DISUSUN OLEH:
DINY SEPTIANI
319058
4. Manifestasi Klinis
a. Retraksi sela iga dan substernal
b. Perut kecil dan cekung
c. Suara napas tidak terdengar pada paru karena terdesak isi perut
d. Bunyi jantung terdengar di daerah yang berlawanan karena terdorong oleh
isi perut
e. Terdengar bising usus di daerah dada
f. Gangguan pernapasan yang berat
g. Sianosis (warna kulit kebiruan akibat kekurangan oksigen)
h. Takipnea
i. Bentung dinding dada kiri dan kanan tidak sama (asimetris)
j. Takikardi
5. Pathway
Aksi peningkatan tekanan LES Defek kelemahan pada hiatus Kelemahan otot dan kehilangan
diafragma elastsitas hiatus diafragma
7. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan fisik
1) Pada hernia diafragmatika dada tampak menonjol, tetapi gerakan napas
tidak nyata
2) Perut kempis dan menunjukkan gambaran scaphoid
3) Pada hernia diafragmatika pulsasi apeks jantung bergeser sehingga
kadang-kadang terletak di hemitoraks kanan
4) Gerakan dada pada saat bernapas tidak simetris
5) Tidak terdengar suara pernapasan pada sisi hernia
6) Bising usus terdengar di dada
b. Pemeriksaan penunjang
1) foto thoraks akan memperlihatkan adanya bayangan usus di daerah
thorax
2) kadang-kadang diperlukan fluroskopi untuk membedakan antara
paralisis diafragmatika dengan eventerasi (usus menonkol ke depan dari
dalam abdomen)
8. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis menurut Price & Borley (2007) adalah :
a. Pemakaian Sandat ( “truss” )
Alat ini baru digunakan bagi pasien – pasien yang usianya amat lanjut atau
yang keadanya lemah. Salah satu tipe sandat terdiri atas pegas yang kuat dan
bantalan yang diletakkan pada leher hernia sehingga leher tersebut selalu
tertutup oleh tekanan setelah isi hernia dikembalikan ke tempatnya
(direposisi).
b. Pembedahan
Leher hernia ditutup dengan penjahitan dan kantongnya dieksisi. Jaringan
yang teregang diperbaiki dengan salah satu dari banyak bahan yang tersedia.
c. Nissen Fundoplication yang dapat dilakukan secara trans abdominal
maupun trans torakal dimana tindakannya adalah melakukan fundoplikasi
secara keliling 360 derajat antara distal esofagus dan fundus gaster.
prognosis keberhasilannya 96%
d. Belsey ( Mark IV ) Fundoplication : secara transtorakal sampai terlihat
esofagus intraabdominal, kemudia diperkuat dengan cara melakukan
aplikasi gaster secara keliling sebanyak 270 derajat sampai distal esofagus.
e. Herniotomi
Eksisi kantung hernianya saja untuk pasien anak.
f. Herniorafi
Membuang kantong hernia disertai tindakan bedah plastik untuk
memperkuat dinding perut bawah di belakang kanalis inguinalis.
g. Memperbaiki defek- perbaikan dengan pemasangan jaring (mesh) yang
biasa dilakukan untuk hernia inguinalis, yang dimasukan melalui bedah
terbuka atau laparoskopik.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian pasien stroke di mulai dari riwayat penyakit atau status
kesehatan sebelum sakit: adakah riwayat penyakit paru obstruktif kronis
(PPOK), riwayat keluarga ada yang menderita hernia.
Kebiasaan atau gaya hidup sebelum sakit seperti kebiasaan mengangkat
benda yang berat (heavy lifting).
Pemeriksaan fisik
a. Pada hernia diafragmatika dada tampak menonjol, tetapi gerakan napas
tidak nyata
b. Perut kempis dan menunjukkan gambaran scaphoid
c. Pada hernia diafragmatika pulsasi apeks jantung bergeser sehingga kadang-
kadang terletak di hemitoraks kanan
d. Gerakan dada pada saat bernapas tidak simetris
e. Tidak terdengar suara pernapasan pada sisi hernia
f. Bising usus terdengar di dada
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pre Operatif
1) Nyeri akut b.d cedera fisik
2) Ketidakefektifan pola napas b.d posisi tubuh yang menghambat
ekspansi paru
b. Post Operatif
1) Nyeri akut b.d cedera fisik
2) Kerusakan integritas kulit b.d insisi bedah
3) Resiko infeksi
3. Intervensi Keperawatan
Pre operatif
Diagnosa Perencanaan
No.
Keperawatan Tujuan Intervensi
1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan 1. Observasi TTV
cedera fisik tindakan keperawatan 2. Lakukan pengkajian
…x24 jam nyeri dapat secara komperhensif
terkontrol dengan (PQRST)
kriteria hasil: 3. Observasi reaksi non
1. Mampu mengontrol verbal dan
nyeri (tahu penyebab ketidaknyamanan
nyeri, mampu 4. Kurangi factor
menggunakan teknik presipitasi nyeri
non farmakologi 5. Berikan analgetik sesuai
untuk mengurangi dengan instruksi
nyeri, mencari 6. Monitor efektifitas
bantuan analgetik
2. Melaporkan bahwa
nyeri berkurang
dengan menggunakan
managemen nyeri
3. Mampu mengenali
nyeri (PQRST)
4. Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang
2. Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1. Monitor TTV
pola napas b.d tindakan keperawatan 2. Berikan terapi oksigen
posisi tubuh …x24 jam status sesuai kebutuhan
yang ventilasi pernapasan 3. Posisikan pasien untuk
menghambat baik dengan kriteria memaksimalkan
ekspansi paru hasil ventilasi (semifowler-
1. Frekuensi fowler)
pernapasan tidak ada 4. Monitor pola
devisiasi dari kisaran pernapasan abnormal
normal (16- 5. Monitor sianosis
20x/menit) perifer
2. Irama pernapasan 6. Pertahankan jalan
reguler napas yang paten
3. Tidak ada retraksi
dinding dada
4. Tidak ada
penggunaan otit
bantu napas
Post Operatif
Diagnosa Perencanaan
No.
Keperawatan Tujuan Intervensi
1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan 1. Observasi TTV
cedera fisik tindakan keperawatan 2. Lakukan pengkajian
…x24 jam nyeri dapat secara komperhensif
terkontrol dengan (PQRST)
kriteria hasil: 3. Observasi reaksi non
1. Mampu mengontrol verbal dan
nyeri (tahu penyebab ketidaknyamanan
nyeri, mampu 4. Kurangi factor
menggunakan teknik presipitasi nyeri
non farmakologi 5. Berikan analgetik sesuai
untuk mengurangi dengan instruksi
nyeri, mencari 6. Monitor efektifitas
bantuan analgetik
2. Melaporkan bahwa
nyeri berkurang
dengan menggunakan
managemen nyeri
3. Mampu mengenali
nyeri (PQRST)
4. Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang
2. Kerusakan Setelah dilakukan 1. Membersihkan,
integritas kulit tindakan keperawatan memantau, dan
b.d insisi bedah …x24 jam terdapat meningkatkan proses
poses penyembuhan luka penyembuhan pada luka
dengan kriteria hasil: yang ditutup
1. Luka kering 2. Monitor proses
2. Tidak terdapat penyembuhan area luka
drainage insisi
3. Tidak ada 3. Monitor tanda dan gejala
peningkatan suhu infeksi pada area insisi
kulit 4. Bersihkan area sekitar
4. Tidak ada bau luka jahitan dengan prinsip
busuk steril
5. Ganti balutan pada
interval waktu yang
sesuai
6. Dorong klien untuk diet
tinggi protein
3. Resiko infeksi Setelah dilakukan 1. Pertahankan teknik
tindakan keperawatan steril perawatan luka
…x24 jam tidak terdapat 2. Ajarkan pasien dan
tanda-tanda infeksi: anggota keluarga untuk
1. Klien bebas dari mengenal bagaimana
tanda dan gejala menghindari infeksi
infeksi (rubor, kalor, 3. Berikan terapi antibiotic
dolor, tumor, yang sesuai
fungsiolaesa) 4. Monitor adanya tanda
2. Tidak ada dan gejala infeksi
peningkatan suhu 5. Ajarkan klien dan
kulit keluarga tentang tanda
3. Tidak ada bau luka dan gejala infeksi
busuk
DAFTAR PUSTAKA
Grace,P & Borley, N.,R .2007. Surgery At Glance.Third Edition. Alih Bahasa: dr Vidhia
Umami. Jakarta : Penerbit Erlangga
Kluwer, Wolter., Williams, L. & Wilkins. 2012. Kapita Selekta Penyakit. Jakarta: EGC
Nurarif, A. & Kusuma, H. 2013. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA.Jakarta: Media Action Publishing
Stead, Dr P. 2009. Laparascopic Hernia Repair. Edisi 2. New York: Global Digital
Services & Endosurgery Institute
Sugeng, Jitowiyono dan Weni Kristiyanasari. 2010. Asuhan Keperawatan Post Operasi.
Yogyakarta: Nuha Medika