Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

Chronic Kidney Disease (CKD)

Oleh :

Sri Nur Ramliah


214119093

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI
2020
A. DEFINISI
Chronic kidney disease (CKD) merupakan kegagalan fungsi ginjal untuk
mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit
akibat destruksi struktur ginjal yang progresif dengan manifestasi
penumpukan sisa metabolit (toksik uremik) di dalam darah (Muttaqin, 2014).
Chronic kidney disease (CKD) yaitu ginjal kehilangan kemampuannya
untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh dalam keaadan
asupan makanan normal. Gagal ginjal biasanya dibagi menjadi dua kategori
yaitu kronik dak akut. Gagl ginjal kronik merupakan perkembangan gagal
ginjal yang progresif dan lambat pada setiap nefron (biasanya berlangsung
beberapa tahun dan tidak reversibel), gagal ginjal akut sering kali berkaitan
dengan penyakit kritis, berkembang cepat dalam hitungan beberapa hari
hingga minggu, dan biasanya reversibel bila pasien dapat bertahan dengan
penyakit kritisnya (Nanda, 2015).
Chronic kidney disease (CKD) adalah suatu sindrom klinis yang
disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlanggsung
progresif, hal ini bila laju filtrasi glomerator kurang dari 50 ml/menit (Suyono,
2001 dalam Margareth, 2012).
Chronic kidney disease (CKD) adalah kerusakan ginjal progresif yang
berakibat fatal dan di tandai dengan uremia (urea dan limbah nitrogen lainnya
yang beredar dalam darah serta komplikasinya jika tidak di lakukan dialisis
atau tranplantasi ginjal) (Nursalam, 2008).
Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa CKD adalah
penyakit yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang progresif di mana
terjadi kegagalan pada fungsi ginjal untuk mempertahankan metabolisme
serta keseimbangan cairan dan elektrolit yang meneybabkan terjadinya
uremia (retensi urea dan sampah nitrogen) di dalam darah.

A. ETIOLOGI
Menurut Muttaqin & Sari, 2014 Begitu banyak kondisi klinis yang bisa
menyebabkan terjadinya gagal ginjal kronis. Akan tetapi apapun sebabnya
respon yang terjadi adalah penurunan fungsi ginjal secara progresif. Kondisi
klinis yang memingkinkan dapat mengakibatkan CKD bisa di sebabkan dari
ginjal sendiri dan di luar ginjal
1. Penyakit dari ginjal
1. Penyakit pada saringan (glomerulus) : glomerulonefritis
1) Infesi kuman : pyelonefritis, ureteritis
2) Batu ginjal : nefrolitiasis
3) Kista di ginjal : polcystis kidney
4) Trauma langsung pada ginjal
5) Keganasan pada ginjal
6) Sumbatan : batu, tumor, penyempitan/striksi
2. Penyakit umum di luar ginjal
1) Penyakit sistemik : diabetes melitus, hipertensi, kolestrol tinggi
2) Dyslipidemia
3) SLE
4) Infeksi di badan : TB paru, sifilis, malaria, hepatitis
5) Obat-obatan
6) Kehilangan banyak cairan yang mendadak (luka bakar).

B. TANDA DAN GEJALA


Tanda gejala gagal ginjal kronis menurut Kowalak (2011) dan Baradero
(2009) meliputi :
1. Hipervolemia akibat retensi natrium
2. Hipokalsemia dan hiperkalemia akibat ketidakseimbangan elektrolit
3. Asidosis metabolik akibat kehilangan bikarbonat
4. Nyeri tulang serta otot
5. Neuropati perifer akibat penumpukan zat-zat toksik
6. Mulut yang kering, keadaan mudah lelah, dan mual akibat hiponatremia
7. Hipotensi akibat kehilangan natrium
8. Frekuensi jantung yang tidak reguler
9. Napas pendek dan sesak napas
10. Edema akibat penumpukan cairan
11. Mual, muntah dan anoreksia
12. Kulit berwarna kuning atau kecoklatan akibat perubahan proses metabolik
13. Kulit kering serta bersisik akibat uremic frost\
14. Kram otot dan kesemutan akibat hiperkalemia.

C. KLASIFIKASI
Menurut Mahesa (2010), adapun klasifikasi dari gagal ginjal kronik
diantaranya:
GFR
Stadium Deskripsi
(ml/menit/1,73m2)
Kerusakan ginjal dengan
GFR (Glomerulus
1
≥ 90 Filtrasion Rate)
normal/meningkat
Kerusakan ginjal dengan
2 GFR (Glomerulus
60-89
Filtrasion Rate) ringan
Kerusakan ginjal dengan
3 GFR (Glomerulus
30-59
Filtrasion Rate) sedang
Kerusakan ginjal dengan
4 GFR (Glomerulus
15-29
Filtrasion Rate) berat
End-Stage Renal
5
< 15 Disease
Rumus GFR (Glomerulus Filtration Rate) ini untuk menentukan tingkatan
kegagalan suatu gagal ginjal kronik sesuai pada tahapan table di atas.
(140-umur) x BB(kg)
CCT (creatinin Clearance Test) = x 72
Kreatinin serum

D. PATOFISIOLOGI
Gagal ginjal kronis sering berlangsung progresif melalui 4 stadium.
Penurunan cadangan ginjal memperlihatkan laju filtrasi glomerulus sebesar
35% hingga 50% laju filtrasi normal. Insufisiensi renal memiliki laju filtrasi
glomerulus sebesar 20% hingga 35% laju filtrasi normal. Gagal ginjal
mempunyai laju filtrasi glomerulus sebesar 20% hingga 25% laju filtrasi
normal, sementara penyakit ginjal stadium terminal (end-stage renal disease)
memiliki laju filtrasi glomerulus kurang dari 20% laju filtrasi kurang dari 20%
laju filtrasi normal.
Kerusakan nefron berlangsung progresif, nefron yang sudah rusak tidak
dapat berfungsi dan tidak bisa pulih kembali. Ginjal dapat mempertahankan
fungsi yang relatif normal sampai terdapat sekitar 75% nefron yang tidak
berfungsi. Nefron yang masih hidup akan mengalami hipertrofi dan
meningkatkan kecepatan filtrasi, reabsorbsi, serta sekresi. Eksresi
kompensasi terus berlanjut ketika laju filtrasi glomerulus semakin menurun.
Urine dapat mengandung protein, sel darah merah, dan sel darah putih
atau sedimen (endapan) dalam jumlah abnormal. Produk akhir eksresi yang
utama pada dasarnya masih normal dan kehilangan nefron menjadi signifikan.
Ketika terjadi penurunan laju filtrasi glomerulus, kadar kreatinin plasma
meninggi secara proposional jika tidak di lakukan penyesuaian untuk
mengaturnya. Ketika pengakutan natrium ke dalam nefron meningkat maka
lebih sedikit natrium yang di reabsorbsi sehingga terjadi kekurangan natrium
dan deplesi volume. Ginjal tidak mampu lagi memekatkan dan mengencerkan
urine. Jika penyebab gagl ginjal kronis tersebut adalah penyakit interstisial
tubulus maka kerusakan primer pada tubulus renal yaitu nefron dalam medula
renal akan mendahului gagal ginjal sebagaimana permasalahan yang di
temukan pada asidosis tubulus renal yaitu deplesi garam dan gangguan
pengenceran serta pemekatan urine.
Jika penyebab primernya adalah kerusakan varkuler atau glomerulus
maka gejala proteinuria, hematuria, dan sindrom nefrotik lebih menonjol. Pada
insufisiensi ginjal yang dini terjadi peningkatan ekskresi asam dan reabsorbsi
fosfat untuk mempertahankan pH pada nilai normal. Ketika laju filtrasi
glomerulus menurun hingga 30% sampai 40% maka terjadi asidosis metabolik
yang progresif dan sekresi kalium dalam tubulus renal meningkat. Kadar
kalium total tubuh dapat meningkat hingga dfapat menyebabkan kematian dan
memerlukan dialisis. pada glomerulossklerosis terjadi distorsi lubang filtrasi
dan erosi sel epitel glomerulus yang meningkatkan transportasi cairan melalui
dinding glomerulus. Protein berukuran besar melintasi lubang tersebut tetapi
kemudian terperangkap dalam membran basalis glomerulus dan menyumbat
kapiler glomerulus (Kowalak, Welss & Mayer, 2011).
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
a. Laju endapan darah : meninggi yang di perberat oleh adanya anemia
dan hipoalbuminemia,
b. Ureum dan kreatinin : meninggi, biasanya perbandingan antara ureum
dan kreatinin kurang lebih 20:1.
c. Hiponatremia : umumnya karena kelebihan cairan.
d. Hipokalsemia dan hiperfosfatemia : terjadi karena berkurangnya sintesis
vitamin D3 pada GGK.
e. Phosthate alkaline meninggi akibat gangguan metabolisme tulang,
terutama Isoenzim fosfatase lindi tulang.
f. Hipoalbuminemia dan hipokolestrolemia : umunya di sebabkan
gangguan metabolisme dan diet rendah protein.
g. Peninggi gula darah, akibat gangguan metabolisme karbohidrat pada
gagal ginjal.
h. Hipertrigliserida, akibat gangguan metabolisme lemak di sebabkan
peninggian hormon insulin dan menurunnya lipoprotein lipase.
i. Asidosis metabolik dengan kompensasi respirasi menunjukkan pH yang
menurun.
2. Pemeriksaan Lainnya
a. Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal (adanya batu
atau adanya suatu obstruksi).
b. Intra Vena Pielografi (IVP) untuk menilai sistem pelviokalises dan ureter.
c. USG untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal,
kepadatan parenkim ginjal, anatomi sistem pelviokalises, ureter
proksimal, kandung kemih dan prostat.
d. Renogram untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri.
e. EKG untuk melihat kemungkinan hipertropi ventrikal kiri, tanda-tanda
perikarditis, aritmia, gangguan elektrolit (Arif & Kumala, 2014)

F. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu :
1. Konservatif
a. Dilakukan pemeriksaan laboratorium darah dan urin
b. Observasi balance cairan
c. Observasi adanya odema
d. Batasi cairan yang masuk
2. Dialysis
a. Peritoneal Dialysis
biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency. Sedangkan dialysis
yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut adalah CAPD
( Continues Ambulatori Peritonial Dialysis )
b. Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena dengan
menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan melalui
daerah femoralis namun untuk mempermudah maka dilakukan :
c. AV fistule : menggabungkan vena dan arteri
d. Double lumen : langsung pada daerah jantung (vaskularisasi ke jantung)
3. Operasi
a. Pengambilan batu ginjal
b. Transplantasi ginjal
H. KOMPLIKASI
1. Hiperkalemia : akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolik,
katabolisme dan masukan diit berlebih.
2. Perikarditis : Efusi pleura dan tamponade jantung akibat produk sampah
uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem
reninangiotensin-aldosteron.
4. Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah
merah.
5. Penyakit tulang serta kalsifikasi akibat retensi fosfat, kadar kalsium
serum rendah, metabolisme vitamin D dan peningkatan kadar aluminium.
6. Asidosis metabolik, Osteodistropi ginjal & Sepsis, Neuropati perifer,
Hiperuremia.

I. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Aktivitas / istirahat
Gejala : Kelelahan ekstrem, kelemahan, malaise, gangguan tidur
(insomnia / gelisah atau somnolen)
Tanda : Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak
2. Sirkulasi
Gejala : riwayat hipertensi lama, atau berat, palpitasi, nyeri dada
(angina)
Tanda : Hipertensi, nadi kuat,edema jaringan umum dan pitting pada
kaki, telapak,tangan, disritmia jantung. Nadi lemah halus, hipotensi
ortostatik menunjukan hipovolemia, pucat, kecenderungan perdarahan.
3. Integritas ego
Gejala : Factor stress, contoh financial, hubungan dan sebagainya,
perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan.
Tanda : Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan
kepribadian
4. Eliminasi
Gejala : Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria, abdomen
kembung, diare, atau konstipasi.
Tanda : Perubahan warna urine, contoh kuning pekat, merah,
cokelat,berawan, oliguria, dapat menjadi anuria.
5. Makanan/ cairan
Gejala : Peningkatan berat badan cepat (edema), penuruna berat badan
(malnutrisi), anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa metalik tak
sedap di mulut (pernapasan amonia), penggunaan diuretik
Tanda : Distensi abdomen / asites, pembesaran hati,, perubahan turgor
kulit / kelembaban, edema (umum,tergantung), ulserasi gusi,
perdarahan gusi / lidah, penurunan oto, penurunan lemak subkutan,
penampilan tak bertenaga.
6. Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot/kejang, sindrom “
kaki gelisah”,
Tanda : Gangguan status mental, contoh penurunan lapang perhatian,
ketidakmampuan berkosentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan
tingkat kesadaran, stupor, koma, rambut tipis, kuku rapuh dan tipis.
7. Nyeri / kenyamanan
Gejala : Nyeri panggul, sakit kepala ; kram otot/nyeri kaki (memburuk
saat malam hari)
Tanda : Perilaku berhati-hati/ distraksi, gelisah.
8. Pernapasan
Gejala : napas pendek ; dispnea nocturnal paroksimal ; batuk dengan /
tanpa sputum kental dan banyak.
Tanda : Takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi / kedalaman
(pernapasan kusmaul), batuk produktif dengan sputum merah muda –
encer (edema paru).
9. Keamanan
Gejala : Kulit gatal, ada/ berulangnya infeksi
Tanda : Pruritus, demam,(sepsis, dehidrasi), normotermia dapat secara
actual terjdai peningkatan pada pasie yang mengalami suhu tubuh lebih
rendah dari normal., petechie,
10. Seksualitas
Gejala : Penurunan libido ; amenorea ; infertilitas
11. Interaksi sosial
Gejala : kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekerja,
mempertahankn fungsi peran biasanya dalam keluarga.
12. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : riwayat DM keluarga (resiko tinggi untuk gagal ginjal), penyakit
polikistik, nefritis herediter,kalkulus urinaria, malignasi, riwayat terpajan
oleh toksin, contoh, obat, racun lingkungan

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien CKD adalah:
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urin,
diet berlebih dan retensi cairan serta natrium.
2. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia,
mual, muntah, pembatasan diet, dan perubahan membrane mukosa mulut.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia,retensi produk
sampah danprosedur dialysis.
4. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan
peran, perubahan pada citra diri dan disfungsi seksual.
5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, dan program penanganan

C. Perencanaan
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, dibuat rencana tindakan untuk
mengurangi, menghilangkan dan mencegah masalah klien
Intervensi
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urin,
diet berlebih dan retensi cairan serta natrium.
Tujuan :
Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan
Intervensi :
a. Kaji status cairan ; timbang berat badan,keseimbangan masukan dan
haluaran, turgor kulit dan adanya edema, distensi vena leher,tekanan
darah, denyut dan irama nadi.
R: pengkajian merupakan data dasar berkelanjutan untuk memantau
perubahan dan mengevaluasi intervensi.
b. Batasi masukan cairan
R: pembatasan cairan akan menentuka berat tubuh ideal, haluaran
urin,dan respon terhadap terapi.
c. Identifikasi sumber potensial cairan ; medikasi dan cairan yang
digunakan untuk pengobatan oral dan intravena, makanan.
R: sumber kelebihan cairan yang tidak diketahui dapat diidentifikasi.
d. Jelaskan pada pasien dan keluarga rasional pembatasan
R:pemahaman meningkatkan kerjasama pasien dan keluarga dalam
pembatasan cairan.
e. Beritahu pasien dalam menghadapi ketidaknyamanan akibat
pembatasan cairan
R: kenyamanan pasien meningkatkan kepatuhan terhadap pembatasan
diet.
f. Tingkatkan dan dorong hygiene oral dengan sering
R: hygiene oral mengurangi kekeringan membrane mukosa mulut.
2. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
anoreksia, mual, muntah, pembatasan diet, dan perubahan membrane
mukosa mulut.
Tujuan :
Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat
Intervensi :
a. Kaji status nutrisi ; perubahan berat badan, nilai laboratorium
BUN,Kreatinin.
R: Menyediakan data dasar untuk memantau perubahan dan
mengevaluasi intervensi
b. Kaji pola diet nutrisi pasien ; riwayat diet, makanan kesukaan, hitung
kalori.
R: pola diet dahulu dan sekarang dapat dipertimbangkan dalam
menyusun menu.
c. Kaji faktor yang berperan dalam merubah masukan nutrisi ; anoreksia,
mual atau muntah, diet yang tidak menyenangkan bagi pasien,
depresi,kurang memahami pembatasn diet,stomatitis.
R: menyediakan informasi mengenai faktro lain yang dapat dirubah atau
dihilangkan untuk meningkatkan masukan oral.
d. Menyediakan makanan kesukaan pasien dalam batas-batas diet.
R: Mendorong peningkatan masukan diet
e. Tingkatkan masukan protein yang mengandung nilai biologis tinggi telur,
produk susu, daging.
R: protein lengkapdiberikan untuk mencapai keseimbangan nitrogen
yang diperlukan untuk pertumbuhan dan penyembuhan.
f. Anjurkan camilan tinggi kalori, rendah protein, rendah natrium diantara
waktu makan.
R: Mengurangimakanan dan protein yang dibatasi dan menyediakan
kalori untuk energy, membagi protein untuk pertumbuhan dan
penyembuhan jaringan.
g. Jelaskan rasional pembatasan diet dan hubungannya dengan penyakit
ginjal dan peningkatan urea dan kadar kreatinin.
R:Meningkatkan pemahaman pasien tentang hubungan antara diet,
urea,kadar kreatinin dengan penyakit renal.
h. Ubah jadwal medikasi sehingga medikasi ini tidak segera diberikan
sebelum makan
R: Ingesti medikasi sebelum makan menyebabkan anoreksia dan rasa
kenyang.
i. Sediakan daftar makanan yang dianjurkan secara tertulis dan anjuran
untuk memperbaiki rasa tanpa menggunakan natrium atau kalium.
R: Daftar yang dibuat menyediakan pendekatan positif terhadap
pembatasan diet dan merupakan referensi untuk pasien dan keluarga
yang dapat digunakan dirumah.
j. Ciptakan lingkungan yang menyenangkan selama waktu makan
R: Faktor yang tidak menyenangkan yang berperan dalam menimbulkan
anoreksia dihilangkan.
k. Timbang berat badan harian
R: Untuk memantau status cairan dan nutrisi.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia,retensi
produk sampah danprosedur dialysis
Tujuan:
Berpartisipasi dalam dalam aktivitas yang dapat ditoleransi.
Intervensi:
a. Kaji factor yang menimbulkan keletihan ; anemia,ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit,retensi produk sampah,depresi.
R: Menyediakan informasi tentang indikasi tingkat keletihan.
b. Tingkatkan kemndirian dalam aktivitas perawatan diri yang dapat
ditoleransi ; bantu jika keletihan terjadi.
R: Meningkatkan aktivitas ringan / sedang dan memperbaiki harga diri.
c. Anjurkan aktivitas alternative sambil istirahat.
R: Mendorong latihan dan aktivitas dalam batas-batas yang dapat
ditoleransi dan istirahat yang adekuat.
d. Anjurkan untuk istirahat setelah dialysis
R: Istirahat yang adekuat dianjurkan setelah dialysis, yang bagi banyak
paisen sangat melelahkan.
4. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan
peran, perubahan pada citra diri dan disfungsi seksual.

Tujuan:
Memperbaiki konsep diri
Intervensi:
a. Kaji respons dan reaksi pasien dan keluarga terhadap penyakit dan
penanganan.
R: Menyediakan data tentang masalah pada pasien dan keluarga dalam
menghadapi perubahan perubahan dalam hidup.
b. Kaji hubungan antara pasien dengan anggota keluarga terdekat.
R: Penguatan dan dukungan terhadap pasien diidentifikasi
c. Kaji pola koping pasien dan anggota keluarga
R: Pola koping yang telah efektif dimasa lalu mungkin potensial
destrukstif ketika memandang pembatasan yan ditetapkan akibat
penyakit dan penanganan.
d. Ciptakan diskusi terbuka tentang perubahan yang terjadi akibat penyakit
dan penanganan ; perubahan peran, perubahan gaya hidup, perubahan
dalam pekerjaan, perubahan sekual, ketergantungan pada tim tenaga
kesehatan
R: Pasien dapat mengidentifikasi masalah dan langkah- langkah yang
diperlukan untuk menghadapinya.
e. Gali cara alternative untuk ekspresi seksual lain selain hubungan
seksual.
R: Bentuk alternative ekspresi seksual dapat diterima.
f. Diskusikan peran member dan menerima cinta, kehangatan, dan
kemesraan.
R: Seksualitas mempunyai arti yang berbeda bagi tiap individu,
tergantung pada tahap maturitansnya.
5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, dan program penanganan
berhungan dengan kurang informasi.
Tujuan:
Meningkatkan pengetahuan mengenai kondisi dan penanganan yang
bersangkutan.
Intervensi:
a. Kaji pemahaman mengenai penyebab gagal ginjal, konsekuensinya, dan
penanganannya ; penyebab gagal ginjal pasien, pengertian gagal ginjal,
pemahaman mengenai fungsi renal, hubungan antara cairan,
pembatasan diet dengan gagal ginjal, rasional penanganan
(hemodialisis, dialysis peritoneal, transplantasi)
R: Merupakan instruksi dasar untuk penjelasan dan penyuluhan lebih
lanjut.
b. Jelaskan fungsi renal dan konsekuensi gagal ginjal sesuai dengan
tingkat pemahaman dan kesiapan pasien untuk belajar
R: Pasien dapat belajar tentang gagal ginjal dan penaganan setelah
mereka siap untuk memahami dan menerima diagnosis dan
konsekuensinya.
c. Bantu pasien untuk mengidentifikasi cara-cara untuk memahami
berbagai perubahan akibat penyakit dan penanganan yang
mempengaruhi hidupnya.
R: Pasien dapa melihat bahwa kehidupannya tidak harus berubah akibat
penyakit.
d. Sediakan informasi baik tertulis maupun secara oral dengan tepat
tentang ; fungsi dan kegagalan renal, pembatasan cairan dan diet,
medikasi, melaporkan masalah, tanda dan gejala, jadwal tindak lanjut,
sumber di komunitas, pilihan terapi.
R: Pasien memiliki informasi yang dapat digunakan untuk klarifikasi
selanjutnya di rumah.

D. Implementasi
Implementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh
perawat terhadap pasien. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pelaksanaan rencana keperawatan diantaranya :
Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi
; ketrampilan interpersonal, teknikal dan intelektual dilakukan dengan cermat
dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologis klien
dilindungi serta dokumentasi intervensi dan respon pasien.
Pada tahap implementasi ini merupakan aplikasi secara kongkrit dari
rencana intervensi yang telah dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan dan
perawatan yang muncul pada pasien (Budianna Keliat, 1994,4).

E. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana
evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan
melibatkan pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya.
Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam
rencana keperawatan tercapai dengan baik atau tidak dan untuk melakukan
pengkajian ulang (US. Midar H, dkk, 1989).
Evaluasi pada klien dengan CKD, yaitu :
1. Berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan teratasi
2. Masukan nutrisi yang adekuat teratasi
3. Berpartisipasi dalam aktivitas yang dapat ditoleransi teratasi
4. Konsep diri teratasi
5. Pengetahuan mengenai kondisi dan penanganan yang bersangkutan
meningkat
DAFTAR PUSTAKA

Doenges E, Marilynn, dkk. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman


Untuk Perancanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3.
Jakarta : EGC
Long, B C. (1996). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan) Jilid 3. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan
Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Kllinis
Proses-proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC
Suyono, Slamet. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jilid I II.
Jakarta.: Balai Penerbit FKUI

Anda mungkin juga menyukai