Anda di halaman 1dari 24

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Lansia

a. Pengertian lansia

Lansia adalah masa perkembangan terakhir dalam hidup manusia,

karena adanya proses penurunan “kemampuan” pada lanjut usia. Pada

Lansia bahkan membayangkan kondisi tua sebagai masa yang suram, masa

tidak berdaya dan tidak berguna. Namun pada sisi yang lain lansia secara

psikologis dan sosiologis menggambarkan tercapainya integritas dalam

diri seseorang (Nugroho, 2000).

Lansia adalah fase dimana menurunnya kemampuan akal dan fisik,

yang dimulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Usia lanjut

adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang di mulai dengan

adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai mana di ketahui, ketika

manusia mencapai usia dewasa, ia mempunyai kemampuan reproduksi dan

melahirkan anak. Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan

kehilangan tugas dan fungsi ini, dan memasuki selanjutnya, yaitu usia

lanjut, kemudian mati. Bagi manusia yang normal, siapa orangnya, tentu

telah siap menerima keadaan baru dalam setiap fase hidupnya dan

11

Perbandingan Pengaruh Aroma..., Tika Fitriana, Fak. Ilmu Kesehatan UMP, 2015
12

mencoba menyesuaikan diri dengan kondisi lingkunganya (Darmojo,

2004).

Lansia adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan lahan

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri /mengganti diri dan

mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat

bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan

yang diderita. Proses menua itu mulai terjadi pada saat terjadinya

pembuahan, saat mulai adanya kehidupan (Santoso dkk, 2009).

b. Konsep teori lansia

Konsep Teori Lansia, Menurut oraganisasi kesehatan dunia

(WHO), lanjut usia meliputi:

1) Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59

tahun.

2) Lanjut usia (elderly) antara 60 – 74 tahun.

3) Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun.

4) Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.

Lansia menurut Departemen Kesehatan RI terbagi menjadi sebagai

berikut :

1) kelompok menjelang usia lanjut (45-54 tahun) sebagai masa vibrilitas.

2) Kelompok usia lanjut (55-64 tahun) sebagai presenium.

3) Kelompok usia lanjut (55-64 tahun) sebagai senium (Maryam, 2008).

Perbandingan Pengaruh Aroma..., Tika Fitriana, Fak. Ilmu Kesehatan UMP, 2015
c. Teori proses menua

Menua didefinisikan sebagai proses yang mengubah seorang

dewasa sehat menjadi seorang yang frail (lemah dan rentan) dengan

berkurangnya sebagian besar cadangan sistem fisiologis dan men

ingkatkan kerentanan terhadap berbagai penyakit dan kematian. Menua

juga didefinisikan sebagai penurunan, kelemahan, meningkatnya

kerentanan terhadap berbagai penyakit dan perubahan lingkungan,

hilangnya mobilitas dan ketangkasan, serta perubahan fisiologis yang

terkait dengan usia (Aru, 2009).

Menurut Nugroho (2008) mengemukakan berbagai teori tentang

proses penuaan, antara lain :

1) Teori Biologis

a) Teori Genetik

Teori ini menjelaskan bahwa didalam tubuh terdapat jam biologis

yang mengatur gen dan menentukan jalannya proses penuaan.

Teori genetik mengakui adanya mutasi somatik yang

mengakibatkan kegagalan pengadaan deoxyribonucleic acid

(DNA).

b) Teori Non Genetik

Teori ini terbagi lagi dalam beberapa teori :

a. Teori Radikal Bebas Radikal bebas yang terdapat di

lingkungan mengakibatkan terjadinya perubahan pigmen dan

kolagen pada proses penuaan.


b. Teori Rantai Silang (Cross Link Theory) Molekul kolagen

dan zat kimia mengubah fungsi jaringan dan mengakibatkan

terjadinya jaringan yang kaku pada proses penuaan.

c. Teori Kekebalan Perubahan pada jaringan limpoid

mengakibatkan tidak adanya keseimbangan dalam sel T

sehingga produksi antibodi dan kekebalan menurun.

d. Teori Menua Akibat Metabolisme Pengurangan asupan kalori

dapat memperpanjang umur, sedangkan perubahan asupan

kalori yang menyebabkan kegemukan dapat memperpendek

umur.

e. Teori Fisiologis Terdiri dari teori oksidasi stres (penyebab

terjadinya stress oksidasi adalah penyakit degenerasi basal

ganglion yang menyebabkan terjadinya toksin dan

menyebabkan kematian dan pada usia dewasa terjadi fase

disintegrasi jaringan dan organ tubuh yang sering dipakai, bila

tidak ada proses penggantian sel, proses tersebut akan diakhiri

dengan kematian).

c) Teori Sosiologis

a. Teori Interaksi Sosial

Kemampuan lanjut usia untuk terus menjalin interaksi sosial

merupakan kunci mempertahankan status sosialnya

berdasarkan kemampuan bersosialisasi.


b. Teori Aktivitas

Lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan banyak

ikut serta dalam kegiatan sosial. Lanjut usia akan merasakan

puas apabila dapat melakukan aktivitas dan mempertahankan

aktivitas selama mungkin.

c. Teori Kepribadian Berlanjut

Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus

kehidupan lanjut usia. Pengalaman hidup seseorang pada suatu

saat merupakan gambarannya kelak pada saat ia menjadi lanjut

usia.

d. Teori Pembebasan/ Penarikan Diri

Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya lanjut

usia maka lansia secara berangsur - angsur mulai

melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri

dari pergaulan sekitar. Keadaan ini mengakibatkan interaksi

sosial lanjut usia menurun. Menurut teori ini seorang

lanjut usia dinyatakan mengalami proses menua yang

berhasil apabila ia menarik diri dari kegiatan terdahulu

kemudian dapat memusatkan diri pada persoalan pribadi

dan mempersiapkan diri menghadapi kematiannya.

d. Karakteristik pada Lansia

Beberapa karakteristik lansia yang perlu diketahui untuk

mengetahui keberadaan masalah kesehatan lansia sebagai berikut:


1) Jenis kelamin

Lansia lebih banyak wanita, terdapat perbedaan kebutuhan dan

masalah kesehatan yang berbeda antara lansia laki – lakidan wanita.

Misalnya lansia laki – laki sibuk dengan hipertropi prostat, maka

wanita mungkin menghadapi osteoporosis.

2) Status perkawinan

Status masih pasangan lengkap atau sudah hidup janda / duda akan

mempengaruhi keadaan kesehatan lansia baik fisik maupun

psikologis.

3) Living arrangement

Keadaan pasangan, tinggal sendiri atau bersama istri, anak atau

keluarga lainnya.

4) Kondisi kesehatan

a) Kondisi umum

b) Frekuensi sakit ( Bustan, 2007 ).

e. Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia

Perubahan pada lanjut usia dapat dilihat dari segi fisik, psikis,

sosial dan lain-lain. Menua adalah proses alami yang terjadi dalam

kehidupan manusia. Penuaan akan terjadi hampir pada semua sistem

tubuh, namun tidak semua sistem tubuh mengalami kemunduran fungsi

pada waktu yang sama (Nugroho, 2008).

Secara alamiah, berbagai proses ketuaan yang tidak bisa dihindari

berlangsung, berupa:
1. Perubahan fisik, biologi / jasmani

a) Kekuatan fisik secara menyeluruh dirasakan berkurang, merasa

cepat capek dan stamina menurun.

b) Sikap badan yang semula tegap menjadi membungkuk, otot – otot

mengecil, hipotrofis, terutama di bagian dada dan lengan.

c) Kulit mengerut dan menjadi keriput. Garis – garis pada wajah di

kening dan sudut mata

d) Rambut mulai memutih dan pertumbuhan berkurang

e) Gigi mulai rontok

f) Perubahan pada mata: pandangan dekat berkurang, adaptasi gelap

melambat, lingkaran putih pada kornea (arcus senilis), dan lensa

menjadi keruh (katarak).

g) Pendengaran, daya cium dan perasa mulut menurun

h) Pengapuran pada tulang rawan, seperti tulang dada sehingga

rongga dada menjadi kaku dan sulit bernapas.

2. Perubahan mental – emosional / jiwa

a) Daya ingat menurun, terutama peristiwa yang baru saja terjadi.

b) Sering pelupa / pikun, sering sangat menggangu dalam pergaulan

dengan lupa nama orang.

c) Emosi mudah berubah, sering marah – marah, rasa harga diri

mudah tersinggung.

3. Perubahan kehidupan seksual.

Penyakit lansia dapat meliputi:


a) Gangguan pembuluh darah, dari hipertensi sampai stroke.

b) Gangguan metabolik, DM (Diabetes Melitus)

c) Gangguan persendian, artritis, encok dan terjatuh

d) Gangguan sosial, kurang penyesuaian diri dan merasa tidak punya

fungsi lagi (Bustan, 2007).

2. Tekanan Darah

a. Pengertian

Tekanan darah merupakan kekuatan lateral pada dinding arteri oleh

darah yang didorong dengan tekanan dari jantung. Tekanan sistemik atau

arteri darah, tekanan darah dalam sistem arteri tubuh, adalah indikator

yang baik tentang kesehatan kardiovaskuler. Aliran darah mengalir pada

sistem sirkulasi karena perubahan tekanan. Darah mengalir pada daerah

yang bertekanan tinggi ke daerah yang tekanannya rendah (Potter & Perry,

2005).

Tekanan darah adalah kekuatan yang diperlukan agar darah dapat

mengalir di dalam pembuluh darah yang beredar mencapai semua jaringan

tubuh manusia. Darah yang dengan lancar beredar ke seluruh bagian tubuh

berfungsi sangat penting sebagai media pengangkut oksigen serta zat – zat

lain yang di perlukan bagi kehidupan sel – sel tubuh. Selain itu darah juga

berfungsi sebagai sarana pengangkut sisa hasil metabolisme yang tidak

berguna lagi dari jaringan tubuh (Gunawan, 2001)

Hipertensi diartikan sebagai peningkatan tekanan darah secara

terus menerus sehingga melebihi batas normal. Tekanan darah normal


adalah 110/90 mmHg. Hipertensi merupakan produk dari resistensi

pembuluh darah perifer dan kardiak output (Wexler, 2002).

Hipertensi atau penyakit darah tinggi merupakan kondisi ketika

seseorang mengalami kenaikan tekanan darah baik secara lambat atau

mendadak ( akut ). Hipertensi menetap ( tekanan darah tinggi yang tidak

menurun ) merupakan faktor risiko terjadinya stoke, penyakit jantung

koroner (PJK),gagal jantung, gagal ginjal, dan aneurisma arteri ( penyakit

pembuluh darah ). Meskipun peningkatan tekanan darah relatif kecil, hal

tersebut dapat menurunkan angka harapan hidup ( Agoes dkk, 2010 ).

b. Etiologi

Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah

terjadinya perubahan - perubahan pada elastisitas dinding aorta

menurun, katub jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung

memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun,

kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan

menurunnya kontraksi dan volumenya. Selain itu, kehilangan

elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas

pembuluh darah perifer untuk oksigenasi dan meningkatnya resistensi

pembuluh darah perifer (Syahrini dkk, 2012).

c. Gejala Hipertensi

Gejala Hipertensi berupa sakit kepala, nyeri atau sesak pada dada,

pusing, gangguan tidur, terengah – engah saat beraktifitas, jantung

berdebar – debar, mimisan, kebaal atau kesemutan, gelisah dan mudah


marah, kerinngat berlebihan, kram otot, badan lesu, pembekakan di bawah

mata pada pagi hari (Ritu, 2011).

d. Jenis Hipertensi

Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi hipertensi

primer ( essensial ) dan hipertensi sekunder. Yang pertama disebut

demikian karena penyeban penyakit tersebut tidak diketahui dan yang

kedua timbul akibat kondisi tertentu, misalnya penyakit ginjal atau tumor.

1) Hipertensi Primer

Hanya sebagian kecil penyakit hipertensi yang dapat diketahui

penyebabnya, sedangkan sebanyak 90 – 95 % kasus tidak diketahui.

Pasien – pasien ini mungkin memiliki kelainan endokrin atau ginjal

yang jika ditangani, dapat mengembalikan tekanan darah menjadi

normal.

2) Hipertensi Sekunder

Sekitar 5 – 10 % hipertensi timbul akibat penyebab tertentu dan

disebut hipertensi sekunder (Agoes dkk, 2010).

e. Faktor – faktor resiko Hipertensi

Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi karena dengan

bertambanhnya umur maka semakin tinggi mendapat resiko hipertensi.

Insiden hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia. Ini sering

disebabkan oleh perubahan alamiah di dalam tubuh yang mempengaruhi

jantung, pembuluh darah, dan hormon.


Hipertensi pada yang berusia kurang dari 35 tahun akan menaikan

insiden penyakit arteri koroner dan kematian prematur (Julianti, 2005).

Jenis kelamin juga sangat erat kaitannya terhadap terjadinya hipertensi

dimana pada masa muda dan paruh baya lebih tinggi penyakit hipertensi

pada laki – laki dan pada wanita lebih tinggi setelah umur 55 tahun, ketika

seorang wanita mengalami menopause.

Riwayat keluarga juga merupakan masalah yang memicu masalah

terjadinya hipertensi, hipertensi cenderung merupakan penyakit keturunan.

Jika seorang dari orang tua kita memiliki riwayat hipertensi maka

sepanjang hidup kita memiliki kemungkinan 25% terkena hipertensi

(Astawan, 2002).

f. Klasifikasi Hipertensi

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), menyatakan tekanan darah

seseorang dikatakan normal jika sistoliknya kurang dari 140 mmHg dan

diastoliknya kurang dari 90 mmHg. Jika sistolik diantara 140 – 160 mmHg

dan diastolik diantara 90 – 95 mmHg disebut barderline hypertension.pada

posisi ini seseorang harus waspada karena memiliki kecenderungan kuat

mengidap hipertensi.

Jika seseorang memiliki sistolik lebih dari 160 mmHg dan diastolik

lebih dari 95 mmHg maka jelas orang tersebut mengidap hipertensi.

Berikut ini klasifikasi tekanan darah sebagai berikut:

Tabel 1.1 klasifikasi tekanan darah Menurut Organisasi Kesehatan

Dunia (WHO).
Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Optimal < 120 < 80


Normal < 130 < 85
High normal 130 – 139 85 – 89
Hipertensi
Stage 1 (mild) 140 - 159 90 – 99
Stage 2 (moderate) 160 - 179 100 – 109
Stage 3 (severe) ≥ 180 ≥ 110

g. Patofisiologi Hipertensi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh

darah terletak dipusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat

vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke

konda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia

simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan

dalam bentuk impuls yang bergerak kebawah melalui saraf simpatis ke

ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin,

yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,

dimana dengan dilepaskanya norepinefrin mengakibatkan konstriksi

pembuluh darah.

Berbagai faktor kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi

respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor. Individu

dengan hipertensi sering sensitif terhadap norefpineprin meskipun tidak

diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi (Corwin, 2001).

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang

pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga

terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula


adrenal mengsekresi epinefrin yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks

adrenal mengsekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat

respon vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang

mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan

renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian

diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada

gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini

menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan

peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung

mencetus keadaan hipertensi (Sagala, 2009).

Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah

perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada

lanjut usia. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya

elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos

pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan

distensidan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri

besar berkurang kemampuannya dalam mengkomodasi volume darah yang

dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan

curah jantung dan peningkatan tahanan perifer (Sagala, 2009).

3. Aromaterapi

a. Definisi aromaterapi

Aromaterapi berasal dari kata aroma yang berarti harum atau

wangi, dan therapy yang dapat diartikan sebagai cara pengobatan atau
penyembuhan. Sehingga aromaterapi dapat diartikan sebagai suatu cara

perawatan tubuh dan atau penyembuhan penyakit dengan menggunakan

minyak essensial (Jaelani, 2009).

Aromaterapi merupakan sebuah metode penyembuhan dengan

menggunakan minyak esensial yang sangat pekat yang seringkali sangat

wangi dan diambil dari sari-sari tanaman. Unsur-unsur pokok minyak

memberikan aroma atau bau yang sangat khas yang diperoleh dari suatu

tanaman tertentu (Geddes, 2000).

Aromaterapi adalah terapi yang menggunakan essential oil atau sari

minyak murni untuk membantu memperbaiki atau menjaga kesehatan,

membangkitkan semangat, menyegarkan serta menenangkan jiwa dan

raga. Aromaterapi memiliki manfaat yang sangat beragam, mulai dari

pertolongan pertama sampai membangkitkan rasa gembira

(Koensoemardiyah, 2009).

Aromaterapi dapat didefinisikan sebagai penggunaan terkendali

essensial tanaman untuk tujuan terapeutik (Posadzki dkk, 2012). Jenis

minyak aromaterapi yang umum digunakan yaitu:

1) Minyak eukaliptus, radiata ( Eucalyptus Radiata Oil )

2) Minyak Rosemary ( Rosemary oil )

3) Minyak Ylang – Ylang ( Ylang – Ylang oil )

4) Minyak Lavender ( Lavender oil )

5) Minyak Geranium ( Geranium oil )

6) Minyak Peppermint
Sifat aromaterapi, aroma dalam terapi adalah sari berbau harum

atau minyak essensial yang dihasilkan oleh sel – sel tanaman dan

pohon. Minyak essensial mempengaruhi pikiran dan badan secara

bersamaan lewat kulit dan sistem alfaktori (indra penciuman) untuk

menyeimbangkan dan menyembuhkan, membuatnya menjadi obat yang

ideal lembut yang bukan hanya menyembuhkan melainkan juga dapat

dinikmati (Dean, 2007).

Menurut jurnal penelitian aromaterapi merupakan salah satu teknik

penyembuhan alternatif yang sebenarnya berasal dari sistem

pengetahuan kuno. Aromaterapi merupakan metode pengobatan yang

menggunakan minyak essensial dalam penyembuhan holistik untuk

memperbaiki kesehatan dan kenyamanan emosional serta

mengembalikan keseimbangan badan (Majidi dkk, 2013).

b. Jenis Aroma Terapi

Terapi dengan menggunakan minyak esensial dapat dilakukan

secara internal maupun eksternal. Penggunaan cara terapi yang tepat akan

sangat membantu daya kerja bahan aktif sekaligus efisien dan akurat

dalam penggunaan sediaan aroma terapi. Meskipun demikian, setiap bahan

yang akan digunakan perlu diketahui terlenih dahulu efektifitas bahan

aktifnya. Hal ini bertujuan untuk memperoleh efek terapi yang optimal dan

tepat guna (Jaelani, 2009).


c. Aromaterapi Lavender

Dari minyak – minyak esensial tersebut, minyak lavender

merupakan minyak esensial yang paling populer. Minyak lavender berasal

dari semak yang sangat digemari di daerah mediterania. Istilah lavender

berasal dari kata lavandus, yang berarti membersihkan (Koensoemardiyah,

2009).

Minyak lavender sangat aman dan bahkan dapat digunakan tanpa

dilarutkan untuk kulit. Minyak lavender juga dapat menyembuhkan

berbagai macam gangguan. Manfaat minyak lavender menurut Geddes &

Grosset (2000) adalah merangsang nafsu makan, sebagai tonik dan

antispasmodik, menyembuhkan luka bakar ringan dan berat, luka karena

sayatan, rasa nyeri, memiliki efek anti septik yang sangat kuat, digunakan

dalam banyak persiapan kosmetik, sebagai pengusir serangga,

penyembuhan sakit dan nyeri otot, gangguan pernafasan, influensa,

gangguan pencernaan, gangguan alat kelamin – buang air seperti Cystitis

dan Dysmenorrhoea, sakit kepala dan ketegangan pra menstruasi. Karena

banyak sekali khasiatnya, minyak lavender merupakan salah satu minyak

terpopuler dalam aromaterapi (Koensoemardiyah, 2009).

Kandungan kimia dari lavandula angustivolia ini sangat bervariasi

tergantung dari musim dan maturasi dari tanaman tersebut sewaktu

dipanen. Selain itu cara ekstrasi juga sangat berpengaruh terhadap

konsentrasi zat yang terdapat dalam minyak atisirinya. Tetapi dengan

metode destilasi uap minyak atsirinya dapat mengandung alfa-terpineol,


linalool dan linalil asetat dalam konsentrasi yang paling tinggi

dibandingkan dengan metode destilasi air superfisial (Chu dkk, 2001).

Nama minyak atsiri dari lavandula angustivolia ini adalah minyak

lavender dan biasanya diperoleh dengan ekstraksi dari bunga segar dan

dari kumpulan bunga pada tangkainya dengan menggunakan metode

destilasi uap. Kandungan minyakatsiri yang didapat dengan metode ini

adalah 1-3% (Gruenwald dkk, 2009).

Kandungan utama penyusun minyak lavender adalah linalool 26-

49% (Price, 2000), 25-38% (Bowel, 2003), dan linalil asetat 36-53%

(Price, 2007). Sifat farmakologi dari minyak lavender dalam menimbulkan

efek relaksasi dipengaruhi oleh kandungan terbesarnya yaitu linalool dan

linalil asetat serta sedikit dipengaruhi oleh kandungan geraniolnya. Efek

farmakolodi dalam menimbulkan relaksasi secara fisik dan psikologis dari

minyak lavender cukup lengkap (Price, 2007). Berikut ini efek

farmakologi untuk relaksasi yang dapat ditimbulkan dari minyak lavender

adalah :

1) Memiliki sifat analgesik.

2) Memiliki sifat antispasmodik (menurunkan kontaktilitas otot lurik).

3) Meneimbangkan sistem saraf tepi.

4) Memiliki sifat menenangkan.

5) Memiliki efek sedatif

6) Menurunkan frekuensi jantung

7) Antidepresan
8) Antiansietas

9) Meningkatkan daya konsentrasi (Price, 2007).

d. Aromaterapi Kenanga

Minyak kenanga merupakan salah satu jenis aromaterapi yang

mempunyai efek menyeimbangkan, relaksasi, meredakan ketegangan,

stres, denyut nadi cepat, pernafasan cepat dan bermanfaat untuk tekanan

darah tinggi (Sharma, 2009).

Minyaknya dikenal sebagai ‘ylang – ylang’, banyak digunakan

sebagai bahan campuran untuk kosmetika. Dalam produk spa, minyak

kenanga biasanya dipakai untuk menghilangkan ketegangan atau nervous,

menciptakan suasana tenang dan rileks. Selain itu minyaknya juga sering

digunakan sebagai tabir surya (sunscreen). Bau – bauan tersebut

mempengaruhi bagian otak yang berkaitan dengan mood atau suasana hati,

emosi, ingatan dan pembelajaran (Jaelani, 2009).

Dari berbagai macam jenis tanaman yang digunakan dalam

menurunkan darah yaitu kenanga (Cananga odorata) merupakan tanaman

yang efektif dan dipergunakan untuk menurunkan tekanan darah.

Menghirup aroma kenanga akan meningkatkan gelombang alfa di dalam

otak dan gelombang inilah yang membantu kita untuk rileks, hal tersebut

dapat menurunkan aktivitas vasokonstriksi pembuluh darah, aliran darah

menjadi lancar sehingga menurunkan tekanan darah (Sharma, 2009).

Kandungan kimia dari minyak kenanga ini sangat bervariasi

tergantung dari penanaman. Minyak atsiri dari bunga kenanga diambil


dengan cara penyulingan dari bunga segar yang sudah dikeringkan dengan

destilasi uap dengan kandungan minyak atsirinya 1-2% (Orwa dkk, 2009).

Kandungan minyak kenanga ini hampir sama dengan minyak

lavender dimana kandungan linalool, yang merupakan golongan dari

alkohol memiliki konsentrasi yang cukup besar didalam minyak atsirinya.

Dengan adanya kandungan linalool ini maka minyak kenanga memiliki

sifat sedatif dan analgesik seperti yang dimiliki minyak lavender.

Kandungan lainnya yang cukup besar adalah kandungan seskuiterpennya

(Bowels, 2003).

Berdasarkan jurnal penelitian dilakukan oleh Ahmad Majidi tahun

2013 menunjukkan terjadinya perubahan tekanan darah sebelum dan

sesudah perlakuan, dimana kandungan lavender dan kenanga sama – sama

mengandung zat flavanoid yang sifatnya anti depresan yang dapat

menurunkan tekanan darah.

e. Manfaat Aromaterapi

Aromaterapi memiliki banyak khasiat dan manfaat yang cukup banyak.

Adapun manfaat penting yang dapat diperoleh dari metode aromaterapi

adalah sebagai berikut:

1) Merupakan bagian utama dari parfum keluarga, yaitu dengan

memberikan sentuhan keharuman dan suasana wewangian yang

menyenangkan, ketika sedang berada dirumah maupun berpergian.

2) Merupakan salah satu metode perawatan yang tepat dan efisien dalam

menjaga tubuh agar tetap sehat.


3) Banyak dimanfaatkan dalam pengobatan, khususnya dalam membantu

beragam penyakit, meskipun lebih ditujukan sebagai terapi pendukung

(support therapy).

4) Dapat membantu kelancaran fungsi sistem tubuh (improving body

function), antara lain, dengan cara mengembalikan keseimbangan

bioenergi tubuh.

5) Membantu meningkatkan stamina dan gairah seseorang, walaupun

sebelumnya tidak atau kurang memiliki gairah dan semangat hidup.

6) Dapat menumbuhkan perasaan yang tenang pada jasmani, pikiran dan

rohani (soothing the physical, mind and spiritual), dapat menciptakan

suasana yang damai, serta dapat menjauhkan dari perasaan cemas dan

gelisah (Jaelani, 2009).

f. Teknik – teknik pemberian aromaterapi

Penyerapan minyak esensial ke dalam system sirkulasi

membutuhkan waktu sekitar 10 menit untuk diserap sepenuhnya oleh

system tubuh sebelum dikeluarkan kembali melalui paru-paru, kulit dan

urine dalam waktu beberapa jam kemudian (Rachmi, 2002). Berikut ini

adalah beberapa teknik yang lazim digunakan dalam aromaterapi:

1) Aromaterapi Inhalasi (menggunakan oil burner) Penghirupan

dianggap sebagai cara penyembuhan paling langsung dan paling

cepat, karena molekul- molekul minyak esensial yang mudah

menguap tersebut bertindak langsung pada organ-organ penciuman

dan langsung dipersepsikan oleh otak. Metode yang populer adalah


penghirupan yang dianggap bermanfaat. Ketika aromaterapi dihirup,

molekul yang mudah menguap dari minyak tersebut dibawa oleh arus

udara ke “ atap “hidung di mana silia –silia yang lembut muncul dari

sel-sel reseptor. Ketika molekul-molekul itu menempel pada rambut-

rambut tersebut, suatu pesan elektrokimia akan ditransmisikan melalui

saluran olfactory ke dalam system limbic. Hal ini akan merangsang

memori dan respons emosional (Jaelani, 2009). Hipotalamus berperan

sebagai relay dan regulator, memunculkan pesan-pesan yang harus

disampaikan kebagian lain otak serta bagian badan yang lain. Pesan

yang diterima itu kemudian diubah menjadi tindakan yang berupa

pelepasan senyawa neurokimia yang menyebabkan euforia, relaks,

dan sedatif (Koensoemardiyah, 2009).

2) Aromaterapi Massase atau Pijat

Massase merupakan metode perawatan yang paling banyak dikenal

dalam kaitannya dengan aroma terapi. Minyak esensial mampu

menembus kulit dan terserap ke dalam tubuh, sehingga memberikan

pengaruh penyembuhan dan menguntungkan pada berbagai jaringan

dan organ internal (Koensoemardiyah, 2009).

3) Aromaterapi Mandi

Mandi yang sebagian besar orang merasakan manfaatnya untuk

relaksasi adalah mandi panas yang sebelumnya telah ditambahkan

persiapan wewangian yang memiliki kasiat tertentu. Mandi dapat

menenangkan dan melemaskan, meredakan sakit dan nyeri dan juga


dapat menimbulkan efek rangsangan, menghilangkan keletihan dan

mengembalikan tenaga.

4) Aromaterapi Kompres

Kompres efektif untuk penyembuhan berbagai macam sakit, nyeri otot

dan rematik, ruam-ruam dan sakit kepala. Untuk nyeri akut kompres

harus diulang – ulang bila telah mencapai blood temperature, jika

tidak maka kompres harus dibiarkan pada komposisinya selama

minimal dua jam dan yang lebih baik adalah semalam (Geddes, 2000).

g. Cara Menggunakan Aromaterapi (aromaterapi Lavender dan

aromaterapi Kenanga) oil burner.

Lavender dan kenanga membantu meningkatkan kekebalan tubuh

sekaligus bersifat analgesik yaitu mengurangi rasa nyeri. Salah satu cara

menggunakan aroma lavender adalah dengan cara dihirup termasuk salah

satu cara terapi yang sudah berumur tua.

Terapi inhalasi sangat berguna untuk mengatasi dan meringankan

keadaan – keadaan yang berhubungan dengan kondisi kesehatan tubuh

seseorang. Adapun maksud dari cara terapi ini adalah untuk menyalurkan

khasiat zat – zat yang dihasilkan oleh minyak esensial secara langsung.

Yaitu, dengan mengalirkan uap minyak esensial secara langsung atau

melalui alat bantu aroma terapi (Jaelani, 2009).

Adapun cara menggunakan aromaterapi adalah sebagai berikut :

mengisi wadah tungku dengain air 5cc, kemudian tambahkan 3 tetes / 4

tetes minyak essensial aromaterapi lavender dan minyak kenanga dalam


air hangat tersebut, selanjutnya menyalakan lilin dibawah mangkuk

tersebut selama 10 menit (Jaelani, 2009).

B. Kerangka Teori

Perubahan yang terjadi pada lansia :


Perubahan fisik, biologi / jasmani.
Perubahan mental – emosional / jiwa.
Perubahan kehidupan seksual.
Hipertensi

Terapi non
farmakologis

aromaterapi lavender dan aromaterapi kenanga

Faktor penyebab hipertensi :


Perubahan-perubahan pada elastisitas
dinding aorta menurun
katub jantung menebal dan menjadi kaku
Kemampuan jantung memompa darah menurun
Pengeluaran hormon sorotin

Tekanan darah

Gambar 2.2 Kerangka Teori


(sumber : Bustan, 2007, Syahrini, Susanto, & Udiyono, 2012, Julianti, 2005,
Jaelani, 2009, Kesner, 2008).
C. Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori diatas dapat disusun kerangka konsep sebagai

berikut:

Variabel bebas variabel Terikat

Aromaterapi lavender dan Aromaterapi kenanga

Tekanan darah

Lingkungan

Penyakit Jasmani

Keterangan:

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

Gambar 2.3 Kerangka Konsep

D. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban atas pertanyaan penelitian yang

telah dirumuskan dalam perencana penelitian (Notoatmodjo, 2012).

Dengan melihat rumusan masalah diatas, maka dapat diterapkan hipotesa

penelitian Ha yaitu : Adakah Perbandingan Pengaruh Aromaterapi

Lavender dan Aromaterapi Kenanga Terhadap Perubahan tekanan darah

pada lansia di Desa Lengkong Kabupaten Banjarnegara.

Anda mungkin juga menyukai