KONSEP LANSIA
Oleh:
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP LANSIA
A. Definisi Lansia
Menurut Undang-Undang No. 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia yang
dimaksud dengan lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas baik laki-
laki maupun perempuan.
Masa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara 65-75 tahun (Potter & Perry,
2005). Pengertian lansia (Lanjut Usia) adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik,
yang di mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai mana di ketahui,
ketika manusia mencapai usia dewasa, ia mempunyai kemampuan reproduksi dan melahirkan
anak. Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan kehilangan tugas dan fungsi ini, dan
memasuki selanjutnya, yaitu usia lanjut, kemudian mati. Bagi manusia yang normal, siapa
orangnya, tentu telah siap menerima keadaan baru dalam setiap fase hidupnya dan mencoba
menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungannya (Darmojo, 2004 dalam Psychologymania,
2013).
B. Batasan Lansia
DEPKES RI membagi lansia sebagai berikut :
Kelompok menjelang usia lanjut (45 - 54 th) sebagai masa Virilitas
Kelompok usia lanjut (55 - 64 th) sebagai masa Presenium
Kelompok usia lanjut (65 th > ) sebagai masa Senium
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia WHO dalam Psychologymania, 2013 batasan lanjut usia
meliputi :
Usia pertengahan (middle age) : 45 - 59 tahun
Lansia (elderly) : 60 - 74 tahun
Usia tua (old) : 75 - 89 tahun
Usia sangat tua (very old) : lebih dari 90 tahun
C. Proses Menua
Proses menua merupakan suatu proses yang wajar, bersifat alami dan pasti akan dialami
oleh semua orang yang dikaruniai umur panjang (Nugroho, 2000).
Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan
yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan
kronologis tertentu (Stanley and Patricia, 2006).
b. Teori Genetika
Teori sebab akibat menjelaskan bahwa penuaan terutama disebabkan oleh
pembentukan gen dan dampak lingkungan pada pembentukan kode genetik. Menurut
teori genetika, penuaan adalah suatu proses yang secara tidak sadar diwariskan yang
berjalan dari waktu ke waktu untuk mengubah sel atau struktur jaringan.
Peningkatan frekuensi kanker dan penyakit autoimun yang dihubungkan dengan
bertambahnya umur menyatakan bahwa mutasi atau kesalahan terjadi pada tingkat
molekular dan selular.
c. Teori Cross-Link
Teori cross-link dan jaringan ikat menyatakan bahwa molekul kolagen dan elastin,
komponen jaringan ikat, membentuk senyawa yang lama meningkatkan regiditas sel,
cross-linkage diperkirakan akibat reaksi kimia yang menimbulkan senyawa antara
melokul-melokul yang normalnya terpisah (Ebersole & Hess, 1994 dalam Potter & Perry,
2005).
d. Teori Wear dan Tear
Tubuh dan sel mengalami kerusakan karena telah banyak digunakan (overuse) dan
disalahgunakan (abuse).
e. Teori Imunologis
Teori imunitas berhubungan langsung dengan proses penuaan. Selama proses
penuaan, sistem imun juga akan mengalami kemunduran dalam pertahanan terhadap
organisme asing yang masuk ke dalam tubuh sehingga pada lamsia akan sangat mudah
mengalami infeksi dan kanker. Perubahan sistem imun ini diakibatkan perubahan pada
jaringan limfoid sehingga tidak adanya keseimbangan dalam sel T untuk memproduksi
antibodi dan kekebalan tubuh menurun. Pada sistem imun akan terbentuk autoimun
tubuh. Perubahan yang terjadi merupakan pengalihan integritas sistem tubuh untuk
melawan sistem imun itu sendiri.
f. Teori Neuroendokrin
Teori ini berdasarkan peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh yaitu
dimana hormon yang dikeluarkan oleh beberapa organ yang dikendalikan oleh
hipotalamus telah menurun.
g. Teori Riwayat Lingkungan
Menurut teori ini, faktor-faktor di dalam lingkungan (misalnya karsinogen dari
industri, cahaya matahari, trauma dan infeksi) dapat membawa perubahan dalam proses
penuaan.
Walaupun faktor-faktor ini diketahui dapat mempercepat penuaan, dampak dari
lingkungan lebih merupakan dampak sekunder dan bukan merupakan faktor utama dalam
penuaan.
2. Teori Psikososial
a. Teori Kepribadian
Teori kepribadian menyebutkan aspek-aspek pertumbuhan psikologis tanpa
menggambarkan harapan atau tugas spesifik lansia.
3
seperti bersin, batuk, tertawa terapi dengan latihan otot dasar panggul prognosis
baik, tipe overflow yaitu menggelembungnya kandung kemih melebihi volume
normal, post void residu > 100 cc terapi tergantung penyebab misalnya atasi
sumbatan/retensi urin..
4) Inkontinensia alvi/fekal sebagai perjalanan spontan atau ketidakmampuan untuk
mengendalikan pembuangan feses melalui anus, penyebab cedera panggul, operasi
anus/rektum, prolaps rektum, tumor dll.
5) Pada inkontinensia urin ntuk menghindari sering mengompol pasien sering
mengurangi minum yang menyebabkan terjadi dehidrasi.
e. Infection (infeksi)
1) Pada lanjut usia terdapat beberapa penyakit sekaligus, menurunnya daya
tahan/imunitas terhadap infeksi, menurunnya daya komunikasipada lanjut usia
sehingga sulit/jarang mengeluh, sulitnya mengenal tanda infeksi secara dini.
2) Ciri utama pada semua penyakit infeksi biasanya ditandai dengan meningkatnya
temperatur badan, dan hal ini sering tidak dijumpai pada usia lanjut, malah suhu
badan yang rendah lebih sering dijumpai.
3) Keluhan dan gejala infeksi semakin tidak khas antara lain berupa konfusi/delirium
sampai koma, adanya penurunan nafsu makan tiba-tiba, badan menjadi lemas, dan
adanya perubahan tingkah laku sering terjadi pada pasien usia lanjut.
g. Isolation (Depression)
1) Isolation (terisolasi) / depresi, penyebab utama depresi pada lanjut usia adalah
kehilangan seseorang yang disayangi, pasangan hidup, anak, bahkan binatang
peliharaan.
2) Selain itu kecenderungan untuk menarik diri dari lingkungan, menyebabkan dirinya
terisolasi dan menjadi depresi. Keluarga yang mulai mengacuhkan karena merasa
direpotkan menyebabkan pasien akan merasa hidup sendiri dan menjadi depresi.
Beberapa orang dapat melakukan usaha bunuh diri akibat depresi yang
berkepajangan.
h. Inanition (malnutrisi), Asupan makanan berkurang sekitar 25% pada usia 40-70 tahun.
Anoreksia dipengaruhi oleh faktor fisiologis (perubahan rasa kecap, pembauan, sulit
mengunyah, gangguan usus dll), psikologis (depresi dan demensia) dan sosial (hidup dan
makan sendiri) yang berpengaruh pada nafsu makan dan asupan makanan.
k. Insomnia(Sulit tidur)
1) Dapat terjadi karena masalah-masalah dalam hidup yang menyebabkan seorang
lansia menjadi depresi. Selain itu beberapa penyakit juga dapat menyebabkan
insomnia seperti diabetes melitus dan gangguan kelenjar thyroid, gangguan di otak
juga dapat menyebabkan insomnia. Jam tidur yang sudah berubah juga dapat
menjadi penyebabnya.
2) Berbagai keluhan gangguan tidur yang sering dilaporkan oleh lansia yaitu sulit
untuk masuk kedalam proses tidur, tidurnya tidak dalam dan mudah terbangun, jika
7
terbangun sulit untuk tidur kembali, terbangun dini hari, lesu setelah bangun di pagi
hari.
3) Agar bisa tidur : hindari olahraga 3-4 jam sebelum tidur, santai mendekati waktu
tidur, hindari rokok waktu tidur, hindari minum minuman berkafein saat sore hari,
batasi asupan cairan setelah jam makan malam ada nokturia, batasi tidur siang 30
menit atau kurang, hindari menggunakan tempat tidur untuk menonton tv, menulis
tagihan dan membaca.
Proses Menua
Usia 25 – 35
Penurunan hormon Usia 35 - 45 Usia 45 produksi hormon
(testosteron, growt hormon, sudah berkurang
Penurunan hormon 25 %
hingga akhirnya berhenti
estrogen)
Peningkatan radikal
bebas
Penyakit degeneratif
(DM, osteoporosis,
hipertensi, penyakit
jantung koroner)
1. Perubahan Organik
a. Jumlah jaringan ikat dan kolagen meningkat.
b. Unsur seluler pada sistem saraf, otot, dan organ vital lainnya menghilang.
c. Jumlah sel yang berfungsi normal menurun.
d. Jumlah lemak meningkat.
e. Penggunaan oksigen menurun.
f. Selama istirahat, jumlah darah yang dipompakan menurun.
g. Jumlah udara yang diekspirasi paru lebih sedikit.
h. Ekskresi hormon menurun.
i. Aktivitas sensorik dan persepsi menurun.
j. Penyerapan lemak, protein, dan karbohidrat menurun.
k. Lumen arteri menebal.
2. Sistem Persyarafan
Tanda :
a. Penurunan jumlah neuron dan peningkatan ukuran dan jumlah sel neuroglial.
b. Penurunan syaraf dan serabut syaraf.
c. Atrofi otak dan peningkatan ruang mati dalam cranium.
d. Penebalan leptomeninges di medulla spinalis.
Gejala :
a. Peningkatan risiko masalah neurologis; cedera serebrovaskuler, parkinsonisme.
b. Konduksi serabut saraf melintasi sinaps makin lambat.
c. Penurunan ingatan jangka-pendek derajat sedang.
d. Gangguan pola gaya berjalan; kaki dilebarkan, langkah pendek, dan menekuk ke depan.
e. Peningkatan risiko hemoragik sebelum muncul gejala.
3. Sistem Pendengaran
Tanda :
a. Hilangnya neuron auditorius
b. Kehilangan pendengaran dari frekuensi tinggi ke frekuensi rendah
c. Peningkatan serumen
d. Angiosklerosis telinga
Gejala :
a. Penurunan ketajaman pendengaran dan isolasi sosial (khususnya, penurunan
kemampuan untuk mendengar konsonan)
b. Sulit mendengar, khususnya bila ada suara latar belakang yang mengganggu, atau bila
percakapan cepat
c. Impaksi serumen dapat menyebabkan kehilangan pendengaran
4. Sistem Penglihatan
Tanda :
a. Penurunan fungsi sel batang dan sel kerucut
b. Penumpukan pigmen
c. Penurunan kecepatan gerakan mata
d. Atrofi otot silier
10
5. Sistem Kardiovaskuler
Tanda :
a. Atrofi serat otot yang melapisi endokardium
b. Aterosklerosis pembuluh darah
c. Peningkatan tekanan darah sistolik
d. Penurunan komplian ventrikel kiri
e. Penurunan jumlah sel pacemaker
f. Penurunan kepekaan terhadap baroreseptor
Gejala :
a. Peningkatan tekanan darah
b. Peningkatan penekanan pada kontraksi atrium dengan S4 terdengar
c. Peningkatan aritmia
d. Peningkatan resiko hipotensi pada perubahan posisi
e. Menuver valsava dapat menyebabkan penurunan tekanan darah
f. Penurunan toleransi
6. Sistem Respirasi
Tanda :
a. Penurunan elastisitas jaringan paru
b. Klasifikasi dinding dada
c. Atrofi silia
d. Penurunan kekuatan otot pernafasan
e. Penurunan tekanan parsial oksigen arteri (PaO2)
Gejala :
a. Penurunan efisiensi pertukaran ventilasi
b. Peningkatan kerentanan terhadap infeksi dan atelektasis
c. Peningkatan resiko aspirasi
d. Penurunan respons ventilasi terhadap hipoksia dan hiperkapnia
e. Peningkatan kepekaan terhadap narkotik
7. Sistem Gastrointestinal
Tanda :
a. Penurunan ukuran hati
b. Penurunan tonus otot pada usus
11
8. Sistem Reproduksi
Tanda :
a. Atrofi dan fibrosis dinding serviks dan uterus
b. Penurunan elastisitas vagina dan lubrikasi
c. Penurunan hormon dan oosit
d. Involusi jaringan kelenjar mamae
e. Proliferasi jaringan stroma dan glandular
Gejala :
a. Kekeringan vagina, rasa terbakar dan nyeri saat koitus
b. Penurunan volume cairan semina dan kekuatan ejakulasi
c. Penurunan elevasi testis
d. Hipertrofi prostat
e. Jaringan ikat payudara digantikan dengan jaringan lemak, sehingga pemeriksaan
payudara lebih mudah dilakukan
9. Sistem Perkemihan
Tanda :
a. Penurunan masa ginjal
b. Tidak ada glomerulus
c. Penurunan jumlah nefron yang berfungsi
d. Perubahan dinding pembuluh darah kecil
e. Penurunan tonus otot kandung kemih
Gejala :
a. Penurunan GFR
b. Penurunan kemampuan penghematan natrium
c. Peningkatan BUN
d. Penurunan aliran darah ginjal
e. Penurunan kapasitas kandung kemih dan peningkatan urin residual
f. Peningkatan urgensi
I. Tipe Lansia
13
Dalam Nugroho (2000; dikutip Dewi, 2014), banyak ditemukan bermacam-macam tipe
lansia. Beberapa yang menonjol diantaranya :
menganggap menjadi tua sebagai hal yang tidak baik, takut mati, iri hati pada orang yang
masih muda, senang mengadu untung pekerjaan, dan aktif menghindari masa yang buruk.
8. Tipe putus asa, membenci dan menyalahkan diri sendiri
Bersifat kritis dan menyalahkan diri sendiri, tidak memiliki ambisi, mengalami penurunan
sosio-ekonomi, tidak dapat menyesuaikan diri, lansia tidak hanya mengalami kemarahan
tetapi juga depresi, menganggap usia lanjut sebagai masa yang tidak menarik dan berguna.
J. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Stanley dan Patricia, 2011 Pemeriksaan laboatorium rutin yang perlu diperiksa
pada pasien lansia untuk mendeteksi dini gangguan kesehatan yang sering dijumpai pada
pasien lansia yang belum diketahui adanya gangguan / penyakit tertentu (penyakit degeneratif)
yaitu :
1. Pemerikasaan hematologi rutin
2. Urin rutin
3. Glukosa
4. Profil lipid
5. Alkalin pospat
6. Fungsi hati
7. Fungsi ginjal
8. Fungsi tiroid
9. Pemeriksaan feses rutin
K. Pengkajian
Perawat mengkaji perubahan pada perkembangan fisiologis, kognitif dan perilaku sosial
pada lansia.
1) Perubahan fisiologis
Perubahan fisik penuaan normal yang perlu dikaji :
Sistem Temuan Normal
Integumen Warna kulit Pigmentasi berbintik/bernoda
diarea yang terpajan sinar
matahari, pucat meskipun tidak
anemia
Kelembaban Kering, kondisi bersisik
Suhu Ekstremitas lebih dingin,
penurunan respirasi
Tekstur Penurunan elastisitas, kerutan,
kondisi berlipat, kendur
Distribusi lemak Penurunan jumlah lemak pada
ekstremitas, peningkatan jumlah
diabdomen
Rambut Penipisan rambut
Kuku Penurunan laju pertumbuhan
Kepala dan leher Kepala Tulang nasal, wajah menajam,
dan angular
Mata Penurunan ketajaman
penglihatan, akomodasi, adaptasi
15
L. Perubahan Kognitif
Kebanyakan trauma psikologis dan emosi pada masa lansia muncul akibat kesalahan
konsep karena lansia mengalami kerusakan kognitif. Akan tetapi perubahan struktur dan
fisiologi yang terjadi pada otak selama penuaan tidak mempengaruhi kemampuan adaptif dan
fungsi secara nyata (Ebersole & Hess, 1994)
Pengkajian status kognitif :
SPMSQ (Short Portable mental status Quetionnaire)
Digunakan untuk mendeteksi adanya dan tingkat kerusakan intelektual terdiri dari 10 hal
yang menilai orientasi, memori dalam hubungan dengan kemampuan perawatan diri,
memori jauh dan kemampuan matematis.
MMSE (Mini Mental State Exam)
Menguji aspek kognitif dari fungsi mental, orientasi, registrasi, perhatian dan kalkulasi,
mengingat kembali dan bahasa. Nilai kemungkinan paling tinggi adalah 30, dengan nilai 21
atau kurang biasanya indikasi adanya kerusakan kognitif yang memerlukan penyelidikan
lebih lanjut.
Inventaris Depresi Bec
Berisi 13 hal yang menggambarkan berbagai gejala dan sikap yang berhubungan dengan
depresi. Setiap hal direntang dengan menggunakan skala 4 poin untuk menandakan
intensitas gejala.
M. Perubahan Psikososial
17
Lansia harus beradaptasi pada perubahan psikososial yang terjadi pada penuaan.
Meskipun perubahan tersebut bervariasi, tetapi beberapa perubahan biasa terjadi pada
mayoritas lansia.
Pengkajian Sosial
Hubungan lansia dengan keluarga memerankan peran sentral pada seluruh tingkat kesehatan
dan kesejahteraan lansia. Alat skrining singkat yang dapat digunakan untuk mengkaji fungsi
sosial lansia adalah APGAR Keluarga. Instrument disesuaikan untuk digunakan pada klien
yang mempunyai hubungan sosial lebih intim dengan teman-temannya atau dengan
keluarga. Nilai < 3 menandakan disfungsi keluarga sangat tinggi, nilai 4 - 6 disfungsi
keluarga sedang.
A : Adaptation
P : Partnership
G :Growth
A :Affection
R : Resolve
Keamanan Rumah
Perawat wajib mengobservasi lingkungan rumah lansia untuk menjamin tidak adanya
bahaya yang akan menempatkan lansia pada resiko cidera. Faktor lingkungan yang harus
diperhatikan :
Penerangan adekuat di tangga, jalan masuk dan pada malam hari
Jalan bersih
Pengaturan dapur dan kamar mandi tepat
Alas kaki stabil dan anti slip
Kain anti licin atau keset
Pegangan kokoh pada tangga / kamar mandi
DAFTAR PUSTAKA