Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP LANSIA

Oleh:

Mohamad Toha Mansur


NIM. 3720190043

PROGRAM PROFESI NERS


UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH

2020
LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP LANSIA

A. Definisi Lansia
Menurut Undang-Undang No. 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia yang
dimaksud dengan lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas baik laki-
laki maupun perempuan.
Masa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara 65-75 tahun (Potter & Perry,
2005). Pengertian lansia (Lanjut Usia) adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik,
yang di mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai mana di ketahui,
ketika manusia mencapai usia dewasa, ia mempunyai kemampuan reproduksi dan melahirkan
anak. Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan kehilangan tugas dan fungsi ini, dan
memasuki selanjutnya, yaitu usia lanjut, kemudian mati. Bagi manusia yang normal, siapa
orangnya, tentu telah siap menerima keadaan baru dalam setiap fase hidupnya dan mencoba
menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungannya (Darmojo, 2004 dalam Psychologymania,
2013).

B. Batasan Lansia
DEPKES RI membagi lansia sebagai berikut :
 Kelompok menjelang usia lanjut (45 - 54 th) sebagai masa Virilitas
 Kelompok usia lanjut (55 - 64 th) sebagai masa Presenium
 Kelompok usia lanjut (65 th > ) sebagai masa Senium

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia WHO dalam Psychologymania, 2013 batasan lanjut usia
meliputi :
 Usia pertengahan (middle age) : 45 - 59 tahun
 Lansia (elderly) : 60 - 74 tahun
 Usia tua (old) : 75 - 89 tahun
 Usia sangat tua (very old) : lebih dari 90 tahun

C. Proses Menua
Proses menua merupakan suatu proses yang wajar, bersifat alami dan pasti akan dialami
oleh semua orang yang dikaruniai umur panjang (Nugroho, 2000).
Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan
yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan
kronologis tertentu (Stanley and Patricia, 2006).

D. Teori Proses Menua


1. Teori Biologis
a. Teori Radikal Bebas
Teori ini menjelaskan bahwa suatu organisme menjadi tua karena terjadi akumulasi
kerusakan oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu. Radikal bebas sendiri
merupakan suatu molekul yang memiliki elektron yang tidak berpasangan. Radikal bebas
memiliki sifat reaktivitas tinggi, karena kecenderungan menarik elektron dan dapat
mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal oleh karena hilangnya atau bertambahnya
satu elektron pada molekul lain.
2

b. Teori Genetika
Teori sebab akibat menjelaskan bahwa penuaan terutama disebabkan oleh
pembentukan gen dan dampak lingkungan pada pembentukan kode genetik. Menurut
teori genetika, penuaan adalah suatu proses yang secara tidak sadar diwariskan yang
berjalan dari waktu ke waktu untuk mengubah sel atau struktur jaringan.
Peningkatan frekuensi kanker dan penyakit autoimun yang dihubungkan dengan
bertambahnya umur menyatakan bahwa mutasi atau kesalahan terjadi pada tingkat
molekular dan selular.
c. Teori Cross-Link
Teori cross-link dan jaringan ikat menyatakan bahwa molekul kolagen dan elastin,
komponen jaringan ikat, membentuk senyawa yang lama meningkatkan regiditas sel,
cross-linkage diperkirakan akibat reaksi kimia yang menimbulkan senyawa antara
melokul-melokul yang normalnya terpisah (Ebersole & Hess, 1994 dalam Potter & Perry,
2005).
d. Teori Wear dan Tear
Tubuh dan sel mengalami kerusakan karena telah banyak digunakan (overuse) dan
disalahgunakan (abuse).
e. Teori Imunologis
Teori imunitas berhubungan langsung dengan proses penuaan. Selama proses
penuaan, sistem imun juga akan mengalami kemunduran dalam pertahanan terhadap
organisme asing yang masuk ke dalam tubuh sehingga pada lamsia akan sangat mudah
mengalami infeksi dan kanker. Perubahan sistem imun ini diakibatkan perubahan pada
jaringan limfoid sehingga tidak adanya keseimbangan dalam sel T untuk memproduksi
antibodi dan kekebalan tubuh menurun. Pada sistem imun akan terbentuk autoimun
tubuh. Perubahan yang terjadi merupakan pengalihan integritas sistem tubuh untuk
melawan sistem imun itu sendiri.
f. Teori Neuroendokrin
Teori ini berdasarkan peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh yaitu
dimana hormon yang dikeluarkan oleh beberapa organ yang dikendalikan oleh
hipotalamus telah menurun.
g. Teori Riwayat Lingkungan
Menurut teori ini, faktor-faktor di dalam lingkungan (misalnya karsinogen dari
industri, cahaya matahari, trauma dan infeksi) dapat membawa perubahan dalam proses
penuaan.
Walaupun faktor-faktor ini diketahui dapat mempercepat penuaan, dampak dari
lingkungan lebih merupakan dampak sekunder dan bukan merupakan faktor utama dalam
penuaan.

2. Teori Psikososial
a. Teori Kepribadian
Teori kepribadian menyebutkan aspek-aspek pertumbuhan psikologis tanpa
menggambarkan harapan atau tugas spesifik lansia.
3

Jung mengembangkan suatu teori pengembangan kepribadian orang dewasa yang


memandang kepribadian sebagai ekstrovert atau introvert. Ia berteori bahwa
keseimbangan antara kedua hal tersebut adalah penting bagi kesehatan.
b. Teori Tugas Perkembangan
Tugas perkembangan adalah aktivitas dan tantangan yang harus dipenuhi oleh
seseorang pada tahap-tahap spesifik dalam hidupnya untuk mencapai penuaan yang
sukses.
Erickson menguraikan tugas utama lansia adalah mampu melihat kehidupan
seseorang sebagai kehidupan yang dijalani dengan integritas. Pada kondisi tidak adanya
pencapaian perasaan bahwa ia telah menikmati kehidupan yang baik, maka lansia
tersebut beresiko untuk disibukkan dengan rasa penyesalan atau putus asa.
c. Teori Disengagement (Penarikan Diri)
Teori ini menggambarkan penarikan diri oleh lansia dari peran masyarakat dan
tanggung jawabnya. Lansia akan dikatakan bahagia apabila kontak sosial telah berkurang
dan tanggungjawab telah diambil oleh generasi yang lebih muda. Manfaat dari
pengurangan kontak sosial bagi lansia adalah agar dapat menyediakan waktu untuk
merefleksi kembali pencapaian yang telah dialami dan untuk menghadapi harapan yang
belum dicapai.
d. Teori Aktivitas
Teori ini berpendapat apabila seorang lansia menuju penuaan yang sukses maka ia
harus tetap beraktivitas.kesempatan untuk turut berperan dengan cara yang penuh arti
bagi kehidupan seseorang yang penting bagi dirinya adalah suatu komponen
kesejahteraan yang penting bagi lansia. Penelitian menunjukkan bahwa hilangnya fungsi
peran lansia secara negatif mempengaruhi kepuasan hidup, dan aktivitas mental serta
fisik yang berkesinambungan akan memelihara kesehatan sepanjang kehidupan.
e. Teori Kontinuitas
Teori kontinuitas mencoba menjelaskan mengenai kemungkinan kelanjutan dari
perilaku yang sering dilakukan klien pada usia dewasa. Perilaku hidup yang
membahayakan kesehatan dapat berlangsung hingga usia lanjut dan akan semakin
menurunkan kualitas hidup.

E. Masalah Kesehatan Pada Lansia


Masalah-masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia berbeda dari orang dewasa,
yang sering disebut dengan sindroma geriatri yaitu kumpulan gejala-gejala mengenai kesehatan
yang sering dikeluhkan oleh para lanjut usia dan atau keluarganya (istilah 14 I), yaitu :
1. Immobility (kurang bergerak)
2. Instability (mudah jatuh)
3. Incontinence (beser BAB/BAK)
4. Intellectual impairment (gangguan intelektual/ demensia)
5. Infection (infeksi)
6. Impairement of hearing, vision and smell (gangguan pendengaran, penglihatan dan
penciuman)
7. Isolation (Depression)
8. Inanition (malnutrisi)
9. Impecunity (kemiskinan)
4

10. Iatrogenic (menderita penyakit pengaruh obat-obatan)


11. Insomnia (sulit tidur)
12. Immuno-defficiency (penurunan sistem kekebalan tubuh)
13. Impotence (Gangguan seksual)
14. Impaction (sulit buang air besar)

a. Immobility (kurang bergerak)


1) Keadaan tidak bergerak/tirah baring selama 3 hari atau lebih.
2) Penyebab utama imobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah, kekakuan otot, ketidak
seimbangan,masalah psikologis, depresi atau demensia.
3) Komplikasi yang timbul adalah luka di bagian yang mengalami penekanan terus
menerus timbul lecet bahkan infeksi, kelemahan otot, kontraktur/kekakuan otot dan
sendi, infeksi paru-paru dan saluran kemih, konstipasi dan lain-lain.
4) Penanganan : latihan fisik, perubahan posisi secara teratur, menggunakan kasur anti
dekubitus, monitor asupan cairan dan makanan yang berserat.

b. Instability (Instabilitas dan Jatuh)


1) Penyebab jatuh misalnya kecelakaan seperti terpeleset, sinkop/kehilangan kesadaran
mendadak, dizzines/vertigo, hipotensi orthostatik, proses penyakit dan lain-lain.
2) Dipengaruhi oleh faktor intrinsik (faktor risiko yang ada pada pasien misalnya
kekakuan sendi, kelemahan otot, gangguan pendengaran,penglihatan, gangguan
keseimbangan, penyakit misalnya hipertensi, DM, jantung,dll ) dan faktor risiko
ekstrinsik (faktor yang terdapat di lingkungan misalnya alas kaki tidak sesuai, lantai
licin, jalan tidak rata, penerangan kurang, benda-benda dilantai yang membuat
terpeleset dll).
3) Akibat yang ditimbulkan akibat jatuh berupa cedera kepala, cedera jaringan lunak,
sampai patah tulang yang bisa menimbulkan imobilisasi.
4) Prinsip dasar tatalaksana usia lanjut dengan masalah instabilitas dan riwayat jatuh
adalah: mengobati berbagai kondisi yang mendasari instabilitas dan jatuh,
memberikan terapi fisik dan penyuluhan berupa latihan cara berjalan, penguatan
otot, alat bantu, sepatu atau sandal yang sesuai, serta mengubah lingkungan agar
lebih aman seperti pencahayaan yang cukup, pegangan, lantai yang tidak licin.

c. Incontinence Urin dan Alvi (Beser BAB dan BAK)


1) Inkontinensia urin didefinisikan sebagai keluarnya urin yang tidak dikehendaki
dalam jumlah dan frekuensi tertentu sehingga menimbulkan masalah sosial dan atau
kesehatan.
2) Inkontinensia urin akut terjadi secara mendadak dapat diobati bila penyakit yang
mendasarinya diatasi misalnya infeksisaluran kemih, gangguan kesadaran, obat-
obatan, masalah psikologik dan skibala.
3) Inkontinesia urin yang menetap di bedakan atas: tipe urgensi yaitu keinginan
berkemih yang tidak bisa ditahan penyebanya  overaktifitas/kerja otot detrusor
karena hilangnya kontrol neurologis, terapi dengan obat-obatan antimuskarinik
prognosis baik, tipe stres kerena kegagalan mekanisme sfingter/katup saluran
kencing untuk menutup ketika ada peningkatan tekanan intra abdomen mendadak
5

seperti bersin, batuk, tertawa terapi dengan latihan otot dasar panggul prognosis
baik, tipe overflow yaitu menggelembungnya kandung kemih melebihi volume
normal, post void residu > 100 cc terapi tergantung penyebab misalnya atasi
sumbatan/retensi urin..
4) Inkontinensia alvi/fekal sebagai perjalanan spontan atau ketidakmampuan untuk
mengendalikan pembuangan feses melalui anus, penyebab cedera panggul, operasi
anus/rektum, prolaps rektum, tumor dll.
5) Pada inkontinensia urin ntuk menghindari sering mengompol pasien sering
mengurangi minum yang menyebabkan terjadi dehidrasi.

d. Intelectual Impairement (Gangguan Intelektual Seperti Demensia dan Delirium)


1) Demensia adalah gangguan fungsi intelektual dan memori didapat yang disebabkan
oleh penyakit otak, yang tidak berhubungan dengan gangguan tingkat kesadaran
sehingga mempengaruhi aktifitas kerja dan sosial secara bermakna.
2) Demensia tidak hanya masalah pada memori. Demensia mencakup berkurangnya
kemampuan untuk mengenal, berpikir, menyimpan atau mengingat pengalaman
yang lalu dan juga kehilangan pola sentuh, pasien menjadi perasa, dan terganggunya
aktivitas.
3) Faktor risiko : hipertensi, DM, gangguan jantung, PPOK dan obesitas.
4) Sindroma derilium akut adalah sindroma mental organik yang ditandai dengan
gangguan kesadaran dan atensi serta perubahan kognitif atau gangguan persepsi
yang timbul dalam jangka pendek dan berfluktuasi.
5) Gejalanya: gangguan kognitif global berupa gangguan memori jangka pendek,
gangguan persepsi (halusinasi, ilusi), gangguan proses pikir (diorientasi waktu,
tempat, orang), komunikasi tidak relevan, pasien mengomel, ide pembicaraan
melompat-lompat, gangguan siklus tidur.

e. Infection (infeksi)
1) Pada lanjut usia terdapat  beberapa penyakit sekaligus, menurunnya daya
tahan/imunitas terhadap infeksi, menurunnya daya komunikasipada lanjut usia
sehingga sulit/jarang mengeluh, sulitnya mengenal tanda infeksi secara dini.
2) Ciri utama pada semua penyakit infeksi biasanya ditandai dengan meningkatnya
temperatur badan, dan hal ini sering tidak dijumpai pada usia lanjut, malah suhu
badan yang rendah lebih sering dijumpai.
3) Keluhan dan gejala infeksi semakin tidak khas antara lain berupa konfusi/delirium
sampai koma, adanya penurunan nafsu makan tiba-tiba, badan menjadi lemas, dan
adanya perubahan tingkah laku sering terjadi pada pasien usia lanjut.

f. Impairement of hearing, vision and smell (gangguan pendengaran, penglihatandan


penciuman)
1) Gangguan pendengaran sangat umum ditemui pada lanjut usia dan menyebabkan
pasien sulit untuk diajak komunikasi
2) Penatalaksanaan untuk gangguan pendengaran pada geriatri adalah dengan cara
memasangkan alat bantu dengar atau dengan tindakan bedah berupa implantasi
koklea.
6

3) Gangguan penglihatan bisa disebabkan gangguan refraksi, katarak atau komplikasi


dari penyakit lain misalnya DM, HT dll, penatalaksanaan dengan memakai alat
bantu kacamata atan dengan operasi pada katarak.

g. Isolation (Depression)
1) Isolation (terisolasi) / depresi, penyebab utama depresi pada lanjut usia adalah
kehilangan seseorang yang disayangi, pasangan hidup, anak, bahkan binatang
peliharaan.
2) Selain itu kecenderungan untuk menarik diri dari lingkungan, menyebabkan dirinya
terisolasi dan menjadi depresi. Keluarga yang mulai mengacuhkan karena merasa
direpotkan menyebabkan pasien akan merasa hidup sendiri dan menjadi depresi.
Beberapa orang dapat melakukan usaha bunuh diri akibat depresi yang
berkepajangan.

h. Inanition (malnutrisi), Asupan makanan berkurang  sekitar 25% pada usia 40-70 tahun.
Anoreksia dipengaruhi oleh faktor fisiologis (perubahan rasa kecap, pembauan, sulit
mengunyah, gangguan usus dll), psikologis (depresi dan demensia) dan sosial (hidup dan
makan sendiri) yang berpengaruh pada nafsu makan dan asupan makanan.

i. Impecunity (Tidak punya penghasilan)


1) Dengan semakin bertambahnya usia maka kemampuan fisik dan mental akan
berkurang secara berlahan-lahan, yang menyebabkan ketidakmampuan tubuh dalam
mengerjakan atau menyelesaikan pekerjaan sehingga tidak dapat memberikan
penghasilan.
2) Usia pensiun dimana sebagian dari lansia hanya mengandalkan hidup dari tunjangan
hari tuanya.
3) Selain masalah finansial, pensiun juga berarti kehilangan teman sejawat, berarti
interaksi sosial pun berkurang memudahkan seorang lansia mengalami depresi.

j. Iatrogenic(penyakit karena pemakaian obat-obatan)


1) Lansia sering menderita penyakit lebih dari satu jenis sehingga membutuhkan obat
yang lebih banyak, apalagi sebagian lansia sering menggunakan obat dalam jangka
waktu yang lama tanpa pengawasan dokter sehingga dapat menimbulkan penyakit.
2) Akibat yang ditimbulkan antara lain efek samping dan efek dari interaksi obat-obat
tersebut yang dapat mengancam jiwa.

k. Insomnia(Sulit tidur)
1) Dapat terjadi karena masalah-masalah dalam hidup yang menyebabkan seorang
lansia menjadi depresi. Selain itu beberapa penyakit juga dapat menyebabkan
insomnia seperti diabetes melitus dan gangguan kelenjar thyroid, gangguan di otak
juga dapat menyebabkan insomnia. Jam tidur yang sudah berubah juga dapat
menjadi penyebabnya.
2) Berbagai keluhan gangguan tidur yang sering dilaporkan oleh lansia yaitu sulit
untuk masuk kedalam proses tidur, tidurnya tidak dalam dan mudah terbangun, jika
7

terbangun sulit untuk tidur kembali, terbangun dini hari, lesu setelah bangun di pagi
hari.
3) Agar bisa tidur :  hindari olahraga 3-4 jam sebelum tidur, santai mendekati waktu
tidur, hindari rokok waktu tidur, hindari minum minuman berkafein saat sore hari,
batasi asupan cairan setelah jam makan malam ada nokturia, batasi tidur siang 30
menit atau kurang, hindari menggunakan tempat tidur untuk menonton tv, menulis
tagihan dan membaca.

l. Immuno-defficiency (penurunan sistem kekebalan tubuh),Daya tahan tubuh menurun


bisa disebabkan oleh proses menua disertai penurunan fungsi organ tubuh,  juga
disebabkan penyakit yang diderita, penggunaan obat-obatan,keadaan gizi yang menurun.

m. Impotence(Gangguan seksual), Impotensi/ ketidakmampuan melakukan aktivitas seksual


pada usia lanjut terutama disebabkan oleh gangguan organik seperti gangguan hormon,
syaraf, dan pembuluh darah dan juga depresi.

n. Impaction (sulit buang air besar)


1) Faktor yang mempengaruhi: kurangnya gerak fisik, makanan yang kurang
mengandung serat, kurang minum, akibat obat-obat tertentu dan lain-lain.
2) Akibatnya pengosongan usus menjadi sulit atau isi usus menjadi tertahan, kotoran
dalam usus menjadi keras dan kering dan pada keadaan yang berat dapat terjadi
penyumbatan didalam usus dan perut menjadi sakit.

F. Tugas Perkembangan Lansia


Menurut Patricia Gonce Morton dkk, 2011 tugas perkembangan keluarga yaitu :
1. Memutuskan dimana dan bagaimana akan menjalani hidup selama sisa umurnya.
2. Memelihara hubungan yang suportif, intim dan memuaskan dengan pasangan hidupnya,
keluarga, dan teman.
3. Memelihara lingkungan rumah yang adekuat dan memuaskan terkait dengan status
kesehatan dan ekonomi.
4. Menyiapkan pendapatan yang memadai.
5. Memelihara tingkat kesehatan yang maksimal.
6. Mendapatkan perawatan kesehatan dan gigi yang komprehensif.
7. Memelihara kebersihan diri.
8. Menjaga komunikasi dan kontak yang adekuat dengan keluarga dan teman.
9. Memelihara keterlibatan sosial, sipil dan politisi.
10. Memulai hobi baru (selain kegiatan sebelumnya) yang meningkatkan status.
11. Mengakui dan merasakan bahwa ia dibutuhkan.
12. Menemukan arti hidup setelah pensiun dan saat menghadapi penyakit diri dan pasangan
hidup dan kematian pasangan hidup dan orang yang disayangi; menyesuaikan diri dengan
orang yang disayangi.
13. Membangun filosofi hidup yang bermakna dan menemukan kenyamanan dalam filosofi atau
agama.
8

G. Pathway Proses Menua

Proses Menua

Fase 1 subklinik Fase 3 klinik


Fase 2 transisi

Usia 25 – 35
Penurunan hormon Usia 35 - 45 Usia 45 produksi hormon
(testosteron, growt hormon, sudah berkurang
Penurunan hormon 25 %
hingga akhirnya berhenti
estrogen)

Polusi udara, diet yang tidak sehat dan stress

Peningkatan radikal
bebas

Kerusakan sel-sel DNA


(sel-sel tubuh)

Sistem dalam tubuh mulai terganggu


seperti: penglihatan menurun, rambut
beruban, stamina & energi berkurang,
wanita (menopause), pria (andopause)

Penyakit degeneratif
(DM, osteoporosis,
hipertensi, penyakit
jantung koroner)

H. Tanda dan Gejala


9

1. Perubahan Organik
a. Jumlah jaringan ikat dan kolagen meningkat.
b. Unsur seluler pada sistem saraf, otot, dan organ vital lainnya menghilang.
c. Jumlah sel yang berfungsi normal menurun.
d. Jumlah lemak meningkat.
e. Penggunaan oksigen menurun.
f. Selama istirahat, jumlah darah yang dipompakan menurun.
g. Jumlah udara yang diekspirasi paru lebih sedikit.
h. Ekskresi hormon menurun.
i. Aktivitas sensorik dan persepsi menurun.
j. Penyerapan lemak, protein, dan karbohidrat menurun.
k. Lumen arteri menebal.

2. Sistem Persyarafan
Tanda :
a. Penurunan jumlah neuron dan peningkatan ukuran dan jumlah sel neuroglial.
b. Penurunan syaraf dan serabut syaraf.
c. Atrofi otak dan peningkatan ruang mati dalam cranium.
d. Penebalan leptomeninges di medulla spinalis.
Gejala :
a. Peningkatan risiko masalah neurologis; cedera serebrovaskuler, parkinsonisme.
b. Konduksi serabut saraf melintasi sinaps makin lambat.
c. Penurunan ingatan jangka-pendek derajat sedang.
d. Gangguan pola gaya berjalan; kaki dilebarkan, langkah pendek, dan menekuk ke depan.
e. Peningkatan risiko hemoragik sebelum muncul gejala.

3. Sistem Pendengaran
Tanda :
a. Hilangnya neuron auditorius
b. Kehilangan pendengaran dari frekuensi tinggi ke frekuensi rendah
c. Peningkatan serumen
d. Angiosklerosis telinga
Gejala :
a. Penurunan ketajaman pendengaran dan isolasi sosial (khususnya, penurunan
kemampuan untuk mendengar konsonan)
b. Sulit mendengar, khususnya bila ada suara latar belakang yang mengganggu, atau bila
percakapan cepat
c. Impaksi serumen dapat menyebabkan kehilangan pendengaran

4. Sistem Penglihatan
Tanda :
a. Penurunan fungsi sel batang dan sel kerucut
b. Penumpukan pigmen
c. Penurunan kecepatan gerakan mata
d. Atrofi otot silier
10

e. Peningkatan ukuran lensa dan penguningan lensa


f. Penurunan sekresi air mata
Gejala :
a. Penurunan ketajaman penglihatan, lapang penglihatan, dan adaptasi terhadap
terang/gelap
b. Peningkatan kepekaan terhadap cahaya yang menyilaukan
c. Peningkatan insiden glaucoma
d. Gangguan persepsi kedalaman dengan peningkatan kejadian jatuh
e. Kurang dapat membedakan warna biru, hijau, dan violet
f. Peningkatan kekeringan dan iritasi mata

5. Sistem Kardiovaskuler
Tanda :
a. Atrofi serat otot yang melapisi endokardium
b. Aterosklerosis pembuluh darah
c. Peningkatan tekanan darah sistolik
d. Penurunan komplian ventrikel kiri
e. Penurunan jumlah sel pacemaker
f. Penurunan kepekaan terhadap baroreseptor
Gejala :
a. Peningkatan tekanan darah
b. Peningkatan penekanan pada kontraksi atrium dengan S4 terdengar
c. Peningkatan aritmia
d. Peningkatan resiko hipotensi pada perubahan posisi
e. Menuver valsava dapat menyebabkan penurunan tekanan darah
f. Penurunan toleransi

6. Sistem Respirasi
Tanda :
a. Penurunan elastisitas jaringan paru
b. Klasifikasi dinding dada
c. Atrofi silia
d. Penurunan kekuatan otot pernafasan
e. Penurunan tekanan parsial oksigen arteri (PaO2)
Gejala :
a. Penurunan efisiensi pertukaran ventilasi
b. Peningkatan kerentanan terhadap infeksi dan atelektasis
c. Peningkatan resiko aspirasi
d. Penurunan respons ventilasi terhadap hipoksia dan hiperkapnia
e. Peningkatan kepekaan terhadap narkotik

7. Sistem Gastrointestinal
Tanda :
a. Penurunan ukuran hati
b. Penurunan tonus otot pada usus
11

c. Pengosongan esophagus makin lambat


d. Penurunan sekresi asam lambung
e. Atrofi lapisan mukosa
Gejala :
a. Perubahan asupan akibat penurunan nafsu makan
b. Ketidaknyamanan setelah makan karena jalannya makanan melambat
c. Penurunan penyerapan kalsium dan besi
d. Peningkatan resiko konstipasi, spasme esophagus, dan penyakit divertikuler

8. Sistem Reproduksi
Tanda :
a. Atrofi dan fibrosis dinding serviks dan uterus
b. Penurunan elastisitas vagina dan lubrikasi
c. Penurunan hormon dan oosit
d. Involusi jaringan kelenjar mamae
e. Proliferasi jaringan stroma dan glandular
Gejala :
a. Kekeringan vagina, rasa terbakar dan nyeri saat koitus
b. Penurunan volume cairan semina dan kekuatan ejakulasi
c. Penurunan elevasi testis
d. Hipertrofi prostat
e. Jaringan ikat payudara digantikan dengan jaringan lemak, sehingga pemeriksaan
payudara lebih mudah dilakukan

9. Sistem Perkemihan
Tanda :
a. Penurunan masa ginjal
b. Tidak ada glomerulus
c. Penurunan jumlah nefron yang berfungsi
d. Perubahan dinding pembuluh darah kecil
e. Penurunan tonus otot kandung kemih
Gejala :
a. Penurunan GFR
b. Penurunan kemampuan penghematan natrium
c. Peningkatan BUN
d. Penurunan aliran darah ginjal
e. Penurunan kapasitas kandung kemih dan peningkatan urin residual
f. Peningkatan urgensi

10. Sistem Endokrin


Tanda :
a. Penurunan testosterone, hormon pertumbuhan, insulin, androgen, aldosteron, hormon
tiroid
b. Penurunan termoregulasi
c. Penurunan respons demam
12

d. Peningkatan nodularitas dan fibrosis pada tiroid


e. Penurunan laju metabolik basal
Gejala :
a. Penurunan kemampuan untuk menoleransi stressor seperti pembedahan
b. Penurunan berkeringat dan menggigil dan pengaturan suhu
c. Penurunan respons insulin, toleransi glukosa
d. Penurunan kepekaan tubulus ginjal terhadap hormon antidiuretik
e. Penambahan berat badan
f. Peningkatan insiden penyakit tiroid

11. Sistem Integumen


Tanda :
a. Hilangnya ketebalan dermis dan epidermis
b. Pendataran papilla
c. Atrofi kelenjar keringat
d. Penurunan vaskularisasi
e. Cross-link kolagen
f. Tidak adanya lemak subkutan
g. Penurunan melanosit
h. Penurunan poliferasi dan fibroblas
Gejala :
a. Penipisan kulit dan rentan sekali robek
b. Kekeringan dan pruritus
c. Penurunan keringat dan kemampuan mengatur panas tubuh
d. Peningkatan kerutan dan kelemahan kulit
e. Tidak adanya bantalan lemak yang melindungi tulang dan menyebabkan timbulnya
nyeri
f. Penyembuhan luka makin lama

12. Sistem Muskuloskletal


Tanda :
a. Penurunan massa otot
b. Penurunan aktivitas myosin adenosine tripospat
c. Perburukan dan kekeringan pada kartilago sendi
d. Penurunan massa tulang dan aktivitas osteoblast
Gejala :
a. Penurunan kekuatan otot
b. Penurunan densitas tulang
c. Penurunan tinggi badan
d. Nyeri dan kekakuan pada sendi
e. Peningkatan risiko fraktur
f. Perubahan cara berjalan dan postur

I. Tipe Lansia
13

Dalam Nugroho (2000; dikutip Dewi, 2014), banyak ditemukan bermacam-macam tipe
lansia. Beberapa yang menonjol diantaranya :

1) Tipe Arif Bijaksana


Lansia ini kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman,
mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi
undangan dan menjadi panutan.
2) Tipe Mandiri
Lansia kini sedang mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan yang baru, selektif
dalam mencari pekerjaan dan teman pergaulan, serta memenuhi undangan.
3) Tipe Tidak Puas
Lansia yang selalu mengalami konflik lahir batin, menentang proses penuaan yang
menyebabkan kehilangan kecantikan, kehilangan daya tarik jasmani, kehilangan kekuasaan,
status, teman yang disayang, pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, menuntut, sulit
dilayani dan pengkritik.
4) Tipe Pasrah
Lansia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan beribadah,
ringan kaki, melakukan berbagai jenis pekerjaan.
5) Tipe Bingung
Lansia yang sering kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, merasa minder,
menyesal, pasif, acuh tak acuh.
Lansia dapat pula dikelompokkan dalam beberapa tipe yang bergantung pada karakter,
pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial dan ekonominya. Tipe ini antara
lain:
1. Tipe Optimis
Lansia santai dan periang, penyesuaian cukup baik, memandang lansia dalam bentuk bebas
dari tanggung jawab dan sebagai kesempatan untuk memenuhi kebutuhan pasifnya.
2. Tipe Konstruktif
Mempunyai integritas baik, dapat menikmati hidup, mempunyai toleransi tinggi, humoris,
fleksibel dan sadar diri. Biasanya sifat ini terlihat sejak muda.
3. Tipe Ketergantungan
Lansia ini masih diterima di tengah masyarakat, tetapi selalu pasif, tidak berambisi, masih
sadar diri, tidak mempunyai inisiatif dan tidak praktis dalam bertindak.
4. Tipe Defensif
Sebelumnya mempunyai riwayat pekerjaan/jabatan yang tidak stabil, selalu menolak
bantuan, emosi yang sering tidak terkontrol, memegang teguh kebiasaan, bersifat kompulsif
aktif, takut menghadapi “menjadi tua” dan menyenangi masa pensiunan.
5. Tipe Militan dan Senus
Lansia yang tidak mudah menyerah, serius, senang berjuang dan bisa menjadi panutan.
6. Tipe Pemarah Frustasi
Lansia yang pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, selalu menyalahkan orang lain,
menunjukkan penyesuaian yang buruk dan sering mengekspresikan kepahitan hidupnya.
7. Tipe Bermusuhan
Lansia yang selalu menganggap orang lain yang menyebabkan kegagalan, selalu mengeluh,
bersifat agresif dan curiga. Umumnya memiliki pekerjaan yang tidak stabil di saat muda,
14

menganggap menjadi tua sebagai hal yang tidak baik, takut mati, iri hati pada orang yang
masih muda, senang mengadu untung pekerjaan, dan aktif menghindari masa yang buruk.
8. Tipe putus asa, membenci dan menyalahkan diri sendiri
Bersifat kritis dan menyalahkan diri sendiri, tidak memiliki ambisi, mengalami penurunan
sosio-ekonomi, tidak dapat menyesuaikan diri, lansia tidak hanya mengalami kemarahan
tetapi juga depresi, menganggap usia lanjut sebagai masa yang tidak menarik dan berguna.

J. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Stanley dan Patricia, 2011 Pemeriksaan laboatorium rutin yang perlu diperiksa
pada pasien lansia untuk mendeteksi dini gangguan kesehatan yang sering dijumpai pada
pasien lansia yang belum diketahui adanya gangguan / penyakit tertentu (penyakit degeneratif)
yaitu :
1. Pemerikasaan hematologi rutin
2. Urin rutin
3. Glukosa
4. Profil lipid
5. Alkalin pospat
6. Fungsi hati
7. Fungsi ginjal
8. Fungsi tiroid
9. Pemeriksaan feses rutin

K. Pengkajian
Perawat mengkaji perubahan pada perkembangan fisiologis, kognitif dan perilaku sosial
pada lansia.
1) Perubahan fisiologis
 Perubahan fisik penuaan normal yang perlu dikaji :
Sistem Temuan Normal
Integumen Warna kulit Pigmentasi berbintik/bernoda
diarea yang terpajan sinar
matahari, pucat meskipun tidak
anemia
Kelembaban Kering, kondisi bersisik
Suhu Ekstremitas lebih dingin,
penurunan respirasi
Tekstur Penurunan elastisitas, kerutan,
kondisi berlipat, kendur
Distribusi lemak Penurunan jumlah lemak pada
ekstremitas, peningkatan jumlah
diabdomen
Rambut Penipisan rambut
Kuku Penurunan laju pertumbuhan
Kepala dan leher Kepala Tulang nasal, wajah menajam,
dan angular
Mata Penurunan ketajaman
penglihatan, akomodasi, adaptasi
15

dalam gelap, sensitivitas terhadap


cahaya
Telinga Penurunan membedakan nada,
berkurangnya reflek ringan,
pendengaran kurang
Mulut, faring Penurunan pengecapan, atropi
papilla ujung lateral lidah
Leher Kelenjar tiroid nodular
Thorax dan paru- Peningkatan diameter antero-
paru posterior, peningkatan rigiditas
dada, peningkatan RR dengan
penurunan ekspansi paru,
peningkatan resistensi jalan nafas
Sistem jantung Peningkatan sistolik, perubahan
dan vascular denyut jantung saat istirahat, nadi
perifer mudah dipalpasi,
ekstremitas bawah dingin
Payudara Berkurangnnya jaringan
payudara, kondisi menggantung
dan mengendur
Sistem Penurunan sekresi kelenjar saliva,
pencernaan peristaltik, enzim digestif,
konstipasi
Sistem Wanita Penurunan estrogen, ukuran
reproduksi uterus, atropi vagina
Pria Penurunan testosteron, jumlah
sperma, testis
Sistem Penurunan filtrasi renal, nokturia,
perkemihan penurunan kapasitas kandung
kemih, inkontinensia
Wanita Inkontinensia urgensi & stress,
penurunan tonus otot perineal
Pria Sering berkemih dan retensi
urine.
Sistem Penurunan masa & kekuatan otot,
muskuloskeletal demineralisasi tulang,
pemendekan fosa karena
penyempitan rongga
intravertebral, penurunan
mobilitas sendi, rentang gerak
Sistem neurologi Penurunan laju reflek, penurunan
kemampuan berespon terhadap
stimulus ganda, insomnia, periode
tidur singkat

 Pengkajian status fungsional :


16

Pengkajian status fungsional adalah suatu pengukuran kemampuan seseorang untuk


melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri. KATZ INDEKS adalah alat
yang secara luas digunakan untuk menentukan hasil tindakan dan prognosis pada lansia
dan penyakit kronis. Format ini menggambarkan tingkat fungsional klien dan mengukur
efek tindakan yang diharapkan untuk memperbaiki fungsi. Indeks ini merentang
kekuatan pelaksanaan dalam 6 fungsi: mandi, berpakaian, toileting, berpindah, kontinen
dan makan.
Tingkat Kemandirian Lansia :
A : Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar mandi, berpakaian
dan mandi
B : Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali satu dari fungsi
tambahan
C : Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi dan satu
fungsi tambahan
D : Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, berpakaian
dan satu fungsi tambahan
E : Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, berpakaian,
ke kamar kecil dan satu fungsi tambahan
F : Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, berpakaian,
ke kamar kecil
G : Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut

L. Perubahan Kognitif
Kebanyakan trauma psikologis dan emosi pada masa lansia muncul akibat kesalahan
konsep karena lansia mengalami kerusakan kognitif. Akan tetapi perubahan struktur dan
fisiologi yang terjadi pada otak selama penuaan tidak mempengaruhi kemampuan adaptif dan
fungsi secara nyata (Ebersole & Hess, 1994)
Pengkajian status kognitif :
 SPMSQ (Short Portable mental status Quetionnaire)
Digunakan untuk mendeteksi adanya dan tingkat kerusakan intelektual terdiri dari 10 hal
yang menilai orientasi, memori dalam hubungan dengan kemampuan perawatan diri,
memori jauh dan kemampuan matematis.
 MMSE (Mini Mental State Exam)
Menguji aspek kognitif dari fungsi mental, orientasi, registrasi, perhatian dan kalkulasi,
mengingat kembali dan bahasa. Nilai kemungkinan paling tinggi adalah 30, dengan nilai 21
atau kurang biasanya indikasi adanya kerusakan kognitif yang memerlukan penyelidikan
lebih lanjut.
 Inventaris Depresi Bec
Berisi 13 hal yang menggambarkan berbagai gejala dan sikap yang berhubungan dengan
depresi. Setiap hal direntang dengan menggunakan skala 4 poin untuk menandakan
intensitas gejala.

M. Perubahan Psikososial
17

Lansia harus beradaptasi pada perubahan psikososial yang terjadi pada penuaan.
Meskipun perubahan tersebut bervariasi, tetapi beberapa perubahan biasa terjadi pada
mayoritas lansia.
 Pengkajian Sosial
Hubungan lansia dengan keluarga memerankan peran sentral pada seluruh tingkat kesehatan
dan kesejahteraan lansia. Alat skrining singkat yang dapat digunakan untuk mengkaji fungsi
sosial lansia adalah APGAR Keluarga. Instrument disesuaikan untuk digunakan pada klien
yang mempunyai hubungan sosial lebih intim dengan teman-temannya atau dengan
keluarga. Nilai < 3 menandakan disfungsi keluarga sangat tinggi, nilai 4 - 6 disfungsi
keluarga sedang.
A : Adaptation
P : Partnership
G :Growth
A :Affection
R : Resolve
 Keamanan Rumah
Perawat wajib mengobservasi lingkungan rumah lansia untuk menjamin tidak adanya
bahaya yang akan menempatkan lansia pada resiko cidera. Faktor lingkungan yang harus
diperhatikan :
 Penerangan adekuat di tangga, jalan masuk dan pada malam hari
 Jalan bersih
 Pengaturan dapur dan kamar mandi tepat
 Alas kaki stabil dan anti slip
 Kain anti licin atau keset
 Pegangan kokoh pada tangga / kamar mandi

N. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul


Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul menurut Wilkinson, 2011 (Berdasarkan
NANDA 2011)
1) Defisit perawatan diri: berpakaian, makan, eliminasi
2) Gangguan sensori persepsi (tipe penglihatan, pendengaran, taktil, olfaktori)
3) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
4) Defisit pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, salah interpretasi, kurang
minat dalam belajar, kurang dapat mengingat, tidak familier dengan sumber informasi
5) Resiko cidera
6) Hambatan interaksi sosial
7) Kerusakan memori
18

DAFTAR PUSTAKA

Dewi, S. R. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Deepublish.


Patricia Gonce Morton et.al. (2011). Keperawatan Kritis: Pendekatan Asuhan Holistic, Edisi 8.
Jakarta: EGC.
Potter dan Perry. (2005). Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta:
EGC.
Psychologymania. (2012). Pengertian-lansia-lanjut-usia. Diakses pada hari Senin, 13 April,
2020. http://www.psychologymania.com/2012/07/pengertian-lansia-lanjut-usia.html
Stanley, Mickey dan Patricia Gauntlett Beare. (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik.
Jakarta: EGC.
Wilkinson, Judith. (2011). Buku Saku Diagnosa Keperawatan: Diagnosa NANDA, Intervensi
NIC, Kriteria hasil NOC, Edisi 9. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai