PENGERTIAN
Berdasarkan buletin yang diterbitkan oleh WHO (World Health Organization) pada tahun
2010, sepsis adalah penyebab kematian utama di ruang perawatan intensif pada negara maju,
dan insidensinya mengalami kenaikan. Setiap tahunnya terjadi 750.000 kasus sepsis di
Amerika Serikat.Hal seperti ini juga terjadi di negara berkembang, dimana sebagian besar
populasi dunia bermukim. Kondisi seperti standar hidup dan higienis yang rendah, malnutrisi,
infeksi kuman akan meningkatkan angka kejadian sepsis. Sepsis dan syok septik adalah salah
satu penyebab utama mortalitas pada pasien dengan kondisi kritis.Sepsis adalah suatu keadaan
sistemik, dimana terdapat respon pejamu terhadap infeksi yang dapat menyebabkan terjadinya sepsis
berat yaitu disfungsi organ akut sekunder oleh pajanan infeksi dan syok septik adalah sepsis berat
ditambah hipotensi yang tidak teratasi dengan pemberian resusitasi cairan).
Surviving Sepsis Campaign merupakan pedoman internasional yang digunakan dalam
manajemen sepsis berat dan syok septik. Sepsis dimasukkan kedalam kategori penyakit darurat yang
sama seperti serangan jantung atau stroke karena ada gangguan dalam pemasukkan oksigen dan
nutrisi ke jaringan sehingga dibutuhkan penanganan kegawatdaruratan segera. Hal tersebut yang
menjadikan sepsis sebagai penyebab tersering perawatan pasien di unit perawatan intensif
(ICU).Diagnosis dini, pemberian antibiotik awal, dan resusitasi cairan yang cukup merupakan kunci
dalam menurunkan morbiditas dan mortalitas sepsis. Epidemiologi sepsis hampir diderita oleh 18
juta orang di seluruh dunia setiap tahunnya dengan insiden diperkirakan sekitar 50-95 kasus diantara
100.000 populasi dengan peningkatan sebesar 9% tiap tahunnya. Penelitian epidemiologisepsis di
Amerika Serikat menyatakan insiden sepsis sebesar 3/1.000 populasi yang meningkat lebih dari 100
kali lipat berdasarkan umur (0,2/1.000 pada anak-anak, sampai 26,2/1.000 pada kelompok umur > 85
tahun).
B. CARA PENANGANAN
C. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
D. KASUS
IDENTITAS PASIEN
AYAH
Nama Lengkap : Tn. DS
Umur : 31 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Kuli
Suku bangsa : Jawa
Alamat : Rawa Laut-Teluk Betung
IBU
Nama lengkap : Ny. RK
Umur : 31 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Suku bangsa : lampung
Alamat : Rawa Laut-Teluk Betung
RIWAYAT PENYAKIT
Telah lahir bayi perempuan cukup bulan dengan BBL 3180 gram, PBL 47 cm, dari seorang
ibu G1P0A0. Lahir secara SC pada tanggal 26 Juni 2012 pukul 02.45. Sebelum persalinan, ketuban
sudah pecah selama 8 jam dan warna ketuban hijau keruh. Bayi lahir tidak langsung menangis,
gerakan sedikit, tubuh kemerahan namun tangan dan kaki kebiruan. Dilakukan rangsang taktil
selama 1” lalu bayi menangis namun tidak kuat. APGAR score 7/9. Kelainan kongenital mayor(-),
deformitas(-)
RIWAYAT KEHAMILAN
G1P0A0
Presentasi Kepala
HPHT : 25-7-2010
Taksiran Partus : 1-5-2011
Penyakit Selama Kehamilan : Hipertensi
Komplikasi selama Kehamilan : Pre Eklampsia
Pemeriksaan Terakhir Saat kehamilan :
Hb :11,3 g/dl; Ht : 33,5% ; trombosit ; 258rb ; leukosit : 26rb
Kebiasaan Waktu Hamil : -
Perawatan antenatal : Teratur, ke bidan
RIWAYAT KELAHIRAN
Berat badan ibu : 54 kg
Tinggi badan ibu : 156 cm
Persalinan di Rumah Sakit UKI
Jenis persalinan : Sectio Caesaria
Indikasi : Pre eklampsia berat + KPD
KEADAAN BAYI
Total skor : 24 + 27 = 51
Umur Kehamilan : 39 minggu
Klasifikasi Neonatus (Battaglia & Lubchenko) : Neonatus Cukup Bulan – Sesuai Masa
Kehamilan
DATA KELUARGA
PEMERIKSAAN JASMANI
PEMERIKSAAN UMUM
KU : Tampak sakit sedang (hipoaktif, menangis jarang & lemah)
FJ : 145X/mnt (Reguler, kuat angkat, isi cukup)
RR : 60 X/mnt (reguler, tidak adekuat)
SUHU : 37,7 ˚C (Axilla)
PEMERIKSAAN SISTEMATIS
KEPALA :
BENTUK DAN UKURAN : NORMOCEPHALI, BULAT, UUB DATAR, KAPUT
SUKSEDANEUM (-), LK = 38 CM
RAMBUT & KULIT KEPALA : HITAM, DISTRIBUSI MERATA, SEFAL HEMATOM
(-)
MATA : KONJUNGTIVA TIDAK ANEMIS, SKLERA TIDAK IKTERIK
TELINGA : NORMOTIA
HIDUNG : BENTUK BIASA, LAPANG, PERNAPASAN CUPING HIDUNG(+)
BIBIR : MUKOSA BIBIR LEMBAB, SIANOSIS SIRKUM ORAL (-)
LIDAH : TIDAK KOTOR
LEHER : KGB TIDAK TERABA
THORAKS
INSPEKSI : PERGERAKAN DINDING DADA SIMETRIS, RETRAKSI
EPIGASTRIUM (+)
PALPASI : STEM FREMITUS KANAN = KIRI
AUSKULTASI : BND BRONKOVESIKULER, RONKI -/-, WHEEZING -/- ;
BJ I/II NORMAL, GALLOP -, MURMUR -
ABDOMEN :
INSPEKSI : PERUT DATAR, TALI PUSAT TERAWAT
AUSKULTASI : BISING USUS (+), 4 X/MNT
PALPASI : SUPEL, HEPAR DAN LIEN TIDAK TERABA
ANUS & REKTUM : DBN
GENITALIA : LABIA MAYOR SUDAH MENUTUPI LABIA MINOR
ANGGOTA GERAK : DBN
TULANG BELAKANG : DBN
KULIT : TURGOR CUKUP, SIANOSIS (-)
REFLEX : Hisap(+) tidak kuat, rooting(+), moro(+), genggam(+)
DIAGNOSIS KERJA
NCB – SMK dengan Sepsis Neonatorum
PENATALAKSANAAN
Rawat inap perina
Puasa Sementara
OGT di alirkan
O2 8% LPM Head Box
Pasang monitor saturasi O2
Periksa lab DL
IVFD: D10% 10 tts/mnt ( mikro)
MM/ :
Zidifec 2 x 200 mg (IV)
FOLLOW UP
Pasien di diagnosis dengan Neonatus Cukup Bulan – sesuai Masa Kehamilan dengan Sepsis
neonatorum. Diagnosis di tegakkan berdasarkan Anamnesis, Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang. Berdasarkan anamesis didapatkan bayi baru lahir dengan BBL 3180 gram dan PBL 47
cm. Pasien lahir dengan riwayat persalinan ketuban pecah dini (8 jam) dan pada saat lahir ketuban
ibu berwarna hijau keruh. Meskipun demikian hal tersebut tidak dapat dimasukkan kedalam criteria
factor resiko sepsis neonatal, karena ;menurut literature; tidak lebih dari 12 jam (minor) ataupun
lebih dari 24 jam (mayor).
Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan, menurut criteria Lubchenko dan kriteria bataglia
pasien termasuk neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan. Pemeriksaan berdasarkan neurologi
criteria dan eksternal criteria.
Pada pemeriksaan fisik juga didapatkan:
Frekuensi Nafas : 60 x/menit
Frekuensi Jantung: 145 x/mnt
Pernafasan cuping hidung (+)
Retraksi suprasternal (+)
Suhu : 37,7 ˚C
Pemeriksaan fisik tersebut mendukung ke arah terjadinya suatu proses infeksi sistemik atau
mendukung diagnosis sepsis neonatal.
Berdasarkan pemeriksaan penunjang didapatkan hasil lab darah berupa pemeriksaan darah
perifer, CRP, IT ratio. Hal ini sudah seuai dengan tinjauan pustaka. Pemeriskaan lab tersebut
mendukung diagnosis kea rah sepsis neonatal. Meskipun demikian pada kasus ini tidak dilakukan
pemeriksaan kultur darah, padahal dengan dilakukan pemeriksaan tersebut dapat ditegakkan
diagnosis pasti sepsis neoanatal. Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan kultur darah
dikarenakan keterbatasan biaya.
Pilihan utama penatalaksanaan sepsis neonatorum adalah eliminasi kuman penyebab. Pada pasien ini
diberikan terapi antibiotk selama 7 hari. Hal ini sudah sesuai dengan prinsip penatalaksanaan sepsis
neonatal menurut literatur.