DEMENSIA
Oleh:
1. Definisi
dan memori yang sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi hidup sehari
ingat dan daya pikir lain yang secara nyata mengganggu aktivitas kehidupan sehari
Demensia dapat diartikan sebagai gangguan kognitif dan memori yang dapat
beberapa gangguan dan perubahan pada tingkah laku harian (behavior symptom) yang
2. Etiologi
penyebabnya sendiri belum diketahui secara pasti, namun diduga penyakit Alzheimer
disebabkan karena adanya kelainan faktor genetik atau adanya kelainan gen tertentu.
terjadi kerusakan sel dan berkurangnya respon terhadap bahan kimia yang
(disebut plak senilis dan serabut saraf yang semrawut) dan protein abnormal, yang
Stroke tunggal yang ukurannya kecil dan menyebabkan kelemahan yang ringan atau
kelemahan yang timbul secara perlahan. Stroke kecil ini secara bertahap
menyebabkan kerusakan jaringan otak, daerah otak yang mengalami kerusakan akibat
tersumbatnya aliran darah yang disebut dengan infark. Demensia yang disebabkan
oleh stroke kecil disebut demensia multi-infark. Sebagian penderitanya memiliki
tekanan darah tinggi atau kencing manis, yang keduanya menyebabkan kerusakan
golongan besar :
kelainan yaitu : terdapat pada tingkat subseluler atau secara biokimiawi pada
b. Sindroma demensia dengan etiologi yang dikenal tetapi belum dapat diobati,
3) Khorea Huntington
c. Sindoma demensia dengan etiologi penyakit yang dapat diobati, dalam golongan
ini diantaranya :
3) Gangguan nutrisi
3. Manifestasi Klinis
n. Inkontinensia urine
p. Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia, “lupa”
q. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu, bulan,
menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi, mengulang kata atau
drama televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan orang lain, rasa
takut dan gugup yang tak beralasan. Penderita demensia kadang tidak mengerti
t. Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan gelisah
4. Patofisologi Demensia
Demensia biasanya terjadi pada usia >65 tahun , gejala yang mucul yaitu
pada tahap awal, mereka sebagaimana lansia pada umumnya mengalami proses
penuanaan dan degeneratif. Kejanggalan awal dirasakan oleh penderita itu sendiri,
mereka sulit mengingat dan sering lupa jika meletakkan suatu barang. Mereka
sering kali menutup – nutupi hal tersebut dan meyakinkan bahwa itu adalah hal
yang biasa pada usia mereka. Kejanggalan berikutnya mulai dirasakan oleh orang
– orang terdekat yang tinggal bersama mereka, mereka merasa kawatir terhadap
penurunan daya ingat yang semakin menjadi, namun sekali lagi keluarga merasa
bahwa mungkin lansia kelelahan dan perlu banyak istirahat. Mereka belum
mencurigai adanya sebuah masalah besar di balik penurunan daya ingat yang
lansia. Mereka menjaga jarak dengan lingkungan dan lebih senditif. Kondisi
seperti ini dapat saja diikuti oleh munculnya penyakit lain dan biasanya akan
memperparah kondisi lansia. Pada saat ini mungkin saja lansia menjadi sangat
penderita demensia ke rumah sakit, dimana demensia bukanlah menjadi hal utama
fokus pemeriksaan. Seringkali demensia luput dari pemeriksaan dan tidak terkaji
oleh tim kesehatan. Tidak semua tenaga kesehatan memiliki kemampuan untuk
Demensia asetilkoin
MK :
ketidakseimbanga MK : MK :
n ntrisi kurang Perubahan proses Koping
pikir
dari kebutuhan Individu
tubuh persepsi Hambatan interaksi tidak
Kesulitan Perubahan sosial
transmisi dan efektif
Hambatan
integritas sensori komunikasi verbal
MK :
Perubahan
pola tidur
MK : Perubahan
persepsi sesori
6. Pemeriksaan Penunjang
b. Imaging
sebagian besar hasilnya normal. Pada Alzheimer stadium lanjut dapat memberi
e. Pemeriksaan neuropsikologis
Meliputi pemeriksaan status mental, aktivitas sehari – hari / fungsional dan
sangat berguna terutama pada kasus yang sangat ringan untuk membedakan
7. Penatlaksanaan
a. Farmakoterapi
3) Demensia karena stroke yang berturut – turut tidak dapat diobati, tetapi
dengan stroke.
paranoid.
tetap memiliki orientasi. Kalender yang besar, cahaya yang terang, jam
dinding dengan angka – angka yang besar atau radio juga bisa membantu
berjalan – jalan.
3) Menjalani kegiatan mandi, makan, tidur dan aktivitas lainnya secara rutin
memperburuk keadaan.
c. Terapi simtomatik
1) Diet
3) Terapi aktifitas
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pengkajian Fokus
b) Riwayat Keluarga
c) Riwayat Pekerjaan
e) Riwayat Rekreasi
f) Sistem Pendukung
2) Pengkajian Fisik
a) Keadaan Umum
demam, keringat malam, kesulitan tidur, sering pilek dan infeksi, penilaian
kesadaran(kualitatif,kuntitatif).
b) TTV
c) Integument
jari kaki dan kallus, pola penyembuhan lesi dan memar, elastisitas/turgor.
d) Hemopoetik
e) Kepala
Sakit kepala, trauma pada masa lalu, pusing, gatal kulit kepala,
lesi/luka.
f) Mata
g) Telinga
ADL.
olfaktorius.
j) Leher
Kekakuan, nyeri/nyeri tekan, benjolan/massa, keterbatasan
i) Payudara
j) Pernapasan
k) Kardiovaskuler
l) Gastrointestinal
biasanya.
m) Perkemihan
Disuria, frekuensi, menetes, ragu-ragu, dorongan, hematuria,
infeksi.
p) Muskuloskeletal
memori.
r) Sistem Endokrin
t) Sistem Pengecapan
u) Sistem Penciuman
v) Psikososial
biasa, stres saat ini, masalah tentang kematian dan kehilangan, dampak
penampilan ADL.
berdasarkan pada evaluasi fungsi mandiri atau tergantung dari klien dalam
INDEKS KATZ
SKORE KRITERIA
A Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar
kecil, berpakaian dan mandi.
B Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali
satu dari fungsi tersebut.
C Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali
mandi dan satu fungsi tambahan.
D Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali
mandi, berpakaian dan satu fungsi tambahan.
E Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecali
mandi, berpakaian, ke kamar kecil dan satu fungsi tambahan.
F Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali
mandi, berpakaian, berpindah dan satu fungsi tambahan.
G Ketergantungan pada enam fungsi tersebut.
Lain- Ketergantungan pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat
lain diklasifikasikan sebagai C, D, E, F dan G.
depresi lansia.
APGAR Keluarga
No. Fungsi Uraian Skore
1. Adaptasi Saya puas bahwa saya dapat kembali
pada keluarga (temann-teman) saya
untuk membantu pada waktu sesuatu
menyusahkan saya
2. Hubungan Saya puas dengan cara keluarga (teman-
teman) saya membicarakan sesuatu
dengan saya dan mengungkapakan
masalah dengan saya
3. Pertumbuhan Saya puas bahwa keluarga (teman-
teman) saya menerima dan mendukung
saya untuk melakukan aktifitas atau arah
baru
4. Afeksi Saya puas dengan keluarga (teman-
teman) saya mengekspresikan afek dan
berespon terhadap emosi-emosi saya,
seperti marah, sedih atau mencintai
5. Pemecahan Saya puas dengan cara teman-teman
saya dan saya menyediakan waktu
bersama-sama
8. Diagnosa Keperawatan
dengan akurat.
aktivitas sehari-hari.
9. Intevensi Keperawatan
No Tujuan dan kriteria
Intervensi Rasional
Dx hasil
1 Setelah diberikan tindakana. Jalin hubungan salinga) Untuk membangan kepercayaan
keperawatan diharapkan mendukung dengan klien. dan rasa nyaman.
klien dapat beradaptasib. Orientasikan pada
dengan perubahan lingkungan dan rutinitas
b) Menurunkan kecemasan dan
aktivitas sehari- hari dan baru. perasaan terganggu.
lingkungan dengan KH : c. Kaji tingkat stressor
No Tujuan dan kriteria
Intervensi Rasional
Dx hasil
a. mengidentifikasi (penyesuaian diri,c) Untuk menentukan persepsi klien
perubahan perkembangan, peran tentang kejadian dan tingkat
b. mampu beradaptasi pada keluarga, akibat perubahan serangan.
perubahan lingkungan dan status kesehatan)
aktivitas kehidupand. Tentukan jadwal aktivitas
sehari-hari yang wajar dan masukkan
c. cemas dan takut dalam kegiatan rutin. c) Konsistensi mengurangi
berkurang kebingungan dan meningkatkan
d. membuat pernyataan yange. Berikan penjelasan dan rasa kebersamaan.
positif tentang lingkungan informasi yang
yang baru. menyenangkan mengenaie) Menurunkan ketegangan,
kegiatan/ peristiwa. mempertahankan rasa saling
percaya, dan orientasi.
2 Setelah diberikan tindakana. Kembangkan lingkungana. Mengurangi kecemasan dan
keperawatan diharapkan yang mendukung dan emosional.
klien mampu mengenali hubungan klien-perawat
perubahan dalam berpikir yang terapeutik.
dengan KH: b. Pertahankan lingkungan
a. Mampu memperlihatkan yang menyenangkan dan
kemampuan kognitif tenang. b. Kebisingan merupakan sensori
untuk menjalanic. Tatap wajah ketika berlebihan yang meningkatkan
konsekuensi kejadian berbicara dengan klien. gangguan neuron.
yang menegangkan
terhadap emosi dand. Panggil klien dengan
c. Menimbulkan perhatian, terutama
pikiran tentang diri. namanya. pada klien dengan gangguan
b. Mampu mengembangkan perceptual.
strategi untuk mengatasi d. Nama adalah bentuk identitas diri
anggapan diri yang dan menimbulkan pengenalan
negative. e. Gunakan suara yang agak terhadap realita dan klien.
c. Mampu mengenali rendah dan berbicara
tingkah laku dan faktor dengan perlahan pada
e. Meningkatkan pemahaman.
penyebab. klien. Ucapan tinggi dan keras
No Tujuan dan kriteria
Intervensi Rasional
Dx hasil
menimbulkan stress yg
mencetuskan konfrontasi dan
respon marah.
3 Setelah diberikan tindakana. Kembangkan lingkungana. Meningkatkan kenyamanan dan
keperawatan diharapkan yang suportif dan menurunkan kecemasan pada klien.
perubahan persepsi hubungan perawat-klien
sensori klien dapat yang terapeutik.
berkurang atau terkontrolb. Bantu klien untuk
b. Meningkatkan koping dan
dengan KH: memahami halusinasi. menurunkan halusinasi.
a. Mengalami penurunan
halusinasi. c. Kaji derajat sensori atauc. Keterlibatan otak memperlihatkan
b. Mengembangkan strategi gangguan persepsi dan masalah yang bersifat asimetris
psikososial untuk bagaiman hal tersebut menyebabkan klien kehilangan
mengurangi stress. mempengaruhi klien kemampuan pada salah satu sisi
c. Mendemonstrasikan termasuk penurunan tubuh.
respons yang sesuai penglihatan atau
stimulasi. pendengaran.
d. Ajarkan strategi untuk
c. Untuk menurunkan kebutuhan
mengurangi stress. akan halusinasi.
d. Kaji efek samping obat,d. Klien yang tidak dapat melaporkan
tanda keracunan (tanda tanda/gejala obat dapat
ekstrapiramidal, hipotensi menimbulkan kadar toksisitas pada
ortostatik, gangguan lansia. Ukuran dosis/ penggantian
penglihatan, gangguan obat diperlukan untuk mengurangi
gastrointestinal). gangguan.
e. Hindari penggunaane. Membahayakan klien,
restrain terus-menerus. meningkatkan agitasi dan timbul
Berikan kesempatan risiko fraktur pada klien lansia
keluarga tinggal bersama (berhubungan dengan penurunan
klien selama periode agitasi kalsium tulang).
akut.
7 Setelah dilakukana. Beri dukungan untuka. Motivasi terjadi saat klien
tindakan keperawatan penurunan berat badan. mengidentifikasi kebutuhan berarti.
diharapkan klien b. Memberikan umpan balik/
mendapat nutrisi yang
b. Awasi berat badan setiap penghargaan.
seimbang dengan KH: minggu.
a. Mengubah pola asuhan c. Identifikasi kebutuhan membantu
yang benar c. Kaji pengetahuan keluarga/ perencanaan pendidikan.
No Tujuan dan kriteria
Intervensi Rasional
Dx hasil
b. Mendapat diet nutrisi klien mengenai kebutuhan
yang seimbang. makanan. d. Klien tidak mampu menentukan
c. Mendapat kembali beratd. Usahakan/ beri bantuan pilihan kebutuhan nutrisi.
badan yang sesuai. dalam memilih menu. e. Ketidakmampuan menerima dan
e. Beri Privasi saat kebiasaan hambatan sosial dari kebiasaan
makan menjadi masalah. makan berkembang seiring
berkembangnya penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah .Vol 1 & 2. EGC :
Jakarta.
Jakarta.
Sumber : http://stikeskabmalang.wordpress.com/2009/10/03/demensia-pada-lansia-3/
Brunner & Suddart, (1996). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Prince, Loraine M. Wilson, (1995). Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit, edisi 4.
Jakarta: EGC