Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karuniaNya
kami dapat mengerjakan tugas kelompok makalah “Kanker Servik” dengan penuh
kemudahan. Tanpa pertolongan-Nya mungkin kami tidak dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik, meskipun kami juga menyadari segala kekurangannya yang ada didalam
makalah ini.

Makalah ini kami susun berdasarkan beberapa sumber yang kami peroleh, kami berusaha
menyajikan makalah ini dengan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti.

Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan semuanya yang telah
memberikan sumbang sarannya untuk penyelesaian makalah ini. Kami menyadari bahwa
makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami menerima kritik dan saran yang
positif dan membangun dari rekan-rekan pembaca untuk penyempurnaan pada tugas
makalah-makalah berikutnya.

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua. Amin

Madiun, 20 Juni 2019

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 1

DAFTAR ISI....................................................................................................................... 2

BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................... 3

A. LATAR BELAKANG ............................................................................. 3


B. RUMUSAN MASALAH ........................................................................ 4
C. TUJUAN.................................................................................................. 4
D. MANFAAT ............................................................................................. 5

BAB II ANALISIS TEORI ....................................................................................... 6

A. DEFINISI ................................................................................................ 6
B. ETIOLOGI .............................................................................................. 6
C. MANIFESTASI KLINIS5....................................................................... 7
D. PATOFISIOLOGI ................................................................................... 10
E. PATHWAY ............................................................................................. 11
F. PEMERIKSAANPENUNJANG ............................................................. 12
G. PENATALAKSANAAN ........................................................................ 13

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ..................................................................... 16

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN ......................................................... 16


B. DIAGNOSA KEPERAWATAN ............................................................. 18
C. RENCANA KEPERAWATAN .............................................................. 19

BAB IV PENUTUP ................................................................................................... 22

A. KESIMPULAN ...................................................................................... 22
B. SARAN.................................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 23

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kanker Leher Rahim (Kanker Serviks) adalah tumor ganas yang tumbuh di
dalam leher rahim atau serviks (bagian terendah dari rahim yang menempel pada
puncak vagina).Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35 - 55 tahun.90%
dari kanker serviks berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya
berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju ke dalam
rahim.Karsinoma serviks biasanya timbul pada zona transisional yang terletak antara
epitel sel skuamosa dan epitel sel kolumnar.Hingga saat ini kanker serviks merupakan
penyebab kematian terbanyak akibat penyakit kanker di negara
berkembang.Sesungguhnya penyakit ini dapat dicegah bila program skrining sitologi
dan pelayanan kesehatan diperbaiki.Diperkirakan setiap tahun dijumpai sekitar
500.000 penderita baru di seluruh dunia dan umumnya terjadi di negara
berkembang.Penyakit ini berawal dari infeksi virus yang merangsang perubahan
perilaku sel epitel serviks (Geovani, 2011).
Kanker leher rahim (Ca Cervix) merupakan penyakit kanker kedua terbanyak
yang dialami oleh wanita di seluruh dunia. Menurut International Agency for
Research on Cancer (IARC), 85% dari kasus kanker di dunia, yang berjumlah sekitar
493.000 dengan 273.000 kematian, terjadi di Negara-negara berkembang, dan
Indonesia merupakan mempunyai jumlah pengidap kanker serviks kedua terbesar
setelah Cina, data yang dipaparkan Kemenkes per 31 Januari 2019, terdapat
angka kanker serviks sebesar 23,4 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian
13,9 per 100.000 penduduk (KEMENKES , 2019).
Pada makalah ini kami akan membahas tentang Kanker Serviks. Kanker
serviks adalah kanker yang terdapat pada serviks atau leher rahim, yaitu area bagian
bawah rahim yang menghubungkan rahim dengan vagina.Pada tahun 2003, WHO
menyatakan bahwa kanker merupakan problem kesehatan yang sangat serius karena
jumlah penderitanya meningkat sekitar 20% per tahun.Kanker serviks (mulut rahim)
adalah penyakit pembunuh wanita nomor satu di dunia. Di seluruh dunia, kasus
kanker serviks ini sudah dialami oleh 1,4 juta wanita. Data yang didapat dari Badan

3
Kesehatan Dunia (WHO) diketahui terdapat 493.243 jiwa per-tahun penderita kanker
serviks baru dengan angka kematian sebanyak 273.505 jiwa per-tahun.Sampai saat ini
kanker serviks masih merupakan masalah kesehatan perempuan di Indonesia
sehubungan dengan angka kejadian dan angka kematian akibat kanker serviks yang
tinggi.Keterlambatan diagnosis pada stadium lanjut, keadaan umum yang lemah,
status sosial ekonomi yang rendah, keterbatasan sumber daya, keterbatasan sarana dan
prasarana, jenis histopatologi dan derajat pendidikan ikut serta dalam menentukan
prognosis dari penderita.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah definisi kanker servik ?
2. Bagaimana etiologi dari kanker servik ?
3. Bagaimana tanda dan gejala pada kanker servik?
4. Bagimana patofisiologi pada kanker servik?
5. Bagaimana pemeriksaan penunjang pada kanker servik?
6. Bagaimana penatalaksaan dari kanker servik?
7. Bagaimna asuhan keperawatan pada kanker servik?

C. TUJUAN

1. Untuk memberikan informasi tentang pengertian kanker serviks


2. Untuk memberikan pengetahuan mengenai etiologi kanker eerviks
3. Untuk memberikan informasi tentang gejala kanker serviks
4. Untuk memberikan informasi tentang stadium kanker seviks secara klinik
5. Untuk memberikan informasi tentang pengobatan kanker serviks
6. Untuk memberikan informasi tentang Tanda-tanda kekambuhan kanker serviks
7. Untuk memberikan informasi tentang Pencegahan kanker serviks

4
D. MANFAAT
Diharapkan nantinya akan memberikan kontribusi kepada pihak pihak terkait, yang
meliputi:
1. Manfaat Teoritis
a. Memperoleh pengetahuan mengenai metode pendidikan kesehatan tentang peer
group.
b. Sebagai wacana untuk memberikan sosialisasi screening awal terhadap masyarakat
khususnya wanita terhadap kanker serviks menggunakan metode peer group.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi masyarakat Menambah pegetahuan masyarakat mengenai pentingnya deteksi
dini kanker serviks.
b. Bagi praktisi keperawatan Memberikan pengetahuan baru mengenai pemberian
penyuluhan atau sosialisasi dengan menggunakan metode peer group dalam kaitannya
dengan deteksi dini kanker serviks pada wanita usia subur.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI KANKER SERVIK


Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim atau serviks
yang terdapat pada bagian terendah rahim yang menempel pada puncak vagina
(Diananda, 2008). Kanker ini biasanya paling sering terjadi pada wanita yang berumur 35
tahun, tetapi bukti statistik menunjukkan bahwa kanker serviks dapat juga menyerang
wanita yang berumur antara 20 sampai 30 tahun (Ariani, 2015 ), sedangkan menurut
Mitayani (2011) Kanker Serviks adalah perubahan sel-sel serviks dengan karakteristik
histologi. Proses perubahan pertama menjadi tumor ini mulai terjadi pada sel-sel
squamocolummar junction.Kanker serviks ini terjadi paling sering pada usia 30 tahun
sampai 45 tahun,tetapi dapat terjadi pada usia dini yaitu 18 tahun.

B. ETIOLOGI KANKER SERVIK


Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui, namun ada beberapa faktor resiko
tertentu yang lebih besar kemungkinannya untuk menderita kanker serviks menurut
Ariani (2015) dan Diananda (2008) sebagai berikut :
a. Usia
Perempuan yang rawan mengidap kanker serviks adalah mereka yang berusia 35-50
tahun, terutama yang telah aktif secara seksual sebelum usia 16 tahun. Hubungan
seksual pada usia terlalu dini bisa meningkatkan resiko terserang kanker serviks
sebesar dua kali dibanding perempuan yang melakukan hubungan seksual setelah usia
20 tahun.
b. Sering berganti pasangan
Semakin banyak berganti-ganti pasangan maka tertularnya infeksi HPV juga semakin
tinggi.Hal ini disebabkan terpaparnya sel-sel mulut rahim yang mempuanyai pH
tertentu dengan sperma-sperma yang mempunyai pH yang berbeda-beda pada multi-
patner sehingga dapat merangsang terjadinya perubahan ke arah displasia.
c. Merokok
Pada wanita perokok konsentrasi nikotin pada getah serviks 56 kali lebih tinggi
dibandingkan didalam serum, efek langsung bahan tersebut pada serviks adalah
menurunkan status imun lokal sehingga dapat menjadi kokarsinogen infeksi virus.
6
d. Hygiene dan Sirkumsisi
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kanker serviks pada wanita yang
pasangannya belum disirkumsisi.Hal ini karena pada pria non sirkum hygiene penis
tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan smegma.
e. Status sosial ekonomi
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah dan
kemungkinan faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan
kebersihan perorangan.Pada golongan social ekonomi rendah umumnya kuantitas dan
kualitas makanan kurang hal ini yang mempengaruhi imunitas tubuh.
f. Terpapar virus
Human immunodeficiency virus (HIV) atau penyebab AIDS merusak sistem
kekebalan tubuh pada perempuan. Hal ini dapat menjelaskan peningkatan risiko
kanker serviks bagi perempuan dengan AIDS. Para ilmuwan percaya bahwa sistem
kekebalan tubuh adalah penting dalam menghancurkan sel-sel kanker dan
memperlambat pertumbuhan serta penyebaran.Pada perempuan HIV, kanker pra
serviks bisa berkembang menjadi kanker yang invasif lebih cepat dari biasanya.
g. Faktor genetic
Terjadinya mutasi sel pada sel epitel skuamosa serviks yang menyebabkan terjadinya
kanker serviks pada wanita dan dapat diturunkan melalui kombinasi genetik dari
orang tua ke anaknya.

C. MANIFESTASI KLINIS KANKER SERVIK


Menurut Ariani (2015) dan Padila (2015) pada tahap awal , kanker serviks stadium
dini biasanya tanpa gejala-gejala. Gejala fisik serangan penyakit ini pada umumnya
dirasakan oleh penderita kanker stadium lanjut. Gejala-gejala umum yang terjadi pada
penderita kanker ini adalah :
a. Ada bercak atau pendarahan setelah berhubungan seksual,
b. Ada bercak atau pendarahan di luar masa haid,
c. Ada bercak atau pendarahan pada masa menopause,
d. Mengalami masa haid yang lebih berat dan lebih panjang dari biasanya, atau
e. Keluarnya bau menyengat yang tidak bisa dihilangkan walaupun sudah diobati.
Jika kanker servik sudah tingkat stdium lanjut maka gejalanya adalah :
a. Munculnya rasa sakit dan pendarahan saat berhubungan intim (contact bleeding)
b. Keputihan yang berlebihan dan tidak normal
7
c. Pendarahan diluar siklus menstruasi
d. Penurunan berat badan yang drastic
e. Apabila kanker sudah menyebar kepanggul, maka pasien akan menderita keluhan
nyeri punggung
f. Hambatan dalam berkemih
Stadium kanker serviks dikelompokkan berdasarkan tingkat tumor utama, penyebaran
kanker ke kelenjar getah bening di dekatnya, dan penyebaran kanker ke bagian tubuh
lainnya yang jauh dari tempat awal kanker berkembang. Berdasarkan hal tersebut,
penyebaran sel kanker dikelompokkan menjadi empat stadium.

a) Stadium 0

Pada tahap ini, sel kanker hanya ada di sel-sel pada permukaan terluar leher rahim.
Sel kanker ini belum menyerang jaringan serviks yang lebih dalam.

b) Stadium I

Pada tahap ini, sel kanker telah menyerang serviks tapi tidak tumbuh di luar rahim.
Sel kanker belum menyebar ke kelenjar getah bening yang ada di dekatnya atau menyebar
ke tempat yang lebih jauh. Stadium 1 dibagi lagi ke dalam beberapa kelompok, yaitu:

Stadium IA: Ini merupakan bentuk awal dari tahap 1. Sel kanker dalam jumlah kecil
sudah menyerang serviks dan ini hanya bisa dilihat di bawah mikroskop. Stadium 1A
dibagi lagi menjadi:

 Stadium IA1: Sel kanker sudah menyerang jaringan serviks dengan kedalaman <3
mm dan mempunyai lebar <7 mm
 Stadium IA2: Sel kanker sudah ada di jaringan servik dengan kedalaman antara 3-5
mm dan lebar <7 mm

Stadium IB: Sel kanker sudah bisa dilihat tanpa bantuan mikroskop. Ukuran sel
kanker sudah lebih besar dibandingkan stadium 1A, tapi masih menyebar hanya di
jaringan serviks. Stadium 1B dibagi menjadi:

 Stadium IB1: Kanker sudah bisa dilihat dan mempunyai ukuran ≤4 cm


 Stadium IB2: Ukuran sel kanker sudah lebih besar dari 4 cm

8
c) Stadium II

Pada tahap ini, kanker telah menyebar ke luar serviks dan rahim, tapi belum
menyebar ke dinding panggul atau bagian bawah vagina. Sel kanker juga belum
menyebar ke kelenjar getah bening terdekat atau ke bagian tubuh yang jauh lainnya.

Stadium IIA: Pada stadium ini, kanker belum menyebar ke jaringan yang ada di dekat
serviks, tapi kanker mungkin sudah menyebar ke bagian atas vagina (belum
keseluruhan vagina). Stadium ini dibagi lagi menjadi:

 Stadium IIA1: Kanker dapat dilihat tapi masih tidak lebih besar dari 4 cm
 Stadium IIA2: Kanker sudah lebih besar dari 4 cm.
 Stadium IIB: Kanker telah menyebar ke jaringan di sekitar serviks.

d) Stadium III

Kanker sudah menyebar ke bagian bawah vagina atau dinding panggul dan
mungkin menghalangi saluran kencing. Namun, sel kanker belum menyebar ke
kelenjar getah bening terdekat atau ke bagian tubuh lain yang lebih jauh. Stadium ini
dibagi menjadi:

 Stadium IIIA: Kanker sudah menyebar ke sepertiga bagian bawah vagina tapi tidak
mencapai dinding panggul.

 Stadium IIIB: Ada 2 kemungkinan kondisi pada stadium IIIB ini, yaitu:

1. Kanker sudah tumbuh mencapai dinding panggul dan/atau telah menghalangi satu
atau kedua saluran kencing. Hal ini kemudian dapat menyebabkan masalah ginjal.
2. Kanker sudah menyebar ke kelenjar getah bening di sekitar panggul tapi tidak sampai
ke bagian tubuh yang jauh. Tumor pada stadium IIIB ini bisa dalam berbagai ukuran
dan mungkin sudah menyebar ke bagian bawah vagina atau dinding panggul.

e) Stadium IV

Ini merupakan stadium akhir dari kanker serviks. Kanker tidak hanya
menyerang serviks, tapi juga ke bagian terdekat serviks atau ke bagian tubuh lainnya
yang bahkan jauh dari serviks. Stadium ini dibagi menjadi:

9
 Stadium IVA: Sel kanker telah menyebar ke kandung kemih atau ke rektum,
keduanya adalah organ terdekat dengan serviks. Namun, pada stadium ini sel kanker
belum menyebar ke kelenjar getah bening terdekat atau ke bagian tubuh lain.

 Stadium IVB: Sel kanker telah menyebar ke bagian tubuh lain yang jauh dari serviks,
seperti sampai paru-paru atau hati.

D. PATOFISIOLOGI KANKER SERVIK


Dari beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya kanker sehingga menimbulkan
gejala atau semacam keluhan dan kemudian sel - sel yang mengalami mutasi dapat
berkembang menjadi sel displasia. Apabila sel karsinoma telah mendesak pada jaringan
syaraf akan timbul masalah keperawatan nyeri. Pada stadium tertentu sel karsinoma dapat
mengganggu kerja sistem urinaria menyebabkan hidroureter atau hidronefrosis yang
menimbulkan masalah keperawatan resiko penyebaran infeksi.Keputihan yang
berkelebihan dan berbau busuk biasanya menjadi keluhan juga, karena mengganggu pola
seksual pasien dan dapat diambil masalah keperawatan gangguan pola seksual.Gejala dari
kanker serviks stadium lanjut diantaranya anemia hipovolemik yang menyebabkan
kelemahan dan kelelahan sehingga timbul masalah keperawatan gangguan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh.

Pada pengobatan kanker leher rahim sendiri akan mengalami beberapa efek samping
antara lain mual, muntah, sulit menelan, bagi saluran pencernaan terjadi diare gastritis,
sulit membuka mulut, sariawan, penurunan nafsu makan ( biasa terdapat pada terapi
eksternal radiasi ). Efek samping tersebut menimbulkan masalah keperawatan yaitu
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Sedangkan efek dari radiasi bagi kulit yaitu
menyebabkan kulit merah dan kering sehingga akan timbul masalah keperawatan resiko
tinggi kerusakan integritas kulit. Semua tadi akan berdampak buruk bagi tubuh yang
menyebabkan kelemahan atau kelemahan sehingga daya tahan tubuh berkurang dan
resiko injury pun akan muncul.
Tidak sedikit pula pasien dengan diagnosa positif kanker leher rahim ini merasa
cemas akan penyakit yang dideritanya. Kecemasan tersebut bisa dikarenakan dengan
kurangnya pengetahuan tentang penyakit, ancaman status kesehatan dan mitos
dimasyarakat bahwa kanker tidak dapat diobati dan selalu dihubungkan dengan kematian.

10
E. Pathway Kanker Servik

Terpapar virus HPV,Sering berganti pasangan,Merokok,Usia,Hygiene dan


Sirkumsisi,Status sosial ekonomi,Faktor genetic

Ca Servik
Penekanan sel Ca
pada saraf

Psikologi Pembesaran Neokrosis Nyeri


massa jaringan servik

Kurangnya pengetahuan
Penipisan sel Keputihan
epitel berbau busuk Menyebar kepelvik
Cemas/ansieta
s Pembulu darah Malu
Peningkatan tekanan intra
terbuka
pelvik
Gangguan citra
tubuh
Pendarahan Peningkatan tekanan intra
abdomen

Shock hipovalemik Animea

Nyeri

Imunitas turun HbO2 menurun

Suplai O2
Resiko infeksi
menurun

Ketidakefektifan
perfusi jaringan

11
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG PADA KANKER SERVIK
Menurut diananda (2008) dan Ariani (2015) pemeriksaan diagnostic untuk menentukan
kanker serviks sebagai berikut :
a. Pemeriksaan Sitologi Pap Smear
Salah satu pemeriksaan sitologi yang bisa dilakukan adalah pap smear. Pap
smear merupakan salah satu cara deteksi dini kanker leher rahim. Test ini mendeteksi
adanya perubahan-perubahan sel leher rahim yang abnormal, yaitu suatu pemeriksaan
dengan mengambil cairan pada laher rahim dengan spatula kemudian dilakukan
pemeriksaan dengan mikroskop. Saat ini telah ada teknik thin prep (liquid base
cytology) adalah metoda pap smear yang dimodifikasi yaitu sel usapan serviks
dikumpulkan dalam cairan dengan tujuan untuk menghilangkan kotoran, darah, lendir
serta memperbanyak sel serviks yang dikumpulkan sehingga akan meningkatkan
sensitivitas. Pengambilan sampel dilakukan dengan mengunakan semacam sikat
(brush) kemudian sikat dimasukkan ke dalam cairan dan disentrifuge, sel yang
terkumpul diperiksa dengan mikroskop.
Pap smear hanyalah sebatas skrining, bukan diagnosis adanya kanker serviks.
Jika ditemukan hasil pap smear yang abnormal, maka dilakukan pemeriksaan standar
berupa kolposkopi. Penanganan kanker serviks dilakukan sesuai stadium penyakit dan
gambaran histopatologimnya. Sensitifitas pap smear yang dilakukan setiap tahun
mencapai 90%.
b. Schillentest
Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena tidak mengikat yodium.
Kalau porsio diberi yodium maka epitel karsinoma yang normal akan berwarna coklat
tua, sedang yang terkena karsinoma tidak berwarna.
c. Koloskopi
Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan lampu dan
dibesarkan 10-40 kali.
Keuntungan ; dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga mudah untuk
melakukan biopsy.
Kelemahan ; hanya dapat memeiksa daerah yang terlihat saja yaitu porsio, sedang
kelianan pada skuamosa columnar junction dan intra servikal tidak terlihat.
d. Kolpomikroskopi
Melihat hapusan vagina (Pap Smear) dengan pembesaran sampai 200 kali.

12
e. Biopsi
Dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya
f. Konisasi
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks dan epitel gepeng
dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan pada serviks
tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas.
g. pemeriksaan lainnya.
1) Pemeriksaan hematology (Hb, Ht, lekosit, trombosit, LED, golongan darah, masa
peredaran dan masa pembekuan)
2) Pemeriksaan biokimia darah meliputi SGOt dan SGPT.
3) Pemeriksaan system respiratorius dan urologi serta tes alergi terhadap obat.

G. PENATALAKSANAAN KANKER SERVIK


Menurut Ariani (2015) dan Diananda (2008) pilihan pengobatan yang bisa dilakukan
adalah pembedahan, terapi radiasi (radioterapi), kemoterapi, atau kombinasi metode-
metode tersebut.
a. Operasi atau pembedahan
Pembedahan merupakan pilihan untuk perempuan dengan kanker serviks stadium I
dan II.
1) Trakelektomi radikal (Radical Trachelectomy)
Mengambil leher rahim, bagian dari vagina, dan kelenjar getah bening di
panggul.Pilihan ini dilakukan untuk perempuan dengan tumor kecil yang ingin
mencoba untuk hamil di kemudian hari.
2) Histerektomi total
Mengangakat leher rahim dan rahim.
3) Histerektomi radikal
Mengangkat leher rahim, beberapa jaringan di sekitar leher rahim, rahim, dan
bagian dari vagina.
4) Saluran telur dan ovarium
Mengangkat kedua saluran tuba dan ovarium.Pembedahan ini disebut salpingo-
ooforektomi.
5) Kelenjar getah bening
Mengambil kelenjar getah bening dekat tumor untuk melihat apakah mengandung
leher rahim. Jika sel kanker telah histerektomy total dan radikal mencapai kelenjar
13
getah bening, itu berarti penyakit ini mungkin telah menyebar ke bagian lain dari
tubuh.
b. Radioterapi
Radioterapi adalah salah satu pilihan bagi perempuan yang menderita kanker serviks
dengan stadium berapa pun.Perempuan dengan kanker serviks tahap awal dapat
memilih terapi sebagai pengganti operasi. Hal ini juga dapat digunakan setelah
operasi untuk menghancurkan sel-sel kanker apa pun yang masih di daerah tersebut.
Perempuan dengan kanker yang menyerang bagianbagian selain kenker serviks
mungkin perlu diterapi radiasi dan kemoterapi.Terapi radiasi menggunakan sinar
berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel kanker.Terapi ini mempengaruhi sel-sel di
daerah yang diobati. Ada dua jenis terapi ini :
1) Terapi radiasi eksternal
Sebuah mesin besar akan mengarahkan radiasi pada panggul atau jaringan lain di
mana kanker telah menyebar. Pengobatan biasanya di berikan di rumah
sakit.Penderita mungkin menerima radiasi eksternal 5 hari seminggu selama
beberapa minggu.Setiap pengobatan hanya memakan waktu beberapa menit.
2) Terapi radiasi internal
Sebuah tabung tipis yang ditempatkan di dalam vagina.Suatu zat radioaktif di
masukkan ke dalam tagung tersebut.Penderita mungkin harus tinggal di rumah
sakit sementara sumber radioaktif masih beradadi tempatnya (samapai 3
hari).Efek samping tergantung terutama pada seberapa banyak radiasi diberikan
dan tubuh bagian mana yang di terapi.radiasi pada perut dan panggul dapat
menyebabkan mual, muntah, diare, atau masalah eliminasi.Penderita mungkin
kehilangan rambut di daerah genital.Selain itu, kulit penderita di daerah yang
dirawat menjadi merah, kering, dan tender.
c. Kemoterapi
Kemoterapi telah digunakan untuk pengobatan kanker sejak tahun 1950-an dan
diberikan sebelum operasi untuk memperkecil ukuran kanker yang akan di operasi
atau sesudah operasi untuk membersihkan sisa-sisa sel kanker, kadang
dikombinasikan dengan terapi radiasi tapi kadang juga tidak. Kemoterapi ini biasanya
diberikan dalam tablet/pil, suntikan, atau infus.Jadwal pemberian ada yang setiap hari,
sekali seminggu atau bahkan sekali sebulan. Efek samping yang terjadi terutama
tergantung pada jenis obatobatan yang diberikan dan seberapa banyak.kemoterapi

14
membunuh sel-sel kanker yang tumbuh cepat, terapi juga dapat membahayakan sel-
sel normal yang membelah dengan cepat, yaitu:
1) Sel darah
Bila kemoterapi menurunkan kadar sel darah merah yang sehat, penderita akan
lebih mudah terkena infeksi, mudah memar atau berdarah, dan merasa sangat
lemah dan lelah.
2) Sel-sel pada akar rambut
Kemoterapi dapat menyebabkan rambut rontok. Rambut penderita yang hilang
akan tumbuh lagi, tetapi kemungkinan mengalami perubahan warna dan tekstur.
3) Sel yang melapisi saluran pencernaan
Kemoterapi menurunkan nafsu makan, mual-mual dan muntah, diare, atau infeksi
pada mulut dan bibir.Efek samping lainnya termasuk ruam kulit, kesemutan atau
mati rasa di tangan dan kaki, masalah pendengaran, kehilangan keseimbangan,
nyeri sendi, atau kaki bengkak.

15
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan
a. Anamnesis
a) Data dasar
Pengumpulan data pada pasien dan keluarga dilakukan dengan cara anamnesa,
pemeriksaan fisik dan melalui pemeriksaan penunjang (hasil laboratorium).
b) Identitas pasien
Meliputi nama lengkap, tempat/tanggal lahir, umur, jenis kelamin, agama, alamat,
pendidikan, pekerjaan, asal suku bangsa, tanggal masuk rumah sakit, no medical
record (MR), nama orang tua, dan pekerjaan orang tua.
c) Identitas penanggung jawab
Meliputi nama, umur, pekerjaan dan hubungan dengan pasien
d) Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama
Biasaya pasien datang kerumah sakit dengan keluhan seperti pendarahan intra
servikal dan disertai keputihan yang menyerupai air dan berbau (Padila, 2015).
b) Riwayat kesehatan sekarang
Menurut Diananda (2008) biasanya pasien pada stadium awal
tidak merasakan keluhan yang mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu
stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti keputihan yang berbau busuk,
perdarahan setelah melakukan hubungan seksual, rasa nyeri disekitar vagina,
nyeri pada panggul.
c) Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya pada pasien kanker serviks memiliki riwayat kesehatan dahulu seperti
riwayat penyakit keputihan, riwayat penyakit HIV/AIDS (Ariani, 2015).
d) Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya riwayat keluarga adalah salah satu faktor yang paling mempengaruhi
karena kanker bisa dipengaruhi oleh kelainan genetika.Keluraga yang memiliki
riwayat kanker didalam keluarganya lebih berisiko tinggi terkena kanker dari
pada keluraga yang tidak ada riwayat didalam keluarganya
(Diananda, 2008).
16
e) Riwayat Obstetri
Untuk mengetahui riwayat obstetri pada pasien dengan kanker serviks yang perlu
diketahui adalah:
a) Keluhan haid
Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir, sebab kanker serviks tidak
pernah ditemukan sebelumnya menarche dan mengalami atropi pada masa
menopose.Siklus menstruasi yang tidak teratur atau terjadi pendarahan diantara
siklus haid adalah salah tanda gejala kanker serviks.
b) Riwayat kehamilan dan persalinan
Jumlah kehamilan dan anak yang hidup karna kanker serviks
terbanyak pada wanita yang sering partus, semakin sering partus semakin besar
kemungkinan resiko mendapatkan karsinoma serviks (Aspiani, 2017).
f) Riwayat psikososial
Biasanya tentang penerimaan pasien terhadap penyakitnya serta
harapan terhadap pengobatan yang akan dijalani, hubungan dengan suami/keluarga
terhadap pasien dari sumber keuangan. Konsep diri pasien meliputi gambaran diri
peran dan identitas. Kaji juga ekspresi wajah pasien yang murung atau sedih serta
keluhan pasien yang merasa tidak berguna atau menyusahkan orang lain
(Reeder,dkk, 2013).
g) Riwayat kebiasaan sehari-hari
Biasanya meliputi pemenuhan kebutuhan nutrisi, elimenasi,
aktivitas pasien sehari-hari, pemenuhan kebutuhan istirahat dan
tidur (Padila, 2015).
h) Pemeriksaan fisik
a. Kepala
 Rambut : bersih, tidak ada ketombe, dan tidak rontok
 Wajah : tidak ada oedema
 Mata : konjungtiva tidak anemis
 Hidung : simetris, tidak ada sputum
 Telinga : simetris, bersih, tidak ada serumen
 Mulut : bibir tidak kering, tidak sianosis, mukosa bibir lembab, tidak
terdapat lesi
 Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan tidak ada pembesaran
Kelenjar getah bening
17
b. Dada
 Inspeksi : simetris
 Perkusi : sonor seluruh lapang paru
 Palpasi : vokal fremitus simetri kanan dan kiri
 Auskultasi : vesikuler

c. Jantung
 Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
 Palpasi : ictus cordis teraba
 Perkusi : pekak
 Auskultasi : tidak ada bising

d. Abdomen
 Inspeksi : simetris, tidak acites
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan
 Perkusi : tympani
 Auskultasi : bising usus normal

e. Genitalia
 Ada lesi, adanya pengeluaran pervaginan, berbau

f. Ekstremitas :Tidak oedema

B. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan gangguan aliran arteri atau
vena
b. Resiko Infeksi berhubungan dengan imun tubuh menurun
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pengobatan
d. Harga diri rendah kronik berhubungan dengan penguatan negative berulang

18
C. Rencana keperawatan
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan gangguan aliran arteri atau
vena
1) Tujuan : perfusi jaringan perifer efektif
2) KH : Waktu pengisian kapiler < 3 detik, Tekanan sistol dan diastol dalam rentang
yang diharapkan, Tingkat kesadaran membaik
3) Intervensi
Intervensi Rasional
Kaji secara komprehensif Sirkulasi perifer dapat
sirkulasi perifer menunjukkan tingkat
keparahan penyakit
Monitor laboratorium ( Milai laboratorium dapat
Hb, hmt ) menunjukkan komposisi
darah
evaluasi nadi perifer dan Pulsasi yang lemah
edema menimbulkan penurunan
kardiak output
Ubah posisi pasien setiap 2 Mencegah komplikasi
jam decubitus
Dorong latihan ROM Menggerakkan otot dan sendi
sebelum bedrest agar tidak kaku
Kolaborasi pemberian anti Meminimalkan adanya
platelet atau anti bekuan dalam darah
perdarahan

b. Resiko infeksi berhubungan dengan imun tubuh menurun


1) Tujuan : pasien dapat terhindar dari resiko infeksi
2) KH : integritas kulit klien normal, temperature kulit klien normal, tidak ada
lesi pada kulit
3) Intervensi
Intervensi Rasional
Monitor karakteristik, Untuk mengetahui keadaan
warna, ukuran, cairan, dan luka dan perkembangannya

19
bau luka
Bersihkan luka dengan Normal salin merupakan
normal salin cairan isotonis yang sesuai
dengan cairan dalam tubuh
Ajarkan klien dan keluarga Memandirikan keluarga dan
untuk melakukan pasien
perawatan luka
Rawat luka dengan Agar tidak terjadi infeksi dan
konssep steril terpapar oleh kuman atau
bakteri
Gunakan sabun anti Mengurangi mikroba bakteri
mikroba untuk cuci tangan yang dapat menyebabkan
infeksi
Berikan penjelasan kepada Agar keluarga pasien
klien dan keluarga mengetahui tanda dan gejala
mengenai tanda dan gejala dari infeksi
dari infeksi
Kolaborasi pemberian Pemberian antibiotic untuk
antibiotic mencegah timbulnya infeksi

c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pengobatan


1) Tujuan : Mencegah terjadinya kerusakan pada kulit dan jaringan didalamnya
2) KH : Tidak terdapat tekanan, tidak menunjukkan adanya kelainan pada persendian
3) Intervensi
Intervensi Rasional
Monitor kulit yang Dengan memonitoring area
memerah dan terjadi kulit yang merah dan terjadi
kerusakan kerusakan untuk mengurangi
resiko decubitus
Mobilisasi klien setiap 2 Dengan memobilisasi klien
jam dapat mengurangi penekanan
Lakukan perawatan kulit Untuk meningkatkan proses
secara aseptic 2 kali sehari penyembuhan lesi kulit serta

20
mencegah terjadinys infeksi
sekunder
Berikan pendidikan Meningkatkan pengetahuan
kesehatan kepada klien pasien dan keluarganya
dan keluarganya tentang mengenai pentingnya
pentingnya menjaga menjaga kebersihan kulit
kebersihan kulit sekitar serta supaya pasien lebih
luka guna mempercepat kooperatif
penyembuhan dan ajarkan
teknik perawatannya
Kolaborasi pemberian Mempercepat penyembuhan
NSAID dan kortikosteroid.

4.Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan adalah :
1. Mampu mengenali dan menangani anemia pencegahan terhadap terjadinya komplikasi
perdarahan
2. Kebutuhan nutrisi dan kalori pasien tercukupi kebutuhan tubuh
3. Tidak ada tanda-tanda infeksi
4. Pasien bebas dari perdarahan dan hipoksia jaringan
5. Pasien mampu mempertahankan tingkat aktivitas yang optimal
6. Kekuatiran menurun sampai dengan pada tingkat dapat diatasi
7. Pasien dapat mengungkapkan dampak dari diagnosa kanker terhadap peran nya
mendemonstrasikan kemampuan untuk menghadapi perubahan peran
8. Pasien dapat mengungkapkan perencanaan pengobatan tujuan dari pemberian terapi

21
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang ada, dapat disimpulkan:
Kanker leher/mulut rahim (serviks) adalah kanker yang menyerang bagian ujung
bawah rahim yang menonjol ke vagina (liang senggama). Kanker ini umumnya tidak
tampak, tetapi dapat dirasakan oleh penderitanya.
Faktor resiko kanker serviks antara lain: leher rahim terserang bekteri atau
jamur,wanita suka berganti-ganti pasangan,wanita perokok berat, dll
Gejala kanker serviks antara lain:keluar cairan encer dari vagina (keputihan),sering
timbul rasa gatal yang berlebihan di bagian dalam vagina,sering timbul rasa nyeri
dibagian bawah perut,sering terjadi perdarahan setelah melakukan hubungan
seksual,sering terjadi perdarahan setelah memasuki masa menopause,munculnya
kemerahan dan ruam pada vagina.
Pengobatan yang dapat dilakukan antara lain:pap smear,operasi,kemoterapi,vaksin
hpv,terapi radiasi
Pencegahan kanker serviks antara lain:penggunaan kondom,hindari rokok,jangan
berganti-ganti pasangan.

B. Saran
Disarankan kepada para pembaca khususnya untuk para wanita agar selalu
menjaga kebersihan daerah kewanitaannya selain menjaga para wanita juga bisa
mencegah kanker serviks dengan cara pola hidup sehat, tidak merokok, tidak
melakukan hubungan seksual di usia muda, tidak melahirkan banyak anak, hindari
pemakaian DES tanpa resep dokter, melakukan pap smear ketika sudah memiliki
anak. Penulis mengharapkan agar pencegahan dilakukan oleh setiap wanita
supaya angka mortalitas yang diakibatkan oleh kanker serviks bisa menurun dan
juga penyebarannya tidak meluas lebih jauh lagi.

22
DAFTAR PUSTAKA

http://tentangkanker.com/2011/apa-itu-kanker-servik/html. Diakses tanggal 17 Desember


2011

http://doktersehat.com/waspadai-kanker-serviks/#ixzz1gmEQ8BHU. Diakses tanggal 17


Desember 2011

Mardiana, Lina.2007.Kanker pada Wanita. Bogor: Penebar Swadaya

Yatim, Faisal.2008.Penyakit Kandungan.Jakarta: Pustaka Populer Obor

www.pdfbe.com/jurnal kanker leher rahim/2010.html. Diakses tanggal 17 Desember 2011

Evennett, Karen.2004.Pap Smear.Jakarta:Arcan

Indra yani, Desy.2007.Pengalaman Hidup Klien Kanker Serviks di Bandung. www.jurnal


kanker serviks.com. Diakses tanggal 17 Desember 2011

23

Anda mungkin juga menyukai