1. Pengertian
Hemodialisa berasal dari hemo = darah, dan dialysis = pemisahan atau filtrasi.
Hemodialisis adalah suatu metode terapi dialysis yang digunakan untuk
mengeluarkan cairan dan produk limbah dari dalam tubuh ketika secara akut
ataupun progresif ginjal tidak mampu melaksanakan proses tersebut. Terapi ini
digunakan dengan menggunakan mesin yang dilengkapi dengan membran
penyaring semipermiabel (ginjal buatan). Hemodialisa dapat dilakukan pada saat
toksin atau racun harus segera dikeluarkan untuk mencegah kerusakan permanen
atau menyebabkan kematian (Muttaqin dan Sari, 2012).
2. Tujuan
Menurut Havens dan Terra (2005) tujuan dari pengobatan hemodialisa antara
lain :
1) Menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi ekskresi, yaitu membuang sisa-sisa
metabolisme dalam tubuh, seperti ureum, kreatinin, dan sisa metabolisme
yang lain.
2) Menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan tubuh yang
seharusnya dikeluarkan sebagai urin saat ginjal sehat.
3) Meningkatkan kualitas hidup pasien yang menderita penurunan fungsi ginjal.
4) Menggantikan fungsi ginjal sambil menunggu program pengobatan yang lain.
3. Indikasi
1. Gagal ginjal akut
2. Gagal ginjal kronik, bila laju filtrasi gromelurus kurang dari 5 ml/menit
3. Kalium serum lebih dari 6 mEq/l
4. Ureum lebih dari 200 mg/dl
5. pH darah kurang dari 7,1
6. Anuria berkepanjangan, lebih dari 5 hari
7. Intoksikasi obat dan zat kimia
8. Sindrom Hepatorenal
9. Fluid overload
4. Kontra Indikasi
Menurut Thiser dan Wilcox (1997) kontra indikasi dari hemodialisa adalah
hipotensi yang tidak responsif terhadap presor, penyakit stadium terminal, dan
sindrom otak organik. Sedangkan menurut PERNEFRI (2003) kontra indikasi dari
hemodialisa adalah tidak mungkin didapatkan akses vaskuler pada hemodialisa,
akses vaskuler sulit, instabilitas hemodinamik dan koagulasi. Kontra indikasi
hemodialisa yang lain diantaranya adalah penyakit alzheimer, demensia multi
infark, sindrom hepatorenal, sirosis hati lanjut dengan ensefalopati dan keganasan
lanjut (PERNEFRI, 2003). Tidak dilakukan pada pasien yang mengalamisuhu
yang tinggi. Cairan dialisis pada suhu tubuh akan meningkatkan kecepatan difusi,
tetapi suhu yang terlalu tinggi menyebabkan hemodialisis sel-sel darah merah
sehingga kemungkinan penderita akan meninggal.
5. Komplikasi Hemodialisa
Menurut Tisher dan Wilcox (1997) serta Havens dan Terra (2005) selama
tindakan hemodialisa sering sekali ditemukan komplikasi yang terjadi, antara lain:
1) Kram otot
Kram otot pada umumnya terjadi pada separuh waktu berjalannya hemodialisa
sampai mendekati waktu berakhirnya hemodialisa. Kram otot seringkali terjadi
pada ultrafiltrasi (penarikan cairan) yang cepat dengan volume yang tinggi.
2) Hipotensi
Terjadinya hipotensi dimungkinkan karena pemakaian dialisat asetat, rendahnya
dialisat natrium, penyakit jantung aterosklerotik, neuropati otonomik, dan
kelebihan tambahan berat cairan.
3) Aritmia
Hipoksia, hipotensi, penghentian obat antiaritmia selama dialisa, penurunan
kalsium, magnesium, kalium, dan bikarbonat serum yang cepat berpengaruh
terhadap aritmia pada pasien hemodialisa.
4) Sindrom ketidakseimbangan dialisa
Sindrom ketidakseimbangan dialisa dipercaya secara primer dapat diakibatkan
dari osmol-osmol lain dari otak dan bersihan urea yang kurang cepat
dibandingkan dari darah, yang mengakibatkan suatu gradien osmotik diantara
kompartemen-kompartemen ini. Gradien osmotik ini menyebabkan perpindahan
air ke dalam otak yang menyebabkan oedem serebri. Sindrom ini tidak lazim dan
biasanya terjadi pada pasien yang menjalani hemodialisa pertama dengan
azotemia berat.
5) Hipoksemia
Hipoksemia selama hemodialisa merupakan hal penting yang perlu dimonitor
pada pasien yang mengalami gangguan fungsi kardiopulmonar.
6) Perdarahan
Uremia menyebabkan ganguan fungsi trombosit. Fungsi trombosit dapat dinilai
dengan mengukur waktu perdarahan. Penggunaan heparin selama hemodialisa
juga merupakan faktor risiko terjadinya perdarahan.
7) Ganguan pencernaan
Gangguan pencernaan yang sering terjadi adalah mual dan muntah yang
disebabkan karena hipoglikemia. Gangguan pencernaan sering disertai dengan
sakit kepala.
8) Infeksi atau peradangan bisa terjadi pada akses vaskuler.
9) Pembekuan darah bisa disebabkan karena dosis pemberian heparin yang tidak
adekuat ataupun kecepatan putaran darah yang lambat.
6. Prosedur Hemodialisis
1. Persiapkan akses pasien dan kanula
2. Berikan heparin (jika tidak ada kontraindikasi)
3. Masukkan heparin saat darah mengalir melalui dialiser semipermiabel
dengan satu arah dan cairan dialisis mengitari membrane dan mengaliri
sisi yang berlawanan.
4. Cairan dialisis harus mengandung air yang bebas dari sodium, potasium,
kalsium, magnesium, klorida, dan dekstrosa setelah ditambahkan
5. Melalui proses difusi, elektrolit, sampah metabolic, dan komponen asam-
basa dapat dihilangkan atau ditambahkan kedalam darah
Penambahan air dihilangkan dari darah (ultrafiltrasi) Darah kemudian kembali
ke tubuh melalui akses pasien (Nursalam dan Fransisca, 2006).
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HEMODIALISIS
1. PENGKAJIAN
a. Keluhan utama
Keluhan utama pada pasien hemodialisa adalah
Sindrom uremia
Mual, muntah, perdarahan GI
Pusing, nafas kusmaul, koma
Perikarditis, cardiar aritmia
Edema, gagal jantung, edema paru
Hipertensi
Tanda-tanda dan gejala uremia yang mengenai system tubuh (mual, muntah,
anoreksia berat, peningkatan letargi, konfunsi mental), kadar serum yang
meningkat. (Brunner & Suddarth, 2001 : 1397)
b. Riwayat penyakit sekarang
Pada pasien penderita gagal ginjal kronis (stadium terminal). (Brunner &
Suddarth, 2001: 1398)
c. Riwayat obat-obatan
Pasien yang menjalani dialisis, semua jenis obat dan dosisnya harus dievaluasi
dengan cermat. Terapi antihipertensi, yang sering merupakan bagian dari
susunan terapi dialysis, merupakan salah satu contoh di mana komunikasi,
pendidikan dan evaluasi dapat memberikan hasil yang berbeda. Pasien harus
mengetahui kapan minum obat dan kapan menundanya. Sebagai contoh, obat
antihipertensi diminum pada hari yang sama dengan saat menjalani
hemodialisis, efek hipotensi dapat terjadi selama hemodialisis dan
menyebabkan tekanan darah rendah yang berbahaya. (Brunner & Suddarth,
2001: 1401).
d. Psikospiritual
Penderita hemodialisis jangka panjang sering merasa kuatir akan kondisi
penyakitnya yang tidak dapat diramalkan. Biasanya menghadapi masalah
financial, kesulitan dalam mempertahankan pekerjaan, dorongan seksual yang
menghilang serta impotensi, dipresi akibat sakit yang kronis dan ketakutan
terhadap kematian. (Brunner & Suddarth, 2001: 1402). Prosedur kecemasan
merupakan hal yang paling sering dialami pasien yang pertama kali dilakukan
hemodialisis. (Muttaqin, 2011: 267).
e. ADL (Activity Day Life)
Nutrisi : pasien dengan hemodialisis harus diet ketat dan pembatasan cairan
masuk untuk meminimalkan gejala seperti penumpukan cairan yang dapat
mengakibatkan gagal jantung kongesti serta edema paru, pembatasan pada
asupan protein akan mengurangi penumpukan limbah nitrogen dan dengan
demikian meminimalkan gejala, mual muntah. (Brunner & Suddarth, 2001 :
1400).
Eliminasi : Oliguri dan anuria untuk gagal
Aktivitas : dialisis menyebabkan perubahan gaya hidup pada keluarga. Waktu
yang diperlukan untuk terapi dialisis akan mengurangi waktu yang tersedia
untuk melakukan aktivitas sosial dan dapat menciptakan konflik, frustasi.
Karena waktu yang terbatas dalam menjalani aktivitas sehai-hari.
f. Pemeriksaan fisik
BB : Setelah melakukan hemodialisis biasanya berat badan akan menurun.
TTV : Sebelum dilakukan prosedur hemodialisis biasanya denyut nadi dan
tekanan darah diatas rentang normal. Kondisi ini harus di ukur kembali pada
saat prosedur selesai dengan membandingkan hasil pra dan sesudah prosedur.
(Muttaqin, 2011: 268). Manifestasi klinik :
a) Kulit : kulit kekuningan, pucat, kering dan bersisik, pruritus atau gatal-gatal
b) Kuku : kuku tipis dan rapuh
c) Rambut : kering dan rapuh
d) Oral : halitosis / faktor uremic, perdarahan gusi
e) Lambung : mual, muntah, anoreksia, gastritis ulceration.
f) Pulmonary : uremic “lung” atau pnemonia
g) Asam basa : asidosis metabolik
h) Neurologic : letih, sakit kepala, gangguan tidur, gangguan otot : pegal
i) Hematologi : perdarahan
g. Pemeriksaan Penunjang
Kadar kreatinin serum diatas 6 mg/dl pada laki-laki, 4mg/dl pada perempuan,
dan GFR 4 ml/detik. (Sylvia A. Potter, 2005 : 971).
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pre HD
1) Pola nafas tidak efektif b.d edema paru, asidosis metabolic, Hb ≤ 7 gr/dl,
Pneumonitis dan Perikarditis d.d Penggunaan otot aksesoris untuk bernafas,
Pernafasan cuping hidung, Perubahan kedalaman nafas, dan Dipneu.
2) Kelebihan volume cairan b.d penurunan haluaran urine, diet cairan berlebih,
retensi cairan & natrium b.d Perubahan berat badan dalam waktu sangat
singkat, Gelisah, Efusi pleura, Oliguria, Asupa melebihi haluran, Edema,
Dispnea, Penurunan hemoglobin, Perubahan pola pernapasan , dan Perubahan
tekanan darah.
3) Ketidakseimbangan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual
& muntah, pembatasan diet dan perubahan membrane mukosa oral d.d nyeri
abdomen bising usus hiperaktif, kurang makanan, diare, kurang minat pada
makanan, dan berat badan 20% atau lebih dibawah berat badan ideal.
4) Ansietas b.d krisis situasional d.d gelisah, wajah tegang, bingung, tampak
waspada, ragu/tidak percaya diri dan khawatir.
5) Kerusakan integritas kulit b.d Gangguan sirkulasi, Iritasi zat kimia, Defisit
cairan d.d Kerusakan jaringan (Mis. Kornea, membrane mukosa, integument,
atau subkutan) dan Kerusakan jaringan.
b. Intra HD
1) Resiko cedera b.d akses vaskuler & komplikasi sekunder terhadap penusukan
& pemeliharaan akses vaskuler.
2) Risiko terjadi perdarahan b.d penggunaan heparin dalam proses hemodialisa.
c. Post HD
1) Intoleransi aktivitas b.d keletihan, anemia, retensi produk sampah dan
prosedur dialisis d,d menyatakan merasa lemah, menyatakan merasa letih,
dispnea setelah beraktifitas, ketidaknyamanan setelah beraktifitas, dan respon
tekanan darah abnormal terhadap aktivitas.
2) Risiko Harga diri rendah b.d ketergantungan, perubahan peran dan perubahan
citra tubuh dan fungsi seksual d.d gangguan citra tubuh, Mengungkapkan
perasaan yang mencerminkan perubahan individudalam penampilan, Respon
nonverbal terhadap persepsi perubahan pada tubuh
(mis;penampilan,steruktur,fungsi), Fokus pada perubahan, Perasaan negatif
tentang sesuatu.
3) Resiko infeksi b.d prosedur invasif berulang.
3. Intervensi Keperawatan
A. Pre HD
Jelaskan rasional
8. pemahaman klien
pembatasan diet, sehingga mudah
hubungan dengan menerima masukan
penyakit ginjal dan urea
dan kreatinin
Memberikan asupan
Oleskan vitamin A dan D
nutrisi pada kulit dan
pada area tersebut.
mencegah agar kulit
tidaak kering.
B. Intra HD
Dengan trombosit
Kolaborasi, monitor
yang dipantau
trombosit setiap hari
setiap hari, dapat
diketahui tingkat
kebocoran
pembuluh darah dan
kemungkinan
perdarahan yang
dialami pasien
C. Post HD
No Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
1 Intoleransi Setelah dilakukan
1. Observasi faktor yang1. Menyediakan
aktivitas b.d tindakan keperawatan & menimbulkan keletihan: informasi tentang
keletihan, HD, selama 1x24 jam Anemia, indikasi tingkat
anemia, retensi diharapkan klien mampu Ketidakseimbangan cairan keletihan
produk sampah berpartisipasi dalam & elektrolit, Retensi
dan prosedur aktivitas yang dapat produk sampah depresi
dialisis ditoleransi, dengan
Kriteria Hasil: 2. Tingkatkan kemandirian Meningkatkan
a. Berpartisipasi dalam dalam aktifitas perawatan aktifitas
aktivitas perawatan diri yang dapat ditoleransi, ringan/sedang &
mandiri yang dipilih bantu jika keletihan terjadi memperbaiki harga
b. Berpartisipasi dalam diri
aktivitas dan latihan
c. Istirahat & aktivitas
seimbang/bergantian
3. Anjurkan aktivitas Mendorong latihan
alternatif sambil istirahat & aktifitas yang
dapat ditoleransi &
istirahat yang
adekuaT
5. Kolaborasi pemberian
5. Pasien HD
antibiotik mengalami sakit
kronis, ↓imunitas
B. Implementasi Keperawatan
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi atau tindakan yang
direncanakan.
C. Evaluasi
a. Pre HD
1) Nafas kembali normal, tidak terdapat edema paru dan sianosis
2) Volume cairan kembali dalam keadaan seimbang
3) Nutrisi pasien kembali dalam keadaan seimbang
4) Ansietas yang di alami menurun sampai tingkat dapat ditangani
5) Integritas kulit tidak mengalami kerusakan
b. Intra HD
1) Resiko cedera tidak terjadi
2) Tidak terjadi perdarahan
c. Post HD
1) Dapat beraktivitas seperti biasa
2) Harga diri rendah dapat teratasi karena pola koping klien efektif
3) Tidak terjadi infeksi
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8. Jakarta: EGC
Herdman, T. Heather. 2012.NANDA Internasional Diagnosis Keperawatan.
Jakarta : EGC
Setiawati, Wiwik. 2013. Laporan Pendahuluan Hemodialisa .Di Akses Pada
Tanggal 04 Desember 2016 Pada : http://kesehatan-
ilmu.blogspot.com/2012/01/laporan-pendahuluan-hemodialisa.html
Ariany, Arin. 2013. Asuhan Keperawatan Hemodialisis. Di akses pada tanggal 04
Desember 2016 pada :http://arinariany.blogspot.com/2013/04/asuhan-
keperawatan-hemodialisis.html