Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

PENYAKIT HERNIA DIAPHTSGMATIC


DI RUANG AZALEA RSHS BANDUNG

DISUSUN OLEH:
DINY SEPTIANI
319058

PENDIDIKAN PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN
PPNI JAWA BARAT
BANDUNG
2019
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi
Kata hernia berasal dari Bahasa Latin, herniae, yang berarti penonjolan isi
suatu rongga melalui jaringan ikat tipis yang lemah (defek) pada dinding rongga
itu, baik secara kongenital maupun didapat, yang memberi jalan keluar pada
setiap alat tubuh selain yang biasa melalui dinding tersebut.
Hernia diafragmatika adalah penonjolan organ perut dalam rongga dada
melalui suatu lubang pada diafragma. Akibat penonjolan vicera abdomen ke
dalam rongga thorax melalui suatu pintu pada diafragma. Terjadi bersamaan
dengan pembentukan system organ dalam rahim.

2. Klasifikasi Hiatal Hernia


a. Traumatika: hernia akuisita, akibat pukulan, tembakan, tusukan
b. Non-Traumatika
1) Kongenital
a) Hernia bochdalek atau pleuroperitoneal
Celah dibentuk pars lumbalis, pars costalis diafragma
b) Hernia morgagni atau para sternalis
Celah dibentuk perlekatan diafragma pada costa dan sternum
2) Akuisita
Hernia hiatus esophagus
3. Etiologi
Menurut Dermawan dan Rahayuningsih (2010), etiologi atau faktor yang
mengakibatkan hernia adalah :
a. Kelemahan abdomen
Lemahnya dinding abdomen bisa disebabkan karena cacat bawaan atau
keadaan yang didapat sesudah lahir dan usia dapat mempengaruhi
kelemahan dinding abdomen (semakin bertambah usia dinding abdomen
semakin melemah).
b. Peningkatan tekanan intra abdomen
Mengangkat benda berat, batuk kronis, kehamilan, kegemukan dan gerak
badan yang berlebih.
c. Bawaan sejak lahir
Pada usia kehamilan 8 bulan terjadi penurunan testis melalui kanalis
inguinal menarik peritoneus dan disebut plekus vaginalis, peritoneal hernia
karena canalis inguinal akan tetap menutup pada usia 2 bulan.
d. Kebiasaan mengangkat benda yang berat (heavy lifting)
e. Kegemukan
f. Batuk
g. Terlalu mengejan saat buang air kecil/besar
h. Ada cairan di rongga perut (ascites)
i. Peritoneal dialysis
j. Ventriculo peritoneal shun
k. Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
l. Riwayat keluarga ada yang menderita hernia
Hiatal hernia sendiri dapat terjadi karena :
a. Peningkatan tekanan intraabdomen.
Banyak faktor yang dapat meningkatkan tekanan intraabdomen. Beberapa
pasien mengalami hiatal hernia setelah mengalami injuri abdomen. Tekanan
abdomen dengan intensitas tinggi seperti pada batuk atau muntah berat,
kehamilan, obesitas, cairan intraabdomen, atau mengangkat benda berat
meningkatkan dorongan dan berisiko terjadi hiatal hernia.
b. Kelemahan kongenital.
Defek kongenital pada sfinter kardia memberikan predisposisi melemahnya
bagian ini, dengan adanya peningkatan tekanan intraabdomen, maka kondisi
hiatal hernia menjadi meningakat.
c. Peningkatan usia
Kelemahan otot dan kehilangan elastisitas pada usia lanjut meningkatkan
risiko terjadinya hiatal hernia. Dengan melemahnya elastisitas, sfingter
kardia yang terbuka tidak kembali keposisi normal. Selain itu, kelemahan
otot diafragma juga membuka jalan masukknya bagian lambung ke rongga
toraks.
d. Kelainan structural
Refluks gastroesofagus terutama disebabkan oleh faktor gaya hidup,
obesitas meningkatkan tekanan intraabdomen. Merokok, stres, dan faktor
makanan (misalnya makanan berlemak, kue kering, alkohol, cokelat)
semuanya menurunkan tekanan pada sfingter bawah esofagus dan
menimbulkan refluks (Davey, 2006).

4. Manifestasi Klinis
a. Retraksi sela iga dan substernal
b. Perut kecil dan cekung
c. Suara napas tidak terdengar pada paru karena terdesak isi perut
d. Bunyi jantung terdengar di daerah yang berlawanan karena terdorong oleh
isi perut
e. Terdengar bising usus di daerah dada
f. Gangguan pernapasan yang berat
g. Sianosis (warna kulit kebiruan akibat kekurangan oksigen)
h. Takipnea
i. Bentung dinding dada kiri dan kanan tidak sama (asimetris)
j. Takikardi
5. Pathway

Predisposisi peningkatan tekanan Predisposisi kelemahan kongenital Predisposisi peningkatan usia


intraabdomen

Aksi peningkatan tekanan LES Defek kelemahan pada hiatus Kelemahan otot dan kehilangan
diafragma elastsitas hiatus diafragma

Sfingter kardia menjadi terbuka


luas sehingga memberi kesempatan
bagian lambung masuk kedalam
rongga toraks
Intervensi bedah
Mediastinum bergeser
kearah kontralateral Hiatal hernia fundoflikasi

Penekanan paru Barier antirefluks tidak terjadi,


Pascaoperatif
penurunan tekanan LES dan penurunan
pembersihan asam oleh esofagus
Penggunaan otot bantu
Prosedur bedah
pernapasan
Mukosa esofagus menjadi lebih sering Luka pascabedah
kontak dengan cairan lambung
Penggunaan otot bantu
pernapasan

Respons peradangan Esofagitis Preoperatif


Ketidakefektifan saraf lokal
pola napas
Respons psikologis
Nyeri retrosternal Port de entree Risiko injuri
Heartburn
Kecemasan
pemenuhan informasi Risiko infeksi
Nyeri

(NANDA NIC-NOC, 2012;


Syamsuhidayat, 2011)
6. Komplikasi
Beberapa komplikasi yang dapat timbul menurut Kluwer, Williams & Wilkins
(2012) adalah :
a. Striktur esofagus
b. Inkarserata (pada hernia paraesofagus)
c. Yang terkait dengan penyakit refluks gastroesofagus:
1) Esofagitis
2) Ulserasi dan perforasi esofagus
3) Hemoragi
4) Peritonitis
5) Mediastinitis
6) Aspirasi
7) Strangulasi dan gangren pada bagian lambung yang mengalami hernia
d. Anemia defisiensi besi
e. Batuk kronis
f. Disfagia

7. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan fisik
1) Pada hernia diafragmatika dada tampak menonjol, tetapi gerakan napas
tidak nyata
2) Perut kempis dan menunjukkan gambaran scaphoid
3) Pada hernia diafragmatika pulsasi apeks jantung bergeser sehingga
kadang-kadang terletak di hemitoraks kanan
4) Gerakan dada pada saat bernapas tidak simetris
5) Tidak terdengar suara pernapasan pada sisi hernia
6) Bising usus terdengar di dada
b. Pemeriksaan penunjang
1) foto thoraks akan memperlihatkan adanya bayangan usus di daerah
thorax
2) kadang-kadang diperlukan fluroskopi untuk membedakan antara
paralisis diafragmatika dengan eventerasi (usus menonkol ke depan dari
dalam abdomen)

8. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis menurut Price & Borley (2007) adalah :
a. Pemakaian Sandat ( “truss” )
Alat ini baru digunakan bagi pasien – pasien yang usianya amat lanjut atau
yang keadanya lemah. Salah satu tipe sandat terdiri atas pegas yang kuat dan
bantalan yang diletakkan pada leher hernia sehingga leher tersebut selalu
tertutup oleh tekanan setelah isi hernia dikembalikan ke tempatnya
(direposisi).
b. Pembedahan
Leher hernia ditutup dengan penjahitan dan kantongnya dieksisi. Jaringan
yang teregang diperbaiki dengan salah satu dari banyak bahan yang tersedia.
c. Nissen Fundoplication yang dapat dilakukan secara trans abdominal
maupun trans torakal dimana tindakannya adalah melakukan fundoplikasi
secara keliling 360 derajat antara distal esofagus dan fundus gaster.
prognosis keberhasilannya 96%
d. Belsey ( Mark IV ) Fundoplication : secara transtorakal sampai terlihat
esofagus intraabdominal, kemudia diperkuat dengan cara melakukan
aplikasi gaster secara keliling sebanyak 270 derajat sampai distal esofagus.
e. Herniotomi
Eksisi kantung hernianya saja untuk pasien anak.
f. Herniorafi
Membuang kantong hernia disertai tindakan bedah plastik untuk
memperkuat dinding perut bawah di belakang kanalis inguinalis.
g. Memperbaiki defek- perbaikan dengan pemasangan jaring (mesh) yang
biasa dilakukan untuk hernia inguinalis, yang dimasukan melalui bedah
terbuka atau laparoskopik.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian pasien stroke di mulai dari riwayat penyakit atau status
kesehatan sebelum sakit: adakah riwayat penyakit paru obstruktif kronis
(PPOK), riwayat keluarga ada yang menderita hernia.
Kebiasaan atau gaya hidup sebelum sakit seperti kebiasaan mengangkat
benda yang berat (heavy lifting).
Pemeriksaan fisik
a. Pada hernia diafragmatika dada tampak menonjol, tetapi gerakan napas
tidak nyata
b. Perut kempis dan menunjukkan gambaran scaphoid
c. Pada hernia diafragmatika pulsasi apeks jantung bergeser sehingga kadang-
kadang terletak di hemitoraks kanan
d. Gerakan dada pada saat bernapas tidak simetris
e. Tidak terdengar suara pernapasan pada sisi hernia
f. Bising usus terdengar di dada

2. Diagnosa Keperawatan
a. Pre Operatif
1) Nyeri akut b.d cedera fisik
2) Ketidakefektifan pola napas b.d posisi tubuh yang menghambat
ekspansi paru
b. Post Operatif
1) Nyeri akut b.d cedera fisik
2) Kerusakan integritas kulit b.d insisi bedah
3) Resiko infeksi
3. Intervensi Keperawatan
Pre operatif
Diagnosa Perencanaan
No.
Keperawatan Tujuan Intervensi
1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan 1. Observasi TTV
cedera fisik tindakan keperawatan 2. Lakukan pengkajian
…x24 jam nyeri dapat secara komperhensif
terkontrol dengan (PQRST)
kriteria hasil: 3. Observasi reaksi non
1. Mampu mengontrol verbal dan
nyeri (tahu penyebab ketidaknyamanan
nyeri, mampu 4. Kurangi factor
menggunakan teknik presipitasi nyeri
non farmakologi 5. Berikan analgetik sesuai
untuk mengurangi dengan instruksi
nyeri, mencari 6. Monitor efektifitas
bantuan analgetik
2. Melaporkan bahwa
nyeri berkurang
dengan menggunakan
managemen nyeri
3. Mampu mengenali
nyeri (PQRST)
4. Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang
2. Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1. Monitor TTV
pola napas b.d tindakan keperawatan 2. Berikan terapi oksigen
posisi tubuh …x24 jam status sesuai kebutuhan
yang ventilasi pernapasan 3. Posisikan pasien untuk
menghambat baik dengan kriteria memaksimalkan
ekspansi paru hasil ventilasi (semifowler-
1. Frekuensi fowler)
pernapasan tidak ada 4. Monitor pola
devisiasi dari kisaran pernapasan abnormal
normal (16- 5. Monitor sianosis
20x/menit) perifer
2. Irama pernapasan 6. Pertahankan jalan
reguler napas yang paten
3. Tidak ada retraksi
dinding dada
4. Tidak ada
penggunaan otit
bantu napas

Post Operatif
Diagnosa Perencanaan
No.
Keperawatan Tujuan Intervensi
1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan 1. Observasi TTV
cedera fisik tindakan keperawatan 2. Lakukan pengkajian
…x24 jam nyeri dapat secara komperhensif
terkontrol dengan (PQRST)
kriteria hasil: 3. Observasi reaksi non
1. Mampu mengontrol verbal dan
nyeri (tahu penyebab ketidaknyamanan
nyeri, mampu 4. Kurangi factor
menggunakan teknik presipitasi nyeri
non farmakologi 5. Berikan analgetik sesuai
untuk mengurangi dengan instruksi
nyeri, mencari 6. Monitor efektifitas
bantuan analgetik
2. Melaporkan bahwa
nyeri berkurang
dengan menggunakan
managemen nyeri
3. Mampu mengenali
nyeri (PQRST)
4. Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang
2. Kerusakan Setelah dilakukan 1. Membersihkan,
integritas kulit tindakan keperawatan memantau, dan
b.d insisi bedah …x24 jam terdapat meningkatkan proses
poses penyembuhan luka penyembuhan pada luka
dengan kriteria hasil: yang ditutup
1. Luka kering 2. Monitor proses
2. Tidak terdapat penyembuhan area luka
drainage insisi
3. Tidak ada 3. Monitor tanda dan gejala
peningkatan suhu infeksi pada area insisi
kulit 4. Bersihkan area sekitar
4. Tidak ada bau luka jahitan dengan prinsip
busuk steril
5. Ganti balutan pada
interval waktu yang
sesuai
6. Dorong klien untuk diet
tinggi protein
3. Resiko infeksi Setelah dilakukan 1. Pertahankan teknik
tindakan keperawatan steril perawatan luka
…x24 jam tidak terdapat 2. Ajarkan pasien dan
tanda-tanda infeksi: anggota keluarga untuk
1. Klien bebas dari mengenal bagaimana
tanda dan gejala menghindari infeksi
infeksi (rubor, kalor, 3. Berikan terapi antibiotic
dolor, tumor, yang sesuai
fungsiolaesa) 4. Monitor adanya tanda
2. Tidak ada dan gejala infeksi
peningkatan suhu 5. Ajarkan klien dan
kulit keluarga tentang tanda
3. Tidak ada bau luka dan gejala infeksi
busuk
DAFTAR PUSTAKA

Dermawan, D. & Rahayuningsih, T. 2010. Keperawatan Medikal Bedah (Sistem


Pencernaan). Yogyakarta: Gosyen Publishing

Erickson, Kimberly Mc. Crudden. 2009. Abdominal Hernias. eMedicine Specialties.


General Surgery Abdomen.

Grace,P & Borley, N.,R .2007. Surgery At Glance.Third Edition. Alih Bahasa: dr Vidhia
Umami. Jakarta : Penerbit Erlangga

Herdman, T. Heather. 2012. NANDA Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi.


Alih Bahasa: Made S, & Nike B.,S. Jakarta: EGC

Kluwer, Wolter., Williams, L. & Wilkins. 2012. Kapita Selekta Penyakit. Jakarta: EGC

Lusianah & Suratun. 2010. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem


Gastrointestinal.Jakarta: Trans Info Media

Mansjoer, A, Kuspuji T, Rahmi S, Wahyu I. W, Wiwiek S. 2009. Kapita Selekta


Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius

Nurarif, A. & Kusuma, H. 2013. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA.Jakarta: Media Action Publishing

Patrick Davey. At a Glance Medicine. 2006. Jakarta: Erlangga

Sjamsuhidajat R &de Jong, W. 2011.Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem


Gastrointestinal.Jakarta: Trans Info Media

Stead, Dr P. 2009. Laparascopic Hernia Repair. Edisi 2. New York: Global Digital
Services & Endosurgery Institute

Sugeng, Jitowiyono dan Weni Kristiyanasari. 2010. Asuhan Keperawatan Post Operasi.
Yogyakarta: Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai