beradaptasi tinggal di rumah sendiri
daripada tinggal bersama anaknya. Menurut Nugroho W ( 2000) adalah:

1. Tipe Arif Bijaksana: Yaitu tipe kaya pengalaman, menyesuaikan diri dengan
perubahan zaman, ramah, rendah hati, menjadi panutan.
2. Tipe Mandiri: Yaitu tipe bersifat selektif terhadap pekerjaan, mempunyai
kegiatan.
3. Tipe Tidak Puas: Yaitu tipe konflik lahir batin, menentang proses penuaan
yang menyebabkan hilangnya kecantikan, daya tarik jasmani, kehilangan
kekuasaan, jabatan, teman.
4. Tipe Pasrah: Yaitu lansia yang menerima dan menunggu nasib baik.
5. Tipe Bingung: Yaitu lansia yang kehilangan kepribadian, mengasingkan diri,
minder, pasif, dan kaget.
E. TEORI PENUAAN
1. Teori Biologis
Proses penuaan merupakan proses secara berangsur yang
mengakibatkan perubahan secara komulatif dan serta berakhir dengan kematian.
Proses menua merupakan suatu yang fisiologis yang akan dialami oleh setiap
orang. Batasan orang dikatakan lanjut usia berdasarkan UU No 13 tahun 1998
adalah 60 tahun.
Teori biologis tentang penuaan dibagi menjadi :
a) Teori Instrinsik
Teori ini berati perubahan yang berkaitan dengan usia timbul akibat
penyebab dalam diri sendiri.
b) Teori Ekstrinsik
Teori ini menjelaskan bahwa perubahan yang terjadi diakibatkan
pengaruh lingkungan.
Teori lain menyatakan bahwa teori biologis dapat dibagi menjadi :
a) Teori Genetik Clock
Teori tersebut menyatakan bahwa menua telah terprogram secara
genetik untuk species – species tertentu. Tiap species mempunyai didalam
nuklei ( inti selnya )suatu jam genetik yang telah diputar menurut suatu
replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis dan akan
menghentikan replikasi sel bila tidak diputar, jadi menurut konsep ini bila
jam kita berhenti kita akan meninggal dunia, meskipun tanpa disertai
kecelakaan lingkungan atau penyakit akhir yang katastrofal. Konsep ini
didukung kenyataan bahwa ini merupakan cara menerangkan mengapa
pada beberapa species terlihat adanya perbedaan harapan hidup yang
nyata.
Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram
oleh molekul /DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.
b) Teori Mutasi Somatik ( teori error catastrophe )
Menurut teori ini faktor lingkungan yang menyebabkan mutasi
somatik . sebagai contoh diketahui bahwa radiasi dan zat kimia dapat
memperpendek umur sebaliknya menghindarinya dapqaat
mempperpanjang umur.menurut teori ini terjadinya mutasi yang progresif
pada DNA sel somatik, akan menyebabkan terjadinya penurunan
kemampuan fungsi sel tersebut. Sebaai salah satu hipotesis yang
berhubungan dengan mutasi sel somatik adalah hipotesis error catastrope.
c) Teori Auto imun
Dalam proses metabolisme tubuh , suatu saat diproduksi oleh zat
khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut,
sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
Pada proses metabolisme tubuh , suatu saat diproduksi suatu zat
khusus. Sad jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut
sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan mati.
d) Teori Radikal Bebas
Radikal bebas dapat dibentuk di alam bebas. Tidak stabilnya radikal
bebas mengakibatkan oksigenasi bahan - bahan organik seperti KH dan
protein.radikal ini menyebabkansel – sel tidak dapat beregenerasi.
Tidak stabilnya redikal bebas mengakibatkan oksidasi-oksidasi bahan
bahan organik seperti karbohidrat dan protein . radikal ini menyebabkan
sel-sel tidak dapat regenerasi.
e) Teori stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan.
Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan
internal dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah dipakai.
2. Teori Sosial
a) Teori aktifitas
Lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam
kegiatan social
b) Teori Pembebasan
Salah satu teori sosial yang berkenaan dengan proses penuaan adalah
teori pembebasan ( disengagement teori ). Teori tersebut menerangkan
bahwa dengan berubahnya usi seseorang secara berangsur – angsur mulai
melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan
interaksi sosial lansia menurun, baik secara kualitatif maupun kuantitasnya
sehingga sering terjadi kehilangan ganda yaitu:
 Kehilangan peran
 Hambatan kontrol social
 Berkurangnya komitmen
c) Teori Kesinambungan
Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus
kehidupan lansia. Dengan demikian pengalaman hidup seseorang pada usatu
saat merupakan gambarannya kelak pada saat ini menjadi lansia.
Pokok-pokok dari teori kesinambungan adalah :
 lansia tak disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif
dalam proses penuaan, akan tetapi didasarkan pada
pengalamannya di masa lalu, dipilih peran apa yang harus
dipertahankan atau dihilangkan
 Peran lansia yang hilang tak perlu diganti
 Lansia dimungkinkan untuk memilih berbagai cara adaptasi

3. Teori Psikologi
a) Teori Kebutuhan manusia mneurut Hirarki Maslow
Menurut teori ini, setiap individu memiliki hirarki dari dalam diri,
kebutuhan yang memotivasi seluruh perilaku manusia (Maslow
11111954). Kebutuhan ini memiliki urutan prioritas yang berbeda.
Ketika kebutuhan dasar manusia sidah terpenuhi, mereka berusaha
menemukannya pada tingkat selanjutnya sampai urutan yang paling
tinggi dari kebutuhan tersebut tercapai.
b) Teori individual
Carl Jung (1960) Menyusun sebuah terori perkembangan kepribadian
dari seluruh fase kehidupan yaitu mulai dari masa kanak-kanak , masa
muda dan masa dewasa muda, usia pertengahan sampai lansia.
Kepribadian individu terdiri dari Ego, ketidaksadaran sesorang dan
ketidaksadaran bersama. Menurut teori ini kepribadian digambarkan
terhadap dunia luar atau ke arah subyektif. Pengalaman-pengalaman dari
dalam diri (introvert). Keseimbangan antara kekuatan ini dapat dilihat
pada setiap individu, dan merupakan hal yang paling penting bagi
kesehatan mental.

F. PERUBAHAN - PERUBAHAN MULTISISTEM YANG TERJADI PADA


LANSIA
Pada lansia terjadi perubahan-perubahan akibat proses menua diantaranya
adalah perubahan pada sistem pencernaan seperti :

 Kehilangan gigi penyebab utama periodontal disiase yang biasa terjadii


setelah umur 30 tahun
 Indra pengecap menurun,adanya iritasi selaput lendir yang kronis, atrofi
indra pengecap, hilangnya sensivitas saraf pengecap lidah terutama rasa
manis,asin,pahit
 Rasa lapar menurun
 Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi atau gangguan pada sistem
gastrointestinal seperti penyakit gastritis
 Fungsi absorbsi melemah
 Hati semakin mengecil dan tempat penyimpanan menurun, aliran darah
berkurang

Lansia yang menderita gastritis akan mengalami perubahan pada sistem


pencernaannya. Patofisiologi Gastritis Akut Membran mukosa lambung menjadi
edema dan hiperemik (kongesti dengan jaringan, cairan dan darah) dan
mengalami erosi super fisial, bagian ini mengekskresi sejumlah gerak lambung
yang mengandung sangat sedikit asam tetapi banyak mukus. Ulserasi superfisial
dapat terjadi dan dapat menimbulkan hemoragi. Pasian dapat mengalami ketidak
nyamanan, sakit kepala, mulas, mual dan anoreksia. Sering disertai dengan
muntah dan cegukan.
Gastritis Kronis dapat diklasifikasikan sebagai tipe A atau tipe B. Tipe A
(sering disebut gastritis Auto imun) diakibatkan dari sel pariatel yang
menimbulkan atrofi dan infiltrasi seluler. Hal ini dihubungkan dengan penyakit
autoimun seperti anemia pernisiosa dan terjadi pada fundus atau korpus dari
lambung. Tipe B (kadang disebut sebagai gastritis H. Pylory) mempengaruhi
antrum dan pilorus (ujung bawah lambung dekat duodenum).
Ini dihubungkan dengan bakteri H. Pylory; faktor diet seperti minum
panas atau pedas; penggunaan obat-obatan atau alkohol; merokok atau refluk isi
usus ke dalam lambung.Terdapat gangguan keseimbangan faktor agresif dan
faktor desensif yang berperan dalam menimbulkan lesi pada mukosa lambung.

G. DAMPAK KEMUNDURAN DAN MASALAH-MASALAH KESEHATAN


PADA LANSIA
Proses penuaan merupakan proses alamiah setelah tiga tahap kehidupan,
yaitu masa anak, dewasa, dan masa tua yang tidak dapat dihindari oleh setiap
individu dimana akan menimbulkan perubahan-perubahan struktur dan fisiologis
dari beberapa sel/jaringan/organ dan system yang ada pada tubuh manusia
(Mubarak,2009:140)
Kemunduran biologis yang terlihat sebagai gejala-gejala kemunduran fisik,
diantaranya yaitu :
 Kulit mulai mengendur dan wajah mulai keriput serta garis-garis yang
menetap
 Rambut kepala mulai memutih atau beruban
 Gigi mulai lepas (ompong)
 Penglihatan dan pendengaran berkurang
 Mudah lelah dan mudah jatuh
 Gerakan menjadi lamban dan kurang lincah akibat penurunan kelemahan
 otot ekstremitas bawah dan kekuatan sendi
 Gangguan gaya berjalan
 Sinkope-dizziness;
Disamping itu, juga terjadi kemunduran kognitif antara lain :
 Suka lupa, ingatan tidak berfungsi dengan baik
 Ingatan terhadap hal-hal di masa muda lebih baik dari pada hal-hal yang
baru saja terjadi
 Sering adanya disorientasi terhadap waktu, tempat dan orang
 Sulit menerima ide-ide baru
Dampak kemunduran
Kemunduran yang terjadi pada lansia dipandang dari sudut biologis
mempunyai dampak terhadap tingkah laku dan perasaan orang yang memasuki
lanjut usia. Jika berbicara tentang menjadi tua, kemunduran yang paling banyak
dikemukakan. Selain berbagai macam kemunduran ada sesuatu yang dapat
meningkat dalam proses menua, yaitu sensitivitas emosional seseorang. Hal ini
yang akhirnya menjadi sumber banyak masalah pada masa tua. Coba dilihat
sepintas mengenai beberapa dampak kemunduran tersebut yaitu semakin
perasanya orang yang memasuki lanjut usia. Misalnya kemunduran fisik, yang
berpengaruh terhadap penampilan seseorang. Pada umumnya saat usia dewasa,
seseorang dianggap tampil paling cakap, tampan atau paling cantik. Kemunduran
fisik yang terjadi pada dirinya membuat membuat yang bersangkutan
berkesimpulan bahwa kecantikan atau ketampanan yang mereka miliki mulai
hilang. Baginya, hal ini berarti kehilangan daya tarik dirinya.

Masalah Yang di alami oleh Lansia


1. Mudah jatuh
Jatuh pada lanjut usia merupakan masalah yang sering terjadi. Penyebabnya
multi-faktor. Dari faktor instrinsik misalnya : gangguan gaya berjalan,
kelemahan otot ekstremitas bawah, kekakuan sendi, dan sinkope atau pusing.
Untuk faktor ekstrinsik, misalnya lantai licin dan tidak rata, tersandung
benda, penglihatan yang kurang karena cahaya kurang terang, dan sebagainya
sehingga dapat menyebabkan keterbatasan dalam melakukan aktivitas.
2. Mudah lelah
Hal ini disebabkan oleh Faktor psikologis seperti perasaan bosan, keletihan,
atau depresi dan penyebab lainnya adalah :
o Gangguan organis : anemia, kekurangan vitamin, perubahan pada tulang
(osteomalasia), gangguan pencernaan,kelainan metabolisme (diabetes
melitus, hipertiroid), gangguan ginjal dengan uremia, gangguan faal hati,
gangguan sistem peredaran darah dan jantung.
o Pengaruh obat, misalnya obat penenang, obat jantung, dan obat yang
melelahkan daya kerja otot.
o Berat badan menurun
Berat badan menurun disebabkan oleh :
- Pada umumnya nafsu makan menurun karena kurang adanya gairah
hidup atau kelesuan serta kemampuan indera perasa menurun
- Adanya penyakit kronis
- Gangguan pada saluran pencernaan sehingga penyerapan makanan
terganggu
- Faktor sosio-ekonomis (pensiunan)
3. Gangguan Kardiovaskuler
 Nyeri dada
 Sesak nafas pada kerja fisik
 Palpitasi
 Edema kaki
4. Nyeri atau ketidaknyamanan
 Nyeri pinggang atau punggung
 Nyeri sendi pinggul
5. Keluhan pusing
6. Kesemutan pada anggota badan
7. Berat badan menurun
8. Gangguan eliminasi
 Inkontinensia urin atau ngompol
 Inkontinensia alvi
9. Gangguan ketajaman penglihatan
10. Gangguan pendengaran
11. Gangguan tidur
12. Mudah gatal

H. KARAKTERISTIK PENYAKIT LANSIA DI INDONESIA


 Penyakit persendian dan tulang, misalnya rheumatik, osteoporosis,
osteoartritis

 Penyakit Kardiovaskuler. Misalnya: hipertensi, kholesterolemia, angina,


cardiac attack, stroke, trigliserida tinggi, anemia, PJK

 Penyakit Pencernaan yaitu gastritis, ulcus pepticum

 Penyakit Urogenital. Seperti Infeksi Saluran Kemih (ISK), Gagal Ginjal


Akut/Kronis, Benigna Prostat Hiperplasia

 Penyakit Metabolik/endokrin. Misalnya; Diabetes mellitus, obesitas

 Penyakit Pernafasan. Misalnya asma, TB paru

 Penyakit Keganasan, misalnya; carsinoma/ kanker


 Penyakit lainnya. Antara lain; senilis/pikun/dimensia, alzeimer, parkinson,
dsb

I. Peran Perawat pada klien lansia sesuai Proses Penuaan.


Proses Perawatan Kesehatan bagi para Lansia merupakan tugas yang
membutuhkan suatu kondisi yang bersifat komprehnsif sehingga diperlukan suatu
upaya penciptaan suatu keterpaduan antara berbagai proses yang dapat terjadi
pada lansia. Untuk mencapai tujuan yang lebih maksimal, konsep dan strategi
pelayanan kesehatan bagi para lansia memegang peranan yang sangat penting
dalam hal ini tidak lepas dari peran perawat sebagai unsur pelaksana.
Dalam proses tersebut, peran perawat yang dapat dikembangkan untuk merawat
lansia, berdasarkan proses penuaan yang terjadi, yaitu :
1)     Peran Perawat dalam menghadapi Perubahan Biologik (Fisik).
Perawatan dengan perubahan fisik adalah perawatan yang memperhatikan
kesehatan objektif, kebutuhan, kejadian-kejadian yagn dialami oleh lansia
semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang
masih bisa dicapai dan dikembangkan, serta penyakit yang dapat dicegah atau
ditekan progresivitasnya.
Perawatan fisik ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu :
a.       Perawatan bagi usila yang masih aktif, yang keadaan fisiknya
Masih mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga kebutuhannya
sehari-hari bisa dipenuhi sendiri.
b.      Perawatan bagi usila yang pasif atau tidak dapat bangun, yang keadaan
fisiknya
mengalami kelumpuhan atau kesakitan sehingga memerlukan bantuan orang lain
untuk melakukan kebutuhannya sendiri. Disinilah peran perawat teroptimalkan,
terutama tentang hal-hal yang berhubungan dengan kebersihan perorangan untuk
mempertahankan kesehatannya, dan untuk itu perawat harus mengetahui dasar
perawatan bagi pasien lansia.
Peran perawat dalam membantu kebersihan perorangan sangat penting dalam
usaha mencegah timbulnya peradangan, mengingat sumber infeksi dapat timbul
bila kebersihan kurang mendapat  perhatian. Selain itu kemunduran kondisi fisik
akibat proses ketuaan dapat mempengaruhi ketahanan tubuh terhadap gangguan
infeksi dari luar. Untuk para lansia yang masih aktif, peran perawat sebagai
pembimbing mengenai kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan badan,
kebersihan rambut dan kuku, kebersihan tempat tidur serta posisi tidir, hal
makanan, cara mengkonsumsi obat, dan cara pindah dari kursi ke tempat tidur
atau sebaliknya. Kegiatan yang dilakukan secara rutin akan sangat penting
dipertahankan pada lansia dengan melihat. Kemampuan yang ada, karena adanya
potensi kelemahan atropi otot dan penurunan fungsi.
2)        Peran Perawat dalam menghadapi Perubahan Sosial.
Dalam perannya ini, perawat perlu melakukan pendekatan sosial sebagai
salah satu upayanya adalah memberikan kesempatan berkumpul dengan
sesama usila. Mereka dapat bertukar cerita atau bertukar pikiran dan
memberikan kebahagiaan karena masih ada orang lain yang mau bertukar
pikiran serta menghidupkan semangat sosialisasi. Hasil kunjungan ini dapat
dijadikan pegangan bahwa para lansia tersebut adalah makluk sosial juga,
yang membutuhkan kehadiran orang lain.
3)        Peran Perawat dalam menghadapi Perubahan Psikologi.
Pada lansia, terutama yang melakukan kegiatan pribadi, memerlukan bantuan
orang lain, memerlukan sebagai suporter, interprester terhadap segala sesuatu
yang asing, penampung rahsia pribadi, dan sahabat yang akrab. Peran perawat
disini melakukan suatu pendekatan psikis, dimana membutuhkan seorang
perawat yang memiliki kesabaran, ketelitian dan waktu yang cukup banyak
untuk menerima berbagai keluhan agar para usila merasa puas.
Pada dasarnya pasien lansia membutuhkan rasa aman dan cinta kasih
lingkungannya, termasuk perawat sehingga perawat harus menciptakan
suasana aman, tenang dan membiarkan klien lansia melakukan atau kegiatan
lain yang disenangi sebatas kemampuannya. Peran perawat disini juga
sebagai motivator atau membangkitkan kreasi pasien yang dirawatnya untuk
mengurangi rasa putus asa, rendah diri, rasa terbatas akibat ketidak
mampuannya. Hal ini perlu dilakukan karena bersamaan dengan makin
lanjutnya usia, terjadi perubahan psikis yang antara lain menurunnya daya
ingat akan peristiwa yang baru saja terjadi, perubahan pola tidur dengan
kecenderungan untuk tiduran di siang hari dan pengeseran libido.
Mengubah tingkah laku dan pandangan terhadap kesehatan lansia tidak dapat
dilakukan seketika. Seorang perawat harus melakukannya secara perlahan-
lahan dan bertahap serta mendukung mental mereka kearah pemuasan pribadi
sehingga seluruh pengalaman yang dilalui tidak menambah beban tetapi
justru tetap memberikan rasa puas dan bahagia.

DAFTAR PUSTAKA
http://kumpulan-asuhan-keperawatan.blogspot.com/2009/01/asuhan-
keperawatan-pada-pasien-dengan_6374.html
http://loebis-qoa.blogspot.com/2010/11/askep-gastritis.html

Mansjoer, Arif. Kapita Selecta Kedokteran. Jilid 1, Jakarta : 1999.

Maryam, siti dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Penerbit
Salemba Medika

Nugroho, Wahyudi. 2008. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta : Penerbit


Buku Kedokteran EGC

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. (2001). Keperawatan Medikal Bedah 2


(Ed 8). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC).

Stanley, Mickey dkk. 2000. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC

Watson, Roger. 2003. Perawatan pada Lansia. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC

Anda mungkin juga menyukai