Anda di halaman 1dari 24

Laporan Pendahuluan

Hemodialisa
1. Definisi
Hemodialisa adalah prosedur pembersihan darah melalui suatu ginjal buatan

dan dibantu pelaksanaannya oleh semacam mesin (Lumenta, 2012).Hemodialisa

sebagai terapi yang dapat meningkatkan kualitas hidup dan memperpanjang usia.

Hemodialisa merupakan metodepengobatan yang sudah dipakai secara luas dan rutin

dalam program penanggulangan gagal ginjal akut maupun gagal ginjal kronik

(Smeltzer, 2010). Hemodialisa merupakan suatu proses yang digunakan pada pasien

dalam keadaan sakit akut dan memerlukan terapi dialisis jangka pendek (beberapa

hari hingga beberapa minggu) atau pasien dengan penyakit ginjal stadium terminal

yang membutuhkan terapi jangka panjang atau terapi permanen. Sehelai membran

sintetik yang semipermiable menggantikan glomerulus serta tubulus renal dan bekerja

sebagai filter bagi ginjal yang terganggu fungsinya itu bagi penderita gagal ginjal

kronis, hemodialisa akan mencegah kematian. Namun demikian, hemodialisa tidak

menyembuhkan atau memulihkan penyakit ginjal (Smeltzer, 2010).

2. Indikasi Hemodialisa

Indikasi HD dibedakan menjadi HD emergencyatau HD segera dan HD

kronik.Hemodialis segera adalah HD yang harus segera dilakukan.

A. Indikasi hemodialisis segera antara lain (Daurgirdas et al.,2014)

1) Kegawatan ginjal
a) Klinis: keadaan uremik berat, overhidrasi

b) Oligouria (produksi urine 6,5 mmol/l )

c) Asidosis berat ( pH 150 mg/dL)

d) Ensefalopati uremikum

e) Neuropati/miopati uremikum

f) Perikarditis uremikum

g) Disnatremia berat (Na >160 atau <115 mmol)

1). Keracunan akut (alkohol, obat-obatan) yang bisa melewati membran dialisis.

A. Indikasi Hemodialisis Kronik

Hemodialisis kronik adalah hemodialisis yang dikerjakan berkelanjutan seumur

hidup penderita dengan menggunakan mesin hemodialisis. Menurut K/DOQI dialisis

dimulai jika GFR <15 ml/mnt. Keadaan pasien yang mempunyai GFR

<15ml/menit tidak selalu sama, sehingga dialisis dianggap baru perlu dimulai jika

dijumpai salah satu dari hal tersebut di bawah ini (Daurgirdas et al.,2014):

a) GFR <15 ml/menit, tergantung gejala klinis


b) Gejala uremia meliputi; lethargy, anoreksia, nausea, mual dan muntah.
c) Adanya malnutrisi atau hilangnya massa otot.
d) Hipertensi yang sulit dikontrol dan adanya kelebihan cairan.
e) Komplikasi metabolik yang refrakter.
3. Prinsip yang Mendasari Hemodialisa
Tujuan hemodialisa adalah untuk mengambil zat-zat nitrogen yang toksik

dari dalam darah dan mengeluarkan air yang berlebihan.Ada tiga prinsip yang

mendasari kerja hemodialisa yaitu difusi, osmosis dan ultrafiltrasi. Toksin dan zat

limbah di dalam darah dikeluarkan melalui proses difusi dengan cara bergerak

dari darah, yang memiliki konsentrasi lebih tinggi ke cairan dialisat yang

konsentrasinya rendah. Air yang berlebihan dikeluarkan dari dalam tubuh

melalui proses osmosis. Pengeluaran air dapat dikendalikan dengan menciptakan

gradien tekanan: dengan kata lain, air bergerak dari daerah dengan tekanan yang

lebih tinggi (tubuh pasien) ke tekanan yang lebih rendah (cairan dialisat). Gradien

ini dapar ditingkatkan melalui penambahan tekanan negatif yang dikenal dengan

ultrafiltrasi pada mesin dialisis.Tekanan negatif diterapkan pada alat ini sebagai

kekuatan pengisap pada membran dan memfasilitasi pengeluaran air. Karena

pasien tidak dapat mengekskresikan air, kekuatan ini diperlukan untuk

mengeluarkan cairan hingga tercapai isovolemia(keseimbangan cairan )

(Smeltzer, 2015).

4. Prinsip dan cara kerja hemodialisis


Hemodialisis terdiri dari 3 kompartemen:

1) kompartemen darah,

2) kompartemen cairan pencuci (dialisat), dan

3) ginjal buatan (dialiser).

Darah dikeluarkan dari pembuluh darah vena dengan kecepatan aliran


tertentu, kemudian masuk ke dalam mesin dengan proses pemompaan. Setelah

terjadi proses dialisis, darah yang telah bersih ini masuk ke pembuluh balik,

selanjutnya beredar di dalam tubuh. Proses dialisis (pemurnian) darah terjadi

dalam dialiser (Daurgirdas et al.,2014). Prinsip kerja hemodialisis adalah

komposisi solute (bahan terlarut) suatu larutan (kompartemen darah) akan

berubah dengan cara memaparkan larutan ini dengan larutan lain (kompartemen

dialisat) melalui membran semipermeabel (dialiser). Perpindahan solutemelewati

membran disebut sebagai osmosis.Perpindahan ini terjadi melalui mekanisme

difusi dan UF. Difusi adalah perpindahan solute terjadi akibat gerakan

molekulnya secara acak, utrafiltrasi adalah perpindahan molekul terjadi secara

konveksi,artinya solute berukuran kecil yang larut dalam air ikut berpindah

secara bebas bersama molekul air melewati porus membran. Perpindahan ini

disebabkan oleh mekanisme hidrostatik, akibat perbedaan tekanan air

(transmembrane pressure) atau mekanisme osmotik akibat perbedaan konsentrasi

larutan (Daurgirdas et al.,2014). Pada mekanisme UF konveksi merupakan

proses yang memerlukan gerakan cairan disebabkan oleh gradient tekanan

transmembran (Daurgirdas et al.,2014).

5. Penatalaksanaan Jangka Panjang Pasien yang Menjalani Hemodialisa


a. Diet
Diet merupakan faktor penting bagi pasien yang menjalani hemodialisa

mengingat adanya efek uremia. Apabila ginjal tidak mampu mengekskresikan

produk akhir metabolisme, substansi yang bersifat asam ini akan menumpuk dalam

serum pasien dan bekerja sebagai racun. Gejala yang terjadi akibat penumpukan
tersebut secara kolektif dikenal dengan gejala uremik dan akan mempengaruhi

setiap sistem tubuh. Lebih banyak toksin yang menumpuk, lebih berat gejala yang

timbul.Diet rendah protein akan mengurangi penumpukan limbah nitrogen dan

dengan demikian meminimalkan gejala.

Penumpukan cairan juga dapat terjadi dan dapat mengakibatkan gagal

jantung kongestif serta edema paru.Dengan demikian pembatasan cairan juga

merupakan bagian dari resep diet untuk pasien ini.Dengan penggunaan

hemodialisa yang efektif, asupan makanan pasien dapat diperbaiki meskipun

biasanya memerlukan beberapa penyesuaian atau pembatasan pada asupan protein,

natrium, kalium dan cairan.

a. Masalah Cairan

Pembatasan asupan cairan sampai 1 liter perhari sangat penting karena

meminimalkan resiko kelebihan cairan antar sesi hemodialisa. Jumlah cairan yang

tidak seimbang dapat menyebabkan terjadinya edema paru ataupun hipertensi

pada 2-3 orang pasien hemodialisa.Ketidakseimbangan cairan juga dapat

menyebabkan terjadinya hipertropi pada ventrikel kiri.Beberapa laporan

menyatakan bahwa pembatasancairan pada pasien hemodialisa sangat dipengaruhi

oleh perubahan musim dan masa-masa tertentu dalam hidupnya. Jumlah asupan

cairan pasien baik cairan yang diminum langsung ataupun yang dikandung oleh

makanan dapat dikaji secara langsung dengan mengukur kenaikan berat badan

antar sesi hemodialisa (Interdialytic weight gain/IDWG) (Welch, 2016)

b. Pertimbangan medikasi
Banyak obat yang diekskresikan seluruhnya atau sebagian melalui

ginjal.Apabila seseorang pasien menjalani dialisis, semua jenis obat dan dosisnya

harus dievaluasi dengan cermat.Terapi antihipertensi yang sering merupakan bagian

dari susunan terapi dialisis, merupakan salah satu contoh dimana komunikasi,

pendidikan dan evaluasi dapat memberikan hasil yang berbeda.

6. Komplikasi
Komplikasi terapi dialisisi sendiri dapat mencakup hal-hal berikut:

a) Hipotensi dapat terjadi selama terapi dialisis ketika cairan dikeluarkan

b) Emboli udara merupakan komplikasi yang jarang tetapi dapat

saja terjadi jika udara memasuki sistem vaskuler pasien.

c) Nyeri dada dapat terjadi karena pCO2 menurun bersamaan

dengan terjadinya sirkulasi darah diluar tubuh.

d) Pruritus dapat terjadi selama terapi dialisis ketika produk akhir

metabolisme meninggalkan kulit

e) Gangguan keseimbangan dialisis terjadi karena perpindahan

cairan serebral dan muncul sebagai serangan kejang.

Komplikasi ini kemungkinan terjadi lebih besar jika terdapat

gejala uremia yang berat.

f) Kram otot yang nyeri terjadi ketika cairan dan elektrolit dengan cepat

g) meninggalkan ruang ekstrasel.

h) Mual dan muntah merupakan peristiwa yang sering terjadi


7. Pendidikan Pasien

Tujuan untuk mempersiapkan pemulangan pasien dialisis dari rumah sakit

sering menjadi tantangan yang menarik. Penyakit tersebut dan terapi yang

dilakukannya akan mempengaruhi setiap aspek dalam kehidupan klien. Biasanya

pasien tidak memahami sepenuhnya dampak dialisis dan kebutuhan untuk

mempelajarinya mungkin baru disadari lama sesudah pasien dipulangkan dari

rumah sakit. Pasien hemodialisa yang akan memulai terapi memerlukan

pengajaran tentang topik-topik berikut: Rasional dan tujuan terapi dialisis,

hubungan antara obat-obat yang diresepkan dengan dialisis, efek samping obat

dan pedoman kapan diberikan, perawatan akses vaskuler; pencegahan,

pendeteksian dan penatalaksanaan komplikasi yang berkaitan dengan akses

vaskuler, dasar pemikiran untuk diet dan pembatasan cairan; konsekuensi akibat

kegagalan dalam mematuhi pembatasan ini, pedoman pencegahan dan

pendeteksian kelebihan cairan, strategi untuk pendeteksian, penatalaksanaan dan

pengurangan gejala pruritus, neuropati serta gejala-gejala lainnya, penatalaksanaan

komplikasi dialisis yang lain dan efek samping terapi, strategi untuk menangani

dan mengurangi kecemasan serta ketergantungan pasien sendiri dan anggota

keluarga mereka, pilihan lain yang tersedia buat pasien, pengaturan finansial untuk

dialisis, strategi untuk mempertahankan kemandirian dan mengatasi kecemasan

anggota keluarga.
PSIK STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN PRE
HEMODIALISA
UNIVERSITAS
JEMBER
PROSEDUR NO NO REVISI HALAMAN
TETAP DOKUMEN
TANGGAL DITETAPKAN OLEH
TERBIT
1 PENGERTIAN Perawatan pre hemodialisa dilakukan sebelum
pasien menjalani hemodialisa.
2 TUJUAN Hemodialisa dilakukan untuk mengambil zat-
zat nitrogen yang toksik dari dalam darah dan
mengeluarkan air yang berlebihan
3 INDIKASI Pasien dengan gagal ginjal baik akut maupun kronik
dengan tanda kadar kreatinin serum diatas 6 mg/dl
pada laki-laki, 4mg/dl pada perempuan, dan GFR 4
ml/detik.

4 KONTRA INDIKASI Hipotensi yang tidak responsif terhadap presor,


penyakit stadium terminal, dan sindrom otak
organik.
5 PERSIAPAN PASIEN 1. Pastikan identitas klien
2. Kaji kondisi klien (lakukan anamnesis)
3. Beritahu dan jelaskan pada klien atau
keluarganya tindakan yg dilakukan
4. Jaga privacy klien
6 PERSIAPAN ALAT 1. Dialyser/ ginjal buatan
2. AV blood line
3. AV fistula/abocath
4. Infuse set
5. Spuit : 50 cc. 5 cc, dll ; insulin
6. Heparin inj
7. Xylocain (anestesi local)
8. NaCl 0,9%
9. Kain kasa steril
10. Duk steril
11. Sarung tangan steril
12. Bak kecil steril
13. Mangkuk kecil steril
14. Klem
15. Plester
16. Desinfektan (alcohol + bethadine)
17. Gelas ukur
18. Timbangan BB
19. Formulir hemodialisa
20. Sirkulasi darah
7 CARA BEKERJA 1. Cuci tangan
2. Letakkan dialyser pada holder, dengan posisi
merah diatas
3. Hubungkan ujung putih pada ABL dengan
dialyser ujung merah
4. Hubungkan ujung putih VBL dengan dialyser
ujung biru, ujung biru VBL dihubungkan dengan
alat penampung
5. Letakkan posisi dialyser terbalik, yaitu tanda
merah berada di bawah dan biru diatas
6. Gantungkan NaCl 0,9% (2-3 kolf)
7. Pasang infus set pada kolf NaCl
8. Hubungkan ujung infus set dengan ujung merah
ABL atau tempat khusus
9. Tutup semua klem yang ada pada selang ABL
dan VBL (untuk hubungan tekanan arteri,
tekanan vena, pemberian obat-obatan)
10.Buka klem ujung dari ABL, VBL dan infus set
11.Jalankan Qb dengan kecepatan  100 ml/m
12.Udara yang ada dalam dialyser harus hilang (
sampai bebas udara) dengan cara menekan nekan
VBL
13. Air trap/ bubble tap diisi 2/3 – ¾ bagian
14. Setiap kolf NaCl sesudah atau akan mengganti
koolf baru Qb dimatikan
15. Setelah udara dalam dialyser habis, hubungkan
ujung ABL dengan ujung VBL, klem tetap
dilepas
16. Masukkan heparin dalam sirkulasi darah
sebanyak 1500-2000 U
17. Ganti kolf NaCl yang baru berisi heparin 500 U
dan klem infus dibuka
18. Jalankan sirkulasi darah + soaking
(melembabkan dialyser) selama 10-15 menit
sebelum dihubungkan dengan sirkulasi sistemik
(pasien)
8 HASIL 1. Evaluasi respon klien
2. Berikan reinforcement positif
3. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4. Mengakhiri kegiatan dengan baik
9 DOKUMENTASI 1. Catat tindakan yang telah dilakukan, tanggal dan
jam pelaksanaan
2. Catat hasil tindakan (respon subjektif dan
objektif) di dalam catatan
3. Dokumentasikan tindakan dalam bentuk SOAP
PSIK TEKNIK DAN PROSEDUR HEMODIALISA
(PemasanganPunksidanKanulasi)
UNIVERSITAS
JEMBER
PROSEDUR NO NO REVISI HALAMAN
TETAP DOKUMEN
TANGGAL DITETAPKAN OLEH
TERBIT
1 PENGERTIAN Suatu tindakan memasukkan jarum AV Fistula ke
dalam pembuluh darah untuk sarana hubungan
sirkulasi yang akan digunakan selama proses
hemodialisis.
2 TUJUAN Agar proses hemodialisis dapat berjalan lancar
sesuai denga nhasil yang diharapkan
3 INDIKASI -
4 KONTRA INDIKASI -
5 PERSIAPAN PASIEN 1. Timbang berat badan
2. Observasi tanda-tanda vital dan anamnesis
3. Raba desiran pada cimino apakah lancar
4. Tentukan daerah tusukan untuk keluarnya darah
dari tubuh ke mesin
5. Tentukan pembuluh darah vena lain untuk
masuknya darah dari mesin ke tubuh pasien
6. Beritahu pasien bahwa tindakan akan dimulai
7. Letakkan perlak di bawah tangan pasien
8. Dekatkan alat-alat yang akan digunakan
6 PERSIAPAN ALAT 1. 1 buahbakinstrumenbesar, yang terdiridari :
a. 3 buah mangkok kecil
1) 1 untuk tempat NaCL
2) 1 untuktempatBetadine
3) 1 untukAlkohol 20%
b. Arteriklem
2. 1 spuit 20 cc
3. 1 spuit 10 cc
4. 1 spuit 1 cc
5. Kassa 5 lembar (secukupnya)
6. IPS sarungtangan
7. Lidocain 0,5 cc (bilaperlu)
8. Plester
9. Masker

10. 1 buahgelasukur / math can


11. 2 buah AV Fistula
12. Duksteril
13. Perlakuntuk alas tangan
14. Plastikuntukkotoran
7 PERSIAPAN 1. Perawat mencuci tangan
PERAWAT 2. Perawat memakai masker
3. Buka bak instrumen steril
4. Mengisi masing-masing mangkok steril dengan:
Alcohol, NaCl 0,9%, dan Betadine
5. Buka spuit 20 cc dan 10 cc, taruh di bak
instrumen
6. Perawat memakai sarung tangan
7. Ambil spuit 1 cc, hisap lidocain 1% untuk
anestesi lokal (bila digunakan)
8. Ambil spuit 10 cc diisi NaCl dan Heparin 1500u
untuk mengisi AV Fistula
8 CARA BEKERJA 1. MemulaiDesinfektan
a. Jepit kassa betadine dengan arteri klem,
oleskan betadine pada daerah cimino dan
vena lain dengan cara memutar dari arah
dalam ke luar, lalu masukkan kassa bekas ke
kantong plastik
b. Jepit kassa Alcohol dengan arteri klem,
bersihkan daerah Cimino dan vena lain
dengan cara seperti no.1
c. Lakukan sampai bersih dan dikeringkan
dengan kassa steril kering, masukkan kassa
bekas ke kantong plastik dan arteri klem
diletakkan di gelas ukur
d. Pasang duk belah di bawah tangan pasien,
dan separuh duk ditutupkan di tangan
2. MemulaiPunksiCimino
a. Memberikan anestesi lokal pada cimino
(tempat yang akan dipunksi) dengan spuit
insulin 1 cc yang diisi dengan lidocain.
b. Tusuk tempat cimino dengan jarak 8 – 10 cm
dari anastomose
c. Tusuk secara intrakutan dengan diameter 0,5
cm
d. Memberikan anestesi lokal pada tusukan
vena lain
e. Bekastusukandipijatdengankassasteril
3. MemasukkanJarumAV Fistula
a. Masukkan jarum AV Fistula (Outlet) pada
tusukan yang telah dibuat pada saat
pemberian anestesi lokal
b. Setelah darah keluar aspirasi dengan spuit 10
cc dan dorong dengan NaCl 0,9% yang berisi
heparin, AV Fistula diklem, spuit dilepaskan,
dan ujung AV Fistula ditutup, tempat
tusukan difiksasi dengan plester dan pada
atas sayap fistula diberi kassa steril dan
diplester
c. Masukkan jarum AV Fistula (inlet) pada
vena lain, jarak penusukan inlet dan outlet
usahakan lebih dari 3 cm
d. Jalankan blood pump perlahan-lahan sampai
20 ml/mnt kemudian pasang sensor monitor
e. Program mesin hemodialisis sesuai
kebutuhan pasien
f. Bila aliran kuran dari 100 ml/mnt karena ada
penyulit, lakukan penusukan pada daerah
femoral
g. Alat kotor masukkan ke dalam plastik,
sedangkan alat-alat yang dapat dipakai
kembali di bawa ke ruang disposal
h. Pensukan selesai, perawat mencuci tangan
4. MemulaiPunksi Femoral
a. Obeservasi daerah femoral (lipatan), yang
aka digunakan penusukan
b. Letakkan posisi tidur pasien terlentang dan
posisi kaki yang akan ditusuk fleksi
c. Lakukan perabaan arteri untuk mencari vena
femoral dengan cara menaruh 3 jari di atas
pembuluh darah arteri, jari tengah di atas
arteri
d. Dengan jari tengah 1 cm ke arah medial
untuk penusukan jarum AV Fistula
5. MelakukanKanulasi Double Lumen
a. Observasi tanda-tanda vital
b. Jelaskan pada pasien tindakan yang akan
dilakukan
c. Berikan posisi tidur pasien yang nyaman
d. Dekatkan alat-alat ke pasien
e. Perawat mencuci tangan
f. Buka kassa penutup catheter dan lepaskan
pelan-pelan
g. Perhatikan posisi catheter double lumen
1) Apakah tertekuk?
2) Apakah posisi catheter berubah?
3) Apakah ada tanda-tanda meradang /
nanah? Jika ada laporkan pada dokter
h. Memulai desinfektan
1) Desinfektan kulit daerah kateter
dengan kassa betadine, mulai dari
pangkal tusukan kateter sampai ke
arah sekitar kateter dengan cara
memutar kassa dari dalam ke arah
luar
2) Bersihkan permukaan kulit dan
kateter dengan kassa alkohol
3) Pasang duk steril di bawah kateter
double lumen
4) Buka kedua tutup kateter, aspirasi
dengan spuit 10 cc / 20 cc yang sudah
diberi NaCl 0,9% yang terisi heparin.
i. Tentukan posisi kateter dengan tepat dan
benar
j. Pangkal kateter diberi Betadine dan
ditutup dengan kassa steril
k. Kateter difiksasi kencang
l. Kateter double lumen siap disambungkan
dengan arteri blood line dan venus line
m. Alat-alat dirapikan, pisahkan dengan alat-
alat yang terkontaminasi
n. Bersihkan alat-alat
o. Perawat cuci tangan
8 HASIL 5. Evaluasiresponklien
6. Berikan reinforcement positif
7. Lakukankontrakuntukkegiatanselanjutnya
8. Mengakhiri kegiatan dengan baik
9 DOKUMENTASI 4. Catattindakan yang telahdilakukan,
tanggaldan jam pelaksanaan
5. Catathasiltindakan
(responsubjektifdanobjektif) di
dalamcatatan
6. Dokumentasikantindakandalambentuk SOAP
PSIK STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN INTRA
HEMODIALISA
UNIVERSITAS
JEMBER
PROSEDUR NO NO REVISI HALAMAN
TETAP DOKUMEN
TANGGAL DITETAPKAN OLEH
TERBIT
1 PENGERTIAN Perawatan intra hemodialisa dilakukan saat pasien menjalani
hemodialisa.
Perawatan ini meliputi pemantauan kondisi pasien, mesin
HD, dan lain – lain selama prosedur.
2 TUJUAN Hemodialisa dilakukan untuk mengambil zat-zat
nitrogen yang toksik dari dalam darah dan
mengeluarkan air yang berlebihan
3 INDIKASI Pasien dengan gagal ginjal baik akut maupun kronik dengan
tanda kadar kreatinin serum diatas 6 mg/dl pada laki-laki,
4mg/dl pada perempuan, dan GFR 4 ml/detik.

4 KONTRA INDIKASI Hipotensi yang tidak responsif terhadap presor, penyakit


stadium terminal, dan sindrom otak organik.
5 PERSIAPAN PASIEN Sarana hubungan sirkulasi/ akses sirkulasi
 Dengan internal A-V shunt/ fistula cimino
1. Pasien sebelumnya dianjurkan cuci lengan & tangan
Teknik aseptic + antiseptic : bethadine + alcohol
2. Anestesi local (lidocain inj, procain inj)
3. Punksi vena (outlet). Dengan AV fistula no G.14 s/d
G.16/ abocath, fiksasi, tutup dengan kasa steril.
4. Berikan bolus heparin inj (dosis awal)
5. Punksi inlet (fistula), fiksasi, tutup dengan kassa
steril
 Dengan eksternal A-V shunt (Schibner)
1. Desinfektan
2. Klem kanula arteri & vena
3. Bolus heparin inj (dosis awal)
 Tanpa 1 & 2 (femora dll)
1. Desinfektan
2. Anestesi local
3. Punksi outlet/ vena (salah satu vena yang besar,
biasanya di lengan).
4. Bolus heparin inj (dosis awal)
5. Fiksasi, tutup kassa steril
6. Punksi inlet (vena/ arteri femoralis)
7. Raba arteri femoralis
8. Tekan arteri femoralis 0,5 – 1 cm ke arah
medialVena femoralis

Anestesi lokal (infiltrasi anetesi)


9. Vena femoralis dipunksi setelah anestesi lokal 3-5
menit
10. Fiksasi
11. Tutup dengan kassa steril
6 PERSIAPAN ALAT 1. Dialyser/ ginjal buatan
2. AV blood line
3. AV fistula/abocath
4. Infuse set
5. Spuit : 50 cc. 5 cc, dll ; insulin
6. Heparin inj
7. Xylocain (anestesi local)
8. NaCl 0,9%
9. Kain kasa steril
10.Duk steril
11.Sarung tangan steril
12.Bak kecil steril
13.Mangkuk kecil steril
14.Klem
15. Plester
16. Desinfektan (alcohol + bethadine)
17.Gelas ukur
18.Formulir hemodialisa
19.Sirkulasi darah
20.Tensimeter
21.Jam tangan
7 CARA BEKERJA 1. Ujung ABL line dihubungkan dengan punksi inlet
2. Ujung VBL line dihubungkan dengan punksi outlet
3. Semua klem dibuka, kecuali klem infus set 100 ml/m,
sampai sirkulasi darah terisi darah semua.4.
4. Jalankan pompa darah (blood pump) dengan Qb
5. Pompa darah (blood pump stop, sambungkan ujung dari
VBL dengan punksi outlet)
6. Fiksasi ABL & VBL (sehingga pasien tidak sulit untuk
bergerak)
7. cairan priming ditampung di gelas ukur dan jumlahnya
dicatat (cairan dikeluarkan sesuai kebutuhan).
8. Jalankan pompa darah dengan Qb = 100 ml/m, setelah
15 menit bisa dinaikkan sampai 300 ml/m (dilihat dari
keadaan pasien.
9. Hubungkan selang-selang untuk monitor : venous
pressure, arteri pressure, hidupkan air/ blood leak
detector.
10. Pompa heparin dijalankan (dosis heparin sesuai
keperluan). Heparin dilarutkan dengan NaCl
11. Ukur TD, Nadi setiap 1 jam. Bila keadaan pasien tidak
baik/ lemah lakukan mengukur TD, N, lebih sering.
12. Isi formulir HD antara lain : Nama, Umur, BB, TD, S,
N, P, Tipe GB, Cairan priming yang masuk,
makan/minum, keluhan selama HD, masalah selama
HD.
HAL YANG PERLU 1. Cairan pendorong/pembilas (NaCl) sesuai dengan
DIPERHATIKAN kebutuhan, kalau perlu di dorong dengan udara (harus
hati-hati)
2. Penekanan bekas punksi dengan 3 jari sekitar 10 menit
3. Bekas punksi femoral lebih lama, setelah perdarahan
berhenti, ditekan kembali dengan bantal pasir
4. Bekas punksi arteri penekanan harus tepat, lebih lama
5. Memakai teknik aseptik dan antiseptik
8 HASIL 1. Evaluasi respon klien
2. Berikan reinforcement positif
3. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4. Mengakhiri kegiatan dengan baik
9 DOKUMENTASI 1. Catat tindakan yang telah dilakukan, tanggal dan jam
pelaksanaan
2. Catat hasil tindakan (respon subjektif dan objektif) di
dalam catatan
3. Dokumentasikan tindakan dalam bentuk SOAP
PSIK STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN POST
HEMODIALISA
UNIVERSITAS
JEMBER
PROSEDUR NO NO REVISI HALAMAN
TETAP DOKUMEN
TANGGAL DITETAPKAN OLEH
TERBIT
1 PENGERTIAN Perawatan post hemodialisa dilakukan setelah pasien
menjalani hemodialisa.

2 TUJUAN Hemodialisa dilakukan untuk mengambil zat-zat


nitrogen yang toksik dari dalam darah dan
mengeluarkan air yang berlebihan.
3 INDIKASI Pasien dengan gagal ginjal baik akut maupun kronik dengan
tanda kadar kreatinin serum diatas 6 mg/dl pada laki-laki,
4mg/dl pada perempuan, dan GFR 4 ml/detik.

4 KONTRA INDIKASI Hipotensi yang tidak responsif terhadap presor, penyakit


stadium terminal, dan sindrom otak organik.

5 PERSIAPAN PASIEN 1. Pastikan identitas klien


2. Kaji kondisi klien (lakukan anamnesis)
3. Beritahu dan jelaskan pada klien atau keluarganya
serangkaian tindakan yg dilakukan
4. Jaga privacy klien
6 PERSIAPAN ALAT 1. Kain kasa/ gaas steril
2. Plester
3. Verband gulung
4. Alkohol/ bethadin
5. Antibiotik powder (nebacetin/ cicatrin)
6. Bantal pasir (1-1/2 keram) : pada punksi femoral
7 CARA BEKERJA 1. 1.5 menit sebelum hemodialisis berakhir
Qb diturunkan sekitar 100cc/m
UFR = 0
2. Ukur TD, nadi
3. Blood pump stop
4. Ujung ABL diklem, jarum inlet dicabut , bekas punksi
inlet ditekan dengan kassa steril yang diberi betadine.
5. Hubungkan ujung ABL dengan infus set
6. Darah dimasukkan ke dalam tubuh dengan do dorong
dengan NaCl sambil qb dijalankan 100 ml/m (masukkan
NaCl : 20-100cc)
7. Setelah darah masuk ke tubuh blood pump stop. Ujung
VBL diklem.
8. Jarum outlet dicabut, bekas punksi inlet & outlet ditekan
dengan kassa steril yang diberi bethadine
9. Bila perdarahan pada punksi sudah berhenti, bubuhi

bekas punksi inlet & outlet dengan antibiotik powder,


lalu tutup dengan kain kassa/band aid lalu pasang
verband.
10. Ukur TTV : TD. N, S, P
11. Timbang BB (kalau memungkinkan)
12. Isi formulir hemodialisis
HAL YANG PERLU 1. Cairan pendorong/pembilas (NaCl) sesuai dengan
DIPERHATIKAN kebutuhan, kalau perlu di dorong dengan udara (harus
hati-hati)
2. Tekan bekas punksi dengan 3 jari sekitar 10 menit
3. Bekas punksi femoral lebih lama, setelah perdarahan
berhenti, ditekan kembali dengan bantal pasir
4. Bekas punksi arteri penekanan harus tepat, lebih lama
5. Memakai teknik aseptik dan antiseptik
PENDIDIKAN PASIEN 1. Rasional dan tujuan terapi dialisis
2. Hubungan antara obat-obat yang diresepkan dan dialisis
3. Efek samping obat dan pedoman kapan harus
memberitahukan dokter mengenai efek samping
tersebut
4. Perawatan akses vaskuler: pencegahan, pendeteksian
dan penatalaksanaan komplikasi yang berkaitan
dengan akses vaskuler
5. Dasar pemikiran untuk diet dan pembatasan cairan:
konsekuensi akibat kegagalan dalam mematuhi
pembatasan ini
6. Pedoman pencegahan dan pendeteksian kelebihan
muatan cairan
7. Strategi untuk pendeteksian, penatalaksanaan dan
pengurangan gejala pruritus, neuropati serta gejala-
gejala lainnya.
8. Penatalaksanaan komplikasi dialisis yang lain dan efek
samping terapi (dialisis, diet yang membatasi, obat-
obatan)
9. Strategi untuk mengangani atau mengurangi kecemasan
serta ketergantungan pasien sendiri dan anggota
keluarga mereka.
10. Pilihan lain yang tersedia bagi pasien
11. Pengaturan finansial untuk dialisis: strategi untuk
mengidentifikasi dan mendapatkan sumber-sumber.
12. Strategi untuk mempertahankan kemandirian dan
mengatasi kecemasan anggota keluarga.
8 HASIL 1. Evaluasi respon klien
2. Berikan reinforcement positif
3. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4. Mengakhiri kegiatan dengan baik

9 DOKUMENTASI 1. Catat tindakan yang telah dilakukan, tanggal dan jam


pelaksanaan
2. Catat hasil tindakan (respon subjektif dan objektif) di
dalam catatan
3. Dokumentasikan tindakan dalam bentuk SOAP

Anda mungkin juga menyukai