KEPERAWATAN
DI RUANG BAGJA RUMAH SAKIT UNGGUL KARSA MEDIKA
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Manajemen Keperawatan
dengan dosen Ns Diwa Agus Sudrajat, M. Kep
KELOMPOK III
KELOMPOK III
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen merupakan suatu ilmu tentang bagaimana menggunakan sumber daya
secara aktif, inovatif dan kreatif serta rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan sebelumnya. Manajemen mencakup kegiatan koordinasi dan supervisi terhadap
staf, sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan. Manajemen keperawatan merupakan
proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan
secara professional. Keperawatan professional dalam pelayanannya diperlukan adanya
pengembangan keperawatan secara professional. Dalam mengoptimalkan peran dan
manajemen keperawatan perlu adanya strategi yang salah satunya adalah dengan harapan
adanya faktor pengelolaan yang optimal serta mampu meningkatkan efektifitas dan efisiensi
pelayanan keperawatan.
Di dalam suatu rumah sakit unit pelayanan kesehatan terkecil adalah suatu ruangan yang
merupakan pelayanan kesehatan tempat perawat untuk menerapkan ilmu dan asuhan
keperawatanya secara optimal. Akan tetapi, tanpa adanya tata kelola yang memadai,
kemauan, dan kemampuan yang kuat, serta peran aktif dari semua pihak, maka pelayanan
keperawatan profesional hanyalah akan menjadi suatu teori. Untuk itu perawat perlu
mengupayakan kegiatan penyelenggaraan Model Praktek Keperawatan Profesional yang
merupakan penataan sistem pemberian pelayanan keperawatan melalui pengembangan model
praktik keperawatan.
Kebidanan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang memiliki posisi penting dan
strategi terutama dalam penurunan AKI dan AKB. Bidan memberikan pelayanan kebidanan
berkesinambungan dan paripurna, berfokus pada aspek pencegahan, promosi pada
berlandaskan kemitraan dan pemberdayaan masyarakat bersama-sama dengan tenaga
kesehatan lainnya untuk senantiasa siap melayani siapa saja yang membutuhkannya.
(Kepmenkes, No.398).
Rumah sakit Unggul Karsa Medika merupakan Rumah sakit tipe C serta ruang Bagja
memiliki visi“ Terwujudnya pelayanan obstetri yang berkualitas dan aman bagi pasien dan
petugas”
Berdasarkan uraian di atas, maka mahasiswa Program Profesi Ners STIKEP PPNI
JAWA BARAT, mencoba melakukan kajian situasional dengan menggunakan metode
Participant Observation (PO), Focus Group Discussion (FDG), Wawancara (In Deph
Interview). Dalam rangkaian praktek klinik keperawatan ini, mahasiswa akan mendapatkan
bentuk pengalaman belajar praktik klinik keperawatan di Ruang Bagja Rumah Sakit Unggul
Karsa Medika Taman Kopo Indah.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikut kegiatan praktik ini diharapkan mampu melakukan pengelolaan
manajemen unit dan manajemen asuhan keperawatan secara komprehensif.
2. Tujuan Khusus
a) Melakukan kajian situasi melalui analisa SWOT terhadap lima dimensi manajemen yaitu
Man, Metode, Material, Money, Market di ruang Bagja RS Unggul Karsa Medika..
b) Mendiagnosa masalah-masalah terkait 5M dalam proses pemberian pelayanan diruang
Bagja RS Unggul Karsa Medika
c) Membuat Plan of Action untuk menjawab masalah-masalah yang ditemukan.
d) Mengimplementasikan rencana tindakan untuk mengatasi masalah yang ditemukan.
e) Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilaksanakan
BAB II
KAJIAN SITUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN
RUANG BAGJA RUMAH SAKIT UNGGUL KARSA MEDIKA
A. Kajian Situasi Rumah Sakit Unggul Karsa Medika
a. Visi Rumah Sakit
Visi RS adalah Menjadi rumah sakit yang unggul, bermutu, terpercaya, berbasis teknologi
dan berguna bagi masyarakat dengan mengutamakan kasih serta nilai-nilai kemanusiaan.
b. Misi Rumah Sakit
C. Kajian Man
1. Struktur organisasi
SEKERTARIS BIDANG
KEPERAWATAN
KEPALA UNIT
(Cristina adhiastuti.AM.Keb)
CLINICAL
INSTRUKTUR
BIDAN PENANGGUNG
JAWAB
BIDAN PELAKSANA
1. Ercin Sihombing , Amd.Keb
2. Putri Zulviani Husbiah,
Amd.Keb
3. Nita Sari, Amd.Keb
4. Puput Sela Soraya, Amd.Keb
5. Dewi Sri Idayati, Amd.Keb
6. Eliza Nur Fitriani, Amd.Keb
7. Raden Roro Noor Milati,
Amd.Keb
Analisa Data
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada Kepala Ruang Bagja tanggal 13 Mei
2020 didapatkan bahwa setiap bagian dalam ruangan sudah melakukan tugasnya masing-masing
sesuai kewajiban. Tetapi apabila Kepala Unit tidak dapat hadir/cuti atau sedang ada kepentingan
yang lain tugas kepala ruangan di delegasikan Kepada Clinical Instruktur. Dalam melaksanakan
asuhan kebidanan apabila terdapat kesulitan yang di hadapi oleh bidan pelaksana maka kesulitan
tersebut akan didiskusikan dengan kepala Tim untuk memecahkan masalah tersebut.
Menurut hasil wawancara kepada kepala ruangan Bagja di Rumah Sakit UKM jumlah tenaga
kebidanan berjumlah 12 orang yang terdiri dari 1 orang Kepala unit, 1 Clinical instruktur, 9
orang bidan. Metode yang digunakan oleh Ruang Bagja adalah metode Tim dimana seorang
bidan langsung memenuhi kebutuhan secara keseluruhan.
2. Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 2.1
Distribusi Bidan Berdasarkan Jenis Kelamin Di Ruang Bagja 2020
Tenaga Kebidanan di Ruang Bagja semua berpendidikan DIII Kebidanan sebanyak 100
%.
Analisa Data
Berdasarkan hasil wawancata table diatas menunjukan bahwa pendidikan minimal bidan
diruang Bagja 2020 telah sesuai dengan Undang-undang No 4 tahun 2019 tentang kebidanan
yaitu kebidanan adalah upaya pemberian asuhan secara berkesinambungan dan penuh kasih oleh
bidan yang memliki pengetahuan dan keterampilan kepada perempuan sepanjang siklus
reproduksi,bayi,anak usia kurang 5(lima)tahun dan keluarga
4. Berdasarkan Usia
Tabel 2.3
Distribusi Bidan berdasarkan usia di Ruang Di Bagja 2020
Usia Jumlah staff Presentase
17 - 25 tahun 3 orang 30%
26 – 40 tahun 7 orang 70%
Jumlah 10 orang 100%
Analisa Data
Berdasarkan hasil wawancara pada tabel diatas dapat terlihat bahwa sebagian besar
(70%) bidan ruang Bagja rata-rata berumur 26 - 40 tahun. Usia bidan secara garis besar menjadi
indikator dalam kedewasaan dalam setiap pengambilan keputusan yang mengacu pada setiap
pengalamannya. Karakteristik seorang bidan berdasarkan umur sangat berpengaruh terhadap
kinerja dalam praktik, dimana semakin tua umur maka dalam menerima sebuah pekerjaan akan
semakin bertanggung jawab dan berpengalaman. Hal ini akan berdampak pada kinerja dalam
praktik pada pasien semakin baik pula (Nurningsih 2012).
Menurut penelitian Ismael (2009),Kedewasaan adalah tingkat kemampuan teknis dalam
melakukan tugas maupun kedewasaan psikologis, semakin bertambah lanjut usia seorang
semakin meningkat pula kedewasaan seseorang, demikian juga usia seseorang semakin
meningkat pula kedewasaan seseorang, demikian juga psikologisnya akan menunjukkan
kematangan jiwa. Meningkatnya usia seseorang, akan meningkat pula kebijaksanaan dan
kemampuan seseorang dalam mengambil keputusan dan berpikir rasional.
Analisa Data
Berdasarkan hasil wawancara tabel diatas, Bidan diruang Bagja sebagian besar telah
mengikuti pelatihan APN yaitu sebanyak (16%). Ratnaningsih (2011) menemukan bahwa diklat
berpengaruh positif terhadap pengembangan karir. Mursidi (2009) juga menyatakan tujuan
pelaksanaan dari pendidikan dan pelatihan adalah memperbaiki efektifitas dan efisiensi kerja
karyawan dalam melaksanakan dan mencapai sasaran program kerja yang telah
ditetapkan.Berdasarkan analisis pelatihan yang pernah diikuti dapat disimpulkan perawat di
Anyelir pernah mengikuti pelatihan maka efektifitas dan efisiensi kerja karyawan dalam
melaksanakan dan mencapai sasaran program kerja yang telah ditetapkan dapat tercapai.
1x 5 5
Tenaga Bidan = = +2,7=7
8 8
52+12+13 77
Loss Day = x 10= =2,7 |3
288 288
Jumlah kebutuhan Bidan Non – Job, seperti: Membuat perincian pasien pulang,
kebersihan ruangan atau alat, dokumentasi, dsb (diperkirakan 25% dari jam layanan kebidanan )
maka :
jmlh tenaga kebisanan+loss day x 25 10+ 3 x 25 85
= = =1∨¿
100 100 100
= 3 + 10 + 1 = 14 bidan
Jumlah kebutuhan Bidan menurut Depkes 2002 adalah 14 orang bidan, sedangkan jumlah
bidan di ruangan bagja yaitu 10 orang .
Hasil Analisis
Rumus Depkes menghasilkan 14 orang bidan/hari dalam ruangan. Berdasarkan hasil
wawancara dan studi dokumentasi jumlah bidan adalah 10 orang di ruang Bagja, maka hal ini
menunjukan tenaga bidan di ruang Bagja kurang dari 4 orang/hari.
Rumus Gillie meghasilkan 2 orang bidan/ hari. berdasarkan hasil wawancara dari narsumber
jumlah bidan diruang Bagja adalh 10 orang ,maka hal ini menunjukan tenaga bidan diruang
bagja lebih dari 8 orang
A. Motivasi kerja bidan, Beban Kerja bidan dan Kepuasan kerja
1. Motivasi Kerja
Tabel 2.10
Motivasi Kerja Bidan di Ruang Bagja
No. Motivasi Jumlah Frekuensi
1. Tinggi 9 orang 90 %
2. Sedang 1 orang 10 %
3. Rendah 0 orang 0%
Jumlah 10 orang 100%
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa (90%) Bidan di Ruang Bagja memiliki
motivasi kerja yang tinggi dan motivasi rendah sebanyak 10 % .
Tabel 2.11
Distribusi Frekuensi Motivasi Kerja Bidan Ruang Bagja 2020
No Keterangan
Motivasi Kategori Jumlah Presentase
D. Kajian Money
Berdasarkan hasil wawancara dari tanggal tanggal 13-14 Mei 2020 di ruang Bagja
didapatkan bahwa:
a. Keterlibatan Kepala Ruangan dalam menyusun anggaran diruangan
Hasil wawancara pada tanggal 13 Mei 2020 didapatkan bahwa kepala ruangan selalu
dilibatkan dalam menyusun anggaran di ruangan
b. Tercukupinya anggaran yang sudah ada diruangan
Hasil wawancara pada tanggal 14 Mei 2020 didapatkan bahwa sejauh ini anggaran yang
sudah ada diruangan sudah mencukupi terhadap apa yang dibutuhkan diruangan.
c. Kesulitan dalam pencairan anggran diruangan.
Hasil wawancara pada tanggal 14 Mei 2020 didapatkan tidak ada kesulitan dalam
mencairkan anggaran yang sudah dibuat sebelumnya.
d. Penggajian sistem di ruangan
Berdasarkan hasil wawancara bersama kepala ruangan pada tanggal 13 Mei 2020
didapatkan bahwa untuk penggajian diruang itu melalui Via-transfer bank BNI
e. Tarif pelayanan keperawatan dan dokter
Berdasarkan hasil wawancara bersama kepala ruangan pada tanggal 13 Mei 2020
didapatkan bahwa untuk tarif pelayanan kebidanan dan dokter itu berbeda. Tarif
pelayanan dokter perhitungannya per-visit sedangkan untuk bidan per-tindakan.
f. Kriteria pemberian tunjangan di ruangan
Berdasarkan hasil wawancara bersama kepala ruangan pada tanggal 14 Mei 2020
didapatkan bahwa kriteria pemberian tunjangan berdasarkan dari pendidikan D3 yang
belum menikah, yang sudah menikah, dan yang sudah mempunyai anak itu berbeda-beda.
g. Jenis-jenis pasien Umum dan Asuransi
Berdasarkan hasil wawancara bersama kepala ruangan pada tanggal 14 Mei 2020
didapatkan bahwa semua jenis pasien ada, pasien umum dan asuransi swasta kecuali
BPJS karena rumah sakit baru belum bekerja sama dengan BPJS.
h. Penentuan dalam pembagian insentif jasa pelayanan
Berdasarkan hasil wawancara bersama kepala ruangan pada tanggal 13 Mei 2020
didapatkan bahwa penentuan dalam pembagian insentif itu tergantung tindakan apa saja
yang sudah dilakukan dalam memperikan pelayanan, kemudian tindakan tersebut akan
masuk bil rumah sakit yang nantinya akan diproses.
i. Jenis-jenis insentif
Berdasarkan hasil wawancara bersama kepala ruangan pada tanggal 14 Mei 2020
didapatkan jenis-jenis insentif, ada 2x yaitu per-tiga bulan dari hasil pendafatan rumah
sakit dan tunjangan hari raya di setiap hari raya menurut agamanya masing-masing.
j. Sistem pembayaran bagi pasien
Berdasarkan hasil wawancara bersama kepala ruangan pada tanggal 14 Mei 2020
didapatkan bahwa untuk sistem pembayaran bagi pasien umum dilakukan secara
langsung atau cash dan untuk sistem pembayaran seperti asuransi perusahan dibayarkan
oleh perusahan.
k. Pengaturan uang makan dan kenaikan gaji berkala
Berdasarkan hasil wawancara bersama kepala ruangan pada tanggal 13 Mei 2020
didapatkan bahwa untuk pengaturan uang makan bagi bidan ada dengan total per-shif Rp.
25.000,- kecuali shift malam Rp 50.000,-. Dan kenaikan gaji berkala ada setiap tahun.
Analisa Data:
Hasil kajian situasi di atas dapat disimpulkan bahwa kepala ruangan selalu dilibatkan
dalam menentukan anggaran yang diperlukan oleh setiap ruangan serta tidak ada kesulitan
dalam mencairkan anggaran, kemudian untuk penggajian bidan per-tanggal 27atau di akhir
bulan. Berikut kenaikan gaji, tarif pelayanan dokter dan bidan ditentukan sesuai dengan
tingkat pendidikan. Kriteria pemberian tunjangan dilakukan berdasarkan status single,
menikah, dan yang sudah mempunyai anak. Tindakan apa saja yang sudah dilakukan akan
mempengaruhi terhadap pemberian insentif, lalu insentif juga bisa didapatkan dari hasil
pendapatan rumah sakit per-tiga bulan dan tunjangan hari raya sesuai dengan agamanya
masing-masing. Sistem pembayaran bagi pasien dilakukan tergantung jenis pasien misalnya
pasien umum pembayarannya dilakukan secara cash dan untuk pasien asuransi perusahaan
dibayar oleh perusahaan.
a) Anggaran untuk ruangan
Berdasarkan hasil wawancara bersama kepala ruangan pada tanggal 13 Mei 2020 dan
analisa data didapat : hasil kajian situasi dapat disimpulkan bahwa dalam penyusunan
anggaran dilakukan oleh kepala ruangan, anggaran untuk ruangan didapatkan dari
Yayasan karena merupakan Rumah Sakit Swasta dan tidak ada sumber pendapatan lain
selain dari anggaran rumah sakit, total anggaran yang diberikan rata-rata pertahun
130.500.000,- penanggung jawab khusus keuangan yaitu kepala bagian keuangan dan
untuk sistem pelaporan pertanggung jawaban di buat per-tanggal 5 setelah kegiatan atau
pembelanjaan selesai pada jangka waktu satu bulan.
b) Alur anggaran yang diberikan untuk ruangan
Berdasarkan hasil wawancara bersama kepala ruangan pada tanggal 13 Mei 2020 dan
analisa data didapat : hasil kajian situasi dapat disimpulkan bahwa untuk alur anggaran
Alur anggaran yang diberikan untuk ruangan dimulai dari unit RAB untuk pelatihan
barang dan asset, lalu ke kepala bidang keperawatan dan di tela’ah oleh kepala bidang
keperawatan selanjutnya ke logistik dan logistic belanja barang yang di perlukan ruangan
sehingga barang yang di perlukan ruangan di berikan ke unit yang bersangkutan oleh
logistic. Dan untuk pelaporan anggaran belanja tersebut dilakukan setelah pembelanjaan
langsung di buatkan pelaporan keuangan lalu di simpan berkasnya di kepala bagian
keuangan untuk di laporkan per-tanggal 5 di satukan dengan kegiatan-kegiatan yang
lainnya per-satu bulan. Alokasi anggaran yang paling banyak digunakan yaitu untuk
pelatihan dan pembelian alat medis.
c) Tarif ruangan
1) Tarif ruangan permalam
VIF : Rp. 700.000
Kelas 1 : Rp. 500.000
Kelas 2 : Rp. 400.000
Kelas 3 : Rp. 350.000
2) Tarif obat-obatan tiap pasien disesuaikan dengan jumlah dan jenis terapi yang
didapatkan
3) Tarif pelayanan dokter
Ruang VIP: Rp150.000,-
Kelas 1: Rp120.000,-
kelas 2: Rp 100.000,-
Kelas 3: Rp 80.000,-
4) Tarif pelayanan bidan
Untuk tarif bidan sesuai dengan tindakan yang dilakukan. Per-tindakan Rp 25.000,-
5) Tarif makan pasien
Sudah disatukan dengan biaya per-malam pasien.
d) Gaji/ Upah perawat ( Kepala Ruangan, CI, Perawat Pelaksana)
1) Gaji pokok bidan
D3: Rp 3.800.000,-
2) Uang makan per
Shift pagi Rp 25.000,-
Shift Siang Rp 25.000,-
Shift malam Rp 50.000,
3) Tunjangan/intensif
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan di ruang VIP Bagja pada
tanggal 14 Mei 2020 didapatkan dari bahwa pendapatan rumah sakit per-tigabulan
dan tunjangan hari raya.
4) Tunjangan hari raya (THR)
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan di ruang Bagja tanggal 13 Mei
2020 didapatkan bahwa rumah sakit memberikan tunjangan insetif sebesar gajih satu
bulan.
5) Tunjangan kesehatan
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan di ruang Bagja pada tanggal 13
Mei 2020 didapatkan bahwa tunjangan kesehatan yang diberikan berupa BPJS dari
Rumah Sakit
6) Koperasi perawat
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan di ruang Bagja pada tanggal 13
Mei 2020 didapatkan bahwa tidak terdapat koperasi
Analisa Data:
Kajian situasi diatas maka dapat disimpulkan bahwa Gaji bidan sesuai dengan tingkat
pendidikan D3 Rp 3.800.000,-. ada tunjangan insentif serta adanya THR. Hal ini sesuai
dengan PERMENKES NO 1199 Tahun 2004 mengenai model penyusunan struktur gaji
tenaga kesehatan dengan perijinan kerja, menyebutkan bahwa tenaga kesehatan dengan
perijinan kerja dalam waktu tertentu kedudukannya bukan hanya sebagai PNS maupun
pegawai tidak tetap. Kriteria flam penyusunan gaji/upah terdiri dari:
Gaji/upah harus berkeadilan dalam arti penghasilan yang diterima felual dengan
produk/jasa yang telah diberikan sedang produk seorang tenaga kesehatan ditentukan
oleh tingkat pendidikannya, pengalaman kerjanya, tanggung jawab dan
resikopekerjaannya.
Gaji/upah harus berkelayakan dalam arti penghasilan yang diterima mampu memenuhi
kebutuhan hidup.
Sesuai pada keputusan Gubernur Jawa Barat nomor: 561/kep. 1065-Yanbangsos/2017
tentang Upah Minimum Kabupaten di daerah provinsi Jawa Barat tahun 2020 Kabupaten
Bandung.
e) Alur Pembayaran
Umum Asuransi
Selesai
Analisis Data :
Hasil wawancara pada kepala ruangan cara pembayaran di ruangan Bagja dapat
menggunakan Asuransi dan pembayaran secara pribadi atau pasien Umum. Pasien Asuransi
dapat memilih ruangan yang di inginkan/ naik kelas sesuai dengan keinginan tidak ada
penambahan biaya sesuai dengan ketentuan dan kebijakan yang berlaku.
Analisa Data:
Kajiansituasi diatas dapat disimpulkan : diruangan Bagja untuk pasien pulang baik
yang umum maupun Asuransi jika sudah mendapatkan ijin pulang dari dokter, dokter bahwa
pasien boleh pulang dan melengkapi: resume medik, surat pulang, surat kontrol,resep yang
dibawa pulang, bidan mengecek kembali tindakan yang dilakukan perawat memberikan
surat pulang, obat, dan edukasi kepada pasien. Untuk pasien BPJS pasien mengumpulkan
syarat ( Kartu Asuransi).
Berdasarkan Standar Prosedur Operasional bahwa pasien pulang baik yang umum
maupun BPJS/Asuransi jika sudah mendapatkan ijin pulang dari dokter, dokter bahwa
pasien boleh pulang dan melengkapi: resume medik, surat pulang, surat kontrol,resep yang
dibawa pulang, perawat mengecek kembali tindakan yang dilakukan, perawat
menginformasikan pelayanan yang telah dilakukan kepada petugas administrasi, pihak
administrasi verifikasi data dan jaminan pasien, kemudian keluarga pasien mengurus
pembayaran dikasir,dan menyerahkan bukti pembayaran kepada perawat yang bertugas,
kemudaian perawat memberikan surat pulang, surat control ,obat, dan edukasi.
E. Kajian Material
1. Standar Kelayakkan
Standar Kelayakan Ruang Bagja (Maternitas)
Menurut Kemenkes 2016
Hasil Analisis:
Pada saat dilakukan wawancara pada hari rabu tanggal 13 Mei 2020 bersama
narasumber Ibu Henny Hotmaida,skep.,Ners didapatkan hasil yaitu ruang rawat inap
bagja ini terletak di ruangan yang tenang, aman dan nyaman, ruang rawat inap jauh dari
tempat pembuangan kotoran, bising dan generator, dan akses pencapaian ke setiap
blok/ruangan dapat dicapai dengan mudah dan ini sudah sesuai dengan PERMENKES no
24 tahun 2016 tentang persyaratan teknis bangunan dan prasarana rumah sakit. Di ruang
rawat inap bagja ini juga terdapat ruang kelas 1 dan 2. Semua fasilitas di ruang bagja ini
sudah baik. Ruang pantry dipusatkan di dapur umum yang ada di rumah sakit Unggul
Karsa Medika.
DI RUANGAN KEADAAN
NO SARANA DAN PRASARANA Keterangan
Ada Tidak Layak Tidak
1 Nurse Station √ - √ - -
2 Meja Dan Kursi √ - √ - -
3 Alat Tulis Kerja √ - √ - -
4 Tempat Istirahat Perawat √ - - - Di nurse station
- - Tidak jauh dari
5
Tempat Istirahat Dokter √ - ruangan bagja
6 Tempat Untuk Sholat √ - √ - -
7 Kamar Ganti √ - √ - -
8 Ruang Ganti Perawat √ - √ - -
9 Telpon Ruangan √ - √ - -
Form Inventaris Alat Tiap √ - -
10
Ruangan √ -
11 Ruang Kepala Ruangan √ - √ - -
12 Wastafel √ - √ - -
13 Loker Perawat √ - √ - -
Lemari Dokumentasi √ - -
14
Keperawatan √ -
Hasil Analisis :
Pada saat dilakukan wawancara pada hari Rabu tanggal 13 Mei 2020 bersama
narasumber Ibu Henny Hotmaida,skep.,Ners. Ruang Bagja secara keseluruhan sudah
sesuai dengan PERMENKES no 24 tahun 2016 tentang persyaratan teknis bangunan dan
prasarana rumah sakit karena sudah ada ruang kepala ruangan, sudah ada ruang perawat,
loker, ruang dokter yang terpusat di Rumah Sakit. Rumah sakit juga mempunyai tempat
ibadah di ruangan sesuai PERMENKES no 4 tahun 2018.
Di ruangan Keadaan
No Sarana dan Prasarana Keterangan
Ada Tidak Layak Tidak
√ - VIP : 5x3m, Kelas 2 :
6x67m, Kela 3 10x10m
1
Luas Kamar √ -
2 Tempat Tidur √ - √ - -
3 Bedside Monitor √ - - - Tidak tersedia
4 Alat Tenun √ - √ - -
5 Identitas Pasien √ - √ - -
Master Tabel Pasien di Nurse √ - -
6
Station √ -
- - Tidak diperbolehkan
7 sehubungan privacy
Identitas Pasien Diluar Kamar - √ pasien
8 Standar Infus √ - √ - -
9 Kamar Mandi √ - √ - -
10 Keranjang Obat √ - √ - -
11 Tutup Sampiran Per Pasien √ - √ - -
12 Alat Panggil Perawat (Bell) √ - √ - -
13 Pispot √ - √ - -
14 Kursi Dan Meja Pasien √ - √ - -
15 Lemari Pasien √ - √ - -
16 Jam Dinding √ - √ - -
17 Televisi √ - √ - -
18 Ruang Tunggu Keluarga √ - √ - -
19 Denah Ruangan √ - √ - -
20 Papan Media Informasi √ - √ - -
21 Handscrub √ - √ - -
22 Masker √ - √ - -
Hasil Analisis :
Pada saat dilakukan wawancara pada hari Kmais tanggal 14 Mei 2020 bersama
narasumber Ibu Henny Hotmaida,skep.,Ners.Semua sarana dan prasarana untuk pasien
semuanya sudah sesuai dengan PERMENKES no 24 tahun 2016 tentang persyaratan
teknis bangunan dan prasarana rumah sakit.
4. Sarana dan Prasarana Alat Medis Kesehatan
Sarana dan Prasarana Alat Medis Kesehatan
Hasil Analisis :
Pada saat dilakukan wawancara pada Kamis tanggal 14 Mei 2020 bersama
narasumber Ibu Henny Hotmaida,skep.,Ners, Alat medis kesehatan sudah sesuai dengan
PERMENKES RI no 56 tahun 2014 tentang klasifikasi dan perizinan rumah sakit.
Perawatan alat diruangan pada setiap shift akan dilakukan pengecekan oleh perawat yang
sudah ditentukan dan untuk maintenance yg akan datang dilakukan dalam 1x dalm sebulan,,
untuk kalibrasi alat sesuai dengan SPO dari distributor barang, ada yang setiap bulan,setiap
tahun 2 kali dan ada yang setiap tahun, alat yang dikalibrasi tensi meter, timbangan,
thermometer, syringe pump, infus pump, mesin ekg, dan defibrillator.
Hasil Analisis :
Pada saat dilakukan wawancara pada Kamis tanggal 14 Mei 2020 bersama
narasumber ibu Henny Hotmaida,skep.,Ners. Peralatan alat mebel di ruang bagja sudah
hampir lengkap dan sesuai dengan PERMENKES no 24 tahun 2016 tentang persyaratan
teknis bangunan dan prasarana rumah sakit.Hanya ada beberapa yang belum tersedia.
7. Sarana Dan Prasarana Dokumentasi
Sarana dan Prasarana Dokumentasi
Misi:
a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan paripurna yang memenuhi standar
nasional maupun internasional.
b. Memberikan pelayanan kesehatan yang terjangkau bagi masyarakat serta didukung
tenaga profesional.
c. Turut berperan aktif dalam meningkatkan taraf kesehatan masyarakat
Misi :
a. Memberikan pelayanan kebidanan yang professional, komprehensif dan
berkualitas dengan di dukung tenaga yang profesional
b. Menurunkan angka kematian ibu dan bayi.
Analisis Data:
Berdasarkan pedoman SNARS,Visi dan Misi ini sudah sesuai karena setiap
Rumah Sakit harus memiliki Visi dan Misi.
Kepala unit
Clinical instruktur
Bidan pelaksana
Administrasi ruangan
b. Uraian Tugas
1) Kepala unit
Uraian tugas
a) Menyusun visi ,misi,tujuan dan falsafah unit.
b) Menyusun rencana kerja jangka panjang dan jangka pendek.
c) Menciptakan iklim motivasi.
d) Memimpin operan shift.
2) Clinical instruktur
Uraian tugas bersama tim membuat program pelatihan bagi staf bidan untuk jangka
waktu pendek dan panjang.
a) Sebagai pendidik/pembina
b) Sebagai komunikator dalam menyatukan persepsi, mengurangi konflik dan
pencapaian tujuan.
c) Sebagai comforter
d) Sebagai pembaharu (change agent)
3) Bidan penanggung jawab shift
Uraian tugas
a) Membaca operan dinas.
b) Menerima serah terima pasien / operan dinas.
c) Memimpin briefing bidan ruangan sebelum melakukan dinas.
d) Membagi pasien kepada bidan penanggung jawab pasien .
4) Bidan pelaksana
Uraian tugas
a) Mengikuti operan dinas setiap pergantian shift : membaca operan dinas,membaca
janji bidan ,mendengarkan operan dinas.
b) Memperkenalkan diri ke pasien setiap pergantian shift.
c) Melakukan ronde keliling ke pasien setiap memulai dinas ,pertengahan dinas dan
saat mengakhiri dinas.
d) Melakukan pengkajian pasien baru dan orientasi pasien baru pada kamar yang
menjadi tanggung jawabnya.
5) Administrasi ruangan
Uraian tugas
a) Melaksanakan tugas pagi, sore, dan Malam
b) Mengatur tata ruang Bagja guna mempermudah dan memperlancar pelayanan
yang diberikan kepada pasien
c) Membantu menjaga dan memelihara kebersihan lingkungan unit kerjanya guna
memperlancar pelayanan yang diberikan kepada pasien
d) Membantu menjaga kelengkapan alat – alat yang ada di unitnya
Analisis Data:
Berdasarkan pedoman Pengelolaan SDM sudah sesuai dengan pembentukan
struktur organisasi di ruang bagja RS Unggul Karsa Medika.
3 Kebijakan Ruang Rs Unggul Karsa Medika
a. Kebijakan Ruang Rs Unggul Karsa Medika untuk pasien
Menurut narasumber, kebijakan pasien yang di rawat diruang Bagja ini diantaranya
sebagai berikut :
1) Setiap pasien yang dirawat ,harus mengenakan gelang identitas pasien
yang tertera nama pasien, tanggal lahir, no medical record.
2) Untuk pasien resiko jatuh tinggi, harus diberikan alert stiker pasien
resiko jatuh tinggi, harus ditunggui oleh 1 orang keluarga pasien, tidak
boleh ditinggal sendiri, dan apabila keluarga ingin meninggalkan sebentar
pasien, harus memberitahukan ke perawat penanggung jawab pasien, dan
perawat penanggung jawab pasien harus melakukan kewaspadaan tinggi
pada pasien tersebut.
Analisa Data:
Berdasarkan Pedoman, kebijakan yang ditetapkan kepada pasien di ruang Bagja RS
Unggul Karsa Medika ini sudah sesuai pedoman tersebut.
Analisa Data:
Berdasarkan Pedoman, kebijakan yang ditetapkan kepada bidan di ruang Bagja RS
Unggul Karsa Medika ini sudah sesuai pedoman tersebut.
4 Peraturan di Ruang Bagja untuk bidan
Menurut pernyataan narasumber, peraturan bidan sebagai berikut:
1) Setiap pergantian dinas bidan harus melakukan timbang terima selama Kurang lebih
15 - 30 menit sebelum jam kerja, kemudian mengadakan kunjungan keliling
kesetiap pasien.
2) Setiap shift diberi waktu istirahat 30 menit yang diatur secara bergantian dan tidak
keluar dari lingkungan rumah sakit.
3) Semua bidan tidak diperkenankan meninggalkan tempat dinas kecuali seijin Kepala
Unit /penanggung jawab.
Analisa Data:
Berdasarkan pedoman, pengelolaan peraturan kepada bidan di ruang Bagja RS
Unggul Karsa Medika ini sudah sesuai pedoman tersebut.
RAWAT
INAP
Prosedur penerimaan pasien diawali dari IGD kemudian petugas IGD melakukan
triase, petugas IGD menempatkan pasien sesuai kategori triase, petugas IGD
melakukan survei primer dan tdakan life saving/ emergency. Kemudian setelah
dilakukan tindakan dan pemeriksaan petugas IGD menjelaskan kondisi pasien dan
rencana tindakan berikutnya untuk dilakukan rawat inap.
Hasil analisa :
Prosedur yang digunakan Rs Unggul Karsa Medika sudah sesuai dengan prosedur
yang ada di Rs tersebut
2. Standar Asuhan Kebidanan
Berdasarkan wawancara dengan narasumber didapatkan bahwa Rs Unggul Karsa
Medika tidak menggunakan standar asuhan kebidanan tetapi menggunakan panduan
asuhan kebidanan yang terbaru.
Hasil Analisa :
Standar ASKEB/ Panduan ASKEB ini sudah sesuai dengan pedoman Kmenkes dan
SNARS 1.1
3. Orientasi Pasien
Orientasi pasien yang baru masuk ke ruangan berlian timur ini semuanya dilakukan
orientasi terlebih dahulu. Secara garis besar sama seperti di ruang rawat inap biasa,
dimana akan diorientasikan mengenai ruangan, orientasi sasaran keselamatan pasien
(gelang identitas), cuci tangan, orientasi petugas (perawat dan dokter jaga yang
sedang bertugas saat itu), jadwal pembersihan ruangan, mengganti linen, dll.
Analisa Data :
Orientasi pada pasien sudah sesuai dengan standar/format yang ada di ruangan.
4. Metode Praktik Keperawatan Profesional MPKP
Metode praktik keperawatan profesional yang digunakan di Ruang Bagja tersebut
menggunakan metode tim. Yang meliputi Kepala Unit/ KaRu, CI, ketua tim dan
perawat pelaksana.
5. Pembagian Jadwal Dinas
Pembagian jadwal dinas di Ruang Bagja terbagi dalam tiga shift per harinya yang
terdiri dari
Shift pertama : dimulai dari jam 07:00-14:00
Shift kedua : dimulai dari jam 14:00-21:00
Shift ketiga : dimulai dari jam 21:00-07:00
Jam kerja ini belum terhitung dengan jam istirahat.
6. Proses Timbang Terima
Timbang terima selalu dilakukan setiap pergantian shift dan sesuai SPO. Dalam satu
sift ini terdiri dari 2 sesi, dimana setiap sesinya dilakukan timbang terima selama 30
menit. Dalam timbang terima ini data pasien yang dilaporkan dan akan dicatatat pada
buku laporan.
Hasil Analisis :
Proses timbang terima di Ruang Bagja sudah sesuai dengan panduan/ format yang
ada di Rs
7. Ronde Keperawatan
Ronde dilakukan tidak setiap hari dan dilakukan bila ada kasus istimewa. Ronde
dilakukan sesuai panduan ronde keperawatan yang sudah di SK kan oleh Direktur
antara lain : menetapkan kasus minimal satu hari sebelum waktu pelaksanaan,
Infome consent ke pasien dan keluarga dst.
8. Pre dan Post Conference
Dalam melakukan pre dan post conference dilakukan sesuai dengan panduan pre dan
post conference yang sudah di SK kan oleh Direktur Rumah Sakit.
Pre :
adalah komunikasi Kepala primer dan perawat pelaksana setelah selesai operan
untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh kepala primer atau
penanggung jawab primer. Jika yang dinas pada primer tersebut hanya 1 (satu)
orang, maka pre conference ditiadakan. Isi pre conference adalah rencana tiap
perawat (rencana harian) dan tambahan rencana dari kepala primer dan penanggung
jawab primer. (Modul MPKP, 2006)
Waktu : Setelah operan
Tempat : Meja masing-masing perawat primer
Penanggung jawab : Kepala primer atau penanggung jawab primer
Kegiatan :
a. Kepala primer atau penanggung jawab primer membuka acara
b. Kepala primer atau penanggung jawab primer menanyakan
rencana harian masing-masing perawat pelaksana
c. Kepala primer atau penanggung jawab primer memberikan
masukan dan tindakan lanjut terkait dengan asuhan yang
diberikan saat itu
d. Kepala primer atau penanggung jawab primer memberikan
reinforcement
e. Kepala primer atau penanggung jawab primer menutup acara
Post :
Adalah komunikasi kepala primer dan perawat pelaksana tentang hasil kegiatan
sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift berikutnya. Isinya adalah hasil
asuhan keperawatan tiap perawatan dan hal penting untuk operan (tindak lanjut).
Post conference dipimpin oleh kepala primer atau penanggung jawab primer (Modul
MPKP, 2006).
Waktu : Sebelum operan ke dinas berikutnya
Tempat : Meja masing-masing primer
Penanggung Jawab : Kepala primer atau penanggung jawab primer
Kegiatan :
a. Kepala primer atau penanggung jawab primer membuka acara.
b. Kepala primer atau penanggung jawab primer menanyakan hasil asuhan
keperawatan tiap pasien.
c. Kepala primer atau penanggung jawab primer menanyakan kendala
dalam asuhan yang telah diberikan.
d. Kepala primer atau penanggung jawab primer menyakan tindakan
lanjut asuhan klien yang harus dioperkan kepada perawat shift
berikutnya.
e. Kepala primer atau penanggung jawab primer menutup acara.
9. Discharge Planning
Berdasarkan hasil wawancara bersama Narasumber, discharge planning di lakukan
oleh semua PPA terkait di awal sejak pasien dinyatakan dirawat. Ketika pasien
meninggalkan rumah sakit, sekali lagi menekankan informasi yang telah anda
berikan sebelumnya dan program dokter untuk medikasi, tindakan, atau peralatan
khusus. Menekankan perjanjian rujukan sehingga pasien jelas tentang hal-hal yang
harus dilakukan.
Hasil analisis :
Discharge planning merupakan suatu rencana yang disusun secara sistematis untuk
klien, sebelum keluar dari Rumah Sakit yang dimulai dari mengumpulkan data
sampai dengan masuk area perawatan yaitu meliputi pengkajian, rencana perawatan,
implementasi dan evaluasi (Nursalam, 2012).
Menyakinkan pasien dan keluarga memahami keterbatasan pasien Mendorong pasien
dan keluarga untuk datang kembali ke rumah sakit bila kondisinya tidak membaik
atau memburuk. Ketika pasien pulih, memberikan motivasi untuk kembali ke
kehidupan dan perannya yang normal seperti sebelum sakit (Ester, 2005).
10. Sentralisasi Obat
Berdasarkan hasil wawancara bersama Narasumber, didapatkan hasil bahwa bidan
sangat memahami pentingnya sentralisasi obat, dan untuk inventarisasi keperluan
penunjang sentralisasi obat termasuk format persetujuan dan pelatihan kemampuan
komunikasi kepada pasien dalam penyampaian persetujuan sentralisasi obat
dilakukan oleh apoteker bukan perawat, juga dalam pembuatan rincian teknik
sentralisasi obat dilakukan oleh apoteker.
Hasil analisis :
Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat di mana seluruh obat yang akan diberikan
kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh perawat (Nursalam, 2011).
Dalam melakukan sentralisasi obat diperlukan loker penyimpanan obat pasien dan
diberi label berupa nama pasien dan nomor medrek, perawat melakukan informed
consent kepada keluarga pasien bahwa akan dilakukan sentralisasi obat dan mengisi
lembar serah terima obat, untuk obat sisa dimasukan kedalam lemari pendingin
untuk menjaga kualitas obat dan ditulis tanggal kadaluarsa obat.
11. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan
Berasarkan wawancara bersama narasumber didapatkn hasil bahwa bentuk
dokumentasi kepebidanan berdasarkan dengan Asuhan Kebidanan
Hasil analisi :
Pendokumentasian yang digunakan di Ruang Bagja ini sudah sesuai dengan format
dokumentasi yang ada diruangan atau sesuai dengan Asuhan Kebidanan
12. Apakah para bidan ruangan sudah paham dan patuh terhadap SOP yang ada?
Berdasarkan wawancara bersama narasumber didapatkan hasil bahwa bidan ruangan
bagja sudah paham dan patuh terhadap SOP yang ada karena didapatkan setiap hari
diadakan audit oleh bidang kebidanan, komite, dan ada laporan disetiap bulannya
Hasil Analisis :
Bidan di Ruang Bagja sudah memahami dan patuh terhadap SOP yang sudah ada
13. Proses Supervisi
Menurut narasumber supervisi dilakukan di setiap masing-masing kepala unit, kepala
sesi dan kepala bidang. Supervisi di kepala unit itu dilakukan setiap hari, kepala sesi
minimal tiga kali dalam seminggu, kemudian ada supervisi sidak.
Hasil Analisis :
Pelaksanaan supervisi di Ruang Bagja ini sudah sesuai dengan standar/ format yang
ada di ruangan
14. Alur pulang pada pasien
Berdasarakan hasil wawancara berasama narasumber. Didapatkan Dokter visit,
instruksi pasien pulang, mencatat di cppt, disiapkan resume medik pasien pulang,
perawat akan berbicara kepada pasien dan keluarga pasien bahwa pasien boleh
pulang, setelah pasien acc pulang, alkes, obat atau apapun barang yang dulu dibeli di
RS akan ada yang dilanjutkan sesuai dengan resume medik pulang, dan jika ada yang
distop maka langsung dikembalikan ke farmasi, bagian administrasi akan memberika
struk pembayaran setiap yang harus dibayar, keluarga pasien turun kebagian
administrasi, membayar dan ada kartu pulang, kartu pulang diserahkan ke perawat,
kemudian perawat memulangkan.
15. Alur Pasien Meninggal
Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber, didapatkan bahwa alur pasien
meninggal yaitu.
Code Blue Tindakan Rjp, EKG Dinyatakan meninggal
Surat
Dibawa ke kamar jenazah
kematian
Hasil Analisis :
Alur pasien meninggal sudah sesuai denga prosedur yang ada di Rumah Sakit
16. Identifikasi Pasien Dilakukan
1. Pengidentifikasi pasien awal masuk yaitu dengan ferbal nama, tanggal lahir
dan No RM untuk hari kedua dan seterusnya yaitu menggunakan visual dan
menanyakan kepada pasien apakah benar pasien hanya menjawab “iya”.
untuk gelang sendiri sama seperti pasien rawat inap biasa yaitu menggunakan
gelang pink untuk perempuan dan biru untuk laki-laki untuk pasien resiko
jatuh, alergi, DNR itu menggunakan kancing pada gelang
2. Identifikasi dilakukan pada saat pemberian obat, transfuse atapun tindakan-
tindakan asuhan keperawatan
Hasil analisis :
Berdasarkan standar SKP/IPSG.1 rumah sakit mengembangkan dan
mengimplementasikan suatu proses untuk memperbaiki atau mengingatkan ketelitian
ketetapatan identifikasi pasien menurut Kepmenkes No.428/Menkes/SK/XII/2012,
International Patient Safety Goals/ IPSG prosedur identifikasi pasien setidaknya 2
bentuk pengidentifikasian pasien yang terdapat digelang identitas yaitu nama dan
tanggal lahir tidak menggunakan nomor kamar pasien atau lokasi.
17. Apa saja yang harus diidentifikasi pada pasien sebelum melakukan tindakan
Melakukan idetifikasi pada pasien itu dengan melakukan komunikasi dengan
pertanyan terbuka, menanyakan identitas klien seperti nama, TTL, dan kemudian
dicocokan dengan gelang identitas yang klien pakai.
18. Cara bidan melakukan komunikasi efektif
Berdasarkan hasil wawancara bersama narasumber, didapatkan bahawa cara bidan
ruangan melakukan komunikasi yang efektif dilakukan dengan cara TBK atau
dengan tulis, baca dan konfirmasi.
Hasil analisis :
SKP/IPSG 2.2 Rumah sakit mengembangkan dan mengimplementasikan suatu
proses untuk komunikasi serah terima (handover communication).
maksud dan tujuan SKP 2 sampai skp 2.2 (intent of IPSG.2 Through IPSG 2.2)
Komunikasi efektif, komunikasi yang singkat, akurat, lengkap jelas dan mudah
dimengerti oleh penerima pesan akan mengurangi kesalahan sehingga meningkatkan
keselamatan pasien, pada saat serah terima (handover) dapat juga dinyatakan sebagai
komunikasi untuk proses pengoperan (handoff) pada RS. Santosa Center sendiri
setiap bergantian shiftnya dikomunikasikan seperti adanya perintah lisan atau telpon
dari tenaga kesehatan lain dilakukan reed back kembali oleh penerima perintah.
19. Prosedur Penggunaan Obat High Alert
Obat High Alert tidak disimpan diruangan, semua disimpan di Farmasi dan untuk
memberikan obat yang High Alert menggunakan resep berbeda, kemudian
diwajibkan untuk double check seperti menerima obat dan memberikan ke pasien, itu
diharuskan double check dan harus lebih satu orang.
Hasil Analisis :
Standar SKP/IPSG.3 Rumah sakit mengembangkan dan mengimplementasikan suatu
proses untuk meningkatkan keamanan penggunaan obat-obatan risiko tinggi/perlu
diwaspadai (high-alert medication)
20. Obat High Alert yang look like, sound like apakah terpisah dengan obat lainnya?
Berdasarkan dengan hasil wawancara dengan narasumber didapatkan bahwa obat
High Alert yang look like, sound like ditempatkan terpisah dengan obat lainnya dan
ditempatkan di Farmasi dan tidak ada di ruangan
22. Meminimalisir terjadinya infeksi
Beradsarkan dengan hasil wawancara dengan narasumber, didapatkan hasil bahwa
meminimalisir agar tidak terjadinya infeksi dilakukan dengan pencegahan terjadinya
infeksi seperti mencuci tangan, pemakain masker, etika batuk, pengelolaan limbah di
Rumah Sakit.
Hasil analisis :
Untuk RS Unggul Karsa Medika sendiri sudah sesuai mulai dari tempat mencuci
tangan,sabun maupun tisu,. perawatpun selalu mencuci tangan dengan prosedur 6
langkah menurut WHO
23. Meminimalisir Resiko Jatuh
Bidan selalu mengidentifikasi untuk pasien dateng terkait penilaian resiko jatuh
untuk pasien diruang rawat inap berian timur pasien lanjut usia dipasilitasi
penerangannya yang cukup, sandal yang berbahan kesat untuk memastikan tidak
licin saat dipakai, bed plang selalu terpasang. Dan sejauh ini resiko jatuh diruangan
berlian timur sangat aman tidak ada pasien jatuh dari tempat tidur atau di sekitaran
ruangan berian timur.
Analisa Data:
Berdasarkan SKP/IPSG.6 Rumah sakit mengembangkan dan mengimplementasikan
suatu proses untuk mengurangi resiko cedera pada pasien akibat jatuh banyak cedera
dirumah sakit pada pasien rawat inap atau rawat jalan sebagai akibat jatuh. Resiko
jatuh berhubungan dengan: pasien, situasi dan atau lokasi.
G. KAJIAN MARKET
a. Data yang dikaji
1) Mengkaji indikator mutu di ruangan post partus meliputi Bed Occupancy Ratio
(BOR), Average Length Of Stay (AVLOS), Turn Over Internal (TOI), Bed Turn
Over (BTO), dan Net Death Rate (NDR)
2) Mengkaji angka kejadian nosokomial
No.
Data Hasil Wawancara
1 Indikator mutu di ruangan Bagja meliputi Bed Occupancy Ratio (BOR), Average
Length Of Stay (AVLOS), Turn Over Internal (TOI), Bed Turn Over (BTO) dan
Net Death Rate (NDR).
a. BOR (Bed Occupation Ratio)
Menurut Depkes RI (2005) Bed occupation Ratio adalah presentase pemakaian
tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi
rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur Rumah Sakit. Nilai parameter BOR
yang ideal adalah antara 60-85 % .
Rumus :
Tabel 1
Data BOR pada tanggal 20 April 2020
di Ruang Bagja Rumah Sakit Unggul Karsa Medika
24 x 100 % 2400
= =11,53 →12
16 x 13 208
Tabel 2
Hasil BOR pada tanggal 20 April 2020
di Ruang Bagja RS Unggul Karsa Medika
No Bulan Jumlah hari rawat BOR (%)
1. Mei 2020 24 12
Total 12
(sumber: Wawancara, Direktur Keperawatan Rumah Sakit Unggul Karsa Medika)
Hasil Analisa Data:
Berdasarkan hasil yang diperoleh didapatkan nilai BOR di ruang Bagja RS
Unggul Karsa Medika pada bulan Mei sebesar 12%. Presentase tersebut
menggambarkan belum tercapainya standar nilai BOR. Menurut Depkes RI (2005)
rentang normal angka BOR yaitu 60-80%. BOR digunakan untuk mengetahui tingkat
pemanfaatan tempat tidur Rumah Sakit. Angka BOR yang rendah menunjukkan
kurangnya pemanfaatan fasilitas perawatan Rumah Sakit oleh masyarakat,
sedangkan angka BOR yang tinggi menujukkan tingkat pemanfaatan tempat tidur
yang tinggi sehingga perlu pengembangan Rumah Sakit atau penambahan tempat
tidur.
Berdasarkan hasil kajian situasi yang dilakukan pada bulan April 2020 di
ruang Bagja RS Unggul Karsa Medika didapatkan hasil AVLOS pasien sebagai
berikut :
Tabel 3
Hasil AVLOS pada tanggal 20 April 2020
di Ruang Bagja RS Unggul Karsa Medika
Jumlah Lama di Jumlah Pasien AVLOS
No. Bulan
Rawat Keluar (hari)
1. 1 – 13 29 13 2
Mei 2020
Rata-rata 2
(sumber: Wawancara, Direktur Keperawatan Rumah Sakit Unggul Karsa Medika)
Hasil Perhitungan :
29
=2,23 →2
13
Berdasarkan hasil kajian situasi yang dilakukan pada bulan April 2020 di
Ruang Bagja Rumah Sakit Unggul Karsa Medika didapatkan TOI pasien sebagai
berikut:
Tabel 4
Hasil TOI pada tanggal 20 April 2020
di Ruang Bagja Rumah Sakit Unggul Karsa Medika
No Bulan Jumlah Bed Jumlah Pasien TOI
Keluar (hari)
1. Mei 2020 16 13 14
Total 14
(sumber: Wawancara, Direktur Keperawatan Rumah Sakit Unggul Karsa Medika)
Hasil Perhitungan :
( 16 x 13 )−24 184
= =14,15 →14
13 13
Hasil Analisa Data:
Berdasarkan hasil rata-rata TOI yang diperoleh di Ruang Berlian Timur RS
Sentosa Central pada bulan April 2020 adalah 14 hari dan termasuk tidak ideal
karena menurut standar Depkes RI (2005) TOI kisaran 1-3 hari, yang artinya
pemanfaatan tempat tidur diruang Bagja rendah dan pengisian tempat tidur ada
rentang hari yang cukup lama.
Rumus :
Tabel 5
Hasil BTO pada tanggal 14 Mei 2020
di Ruang Bagja Rumah Sakit Unggul Karsa Medika
No Bulan Jumlah Pasien Jumlah Bed BTO (kali)
Keluar
1. Mei 2020 13 16 1
Total 1
(sumber: Wawancara, Direktur Keperawatan Rumah Sakit Unggul Karsa Medika)
Hasil Perhitungan :
13
=0,81 →1
16
Hasil Analisa Data
Berdasarkan hasil total BTO yang diperoleh di Ruang BOR di Ruang Bagja
Rumah Sakit Unggul Karsa Medika pada bulan Mei adalah 1 kali. Tersusunnya
ruang post partus yang masih terbilang baru, mengindikasikan penilaian yang
belum dapat terlihat secara jelas apakah ideal atau tidak karena belum dapat terlihat
selama satu tahun.
Berdasarkan hasil kajian situasi yang dilakukan pada bulan Mei 2020 di Ruang
Bagja Rumah Sakit Unggul Karsa Medika didapatkan NDR pasien sebagai berikut:
Tabel 5
Hasil BTO pada tanggal 14 Mei 2020
di Ruang Bagja Rumah Sakit Unggul Karsa Medika
No Bulan Jumlah Pasien Jumlah Pasien NDR (%)
mati keluar
1. Mei 2020 0 13 0
Total 0
(sumber: Wawancara, Direktur Keperawatan Rumah Sakit Unggul Karsa Medika)
Hasil Perhitungan :
0 x 100 %
=0
13
Hasil Analisa Data
Menurut standar Depkes (2005) ideal nya kurang dari 25%. Dengan data seperti itu
maka dapat dikatakan pelayanan dirumah sakit baik karena mampu menekan angka
kematian. Berdasarkan hasil total NDR yang diperoleh di Ruang Bagja Rumah Sakit
Unggul Karsa Medika pada bulan Mei adalah 0%.
2 Akreditasi Rumah Sakit
Berdasarkan hasil kajian situasi yang dilakukan pada 14 Mei 2020 bersama dengan
Direktur Keperawatan Rumah Sakit Unggul Karsa Medika didapatkan hasil bahwa
Rumah sakit Unggul Karsa Medika belum terakreditasi dengan tipe C kepemilikan
swasta.
Hasil analisis:
Dasar hukum pelaksanaan akreditasi rumah sakit adalah UU No. 44 Tahun 2009 tentang
rumah sakit dan permenkes 1144/Menkes/Per/VIII/2010 tentang organisasi dan tata kerja
kementrian kesehatan. Dengan kata lain bahwa rumah sakit yang sudah terakreditasi dan
mendapat pengakuan dari pemerintah bahwa semua hal yang ada didalamnya sudah
sesuai dengan standar. Sarana dan prasarana yang dimiliki rumah sakit, sudah sesuai
standar. Prosedur yang dilakukan kepada pasien juga sudah sesuai dengan standar.
Hasil analisis:
Menurut Taurany (2008), promosi merupakan kombinasi dari variabel-variabel
periklanan, penjualan tatap muka ,promosi penjualan, dan publisitas yang dilakukan oleh
Rumah Sakit dalam upaya menginformasikan produk pelayanan kepada para pelanggan
(konsumen), sehingga para pelanggan (konsumen) termotivasi/terdorong untuk
melakukan pembelian. RS Unggul Karsa Medika sudah melakukan promosi rumah sakit
dengan bekerja sama dengan stasion televisi dan radio.
4 Angka Kejadian Infeksi
Berdasarkan hasil kajian situasi yang dilakukan pada 14 Mei 2020 bersama dengan
Direktur Keperawatan Rumah Sakit Unggul Karsa Medika didapatkan hasil bahwa sejak
Ruang Bagja beroperasi sebagai ruang post partus selama 13 hari belum ada kejadian
infeksi nasokomial, hal ini dikarenakan bidan telah melakukan asuhan kebidanan sesuai
dengan pedoman yang ada, serta menggunakan APD secara tepat sesuai dengan SPO
sehingga pelayanan yang diberikan oleh bidan kepada pasien menjadi optimal.
Hasil Analisis
Peraturan Manteri Kesehatan RI Nomor 1691/Menkes/Per/VIII/2011, yang menyatakan
bahwa keselamatan pasien di rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari wawancara, untuk 13 hari terakhir tidak di dapatkan adanya infeksi
nosokomial. Sehingga dapat di simpulkan bahwa untuk pencegahan infeksi pasien di
ruangan tersebut baik.
BAB III
A. Analisa Data
1. Matrik IFAS
4. Adanya visi dan misi rumah 0,08 4 0,32 Pada SNARS ada ketentuan
sakit serta ruangan bahwa setiap Rumah Sakit
harus memiliki Visi dan misi
11. Mampu bekerja sama 0,07 3 0,21 Stasion televisi lokal dan radio
dengan stasion televisi lokal yang telah bekerja sama
dan radio dalam diantaranya Bandung TV dan
mempromosikan program Ardan radio
unggulan dan pelayanan
yang ada di RS Santosa
Central
12. Sejak beroperasi 0,06 2 0,12 Bidan telah melakukan asuhan
selama 13 hari belum ada kebidanan sesuai dengan
infeksi nasokomial pedoman yang ada, serta
menggunakan APD secara
tepat sesuai dengan SPO
sehingga tidak didapatkan
adanya infeksi nosokomial.
Total 1 3,27
B. Kategori Weakness (Kelemahan)
1. Sebagian besar bidan di 0,12 -2 -0,24 Di indonesia menurut
ruang Bagja adalah BK 3 Peraturan Mentri Kesehatan
Nomor 40 Tahun 2017,
mempunyai tahapan jenjang
karir yang disesuaikan dengan
tingkatan pendidikan, lamanya
ia bekerja serta kemampuan
yang dimiliknya dan
dibuktikan oleh adanya
sertifikat.
Total 1 -2,21
Total 1,06
2. Matrik EFAS
Total 1 3,35
Total 1 -1
FAKTOR EVALUASI EKSTERNA/EFAS
DIAGRAM SWOT
Opportunity = 3,35
II : Konventional I : Agresif
Treath = - 1,00
HASIL SKOR
IFAS = 1,06 EFAS = 2,35
DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan RI. No.81/Menkes/SK/I/2004. Pedoman
Penyusnan Perencanaan SDM Kesehatan di Tigkat Propinsi. Kabupaten/Kota serta Rumah Sakit.
Jakarta