Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN HEMODIALISA

1. Pengertian
Hemodialisa berasal dari hemo = darah, dan dialysis = pemisahan atau filtrasi.
Hemodialisis adalah suatu metode terapi dialysis yang digunakan untuk
mengeluarkan cairan dan produk limbah dari dalam tubuh ketika secara akut
ataupun progresif ginjal tidak mampu melaksanakan proses tersebut. Terapi ini
digunakan dengan menggunakan mesin yang dilengkapi dengan membran
penyaring semipermiabel (ginjal buatan). Hemodialisa dapat dilakukan pada saat
toksin atau racun harus segera dikeluarkan untuk mencegah kerusakan permanen
atau menyebabkan kematian (Muttaqin dan Sari, 2012).

2. Tujuan
Menurut Havens dan Terra (2005) tujuan dari pengobatan hemodialisa antara
lain :
1) Menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi ekskresi, yaitu membuang sisa-sisa
metabolisme dalam tubuh, seperti ureum, kreatinin, dan sisa metabolisme
yang lain.
2) Menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan tubuh yang
seharusnya dikeluarkan sebagai urin saat ginjal sehat.
3) Meningkatkan kualitas hidup pasien yang menderita penurunan fungsi ginjal.
4) Menggantikan fungsi ginjal sambil menunggu program pengobatan yang lain.

3. Indikasi
1. Gagal ginjal akut
2. Gagal ginjal kronik, bila laju filtrasi gromelurus kurang dari 5 ml/menit
3. Kalium serum lebih dari 6 mEq/l
4. Ureum lebih dari 200 mg/dl
5. pH darah kurang dari 7,1
6. Anuria berkepanjangan, lebih dari 5 hari
7. Intoksikasi obat dan zat kimia
8. Sindrom Hepatorenal
9. Fluid overload
4. Kontra Indikasi
Menurut Thiser dan Wilcox (1997) kontra indikasi dari hemodialisa adalah
hipotensi yang tidak responsif terhadap presor, penyakit stadium terminal, dan
sindrom otak organik. Sedangkan menurut PERNEFRI (2003) kontra indikasi dari
hemodialisa adalah tidak mungkin didapatkan akses vaskuler pada hemodialisa,
akses vaskuler sulit, instabilitas hemodinamik dan koagulasi. Kontra indikasi
hemodialisa yang lain diantaranya adalah penyakit alzheimer, demensia multi
infark, sindrom hepatorenal, sirosis hati lanjut dengan ensefalopati dan keganasan
lanjut (PERNEFRI, 2003). Tidak dilakukan pada pasien yang mengalamisuhu
yang tinggi. Cairan dialisis pada suhu tubuh akan meningkatkan kecepatan difusi,
tetapi suhu yang terlalu tinggi menyebabkan hemodialisis sel-sel darah merah
sehingga kemungkinan penderita akan meninggal.

5. Komplikasi Hemodialisa
Menurut Tisher dan Wilcox (1997) serta Havens dan Terra (2005) selama
tindakan hemodialisa sering sekali ditemukan komplikasi yang terjadi, antara lain:
1) Kram otot
Kram otot pada umumnya terjadi pada separuh waktu berjalannya hemodialisa
sampai mendekati waktu berakhirnya hemodialisa. Kram otot seringkali terjadi
pada ultrafiltrasi (penarikan cairan) yang cepat dengan volume yang tinggi.
2) Hipotensi
Terjadinya hipotensi dimungkinkan karena pemakaian dialisat asetat, rendahnya
dialisat natrium, penyakit jantung aterosklerotik, neuropati otonomik, dan
kelebihan tambahan berat cairan.
3) Aritmia
Hipoksia, hipotensi, penghentian obat antiaritmia selama dialisa, penurunan
kalsium, magnesium, kalium, dan bikarbonat serum yang cepat berpengaruh
terhadap aritmia pada pasien hemodialisa.
4) Sindrom ketidakseimbangan dialisa
Sindrom ketidakseimbangan dialisa dipercaya secara primer dapat diakibatkan
dari osmol-osmol lain dari otak dan bersihan urea yang kurang cepat
dibandingkan dari darah, yang mengakibatkan suatu gradien osmotik diantara
kompartemen-kompartemen ini. Gradien osmotik ini menyebabkan perpindahan
air ke dalam otak yang menyebabkan oedem serebri. Sindrom ini tidak lazim dan
biasanya terjadi pada pasien yang menjalani hemodialisa pertama dengan
azotemia berat.
5) Hipoksemia
Hipoksemia selama hemodialisa merupakan hal penting yang perlu dimonitor
pada pasien yang mengalami gangguan fungsi kardiopulmonar.
6) Perdarahan
Uremia menyebabkan ganguan fungsi trombosit. Fungsi trombosit dapat dinilai
dengan mengukur waktu perdarahan. Penggunaan heparin selama hemodialisa
juga merupakan faktor risiko terjadinya perdarahan.
7) Ganguan pencernaan
Gangguan pencernaan yang sering terjadi adalah mual dan muntah yang
disebabkan karena hipoglikemia. Gangguan pencernaan sering disertai dengan
sakit kepala.
8) Infeksi atau peradangan bisa terjadi pada akses vaskuler.
9) Pembekuan darah bisa disebabkan karena dosis pemberian heparin yang tidak
adekuat ataupun kecepatan putaran darah yang lambat.

6. Prosedur Hemodialisis
1. Persiapkan akses pasien dan kanula
2. Berikan heparin (jika tidak ada kontraindikasi)
3. Masukkan heparin saat darah mengalir melalui dialiser semipermiabel
dengan satu arah dan cairan dialisis mengitari membrane dan mengaliri
sisi yang berlawanan.
4. Cairan dialisis harus mengandung air yang bebas dari sodium, potasium,
kalsium, magnesium, klorida, dan dekstrosa setelah ditambahkan
5. Melalui proses difusi, elektrolit, sampah metabolic, dan komponen asam-
basa dapat dihilangkan atau ditambahkan kedalam darah
Penambahan air dihilangkan dari darah (ultrafiltrasi) Darah kemudian kembali
ke tubuh melalui akses pasien (Nursalam dan Fransisca, 2006).
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HEMODIALISIS

1. PENGKAJIAN
a. Keluhan utama
Keluhan utama pada pasien hemodialisa adalah
Sindrom uremia
Mual, muntah, perdarahan GI
Pusing, nafas kusmaul, koma
Perikarditis, cardiar aritmia
Edema, gagal jantung, edema paru
Hipertensi
Tanda-tanda dan gejala uremia yang mengenai system tubuh (mual, muntah,
anoreksia berat, peningkatan letargi, konfunsi mental), kadar serum yang
meningkat. (Brunner & Suddarth, 2001 : 1397)
b. Riwayat penyakit sekarang
Pada pasien penderita gagal ginjal kronis (stadium terminal). (Brunner &
Suddarth, 2001: 1398)
c. Riwayat obat-obatan
Pasien yang menjalani dialisis, semua jenis obat dan dosisnya harus dievaluasi
dengan cermat. Terapi antihipertensi, yang sering merupakan bagian dari
susunan terapi dialysis, merupakan salah satu contoh di mana komunikasi,
pendidikan dan evaluasi dapat memberikan hasil yang berbeda. Pasien harus
mengetahui kapan minum obat dan kapan menundanya. Sebagai contoh, obat
antihipertensi diminum pada hari yang sama dengan saat menjalani
hemodialisis, efek hipotensi dapat terjadi selama hemodialisis dan
menyebabkan tekanan darah rendah yang berbahaya. (Brunner & Suddarth,
2001: 1401).
d. Psikospiritual
Penderita hemodialisis jangka panjang sering merasa kuatir akan kondisi
penyakitnya yang tidak dapat diramalkan. Biasanya menghadapi masalah
financial, kesulitan dalam mempertahankan pekerjaan, dorongan seksual yang
menghilang serta impotensi, dipresi akibat sakit yang kronis dan ketakutan
terhadap kematian. (Brunner & Suddarth, 2001: 1402). Prosedur kecemasan
merupakan hal yang paling sering dialami pasien yang pertama kali dilakukan
hemodialisis. (Muttaqin, 2011: 267).
e. ADL (Activity Day Life)
Nutrisi : pasien dengan hemodialisis harus diet ketat dan pembatasan cairan
masuk untuk meminimalkan gejala seperti penumpukan cairan yang dapat
mengakibatkan gagal jantung kongesti serta edema paru, pembatasan pada
asupan protein akan mengurangi penumpukan limbah nitrogen dan dengan
demikian meminimalkan gejala, mual muntah. (Brunner & Suddarth, 2001 :
1400).
Eliminasi : Oliguri dan anuria untuk gagal
Aktivitas : dialisis menyebabkan perubahan gaya hidup pada keluarga. Waktu
yang diperlukan untuk terapi dialisis akan mengurangi waktu yang tersedia
untuk melakukan aktivitas sosial dan dapat menciptakan konflik, frustasi.
Karena waktu yang terbatas dalam menjalani aktivitas sehai-hari.
f. Pemeriksaan fisik
BB : Setelah melakukan hemodialisis biasanya berat badan akan menurun.
TTV : Sebelum dilakukan prosedur hemodialisis biasanya denyut nadi dan
tekanan darah diatas rentang normal. Kondisi ini harus di ukur kembali pada
saat prosedur selesai dengan membandingkan hasil pra dan sesudah prosedur.
(Muttaqin, 2011: 268). Manifestasi klinik :
a) Kulit : kulit kekuningan, pucat, kering dan bersisik, pruritus atau gatal-gatal
b) Kuku : kuku tipis dan rapuh
c) Rambut : kering dan rapuh
d) Oral : halitosis / faktor uremic, perdarahan gusi
e) Lambung : mual, muntah, anoreksia, gastritis ulceration.
f) Pulmonary : uremic lung atau pnemonia
g) Asam basa : asidosis metabolik
h) Neurologic : letih, sakit kepala, gangguan tidur, gangguan otot : pegal
i) Hematologi : perdarahan
g. Pemeriksaan Penunjang
Kadar kreatinin serum diatas 6 mg/dl pada laki-laki, 4mg/dl pada perempuan,
dan GFR 4 ml/detik. (Sylvia A. Potter, 2005 : 971).

2. Diagnosa Keperawatan
a. Pre HD
1) Pola nafas tidak efektif b.d edema paru, asidosis metabolic, Hb 7 gr/dl,
Pneumonitis dan Perikarditis d.d Penggunaan otot aksesoris untuk bernafas,
Pernafasan cuping hidung, Perubahan kedalaman nafas, dan Dipneu.
2) Kelebihan volume cairan b.d penurunan haluaran urine, diet cairan berlebih,
retensi cairan & natrium b.d Perubahan berat badan dalam waktu sangat
singkat, Gelisah, Efusi pleura, Oliguria, Asupa melebihi haluran, Edema,
Dispnea, Penurunan hemoglobin, Perubahan pola pernapasan , dan Perubahan
tekanan darah.
3) Ketidakseimbangan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual
& muntah, pembatasan diet dan perubahan membrane mukosa oral d.d nyeri
abdomen bising usus hiperaktif, kurang makanan, diare, kurang minat pada
makanan, dan berat badan 20% atau lebih dibawah berat badan ideal.
4) Ansietas b.d krisis situasional d.d gelisah, wajah tegang, bingung, tampak
waspada, ragu/tidak percaya diri dan khawatir.
5) Kerusakan integritas kulit b.d Gangguan sirkulasi, Iritasi zat kimia, Defisit
cairan d.d Kerusakan jaringan (Mis. Kornea, membrane mukosa, integument,
atau subkutan) dan Kerusakan jaringan.
b. Intra HD
1) Resiko cedera b.d akses vaskuler & komplikasi sekunder terhadap penusukan
& pemeliharaan akses vaskuler.
2) Risiko terjadi perdarahan b.d penggunaan heparin dalam proses hemodialisa.
c. Post HD
1) Intoleransi aktivitas b.d keletihan, anemia, retensi produk sampah dan
prosedur dialisis d,d menyatakan merasa lemah, menyatakan merasa letih,
dispnea setelah beraktifitas, ketidaknyamanan setelah beraktifitas, dan respon
tekanan darah abnormal terhadap aktivitas.
2) Risiko Harga diri rendah b.d ketergantungan, perubahan peran dan perubahan
citra tubuh dan fungsi seksual d.d gangguan citra tubuh, Mengungkapkan
perasaan yang mencerminkan perubahan individudalam penampilan, Respon
nonverbal terhadap persepsi perubahan pada tubuh
(mis;penampilan,steruktur,fungsi), Fokus pada perubahan, Perasaan negatif
tentang sesuatu.
3) Resiko infeksi b.d prosedur invasif berulang.

3. Intervensi Keperawatan
a. Pre HD

No Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional


Hasil
1 Pola nafas tidak Setelah diberikan
1. Observasi penyebab nafas Untuk menentukan
efektif b.d edema asuhan tidak efektif tindakan yang harus segera
paru, asidosis keperawatan dilakukan
metabolic, Hb 7 selama 1x7 jam
gr/dl, Pneumonitis diharapkan Observasi respirasi & nadi Menentukan tindakan
dan Perikarditis Pola nafas efektif
setelah dilakukan Berikan posisi semi Melapangkan dada klien
tindakan HD 4-5 fowler sehingga nafas lebih
jam, dengan longgar
Kriteria hasil:
a. Nafas 16-28 x/m Ajarkan cara nafas yang Hemat energi sehingga
b. edema paru hilan efektif nafas tidak semakin berat
c. tidak sianosis
Berikan O2 Hb rendah, edema, paru
pneumonitis, asidosis,
perikarditis menyebabkan
suplai O2 ke jaringan <
Lakukan SU pada saat
6. SU adalah penarikan secara
HD cepat pada HD,
mempercepat pengurangan
edema paru

Kolaborasi pemberian Untuk Hb, sehingga suplai


tranfusi darah O2 ke jaringan cukup

Kolaborasi pemberian Untuk mengatasi infeksi


antibiotic paru & perikard

Kolaborasi foto torak Follow up penyebab nafas


tidak efektif

Evaluasi kondisi klien Mengukur keberhasilan


pada HD berikutnya tindakan

Evaluasi kondisi klien Untuk follow up kondisi


pada HD berikutnya klien

2 Kelebihan volume Setelah diberikan


1. Observasi status cairan, Pengkajian merupakan
cairan b.d penurunan asuhan timbang bb pre dan post dasar untuk memperoleh
haluaran urine, diet keperawatan HD, keseimbangan data, pemantauan 7
cairan berlebih, selama 1x7 jam masukan dan haluaran, evaluasi dari intervens
retensi cairan & diharapkan turgor kulit dan edema,
natrium Keseimbangan distensi vena leher dan
volume cairan monitor vital sign
tercapai setelah
dilakukan HD 4-5 Batasi masukan cairan Pembatasan cairan akan
jam dengan Kriteria pada saat priming & wash menetukan dry weight,
Hasil: out HD haluaran urine & respon
a. BB post HD sesuai terhadap terapi.
dry weight Lakukan HD dengan UF UF & TMP yang sesuai
b. Edema hilang & TMP sesuai dg akan kelebihan volume
c. Retensi 16-28 x/m kenaikan bb interdialisis cairan sesuai dg target BB
d. Kadar natrium edeal/dry weight
darah 132-145
mEq/l Identifikasi sumber Sumber kelebihan cairan
masukan cairan masa dapat diketahui
interdialisis

Jelaskan pada keluarga & Pemahaman kerjasama


klien rasional pembatasan klien & keluarga dalam
cairan pembatasan cairan

Motivasi klien untuk Kebersihan mulut


kebersihan mulut mengurangi kekeringan
mulut, sehingga
keinginan klien untuk
minum

3 Ketidakseimbangan Setelah diberikan


1. Observasi status nutrisi: Sebagai dasar untuk
nutrisi, kurang dari asuhan a. Perubahan BB memantau perubahan &
kebutuhan tubuh b.d keperawatan b. Pengukuran antropometri intervensi yang sesuai
anoreksia, mual & selama 1x7 jam
c. Nilai lab. (elektrolit,
muntah, pembatasan diharapkan BUN, kreatinin, kadar
diet dan perubahan Keseimbangan albumin, protein
membrane mukosa nutrisi tercapai
oral setelah dilakukan Observasi pola diet Pola diet dahulu &
HD yang sdekuat sekarang berguna untuk
(10-12 jam/mg) menentukan menu
selama 3 bulan, diet
protein terpenuhi, Observasi faktor yang Memberikan informasi,
dengan berperan dalam merubah faktor mana yang bisa
Kriteria Hasil: masukan nutrisi dimodifikasi.
a. Tidak terjadi
penambahan atau Kolaborasi menentukan
BB yang cepat tindakan HD 4-5 jam 2-3 Tindakan HD yang
b. Turgor kulit minggu adekuat, kejadian mual-
normal tanpa muntah & anoreksia,
udema sehingga nafsu makan
c. Kadar albumin Kolaborasi pemberian
plasma 3,5-5,0 infus albunin 1 jam Pemberian albumin lewat
gr/dl terakhir HD infus iv akan albumin
d. Konsumsi diet nilai serum
protein tinggi Tingkatkan masukan
protein dengan nilai
biologi tinggi: telur,
daging, produk susu Protein lengkap akan
keseimbangan nitrogen
7. Anjurkan camilan rendah
protein, rendah natrium,
tinggi kalori diantara
waktu makan
7. Kalori akan energi,
Jelaskan rasional memberikan kesempatan
pembatasan diet, protein untuk pertumbuhan
hubungan dengan
penyakit ginjal dan urea
8. pemahaman klien
dan kreatinin sehingga mudah menerima
masukan
Anjurkan timbang BB tiap
hari
9. Untuk menentukan status
cairan & nutrisi
Observasi adanya
masukan protein 10. Penurunan protein dapat
yang
tidak adekuat, edema, albumin, pembentukan
penyembuhan yang lama, udema & perlambatan
albumin serum turun penyembuhan

4 Ansietas b.d krisis Setelah dilakukan


1. Evaluasi respon verbal
1. Ketakutan dapat terjadi
situasional asuhan dan non verbal pasien. karena nyeri hebat,
keperawatan meningkatkan perasaan
selama 1x7 jam sakit, dan kemungkinan
diharapkan pembedahan.
kesadaran pasien
terhadap perasaan Berikan penjelasan
2. Meningkatkan pemahaman,
dan cara yang sehat hubungan antara proses mengurangi rasa takut
untuk menghadapi penyakit dan gejalanya. karena ketidaktahuan, dan
masalah dapat membantu
Kriteria hasil : menurunkan ansietas.
a. Melaporkan
ansietas menurun Berikan kesempatan
3. Mengungkapkan rasa takut
sampai tingkat pasien untuk secara terbuka dimana rasa
dapat ditangani. mengungkapkan isi takut dapat ditujukan.
b. Tampak rileks. pikiran dan perasaan
takutnya.

Catat perilaku dari orang Orang terdekat/keluarga


terdekat/keluarga yang mungkin secara tidak sadar
meningkatkan peran sakit memungkinkan pasien
pasien. untuk mempertahankan
ketergantungan dengan
melakukan sesuatu yang
pasien sendiri mampu
melakukannya.
Identifikasi sumber yang
mampu menolong. 5. Memberikan keyakinan
bahwa pasien tidak sendiri
dalam menghadapi masalah

5. Kerusakan integritas Setelahdilakukanas1. Observasi kulit dengan 1. Mengetahui efek yang


kulit berhubungan kepselama 3x 7 sering terhadap efek terjadi pada kulit.
dengan kerusakan jam diharapkaninte samping kanker
jaringan akibat radiasi gritaskulitpasienterj2.
agadengan criteria Mandikan dengan Mengurangi iritasi pada
hasil : menggunakan air hangat kulit.
- dan sabun ringan
Kulitpasiennampak
bersih. Hindari menggosok atau Mencegah terjadinya
- menggaruk area. perlukaan pada kulit.
Menunjukkan 4.
perubahan yang
4. Anjurkan pasien untuk Mencegah iritasi pada kulit
minimal pada kulit menghindari krim kulit pasien.
dan menghindari apapun, bedak, salep
trauma pada area apapun kecuali diijinkan
kulit yang sakit. dokter.

5. Hindarkan pakaian yang


Mencegah terjadinya
ketat pada aea tersebut.
perlukaan.

Oleskan vitamin A dan D


Memberikan asupan nutrisi
pada area tersebut.
pada kulit dan mencegah
agar kulit tidaak kering.
7. Tinjau ulang efek
samping dermatologis 7. Mengetahui perubahan
yang dicurigai pada yang terjadi pada kulit pada
kemoterapi. saat pengobatan
kemoterapi.

b. Intra HD

No Diagnosa Tujuan & Intervensi Rasional


Kriteria hasil
1 Resiko cedera b.d Setelah dilakukan
1. Observasi kepatenan AV
1. AV yg sudah tidak baik
akses vaskuler & asuhan shunt sebelum HD bila dipaksakan bisa terjadi
komplikasi sekunder keperawatan rupture vaskuler
terhadap penusukan selama 1x24 jam
& pemeliharaan diharapkan pasien
akses vaskuler. tidak mengalami Monitor kepatenan
2. Posisi kateter yg berubah
cedera dengan kateter sedikitnya setiap 2 dapat terjadi rupture
Kriteria hasil: jam vaskuler/emboli
a. Kulit pada sekitar
AV shunt
utuh/tidak rusak 3. Observasi warna kulit, Kerusakan jaringan dapat
b. Pasien tidak keutuhan kulit, sensasi didahului tanda kelemahan
mengalami sekitar shunt pada kulit, lecet bengkak,
komplikasi HD sensasi

Monitor TD setelah HD Posisi baring lama stlh HD


dpt menyebabkan
orthostatik hipotensi
5. Lakukan heparinisasi pada Shunt dapat mengalami
shunt/kateter pasca HD sumbatan & dapat
dihilangkan dg heparin

Cegah terjadinya infeksi Infeksi dapat


pd area shunt/penusukan mempermudah kerusakan
kateter jaringan

2 Resiko terjadi Setelah dilakukan 1. Monitor tanda-tanda


1. Penurunan trombosit
perdarahan asuhan penurunan trombosit yang merupakan tanda adanya
berhubungan dengan keperawatan disertai tanda klinis. kebocoran pembuluh darah
penggunaan heparin selama 1x4jam, yang pada tahap tertentu
dalam proses diharapkan tidak dapat menimbulkan tanda-
hemodialisa terjadi perdarahan tanda klinis seperti
dengan epistaksis, ptekie
Kriteria hasil :
1. TD 120/80 mmHg, Anjurkan pasien untuk
2. Aktifitas pasien yang tidak
N: 80-100x/menit banyak istirahat (bedrest) terkontrol dapat
reguler, pulsasi menyebabkan terjadinya
kuat perdarahan.
2. Tidak ada tanda
perdarahan lebih Berikan penjelasan kepada
3. Keterlibatan pasien dan
lanjut, trombosit klien dan keluarga untuk keluarga dapat membantu
meningkat. melaporkan jika ada tanda untuk penaganan dini
perdarahan seperti: bila terjadi perdarahan
hematemesis, melena,
epistaksis.

Antisipasi adanya
perdarahan: gunakan sikat
gigi yang lunak, pelihara
kebersihan mulut, berikan
4. Mencegah terjadinya
tekanan 5-10 menit setiap perdarahan lebih lanjut.
selesai ambil darah

5. Kolaborasi, monitor
trombosit setiap hari

5. Dengan trombosit yang


dipantau setiap hari, dapat
diketahui tingkat kebocoran
pembuluh darah dan
kemungkinan perdarahan
yang dialami pasien.

c. Post HD
No Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
1 Intoleransi Setelah dilakukan
1. Observasi faktor yang1. Menyediakan informasi
aktivitas b.d tindakan keperawatan & menimbulkan keletihan: tentang indikasi tingkat
keletihan, HD, selama 1x24 jam Anemia, keletihan
anemia, retensi diharapkan klien mampu Ketidakseimbangan cairan
produk sampah berpartisipasi dalam & elektrolit, Retensi
dan prosedur aktivitas yang dapat produk sampah depresi
dialisis ditoleransi, dengan
Kriteria Hasil: 2. Tingkatkan kemandirian
a. Berpartisipasi dalam dalam aktifitas perawatan
aktivitas perawatan diri yang dapat ditoleransi,2. Meningkatkan aktifitas
mandiri yang dipilih bantu jika keletihan terjadi ringan/sedang &
b. Berpartisipasi dalam memperbaiki harga diri
aktivitas dan latihan 3. Anjurkan aktivitas
c. Istirahat & aktivitas alternatif sambil istirahat
seimbang/bergantian

3. Mendorong latihan &


aktifitas yang dapat
4. Anjurkan untuk istirahat ditoleransi & istirahat
setelah dialisis yang adekuat

4. Istirahat yang adekuat


dianjurkan setelah
dialisis, karena adanya
perubahan keseimbangan
cairan & elektrolit yang
cepat pada proses dialisis
sangat melelahkan
2 Harga diri rendah Setelah diberikan asuhan
1. Observasi respon & reaksi
1. Menyediakan data klien
b.d keperawatan selama klien & keluarganya & keluarga dalam
ketergantungan, 1x24 jam diharapkan terhadap penyakit & menghadapi perubahan
perubahan peran Memperbaiki konsep penanganannya. hidup
dan perubahan diri, dengan
citra tubuh dan Kriteria Hasil: 2. Observasi hubungan klien
2. Penguatan & dukungan
fungsi seksual a. Pola koping klien dan dan keluarga terdekat terhadap klien
keluarga efektif diidentifikasi
b. Klien & keluarga bisa
mengungkapkan 3. Observasi pola koping
perasaan & reaksinya klien & keluarganya 3. Pola koping yang efektif
terhadap perubahan dimasa lalu bisa berubah
hidup yang diperlukan jika menghadapi penyakit
& penanganan yang
ditetapkan sekarang

4. Klien dapat
mengidentifikasi masalah
4. Ciptakan diskusi yang dan langkah-langkah
terbuka tentang perubahan yang harus dihadapi
yang terjadi akibat penyakit
& penangannya Perubahan
peran, Perubahan gaya
hidup, Perubahan dalam
pekerjaan, Perubahan
seksual dan
Ketergantungan dg center
dialisis

5. Gali cara alternatif untuk


ekspresikan seksual lain
selain hubungan seks 5. Bentuk alternatif
aktifitas seksual dapat
diterima.
6. Diskusikan peran memberi
dan menerima cinta,
kehangatan dan kemesraan

6. Seksualitas mempunyai
arti yang berbeda bagi
tiap individu, tergantung
dari maturitasnya.
3 Resiko infeksi b.d Setelah diberikan asuhan
prosedur invasif keperawatan selama
1. Pertahankan area steril
1. Mikroorganisme dapat
berulang 3x24 jam diharapkan selama penusukan kateter dicegah masuk kedalam
Pasien tidak mengalami tubuh saat insersi kateter
infeksi dengan Kriteria
Hasil: 2. Kuman tidak masuk
a. Suhu tubuh normal (36-
2. Pertahankan teknik steril kedalam area insersi
37 C) selama kontak dg akses
b. Tak ada kemerahan vaskuler: penusukan,
sekitar shunt pelepasan kateter
c. Area shunt tidak
nyeri/bengkak 3. Monitor area akses HD
3. Inflamasi/infeksi ditandai
terhadap kemerahan, dg kemerahan, nyeri,
bengkak, nyeri bengkak

4. Beri pernjelasan pada


pasien pentingnya status
4. Gizi yang baik daya
gizi tahan tubuh

5. Kolaborasi pemberian
antibiotik 5. Pasien HD mengalami
sakit kronis, imunitas

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi atau tindakan yang direncanakan.
5. Evaluasi
a. Pre HD
1) Nafas kembali normal, tidak terdapat edema paru dan sianosis
2) Volume cairan kembali dalam keadaan seimbang
3) Nutrisi pasien kembali dalam keadaan seimbang
4) Ansietas yang di alami menurun sampai tingkat dapat ditangani
5) Integritas kulit tidak mengalami kerusakan
b. Intra HD
1) Resiko cedera tidak terjadi
2) Tidak terjadi perdarahan
c. Post HD
1) Dapat beraktivitas seperti biasa
2) Harga diri rendah dapat teratasi karena pola koping klien efektif
3) Tidak terjadi infeksi
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth
Edisi 8. Jakarta: EGC
Herdman, T. Heather. 2012.NANDA Internasional Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC
Setiawati, Wiwik. 2013. Laporan Pendahuluan Hemodialisa .Di Akses Pada Tanggal 04
Desember 2016 Pada : http://kesehatan-ilmu.blogspot.com/2012/01/laporan-
pendahuluan-hemodialisa.html
Ariany, Arin. 2013. Asuhan Keperawatan Hemodialisis. Di akses pada tanggal 04 Desember
2016 pada :http://arinariany.blogspot.com/2013/04/asuhan-keperawatan-
hemodialisis.html

Anda mungkin juga menyukai