Anda di halaman 1dari 163

LAPORAN DISEMINASI AKHIR

PRAKTIK PROFESI DEPARTEMEN MANAGEMEN KEPERAWATAN


DI PUSKESMAS TAJINAN
KABUPATEN MALANG
Tanggal 14 – 28 Juni 2021

Oleh :

1. Adhe Mei sari (20300)


2. Heni purwanti (2030052)
3. Silfiyatul fauziyah (2030077)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN
2021
LEMBAR PENGESAHAN

“Laporan Desiminasi Akhir Manajemen Keperawatan Puskesmas


Tajinan Malang”
Disusun untuk memenuhi Tugas Profesi Ners Departemen Manajemen
Keperawatan di Puskesmas Tajinan
Kabupaten Malang

Oleh:
Kelompok
1. Adhe Mei sari (20300)
2. Heni purwanti (2030052)
3. Silfiyatul fauziyah (2030077)

ii
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur atas kehadirat Allah yang maha kuasa karena
atas rahmat dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas Praktik
Profesi Ners Stase Manajemen ini. Dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata
kuliah Manajemen.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas ini masih jauh dari kategori
sempurna, oleh karena itu penulis dengan hati dan tangan terbuka mengharapkan
saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan tugas yang akan datang.
Selanjutnya dalam kesempatan ini penulis tidak lupa untuk menyampaikan
ucapan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan moral dan spiritual, langsung maupun tidak langsung dalam
menyelesaikan tugas ini. Semoga makalah desiminasi ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.

Tajinan,

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman Sampul..........................................................................................i
Lembar Pengesahan.....................................................................................ii
Kata Pengantar............................................................................................iii
Daftar Isi.......................................................................................................iv
BAB I Pendahuluan.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................3
1.3 Tujuan.............................................................................................3
1.4 Manfaat...........................................................................................4
1.5 Tempat dan Waktu..........................................................................5
BAB II Gambaran Umum Puskesmas Tajinana Kabupaten Malang. . .6
2.1 Profil Dan Gambaran Umum Puskesmas Tajinan..........................6
2.2 Profil Denah Puskesmas Tajinan....................................................9
BAB III Hasil Pengkajian Dan Analisa Serta Sintesa Permasalahan
Manajemen Keperawatan..........................................................10
3.1 Man.................................................................................................10
3.2 Material & Machine........................................................................24
3.3 Method............................................................................................37
3.4 Money.............................................................................................63
3.5 Mutu................................................................................................64
3.6 Analisa SWOT................................................................................87
3.7 Diagram Layang SWOT.................................................................91
BAB IV Prioritas Masalah, Alternatif Penyelesaian Masalah Dan
POA Penyelesaian Masalah Manajemen Keperawatan Di
Puskesmas ...................................................................................93
BAB V Pembahasan.....................................................................................95
BAB VI Kesimpulan Dan Saran.................................................................108
Daftar Pustaka.............................................................................................109

iv
Lampiran
1. M1 Man
a. Ketenagakerjaan
b. Tingkat Ketergantungan Pasien
2. M3 Method
a. MAKP
1) Tupoksi Kepala Ruang
2) Tupoksi Kepala Tim
3) Tupoksi Perawat Pelaksana
b. Timbang terima
c. Ronde Keperawatan
d. Sentralisasi Obat
e. Supervisi
f. Penerimaan Pasien Baru
g. Discharge Planning
h. Dokumentasi
3. M4 Money
a. Sumber Pendapatan
4. M5 Mutu
a. Sasaran Keselamatan Pasien
1) SOP Pemberian Obat
2) SOP Komunikasi Efektif
3) SOP Penyimpanan Obat High Alert
4) SOP Cuci Tangan
5) SOP Assesmen dan Pengelolaan Pasien dengan Resiko Jatuh
b. Foto Kesalahan Pembuangan Sampah
5. Dokumentasi
a. Banner Pemilahan Sampah
b. Stiker Sampah Infeksius dan Non Infeksius
c. Role Play Timbang Terima
d. Sosialisasi Pemilahan Sampah
e. Penempelan Stiker

v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rumah sakit merupakan unit pelayanan kesehatan dari sistem pelayanan
kesehatan dan merupakan unsur strategis dilihat dari konteks jumlah biaya
yang dikeluarkan (Depkes, 2007). Tuntutan masyarakat terhadap kualitas
pelayanan keperawatan di rumah sakit dirasakan sebagai fenomena yang harus
di respon oleh perawat. Oleh karena itu pelayanan keperawatan perlu
mendapatkan prioritas utama dalam mengembangkan pengetahuan.
Pengembangan pengetahuan dapat di kembangkan menjadi beberapa aspek
keperawatan yaitu aspek keperawatan yang bersifat saling berhubungan,
saling bergantung, saling mempengaruhi, dan saling berkepentingan. Oleh
karena alasan-alasan diatas maka pelayanan keperawatan harus dikelola secara
professional, sehingga perlu adanya manajemen keperawatan (Priharjo, 2010)
Pada umumnya, rumah sakit memilikli tenaga keperawatan lebih banyak
dibandingkan dengan tenaga profesi lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa
setiap rumah sakit memiliki potensi yang sangat besar dan kuat dalam
pengembangan manajemen keperawatan, sebagai upaya perwujudan terhadap
tuntutan masyarakat demi meningkatkan kualitas layanan kesehatan di rumah
sakit. Sehubungan dengan hal tersebut, pengembangan model konsep dan
teori manajemen keperawatan semakin diperlukan untuk mengidentifikasi
sejauh mana penerapan fungsi manajemen keperawatan di suatu rumah sakit
(Suni, 2018).
Manajemen adalah proses mengatur atau mengelola sesuatu yang
dilakukan oleh individu atau sekelompok orang. Proses manajemen ini
termasuk menyusun rencana, pengorganisasian, pelaksanaan, serta
pengendalian atau pengawasan (Prawiro, 2021). Dalam konteks suatu
organisasi atau perusahaan, secara singkat istilah manajemen adalah apa yang
dilakukan manajer. Secara luas cakupannya apa saja yang telah direncanakan,
distrukturkan, direalisasikan melalui tindakan, dan dalam tahap
pengawasannya oleh kalangan manajerial bukan hanya untuk mencapai

1
sasaran- sasaran yang ditetapkan atau tujuan tertentu saja (Nurdiansyah,
2019).
Perawat merupakan profesi yang cukup mengambil andil besar dalam
kegiatan operasional rumah sakit. Kualitas perawat yang meningkat
diharapkan dapat bekerja secara produktif dan professional sehingga dapat
mencapai kinerja sesuai standart yang ditetapkan rumah sakit (Serri, 2020).
Hal ini bisa di tempuh dengan meningkatkan kualitas perawat melalui proses
pendidikan lanjutan pada program pendidikan perawat. Enggan demikian,
diharapkan terjadi perubahan yang mendasar dalam upaya aktif untuk
mensukseskan program pemerintah yang berwawasan luas tentang profesi
keperawatan. Program tersebut bisa diakai apabila pendidikan tinggi
keperawatan tersebut dilaksanakan dengan memperhatikan perkembangan
iptek bidang kesehatan. Selain itu, diperlukan juga proses pembelajaran, baik
di institusi pendidikan maupun pengalaman belajar klinik di rumah sakit dan
komunitas (Nursalam, 2016).
Berdasarkan keadaan ini, perlu di kembangkan model praktik
keperawatan yang di uji coba dengan memberikan pengalaman belajar praktik
klinik kepada mahasiswa (Ners dan Spesialis), sehingga diharapkan mutu
pelayanan kesehatan bisa meningkat (Nursalam, 2016).
Salah satu bentuk dari penerapan manajemen professional adalah
Penerapan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) yang masih
dipakai di banyak Rumah Sakit dan merupakan sebuah Sistem Model Asuhan
Keperawatan Profesional (MAKP) adalah suatu kerangka kerja yang
mendefinisikan keempat unsur, yakni: standar, proses keperawatan,
pendidikan keperawatan dan sistem MAKP. Definisi tersebut berdasarkan
prinsip nilai yang diyakini dan akan menentukan kualitas produksi atau jasa
layanan keperawatan. Jika perawat tidak memiliki nilai tersebut sebagai salah
satu pengambilan keputusan yang independen, maka tujuan pelayanan
kesehatan atau keperawatan dalam memenuhi kepuasan pasien tidak akan
dapat terwujud.
Puskesmas Tajinan menerapkan MAKP yaitu suatu metode pemberian
asuhan keperawatan dengan seorang perawat professional memimpin

2
sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada
sekelompok klien, melalui upaya kooperatif dan kolaboratif. Model Asuhan
Keperawatan Profesional (MAKP) adalah suatu kerangka kerja yang
mendefinisikan empat unsur, yaitu standar, proses keperawatan, pendidikan
keperawatan, dan sistem MAKP. MAKP akan menentukan kualitas jasa
layanan keperawatan. 
Adapun kelebihan dalam penerapan metode keperawatan ini yaitu dapat
memfasilitasi pelayanan keperawatan secara komprehensif, memungkinkan
pelaksanaan proses keperawatan, konflik antar staf dapat dikendalikan melelui
rapat dan efektif untuk belajar, memberi kepuasan anggota tim dalam
hubungan interpersonal, memungkinkan peningkatan kemampuan anggota tim
yang berbeda-beda secara efektif, peningkatakan kerja sama dan komunikasi
di antara anggota tim dapat menghasilkan sikap moral yang tinggi,
menghasilkan kualitas asuhan keperawatan yang dapat dipertanggung
jawabkan dan memberikan motivasi perawat untuk selalu bersama klien
selama bertugas (Suni, 2018).

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana sistem manajemen keperawatan di ruang Puskesma Tajinan
Kabupaten Malang?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktek profesi manajemen keperawatan,
mahasiswa diharapkan dapat mengerti dan memahami prinsip
manajemen keperawatan dan mampu mengelola pelayanan profesional
tingkat dasar secara bertanggung jawab dan menunjukkan sikap
kepemimpinan yang profesional dan melakukan model asuhan
keperawatan profesional sesuai dengan prinsip MAKP yang dijalankan
pada Puskesmas Tajinan Kabupaten Malang.

3
1.3.2 Tujuan Khusus
Setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran klinik manajemen dan
kepemimpinan keperawatan, peserta didik mampu:
1. Mengetahui profil puskesmas tajinan Kabupaten Malang
2. Menganalisa situasi di puskesmas tajinan sebagai dasar untuk
menyusun rencana strategis dan rencana operasional.
3. Menetapkan prioritas kebutuhan dan masalah menejemen
keperwatan bersama pihak puskesmas tajinan Kabupaten Malang
dan khususnya Ruang rawat inap.
4. Menyusun tujuan dan rencana alternatif pemenuhan masalah di
Ruang rawat inap.
5. Mengusulkan alternatif pemenuhan masalah yang bersifat tekhnik
operasional bagi puskesmas tajinan dan Ruang rawat inap.
6. Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan pada aspek masukan dan proses
pada menejemen keperawatan di Ruang rawat inap.
7. Menyusun rencana tindak lanjut dari hasil yang dicapai berupa
upaya mempertahankan dan memperbaiki hasil melalui kerjasama
dengan unit di puskesmas tajinan dan Ruang rawat inap.

1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Bagi Puskesmas
1. Memberikan masukan dalam meningkatkan mutu pelayanan di
Ruang rawat inap.
2. Tercapainya tingkat kepuasan kinerja yang optimal.
3. Terbinanya hubungan yang baik antara perawat dengan perawat,
perawat dengan tim kesehatan lain, dan perawat dengan pasien serta
keluarga.
4. Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin diri perawat.
5. Pencapaian pelayanan kesehatan yang optimal kepada pasien.

4
1.4.2 Manfaat Institusi Pendidikan
Sebagai referensi institusi pendidikan dalam pelaksanaan
managemen asuhan keperawatan secara profesional.

1.4.3 Manfaat Bagi Mahasiswa


1. Mahasiswa dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan
penerapan model MAKP di Ruang rawat inap Puskesmas tajinan
Kabupaten Malang.
2. Mahasiswa dapat mengetahui penerapan model MAKP yang
diaplikasikan di Ruang rawat inap Puskesmas tajinan Kabupaten
Malang.
3. Memberikan kesempatan untuk berpikir kritis dalam menganalisis
pelaksanaan MAKP di Ruang rawat inap Puskesmas tajinan
Kabupaten Malang.
4. Mahasiswa dapat menganalisis masalah dengan metode SWOT dan
menyusun rencana strategi.
5. Mahasiswa dapat mempelajari penerapan model asuhan keperawatan
professional di Ruang rawat inap Puskesmas tajinan Kabupaten
Malang.
6. Tercapainya pengalaman dan kesempatan dalam pengelolaan suatu
ruang rawat inap.

1.5 Tempat dan Waktu


Tempat : Ruang Rawat inap Puskesmas tajinan Kabupaten Malang
Waktu :14 Juni– 28 Juni 2021

5
BAB II
GAMBARAN UMUM PUSKESMAS TAJINAN
KABUPATEN MALANG

2.1 Profil Dan Gambaran Umum Puskesmas Tajinan


a. Sejarah Singkat
a. Tahun 1930- 1970
Panti Husada yang didirikan dan diresmikan oleh Bendoro Raden Ajoe Adipati Ario
Harsono
b. Tahun 1970- 1978

b. Luas Lahan
c. Jenis-jenis pelayanan di rumah puskesmas
Jenis layanan yang ada di Puskesmas Tajinan saat ini terdiri dari :
a. Pelayanan UGD 24 jam

b. Pelayanan Rawat Jalan

Tabel 2.2 Rawat Jalan


RAWAT JALAN
Poli Umum Poli KIA
Poli Gigi Poli MTBS
Poli KB

c. Pelayanan Rawat Inap


1) Rawat Inap Umum
d. Pelayanan Penunjang
1) Apotek
2) Laboratorium
e. Pelayanan Konsultasi Gizi
f. Pelayanan Ambulance

6
2.2 Profil Denah Ruang Geranium

Tangga ke atas

Tangga ke bawah

KA
MA
R KAM KAM
KAMAR
MA AR AR KAMAR 4
NDI 3
1 2
PASI NURSE STATION
EN
SP KM
OEL KRY
HO AW
OK N

7
BAB III
HASIL PENGKAJIAN DAN ANALISA SERTA SINTESA
PERMASALAHAN MANAJEMEN KEPERAWATAN

3.1 Man
3.1.1 Struktur Organisasi
Ruang Rawat inap Puskesmas Tajinan Kabupaten Malang dipimpin
oleh kepala ruang, yang dibantu oleh 2 kepala tim, dan 10 perawat
pelaksana. Adapun struktur organisasinya adalah sebagai berikut:

Ariyani wigati, S. Kep, Ns


(Kepala Ruang)

Heni purwanti, S. Kep, Erwin faizatus, Amd. Kep


Ners (Katim 2)
(Katim 1)

Yudis Dwi Yoga, Amd.


Silfiyatul
Kep f, Amd.
Rinda
KepDyastuti, Amd.
Resti Kep
Amalia, Amd.
Dadang Dwi
Kep Nur, Amd. Oktaviani, Amd.Afif
Kep KepRais, Str. Dinik
Kep Tri C, Amd.
SuciKep
Permita, Amd.Selvia,
Kep Amd. Kep
(PP) (PP) (PP) (PP) (PP) (PP) (PP) (PP) (PP) (PP)

Keterangan:
--------- : Ruang Rawat inap (Tempat Dilakukannya Praktek Manajemen)
Gambar 1 : Struktur Organisasi Ruang rawat inap

8
3.1.2 Jumlah Tenaga Kerja Di Ruang Geranium
Jumlah tenaga keperawatan di Ruang rawat inap Puskesmas tajinan
Kabupaten Malang berjumlah 13 orang dengan rincian sebagai berikut:
a. Jumlah Tenaga Kerja di Ruang Geranium RSUD Lawang
Kabupaten Malang
Tabel 3.1 Jumlah Tenaga Keperawatan Ruang Geranium Dalam RSUD
Lawang Kabupaten Malang Berdasarkan Pendidikan

No. Kualifikasi Jumlah Total Prosentase


1. DIV Keperawatan 1 8%
2. S1 Keperawatan 1 8%
3. DIII Keperawatan 11 84%
Jumlah 13 100%
Sumber : Hasil Data Administrasi dan Wawancara Ruang Rawat Inap

Diagram 3.1 : Jumlah Tenaga Kerja di Puskesmas Tajinan

Jumlah Tenaga kerja dipuskesmas


Tajinan

DIV Keperawatan
8%
8% S1 Keperawatan
D3 Keperawatan

84%

Berdasarkan hasil Diagram 3.1 dapat diinterpretasikan bahwa


terdapat 13 orang perawat dipuskesmas tajinan, 1 orang pendidikan
DIV dengan prosentase 8%, 1 orang pendidikan S1 dengan prosentase
8% dan 11 orang pendidikan DIII dengan prosentase 84%.

9
No Nama Jenis Tenaga
Tabel 3.2 Kualitas Pendid Masa
Keperawatan PK
Ruang Geranium Pelatihan
RSUD Lawang
Kepega ikan Kerja
waian
1. Ariyani PNS S1 11 th III 1. Pelatihan Pelayanan Prima
wigati S. 2. Pelatihan Kepemimpinan
Kep, Ns 3. Lokakarya Manajemen
Bangsal-Unit
4. PKRS
5. MPKP
6. Penyegaran Patient Safety
7. Basic Cardiac Life Support
8. Pelatihan Clinical Edukator
(CE) dan Perseptorship/
Pembimbing Klinik
Keperawatan
9. Pelatihan Penatalaksanan Nyeri
10. Seminar Kesehatan “Cara
Praktis, Sistemik dan Mahir
Interpretasi ECG”
11. Pelatihan Komunikasi Efektif
dan Edukasi Kolaborasi
12. Refreshing BHD, PPI dan
Penggunaan Apar
13. Pelatihan Hak Pasien dan
Keluarga Konsep dasar EWS
dan Code Red

2 Heni PNS S1 8 th III 1. Refresh ing bantuan hidup


purwanti, S. dasar, PPI dan pengunaan
Kep, Ners APAR
2. Konsep dasar EWS dan kode
red
3. Pelatihan Komunikasi Efektif
dan Edukasi Kolaborasi
3 Erwin HR DIII 10 th III 1. Refreshing bantuan hidup dasar,
faizatus, PPI dan pengunaan APAR
Amd. Kep 2. BLS & BCLS
3. EWS dan kode red
4. MPKP
5. PPGD
6. Rawat Luka
7. PKRS

4 Indra Ratna, HR DIII 10 th III 1. BLS, BTLS


Amd. Kep 2. MPKP
3. Advanced Cardiac Live support
for nurse and basic ECG
readingmode easy

10
4. Pelatihan phlebotomi bagi
tenaga perawatan
5. Penatalaksanaan nyeri
6. Refreshing bantuan hidup dasar,
PPI dan pengunaan APAR
7. EWS dan kode red
5 Suci Permita, HR DIII 6 th II 1. BLS
Amd. Kep 2. Refreshing bantuan hidup dasar,
PPI dan pengunaan APAR
3. EWS dan kode red

6 Dadang Nur, HR DIII 6 th II 1. BLS


Amd. Kep 2. Refreshing bantuan hidup dasar,
PPI dan pengunaan APAR
3. EWS dan kode red

7 Selvia, Amd. HR DIII 6 th II 1. BLS


Kep 2. Refreshing bantuan hidup dasar,
PPI dan pengunaan APAR
3. EWS dan kode red

8 Dwi HR DIII 6 th II 1. BLS


Oktaviani, 2. EWS dan kode red
Amd. Kep 3. Refreshing bantuan hidup dasar,
PPI dan pengunaan APAR
9 Tiara HR DIII 6 th II 1. MPKP
Kumala, 2. Training penatalaksanaan nyeri
Amd. Kep dan terminal
3. BLS
4. BHD
5. Perawatan luka kronis
6. EWS dan kode red
10 Rinda PNS DIII 3 th II 1. BCLS
Dyastuti, 2. Service excellent training
Amd. Kep 3. Fluid therapy for clitical III
patient
4. Refreshing bantuan hidup dasar,
PPI dan pengunaan APAR
5. EWS dan kode red
11 Silfiyatul HR DIII 2 th I 1. BLS
fauziyah, 2. Refreshing bantuan hidup dasar,
Amd. Kep PPI dan pengunaan APAR
3. EWS dan kode red

12 Adhe mei HR DIII 2 th I 1. BLS


sari, Amd. 2. Refreshing bantuan hidup dasar,
Kep PPI dan pengunaan APAR
3. Konsep dasar EWS dan kode red

11
13 Afif Rais, HR DIII 2 th I 1. BLS & BCLS
Str. Kep 2. BHD
3. Refreshing bantuan hidup dasar,
PPI dan pengunaan APAR
4. EWS dan kode red
Sumber : Hasil Data Administrasi dan Wawancara Ruang Geranium Bulan Juni

Berdasarkan data tabel 3.2 didapatkan bahwa tenaga perawat


di Ruang Geranium Dalam memiliki status kepegawaian yang berbeda
yaitu pegawai negeri dan honorer. Pegawai negeri sebanyak 2orang
(15%) dan HR sebanyak 11 orang (85%). Tenaga perawat memiliki
tingkat pendidikan D3 keperawatan sebanyak 11 orang (84 %), dan S1
Keperawatan sebanyak 1 orang (8 %) dan DIV 1 orang (8%).
Masa kerja perawat di ruang Geranium yaitu 11 tahun
sebanyak 1 orang (8%), 10 tahun sebanyak 1 orang (8%), 8 tahun
sebanyak 2 orang (15%), 6 tahun sebanyak 5 orang (38%), 3 tahun
sebanyak 1 orang (8%), 2 tahun sebanyak 3 orang (23%).
Perawat di ruang Geranium terdapat perawat klinik yaitu PK I
sebanyak 3 orang (23%), PK II 6 orang (46%), PK III 4 orang (31%).
Perawat di ruang Geranium rata – rata telah memiliki sertifikasi
standar seperti BCLS, BLS, Refreshing bantuan hidup dasar, PPI dan
pengunaan APAR.
b. Jumlah Tenaga Non Keperawatan di Ruang Rawat Inap
Puskesmas Tajinan Kabupaten Malang
Tabel 3.3 Jumlah Tenaga Non Keperawatan Ruang rawat inap puskesmas
tajinan Kabupaten Malang
No. Kualifikasi Jumlah Prosentase
1. Administrasi 1 100%
Jumlah 1 100%
Sumber: Hasil Data Administrasi dan Wawancara Ruang rawat inap

Berdasarkan tabel 3.3 dapat diinterpretasikan bahwa tenaga non


keperawatanya itu terdapat administrasi 1 orang sebanyak (100%).

c. Tenaga Medis Kedokteran Di Puskesmas tajinan Kabupaten


Malang

12
Tabel 3.4 Jumlah Tenaga Medis Ruang Puskesmas tajinan

No Dokter Umum Dokter Gigi

1
dr Maritha Devi drg. Wiwin windrati
2 dr.Ayu Dwi
drg. ahyani
maharani
Total 2 2
Sumber : Data Menejerial Bulan Juni 2021

Berdasarkan dari tabel 3.4 menunjukkan bahwa di puskesmas


tajinan memiliki beberapa tim tenaga medis antara lain 4 Dokter , 2
Dokter Umum, 2 Dokter Gigi.

d. Kebutuhan Tenaga Perawat


Perbandingan kebutuhan tenaga keperawatan di puskesmas
tajinan Kabupaten Malang menggunakan Depkes yaitu sebagai
berikut:
1) Perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan tanggal 2021
a) Analisa Kebutuhan Tenaga Keperawatan berdasarkan tingkat
ketergantungan pasien (menurut Depkes, 2005) pada 14 Juni
tanggal 2021
3 pasien minimal x 2 =6
3 pasien Sedang x 3,08 = 9,24
5 pasien agak berat x 4,15 = 20,75
- pasien maksimal x 6,16 = 6,16
Jumlah setelah ditotal = 42,15
Hari efektif = 301 hari
Jam kerja = 7 jam
Jumlah minggu dalam 1tahun = 52 hari
Cuti = 12 hari
Hari Besar = 15 hari
Dinas pagi, sore
42,15
 Jumlah perawat = = 6,02 ( 6 perawat)
7

13
 Jumlah loss day = x 6 = 1,5
6 x 1,5 x 25
 Jumlah hari libur (loss day) = = 2,25
100
Jadi jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan = 6,02+ 1,5 +
2,25 = 9,77

 Total jumlah perawat shif pagi = 2,25+6 = 8,2 = 8


perawat
 Total jumlah perawat shif sore = 2,25+6 = 8,2 = 8
perawat
Dinas malam
 Jumlah perawat = 24/10 =2,4 (2 perawat)

 Jumlah loss day = x 2 = 0,5


 Non Jobs = 2x0,5x25/100 = 0,2
 Total jumlah perawat shif malam = 0,2+ 2 = ( 2 perawat )

14
2) Perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan tanggal 15 juni
2019
a) Analisa Kebutuhan Tenaga Keperawatan berdasarkan tingkat
ketergantungan pasien (menurut Depkes, 2005) pada tanggal
15 juni 2019
3 pasien minimal x 2 =6
4pasien Sedang x 3,08 = 12,32
4pasien agak berat x 4,15 = 16,6
1 pasien maksimal x 6,16 = 6,16
Jumlah setelah ditotal = 41,08

Hari efektif = 301 hari


Jam kerja = 7 jam
Jumlah minggu dalam 1 tahun = 52 hari
Cuti = 12 hari
Hari Besar = 15 hari
Dinas pagi, sore
41,08
 Jumlah perawat = = 5,8 ( 6 perawat)
7

 Jumlah loss day = x 6 = 1,5

 Jumlah hari libur (loss day) =


2,25
Jadi jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan = 5,8 + 1,5 +
2,25 = 9,55
 Total jumlah perawat shif pagi = 2,25+6 = 8,25 = 8
perawat
 Total jumlah perawat shif sore = 2,25+6 = 8,25 = 8
perawat
Dinas malam
 Jumlah perawat = 24/10 =2,4 (2 perawat)

 Jumlah loss day = x 2 = 0,5

15
 Non Jobs = 2x0,5x25/100 = 0,2
 Total jumlah perawat shif malam = 0,2+ 2 = ( 2 perawat )
.

3) Perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan tanggal 16 Juni 2019


a) Analisa Kebutuhan Tenaga Keperawatan berdasarkan tingkat
ketergantungan pasien (menurut Depkes, 2005) pada tanggal
16juni 2019
1pasien minimal x 2 =2
7pasien Sedang x 3,08 = 21,56
1 pasien agak berat x 4,15 = 4,15
1 pasien maksimal x 6,16 = 6,16
Jumlah setelah ditotal = 33,87

Hari efektif = 301 hari


Jam kerja = 7 jam
Jumlah minggu dalam 1tahun = 52 hari
Cuti = 12 hari
Hari Besar = 15 hari
Dinas pagi, sore
33,87
 Jumlah perawat = = 4,8 ( 5 perawat)
7

 Jumlah loss day = x 5 = 1,3

 Jumlah hari libur (loss day) = 1,6


Jadi jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan = 4,8 +1,3+1,6 =
7,7(8 orang)
 Total jumlah perawat shif pagi = 1,6+5 = 7 perawat
 Total jumlah perawat shif sore = 1,6+5 = 7 perawat

16
Dinas malam
 Jumlah perawat = 24/10 =2,4 (2 perawat)

 Jumlah loss day = x 2 = 0,5


 Non Jobs = 2x0,5x25/100 = 0,2
 Total jumlah perawat shif malam = 0,2+ 2 = ( 2 perawat )
4) BOR (Bed Occupacy Rate)
BOR adalah proporsi pemakaian tempat tidur pada satu-satuan
waktu tertentu. Nilai yang di dapat menggambarkan tinggi rendahnya
tingkat pemanfaatan tempat tidur (Nursalam, 2014). Menurut Depkes
RI, (2005) Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 70-85%.
Rumus BOR adalah sebagai berikut ;

Jumlah TT di Ruang puskesmas tajinan = 18 TT


Berdasarkan pengkajian pada tanggal 14 - 28 Juni 2021,
penggunaan tempat tidur di puskesmas tajinan adalah sebagai berikut:
Perhitungan BOR (Bed Occupacy Rate)
 BOR pasien di ruang Geranium

Tabel 3.5 BOR ruang Geranium Tanggal 14 Juni 2019


No Sift Jumlah Bed BOR
1 Pagi 12 (0 kosong) 12/18 x 100 % = 66,6%
2 Siang 9 (3 kosong) 9/18 x 100 % = 50%
3 Malam 10(2 kosong) 10/18 x 100 % = 55,5%
Sumber : Hasil observasi & data puskesmas tajinana Kabupaten Malang Bulan
Juni 2021

17
 BOR pasien di puskesmas tajinan
Tabel 3.6 BOR ruang Geranium Tanggal 15 juni 2019

No Sift Jumlah Bed BOR


1 Pagi 12 (0 kosong) 12/18 x 100 % = 66,6%
2 Siang 8 (4 kosong) 8/18 x 100 % = 44,4%
3 Malam 11(1kosong) 11/18 x 100 % = 61,1%
Sumber :Hasil observasi & data puskesmas tajinan Kabupaten Malang Bulan
Juni 2021

 BOR pasien di puskesmas tajinan


Tabel 3.7 BOR ruang Geranium Tanggal 16 juni 2019

No Sift Jumlah Bed BOR


1 Pagi 11(1 kosong) 11/18 x 100 % = 61,1%
2 Siang 10(2 kosong) 10/18 x 100 % = 55,5%
3 Malam 10 (2 kosong) 10/18 x 100 % = 55,5%
Sumber : Hasil observasi & data rekapan puskesmas tajinan Kabupaten
Malang Bulan Juni 2021

Total Prosentase; 516,3: 9 = 57,3 %


Jadi berdasarkan hasil perhitungan BOR pada tanggal 2021
menunjukkan bahwa nilai BOR berada pada nilai 86,07%. Menurut
DEPKES R1 2005 standart efesiensi BOR diruang rawat inap
adalah 60%-85%. dengan kesimpulan bahwa BOR di puskesmas
tajinan tidak memenuhi standar BOR yang ada.

Masalah pada M1 (MAN)


Berdasarkan hasil pengkajian dari M1 tidak ada masalah.

3.1 M2-Material
3.2.1 Penataan Gedung / Lokasi Dan Denah Ruangan
Lokasi penerapan proses manajerial keperawatan ini dilakukan
pada puskesmas tajinan Kabupaten Malang dengan urutan denah
sebagai berikut:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Mushola
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan lahan warga

18
c. Penataan Ruangan
Ruang Stase Perawat (Ners Station), Ruang petugas jaga,
ruang administrasi, ruang KIE terletak ditengah. Ruang spoel hoek,
dapur, toilet karyawan, dan penataan linen terletak disebelah Timur.
1. Ruang Perawatan Geranium terdiri dari 3 kamar dengan kapasitas
termpat tidur yang berbeda pada setiap kamar dengan penjelasan
sebagai berikut
a) Kamar Perawatan 1
Kamar perawatan 1 terletak pada sisi paling barat Ruang
Geranium. Dengan total tempat tidur 2 dan 1 toilet pasien, serta
kamar ini berisi:
1) 2 Tempat tidur / bed pasien
2) 2 Almari kecil
3) 2 Kursi untuk penunggu pasien
4) 2 Oksigen Central
5) 1 Toilet Pasien dapat digunakan
6) 1 Wastafel
b) Kamar Perawatan 2
Kamar perawatan 2 terletak pada sisi barat ruang Stase
Perawat. Dengan total tempat tidur 2 dan 1 toilet pasien, serta
kamar ini berisi:
1) 2 Tempat tidur / bed pasien
2) 2 Almari kecil
3) 2 Kursi untuk penunggu pasien
4) 2 Oksigen Central
5) 1 Toilet Pasien
6) 1 Wastafel

19
c) Kamar Perawatan 3
Kamar perawatan 3 terletak pada sisi timur Kamar perawatan 2.
Dengan total tempat tidur 6 dan 1 toilet pasien berada di luar
kamar sebelah utara kamar, serta kamar ini berisi:
1) 6 Tempat tidur / bed pasien
2) 6 Almari kecil
3) 6 Kursi untuk penunggu pasien
4) 6 Oksigen Central
5) 1 Wastafel
d) Kamar Perawatan 4
Kamar perawatan 4 terletak pada sisi timur nurse station.
Dengan total tempat tidur 8 dan 1 toilet pasien di luar, serta
kamar ini berisi:
1) 8 Tempat tidur / bed pasien
2) 8 Almari kecil
3) 8 Kursi untuk penunggu pasien
4) 8 Oksigen Central
5) 1 Wastafel
2. Ruang Stase Perawat (Nurse Station)
Terletak dibagian tengah dari kamar perawatan sisi barat dan
timur. Dengan posisi meja perawat di bagian tengah. Kapasitas
ruangan kurang luas untuk mobilisasi perawat terutama pada pagi
hari. Namun cukup terstruktur mengenai penempatan pasien, dan
perawat dapat dengan mudah mengontrol pasien.
3. Ruang Kepala Ruangan
Berada di sebelah timur pintu masuk nurse station
4. Ruang KIE / Dokter
Berada di sisi selatan nurse station dan sisi barat ruang ganti
perawat. Selain berisi meja dan kursi untuk konsultasi diruang ini
juga terdapat lemari es untuk penyimpanan obat dan dispenser.
5. Ruang Administrasi Kantor
Berada tengah dan menjadi satu dengan ruang stase perawat

20
6. Tempat Linen Bersih
Almari Linen berbalikan dengan almari alat kesehatan berada di
sebelah timur
7. Tempat Alat Kesehatan
Almari alat kesehatan berbalikan dengan almari linen berada di
sebelah timur
8. Spoolhoek
Ruang rawat inap memiliki tempat pembuangan kotoran bekas
pelayanan khususnya berupa cairan dan pencucian alat medis yang
berada bersebelahan dengan toilet karyawan sebelah timur.
Namun, ruang spoolhoek ini menjadi satu dengan Dapur.
9. Gudang
Ruang rawat inap belum memiliki gudang. Sehingga peralatan
yang dibutuhkan untuk menunjang pelayanan kesehatan pasien
dirapikan serapi mungkin.
10. Toilet Karyawan
Ruang rawat inap memiliki toilet untuk karyawan berjumlah 1
toilet. Ruang toilet karyawan berada di sisi timur ruang spoelhook
dan dapur.

21
11. Toilet Pasien
Puskesmas tajinan memiliki toilet untuk pasien berjumlah 4 toilet
untuk 18 pasien. 2 toilet pasien terletak pada kamar pasien 1 dan
kamar pasien 2. Dan terdapat 2 kamar mandi luar untuk kamar
pasien 3 dan kamar pasien 4.
12. Dapur
Di ruang geranium tidak terdapat dapur khusus pasien.
13. Ruang Tindakan (belum tersedia)
14. Ruang Linen Kotor
Linen kotor diletakkan / dimasukkan pada keranjang besar yang
sudha dilapisi kresek kuningyang berada di sebelah barat kamar 4
dekat lift.
15. Denah Ruangan
Pada ruangan terdapat tanda arah jalur evakuasi yang dapat dilihat
pada ruangan tersebut
.

22
Tangga ke atas
Tangga ke bawah

L
I
F
T

KAMAR KAMAR
KAMAR KAMAR
MANDI KAMAR 4
PASIEN 1 2 3
NURSE STATION
SPOEL KM
HOOK KRYAWN

23
3.2.2 Sarana atau Fasilitas

3.1 Fasilitas untuk Petugas Kesehatan


a) Ruang KIE / Dokter
Berada di sisi selatan nurse station dan sisi barat ruang ganti
perawat. Selain berisi meja dan kursi untuk konsultasi diruang
ini juga terdapat lemari es untuk penyimpanan obat dan
dispenser.
b) Nurse Station
Kondisi kurang rapi, karena dijadikan juga penempatan
dokumen dan menjadi satu dengan ruang administrasi kantor,
rak obat pasien. Nurse station terletak di tengah dari sisi barat
dan timur kamar perawatan. Sebelah utara ruang KIE / Dokter.
c) Ruang Ganti Perawat
Berada di sisi timur ruang KIE / dokter dan sisi selatan ruang
stase perawat.
d) Toilet Karyawan
Toilet karyawan cukup bersih dan berada di dalam nurse
station ruang Geranium.
e) Kipas Angin
Terdapat 1 kipas angin yang berada di dalam Nurse Station.
f) Komputer
Terdapat 1 komputer yang berfungsi untuk menginput data-
data pasien
g) Lemari Es
Terdapat 1 lemari es yang berfungsi untuk tempat penyimpanan
obat-obat pasien
h) Dispenser dan Galon Air
Terdapat 1 dispenser dan galon air yang berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan cairan perawat. Serta, alat ini berada di
rung KIE / Dokter

30
i) Televisi
Terdapat 1 televisi yang berada di ruang ganti perawat.
j) Jam Dinding
Terdapat didepan Nurse Station
k) Loker
Terdapat loker untuk menyimpan peralatan pribadi milik
perawat
l) Pesawat Telepon
Terdapat 1 buah pesawat telepon di nurse station
m) Wastafel
Terdapat 1 wastafel untuk cuci tangan karyawan
n) Dapur
Dapur berada satu ruangan dengan ruang spoelhook dan
bersebelahan dengan toilet karyawan
3.2 Fasilitas untuk Pasien
a) Tempat Tidur
Tempat tidur berjumlah 18 bed dalam 4 kamar
b) Almari Kecil
Almari kecil terdapat di setiap pasien berjumlah 18 almari
c) Toilet Pasien
Toilet pasien berjumlah 4 toilet , 2 toilet di kamar 1 dan kamar
2
d) Pendingin Ruangan / AC
Tidak ada AC

31
e) Oksigen Sentral
Terdapat 8 oksigen sentral yang masing-masing kamar terdiri
dari 2 oksigen sentral. Namun Ruang Geranium juga
menyediakan tabung portable sesuai kebutuhan pasien.
f) Wastafel
Wastafel pasien berjumlah 4 wastafel yang terbagi 1 wastafel
pada setiap kamar.
g) Televisi
Terdapat 2 televisi , 1 televisi untuk kamar 1 dan 1 televisi
untuk kamaer 2

3.2.3 Prasarana atau Peralatan

1. Alat Kesehatan

Tabel 3.8 Inventaris Alat Kesehatan Ruang Geranium RSUD


Lawang Kabupaten Malang

No Nama Alat Standar Tersedia Kondisi Jumlah Alat


(Nursalam, Baik Rusak Lebih Sesuai Kurang
2016)
1. Tensimeter 2/ruangan 4 2 2 √
2. Stetoskop 2/ruangan 3 3 √
3. Irigator - 2 2 √
4. Manometer 2/ruangan 11 8 3 √
5. Gunting verband 2/ruangan 1 1 √
6. Korentang 2/ruangan 1 1 √
7. Bak instrument 3/ruangan 3 3 √
besar
8. Bak instrument 3/ruangan 2 1 1 √
kecil
9. Bengkok 3/ruangan 1 1 √
10. Timbangan 2/ruangan 1 1 √
11. Pispot 1:1/2 11 10 1 √
12. Termometer 5/ruangan 1 1 √
digital
13. Ambu bag 1/ruangan 1 1 √
14 Tromol besar - 1 1 √
15. Tourniquet - 2 2 √
16. Cucing dengan 1 2 2 √
tutup
17. EKG 1/ruangan 2 2 √
18. Syring pump 1/ruangan 7 7 √
19. Suction pump 1/ruangan 3 2 1 √
20. Infuse pump 1/ruangan 3 3 √
21. Oximetri 1/ruangan 1 1 √
22. Nebulizer 1/ruangan 2 2 √

32
23. Bed side monitor 1/ruangan 2 2 √
24. Pinset anatomis 2/ruangan 4 4 √
25. Pinset cirughis 2/ruangan 4 1 3 √
26. Klem anatomis - 1 1 √
27. Gunting aj - 1 1 √
28. Gunting lancip - 3 2 1 √
tajam
29. Tongue spatel - 3 3 √
30. Tensimeter - 1 1 √
beroda
31. Tromol kecil - 1 1 √
32. Trolly emergency 1/ruangan 2 2 √
33. Brankart 1/ruangan 1 1 √
34. Penlight 1/runagan 1 1 √
35. GD stik 1/ruangan 1 1 √
Sumber: Hasil Data Administrasi dan Observasi Ruang Geranium

Berdasarkan tabel diatas didapatkan data bahwa beberapa alat


medis cukup memadai dan ada yang melebihi dari standart namun masih
ada beberapa alat medis yang dalam keadaan rusak

2. Peralatan rumah tangga

Tabel 3.9 Inventaris Alat rumah tangga Ruang Geranium RSUD Lawang
Kabupaten Malang

Nama Alat Standar Tersedia Kondisi Jumlah Alat


No (Nursalam, Baik Rusak Lebih Sesuai Kurang
2016)
1. Kursi roda 2-3/ruangan 3 2 √
2. Baki 2/ruangan 3 3 √
3. Meja pasien 1:1 12 12 √
4. Standart infus 1:1 14 14 √
5. Lampu senter 2/ruangan 3 3 √
6. Troli obat 1:1 1 1 √
7. Tempat tidur 1:1 13 13 √
8. Kereta oksigen 1/ruangan 1 1 √
9 Tempat sampah 1:1 6 6 √
medis/nonmedis
10. Tempat sampah 1:1 5 5 √
pasien
11. Tempat sampah 1/ruangan 1 1 √
benda tajam
12. Kursi bulat - 1 1 √
beroda
13. Standing fun - 1 1 √
14 Exhaust - 2 2 √
15. Lemari arsip - 1 1 √
16. Rak handuk 1 1 √
aluminium
17. Kursi lipat merah 5/ruangan 4 4 √
18. Rak status - 1 1 √
19. Kompor - 1 1 √

33
20. Loker obat - 12 12 √
21. Lemari sepatu - 1 1 √
22. Rak sepatu kayu - 1 1 √
23. Pengeras suara - 1 1 √
24. Ac - 5 5 √
25. Tempat linen - 1 1 √
tertutup
26. Rak piring - 1 1 √
27. Troli emergency - 1 1 √
28. Kursi penunggu - 3 3 √
29. Almari instrument - 1 1 √
30. Meja kantor - 2 2 √
Sumber: Hasil Data Administrasi dan Observasipuskesmas tajinan

Berdasarkan tabel diatas didapatkan data peralatan rumah tangga


cukup memadai namun banyak tempat tidur pasien yang railsidenya
rusak dan kurang layak

3. Peralatan Tenun
Tabel 3.10 Inventaris Alat Tenun Ruang puskesmas tajinan Kabupaten
Malang

No Nama Alat Standar Tersedia Kondisi Jumlah Alat


(Nursalam, Baik Rusak Lebih Sesuai Kurang
2016)
1. Kasur 1:1 13 26 √
2. Bantal 1:1 10 10 √
3. Sprei 1:1 130 130 √
4. Sarung bantal 1:1 60 60 √
5. Stik laken 1:1 15 15 √
6. Korden jendela 1:3 12 12 √
7. Korden hijau - 11 11 √
8. Taplak 1:3 3 3 √
9. Baju tindakan - 10 10 √
perawat
12. Mitela - 3 3 √
13. Selimut lorek - 43 43 √
15. Handuk 1:1 4 4 √
16. Baju tindakan - 1 1 √
plastic
17. Bungkus - 4 4 √
instrument
18. Perlak 1:1 43 43 √
19. Handuk kecil 1:1 16 16 √
20. Sketsel putih - 3 3 √
21. Sketsel biru - 3 3 √
22. Ceret plastic - 2 2 √
23. Gayung plastic - 5 5 √
24. Sepatu boot - 2 2 √
25. Serbet - 5 5 √
Sumber: Hasil Data Administrasi dan Observasi puskesmas tajinan

34
Berdasarkan tabel di atas didapatkan data peralatan alat tenun
sebagian besar terpenuhi dan dalam keadaan baik.

4. Peralatan Pencatatan dan Pelaporan

Tabel 3.11 Alat Pencatatan dan Pelaporan Ruangan Geranium RSUD


Lawang Kabupaten Malang
No Jenis Ada Tidak Ada
1 Lembar pengkajian awal √
2 Lembar rencana keperawatan √
Lembar catatan perkembangan
3 √
pasien
4 Lembar observasi cairan √
5 Lembar resume keperawatan √
6 Lembar catatan pengobatan √
7 Lembar laboraturium lengkap √
8 Lembar pemeriksaan radiologi √
9 Lembar permintaan darah √
10 Lembar keterangan kematian √
11 Lembar masuk dan keluar √
Lembar instruksi pelayanan
12 √
medis
Lembar persetujuan tindakan
13 √
medis
Lembar Persetujuan tindakan
14 √
kedokteran
15 Lembar pelayanan keperawatan √
16 Lembar konsultasi √
Lembar instruksi & laporan
17 √
perawat/bidan
18 Lembar penolakan medis √
Lembar permintaan pemakaian
19 √
Ambulance
20 Lembar discharge planning √
21 Surat keterangan rawat inap √
Surat pernyataan pengantar dan
22 √
penanggung biaya
23 Resep umum √
24 Resep BPJS √
25 Resep alat √
26 Buku ekspedisi √
27 Buku register pasien √
28 Buku bon √
29 Lembar instruksi dokter √
30 Buku register rawat inap √
31 Buku pengamat √
Buku jadwal dinas dan jadawal
32 √
Pengawas
33 Buku TTV √
34 Buku laporan perawat √
Buku petunjuk teknis Askep,
35 √
kebinaan, Anak
36 Buku register rawat inap √

35
37 Buku resep khusus BPJS √
38 Lembar asuhan keperawatan √
39 Lembar tindakan keperawatan √
40 Lembar rencana pelayanan √
41 Lembar pelayanan medis √
Lembar pelaksanaan oleh
42 √
perawatan
43 Lembar Askep √
Lembar perumusan intervensi
44 √
perawatan
45 Lembar keterangan rawat inap √
Surat pernyataan paksa/menolak
46 √
dirawat
Lembar penjelas kewajiban
47 √
dokter dan kewajiban pasien
Lembar pelaksanaan pemberian
48 √
obat oleh perawat
Resume keperawatan penderita
49 √
keluar rumah sakit
50 Buku inventaris √
51 Buku SOP tindakan keperawatan √
52 Spidol boardmaker √
53 Pensil Merah Biru √
54 Pensil √
55 Staples √
56 Whiteboard √
Sumber: Hasil Data Administrasi dan Observasi Ruang Geranium

Berdasarkan tabel diatas didapatkan alat-alat kantor serta


kelengkapan dokumen, buku, serta formulir-formulir puskesmas tajinan
Kabupaten Malang sudah tersedia dengan lengkap. Alat tulis kantor seperti
spidol boardmarker, pensil merah biru, pulpen, straples, tersedia dengan
lengkap diruangan. Buku-buku seperti, buku laporan perawat serta
formulir rawat inap, resep BPJS, resep umum, tersedia dengan lengkap,
dan sudah tertata rapi karena ada rak khusus dokumen penunjang
pelayanan kesehatan.

Masalah pada M2 (Material)

Sarana dan prasarana dalam ruangan Geranium seperti alat-alat medis,


alat linen dan alat rumah tangga yang tersedia di ruangan tersebut sudah
tersedia cukup untuk pelayanan keperawatan yang optimal. Namun, ada
sarana dan prasana ruangan yang dalam keadaan rusak seperti ada empat
wastafel yang rusak.

36
3.3 Method
3.3.1 MAKP
1. Definisi MAKP
Menurut Nursalam (2014), metode Asuhan Keperawatan
Profesional (MAKP) adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan
empat unsur, yakni: standar, proses keperawatan, pendidikan
keperawatan dan sistem MAKP. Definisi tersebut berdasarkan prinsip-
prinsip nilai yang yang diyakini dan akan menentukan kualitas produksi
atau jasa layanan keperawatan. Kompnen berdasarkan MAKP yang
sudah dikembangkan di berbagai rumah sakit, menyimpulkan bahwa
MAKP terdiri dari lima komponen yaitu:
a. Nilai-nilai Profesional
b. Pendekatan Management
c. Metode Pemberian Asuhan Keperawatan
d. Hubungan Profesional
e. Sistem Kompensasi dan Penghargaan
2. Tujuan
a. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan.
b. Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekososongan
pelaksanaan asuhan keperawatan oleh tim keperawatan.
c. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
d. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan
keputusan.
e. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan
keperawatan bagi setiap tim keperawatan (Nursalam, 2014).

37
Tabel 3.12 Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Di Ruang
Geranium RSUD Lawang Kabupaten Malang

N Pertanyaan P P P P P P P P P P1 P1 P1 P1
o 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3

1 Model asuhan - - - A A A A A A A A A A
keperawatan apa
yang digunakan di
ruangan saat ini ?
a. Tim (yaitu
terdiri atas
anggota yang
berbeda-beda
dalam
memberikan
asuhan
keperawatan
terhadap
sekelompok
pasien, yang
terbagi
menjadi
sebuah tim
yang terdiri
dari tenaga
profesional,
diantaranya
adalah katim
dan perawat
pelaksana
yang saling
membantu)
b. Primer (yaitu
metode
penugasan
dimana satu
orang perawat
bertanggung
jawab penuh
selama 24 jam
terhadap
asuhan
keperawatan
pasien masuk
dampai keluar
RS)
c. Kasus (yaitu
metode
penugasan
yang biasanya
diterapkan
satu pasien
satu perawat)
2 Apakah dengan B B B A A A A B B A A B A
model asuhan

38
N Pertanyaan P P P P P P P P P P1 P1 P1 P1
o 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3

keperawatan yang
digunakan tersebut
sesuai dengan
kondisi ruangan
yang terdiri dari
18 pasien dengan
tingkat
ketergantungan
dan masalah
keperawatan yang
tidak selalu sama?
a. Iya
b. Tidak
3 Apakah model B B B A A A A A A A A A A
yang digunakan
tersebut dapat
memudahkan
perawatan dalam
memberikan
pelayanan ?
a. Iya
b. Tidak

4 Apakah model B A A A A A A A A A A A A
yang digunakan
tersebut dapat
terjalin
komunikasi yang
berkesinambunga
n antar perawat
maupun tim
kesehatan lain
dalam upaya
kesembuhan
pasien ?
a. Iya
b. Tidak

5 Apakah model B A A A A A A A A A A A A
yang digunakan
tersebut
kontinuitas
keperawatan
dapat terlaksana?
a. Iya
b. Tidak

Sumber: Hasil Wawancara di Ruang Geranium pada Bulan Juni 2021

39
Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan 13 orang perawat
pada tanggal 14-28 Juni 2021 didapatkan hasil bahwa sebagian besar, yaitu
sejumlah 10 perawat menjawab bahwa model yang digunakan di Ruang
Geranium RSUD Lawang yaitu menggunakan model MAKP tim. Tetapi 3
perawat yang lain menyatakan bahwa MAKP yang digunakan di ruangan
bukan dari ke 3 MAKP yang sudah ditanyakan, yaitu tim, primer maupun
kasus. Sedangkan 1 perawat menyatakan bahwa MAKP yang diterapkan di
ruangan adalah MAKP tim modifikasi fungsional.
Namun dari hasil klarifikasi dengan kepala ruang, didapatkan hasil
bahwa MAKP yang diterapkan di Ruang Geranium seharusnya adalah
MAKP tim, namun hal tersebut tidak berjalan karena kurangnya SDM,
sehingga MAKP tersebut dimodifikasi dengan MAKP fungsional.

40
Tabel 3.13 Tanggung Jawab Kepala Ruang

41
Evaluasi
No Aspek yang dinilai 28/06 /21
D T
Perencanaan:
1 Menunjuk ketua tim yang akan bertugas di ruangan masing-masing; √
2 Mengikuti serah terima pasien pada sif sebelumnya; √
3 Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien: gawat, transisi, dan √
persiapan pulang, bersama ketua tim;
4 Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan √
aktivitas dan kebutuhan pasien bersama ketua tim, mengatur
penugasan/penjadwalan;
5 Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan; √
6 Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi, √
tindakan medis yang dilakukan, program pengobatan, dan
mendiskusikan dengan dokter tentang tindakan yang akan dilakukan
terhadap pasien;
7 Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan, termasuk kegiatan √
membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan, membimbing
penerapan proses keperawatan dan menilai asuhan keperawatan,
mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah, serta memberikan
informasi kepada pasien atau keluarga yang baru masuk;
8 Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri; √
9 Membantu membimbing peserta didik keperawatan; √
10 Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah sakit √
Pengorganisasian
11 Merumuskan metode penugasan yang digunakan √
12 Merumuskan tujuan metode penugasan; √
13 Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas; √
14 Membuat rentang kendali, kepala ruangan membawahi 2 ketua tim, √
dan ketua tim membawahi 2–3 perawat;
15 Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan: membuat proses √
dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari, dan lain-lain;
16 Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan, √

17 Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik; √


18 Mendelegasikan tugas, saat kepala ruang tidak berada di tempat kepada √
ketua tim;
19 Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi √
pasien;
20 Identifikasi masalah dan cara penanganannya. √
Pengarahan:

21 Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim; √

22 Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas dengan √


baik;
23 Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan √
sikap;
24 Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan √
dengan asuhan keperawatan pada pasien;
25 Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan; √
26 Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan √
tugasnya;
27 Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain. √
42
Pengawasan:
28 Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan √
ketua tim maupun pelaksana mengenai asuhan keperawatan yang
Sumber : Hasil Wawancara Berdasarkan Tupoksi di Ruang Geranium pada Bulan Juni 2021

Berdasarkan dari data wawancara yang dilakukan pada tanggal 18 Juni


2021 kepada kepala ruang menunjukkan hasil bahwa tugas kepala ruang
sudah dilakukan sesuai dengan tupoksi sebesar 100%. Ketika kepala ruang
tidak bisa hadir karena ada tugas luar, tugas di rumah sakit didelegasikan
kepada ketua tim.

Tabel 3.14 Tanggung Jawab Kepala Tim

04 Juli 2019
No Aspek yang dinilai D T
1 Memberikan orientasi kepada klien baru dan keluarganya √
2 Bertanggungjawab terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan √
dan dokumentasinya

3 Menerapkan rencana tindakan keperawatan untuk didelegasikan √


pelaksanaannya kepada bidan pelaksana

4 Membuat perencanaan pulang √


5 Membimbing dan mengawasi penerapan asuhan keperawatan √
dan dokumentasi yang dilakukan oleh perawat pelaksana

6 Melaksanakan asuhan keperawatan tertentu secara langsung √


kepada klien

7 Bertanggung jawab atas pelaksanaan asuhan keperawatan diluar √


jam dinas dan hari libur

Total 6 1
Prosentase 86% 14%
Sumber : Hasil Observasi dan Wawancara di Ruang Geranium
pada Bulan Juni 2021

Berdasarkan dari data tabel observasi dan validasi (wawancara) yang


dilakukan pada tanggal 22 Juni 2021 pada ketua tim yang ada di Ruang

43
Geranium, didapatkan hasil bahwa tugas ketua tim hanya melakukan
tupoksinya sebesar 86%. Karena ketua tim tidak bertanggung jawab atas
pelaksanaan asuhan keperawatan di luar jam dinas atau hari libur.

44
Tabel 3.15 Tanggung Jawab Perawat Pelaksana

14 Juni 2021 - 28 Juni 2021 Keterangan


No Aspek yang dinilai P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8
D T D T D T D T D T D T D T D T
1 Menerima pasien baru sesuai √ - - - √ √ - - √ : Dilakukan
dengan SOP yang berlaku - : Tidak ada
2 Memelihara peralatan keperawatan √ √ √ √ √ √ √ √ kegiatan
dan alat medis agar selalu dalam diruangan
keadaan siap pakai seperti yang
3 Melakukan pengkajian keperawatan √ √ √ √ √ √ √ √ tertera di tabel
sesuai dengan kemampuannya
4 Melakukan pengkajian keperawatan √ √ √ √ √ √ √ √
dan menentukan diagnose
keperawatan, sesuai batas
wewenangnya
5 Melakukan tindakan keperawatan √ √ √ √ √ √ √ √
pada pasien sesuai kebutuhan dan
batas kemampuannya
6 Melakukan tindakan darurat kepada - - √ - √ - - -
pasien (antara lain panas tinggi,
kolaps, keracunan, henti nafas, henti
jantung), sesuai SOP. Selanjutnya
segera melaporkan tindakan yang
telah dilakukan kepada dokter ruang
rawat / dokter jaga
7 Melaksanakan evaluasi tindakan √ √ √ √ √ √ √ √
keperawatan sesuai batas
kemampuannya
8 Mengobservasi kondisi pasien, √ √ √ √ √ √ √ √
selanjutnya melakukan tindakan
yang tepat berdasarkan hasil
obeservasi tersebut, sesuai batas
kemampuan
9 Berperan serta dengan anggota tim √ √ √ √ √ √ √ √
kesehatan dalam membahas kasus
dan upaya meningkatkan mutu

45
14 Juni 2021 - 28 Juni 2021 Keterangan
No Aspek yang dinilai P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8
D T D T D T D T D T D T D T D T
asuhan keperawatan
10 Melaksanakan tugas pagi, sore, √ √ √ √ √ √ √ √
malam dan hari libur secara bergilir
sesuai jadwal dinas
11 Mengikuti pertemuan berkala yang - - - - - - - -
diadakan oleh kepala ruang rawat
12 Meningkatkan pengetahuan dan - - - - - - - -
ketrampilan di bidang perawatan
antara lain melalui pertemuan ilmih
dan penataran atas izin atasan
13 Melaksanakan sistem pencatatan √ √ √ √ √ √ √ √
dan pelaporan asuhan keperawatan
yang benar sesuai standar
14 Memberikan penyuluhan kesehatan √ √ √ √ √ √ √ √
pada pasien dan keluarga sesuai
kebutuhan pasien. Misal, progam
diet dan pengobatan yang perlu
dilanjutkan
15 Menyiapkan pasien akan pulang √ - - - √ √ √ √
meliputi surat izin pulang dan surat
keterangan istirahat
Total 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0
2 0 1 0 3 2 2 2
Prosentase 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0
0 0 0 0 0 0 0 0
0 %0 %0 %0 %0 %0 %0 %0 %
% % % % % % % %
Sumber : Hasil Observasi dan Wawancara di Ruang Geranium
pada Bulan Juni 2021

46
Berdasarkan dari data tabel observasi dan validasi (wawancara) pada
tanggal 14 – 28 juni 2021 dengan masing-masing perawat pelaksana yang
ada di Ruang Geranium, menyatakan bahwa tugas perawat pelaksana dalam
metode yang dilakukan telah dilakukan sesuai dengan tupoksi perawat
pelaksana yang ada di ruangan.

3.3.2 Timbang Terima


1. Definisi Timbang Terima
Timbang terima adalah suatu tata cara serah terima pasien yang
dilakukan oleh perawat jaga sebelumnya ke perawat jaga selanjtnya,
untuk melimpahkan tugas / tanggung jawab selanjutnya (SPO Serah
Terima di Ruang Geranium, 2021).
2. Tujuan
a. Tersampaikannya kondisi pasien dibawah tanggung jawabnya
b. Tersampaikannya permasalahan pasien yang sudah teratasi atau
yang sedang berlangsung
c. Tersampaikannya hal-hal penting yang harus ditindaklanjuti oleh
perawat dinas yang sedang berlangsung
d. Tersusunnya rencana kerja dan kegiatan selanjutnya
e. Tersampaikannya informasi petugas yang merawat kepada pasien
dan keluarganya
f. Sebagai acuan penerapan langkah-langkah serah terima pasien (SPO serah
terima di Ruang Geranium 2021)

47
Tabel 3.16 SPO Timbang Terima di Ruang Geranium (SPO Ruang
Geranium, 2021)

Aspek yang Dinilai 14/06/21 15/06/21 16/06/21

P S M P S M P S M
D T D T D T D T D T D T D T D T D T
1. Diawali dengan berdo’a √ √ √ √ √ √ √ √ √
2. Membaca laporan dan serah √ √ √ √ √ √ √ √ √
terima pasien antar Katim /
Kepala Jaga diikuti oleh
pelaksana perawatan
3. Serah terima pasien di √ √ √ √ √ √ √ √ √
kantor perawatan meliputi :
a. Jumlah pasien
b. Inventaris pelayanan
c. Tugas dan kegiatan yang
sudah diselesaikan dan
yang belum
dilaksanakan
d. Masalah-masalah yang
muncul dan belum
teratasi
e. Rencana kerja dan
kegiatan yang harus
ditindak lanjuti
4. Kemudian keliling ke √ √ √ √ √ √ √ √ √
semua pasien yang dirawat
sambil melihat kondisi
pasien dari dekat
5. Katim / Ka jaga dan √ √ √ √ √ √ √ √ √
pelaksana perawatan yang
selesai dinas berpamitan
pulang dan yang
menggantikan dinas
memperkenalkan diri ke
pasien dan keluarganya dan
memberitahu batas waktu
jam dinasnya
6. Selesai keliling, antara √ √ √ √ √ √ √ √ √
Katim / Ka jaga operan
tugas sebagai penanggung
jawab dinas selanjutnya
7. Tata cara perawat / bidan √ √ √ √ √ √ √ √ √
masuk ke ruangan pasien
dan keluarganya antara
lain :
a. Memberi salam,
menyapa pasien dan

48
keluarganya
b. Menanyakan keluhan
dan kondisi pasien
Total4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3
Presentasi57 43 57 43 57 43 57 43 57 43 57 43 57 43 57 43 57 43
% % % % % % % % % % % % % % % % % %
Sumber : Hasil Observasi dan Validasi berdasarkan SP0 di Ruang Geranium
pada Bulan Juni 2021

Berdasarkan hasil observasi dan validasi (wawancara) yang dilakukan


pada tanggal 14- 16 Juni 2019 dengan perawat tiap shif di Ruang Geranium
didapatkan hasil bahwa menurut indikator timbang terima tidak sesuai SPO
sebesar 43% diantaranya adalah tidak mengawali dengan doa, tidak keliling
ke semua pasien serta katim/pp yang selesai berdinas tidak berpamitan dan
yang menggantikan dinas tidak memperkenalkan diri.

3.3.3 Ronde Keperawatan


1. Definisi ronde keperawatan
Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi
masalah kepererawatan pasien yang dilaksanakan oleh perawat
disamping melibatkan pasien untuk membahas dan melaksanakan
asuhan keperawatan (Nursalam, 2014).
2. Manfaat ronde keperawatan
a. Masalah pasien dapat teratasi
b. Kebutuhan pasien terpenuhi
c. Terciptanya komunitas keperawatan yang prpofesional
d. Terjalinnya kerjasama antar tim kesehatan
e. Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan
tepat dan benar(Nursalam, 2014).
3. Kriteria ronde keperawatan
Pasien yang dipilih untuk dilakukan ronde keprawatan adalah Pasien
yang memiliki kriteria sebagai beriku :
a. Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun
sudah dilakukan tindakan keperawatan
b. Pasien dengan kasus baru atau langka (Nursalam, 2014).

49
Tabel 3.17 Lembar Wawancara Ronde Keperawatan

No Pertanyaan P P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13


1

1 Menurut anda, - B A B B B B B B B B B B
apakah yang
dimaksud dengan
ronde
keperawatan ?
a. Ronde
keperawatan
adalah suatu
teknik
pelayanan
yang tujuan
utamanya
adalah
mempelajari
dan
memperbaiki
secara
bersama-
sama
b. Ronde
keperawatan
adalah
membahas
atau menggali
lebih dalam
masalah yang
terjadi pada
pasien dan
kebutuhan
pasien akan
keperawatan
dengan tujuan
menyelesaika
n maslah
pasien
melalui
pendekatan
berpikir kritis
dan diskusi
dengan
melibatkan
seluruh tim
kesehatan dan

50
pasien secara
langsung

2 Mengingat terkait - B A B A A B B B B B B B
pentingnya ronde
bagi perawat dan
bagi pasien yaitu
dimana di
dalamnya
terdapat kegiatan
kontak yang terus
menerus serta
informasi yang
diberikan kepada
pasien terkait
penyakit dan
kelanjutan
pemeriksaan,
maka menurut
anda, berapa kali
ronde harus
dilakukan ?
a. 1 bulan sekali
b. Setiap ada
pasien yang
sesuai dengan
kriteria ronde
yaitu maslaah
keperawatan
pasien yang
belum teratasi
meskipun
sudah
dilakukan
tindakan
keperawatan
dan psien
dengan kasus
baru atau
langka

3 Apakah di - B B B B B B B B B B B B
ruangan ini
dilaksanakan
ronde
keperawatan ?
a. Iya
b. Tidak

4 Apakah A B B B - - - B - B B _ _
pelaksanaan

51
ronde
keperawatan di
ruangan ini sesuai
dengan SOP?
a. Iya
b. Tidak

Sumber: Hasil Wawancara di Ruang Geranium pada Bulan Juni 2021

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan 13 perawat di


Ruang Geranium pada tanggal 14-16 Juni 2019 didapatkan hasil bahwa
seluruh perawat menyatakan tidak pernah dilakukan ronde keperawatan
karena pasien belum memenuhi kriteria untuk dilakukan ronde keperawatan
serta adanya keterbatasan pembentukan tim dalam melakukan ronde
keperawatan.

3.3.4 Sentralisasi Obat


1. Definisi sentralisasi obat
Sentralisasi obat adalah pengelolaan dimana seluruh obat yang akan
diberikan kepada pasien dan diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh
perawat (Nursalam, 2014).
2. Tujuan sentralisasi obat
Tujuan pengelolaan obat adalah menggunakan obat secara bijaksana
dan menghindarkan pemborosan, sehingga kebutuhan asuhan
keperawatan pasien dapat terpenuhi (Nursalam, 2014).
3. Teknik pengelolaan obat (sentralisasi)
Pengelolaan dan pembagian obat sepenuhnya dilakukan oleh perawat
a. Penanggungjawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan yang
secara operasional dapat didelegasikan kepada staf yang ditunjuk.
b. Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol penggunaan
obat.
c. Penerimaan obat.
1) Obat yang telah diresepkan ditunjukkan kepada perawat dan
obat yang diambil telah diambil oleh keluarga diserahkan
kepada perawat dengan menerima lembar terima obat.
2) Perawat menuliskan nama pasien, register, jenis obat, jumlah

52
dan sediaan (bila perlu) dalam kartu kontrol, serta diketahui
(ditandatangani) oleh keluarga atau pasien dalam buku masuk
obat. Keluarga atau pasien selanjutnya mendapatkan
penjelasan kapan atau bilamana obat tersebut akan habis, serta
penjelasan tentang 5T (jenis, dosis, waktu, pasien, dan cara
pemberian).
3) Pasien atau keluarga sellanjutnya mendapatkan salinan obat
yang harus diminum beserta kartu sediaan obat.
4) Obat yang telah diserahnkan selanjutnya dismpan oleh perawat
dalam kotak obat.
d. Pembagian obat
1) Obat yang telah diterima untuk selanjutnya disalin dalam buku
daftar pemberian obat.
2) Obat yang telah disimpan untuk selanjutnya diberikan oleh
perawat dengan memperhatikan alur yang tercantum dalam
buku daftar pemberian obat; dengan terlebih dahulu
dicocokkan dengan terapi yang diinstruksikan oleh dokter dan
kartu obat yang ada pada pasien.
3) Pada saat pemberian obat, perawat menjelaskan macam obat,
kegunaan obat, jumlah obat dan efek samping. Usahakan
tempat/wadah obat kembali ke perawat setelah obat
dikonsumsi. Pantau efek samping pada pasien.
4) Sediaan obat yang ada pada selanjutnya diperiksa setiap pagi
oleh kepala ruang atau petugas yang ditunjuk dan
didokumentasikan dalam buku masuk obat.
5) Obat-obatan yang hampir habis akan diinformasikan kepada
keluarga dan kemudian dimintakan resep (jika masih perlu
dilanjutkan) kepada dokter penanggunjawab pasien.
e. Penambahan obat baru
1) Bilamana terdapat penambahan atau perubahan jenis, dosis,
atau perubahan alur pemberian obat, maka informasi ini akan
dimasukkan dalam buku masuk obat dan sekaligus dilakukan

53
dalam kartu sediaan obat.
2) Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin (sewaktu saja)
maka dokumentasi hanya dilakukan pada buku masuk obat dan
selanjutnya diinformasikan kepada keluarga dengan kartu
khusus obat.
f. Obat khussus
1) Obat dikategorikan khusus apabila sediaan memiliki harga
yang cukup mahal, menggunakan alur pemberian yang cukup
sulit, memiliki efek samping yang cukup besar atau hanya
diberikan dalam waktu tertentu/sewaktu saja.
2) Pemberian obat khusus dilakukan menggunakan kartu khusus
obat, dilaksanakan oleh perawat primer.
3) Informasi yang diberikan kepada pasien atau keluarga; nama
obat, kegunaan obat, waktu pemberian, efek samping,
penaggungjawab pemberian, dan wadah obat sebaiknya
diserahkan atau ditunjukkan kepada keluarga setelah
pemberian. Usahakan terdapat saksi dari keluarga saat
pemberian obat . Seorang manajer keperawatan yang mendidik
staf mengenai obat dengan cara-cara berikut ini.
a) Membuat catatan mengenai obat-obatan yang sering
dipakai, jelaskan penggunaan, dan efek samping,
kemudian berikan salinan kepada semua staf.
b) Tuliskan dosis yang tepat obat-obatan yang sering
sigunakan dan gantungkan di dinding.
c) Adakan penemuan staf untuk membahas penyebab
pemborosan obat.
d) Beritahukan kepada semua staf mengenai harga
bermacam-macam obat.
e) Aturlah program diskusi dan bahaslah mengenai satu jenis
obat setiap minggu pada waktu pertemuan staf (Nursalam,
2014).

54
4. Menyimpan persediaan obat
a. Memeriksa ulang atas kebenaran obat dan jenis obat, jumlah obat,
serta menulis etiket dan alamat pasien. Penyimpanan stok
(persediaan) yang teratur dengan baik merupakan bagian penting
dari manajemen obat. Obat yang diterima dicatat dalam buku besar
persediaan atau dalam kartu persediaan.
b. Sistem kartu persediaan
Sebuah kartu persediaan (kartu stok) kadang-kadang digunakan
untuk menggantikan buku besar persediaan. Kartu ini berfungsi
seperti buku besar persediaan, yakni neraca diseimbangkan
menambahkan barang yang diterima dan mengurangi dengan
jumlah barang yang dikelkuarkan. Dalam buku besar persediaan,
masing-masing barang ditempatkan pada halaman yang terpisah,
tetapi dalam sistem kartu persediaan, masing-masing barang
dituliskan dalam kartu yang terpisah.
c. Lemari obat
Periksa keamanan mekanisme kunci dan penerangan lemari obat
serta lemari pendingin. Periksan persediaan obat, pemisahan antara
obat untuk penggunaan oral (untuk diminum), dan obat luar. Perlu
disediakan tempat khusus untuk obat-obatan yang mempunyai
resiko salah, misalnya LASA (look alike sound alike), elektrolit
konsentrasi tinggi, dan obat sejenis narkotika (Nursalam, 2014).

55
Tabel 3.18 Lembar Wawancara Sentralisasi Obat

PERTANYAAN P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P 10 P 11 P12 P13


Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T
Pengadaaan sentralisasi obat √ √ √ √ √
1. Sentralisasi obat merupakan pengelolaan √ √ √ √ √ √ √ √
seluruh obat yang akan diberikan pada pasien
yang diserahkan penggelolaan sepenuhnya
oleh perawat.

2. Pengelolaaan obat dimana seluruh obat yang √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √


akan diberikan kepada pasien diserahkan
sepenuhnya kepada perawat dan pembagian
obat dilakukan oleh perawat
3. Pengelolaan obat tidak sepenuhnya dilakukan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
oleh perawat, ada obat-obat tertentu yang
disimpan sendiri oleh keluarga pasien
4. Ruangan miliki almari khusus untuk √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
sentralisasi obat.
5. Setiap pasien mimiliki loker obat tersendiri √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
dengan pasien lainya.
6. Selama ini setiap perawat jaga diberi √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
wewenang dalam urusan sentralisasi obat

30
PERTANYAAN P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P 10 P 11 P12 P13
Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T
7. Dalam setiap pengadaan obat (Oral-Injeksi- √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Supositosia-Infus-Insulin-Obat gawat darurat)
menggunakan format daftar obat
D T D T D T D T D T D T D T D T D T D T D T D T D T
Prosedur penerimaan dan pencatatan obat
1. Nama, bentuk dan jumlah obat yang √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
diresepkan dokter dicatat oleh perawat di
dalam buku serah terima obat

2. Resep diberikan kepada keluarga pasien √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √


setelah dilengkapi identitas pasien
3. Obat yang telah diambil keluarga pasien √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
diserahkan kepada perawat
4. Obat yang diterima dicatat oleh perawat √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
didalam buku serah terima obat (nama, jenis,
dan jumlah obat) selanjutnya perawat
menjelaskan kepada keluarga “ kapan obat
tersebut akan diberikan kepada pasien (jadwal
pemberian), bagaimana cara pemberian
(injeksi atau oral) dan kapan obat tersebut
akan habis
5. Keluarga pasien menandatangani buku serah √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
terima obat setelah mendapat penjelasan dan
mengetahui bahwa catatan obat tersebut sesuai
dengan obat yang diserahkan. Perawat yang
menerima obat membubuhkan tanda tangan
perawat
6. Obat yang diserahkan selanjutnya disimpan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

31
PERTANYAAN P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P 10 P 11 P12 P13
Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T
oleh perawat dalam kotak obat
Prosedur pemberian obat √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
1. Nama obat, beserta dosis, cara pemebrian dan
jadwal pemberian (sesuai dengan instruksi
dokter)dicatat oleh katim didalam buku
therapy setiap pagi setelah visite dokter
2. Obat dipersiapkan di kamar jaga dengan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
terlebih dahulu mencocokan dengan buku
program therapy
3. Obat-obat injeksi antibiotika yang baru √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
pertama diberikan dilakukan skin test terlebih
dahulu
4. Obat-obat yang diberikan kepada pasien sesuai √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
jadwal dibuku therapy
5. Pada saat pemberian obat perawat menjelaskan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
macam obat, kegunaan obat, jumlah obat dan
efek samping obat
6. Nama, jenis, dosis dan cara pemberian obat √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
yang sudah diberikan kepada pasien dicatat
distatus pasien pada lembar “catatan obat
parenteral dan obat oral”
7. Sisa obat pasien dicek setiap pagi oleh tim dan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
dicatat didalam buku program therapy untuk
bahan informasi kepada dokter saat visite.
Penambahan obat baru √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
1. Bilamana terdapat penambahan dan perubahan
jenis, dosis, atau cara pemberian obat maka

32
PERTANYAAN P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P 10 P 11 P12 P13
Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T
informasi ini akan dimasukkan kedalam buku
program therapy
Total 14 7 17 4 19 2 17 4 19 2 19 2 15 6 18 3 20 1 20 1 21 0 20 1 21 0
Presentase 67 33 81 19 90 10 81 19 90 10 90 10 71 29 86 14 95 4 95 4 100 0 95 4 100 0
% % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % %

Sumber: Hasil Wawancara di Ruang Geranium pada Bulan Juni 2021

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan 13 perawat di puskesmas tajinan pada tanggal 14-28 Juni 2021
didapatkan hasil pernyataan yang sama dari 13 perawat yaitu 13 perawat mengetahui terkait sentralisasi obat dan menyatakan bahwa
tempat sentralisasi obat sudah berjalan optimal. Hanya saja, terdapat 1 orang perawat yang menyatakan bahwa yang seharusnya
melakukan pemberian obat kepada pasien adalah dari farmasi, jika memang farmasi berhalangan datang, maka farmasi boleh
mendelegasikannya kepada perawat.
Dari ke 13 perawat yang menyatakan ketika akan pemberikan obat kepada pasien, perawat menjelaskan macam obat, kegunaan
obat, jumlah obat dan efek samping obat adalah sebanyak 5 perawat saja, sedangkan 8 perawat lainnya mengatakan tidak
menjelaskan macam obat, kegunaan obat, jumlah obat dan efek samping obat.

33
3.3.5 Supervisi
Supervisi keperawatan adalah kegiatan pengawasan dan pembinaan
yang dilakukan secara berkesinambungan oleh supervisor mencakup
masalah pelayanan keperawatan, masalah ketenagaan dan peralatan agar
pasien mendapat pelayanan yang bermutu setiap saat (Nursalam, 2014).

Pra Kepala Ruangan


Supervisi
Menilai kinerja
Supervsi perawat:
Responsibility-
PELAKSANAAN Accountability- PP 1 PP 2
authorithy (RAA)

PA PA
PEMBINAAN (3-F)
PASCA - Penyampaian penilaian
(fair)
Feed back (umpan balik) Kinerja perawat dan
Follow up (tindakan lanjut), kualitas pelayanan
pemecahan masalah dan
reward
Keterangan :

30
Tabel 3.19 Wawancara Supervisi

Evaluasi

No Aspek Yang Dinilai 28/06/21

D T

Pra supervise

1 a. Supervisor menetapkan kegiatan yang akan disupervisi. √


2 b. Supervisor menetapkan tujuan dan kompetensi yang √
akan dinilai
Pelaksanaan Supervisi
3 a. Supervisor menilai kinerja perawat berdasarkan alat √
ukur atau instrumen yang telah disiapkan.
4 b. Supervisor mendapat beberapa hal yang memerlukan √
pembinaan.
5 c. Supervisor memanggil pp dan pa untuk mengadakan √
pembinaan dan klarifikasi permasalahan.
6 d. Pelaksanaan supervisi dengan inspeksi, wawancara, √
dan memvalidasi data sekunder.
1) Supervisor mengklarifikasi permasalahan yang ada.
2) Supervisor melakukan tanya jawab dengan perawat.
Pasca supervise
7 a. Supervisor memberikan penilaian supervisi (f-fair). √
8 b. Supervisor memberikan feedback dan klarifikasi (sesuai √
hasil laporan supervisi).
9 c. Supervisor memberikan reinforcement dan follow up √
perbaikan.
Total 9 0
Presentase 100% 0%

Sumber: Hasil Wawancara di Ruang Geranium pada Bulan Juni 2019

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruang pada tanggal 28


Juni 2021 di Ruang rawat inap didapatkan hasil bahwa supervisi yang
dilakukan oleh karu ke bawahannya sudah dilakukan sesuai SOP dengan
prosentasi 100%.

31
3.3.6 Penerimaan Pasien Baru
1. Pengertian
Penerimaan pasien baru adalah metode dalam menerima
kedatangan pasien baru (pasien atau keluarga) di ruang pelayanan
keperawatan khususnya pada rawat inap atau keperawatan intensif
(Nursalam, 2014).
Sedangkan menurut SPO di ruangan, penerimaan pasien rawat inap
adalah proses penerimaan pasien yang berasal dari Instalasi Gawaat
Darurat atau Insstalasi rawat Jalan untuk mendapatkan pelayanan tindak
lanjut di ruang perawatan.
2. Tujuan
a. Untuk menetapkan tata cara penanganan pada pasien baru yang
masuk ruang perawatan
b. Untuk meningkatkan mutu pelayanan pada pasien dan keluarga
c. Sebagai acuan penerapan langkah-langkah penerimaan pasien
rawat inap (SPO Ruang Geranium, 2016)

Tabel 3.20 Sop Menerima Pasien Baru Di Ruang Geranium (SOP Ruang
Geranium, 2016)
Aspek yang dinilai 14/06/21 15/06/21 16/06/121

D T D T D T

1. Pasien datang dari Instalasi Gawat Darurat atau √ √ √


Instalasi Rawat Jalan ke Ruang Perawatan diantar
oleh petugas (Perawat atau Transponder)
2. Pasien diterima oleh petugas Ruang Perawatan dan √ √ √
melakukan serah terima tentang prosedur tindakan,
terapi dan pemeriksaan penunjang (Laboratorium :
DL, GDS, Fungsi Ginjal, Radiologi : Thorak PA),
yang sudah atau belum diberikan atau dilakukan
3. Petugas pengantar pasien mencatat di buku serah √ √ √
terima pasien dan ditanda tangani oleh masing
masing petugas pengantar dan penerima
4. Pasien ditempatkan di kamar pasien sesuai √ √ √
pernyataan admission penggunaan fasilitas dalam

32
pembiayaan dan sesuai dengan kasusnya
5. Petugas bisa menawarkan dokter spesilais sesuai √ √ √
dengan kasus pasien kepada keluarga dan atau pasien
Sumber : Hasil Observasi dan Wawancara di Ruang Geranium Pada Bulan Juni 2021

Berdasarkan hasil observasi dan validasi (wawancara) yang dilakukan


pada tanggal 14-16 Juni 2021 didapatkan hasil bahwa penerimaan pasien
baru di Ruang Geranium sudah dilakukan sesuai dengan SPO.

3.3.7 Discharge Planning


1. Pengertian
Discharge planning atau perencanaan pulang) merupakan
komponen sistem perawatan berkelanjutan, pelayanan yang diperlukan
pasien secara berkelanjutan dan bantuan untuk perawatan berlanjut pada
pasien dan membantu keluarga menemukan jalan pemecahan masalah
dengan baik, (SPO Ruang Geranium, 2016)
2. Tujuan
Menurut SPO Ruang Geranium (2016) discharge planning
bertujuan untuk:membantu pasien dan keluarga untuk mencapai tingkat
kesehatan yang optimal. Discharge planning yang efektif juga
menjamin perawatan yang berkelanjutan di saat keadaan yang penuh
dengan stress.
3. Manfaat dischange planning
Perencanaan pulang memiliki manfaat antara lain sebagai berikut
(Nursalam, 2014):
a. Memberi kesempatan kepada pasien untuk mendapat pengajaran
selama di rumah sakit sehingga bisa dimanfaatkan waktu di rumah
b. Tidak lanjut yang sistematis yang digunakan untuk menjamin
kontinuitas keperawatan pasien
c. Mengevaluasi pengaruh dari intervensi yang terencana pada
penyembuhan pasien dan mengidentifikasi kekambuhan atau
kebutuhan keperawatan baru
d. Membantu kemandirian pasien dalam kesiapan melakukan

33
e. keperawatan rumah

Tabel 3.21 SPO Discharge Planning (SPO Ruangrawat inap, 2016)


No Indikator 15/06/2021 Keterangan
P S M
D T D T D T D T D T D T
1 Pasien diperbolehkan pulang oleh √ √ √ √ √ - √ : Dilakukan
dokter yang merawat / pulang paksa - : Tidak ada
2 Kaji tingkat ketergantungan pasien √ √ √ √ √ - pasien pulang
3 Perawat mengisi blangko discharge √ √ √ √ √ -
planning sesuai juknis
4 Blangko discharge planning dibuat √ √ √ √ √ -
rangkap dua, satu lembar di status
pasien sebagai dokumentasi dan yang
satu lagi dibawakan pulang
5 Perawat menyiapkan hasil √ √ √ √ √ -
pemeriksaan penunjang yang harus
dibawakan (Hasil laborat bila perlu
difotocopi, hasil rontgen, hasil P. A.
dll)
6 Perawat mencatat obat sisa (yang √ √ √ √ √ -
dibawa pulang) dan masih dilanjutkan
di Rumah Sakit
7 Untuk obat / alkes yang sudah tidak √ √ √ √ √ -
terpakai dan masih bisa dikembalikan
ke Apotek dibuatkan pengantar,
keluarga menyelesaikan administrasi,
kembali ke kantor perawatan,
kwitansi administrasi dicatat oleh
petugass administrasi ruangan
8 Pasien boleh pulang √ √ √ √ √ -

Total 8 0 8 0 8 0 8 0 8 0 - -
Presentase 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 - -
0 % 0 % 0 % 0 % 0 %
0 0 0 0 0
% % % % %

Sumber: Hasil Observasi dan Wawancara di Ruang rawat inap


pada Bulan Juli 2021
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan perawat yang
berdinas pada tanggal 15 Juni 2021 di Ruang rawat inapdidapatkan hasil
bahwa perawat menjalankan prosedur discharge planning sesuai dengan
SPO di ruangan kepada setiap pasien yang akan pulang.

34
3.3.8 Dokumentasi
1. Pengertian
Dokumentasi adalah catatan keadaan pasien saat dilakukan
pemeriksaan atau tindakan oleh dokter, perawat, bidan dan tim
kesehatan lainnya dalam dokumentasi pelayanan asuhan kedokteran,
keperawatan dan petugas kesehatan lainnya sesuai dengan tahapan
proses pelayanan yang diberikan (SPO Ruang Geranium, 2016) .
2. Tujuan
Sebagai acuan dokter, perawat dan kesehatan lainnya dalam
mendokumentasikan perkembangan yang terintegrasi pada pasien yang
dirawat inap.
3. Manfaat
a. Sebagai alat komunikasi antar perawat dengan tenaga kesehatan
lain
b. Sebagai dokumentasi legal dan mempunyai nilai hukum
c. Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan

35
Tabel 3.22 SPO Dokumentasi Keperawatan (SPO Ruang rawat inap, 2016)
RM RM RM RM RM RM RM RM RM RM RM R
Aspek Penilaian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
D T D T D T D T D T D T D T D T D T D T D T D
1. Setiap tindakan harian yang √ √ √ √ √ √ √ √ - √ √ √
dilakukan kepada pasien
harus didokumentasikan dan
dibuat sejak pasien masuk
rumah sakit sampai pasien
dengan pulang
2. Pencatatan perkembangan √ √ √ √ √ √ √ √ - √ √ √
terintegrasi, pertama kali
dilakukan oleh petugas yang
menerima pasien setelah di
ruang rawat inap, baik dokter,
perawat, bidan dan tenaga
kesehatan lainnya
3. Pencatatan perkembangan √ √ √ √ √ √ √ √ - √ √ √
terintegrasi tentang keadaan
pasien ditulis pada lembar
rekam medis (RM 05)
4. Pencatatan perkembangan √ √ √ √ √ √ √ √ - √ √ √
terintegrasi dilakukan setiap
hari sesuai dengan keluhan
pasien
5. Setelah melakukan tindakan √ √ √ √ √ √ √ √ - √ √ √
pelayanan kepada pasien
rawat inap haruis segera
ditulis oleh petugas yang
melakukan yang meliputi :
tanggal, jam, nama, paraf
dokter, perawat, petugas
kesehatan lain yang
melakukan
6. Sebelum berkas dikirim ke
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
rekam medis, dikontrol -
kelengkapan dokumentasinya
oleh kepala ruang
Total
6 0 6 0 6 0 6 0 6 0 6 0 6 0 6 0 - 6 0 6 0 6
Prosentase
1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 - 1 0 1 0 1
0 %0 %0 %0 %0 %0 %0 %0 % 0 %0 %0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
% % % % % % % % % % %
Sumber : Observasi dan Validasi Berdasarkan SOP pada Bulan Juni 2019 di Ruang rawat
inap

36
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama 1 hari pada
tanggal 17 Juni 2021 sejumlah seluruh status pasien yang ada di Ruang
rawat inap didapatkan hasil bahwa dokumentasi di Ruang rawat inap sudah
dilakukan sesuai dengan SOP yang ada di ruangan.

3.3.9 Masalah M3
Dari data yang sudah didapat dari observasi maupun validasi
(wawancara) di semua indikator, sebagian besar sudah dilakukan sesuai
standart operasional. Tetapi pada indikator timbang terima, ada bagian yang
tidak sesuai dengan SOP ruangan, yaitu timbang terima tidak diawali
dengan doa, perawat jarang keliling ke semua pasien untuk melihat kondisi
pasien, serta tidak berpamitan maupun memperkenalkan diri saat berganti
dinas.

3.4 Money
3.4.1 Metode Pembayaran Di puskesmas tajinan
Metode pembayaran yang dapat digunakan di puskesmas tajinan
antara lain:
1. Biaya sendiri (umum)
2. BPJS

Tabel 3.23 Kajian Analisa Penuggunaan Jaminan Kesehatan Pada Bulan Juni


2021 dipuskesmas tajinan .

Jenis Jaminan Kesehatan Total pasien bulan mei

BPJS 84 pasien dengan prosentase 95,4%

Umum 4 pasien dengan prosentase 4,54%

Total 88 pasien dengan prosentase 100%


Sumber: Data Inventaris ruang rawat inap puskesmas tajinan Kabupaten Malang Bulan
Maret 2021

Berdasarkan tabel diatas dapat menunjukkan bahwa pada bulan Mei


didapatkan data bahwa jenis jaminan kesehatan yang lebih
banyak digunakan adalah BPJS dengan prosentase 95,4 %.

37
3.4.3 Sistem Gaji
Berdasarkan hasil wawancara kepada kepala ruang didapatkan hasil
bahwa sistem gaji pegawai puskesmas tajinan berasal dari rumah sakit
dimana penggajian dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu penggajian kepada
pegawai PNS dan Non PNS.  Untuk tenaga PNS berasal dari pemerintah,
sedangkan untuk Non PNS / ASN bisa berasal dari rumah sakit maupun bisa
dari institusi. 

3.4.4 Masalah M4
Tidak ada masalah

3.5 Mutu
Puskesmas tajinan telah menerapkan upaya penjaminan mutu perawatan
pasien, dimana terdapat aspek penilaian penting yang terdapat didalamnya
membahas peningkatan mutu pelayanan. Indikator peningkatan mutu
pelayanan dapat dilihat dari beberapa aspek antara lain:
Keselamatan pasien (patient safety), berdasarkan sasaran keselamatan
pasien (SKP) yang dikeluarkan oleh standar akreditai rumah sakit edisi 1
(Kemenkes, 2011) dan JCI Acredition, maka sasaran terebut meliputi 6
elemen berikut.

Hasil observasi pada tanggal 14 Juni – 28 Juni 2021


1. Sasaran I: Ketepatan Identifikasi Pasien
Tabel 3.25 Ketepatan Identifikasi Pasien
Keterangan: selama pengkajian tanggal 14 Juni – 28 Juni 2021 Di
ruang Geranium setiap pasien telah terpasang gelang identitas yang berisi
nama, nomor RM, tanggal lahir, dan usia. Warna gelang identitas
dibedakan menjadi 2, yaitu warna biru untuk pasien laki-laki dan warna
merah muda untuk pasien perempuan. Gelang identitas digunakan untuk
memvalidasi tindakan yang akan diberikan sesuai dengan kebutuhan
pasien yang akan dituju.

38
65
SPO PEMBERIAN OBAT
Pengertian
Identifikasi pasien adalah suatu proses konfirmasi untuk kebenaran data antara identitas pasien dengan data
pada gelang identitas pasien guna ketepatan pemberian pelayanan, pengobatan dan tindakan atau prosedur
kepada pasien meliputi sebelum pemberian obat, transfusi darah/ produk darah, pengambilan sampel
pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan radiologi, tindakan dokter, transfer pasien dan konfirmasi
kematian kepada pasien

Tujuan
Memastikan tidak terjadi kesalahan identitas pasien selama dalam proses perawatan

Aspek yang dinilai P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 Keterangan


1. Mengidentifikasi identitas
pasien pada saat akan S S S S S S S
dilakukan tindakan
2. Pasien yang dirawat di
Instalasi Pelayanan Intensif ,
identifikasi dentitas S S S S S S S
dilakukan oleh petugas
dengan perawat yang
bertugas pada ruang tersebut
3. Sesudah identifikasi pasien
dilakukan dan sudah cocok,
lakukan prosedur tindakan/ S S S S S S S
pemeriksaan sesuai perintah
dokter
4. Hal yang harus
diperhatikan :
a Jika terdapat ≥ 2
pasien yang akan
dilakukan tindakan,
dengan nama yang
sama, periksa ulang
identitas pasien
dengan melihat no
rekam medik pasien.
b Jika data pasien tidak S S S S S S S
lengkap, informasi
lebih lanjut harus
diperoleh sebelum
prosedur pemberian
obat dilakukan
c Petugas mencatat
dalam DRM “hati-hati
nama sama”dan
menginformasikan
66
pada setiap pergantian
jaga petugas
Total 4 4 4 4 4 4 4
Prosentase 100 100 100 100 100 100 100
Sumber: Observasi dan Wawancara pada 7 orang perawat di puskesmas tajinan pada 16-18 Juni 2021

Keterangan: P : Perawat
S : Selalu
K : Kadang-kadang
Td : Tidak Pernah
Berdasarkan hasil observasi dan validasi (wawancara) yang dilakukan selama 3 hari yaitu tanggal 16- 18 Juni 2021 kepada 7
perawat didapatkan hasil bahwa keseluruhan jumlah item pada pemberian obat sudah dilakukan sesuai dengan SOP sebesar 100%.

2. Sasaran II: Peningkatan Komunikasi Yang Efektif


SPO KOMUNIKASI EFEKTIF
Pengertian
1. Komunikasi efektif adalah komunikasi yang dilakukan secara tepat waktu, akurat, jelas, dan mudah
dipahami oleh penerima, sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan (Kesalahpahaman)
2. Komunikasi melalui telepon menggunkan metode SBAR (Situation Background Assesment
recomendation), saat melapor/konsul ke dokter.
3. Komunkasi melalui telepon menggunakan metode Write, Read, Repeat back/reconfirm saat menerima
pesan atau instruksi.
Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah –langkah untuk memberikan pendidikan dan informasi kepada pasien dan keluarga di
instalasi rawat jalan untuk memastikan bahwa proses pendidikan pasien dan keluarga dapat berjalan dengan baik sehingga
mendaptkan pengetahuan yang memadai tentang penyakitnya, serta dalam menjalani pengobatan dan perawatannya dapat
bekerjasama, diharapkan dapat memuaskan pasien dan keluarga
Aspek yang dinilai P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 Keterangan
1. Prosedur komunikasi antar S S S S S S S
petugas medis dengan
menggunakan SBAR

67
a. Ucapkan salam sesuai
waktu saat komunikasi
b. Bila komunikasi
dilakukan melalui
telepon, pastikan orang
yang dihubungi adalah
yang benar dengan
mengkonfirmasikan
namanya (Apakah
benar saya berbicara
dengan........................?
”)
c. Jelaskan SITUATION
(situasi atau kondisi
yang dilihat pada
pasien) yang terjadi :
1) Sebutkan identitas
petugas yang
berbicara ; nama,
2) Ruangan, dan
rumah sakit tempat
bertugas.
3) Sebutkan identitas
pasien yang akan
dilaporkan, Nama
(Tn/Ny/Nn/An........
..........) dan tanggal
lahir atau nama dan
alamat.

68
4) Jelaskan perubahan
kondisi Psien yang
diamati :
berdasarkan
pengamatan
petugas, keluhan
subyektif pasien,
atau perubahan
tanda-tanda
obyektif yang
ditemukan pada
pasien.
d. Jelaskan
BACKGROUND (latar
belakang medis) yang
berkaitan dengan situasi
tersebut:
1) Tanggal mulai
dirawat
2) Diagnosa awal dan
diagnosa kerja saat
ini
3) Hasil pemeriksaan
sebelumnya:
pemeriksaan fisik,
laboratoris,
radiologis dan lain-
lain
4) Terapi (obat-obatan

69
dan tindakan) yang
diberikan
sebelumnya
5) Riwayat alergi obat
(bila ada)
e. Sebutkan ASSEMENT
(penilaian atas kondisi)
terkait dengan situasi
tersebut:
1) Kemungkinan-
kemungkinan yang
terjadi pasien yang
terkait perubahan
kondisi yang
ditemukan pada
saat itu.
2) Tindakan-tindakan
yang sudah diambil
terkait kondisi saat
itu.
f. Sebutkan
RECOMMENDATION
(rekomendasi tindak
lanjut) yang dianjurkan
saat itu, yang
dianjurkan bisa antara
lain :
1) Permintaan untuk
melihat pasien

70
sesegera mungkin,
merujuk atau
transfer pasien,
konsultasi ke
dokter lain atau
menjelaskan pada
pasien atau
keluarganya
tentang perubahan
kondisi yang
terjadi.
2) Permintaan advis
pemeriksaan
penunjang lain
yang diperlukan.
3) Permintaan advis
perubahan terapi
atau tindakan lain
yang diperlukan.
g. Setelah diberikan advis
untuk melakukan tindak
lanjut lakukan, prosedur
Write-Read-Repeat
back/ reconfirm
terhadap advis tersebut
sebelum dilakukan
h. Ucapkan terima kasih
dan salam penutup
2. Prosedur menerima S S S S S S S

71
informasi dengan metode
Write-ReadRepeat Back
reconfirm
a. Ucapkan salam
b. Terima pesan secara
lengkap melalui telepon
dan tuliskan secara
lengkap pula(write)
c. Bacakan pesan yang
ditulis secara lengkap
kepada pemberi
pesan(read)
d. Mohon kepada pemberi
pesan untuk mengulang
pesan yang telah
disampaikan (repeat
back/reconfirm)
e. Untuk pesan yang
kurang jelas, lakukan
pengejaan dengan
International Code of
Signal (Interco) atau
International Phonetic
Alphabet (IPA)
f. Untuk pesanan tentang
terapi (obat), yang
kurang jelas lakukan
konfirmasi ulang
dengan pengejaan

72
sesuai Code of Signal
(Interco) atau
International Phonetic
Alphabet (IPA) dan bila
perlu sebutkan nama
generiknya
g. Lakukan dokumentasi
sesuai ketentuan di
rekam medis RM 3.
Total 2 2 2 2 2 2 2
Prosentase 100 100 100 100
100% 100% 100%
% % % %
Sumber: Wawancara pada 7 orang perawat di puskesmas tajinan pada 16- 18 Juni 2021

Keterangan: P : Perawat
S : Selalu
K : Kadang-kadang
Td : Tidak Pernah

Berdasarkan hasil wawancara selama 3 hari yaitu tanggal 16- 18 Juni 2021 kepada 7 perawat didapatkan hasil bahwa dalam
perintah lisan dan melalui telepon ataupun hasil pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah dan dibacakan
kembali oleh penerima perintah kemudian dikonfirmasi oleh pemberi perintah.

73
3. Sasaran III: Peningkatan Keamanan Obat Yang Perlu Diwaspadai (High- Alert Medications)
Tabel 3.27 Peningkatan Keamanan Obat Yang Perlu Diwaspadai (High- Alert Medications)

SPO PENYIMPANAN OBAT HIGHT ALERT


Pengertian 1. Obat high alert atau obat yang perlu diwaspadai adalah obat-obatan yang memiliki resiko lebih tinggi untuk
menyebabkan atau menimbulkan adanya komplikasi atau membahayakan pasien secara signifikan jika terdapat
kesalahan penggunaan (dosis, interval dan pemilihannya)
2. Penyimpanan obat high alert medication adalah tata cara penataletakan dan pelabelan obat, sesuai dengan ketentuan
yang telah dipersyaratkan untuk masing-masing obat high alert medication dan ketentuan penyimpanan dari pabrikan
3. Pelabelan obat high alert berupa stiker LASA atau HIGH ALERT

Tujuan 1. Menjaga kondisi obat high alert agar tetap stabil dan bermutu
2. Meningkatkan kewaspadaan terhadap obat high alert sehingga meminimalisir terjadinya kesalahan dan menurunkan
potensi resiko kepada pasien
Aspek yang dinilai P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 Keterangan
1. Petugas farmasi menyimpan S S S S S S S
sesuai persyaratan
penyimpanan, meliputi :
bentuk sediaan, stabilitas,
sistem FIFO-FEFO, almari,
berpintu ganda atau
psikotropika dan narkotika,
disimpan tersendiri atau
terpisah dari sediaan non
high alert dan tidak
berdekatan antara obat yang
memiliki bahan aktif ssama

74
namun kekuatan sediaan
berbeda
2. Melakukan penyimpanan
obat high alert tertentu di
ruang perawatan tertentu, S S S S S S S
dalam lemari terkunci dan
akses terbatas
3. Melakukan pelabelan pada
kotak penyimpanan sesuai S S S S S S S
kategori obat high alert
4. Melakukan pelabelan
pada setiap obat dengan
kemasan ampul/vial /
cartridge / flash / soft S S S S S S S
bag. Menambahkan label
HARUS DIENCERKAN
untuk elektrolit pekat.
5. Member penanda garis
merah mengelilingi rak
penyimpanan obat high alert S S S S S S S

Total 5 5 5 5 5 5 5
Prosentase 100 100 100 100 100 100 100
% % % % % % %
Sumber: Observasi dan Wawancara pada 7 orang perawat di puskesmas tajinan pada 16-18 Juni 2021

Keterangan: P : Perawat
S : Selalu
K : Kadang-kadang

75
Td : Tidak Pernah
Berdasarkan hasil observasi dan validasi (wawancara) yang dilakukan selama 3 hari yaitu tanggal 16- 18 Juni 2021 kepada 7
perawat, didapatkan hasil bahwa Penyimpanan Obat Hight Alert di Ruang rawat inapsudah dilakukan sesuai dengan Standart
Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku sejumlah 100% item dilakukan.

4. Sasaran IV : Kepastian tepat- lokasi, tepat- prosedur, tepat pasien operasi


Keterangan : selama pengkajian tanggal 16- 18 Juni 2021 tidak ada pasien yang melakukan tindakan operasi.

5. Sasaran V : Pengurangan Resiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan

Tabel 3.29 Pengurangan Resiko Infeksi Terkait Pelayanan

SPO HAND HYGINE

Pengertian
1. Kebersihan tangan adalah adalah kegiatan mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir bila tangan jelas kotor
atau terkena cairan tubuh atau menggunakan alkohol (alcohol-based handrubs) bila tangan tidak tampak kotor.
2. Kebersihan tangan dengan sabun antiseptik dan air mengalir (Hand wash) adalah cuci tangan menggunakan sabun
antiseptik dengan tujuan untuk membersihkan tangan dengan menghilangkan dan membunuh transient mikro organisme
dari tangan
3. Kebersihan tangan dengan cairan berbasis alkohol (handrub) adalah cuci tangan menggunakan cairan antiseptik diseluruh
permukaan tangan untuk meminimalkan pertumbuhan mikroorganisme tanpa menggunakan air dan pengering tangan.
4. Kebersihan tangan bedah (surgical handwash) cuci tangan dengan menggunakan cairan antimikrobial pada tindakan
sebelum operasi dan membuang mikroorganisme transien dan residen flora kulit.

76
Tujuan 1. Meminimalkan atau menghilangkan mikroorganisme;
2. Mencegah tansmisi mikroorganisme dari lingkungan ke pasien dan dari pasien ke pasien serta dari pasien ke petugas
kesehatan.
3. Tindakan utama untuk pencegahan dan pengendalian HAIs
4. Sebagai acuan penerapan langkah-langkah proses kebersihan tangan
Aspek yang dinilai P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 Keterangan
A. Kebersihan Tangan dengan
sabun antiseptik dan air
(Handwash) Langkah-
langkah:
S S S S S S S
1. Petugas melepaskan
perhiasan yang digunakan
lalu membasahi tangan
dengan air mengalir;
2. Petugas menuangkan sabun
S S S S S S S
ke telapak tangan 3-5 cc;
3. Petugas meratakan sabun
ke seluruh permukaan
S S S S S S S
tangan sebatas
pergelangan.
4. Petugas menggosok
punggung dan sela-sela jari
jari tangan kiri dengan
tangan kanan dan S S S S S S S
sebaliknya.

5. Petugas menggosok kedua


telapak tangan dan sela-sela
jari
S S S S S S S

77
6. Jari-jari sisi dalam kedua
tangan saling mengunci dan
saling digosokkan
S S S S S S S

7. Petugas menggosok ibu jari


kiri dengan gerakan berputar
dalam genggaman tangan
kanan dan sebaliknya S S S S S S S

8. Petugas menggosok dengan


memutar ujung jari-jari
kanan (mengarah ke ibu jari)
di telapak tangan kiri dan S S S S S S S
sebaliknya

9. Petugas membilas kedua


tangan dengan air mengalir
S S S S S S S

10.Petugas mengeringkan
kedua tangan dengan tissue
sekali pakai
S S S S S S S

78
11.Petugas menutup kran air
menggunakan siku tangan
kanan S S S S S S S

12.Petugas membuang tissue ke


tempat sampah non S S S S S S S
infeksius

B. Kebersihan Tangan
dengan Cairan Antiseptik
(Handrub).
1. Petugas menuangkan S S S S S S S
larutan antiseptik bebasis
alkohol ke telapak tangan
sebanyak 3-5 cc;
2. Petugas meratakan larutan
antiseptik berbasis alkohol
S S S S S S S
ke seluruh permukaan
tangan sebatas pergelangan
3. Petugas menggosok
punggung dan sela-sela jari
S S S S S S S
tangan kiri dengan tangan
kanan dan sebaliknya
4. Petugas menggosok kedua
telapak tangan dan sela- S S S S S S S
sela jari

5. Jari-jari sisi dalam dari


kedua tangan saling
S S S S S S S
mengunci dan saling
digosokkan
6. Petugas menggosok ibu jari
kiri dengan gerakan S S S S S S S
berputar dalam genggaman

79
tangan kanan dan
sebaliknya
7. Prosedur dilakukan 20
sampai 30 detik S S S S S S S

Total 19 19 19 19 19 19 19
Prosentase 100 100 100 100 100 100
100%
% % % % % %
Sumber: Observasi dan Wawancara pada 7 orang perawat di Ruang rawat inap pada 16- 18 Juni 2021

Keterangan: P : Perawat
S : Selalu
K : Kadang-kadang
Td : Tidak Pernah
Dari hasil observasi dan validasi yang dilakukan selama 3 hari yaitu tanggal 16- 18 Juni 2021 kepada 7 perawat di Ruang
Geranium, didapatkan hasil bahwa penerapan kepatuhan cuci tangan 6 langkah dan 5 momen dengan semua item telah dilakukan
sebesar 100% dari SOP (Standart Operasional Prosedur).
Selain pengurangan infeksi dengan handhygien, pengurangan infeksi juga dilakukan dengan pembuangan sampah dengan
tepat, namun masih terjadi kesalahan pada pembuangan ke tempat sampah yang tidak sesuai dengan jenis sampah. Berdasarkan
obervasi di Ruang Geranium didapatkan ada sampah vial yang dibuang di safety box pada tanggal 19 Juni 2021. Didapatkan
bungkus makanan yang dibuang ditempat sampah infeksius pada tanggal 20 Juni 2021 dan sampah kresek yang dibuang ditempat

80
sampah infeksius pula pada tanggal 20 juni 2021. Hal ini bisa menyebabkan pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
belum optimal (Lampiran M5).

6. Sasaran V1: Pengurangan Resiko Pasien Jatuh.

Tabel 3.30 Pengurangan Resiko Pasien


SPO ASSESMEN DAN PENGELOLAAN PASIEN DENGAN RESIKO JATUH
Jatuh.
Pengertian
Identifikasi pasien adalah suatu proses konfirmasi untuk kebenaran data antara identitas pasien dengan data
pada gelang identitas pasien guna ketepatan pemberian pelayanan, pengobatan dan tindakan atau prosedur
kepada pasien meliputi sebelum pemberian obat, transfusi darah/ produk darah, pengambilan sampel
pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan radiologi, tindakan dokter, transfer pasien dan konfirmasi kematian
kepada pasien
Tujuan
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah assesmen pasien dengan resiko jatuh sehingga dapat :
1. Meminimalkan kejadian pasien jatuh di RSUD “Lawang”.
2. Menentukan tindakan yang akan dilakukan untuk mengurangi kejadian jatuh.
Aspek yang dinilai P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 Keterangan

Pasien dengan resiko jatuh S S S S S S S


1. Pengkajian dilakukan
pada semua pasien di:
a Instalasi Gawat
Darurat (IGD)
b Instalasi Rawat Jalan
c Instalasi Peristi dan

81
Persalinan
Komprehensif
d Instalasi Rawat Inap
e Instalasi Pelayanan
Khusus (Gajahmada,
Hasanudin)
Pasien yang dirawat di rawat
inap, maksimal 24 jam setelah
pasien masuk ruang rawat
inap

2. Petugas mengisi lembar S S S S S S S


assesmen resiko jatuh
kelompok pasien:
a Assesmen Resiko
Jatuh pada anak usia
0-14 tahun
menggunakan
Humpty Dumpty
b Assesmen resiko
jatuh pada dewasa
usia >14-60 tahun
menggunakan Morse
Fall Scale
c. Assesmen resiko
jatuh pada geriatri
usia > 60 tahun
menggunakan

82
Ontario Modified
Stratify
Assesmen resiko jatuh untuk
pasien IGD, Kamar Bersalin
dan rawat jalan menggunakan
Get up go test.

3. Gelang menghadap ke S S S S S S S
arah petugas

4. Beri dan pasang gelang


warna kuning pada
pergelangan tangan
pasien:
a. Untuk rawat inap
pasien dengan skor
resiko jatuh tinggi.
b. Untuk pasien rawat
jalan bila ada S S S S S S S
jawaban “Ya” dari
salah satu
parameter
pertanyaan (get up
go test)
c. Untuk rawat jalan
menggunakan pita
kuning

83
5. Petugas menempatkan
pasien pada posisi rendah S S S S S S S
dan roda terkunci.

6. Menutup pagar tempat


tidur / brancard. S S S S S S S

7. Petugas memastikan Tidak Ada Tombol Panggilan Perawat Pada Kamar Pasien
bahwa bel pemanggil
pasien dapat berfungsi - - - - - - -
dengan baik dan dapat
dijangkau oleh pasien.

8. Letakkan tanda
S S S S S S S
“Kewaspadaan Jatuh”.

9. Lakukan pemasangan
fiksasi / restrain apabila S S S S S S S
diperlukan dengan
persetujuan keluarga
10. Assesmen ulang S S S S S S S
dilaksanakan bila :
a Sewaktu-waktu
terdapat perubahan
kondisi pasien
b Perubahan
pengobatan terutama
yang mempengaruhi

84
kesadaran
c pasien dipindahkan
keruangan lain
d sesaat setelah terjadi
kasus jatuh
e pasien dengan skor
resiko tinggi
dilakukan setiap shift
11. Pelepasan gelang
dilakukan bila :
a. Pengkajian ulang
pasien rawat inap
tidak didapatkan skor S S S S S S S
resiko tinggi
b. Pada pasien rawat
jalan pita kuning
dilepas oleh petugas
Rumah Sakit.
Total 10 10 10 10 10 10 10

Prosentase 91 91 91 91 91 91 91
% % % % % % %

Sumber: Observasi dan Wawancara pada 7 orang perawat di Ruang rawat inap pada 16- 18 Juni 2021

Keterangan: P : Perawat

85
S : Selalu
K : Kadang-kadang
Td : Tidak Pernah

Berdasarkan hasil observasi dan validasi (wawancara) yang dilakukan selama 3 hari yaitu tanggal 16- 18 Juni 2021 pada 7
perawat, didapatkan hasil bahwa pencegahan risiko jatuh meliputi pengkajian awal reiko jatuh, serta langkah langkah untuk
megurangi resiko jatuh sudah tepat, hanya saja terdapat 1 indikator SOP (Standar Operasional Prosedur) yang tidak ada di ruangan
yakni setiap kamar pasien tidak memiliki tombol panggilan perawat. Namun saat ini tidak terdapat pasien yang memiliki kriteria
resiko jatuh tinggi.

86
Masalah M5 (Mutu)

Berdasarkan hasil Observasi dan Wawancara yang dilakukan kepada 7 orang Perawat selama 16- 18 Juni 2021 terdapat 1
Item pada SOP (Standart Operasional Prosedur) pengurangan resiko jatuh yaitu tidak terdapatnya tombol panggilan perawat di
setiap kamar pasien dikarenakan di Ruang Geranium merupakan kamar Kelas II dan III tapi belum dilengkapi dengan bel pasien.

87
3.6 ANALISA SWOT PRE IMPLEMENTASI
Analisa SWOT Bobot x
No Bobot Rating Skor
Rating
1.    M1 (Man)        
  Internal Faktor (IFAS)        
  S = Strengths = Kekuatan        
Rata-rata tenaga perawat telah memiliki
sertifikasi standart seperti BLS, BCLS, 0.4 2 0.8
  batuan hidup dasar dan PPI
Kwalifikasi perawat Geranium tedapat :
a. PK1 sebanyak 3 orang
b. PK2 sebanyak 6 orang 0.3 2 0.6

c. PK3 sebanyak 4 orang


 
Tenaga keperawatan dengan pendidikan
0.3 2 0.6
Ners di Ruang Geranium 1 orang
  Total 1   3
  W = Weakneses = Kelemahan      
Tenaga keperawatan dengan pendidikan
SPK di Ruang Geranium hanya 1 orang 0.5 2 1
 
  Total 1   2 1
  Extrernal Faktor (EFAS)        
  O = Opportunity =Peluang      
Bisa mengkuti pelatihan yang diadakan
baik dari pihak instansi maupun dari luar 1 2 2
  instansi

  Total 1 2
 
  T = Treat = Ancaman      
Masyarakat mempunyai harapan untuk
pelayanan kesehatan yang professional 0.5 2 1
 
Adanya persainan global antar rumah sakit
0.5 2 1
  masalah layanan

Total 1   2 0
 
2 M2 (Material)        

87
  Internal Faktor (IFAS)        
  S = Strengths = Kekuatan        
Sudah terdapat bak sampah infeksius 5
buah, non-infeksius 5 buah dan bak 0.3 3 0.9
  sampah khusus botol infus 1 buah
Terdapat administras penunjang (seperti
buku TTV, buku operan, SOP, dll) yang 0.3 3 0.9
memadai
Tersedianya nurse station yang terpisah
dan berada di tengah-tengah kamar pasien
0.2 2 0.4  
sehingga mempermudah dalam
  menjangkau pasien
Setiap pasien memiliki loker obat sendiri-
0.2 2 0.4
sendiri
  Total 1   2.6
  W = Weakneses = Kelemahan      
Jumlsh kamar mandi yang tidak sesuai
1 2 2
  dengan jumlah pasien
  Total 1   2 0.6
  Extrernal Faktor (EFAS)        
  O = Opportunity =Peluang      
Adanya pengadaan sarana dan prasarana
yang rusak dari bagian pengadaan barang. 0.6 2 1.2
 
Adanya kesempatan untuk penggantian
alat-alat yang tidak layak pakai atau rusak 0.4 2 0.8
 
  Total 1   2
  T = Treat = Ancaman      
Adanya ruangan lain yang memiliki sarana
1 3 3
  dan prasarana yang lebih baik
  Total 1   3 -1
3 M3 (Method)        
  Internal Faktor (IFAS)        
  S = Strengths = Kekuatan        
  Terdapat sentralisasi obat di ruangan 0.4 3 1.2

 
Penerimaan pasien baru, discharge
0.6 3 1.8
 
planning dan dokumentasi sudah sesuai

88
SOP di ruangan serta karu, pp sudah sesuai
dengan tupoksi
  Total 1   3
  W = Weakneses = Kelemahan      
Tidak melakukan timbang terima sesuai
SOP 0.6 2 1.2
 
Terdapat 1 dari 7 item tupoksi katim yang
tidak dilakukan, yaitu bertanggung jawab
0.4 2 0.8
atas pelaksanaan asuhan keperawatan
diluar jam dinas dan hari libur
  Total 1   2 1
  Extrernal Faktor (EFAS)        
  O = Opportunity =Peluang        
Kesempatan mengikuti pelatihan
1 2 2
  manajemen bangsal
  Total 1   2
  T = Treat = Ancaman        
Adanya tuntutan akreditasi yang
mengharuskan timbang terima sesuai 1 3 3
  dengan SOP
  Total 1   3 -1
4 M4 (Money)        
  Internal Faktor (IFAS)        
  S = Strengths = Kekuatan        
Seluruh keuangan diatur oleh rumah sakit 0.6 3 1.8
 
Pendapatan berasal dari pembiayaan umum
0.4 3 1.2
  dan BPJS
  Total 1   3
 
  W = Weakneses = Kelemahan      
Kebutuhan alat kesehatan atau umum yang
dibutuhkan dalam ruangan dipenuhi dalam 1 2 2
  kurun waktu yang lama
Total
1   2 1
 
  Extrernal Faktor (EFAS)        

89
  O = Opportunity =Peluang      
Pendanaan RS berasal dari pemerintah
1 3 3
  kebupaten dan pasien BPJS
  Total 1   3
  T = Treat = Ancaman        
Masyarakat berkesempatan untuk memilih
RS yang pelayanannya serta fasilitas lebih 1 2 2
  lengkap dan memadai.
  Total 1 2 1
5 M5 (Mutu)        
  Internal Faktor (IFAS)        
  S = Strengths = Kekuatan        
Ruangan sudah menggunakan 6 sasaran
1 2 2  
  keselamatan pasien (SKP) yang sesuai.
  Total 1 2
  W = Weakneses = Kelemahan      
Tidak ada tombol panggilan perawat di
0.2 2 0.4
  setiap kamar pasien
Pembuangan sampah yang tidak sesuai
0.6 3 1.8
dengan jenis sampah
  Total 1   2.2 -0.2
  Extrernal Faktor (EFAS)        
  O = Opportunity =Peluang      
  Supervisi oleh tim PPI 1 2 2
  Total 1   2
  T = Treat = Ancaman      
Adanya tuntutan akreditasi rumah sakit
0.4 3 1.2
 
  Total 1 3 -1

90
3.7 DIAGRAM LAYANG SWOT PRE IMPLEMENTASI

91
92
Keterangan :
1. Kuadran I (positif, positif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang,
Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Progresif, artinya organisasi
dalam kondisi prima dan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk
terus melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih
kemajuan secara maksimal.
2. Kuadran II (positif, negatif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat namun menghadapi
tantangan yang besar. Rekomendasi strategi yang diberikan
adalah Diversifikasi Strategi, artinya organisasi dalam kondisi mantap
namun menghadapi sejumlah tantangan berat sehingga diperkirakan roda
organisasi akan mengalami kesulitan untuk terus berputar bila hanya
bertumpu pada strategi sebelumnya. Oleh karenya, organisasi disarankan
untuk segera memperbanyak ragam strategi taktisnya.
3. Kuadran III (negatif, positif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah namun sangat
berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Ubah Strategi,
artinya organisasi disarankan untuk mengubah strategi sebelumnya. Sebab,
strategi yang lama dikhawatirkan sulit untuk dapat menangkap peluang
yang ada sekaligus memperbaiki kinerja organisasi.
4. Kuadran IV (negatif, negatif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah dan menghadapi
tantangan besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Strategi
Bertahan, artinya kondisi internal organisasi berada pada pilihan dilematis.
Oleh karenanya organisasi disarankan untuk meenggunakan strategi
bertahan, mengendalikan kinerja internal agar tidak semakin terperosok.
Strategi ini dipertahankan sambi terus berupaya membenahi diri.

93
BAB IV
PRIORITAS MASALAH, ALTERNATIF PENYELESAIAN MASALAH
DAN POA PENYELESAIAN MASALAH MANAJEMEN
KEPERAWATAN DI RUANGAN

4.1 Daftar Masalah


1. Pembuangan sampah yang tidak sesuai dengan jenis sampah
2. Prosedur timbang terima tidak dilakukan sesuai dengan SOP

4.2 Prioritas Masalah


Prioritas cara pemecahan masalah dilakukan dengan memperlihatkan aspek:
1. Besarnya masalah yang diselesaikan (Magnitude = Mg)
2. Pentingnya cara penyelesaian masalah (Importancy = I)
3. Sensitivitas penyelesaian masalah (Vulnerability = V)
4. Efisiensi Biaya (Efficiency = C)
Nilai yang diberikan pada aspek 1 sampai 5 (nilai 1 = sangat kurang penting,
nilai 2 = kurang penting, nilai 3 = cukup penting, nilai 4 = penting dan nilai 5
= sangat penting)

No Alternatif penyelesaian masalah Efektivitas Eficiency Total Prioritas

M I V C MxIx
V/C

Pembuangan sampah yang tidak 4 3 3 2 18


1 1
sesuai dengan jenis sampah

Prosedur timbang terima tidak 2 3 2 2 6


2 2
dilakukan sesuai dengan SOP

Keterangan :
Dalam pengambilan masalah, kami hanya mengambil satu prioritas masalah
saja yaitu pembuangan sampah yang tidak sesuai. Sedangkan untuk prioritas
masalah yang kedua tidak di diangkat sebagai masalah karena pertimbangan
dari beberapa hal yakni masalah yang ada selama proses keperawatan

94
berlangsung dapat diselesaikan tanpa timbang terima keliling ke kamar-kamar
pasien, yang kedua dari segi penyelesaian masalah yang ada selama proses
keperawatan dapat dilakukan antar sesama perawat di nurse station, dan
mengangkat masalah pembuangan sampah dirasa penting karena secara tidak
langsung berhubungan dengan pengendalian infeksi nosokomial rumah sakit
serta pengurangan penularan penyakit kepada petugas.

ALTERNATIF WAKTU INDIKATOR PE


NO MASALAH TUJUAN PEMECAHAN KEBERHASILA
MASALAH N
1 Pembuanga Supaya tidak - Sosialisasi Minggu Membuang -
n sampah terjadi penularan dengan benner ke 3 sampah sesuai
yang tidak infeksi kepada keluarga dengan
sesuai pasien agar tempatnya
dengan jenis membuang
sampah sampah sesuai
dengan jenis
sampah
- Menempelkan
stiker gambar
dan tulisan pada
tempat sampah
- Observasi isi
tempat sampah

95
BAB V
PEMBAHASAN

5.1 Pembahasan
Azwar mengemukakan bahwa sikap adalah suatu kecenderungan
untuk memberikan respon terhadap suatu objek atau sekumpulan objek dalam
bentuk perasaan memihak (favourable) maupun tidak memihak
(unfavourable) melalui proses interaksi kompenen-kompenen sikap, yaitu
kognitif (pengetahuan), afektif (perasaan), dan kognitif (kecenderungan
bertindak). Sikap subjek yang baik terhadap perilaku membuang sampah
merupakan perasaan yang memihak atau mendukung terhadap upaya
berperilaku baik dalam membuang sampah (Yulida, dkk, 2016).
Teori El Green menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan,
dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu perilaku (behavior kauses) dan
faktor di luar perilaku (non behavior kauses) (Yulida, dkk, 2016).
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Novriza Yulida, dkk (2016)
mengemukakan bahwa perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu faktor
predisposisi (pengetahuan, sikap), faktor enabling (sarana dan prasarana) dan
faktor reinforcing (implementasi kebijakan).
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Laurence Green dalam
Notoadmodjo (2010), yang mengemukakan bahwa salah satu yang
mempengaruhi perilaku adalah faktor enabling. Selain itu, Mcluhan dalam
Intan (2011), mengatakan bahwa, medium is a massage, yang berarti
ketersediaan tempat sampah (medium) secara tidak langsung memberikan
pesan pada orang-orang agar membuang sampah pada tempatnya sehingga
lingkungan menjadi bersih dan bebas dari penyakit. Keberadaan sarana
tempat pembuangan sampah di banyak tempat akan memudahkan masyarakat
dalam membuang sampah. Ketersediaan sarana pembuangan sampah
membuat masyarakat dengan mudah membuang sampah disembarang tempat.
Pengetahuan adalah domain yang penting bagi indvidu untuk
melakukan tindakan. Pengetahuan merupakan faktor presdisposisi untuk
terbentuknya perilaku baru. Dengan demikian, untuk mendapatkan

96
pengetahuan yang baik sehubungan dengan perilaku masyarakat dalam
membuang sampah, diperlukan adanya informasi yang terus menerus dan
berkesinambungan kepada masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian Aurora
dalam Novriza Yulida, dkk (2016), diketahui bahwa ada hubungan
pengetahuan dengan perilaku masyarakat membuang sampah di Jaipur India.
Tingkat pengetahuan subjek penelitian mempengaruhi perilaku dalam
membuang sampah. Subjek penelitian yang tidak menjawab pertanyaan yang
diberikan termasuk pada subjek penelitian yang berpengetahuan kurang.
Artinya kurangnya pengetahuan mereka tentang sampah akan mempengaruhi
perilaku dalam membuang sampah.
Berdasarkan pengkajian tanggal 14 Juni – 28 Juni 2021 didapatkan
bahwa di Ruang Geranium terdapat masalah tentang cara pembuangan
sampah, masih banyak sampah yang di buang tidak sesuai dengan tempat
sampah yang sudah di sediakan, baik yang infeksius maupun yang non
infeksius. Untuk itu, kami mengambil masalah terkait tempat sampah yang
sudah disetujui pada saat desiminasi awal.

Keterangan : Pada gambar diatas menunjukkan hasil pengkajian, dimana


didapatkan sampah botol infus kaca yang dibuang di safety box. Sedangkan
pada gambar selanjutnya terdapat sampah non medis yang dibuang di sampah
medis

97
5.2 Implementasi
a. Persiapan
Persiapan awal yang kami lakukan untuk menyelesaikan masalah
pembuangan sampah adalah konsultasi dengan anggota PPI terkait
pembuangan sampah yang benar. Selanjutnya kami konsultasi dengan
kepala ruang, wakil kepala ruang untuk melakukan sosialisasi terkait
maslah pembuangan sampah yang benar.

b. Pelaksanaan
Berdasarkan hasil penelitian Aurora dalam Novrida Ylida (2016),
diketahui bahwa ada hubungan pengetahuan dengan perilaku masyarakat
membuang sampah. Sehingga, kami melaksanakan sosialisasi dengan
perawat Geranium tentang pembuangan sampah yang benar bagi pasien,
agar tindakan ini dapat dilakukan sebagai rutinitas.

Keterangan : Pada gambar diatas adalah gambar implementasi terkait


sosialisasi pembuangan tempat sampah kepada perawat .

98
Keterangan : Gambar diatas adalah gambar implementasi sosialisasi terhadap
pasien disela- sela merawat pasien

c. Evaluasi
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dewi Rafiah Pakpahan
(2017), pengetahuan bisa mengubah perilaku seseorang. Sehingga kami
menerapkan hal tersebut dengan memberikan edukasi (sosialisasi) kepada
pasien maupun keluarga tentang cara membuang sampah dengan benar dan
tepat. Dan banyak pasien yang merespon tindakan perawat yang melakukan
sosialisasi sederhana karena pandemi.

Tanggal 26 Juni 2021

99
Keterangan: Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa pembuangan sapah infeksius
sudah sesuai..
Pada gambar 2 dapat dilihat bahwa pembuangan sampah non
infeksius sudah sesuai.

Dari data diatas dijelaskan bahwa masa sosialisasi dan observasi tidak
bisa hanya dalam waktu sebentar. Diharapkan perawat memiliki kesadaran lebih
untuk merubah kebiasaan diri dan juga pasien. Karena bukan hanya pasien dan
keluarga yang bertanggung jawab dalam pembuangan sampah. Hal ini
dikarenakan perilaku yang dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu faktor predisposisi
(pengetahuan, sikap), faktor enabling (sarana dan prasarana) dan faktor
reinforcing (implementasi kebijakan).
Hal ini sejalan dengan jurnal penelitian Sari Candrawati dan Agus
Nurudin (2015), yang mengemukakan bahwa implementasi kebijakan rencana
strategis berpengaruh signifikan terhadap kinerja petugas kesehatan di RSUD
Kota Bogor. Hubungan ini bermakna bahwa apabila implementasi kebijakan
rencana strategis ditingkatkan atau meningkat penerapannya maka peningkatan
tersebut secara stimulan diikuti dengan peningkatan kinerja petugas kesehatan
kinerja petugas kesehatan di RSUD Kota Bogor.
Sehingga faktor kebijakan dapat diterapkan di Ruang Geranium untuk
meningkatkan perilaku membuang sampah yang sesuai.

100
ANALISA SWOT POST EVALUASI
Analisa SWOT Bobot x
No Bobot Rating Skor
Rating
1.    M1 (Man)        
  Internal Faktor (IFAS)        
  S = Strengths = Kekuatan        
Rata-rata tenaga perawat telah memiliki
sertifikasi standart seperti BLS, BCLS, 0.4 2 0.8
  batuan hidup dasar dan PPI
Kwalifikasi perawat Geranium tedapat :
a. PK1 sebanyak 3 orang
b. PK2 sebanyak 6 orang 0.3 2 0.6

c. PK3 sebanyak 4 orang


 
Tenaga keperawatan dengan pendidikan
0.3 2 0.6
Ners di Ruang Geranium 1 orang
  Total 1   3
  W = Weakneses = Kelemahan      
Tenaga keperawatan dengan pendidikan
SPK di Ruang Geranium hanya 1 orang 0.5 2 1
 
  Total 1   2 1
  Extrernal Faktor (EFAS)        
  O = Opportunity =Peluang      
Bisa mengkuti pelatihan yang diadakan
baik dari pihak instansi maupun dari luar 1 2 2
  instansi

  Total 1 2
 
  T = Treat = Ancaman      
Masyarakat mempunyai harapan untuk
pelayanan kesehatan yang professional 0.5 2 1
 
Adanya persainan global antar rumah sakit
0.5 2 1
  masalah layanan

Total 1   2 0
 
2 M2 (Material)        

101
  Internal Faktor (IFAS)        
  S = Strengths = Kekuatan        
Sudah terdapat bak sampah infeksius 5
buah, non-infeksius 5 buah dan bak 0.3 3 0.9
  sampah khusus botol infus 1 buah
Terdapat administras penunjang (seperti
buku TTV, buku operan, SOP, dll) yang 0.3 3 0.9
memadai
Tersedianya nurse station yang terpisah
dan berada di tengah-tengah kamar pasien
0.2 2 0.4  
sehingga mempermudah dalam
  menjangkau pasien
Setiap pasien memiliki loker obat sendiri-
0.2 2 0.4
sendiri
  Total 1   2.6
  W = Weakneses = Kelemahan      
Jumlah kamar mandi yang tidak sesuai
1 2 2
  dengan jumlah tempat tidur pasien
  Total 1   2 0.6
  Extrernal Faktor (EFAS)        
  O = Opportunity =Peluang      
Adanya pengadaan sarana dan prasarana
yang rusak dari bagian pengadaan barang. 0.6 2 1.2
 
Adanya kesempatan untuk penggantian
alat-alat yang tidak layak pakai atau rusak 0.4 2 0.8
 
  Total 1   2
  T = Treat = Ancaman      
Adanya ruangan lain yang memiliki sarana
1 3 3
  dan prasarana yang lebih baik
  Total 1   3 -1
3 M3 (Method)        
  Internal Faktor (IFAS)        
  S = Strengths = Kekuatan        
  Terdapat sentralisasi obat di ruangan 0.4 3 1.2

 
Penerimaan pasien baru, discharge
0.6 3 1.8
 
planning dan dokumentasi sudah sesuai

102
SOP di ruangan serta karu, pp sudah sesuai
dengan tupoksi
  Total 1   3
  W = Weakneses = Kelemahan      
Tidak melakukan timbang terima sesuai
SOP 0.6 2 1.2
 
Terdapat 1 dari 7 item tupoksi katim yang
tidak dilakukan, yaitu bertanggung jawab
0.4 2 0.8
atas pelaksanaan asuhan keperawatan
diluar jam dinas dan hari libur
  Total 1   2 1
  Extrernal Faktor (EFAS)        
  O = Opportunity =Peluang        
Kesempatan mengikuti pelatihan
1 2 2
  manajemen bangsal
  Total 1   2
  T = Treat = Ancaman        
Adanya tuntutan akreditasi yang
mengharuskan timbang terima sesuai 1 3 3
  dengan SOP
  Total 1   3 -1
4 M4 (Money)        
  Internal Faktor (IFAS)        
  S = Strengths = Kekuatan        
Seluruh keuangan diatur oleh rumah sakit 0.6 3 1.8
 
Pendapatan berasal dari pembiayaan umum
0.4 3 1.2
  dan BPJS
  Total 1   3
 
  W = Weakneses = Kelemahan      
Kebutuhan alat kesehatan atau umum yang
dibutuhkan dalam ruangan dipenuhi dalam 1 2 2
  kurun waktu yang lama
Total
1   2 1
 
  Extrernal Faktor (EFAS)        

103
  O = Opportunity =Peluang      
Pendanaan RS berasal dari pemerintah
1 3 3
  kebupaten dan pasien BPJS
  Total 1   3
  T = Treat = Ancaman        
Masyarakat berkesempatan untuk memilih
RS yang pelayanannya serta fasilitas lebih 1 2 2
  lengkap dan memadai.
  Total 1 2 1
5 M5 (Mutu)        
  Internal Faktor (IFAS)        
  S = Strengths = Kekuatan        
Ruangan sudah menggunakan 6 sasaran
1 2 2  
  keselamatan pasien (SKP) yang sesuai.
  Total 1 2
  W = Weakneses = Kelemahan      
Tidak ada tombol panggilan perawat di
0.2 2 0.4
  setiap kamar pasien
Pembuangan sampah masih belum sesuai
dengan jenis sampah meskipun sudah 0.6 3 1.8
dilakukan sosialisasi
  Total 1   2.2 -0.2
  Extrernal Faktor (EFAS)        
  O = Opportunity =Peluang      
  Supervisi oleh tim PPI 1 2 2
  Total 1   2
  T = Treat = Ancaman      
Adanya tuntutan akreditasi rumah sakit
0.4 3 1.2
 
  Total 1 3 -1

104
DIAGRAM LAYANG SWOT POST EVALUASI

105
Keterangan :

Dari analisa SWOT dan diagram layang dijelaskan bahwa setelah dilakukan
implementasi dengan melakukan sosialisasi edukasi terkait pemilahan sampah
dengan banner, ternyata masih didapatkan sampah yang tidak sesuai dengan jenis
sampah. Hal ini dikarenakan perilaku dipengaruhi bukan hanya dari faktor
pengetahuan saja, melainkan faktor sarana prasarana dan juga kebijakan. Sehingga
analisa SWOT dan diagram layang belum mengalami perubahan.

106
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Dari hasil pengkajian 5M yang telah kami lakukan, kami
mendapatkan 2 masalah yang ada yaitu pembuangan sampah yang tidak
sesuai dengan jenis sampah dan timbang terima yang tidak dilakukan sesuai
dengan SOP. Namun dari 2 masalah tersebut, kami mengambil masalah
pembuangan sampah yang tidak sesuai untuk dilakukan impelmentasi, karena
menurut kelompok kami apabila pembuangan sampah tersebut tidak
diimplementasikan dapat menjadi penyebaran infeksi, sedangkan untuk
masalah timbang terima tidak kami implementasikan karena tanpa melakukan
beberapa indikator yang ada dalam SOP timbang terimapun tidak terdapat
masalah.
Dari masalah pembuangan sampah yang tidak sesuai dengan jenis
sampah, kami melakukan beberapa implementasi diantaranya adalah
sosialisasi terhadap perawat dulu karena masa pandemic covid-19 kami
mengurangi tindakan mengumpulkan pasien dan keluarga terlebih lagi saat ini
dilakukan pembatasan penjaga atau pengunjung pasien jadi kami hanya
melakukan sosialisasi kepada perawat dan pasien seadanya. Dari
implementasi yang sudah kami lakukan diatas, dapat disimpulkan bahwa
masih ada sampah yang dibuang tidak sesuai dengan jenis sampah. Hal ini
dikarenakan perilaku dipengaruhi bukan hanya dari faktor pengetahuan saja,
melainkan faktor sarana prasarana dan juga kebijakan. Serta yang
bertanggung jawab terhadap pemilahan sampah bukan hanya pasien dan
keluarga tapi juga perawat yang setiap hari menjaga pasien dan keluarga
tersebut.

6.2 Saran
Mensosialisasikan kembali secara kontinyu terkait pembuangan sampah yang
benar, dan menyediakan sarana dan prasarana yang memadai serta

107
memberikan kebijakan (punishment) berupa pengambilan kembali sampah
yang telah dibuang untuk dibuang di tempat sampah yang benar.

DAFTAR PUSTAKA

Candrawati, Sari dan Agus Nurudin. 2015. “Pengaruh Implementasi Kebijakan


Rencana Strategis dan Pengawasan Melekat terhadap Kinerja petugas
Kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bogor Tahun 2015”,
Volume 2 Nomor 4

Intan, N. 2012. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Membuang


Sampah pada Siswa SDN di Kecamatan Bantar Gebang. Journal
Universitas Indonesia

Notoadmodjo, S. 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi Edisi Revisi.


Jakarta : Rineka Cipta

Nursalam. 2014. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktek


Keperawatan Profesional, Edisi ke 4. Jakarta : Salemba Medika

Nursalam. 2016. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktek


Keperawatan Profesional, Edisi ke 5. Jakarta : Salemba Medika

Pakpahan, Dewi Rafiah. 2017. “Pengaruh Pengetahuan dan Sikap terhadap


Perilaku Masyarakat Pada bank Syariah di Wilayah Kelurahan Sei
Sikambing D”, Jurnal At-Tawassuh, Volume III No. 3

Suni, Arsad. 2018. Kepemimpinan & Manajemen Keperawatan Teori dan


Aplikasi dalam Praktik Klinik Manajemen Keperawatan. Jakarta:
BumiMedia

Yulida, Novriza, dkk. 2016. “Perilaku Masyarakat dalam Mebuang Sampah di


Aliran Sungai Batang Berkarek-Karek Kota Padang Panjang Sumatera
Barat”. Journal of Community Medicine and Public Health, Volume 32
Nomor 10

108
PROPOSAL RONDE KEPERAWATAN

PADA Tn. R DENGAN DIAGNOSA MEDIS CKD

Disusun Oleh:

1. Adhe Mei sari (20300)


2. Heni purwanti (2030052)
3. Silfiyatul fauziyah (2030077)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN
2021

109
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ronde keperawatan merupakan suatu metode untuk menggali dan
membahas secara mendalam masalah keperawatan yang terjadi pada kliendan
kebutuhan klien akan perawatan yang dilakukan oleh perawat primer dan atau
konselor, kepala ruangan, perawat associate, supervisor dan seluruh tim
keperawatan dengan melibatkan klien secara langsung sebagai fokus
kegiatan. Kegiatan ini mempunyai karakteristik yaitu: Klien dilibatkan
langsung, klien merupakan fokus kegiatan, PP/ PA dan konselor melakukan
diskusi. Konselor memfasilitasi kreatifitas dan membantu mengembangkan
kemampuan PP dan PA dalam meningkatkan kemampuan mengatasi masalah
keperawatan. Adapun kriteria klien yang dilakukan ronde adalah sebagai
berikut: Klien dengan penyakit kronis, penyakit langka atau baru, klien
dengan penyakit komplikasi, klien dengan penyakit akut dan klien dengan
permasalahan keperawatan yang belum terselesaikan (Nursalam, 2016).
Ronde keperawatan merupakan media bagi perawat untuk membahas
lebih dalam masalah dan kebutuhan pasien serta sebagai proses belajar bagi
perawat dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan kognitif, afektif
dan psikomotor. Kepekaan dan cara berpikir kritis perawat akan tumbuh dan
terlatih melalui suatu transfer pengetahuan dan mengaplikasikan konsep teori
ke dalam praktik keperawatan. Pelayanan keperawatan yang perlu
dikembangkan untuk mencapai hal tersebut adalah dengan ronde
keperawatan. Dimana ronde keperawatan merupakan sarana bagi perawat
baik perawat primer maupun perawat assosiate untuk membahas masalah
keperawatan yang terjadi pada klien yang melibatkan klien dan seluruh tim
keperawatan termasuk konsultan keperawatan. Salah satu tujuan dari kegiatan
ronde keperawatan adalah meningkatkan kepuasan klien terhadap pelayanan
keperawatan.

110
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan ronde keperawatan masalah keperawatan yang dialami
klien dapat diatasi.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan keperawatan diharapkan seluruh tim keperawatan
mampu:
a. Menumbuhkan cara berfikir kritis dan sistimatis dalam pemecahan
masalah keperawatan klien
b. Memberikan tindakan yang berorientasi pada masalah keperawatan
klien
c. Meningkatkan kemampuan validitas data pasien.
d. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa keperawatan.
e. Meningkatkan kemampuan justifikasi.
f. Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.
g. Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan
keperawatan
h. Melaksanakan asuhan keperawatan secara menyeluruh.

C. Manfaat
1. Bagi Klien :
a. Membantu menyelesaikan masalah klien sehingga mempercepat
masa penyembuhan.
b. Mengurangi masa rawat inap
c. Memberikan perawatan secara profesional dan efektif kepada
pasien.
d. Memenuhi kebutuhan pasien.
2. Bagi Perawat :
a. Dapat meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor
perawat.

111
b. Menjalin kerjasama tim antar multidisiplin.
c. Menciptakan komunitas keperawatan profesional.
3. Bagi Rumah Sakit :
a. Meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit
b. Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan
keperawatan
c. Meningkatkan loyalitas konsumen terhadap rumah sakit

112
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP RONDE KEPERAWATAN


1. Pengertian
Ronde keperawatan adalah suatu kegiatan untuk mengatasi suatu masalah
keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat, disamping klien
dilibatkan untuk membahas dan melaksanakan asuha keperawatan.
Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi
masalah keperawatan pasien yang dilakukan oleh perawat disamping
melibatkan pasien untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan.
Pada kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat primer dan atau konselor,
kepala ruangan, perawat associate yang perlu juga seluruh anggota tim
kesehatan (Nursalam, 2015).

2. Karakteristik Ronde Keperawatan


Karakteristik dari Ronde Keperawatan yaitu:
a. Pasien dilibatkan secara langsung.
b. Pasien merupakan fokus kegiatan.
c. Perawat Assosiate atau Perawat Pelaksana dan Perawat Konselor
melakukan diskusi bersama.
d. Perawat Konselor memfasilitasi kreativitas.
e. Perawat Konselor membantu mengembangkan kemampuan perawat
dalam meningkatkan kemampuan dalam mengatasi masalah (Nursalam,
2015).

3. Tujuan Ronde Keperawatan


Menurut Nursalam (2015), tujuan dari pelaksanaan ronde keperawatan
dibagi menjadi:
a. Tujuan Umum
Menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan berfikir kritis.

113
b. Tujuan Khusus
1) Menumbuhkan cara berfikir kritis (Problem-Based Learning PBL)
2) Menumbuhkan pemikiran bahwa tindakan keperawatan berasal dari
masalah klien.
3) Meningkatkan pola pikir sistematis
4) Meningkatkan validitas data klien
5) Menilai kemampuan menentukan diagnosis keperawatan
6) Meningkatkan kemampuan membuat justifikasi, menilai hasil kerja,
dan memodifikasi rencana asuhan keperawatan (renpra)

4. Manfaat Ronde Keperawatan


Berikut adalah manfaat dari ronde keperawatan menurut Nursalam
(2015):
a. Masalah pasien dapat teratasi
b. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi
c. Terciptanya komunitas keperawatan yang professional
d. Terjalinnya kerja sama antar tim kesehatan
e. Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan tepat
dan benar

5. Kriteria Klien
Dalam pelaksanaan ronde keperawatan, klien yang dipilih adalah klien
yang memiliki kriteria sebagai berikut:
a. Klien memiliki masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun
sudah dilakukan tindakan keperawatan
b. Klien dengan kasus baru atau langka (Nursala, 2015)

114
6. Tahapan Ronde Keperawatan (Nursalam, 2016)

Tahap pra………………………. PP

PENETAPAN PASIEN

PERSIAPAN PASIEN :
o Informed consent
o Hasil pengkajian/validasi data

Tahap Pelaksanaan
dinurse station………….PENYAJIAN MASALAH  Apa diagnosis keperawatan
MASLA  Apa data yang mendukung
 Bagaimana intervensi yang
dilakukan ?
 Apa hambatan yang
ditemukan ?

Tahap pelaksanaan di Kamar pasien


VALIDASI DATA di
tempat tidur pasien

Diskusi PP
Konselor, KARU

Lanjutan - diskusi
di nurse station

Pasca Ronde……………………………………………. Kesimpulan dan Rekomendasi


Solusi masalah

115
Keterangan:
1. Pra Ronde
a. Menentukan kasus dan topik (masalah yang tidak teratasi dan masalah
yang langka)
b. Menentukan tim ronde
c. Mencari sumber atau literature
d. Membuat proporsal
e. Mempersiapkan pasien: Informed concernt dan pengkajian
f. Diskusi: Apakah diagnosis keperawatan ?; Apa data yang mendukung?;
Bagaimana intervensi yang sudah dilakukan?; dan Apa hambatan yang
ditemukan selama perawatan?
2. Pelaksanaan Ronde
a. Penjelasan tentang pasien oleh perawat primer yang difokuskan pada
masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan dilaksanakan dan
atau telah dilaksanakan serta memilih prioritas yang perlu didiskusikan
b. Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut
c. Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor atau kepala
ruangan tentang masalah pasien serta rencana tindakan yang akan
dilakukan
3. Pasca Ronde
a. Evaluasi, revisi dan perbaikan.
Kesimpulan dan rekomendasi penegakkan diagnosis; intervensi
keperawatan selanjutnya

7. Hal Yang Dipersiapkan dalam Ronde Keperawatan


Supaya ronde keperawatan yang dilakukan berhasil, maka bisa dilakukan
persiapan sebagai berikut:
a. Menentukan kasus dan topic (masalah yang tidak teratasi dan masalah
yang langka)
b. Menentukan tim ronde keperawatan
c. Mencari sumber / literature
d. Membuat proposal

116
e. Mempersiapjan pasien inform consent dan pengkajian
f. Diskusi: apa diagnosis keperawatan, apa data yang mendukung,
bagaimana intervensi yang sudah dilakukan, apa hambatan yang
ditemukan selama perawatan.

8. Peran Masing-masing Anggota Tim Ronde Keperawatan


a. Peran Perawat Primer dan Perawat Asosiate
1) Menjelaskan data pasien yang mendukung masalah pasien.
2) Menjelaskan diagnosis keperawatan.
3) Menjelaskan intervensi yang dilakukan.
4) Menjelaskan hasil yang didapat.
5) Menjelaskan rasional (alasan ilmiah) dari tindakan yang diambil.
6) Menggali masalah-masalah pasien yang belum terkaji.
b. Peran Perawat Konselor
1) Memberikan justifikasi.
2) Memberikan reinforcement.
3) Memvalidasi kebenaran dari masalah dan intervensi keperawatan
dan rasional tindakan.
4) Mengarahkan dan koreksi.
5) Mengintegrasikan konsep dan teori yang telah dipelajari (Nursalam,
2016).

117
B. LAPORAN PENDAHULUAN CKD

1. DEFINISI
(Chronic Kidney Desease) CKD atau gagal ginjal kronis adalah
hilangnya fungsi ginjal. Apabila hanya 10 % dari ginjal yang berfungsi
pasien dikatakan sudah sampai pada penyakit ginjal End Stage Renal
Desease atau penyakit ginjal tahap akhir. Awitan gagal ginjal mungkin akut
yaitu berkembang sangat cepat dalam beberapa jam dan dalam beberapa hari
gagal ginjal dapat juga menjadi kronik, yaitu terjadi perlahan dan mungkin
dalam beberapa tahun. Gagal ginjal akut merupakan penurunan fungsi ginjal
tiba - tiba yang ditentukan dengan peningkatan kadar BUN dan kreatinin
plasma. Haluaran urin dapat kurang dari 40 ml/jam (oliguria), Acute Renal
Failure atau gagal ginjal akut terbagi sesuai etiologinya meliputi prarenal,
renal, dan post renal (Marry et al,.2009). Gejala- gejala gagal ginjal akut
dapat dikelola dan fungsi ginjal dapat dikembalikan dengan perawatan medis
tepat waktu, gejala gagal ginjal akut dapat memburuk dan juga berkembang
menjadi gagal ginjal kronis.
Chronic kidney desease (CKD) atau gagal ginjal kronis adalah
kegagalan fungsi ginjal untuk mempertahankan metabolisme serta
keseimbangan cairan dan elektrolit akibat destruksi struktur ginjal yang
progresif dengan manifestasi penumpukan sisa metabolit (toksis uremik) di
dalam darah (Arif, 2012). CKD terjadi setelah berbagai macam penyakit yang
merusak massa nefron ginjal dan merupakan perkembangan gagal ginjal
yang progresif dan lambat dan biasanya berlangsung pada beberapa tahun
(Wilson, 2011).

2. KLASIFIKASI
1. Menurut tahapan perkembangan:
a. Penurunan cadangan ginjal, sekitar 40-75% nefron tidak berfungsi. Laju
filtrasi glomerulus 40-50% normal. BUN dan kreatinin serum masih
normal, pasien asimtomatik.
b. Gagal ginjal, 75-80% nefron tidak berfungsi, laju filtrasi glomerulus 20-
40% normal. BUN dan kreatinin serum mulai meningakat anemia ringan
dan azotemia ringan, nokturia dan poliuri

118
c. Gagal ginjal, laju filtrasi glomerulus 10-20% normal. BUN dan kreatinin
serum meningkat, anemia, azotemia, dan asidosis metabolic. Berat jenis
urin, Poliuri dan nokturia. Gejala gagal ginjal
d. End stage renal desease, lebih dari 85% nefron tidak berfungsi, laju filtrasi
glomerulus kurang dari 10% normal. BUN dan Kreatinin tinggi, anemia,
azotemia dan asidosis metabolic. Berat jenis urine tetap 1, 010, Oliguria dan
gejala gagal ginjal.
(Baradero, Mary., et al, 2009).

2. Menurut progresivitas penurunan Laju Filtrasi Glomerulus

Elizabeth (2009) menyebutkan dalam bukunya bahwa The U. S.


national Kidney Foundation’s Kidney Desease Outcomes Quality Initiative
menjelaskan stadium penyakit ginjal kronis berdasarkan ada tidaknya gejala
dan progresivitas penurunan GFR yang dikoreksi per ukuran tubuh (per 1,73
m2). GFR normal pada dewasa kira-kira 120-130 ml per menit.
Stadium penyakit ginjal adalah sebagai berikut:
a. Stadium 1: Kerusakan ginjal (kelainan atau gejala dari patologi kerusakan,
mencakup kelainan dalam pemeriksaan darah atau urine atau dalam
pemeriksaan pencitraan) dengan Laju filtrasi glomerulus (GFR) normal atau
hamper normal, tepat atau diatas 90 ml/menit (≥75% dari nilai normal).
b. Stadium 2: laju filtrasi glomerulus antara 60-89 ml/menit (kira-kira 50%
dari nilai normal), dengan tanda- tanda kerusakan ginjal. Stadium ini
dianggap sebagai salah satu tanda penurunan cadangan ginjal. Nefron yang
tersisa dengan sendirinya sangat rentan mengalami kegagalan fungsi saat
terjadi kelebihan beban.
c. Stadium 3: laju filtrasi glomerulus antara GFR 30-59 ml/ menit (20%-50%
dari nilai normal) insufisiensi ginjal dianggap dianggap terjadi pada stadium
ini. Nefron terus menerus mengalami kerusakan.
d. Stadium 4: laju filtrasi glomerulus 15-29 ml/menit (12%-24% dari nilai
normal) dengan hanya sedikit nefron yang tersisa.
e. Stadium 5: Gagal ginjal stadium lanjut, laju filtrasi glomerulus kurang dari
15 ml/ menit (<12% dari nilai normal) nefron yang berfungsi tinggal
beberapa. Terbentuk jaringan parut dan atrofi tubulus ginjal.

119
3. ETIOLOGI
Penyebab GGK (Price & Wilson, 2013), dibagi menjadi delapan, antara
lain:
a. Infeksi misalnya pielonefritis kronik
b. Penyakit peradangan misalnya glomerulonefritis
c. Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis
maligna, stenosis arteria renalis
d. Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus sistemik,
poliarteritis nodosa, sklerosis sistemik progresif
e. Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal polikistik,
asidosis tubulus ginjal
f. Penyakit metabolik misalnya DM, gout, hiperparatiroidisme, amiloidosis
g. Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik, nefropati timbal
h. Nefropati obstruktif misalnya
a. Saluran kemih bagian atas: kalkuli neoplasma, fibrosis netroperitoneal
b. Saluran kemih bagian bawah: hipertropi prostat, striktur uretra, anomali
kongenital pada leher kandung kemih dan uretra

Penyebab gagal ginjal kronik cukup banyak tetapi untuk keperluan klinis
dapat dibagi dalam 2 kelompok :
1. Penyakit parenkim ginjal
Penyakit ginjal primer: Glomerulonefritis, Mielonefritis, Ginjal polikistik,
Tbc ginjal
Penyakit ginjal sekunder: Nefritis lupus, Nefropati, Amilordosis ginjal,
Poliarteritis nodasa, Sclerosis sistemik progresif, Gout, DM
2. Penyakit ginjal obstruktif : pembesaran prostat,Batu saluran kemih, Refluks
ureter.

4. PATOFISIOLOGI
Gagal ginjal merupakan penurunan fungsi ginjal untuk mempertahankan
metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat destruksi struktur
ginjal yang progresif dan disebabkan oleh penyakit infeksi seperti pielonefritis
kronis, glumerulonefritis, penyakit vascular hipertensif meliputi nefrosklerosis
benigna maupun maligna, stenosis arteria renalis, penyakit ginjal polikistik,

120
asidosis tubular ginjal, traktus urinarius bagian atas, neoplasma, Diabetes,
riwayat Jantung.
Untuk mempertahankan hidup, penderita dapat menggunakan terapi
pengganti ginjal salah satunya adalah hemodialisa. Hemodialisa merupakan
suatu proses yang digunakan untuk mengeluarkan cairan dan produk limbah dari
dalam tubuh. Proses hemodialisa terdiri dari proses difusi, ultrafiltrasi dan
osmosis.

121
5. PATHWAY
6.

122
Factor resiko penyakit: Merangsang kerusakan nefron
- pielonefritis kronis
- glumerulonefritis
- nefrosklerosis benigna maupun maligna, Hipertrofi structural dan fungsional
- stenosis arteria renalis
- penyakit ginjal polikistik
Kerusakan ginjal
- asidosis tubular ginjal, traktus urinarius bagian atas,
- neoplasma
- Diabetes
- riwayat Jantung CKD

Sekresi Peningkatan kadar Gg. Filtrasi,


eritropoetin ureum creatinin reabsoprsi, &
menurun eksresi
asotemia
Prod. Hb Retensi cairan
menurun & elektrolit
Sindrom uremia
Suplay O2 ke otak Suplay O2 ke
menurun total CES naik
jaringan menurun Organ GI

Gg perfusi jar. Kelemahan fisik Mual,muntah tek. kapiler naik


cerebral

Gg keb nutrisi kurang dari vol. interstisial naik


kebutuhan

edema
(kelebihan voume cairan)

123
5. MANIFESTASI KLINIK
Menurut Brunner & Suddarth (2013) setiap sistem tubuh pada gagal ginjal
kronis dipengaruhi oleh kondisi uremia, maka pasien akan menunjukkan
sejumlah tanda dan gejala. Keparahan tanda dan gejala bergantung pada bagian
dan tingkat kerusakan ginjal, usia pasien dan kondisi yang mendasari. Tanda
dan gejala pasien gagal ginjal kronis adalah sebagai berikut :
a. Manifestasi kardiovaskuler
Mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi sistem
renin-angiotensin-aldosteron), pitting edema (kaki,tangan,s
akrum), edema periorbital, Friction rub perikardial, pembesaran vena leher
b. Manifestasi dermatologi
Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering, bersisik, pruritus, ekimosis,
kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar
c. Manifestasi Pulmoner
Krekels, sputum kental dan liat, napas dangkal, pernapasan Kussmaul
d. Manifestasi Gastrointestinal  
Napas berbau amonia, ulserasi dan pendarahan pada mulut, anoreksia,
mual,muntah, konstipasi dan diare, pendarahan saluran gastrointestinal
e. Manifestasi Neurologi
Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang, kelemahan tungkai,
panas pada telapak kaki, perubahan perilaku
f. Manifestasi Muskuloskeletal
Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot drop
g. Manifestasi Reproduktif
Amenore dan atrofi testikuler

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Urine :
Volume, Warna, Sedimen, Berat jenis, Kreatinin, Protein
b. Darah :
Bun / kreatinin, Hitung darah lengkap, Sel darah merah, Natrium serum,
Kalium, Magnesium fosfat, Protein, Osmolaritas serum
c. Pielografi intravena
1) Menunjukkan abnormalitas pelvis ginjal dan ureter

124
2) Pielografi retrograde
3) Dilakukan bila dicurigai ada obstruksi yang reversible
4) Arteriogram ginjal
5) Mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi ekstravaskular, massa.
d. Sistouretrogram berkemih
Menunjukkan ukuran kandung kemih, refluks kedalam ureter, retensi.
e. Ultrasono ginjal
Menunjukkan ukuran kandung kemih, dan adanya massa, kista, obstruksi
pada saluran perkemihan bagian atas.
f. Biopsi ginjal
Mungkin dilakukan secara endoskopi untuk menentukan sel jaringan untuk
diagnosis histologist.
g. Endoskopi ginjal nefroskopi
Dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal ; keluar batu, hematuria dan
pengangkatan tumor selektif
h. Foto Polos Abdomen
Sebaiknya tanpa puasa, karena dehidrasi akan memperburuk fungsi ginjal.
Menilai bentuk dan besar ginjal dan apakah ada batu atau obstruksi lain.
i. Pemeriksaan Foto Dada
Dapat terlihat tanda-tanda bendungan paru akibat kelebihan air (fluid
overload), efusi pleura, kardiomegali dan efusi perikadial.
j. Pemeriksaan Radiologi Tulang
Mencari osteodistrofi dan kalsifikasi metastatik.
k. EKG
Mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan asam
basa, aritmia, hipertrofi ventrikel dan tanda tanda pericarditis (Brunner &
Suddarth, 2013).

8. KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin timbul akibat gagal ginjal kronis antara lain :
a. Hiperkalemia
b. Perikarditis
c. Hipertensi
d. Anemia

125
e. Penyakit tulang (Smeltzer & Bare, 2010)

9. PENATALAKSANAAN
a. Konservatif
Diet TKRP (Tinggi Kalori Rendah Protein)
Protein dibatasi karena urea, asam urat dan asam organik merupakan hasil
pemecahan protein yang akan menumpuk secara cepat dalam darah jika
terdapat gangguan pada klirens renal. Protein yang dikonsumsi harus
bernilai biologis (produk susu, telur, daging) di mana makanan tersebut
dapat mensuplai asam amino untuk perbaikan dan pertumbuhan sel.
Biasanya cairan diperbolehkan 300-600 ml/24 jam. Kalori untuk mencegah
kelemahan dari Karbohidrat dan lemak. Pemberian vitamin juga penting
karena pasien dialisis mungkin kehilangan vitamin larut air melalui darah
sewaktu dialisa.
b. Simptomatik
a. Hipertensi
Ditangani dengan medikasi antihipertensi kontrol volume intravaskuler.
Gagal jantung kongestif dan edema pulmoner perlu pembatasan cairan,
diit rendah natrium, diuretik, digitalis atau dobitamine dan dialisis.
Asidosis metabolik pada pasien CKD biasanya tanpa gejala dan tidak
perlu penanganan, namun suplemen natrium bikarbonat pada dialisis
mungkin diperlukan untuk mengoreksi asidosis.
b. Anemia
Pada CKD ditangani dengan epogen (erytropoitin manusia
rekombinan). Anemia pada pasaien (Hmt < 30%) muncul tanpa gejala
spesifik seperti malaise, keletihan umum dan penurunan toleransi
aktivitas. Abnormalitas neurologi dapat terjadi seperti kedutan, sakit
kepala, dellirium atau aktivitas kejang. Pasien dilindungi dari kejang.
c. Terapi Pengganti
a) Transplantasi Ginjal, adalah terapi yang paling ideal mengatasi
gagal ginjal karena menghasilkan rehabilitasi yang lebih baik
disbanding dialysis kronik dan menimbulkan perasaan sehat seperti
orang normal. Transplantasi ginjal merupakan prosedur
menempatkan ginjal yang sehat berasal dari orang lain kedalam

126
tubuh pasien gagal ginjal. Ginjal yang baru mengambil alih fungsi
kedua ginjal yang telah mengalami kegagalan dalam menjalankan
fungsinya. Seorang ahli bedah menempatkan ginjal yang baru
(donor) pada sisi abdomen bawah dan menghubungkan arteri dan
vena renalis dengan ginjal yang baru. Darah mengalir melalui
ginjal yang baru yang akan membuat urin seperti ginjal saat masih
sehat atau berfungsi. Ginjal yang dicangkokkan berasal dari dua
sumber, yaitu donor hidup atau donor yang baru saja meninggal
(donor kadaver).
b) Cuci Darah atau dialisis adalah suatu proses dimana solute dan air
mengalami difusi secara pasif melalui suatu membran berpori dari
satu kompartemen cair menuju kompartemen cair lainnya.
Hemodialisis dan dialysis merupakan dua teknik utama yang
digunakan dalam dialysis, dan prinsip dasar kedua teknik itu sama,
difusi solute dan air dari plasma ke larutan dialisis sebagai respons
terhadap perbedaan konsentrasi atau tekanan tertentu.
1. Dialisis peritoneal mandiri berkesinambungan atau CAPD
2. Dialisis peritoneal adalah metode cuci darah dengan bantuan
membran selaput rongga perut (peritoneum), sehingga darah
tidak perlu lagi dikeluarkan dari tubuh untuk dibersihkan
seperti yang terjadi pada mesin dialisis. CAPD merupakan
suatu teknik dialisis kronik dengan efisiensi rendah sehingga
perlu diperhatikan kondisi pasien terhadap kerentanan
perubahan cairan (seperti pasien diabetes dan kardiovaskular).
c) Hemodialisis klinis di rumah sakit
Cara yang umum dilakukan untuk menangani gagal ginjal di
Indonesia adalah dengan menggunakan mesin cuci darah (dialiser)
yang berfungsi sebagai ginjal buatan.
c. Penatalaksanaan terhadap gagal ginjal meliputi :
1) Restriksi konsumsi cairan, protein, dan fosfat.
2) Obat-obatan : diuretik untuk meningkatkan urinasi; alumunium
hidroksida untuk terapi hiperfosfatemia; anti hipertensi untuk terapi
hipertensi serta diberi obat yang dapat menstimulasi produksi RBC
seperti epoetin alfa bila terjadi anemia.

127
3) Dialisis dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal akut
yang serius, seperti hiperkalemia, perikarditis dan kejang. Perikarditis
memperbaiki abnormalitas biokimia ; menyebabkan caiarn, protein dan
natrium dapat dikonsumsi secara bebas ; menghilangkan
kecendurungan perdarahan ; dan membantu penyembuhan luka.
d. Penanganan hiperkalemia
Keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan masalah utama pada gagal
ginjal akut, hiperkalemia merupakan kondisi yang paling mengancam jiwa
pada gangguan ini.Oleh karena itu pasien dipantau akan adanya
hiperkalemia melalui serangkaian pemeriksaan kadar elektrolit serum ( nilai
kalium > 5.5 mEq/L ; SI : 5.5 mmol/L), perubahan EKG (tinggi puncak
gelombang T rendah atau sangat tinggi), dan perubahan status klinis.
Pningkatan kadar kalium dapat dikurangi dengan pemberian ion pengganti
resin (Natrium polistriren sulfonat [kayexalatel]), secara oral atau melalui
retensi enema.
e. Mempertahankan keseimbangan cairan
Penatalaksanaan keseimbanagan cairan didasarkan pada berat badan harian,
pengukuran tekanan vena sentral, konsentrasi urin dan serum, cairan yang
hilang, tekanan darah dan status klinis pasien. Masukkan dan haluaran oral
dan parentral dari urine, drainase lambung, feses, drainase luka dan
perspirasi dihitung dan digunakan sebagai dasar untuk terapi penggantia
cairan.
f. Transplantasi ginjal (Reeves, Roux, Lockhart, 2010)

10. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


a. Pengkajian
1) Keluhan utama: keluhan yang didapat biasanya bervariasi mulai dari urine
output, gelisah, penurunan kesadaran, tidak selera makan, mual, muntah,
rasa lelah, nafas berbau ureum.
2) Riwayat penyakit sekarang
Dari keluhan yang muncul kaji sudah kemana saja klien meminta
pertolongan untuk mengatasi masalahnya dan mendapat pengobatan apa
3) Riwayat penyakit dahulu

128
Kaji adanya riwayat penyakit ginjal akut, isk, payah jantung, sirosis hati,
penggunaan obat nefrotoksik, BPH, dan prostatektomi, kaji penyakit awal
terkait CKD (Chrocic Kidney Desease) atau gagal ginjal kronik.
4) Psikososial
Adanya perubahan fungsi struktur tubuh dan adanya tindakan dialisi akan
menyebabkan penderita mengalami gangguan gambaran diri, kecemasan,
banyaknya biaya perawatan dan gangguan peran keluarga.
5) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum dan TTV
Keadaan umum klien lemah atau sakit berat, tingkat kesadaran menurun
sesuai dengan tingkat uremia dimana dapat mempengaruhi system saraf
pusat. Pada TTV biasa ditemukan hipotensi postural.
b) B1 (Breathing) klien bernafas dengan bau urine sering didapatkan pada
fase ini, respons uremia didapatkan adanya pernafasan kusmaul. Pola
nafas cepat dan dalam merupakan upaya untuk melakukan pembuangan
karbon diaoksida yang menumpuk di sirkulasi.
c) B2 (Blood).
Pada kondisi uremia berat, tindakan auskultasi perawatakan menemukan
adanya friction rub yang merupakan tanda khas pericardial effusion, akral
dingin, CRT>3 detik, palpitasi, nyeri dada, sesak nafas, gangguan irama
jantung, edema penurunan perifer sekunder dari penurunan curah jantung.
Gambaran serum elektrolit, natrium <135-145 mEq/l, osmolalitas serum
285 mEq/l.
d) B3 (Brain)
Didapatkan penurunan tingkat kesadaran, disfungsi serebral seperti
perubahan proses fikir dan disorientasi. Klien juga dapat mengalami
kejang.
e) B4 (Bladder)
Penurunan produksi urin. Natrium urine <20mEq/l, BJ urine <1,010
f) B5 (Bowel)
Didapatkan mual muntah, dan diare sekunder dari bau mulut ammonia,
radang mukosa mulut dan ulkus saluran cerna sehingga mengalami
penurunan intake nutrisi dari kebutuhan. Kram abdomen.
g) B6 (Bone)

129
Didapatkan adanya nyeri pinggul, kram otot, sakit kepala, nyeri kaki, kulit
gatal, infeksi berulang, keterbatasan gerak sendi, terdapat kelemahan fisik.

b. Pemeriksaan Diagnostik
1) Natrium serum: akan <137 mEq/L
2) Osmolalitas serum: menurun, kecuali pada kasus Pseudohiponatremia,
azotemia, atau mencerna toksin yang meningkatkan osmolalitas (misal:
methanol, etanol)
3) Berat jenis urin: menurun karena upaya ginjal untuk mengekskresikan
kelebihan air. Pada SIADH, urin akan memekat.
4) Natrium urin menurun biasanya (<20 mEq/L). kecuali pada SIADH dan
insufisiensi adrenal.

c. Diagnosis Keperawatan yang mungkin muncul


1) Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan:
Defisiensi volume cairan, Diare, Disfungsi endokrin, Kelebihan volume
cairan, Gangguan mekanisme regulasi
2) Kurang Pengetahuan berhubungan dengan: keterbatasan kognitif,
interpretasi terhadap informasi yang salah, kurangnya keinginan untuk
mencari informasi, tidak mengetahui sumber-sumber informasi.
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Berhubungan
dengan : Ketidakmampuan untuk memasukkan atau mencerna nutrisi oleh
karena faktor biologis, psikologis atau ekonomi.
4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan : Tirah Baring atau imobilisasi,
kelemahan menyeluruh ketidakseimbangan antara suplei oksigen dengan
kebutuhan
5) Defisit Volume Cairan berhubungan dengan: Kehilangan volume cairan
secara aktif, Kegagalan mekanisme pengaturan
6) Perfusi jaringan cerebral tidak efektif berhubungan dengan gangguan
afinitas Hb oksigen, penurunan konsentrasi Hb, Hipervolemia,
Hipoventilasi, gangguan transport O2, gangguan aliran arteri dan vena
7) Gangguan pola tidur berhubungan dengan:

130
Psikologis : usia tua, kecemasan, agen biokimia, suhu tubuh, pola aktivitas,
depresi, kelelahan, takut, kesendirian.
Lingkungan : kelembaban, kurangnya privacy/kontrol tidur, pencahayaan,
medikasi (depresan, stimulan),kebisingan.
Fisiologis : Demam, mual, posisi, urgensi urin.
8) Kelebihan Volume Cairan Berhubungan dengan : Mekanisme pengaturan
cairan melemah, Asupan cairan berlebihan
9) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan : Hipertermia atau
hipotermia, Substansi kimia, Kelembaban, Faktor mekanik (misalnya : alat
yang dapat menimbulkan luka, tekanan, restraint), Immobilitas fisik,
10) Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan:
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit yang mempengaruhi volume
sirkulasi
11) Gangguan konsep diri berhubungan dengan: Biofisika (penyakit kronis),
kognitif/persepsi (nyeri kronis), kultural/spiritual, penyakit, krisis
situasional, trauma/injury, pengobatan (pembedahan, kemoterapi, radiasi)
12) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tindakan invasive, dengan
kehilangan darah atau syok hemorargik karena perdarahan yang mengalir
keluar tubuh, kehilangan cairan intravaskuler lain yang dapat terjadi karena
kehilangan protein plasma atau cairan ekstraseluler, misalnya pada:
Gastrointestinal: peritonitis, pankreatitis, dan gastroenteritis
Renal: terapi diuretik, krisis penyakit Addison
Luka bakar (kompustio) dan anafilaksis

131
d. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


1. Intoleransi aktivitas Tujuan : Setelah dilakukan 1. Kolaborasi dengan tim 1. Mengkaji setiap aspek klien
berhubungan dengan Tirah intervensi diharapkan kondisi kesehatan lain untuk terhadap terapi latihan yang
baring, Kelemahan umum, klien stabil saat aktivitas dengan merencanakan , monitoring dierencanakan.
Ketidakseimbangan antara kriteria hasil: program aktivitasi klien. 2. Aktivitas yang teralau berat
suplai dan kebutuhan - Saturasi O2 saat aktivitas 2. Bantu klien memilih aktivitas dan tidak sesuai dengan
oksigen, Imobilitas, Gaya dalam batas normal (95-100%) yang sesuai dengan kondisi. kondisi klian dapat
hidup monoton - Nadi saat aktivitas dalam batas 3. Bantu klien untuk melakukan memperburuk toleransi
normal (60-100x/mnt) aktivitas/latihan fisik secara terhadap latihan.
Batasan  RR saat aktivitas dalam teratur.
karakteristik:Respons batas normal (12-20x/mnt) 4. Monitor status emosional, 3. Melatih kekuatan dan irama
tekanan darah abnormal  Tekanan darah systole saat fisik dan social serta spiritual jantung selama aktivitas.
terhadap aktivitas, Respon aktivitas dalam batas normal klien terhadap
frekuensi jantung abnormal latihan/aktivitas. 4. Mengetahui setiap
(100-120mmHg) perkembangan yang muncul
terhadap aktivitas, Perubahan 5. Monitor hasil pemeriksaan
 Tekanan darah diastole saat segera setelah terapi
EKG yang mencerminkan EKG klien saat istirahat dan
aktivitas dalam batas normal aktivitas.
aritmia, Perubahan EKG aktivitas (bila memungkinkan
(60-80mmHg)
yang mencerminkan iskemia, dengan tes toleransi latihan).
 Hasil EKG dalam batas 5. EKG memberikan gambaran
Ketidaknyamanan setelah 6. Kolaborasi pemberian obat
normal yang akurat mengenai
beraktifitas, Dispnea setelah antihipertensi, obat-obatan
- Tidak nampak kelelahan konduksi jantung selama
beraktifitas, Menyatakan digitalis, diuretic dan
- Tidak nampak lesu istirahat maupun aktivitas.
merasa letih, Menyatakan vasodilator.
- Tidak ada penurunan nafsu
merasa lemah 7. Tentukan pembatasan
makan 6. Pemberian obat antihipertensi
- Tidak ada sakit kepala
aktivitas fisik pada klien digunakan untuk
- Kualitas tidur dan istirahat mengembalikan TD klien
dalam batas normal dbn, obat digitalis

8. Tentukan persepsi klien dan 7. untuk mengkoreksi


perawat mengenai kelelahan. kegagalan kontraksi jantung
pada gambaran EKG, diuretic

132
9. Tentukan penyebab kelelahan dan vasodilator digunakan
(perawatan, nyeri, untuk mengeluarkan
pengobatan). kelebihan cairan.
10. Monitor efek dari pengobatan 8. Mencegah penggunaan
klien. energy yang berlebihan
11. Monitor intake nutrisi yang karena dapat menimbulkan
adekuat sebagai sumber kelelahan.
energy. 9. Memudahkan klien untuk
12. Anjurkan klien dan keluarga mengenali kelelahan dan
untuk mengenali tanda dan waktu untuk istirahat.
gejala kelelahan saat aktivitas.
13. Anjurkan klien untuk 10. Mengetahui sumber asupan
membatasi aktivitas yang energy klien.
cukup berat seperti berjalan 11. Mengetahui etiologi
jauh, berlari, mengangkat kelelahan, apakah mungkin
beban berat, dll. efek samping obat atau tidak.
14. Monitor respon terapi oksigen 12. Mengidentifikasi pencetus
klien. klelahan.
15. Batasi stimuli lingkungan 13. Menyamakan persepsi
untuk relaksasi klien. perawat-klien mengenai
16. Batasi jumlah pengunjung. tanda-tanda kelelahan dan
menentukan kapan aktivitas
klien dihentikan.
14. Mencegah timbulnya sesak
akibat aktivitas fisik yang
terlalu berat.
15. Mengetahui efektifitas terapi
O2 terhadap keluhan sesak
selama aktivitas.
16. Menciptakan lingkungan
yang kondusif untuk klien
beristirahat

133
2. Gangguan nutrisi kurang Tujuan: 1. Kaji status nutrisi pasien 1. Pengkajian penting dilakukan
dari kebutuhan tubuh Setelah dilakukan asuhan untuk mengetahui status
berhubungan dengan: keperawatan, diharapkan nutrisi pasien sehingga dapat
Factor biologis, Factor pemenuhan kebutuhan pasien menentukan intervensi yang
2. Jaga kebersihan mulut,
ekonomi, Ketidakmampuan tercukupi dengan kriteria hasil : diberikan.
anjurkan untuk selalu
untuk mengabsorbsi nutrient, - Intake nutrisi tercukupi. 2. Mulut yang bersih dapat
melalukan oral hygiene.
Ketidakmampuan untuk - Asupan makanan dan cairan meningkatkan nafsu makan.
3. Delegatif pemberian nutrisi
mencerna makanan, tercukupi yang sesuai dengan kebutuhan 3. Untuk membantu memenuhi
Ketidakmampuan untuk - Penurunan intensitas terjadinya pasien : diet pasien diabetes kebutuhan nutrisi yang
menelan makanan, Factor mual muntah mellitus. dibutuhkan pasien.
psikologis. - Penurunan frekuensi te 4. Berian informasi yang tepat
- jadinya mual muntah. terhadap pasien tentang
Batasan karakteristik:
- Pasien mengalami peningkatan kebutuhan nutrisi yang tepat
Kram abdomen, Nyeri
berat bada dan sesuai. 4. Informasi yang diberikan
abdomen, Menghindari
5. Anjurkan pasien untuk dapat memotivasi pasien
makan, Berat badan 20%
mengkonsumsi makanan untuk meningkatkan intake
atau lebih dibawah berat
tinggi zat besi seperti sayuran nutrisi.
badan ideal
hijau. 5. Zat besi dapat membantu
Kerapuhan kapiler, Diare,
6. Kaji frekuensi mual, durasi, tubuh sebagai zat penambah
Kehilangan rambut
tingkat keparahan, faktor darah sehingga mencegah
berlebihan, Bising usus
frekuensi, presipitasi yang terjadinya anemia atau
hiperaktif
menyebabkan mual. kekurangan darah
Kurang makanan, Kurang
informasi 6. Penting untuk mengetahui
Penurunan berat badan 7. Anjurkan pasien makan karakteristik mual dan faktor-
dengan asupan makanan sedikit demi sedikit tapi faktor yang menyebabkan
adekuat, Kurang minat pada sering. mual. Apabila karakteristik
makanan, Kesalahan 8. Anjurkan pasien untuk makan mual dan faktor penyebab
konsepsi selagi hangat mual diketahui maka dapat
Kesalahan informasi, menetukan intervensi yang
Membrane mukosa pucat, 9. Delegatif pemberian terapi diberikan.

134
Ketidakmampuan memakan antiemetic. 7. Makan sedikit demi sedikit
makanan, Tonus otot dapat meningkatkn intake
menurun, Menegluh asupan nutrisi.
makanan kurang dari RDA 10. Diskusikan dengan keluarga 8. Makanan dalam kondisi
(recommended daily dan pasien pentingnya intake hangat dapat menurunkan rasa
allowance), Cepat kenyang nutrisi dan hal-hal yang mual sehingga intake nutrisi
setelah makan, Sariawan menyebabkan penurunan berat dapat ditingkatkan.
rongga mulut badan. 9. Antiemetik dapat digunakan
Stetorea, Kelemahan otot 11. Timbang berat badan pasien sebagai terapi farmakologis
pengunyah, Kelemahan otot jika memungkinan dengan dalam manajemen mual
untuk menelan teratur. dengan menghamabat sekres
asam lambung.
10. Membantu memilih
alternatif pemenuhan nutrisi
yang adekuat.

11. Dengan menimbang berat


badan dapat memantau
peningkatan dan penrunan
status gizi.
3. Kurang pengetahuan Tujuan: 1. Kaji tingkat pengetahuan 1. Sangat berguna dalam
Berhubungan dengan: Setelah di berikan asuhan pasien dan keluarga pemilihan kata untuk
Keterbatasan kognitif, Salah keperawatan. diharapkan terjadi menjelaskan hal yang
interpretasi informasi, peningkatan pengetahuan pasien 2. Jelaskan patofisiologi dari berhubungan dengan penyakit
Kurang pajanan, Kurang dan keluarga dengan kriteria penyakit dan bagaimana hal pasien
minat dalam belajar, Kurang hasil : ini berhubungan dengan 2. Agar pasien dan keluarga
dapat mengingat, Tidak - Pasien dan keluarga anatomi dan fisiologi, dengan mengerti dan mulai menerima
familier dengan sumber menyatakan pemahaman cara yang tepat. 3. Memudahkan pasien dan
informasi tentang penyakit, kondisi, 3. Gambarkan tanda dan gejala keluarga untuk memahami
Batasan karakteristik prognosis dan program yang biasa muncul pada maksud penjelasan

135
Perilaku hiperbola, pengobatan penyakit, dengan cara yang 4. Memudahkan pasien dan
Ketidakakuratan mengikuti - Pasien dan keluarga mampu tepat keluarga untuk memahami
perintah, Ketidaakuratan melaksanakan prosedur yang 4. Gambarkan proses penyakit, maksud penjelasan
melakukan tes, Perilaku tidak dijelaskan secara benar dengan cara yang tepat 5. Mengetahui penyebab akan
tepat (mis., hysteria, - Pasien dan keluarga mampu 5. Identifikasi kemungkinan mempermudah perawat dalam
bermusuhan, agitasi, apatis), menjelaskan kembali apa yang penyebab, dengan cara yang menjelaskan proses penyakit
Pengungkapan masalah dijelaskan perawat/tim tepat 6. Agar pasien dan keluarga
kesehatan lainnya 6. Sediakan informasi pada lebih mudah untuk memahami
pasien tentang kondisi, 7. Menjelaskan kemajuan akan
dengan cara yang tepat meningkatkan kepercayaan
7. Sediakan bagi keluarga keluarga tentang keberhasilan
informasi tentang kemajuan proses pengobatan
pasien dengan cara yang tepat 8. Membantu pasien dan
8. Diskusikan pilihan terapi atau keluarga untuk menentukan
penanganan terapi yang tepat.

4 Gangguan pola tidur Setelah dilakukan tindakan 1. Determinasi efek-efek 1. Membantu mengidentifikasi
berhubungan dengan: keperawatan, gangguan pola tidur medikasi terhadap pola tidur penyebab gangguan tidur
Psikologis : usia tua, pasien teratasi dengan kriteria 2. Jelaskan pentingnya tidur 2. Untuk menambah pengetauan
kecemasan, agen biokimia, hasil: yang adekuat pasien dan keluarga
suhu tubuh, pola aktivitas, - Jumlah jam tidur dalam batas 3. Fasilitasi untuk
depresi, kelelahan, takut, normal mempertahankan aktivitas
kesendirian. - Pola tidur,kualitas dalam batas sebelum tidur (membaca) 3. Membantu pasien untuk tidur
Lingkungan : kelembaban, normal 4. Ciptakan lingkungan yang karena lelah
kurangnya privacy/kontrol - Perasaan fresh sesudah nyaman
tidur, pencahayaan, medikasi tidur/istirahat 5. Kolaburasi pemberian obat 4. Meningkatkan kenyamanan
(depresan, - Mampu mengidentifikasi hal- tidur dalam memulai tidur
stimulan),kebisingan. hal yang meningkatkan tidur
Fisiologis : Demam, mual, 5. Diharapkan dapat membantu
posisi, urgensi urin. untuk mendapatkan kualitas
Batasan karakteristik tidur

136
Bangun lebih awal/lebih
lambat
Secara verbal menyatakan
tidak fresh sesudah tidur
Penurunan kemempuan
fungsi
Penurunan proporsi tidur
REM
Penurunan proporsi pada
tahap 3 dan 4 tidur.
Peningkatan proporsi pada
tahap 1 tidur
Jumlah tidur kurang dari
normal sesuai usia
5 Perfusi jaringan cerebral Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor TTV 1. Untuk mengetahui kondisi
tidak efektif berdasarkan keperawatan,ketidakefektifan 2. Monitor AGD, ukuran pupil, pasien
dengan: gangguan afinitas perfusi jaringan cerebral teratasi ketajaman, kesimetrisan dan 2. Untuk mengetahui tingkat
Hb oksigen, penurunan dengan kriteria hasil: reaksi kesadaran pasien
konsentrasi Hb, - Tekanan systole dan diastole 3. Monitor adanya diplopia,
Hipervolemia, Hipoventilasi, dalam rentang yang pandangan kabur, nyeri kepala 3. Mengetahui efek dari
gangguan transport O2, diharapkan 4. Monitor level kebingungan dan gangguan yang timbul.
gangguan aliran arteri dan - Tidak ada ortostatik hipertensi orientasi 4. Untuk mengetahui tingkat
vena - Komunikasi jelas 5. Monitor tonus otot pergerakan . kesadaran pasien
- Menunjukkan konsentrasi dan 5. Memastikan kekuatan otot
Batasan karakteristik: orientasi 6. Monitor tekanan intrakranial untuk menentukan pasien
Gangguan status mental - Pupil seimbang dan reaktif dan respon nerologis perlu dipasang restrain atau
Perubahan perilaku - Bebas dari aktivitas kejang 7. Monitor status cairan tidak
Perubahan respon motorik - Tidak mengalami nyeri kepala 6. Untuk mengetahui tingkat
Perubahan reaksi pupil 8. Tinggikan kepala 0-45o kesadaran
Kesulitan menelan tergantung pada konsisi pasien
Kelemahan atau paralisis dan order medis 7. Status cairan merupakan
ekstrermitas salah satu penyebab

137
Abnormalitas bicara penurunan tingkat kesadaran
8. Untuk menurunkan tekanan
perfusi darah ke otak
6 Resiko infeksi berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Pertahankan teknik aseptic 1. Menjaga kebersihan dan
dengan: Prosedur Infasif, keperawatan, pasien tidak masuknya microorganism
Kerusakan jaringan dan mengalami infeksi dengan kriteria 2. Batasi pengunjung bila perlu 2. Pengunjung memiliki andil
peningkatan paparan hasil: 3. Cuci tangan setiap sebelum dalam menyebarkan kuman
lingkungan, Malnutrisi - Klien bebas dari tanda dan dan sesudah tindakan infeksi
Peningkatan paparan gejala infeksi keperawatan 3. Cuci tangan merupakan upaya
lingkungan pathogen, - Menunjukkan kemampuan 4. Gunakan baju, sarung tangan kita untuk memutus rantai
Imonusupresi, Tidak adekuat untuk mencegah timbulnya sebagai alat pelindung infeksi
pertahanan sekunder infeksi 5. Ganti letak IV perifer dan
(penurunan Hb, Leukopenia, - Jumlah leukosit dalam batas dressing sesuai dengan 4. Untuk menghindarkan baju dan
penekanan respon inflamasi) normal petunjuk umum kulit kita terpapar kuman
Penyakit kronik, - Menunjukkan perilaku hidup 6. Tingkatkan intake nutrisi maupun bakteri.
Imunosupresi, Malnutrisi sehat 7. Pertahankan teknik isolasi k/p
Pertahan primer tidak - Status imun, gastrointestinal, 8. Inspeksi kulit dan membran 5. Menghindari phlebitis.
adekuat (kerusakan kulit, genitourinaria dalam batas mukosa terhadap kemerahan,
trauma jaringan, gangguan normal panas, drainase 6. Nutrisi dapat meningkatkan
peristaltik) 9. Ajarkan pasien dan keluarga kekebalan tubuh
tanda dan gejala infeksi 7. Untuk mengamankan pasien
8. Memonitor adnya infeksi
9. Meningkatkan pengetahuan
dan kewaspadaan pasien
tenyang gejala infeksi.
7 Gangguan keseimbangan Setelah diberikan asuhan
cairan dan elektrolit keperawatan diharapkan cairan 1. Identifikasi kemungkinan 1. Dapat membantu dalam
Berhubungan dengan: dan elektrolit klien seimbang penyebab ketidakseimbangan pemberian terapi
Defisiensi volume cairan, dengan kriteria hasil : elektrolit 2. Menghindari terjadinya
Diare - Turgor kulit elastic 2. Monitor adanya kehilangan syok
Disfungsi endokrin, - Intake dan output cairan cairan dan elektrolit 3. Mengkaji factor resiko
Kelebihan volume cairan, seimbang 3. Monitor adanya mual,muntah penyebab

138
Gangguan mekanisme dan diare 4. Untukmengetahui tanda-
regulasi (mis., diabetes 4. Monitor status hidrasi tanda dehidrasi
insipidus, sindrom ( membran mukus, tekanan 5. Untuk mengetahui
ketidaktepatan sekresi ortostatik, keadekuatan perubahan kondisi pasien
hormone antidiuretik), - Membrane mukosa lembab denyut nadi ) 6. Menunggu perubahan
Disfungsi ginjal, efek - Tanda vital klien dalam 5. Monitor vital signs kondisi dan keluhan setelah
samping obat, muntah. rentang normal (BP : 120/80 6. Monitor pemberian terapi IV pemberian terapi ekspo
mmHg, RR : 15-20 x/menit,
Batasan karakteristik: HR : 60-100 x/menit, suhu
Mua, Muntah, Hasiel klien 36,5-37,5)
elektrolit serum abnormal
(Hiponatremi, Hipokalemi,
hipernatremi dll), Penurunan
kesadaran, Diare, kejang

8 Kelebihan Volume Setelah dilakukan tindakan 1. Pertahankan catatan intake 1. Penurunan curah jantung,
Cairan Berhubungan keperawatan, Kelebihan volume dan output yang akurat. mengakibatkan gangguan
dengan : Mekanisme cairan teratasi dengan kriteria: 2. Pasang urin kateter jika perfusi ginjal, retensi
pengaturan melemah, - Terbebas dari edema, efusi, diperlukan matrium/air, penurunan urin
Asupan cairan anaskara 3. Monitor hasil laboratorium output.
berlebihan - Bunyi nafas bersih, tidak ada yang sesuai dengan retensi 2. Membantu menhitung
Batasan karakteristik : dyspneu/ortopneu cairan (BUN, Hmt, output urin secara akurat
- Berat badan meningkat - Terbebas dari distensi vena osmolalitas urin) 3. Menambah data penunjang
pada waktu yang singkat jugularis, 4. Monitor vital sign dalam mengetahui kondidi
- Asupan berlebihan - Memelihara tekanan vena 5. Monitor indikasi retensi / pasien
dibanding output sentral, tekanan kapiler paru, kelebihan cairan (elektrolit, 4. Mengetahui perubahan
- Distensi vena jugularis output jantung dan vital sign cracles, CVP, edema, distensi kondisi pasien
- Perubahan pada pola DBN vena leher, asites) 5. Membantu dalam proses
nafas, dyspnoe/sesak - Terbebas dari kelelahan, 6. Kaji lokasi dan luas edema pemilihan terapi
nafas, orthopnoe, suara kecemasan atau bingung 7. Monitor masukan makanan / 6. Untuk memperkirakan
nafas abnormal (Rales cairan seberapa cairan yang
atau crakles), , pleural terakumulasi dalam tubuh
7. Untuk menghitung balance
139
effusion cairan
- Oliguria, azotemia
- Perubahan status mental,
kegelisahan, kecemasa

9 Actual/resiko syok Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji dan catat status perfusi 1. Mengetahui kondisi pasien
hypovolemia keperawatan diharapkan klien perifer. Laporkan temuan 2. Waspada pada pembacaan
berhubungan dengan tidak jatuh pada kondisi syok bermakna : ekstremitas dingin lebih dari 20 mmHg di bawah
kehilangan darah atau hypovolemia dengan kriteria hasil: dan pucat, penurunan rentang normal klien atau
syok hemorargik amplitude nadi, pengisian indicator lain dari hipotensi :
karena perdarahan - Pengisian kapiler singkat detik kapiler lambat. pusing, perubahan mental,
yang mengalir keluar - Berorientasi terhadap waktu, 2. Pantau tekanan darah pada keluaran urin menurun.
tubuh, kehilangan tempat dan orang interval sering ; 3. Ingat bahwa tekanan darah >
cairan intravaskuler - Membrane mukosa lembab 3. Bila hipotensi terjadi, atau = 80/60 mmHg untuk
lain yang dapat - Tidak ada rasa haus yang tempatkan klien pada posisi perfusi koroner dai arteri
terjadi karena sangat telentang untuk meningkatkan ginjal yang adekuat.
kehilangan protein - Tidak ada nafas pendek aliran balik vena. 4. Memantau kesadaran pasien
plasma atau cairan - Tanda vital klien dalam 4. Observasi terhadap indicator 5. Untuk memantau sirkulasi
ekstraseluler, rentang normal (BP : 120/80 perfusi serebral menurun : darah ke ginjal.
misalnya pada: mmHg, RR : 15-20 x/menit, gelisah, konfusi, penurunan
a.       Gastrointestinal: HR : 60-100 x/menit, suhu tingkat kesadaran. Bila 6. Niali elektrolit merupakan
peritonitis, klien 36,5-37,5) indicator positif terjadi, bukti ketidakseimbangan
pankreatitis, dan lindungi klien dari cidera cairan.
gastroenteritis dengan meninggikan
b.      Renal: terapi pengaman tempat tidur dan 7. Menghindari terapi yang tidak
diuretik, krisis menempatkan tempat tidur sesuai
penyakit addison pada posisi paling rendah.
c.       Luka bakar Reorientasikan klien sesuai
(kompustio) dan indikasi.
anafilaksis 5. Pantau hasil laboratorium
Batasan terhadap BUN (>20 mg/dl)
Karakteristik: dan kreatinin (>1,5 mg/dl)

140
 Kilit dingin, pucat, meninggi ; laporkan
dan vena kulit kolaps, peningkatan.
tachicardi, hipotensi, 6. Pantau nilai elektrolit,
oliguria terutama Natrium (>147
mEq/L) dan Kalium (>5
mEq/L). Waspadai tanda
hiperkalemia : kelemahan otot,
hiporefleksia, frekuensi
jantung tidak teratur. Juga
pantau tanda hipernatremia,
retensi cairan dan edema.
7. Berikan cairan sesuai program
untuk meningkatkan volume
vaskuler. Jenis dan jumlah
cairan tergantung pada jenis
syok dan situasi klinis klien :
RL, Asering

141
DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, Taruna A. 2014. Penyakit Ginjal Kronik Derajat V. Medula, Volume


2, Nomor 3

Baradero, Mary., et al . 2009. Klien Gangguan Ginjal: Seri Asuhan Keperawatan.


EGC: Jakarta

Berkow, Robert dan Andrew J F. 1999. The Merck Manual, Sixteenth Edition.
Diterjemahkan oleh Widjaja Kusuma. Binarupa Aksara: Jakarta
Bulechek, G.M, dkk. 2013. Nursing interventions classification (NIC). :
ELSEVIER: mocomedia

Brunner & Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta : EGC

Corwin, Elizabeth j. 2009. Handbook of Pathofisiology. Diterjemahkan oleh Nike


Budi. EGC:Jakarta

Herdman, T. Heather dan Shigemi Kamitsuru. 2018. Nursing Diagnosis


Definitions and Classification 2018-2020 Eleventh Editions. U.S.
Department of Labor

Moorhead, Sue, dkk. 2013. Nursing Outcomes classification (NOC). :


ELSEVIER: mocomedia

Muttaqin, Arif . 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan.


Jakarta : Salemba Medika

Nursalam. 2016. Manajeman Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Price, S.A. & Lorraine M. Wilson. 2013. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-
Proses  Penyakit Edisi 6 Volume 2. Jakarta : EGC

Reeves, CJ, Roux G, dan Lockhart R. 2010. Keperawatan Medikal Bedah Buku I
(Penerjemah Joko Setyono). Jakarta : Salemba medika

Smeltzer, Suzanne C., dan Brenda G. Bare. 2010. Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta : EGC

Sudoyo. 2013. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Suni, Arsad. 2018. Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan. Jakarta: Bumi


Medika

142
BAB III
Rencana Pelaksanaan Ronde Keparawatan Pada Pasien
Pada Dengan Masalah Keperawatan
Di Ruang Geranium

Topik : Asuhan Keperawatan pasien Tn. R dengan CKD


Sasaran : Pasien Tn. R
Hari/Tgl : Jumat / 14 Juni 2021
Waktu : 60 Menit

A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan ronde keperawatan diharapkan masalah-masalah pasien
dapat teratasi.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi masalah yang belum teratasi
b. Mendiskusikan penyelesaian masalah dengan perawat primer, tim
kesehatan lain
c. Menemukan alasan ilmiah terhadap masalah pasien
d. Merumuskan intervensi keperawatan yang tepat sesuai masalahpasien

B. Sasaran
Pasien Tn. R 59 tahun yang di rawat kelas 2 di bed 2 di Ruang Geranium

C. Materi
Terlampir

143
D. Metode
1. Diskusi
2. Bed Side Teaching

E. Media
1. Dokumen / Status Pasien
2. Sarana Diskusi : Kertas, Bulpoin
3. Materi yang disampaikan secara lisan

F. Kegiatan Ronde Keperawatan

Waktu Tahap Kegiatan Pelaksanaan Kegiatan Tempat


Pasien
2 Hari Pra Pra Ronde Penanggung - Ruang
Sebelu Ronde 1. Menentukan kasus Jawab: Geraniu
m dan topik 1. ) Leni m
Ronde 2. Menetukan Tim Widhiasih
ronde
3. Menentukan
Literatur
4. Membuat proposal
5. Mempersiapkan
pasien dengan
pemberian
informed consent
5 Menit Ronde Pembukaan Kepala Ruang - Nurse
(Nurse 1. Salam pembuka (Leni Station
Station 2. Memperkenalkan Widhiasih)
) diri Tim Ronde
3. Menjelaskan
tujuan ronde
4. Mengenalkan
pasien secara
sepintas
30 Bed Penyajian Masalah PP Mendengarka Nurse
Menit pasien 1. Memberi salam (Setiajeng n Station
dan Putriani)
memperkenalkan
pasien dan
keluarga kepada
tim ronde

144
2. Menjelaskan
riwayat penyakit
dan keperawatan
pasien
3. Menjelaskan Memberikan
masalah pasien Karu (Leni respon dan
dan rencana Widhiasih) menjawab
tindakan yang PP (Setiajeng pertanyaan
telah dilaksanakan Putriani)
dan serta Perawat
menetapkan Asosiate
prioritas yang (Riskhi Indah
perlu didiskusikan Marini)
Validasi Data ( Bed
Pasien ) :
1. Mencocokan dan
menjelaskan
kembali data yang
telah disampaikan
dengan
wawancara,
observasi dan
pemeriksaan
keadaan pasien
secara langsung
dan melihat
dokumentasi
2. Diskusi antar
anggota tim dan
pasien tentang
masalah
keperawatan
tersebut di bed
pasien
3. Pemberian
justifikasi oleh
perawat primer
atau konselor atau
kepala ruang
tentang masalah
pasien
10 Pasca 1. Melanjutkan Karu (Leni Nurse
Menit Ronde diskusi dan Widhiasih) Station
(Nurse masukan dari tim Supervisor
Station 2. Menyimpulkan (Nur
) untuk melakukan Chsbibsh, S.

145
tindakan Kep. Ns)
keperawatan pada Perawat
masalah prioritas asosiate
yang telah (IRiskhi
ditetapkan Indah)
3. Merekomendasika Pembimbing
n intervensi (Nia
keperawatan Agustiningsih
4. Penutup , S. Kep., Ns.,
M. Kep)

146
G. Kriteria Evaluasi
1. Struktur
a. Ronde keperwatan dilaksanakan di Ruang Geranium
b. Peserta ronde keperawatan hadir ditempat pelaksanaan ronde keperawatan
c. Persiapan dilakukan sebelumnya
2. Proses
a. Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir
b. Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang ditentukan
3. Hasil
a. Pasien puas dengan hasil kegiatan
b. Masalah pasien dapat teratasi
c. Perawat dapat :
1) Menumbuhkan cara berpikir yang kritis dan sistemik
2) Meningkatkan kemampuan validasi data pasien
3) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa keperawatan
4) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi
pada masalah pasien
5) Meningkatkan kemampuaan memodifikasi rencana asuhan keperawatan
6) Meningkatkan kemmpuan justifikasi
7) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja
\

147
BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN

I. IDENTITAS
Tanggal dan jam pengkajian : 14 Juni 2021 jam 12:30 WIB
1. Identitas pasien
Nama (Insial) : Tn. R
Usia/tanggal lahir : 59 tahun/ 16-11-1962
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat :tajinan , Malang
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Status pernikahan : Menikah
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Diagnosa Medik : CKD
No. RM : 11337xxx
2. Keluhan Utama
Keluarga mengatakan pasien mengeluh lemas

3. Riwayat Penyakit Sekarang


Keluarga pasien mengatakan bahwa 4 hari sebelum sakit pasien mengeluh mual
muntah tiap makan. Keluarga juga mengatakan bahwa pasien tidak bisa tidur selama ±2
minggu, pasien sering tampak melamun dan merasa kawatir karna tidak bisa memakan
makanan. Keluarga pasien juga mengeluh badannya lemas sejak 7 hari yang lalu dan
bicara kadang nyambung kadang tidak. Setelah itu pasien dibawa ke RS. MW dan
mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut. Setelah hasil laboratorium keluar pasien
didiagnosa Gagal Ginjal Kronis Stadium 5 dan pasien disarankan

4. Riwayat Penyakit Terdahulu


Keluarga pasien mengatakan memiliki riwayat tekanan darah tinggi sejak 25 tahun
yang lalu dan terbiasa minum obat amlodipin 10 mg.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga pasien mengatakan di keluarganya tidak mempunyai riwayat sakit darah
tinggi dan kencing manis.

148
6. Riwayat alergi
Keluarga pasien mengatakan mempunyai alergi obat antibiotic seperti amoxilin.

7. Pola Aktivitas dan Data Psikososial


a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

Pasien dalam keadaan gelisah dan bingung. Pasien baru pertama kali menjalani

Hemodialisa

b. Pola nutrisi dan metabolisme

Sebelum sakit pasien makan dengan frekuensi 3x sehari dengan porsi cukup. Saat ini

pasien belum makan karena merasakan mual dan muntah tiap makan. Sebelum sakit

pola minum pasien + 1liter sehari, setelah sakit pasien sering mengeluh haus, tapi

pasien hanya minum sedikit sedikit dan dalam sehari pasien menghabiskan air ±500

cc/hari

c. Pola Eliminasi

Eliminasi urin : saat pengkajian , pasien belum Buang Air Kecil dan Buang

Air Kecil terakhir saat di ruangan sebelumnya pukul 17.30

Eliminasi alvi : saat pengkajian pasien belum Buang Air Besar, keluarga

mengatakan pasien terakhir Buang Air Besar kemarin hanya sedikit dengan

konsistensi padat.

d. Pola tidur dan Istirahat

Keluarga pasien mengatakan pasien sering mengeluh tidak bisa tidur selama ±2

minggu. Pasien biasa tidur larut malam dan saat subuh sudah bangun ± 4 jam tidur.

Saat tidur sering terbangun dan tampak gelisah.

e. Pola Aktivitas dan latihan

Keluarga mengatakan sebelum sakit pasien dapat beraktivitas mandiri dan aktif,

setelah sakit pasien tampak lemas dan aktivitas dilakukan dengan bantuan.

149
f. Pola hubungan dan peran.

Pasien memiliki hubungan yang baik dengan keluarga terbukti dengan keluarga yang

menemani dan tampak kawatir dengan kondisi pasien. Pasien adalah seorang kepala

keluarga dari seorang istri dengan 4 orang anak.

g. Pola sensori dan kognitif.

Pasien dalam keadaan gelisah dan bingung. Pasien tidak mampu membuat kalimat

yang runtut dan terkesan bicara tidak normal.

h. Pola persepsi dan konsep diri.

Pasien tidak dapat dikaji (pasien dapat berkata-kata, tapi tidak mampu membuat

kalimat yang runtut)

i. Pola seksual dan reproduksi.

Pasien tidak dapat dikaji (pasien dapat berkata-kata, tapi tidak mampu membuat

kalimat yang runtut)

j. Pola mekanisme/penanggulangan stress dan koping.

Keluarga tampak selalu bertanya kepada petugas tentang kondisi pasien, apa yang

boleh dan tidak boleh dilakukan saat proses Hemodialisa dan juga setelahnya.

k. Pola tata nilai dan kepercayaan

Pasien belum bisa melaksanakan ibadah

8. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : cukup, px lemas, bingung dan gelisah
Kesadaran Apatis GCS 4.4.6
TTV: TD : 150/90 mmhg
Nadi :98x/menit
RR : 24x/menit
Suhu : 36° C
a. Pernafasan (B 1 : Breathing)
Nafas bau urea, tidak ada retraksi dinding dada, Rho Wheezing

150
, pasien menggunakan oksigen nasal kanul 5 lpm
b. Cardiovascular (B 2 : Bleeding)
Tidak terdapat pitting odem, akral hangat, CRT < 2 detik, tidak ada perdarahan,
tidak ada pembesaran JVP, hasil elektrolit: natrium 111 mEq/L, pasien tampak
pucat, konjungtiva anemis, hasil Hb: 9,6 g/dL.
c. Persyarafan (B 3 : Brain)
Kesadaran Apatis, GCS 4-4-6 (respon mata pasien spontan, pasien dapat berkata-
kata, tapi tidak mampu membuat kalimat yang runtut, pasien mampu mematuhi
perintah pemeriksaan), Pasien tampak gelisah dan bingung.
d. Perkemihan-Eliminasi Uri (B.4 : Bladder)
Saat pengkajian pasien belum kencing, pasien terakhir BAK saat di ruangan
sebelumnya pukul 17.30, keluarga mengatakan riwayat BAK pasien biasanya
±10x/hari dan sedikit ±50 cc
e. Pencernaan-Eliminasi Alvi (B 5 : Bowel)
Pasien memiliki riwayat mual dan muntah saat makan, yang menyebabkan
berkurangnya nafsu makan. Saat pengkajian pasien belum makan seharian. Dan juga
pasien belum BAB. Pasien terakhir BAB kemarin, konsistensi padat dan sedikit
f. Tulang-Otot-Integumen (B 6 : Bone)
pasien datang ke ruang hemodialisa dengan menggunakan bed, dengan posisi
terlentang, tidak ada kelainan tulang, kekuatan otot 5 5
Pasien tampak pucat dan mata sayu. 4 4

151
ANALISA DATA

Nama : Tn. R
Usia : 59 th
Dx. Medis : CKD
No. Reg : 11377

No Masalah
Analisa Data Etiologi
Dx Keperawatan

1 CKD Gangguan nutrisi


DS: kurang dari
- Keluarga mengatakan pasien mual kebutuhan tubuh
dan muntah saat makan
Ureum
DO:
- Pasien tampak lemas +Creatinin
- Pasien tampak gelisah dan bingung naik
- Pasien belum makan
- Hasil Lab:
Hb: 9.6 g.dl asotemia
TIBC: 191 µg/dl
Ureum:431 mg/dL
Creatinine: 12.62 mg/dL
TTV:TD 150/80 mmHg sindrom
N 98x/m uremia
RR24x/m
Suhu 36°C
organ GI

mual, muntah,
anoreksia

Perubahan
nutrisi: kurang
dari kebutuhan
tubuh

DS:
2 Gangguan
- Keluarga pasien mengatakan pasien CKD istirahat tidur
sering mengeluh tidak bisa tidur
selama ±2 minggu Sindrom
- pasien sering tampak melamun uremia

174
kawatir karna tidak bisa memakan
makanan Organ GI
- Pasien riw mual dan muntah
- Pasien biasa tidur larut malam dan Mual, muntah,
saat subuh sudah bangun ± 4 jam anoreksia
tidur
DO:

- Pasien tampak gelisah dan bingung insomnia


- Mata pasien tampak sayu
- Hasil lab Istirahat tidur
Ur : 431 mg/dl terganggua
Cr : 12.62 mg/dl
TTV:TD 150/80 mmHg
N 98x/m
RR24x/m
Suhu 36°C
- Pasien riwayat hipertensi

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah, anoreksia.
2. Gangguan pola tidur b.d respons fisiologis: mual sekunder terhadap uremia

175
RENCANA KEPERAWATAN

Intervensi
Hari/Tgl DX Kep Rasional
Tujuan/ Kriteria Hasil Intervensi

Senin, 1. Gangguan nutrisi Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji status nutrisi pasien 1. Pengkajian penting dilakukan
14/6/21 kurang dari keperawatan, diharapkan 2. Jaga kebersihan mulut, anjurkan untuk untuk mengetahui status nutrisi
kebutuhan tubuh pemenuhan kebutuhan pasien selalu melalukan oral hygiene. pasien sehingga dapat
b/d mual, tercukupi dengan kriteria hasil 3. Delegatif pemberian nutrisi yang sesuai menentukan intervensi yang
muntah, : dengan kebutuhan pasien : diet pasien diberikan.
anoreksia ginjal 2. Mulut yang bersih dapat
- Intake nutrisi tercukupi. 4. Anjurkan pasien untuk mengkonsumsi meningkatkan nafsu makan.
- Asupan makanan dan cairan makanan tinggi zat besi seperti sayuran 3. Untuk membantu memenuhi
tercukupi hijau. kebutuhan nutrisi yang
- Penurunan intensitas 5. Kaji frekuensi mual, durasi, tingkat dibutuhkan pasien.
terjadinya mual muntah keparahan, faktor frekuensi, presipitasi 4. Zat besi dapat membantu tubuh
- Penurunan frekuensi te yang menyebabkan mual. sebagai zat penambah darah
- jadinya mual muntah. 6. Anjurkan pasien makan sedikit demi sehingga mencegah terjadinya
- Pasien mengalami sedikit tapi sering. anemia atau kekurangan darah
peningkatan berat badan
7. Anjurkan pasien untuk makan selagi 5. Penting untuk mengetahui
hangat karakteristik mual dan faktor-
8. Delegatif pemberian terapi antiemetic. faktor yang menyebabkan mual.
9. Diskusikan dengan keluarga dan pasien Apabila karakteristik mual dan
pentingnya intake nutrisi dan hal-hal faktor penyebab mual diketahui
yang menyebabkan penurunan berat maka dapat menetukan
badan. intervensi yang diberikan.
10. Timbang berat badan pasien jika 6. Makan sedikit demi sedikit

174
memungkinan dengan teratur. dapat meningkatkn intake
nutrisi.
7. Makanan dalam kondisi hangat
dapat menurunkan rasa mual
sehingga intake nutrisi dapat
ditingkatkan.
8. Antiemetik dapat digunakan
sebagai terapi farmakologis
dalam manajemen mual dengan
menghamabat sekres asam
lambung.
9. Membantu memilih alternatif
pemenuhan nutrisi yang
adekuat.
10. Dengan menimbang berat badan
dapat memantau peningkatan
dan penrunan status gizi.

Senin, 2. Gangguan pola Setelah dilakukan tindakan 1. Determinasi efek-efek medikasi 1. Membantu mengidentifikasi
14/6/21 tidur b/d keperawatan, gangguan pola terhadap pola tidur penyebab gangguan tidur
respons tidur pasien teratasi dengan 2. Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat 2. Untuk menambah pengetauan
fisiologis: mual kriteria hasil: 3. Fasilitasi untuk mempertahankan pasien dan keluarga
aktivitas sebelum tidur (membaca) 3. Membantu pasien untuk tidur
sekunder
- Jumlah jam tidur dalam 4. Ciptakan lingkungan yang nyaman karena lelah
terhadap uremia batas normal 5. Kolaburasi pemberian obat tidur 4. Meningkatkan kenyamanan
- Pola tidur,kualitas dalam dalam memulai tidur
batas normal 5. Diharapkan dapat membantu
- Perasaan fresh sesudah untuk mendapatkan kualitas tidur
tidur/istirahat
- Mampu mengidentifikasi
hal-hal yang

175
meningkatkan tidur

176
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

TANGGAL/ No DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI


JAM DX
14 juni 2021 1 Gangguan nutrisi 1. Mengkaji status nutrisi pasien, S:
kurang dari dengan bertanya seberapa banyak keluarga mengatakan pasien hanya
Jm 15.00 kebutuhan tubuh pasien bisa makan maupun minum makan 1 sendok nasi
b.d mual,muntah, 2. Menyarankan pemberian nutrisi O:
anoreksia yang sesuai dengan kebutuhan - k/u lemah
pasien : diet pasien ginjal lunak - pasien dalam keadaan bingung
3. Mengkaji frekuensi mual, durasi, dan gelisah
tingkat keparahan, faktor frekuensi, - muntah (– )
presipitasi yang menyebabkan mual. - pasien diberi terapi inj
4. Menganjurkan keluarga pasien metoclopramide
untuk makan sedikit demi sedikit - TTV:TD: 160/80
tapi sering. N: 90x/mnit
5. Melakukan kolaborasi pemberian RR: 24x/mnit
terapi antiemetic. Yaitu inj Suhu:37°
Metoclopramid 10 mg A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi

14 juni 2021 2 Gangguan pola - Menjelaskan pentingnya tidur yang S:


15.00 tidur b.d respons adekuat keluarga mengatakan pasien lebih
fisiologis: mual - Menciptakan lingkungan yang tenang tapi tidak tidur
sekunder nyaman dengan pembatasan O:
terhadap uremia penunggu pasien - Pasien tampak tenang
- Pasien tampak membuka mata
- TTV:TD: 160/80

177
N: 90x/mnit
RR: 24x/mnit
Suhu:37°
A:masalah belum teratasi
P:lanjutkan intervensi

178
174

Anda mungkin juga menyukai