Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PERENCANAAN TENAGA KEPERAWATAN

INSTALASI GAWAT DARURAT

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Keperawatan

Dosen Pengampu :

OLEH :

KELAS A

KELOMPOK I :

1. Eko Suprihartono 1219003


2. Widaya 1219004
3. Lisdiyana 1219005
4. Lina Nurjanah 1219006
5. Nelly Faridah 1219007
6. Desy Ayudiwati 1219008
7. Dedeh Gumiyati 1219009
8. Neneng Aisyah 1219010
9. Yudhi Bhakti 1219011
10. Galih Miftah 1219012
11. Wahyuningsih 1219013
12. Dudi Hendrianto 1219014

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI KESEHATAN RAJAWALI
2019
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat
yang dilimpahkanNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Perencanaan Tenaga Keperawatan Instalasi Gawat Darurat”.

Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman masalah manajemen


keperawatan dalam kebutuhan tenaga keperawatan yang dapat mempengaruhi profesi
keperawatan dan pelayanan kesehatan dan sekaligus melakukan apa yang menjadi tugas
mahasiswa yang mengikuti mata kuliah “Manajemen Keperawatan”. Rasa terima kasih yang
sedalam – dalamnya kami ucapkan kepada Dosen pengampu mata kuliah Manajemen
keperawatan dan teman – teman karena dalam proses pendalaman manteri ini kami
mendapatkan bimbingan, arahan, koreksi dan saran.

Demikian makalah ini kami buat semoga bermanfaat bagi kita semua. Kami
menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, baik dari segi bahasa, pengelolaan maupun
dalam penyusunannya. Maka segala kritik dan sarah yang membangun akan kami terima.

Bandung, Oktober 2019

Kelompok I
Penulis
DAFTAR ISI

Cover
Kata Pengantar …………………………………………………………………………. i
Daftar Isi…………………………………………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………………1
1.2 Tujuan Penulisan Makalah ………………………………………………….2
1.2.1 Tujuan Umum ………………………………………………...…2
1.2.2 Tujuan Khusus…………………………………………………...3
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Definisi ………………………………………………………………………4
B. Metode Perhitungan Perencanaan Tenaga Keperawatan…………………….5
1. Metode Rasio
BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Dengan berkembangnya era globalisasi, pelayanan kesehatan pun mengalami


perkembangan dalam upaya menghadapi era globalisasi yang menuntut persaingan
yang cukup tinggi diantara rumah sakit baik rumah sakit pemerintah maupun swasta.
Pada kondisi persaingan yang tinggi, pelanggan memiliki informasi yang memadai
dan mampu untuk memilih diantara beberapa alternative pelayanan yang ada. Oleh
karena itu untuk memenangkan persaingan dalam mendapatkan pelanggan, rumah
sakit harus dapat memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas yang dapat
memberikan kepuasan kepada klien. (Windy Rahmawati, 2008).

Salah satu bagian yang berperan penting dalam meningkatkan kualitas


pelayanan kesehatan yaitu pelayanan keperawatan. Pelayanan keperawatan
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang mempunyai kontribusi
yang besar terhadap pelayan kesehatan, selain itu keperawatan merupakan armada
terbesar dalam pelayanan kesehatan di suatu rumah sakit sehingga pelayanan
keperawatan mempunyai posisi yang sangat penting dan strategi dalam meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan di rumahs sakit. Dan salah satu faktor utama untuk
meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan adalah tenaga keperawatan yang
efektif dan efisien sebagai sumber daya manusia. (Windy Rahmawati, 2008).

Efektifitas dan efisiensi ketenagaan dalam keperawatan sangat ditunjang oleh


pemberian asuhan keperawatan yang tepat dan kompetensi perawat yang memadai.
Oleh karena itu, perlu kiranya dilakukan perencanaan yang strategis dan sistematis
dalam memenuhi kebutuhan tenaga keperawatan. Dan perencanaan yang baik
mempertimbangkan : klasifikasi klien berdasarkan tingkat ketergantungan, metode
pemberian asuhan keperawatan, jumlah dan kategori tenaga keperawatan serta
penghitungan jumlah tenaga keperawatan. Untuk itu diperlukan kontribusi dari
manager keperawatan dalam menganalisis dan merencanakan kebutuhan tenaga
keperawatan di suatu rumah sakit. (Windy Rahmawati, 2008).
Pengembangan tenaga kesehatan khususnya perawat sudah menajdi tanggung
jawab pihak rumah sakit untuk memiliki tenaga keperawatan yang bermutu karena
keperawatan adalah suatu profesi di rumah sakit yang erperan penting dalam
penyelenggaraan upaya menjaga mutu pelayanan kesehatan di rumahs sakit.
(Aditama,2004). Tercapainya mutu pelayanan di rumah sakit dapat melalui kegiatan
manajemen sumber daya manusian atu yang disebut juga manajemen ketenegaan di
RS yang meliputi analisis kini dan mendata tentang kebutuhan tenaga, recruitment,
seleksi, penempatan yang sesuai (placement), promosi, pensiun (separation),
pengembangan karir, pendidikan dan pelatihan (Aditama, 2004).

Griffith JR (1987) dalam buku The well Managed Community Hospital


(Aditama, 2004) bahwa kegiatan dalam perencanaan meliputi mengantisipasi jumlah
dan jenis pekerjaan yang dibutuhkan, jadwal waktu untuk recruitment, retraining dan
pemutusan hubungan kerja bila dibutuhkan gaji dan kompensasi yang akan diberikan
dikaitkan dengan kondisi sosial ekonomi yang ada serta bebagai kemungkinan
perubahan dalam kebijaksanaan kesehatan.

Dimasa depan, manajemen SDM menjadi hal yang sangat potensial untuk
diperhatikan oleh para pemimpin rumah sakit. Ketepatan dalam pemilihan,
penerimaan, pengelolaan dan pengembangan SDM rumah sakit merupakan kunci
sukses rumah sakit untuk berkembang (Ilyas, 2004)

2. TUJUAN PENELITIAN MAKALAH


2.1 Tujuan Umum
Setelah membahas lebih lanjut mengenai “Perencanaan Tenaga Keperawatan”,
diharapkan mahasiswa mampu memahami tentang Manajemen Keperawatan
Khususnya dalam manajemen perencanaan tenaga keperawatan dan metode
perhitungannya yang dapat mempengaruhi proses pelayanan kesehatan terutama
pemberian asuhan keperawatan yang berkualitas dalam rumah sakit.
2.2 Tujuan Khusus
1) Menjelaskan pengembangan tenaga keperawatan dirumah sakit.
2) Menjelaskan perencanaan tenaga keperawatan dirumah sakit.
3) Menghitung kebutuhan tenaga keperawatan dirumah sakit dengan metode
Lokakarya PPNI, metode Ilyas dan metode Swansburg.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI
Perencanaan tenaga (staffing) keperawatan merupakan salah satu
fungsi utama pimpinan organisasi dalam keperawatan. Keberhasilan pimpinan
organisasi dalam merencanakan perawatan ditentukan oleh kualitas SDM
(Arwani & Suprianto, 2006).
Perencanaan tenaga kesehatan adalah proses memperkirakan jumlah
tenaga dan jenis pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang dibutuhkan
untuk mencapai target pelayanan kesehatan yang telah ditentukan dan
mencapai tujuan kesehatan. Perencanaan ini mencakup persiapan: siapa yang
berbuat apa, kapan, dimana, bagaimana, dengan sumber daya apa dan untuk
populasi mana. Perencanaan tenaga rumah sakit adalah sebagai perencanaan
tenaga kesehatan untuk mencapai target kesehatan. Langkah-langkah
perencanaan tenaga rumah sakit secara garis besar sama dengan langkah-
langkah perencanaan tenaga pada umumnya. Memang ada beberapa
kekhususan-kekhususan sesuai dengan fungsi rumah sakit (Junaidi, 1998
dalam Analisis Kebutuhan Tenaga Perawat Di Instalasi Rawat Inap RSUD
Karimun oleh Liza Sri, 2011).
Menurut Ilyas (2004) dalam menentukan kebutuhan SDM rumah sakit
harus memperhatiakn beberapa faktor sepeti ukuran dan tipe rumah sakit:
fasilitas dan tipe pelayanan yang ditawarkan: jenis dan jumlah peralatan dan
frekuensi pemakaiannya: kompleksitas penyakit: usia pasien dan lamanya
waktu tinggal di rumah sakit: pemberian cuti, seperti melahirkan, liburan,
sakit, dan tugas belajar, keterbatasan anggaran: turn over (mengundurkan diri)
personel dan tingkat ketidak hadiran: pelayanan dan perawatan kesehatan 24
jam dan lain-lain.
Menurut Suyanto (2008), perhitungan tenaga kerja perawat perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan tenaga keperawatan.
a. Faktor klien, meliputi: tingkat kompleksitas perawat, kondisi pasien
sesuai dengan jenis penyakit dan usianya, jumlah pasien dan
fluktuasinya, keadaan sosial ekonomi dan harapan pasien dan keluarga.
b. Faktor tenaga, meliputi: jumlah dan komposisi tenaga keperawatan,
kebijakan pengaturan dinas, uraian tugas perawat, kebijaka personalia,
tingkat pendidiknan dan pengalaman kerja, tenaga perawat spesialis
dan sikap etis professional.
c. Faktor lingkungan, meliputi: tipe dan lokasi rumah sakit, lay out
keperawatan, fasilitas dan jenis pelayananyang diberikan, kelengkapan
peralatan medic atau diagnosis, pelayanan penunjang dari instalasi lain
dan macam kegiatan yang dilaksanakan.
d. Faktor organisasi, meliputi: mutu pelayanan yang ditetapkan dan
kebijakan pembinaan dan pengembangan.
B. METODE PERHITUNGAN PERENCANAAN TENAGA
KEPERAWATAN
1. Metode Rasio
Metoda ini menggunakan jumlah tempat tidur sebagai denominator
personal yang diperlukan. Metoda ini paling sering digunakan karena
sederhana dan mudah. Metoda ini hanya mengetahui jumlah personal
secara total tetapi tidak bisa mengetahui produktivitas SDM rumah sakit,
dan kapan personal tersebut dibutuhkan oleh setiap unit atau bagian rumah
sakit yang membutuhkan. Bisa digunakan bila kemampuan dan sumber
daya untuk perencanaan personal terbatas, jenis, tipe, dan volume
pelayanan kesehatan relatif stabil.

Cara perhitungan ini masih ada yang menggunakan, namun banyak


rumah sakit yang lambat laun meninggalkan cara ini karena adanya
beberapa alternatif perhitungan yang lain yang lebih sesuai dengan kondisi
rumah sakit dan profesional.
Cara rasio yang umumnya digunakan adalah berdasarkan
SK/MENKES No.262/MENKES/PER/VII/1979 tentang ketenagaan rumah
sakit, dengan standar sebagai berikut :

Tipe TM/TT TPP/T TPNP/T TNM/T


RS T T T

A&B 1/(4-7) (3-4)/2 1/3 1/1

C 1/9 1/1 1/5 ¾

D 1/15 1/2 1/6 2/3

Khusus Disesuiakan

Keterangan :
TM = Tenaga Medis
TT = Tempat Tidur
TPP = Tenaga Paramedis Perawatan
TPNP = Tenaga para medis non perawatan
TNP = Tenaga non medis
2. Metode Need

Cara ini dihitung berdasarkan kebutuhan menurut beban kerja yang


diperhitungkan sendiri dan memenuhi standar profesi. Untuk menghitung
seluruh kebutuhan tenaga, diperlukan terlebih dahulu gambaran tentang
jenis pelayanan yang diberikan kepada klien selama di rumah sakit.
Misalnya saja untuk klien yang berobat jalan, ia akan
melalui/mendapatkan pelayanan, antara lain pembelian karcis,
pemeriksaan perawat/dokter, penyuluhan, pemeriksaan laboratorium,
apotik dan sebagainya.
Kemudian dihitung standar waktu yang diperlukan agar pelayanan itu
berjalan dengan baik. Hundgins(1992) menggunakan standar waktu
pelayanan pasien sebagai berikut :
Tugas Lama waktu(menit) untuk pasien

Baru Lama

Pendaftaran 3 4
Pemerikasaan dokter 15 11
Pemeriksaan asisten 18 11
dokter
51 0
Penyuluhan
5 7
Laboratorium

Rumus :

Pasien baru+ Pasien lama Hasilxjumlah rata−rata pasien per hari


=
2 jam kerja

3. Metode Douglas

Douglas (1984) menyampaikan standar waktu pelayanan pasien rawat


inap sebagai berikut :
 Perawatan minimal memerlukan waktu : 1-2 jam/24 jam
 Perawatan intermediet memerlukan waktu : 3-4 jam/24 jam
 Perawatan maksimal/total memerlukan waktu : 5-6 jam/24 jam
Dalam penerapan sistem klasifikasi pasien dengan tiga kategori tersebut di
atas adalah sebagai berikut :

a. Kategori I : Self care/perawatan mandiri


Kegiatan sehari-hari dapat dilakukan sendiri, penampilan secara umum
baik, tidak ada reaksi emosional, pasien memerlukan orientasi waktu,
tempat dan pergantian shift, tindakan pengobatan biasanya ringan dan
simple.

b. Kategori II : intermediet care/perawatan sedang


Kegiatan sehari-hari untuk makan dibantu, mengatur poisisi waktu
makan , memberi dorongan agar mau makan, eliminasi dan kebutuhan
diri juga dibantu atau menyiapkan alat untuk ke kamar mandi.
Penampilan pasien sakit sedang. Tindakan perawatan pada pasien ini
monitor tanda-tanda vital, periksa urine reduksi, fungsi fisiologis, status
emosinal, kelancaran drainage atau infus. Pasien memerlukan bantuan
pendidikan kesehatan untuk support emosi 5-10 menit/shift atau 30-60
menit/shift dengan mengobservasi side efek obat atau reaksi alergi.

c. Kategori III : Intensive care/perawatan total


Kebutuhan sehari-hari tidak bisa dilaksanakan sendiri, semua dibantu
oleh perawat penampilan sakit berat dan pasien memerlukan observasi
terus-menerus.

Dalam penelitian Douglas (1975) tentang jumlah tenaga perawat di rumah sakit, didapatkan
jumlah perawat yang dibutuhkan pada pagi, sore dan malam teragantung pada tingkat
ketergantungan pasien seperti pada table di bawah ini:

Jumlah KLASIFIKASI PASIEN


pasien
Minimal Parsial Total

Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam

1 0,17 0,14 0,10 0,27 0,15 0,07 0,36 0,30 0,20

2 0,34 0,28 0,20 0,54 0,30 0,14 0,72 0,60 0,40

3 0,51 0,42 0,30 0,81 0,45 0,21 1,08 0,90 0,60

Dst

4. Metode Demand

Cara demand adalah perhitungan jumlah tenaga mennurut kegiatan


yang memang nyata dilakukan oleh perawat. Menurut Tutuko (1992)
setiap klien yang masuk ruang gawat darurat dibutuhkan waktu sebagai
berikut:

* untuk kasus gawat darurat : 86,31 menit

* untuk kasus mendesak : 71,28 menit

* untuk kasus tidak mendesak : 33,09 menit

Hasil penelitian di rumah sakit di Filipina, menghasilkan data sebagai


berikut:

Jenis Pelayanan Rata-rata jam perawatan/pasien/hari


- Non Bedah 3,4
- Bedah 3,5
- Campuran bedah dan non 3,5
bedah
- Post partum 3,0
- Bayi baru lahir 2,5
Konversi kebutuhan tenaga adalah seperti pada perhitungan cara Need.

5. Metode Gillies
Gillies (1989) mengemukakan rumus kebutuhan teanaga keperawatan di
satu unit perawatan adalah sebagai berikut:

AXBXC F
= =H
( C− D ) XE G

Keterangan :

A = rata-rata jumlah perawatan/pasien/hari

B = rata-rata jumlah pasien /hari

C= Jumlah hari/tahun

D = Jumlah hari libur masing-masing perawat

E = jumlah jam kerja masing-masing perawat

F = Jumlah jam perawatan yang dibutuhkan per tahun


G = Jumlah jam perawatan yang diberikan perawat per tahun

H = Jumlah perawat yang dibutuhkan untuk unit tersebut

Prinsip perhitungan menurut rumus Gilies :

Dalam memberikan pelayanan keperawatan ada tiga jenis bentuk


pelayanan, yaitu:
a. Perawatan langsung
perawatan yang diberikan oleh perawat yang ada hubungan secara khusus
dengan kebutuhan fisik, psikologis, dan spiritual. Berdasarkan tingkat
ketergantungan pasien pada perawat maka dapat diklasifikasikan dalam
empat kelompok yaitu: self care, partial care, total care dan intensive care.
Menurut Minetti Huchinson (1994) kebutuhan keperawatan langsung
setiap pasien adalah empat jam perhari sedangkan untuk:
* self care dibutuhkan ½ x 4 jam : 2 jam

* partial care dibutuhkan ¾ x 4 jam : 3 jam

* Total care dibutuhkan 1- 1½ x 4 jam : 4-6 jam

* Intensive care dibutuhkan 2 x 4 jam : 8 jam

b. Perawatan tak langsung


Meliputi kegiatan - kegiatan membuat rencana perawatan,
memasang/menyiapkan alat, konsultasi dengan anggota tim, menulis dan
membaca catatan kesehatan, melaporkan kondisi pasien. Dari hasil
penelitian RS Graha Detroit (Gillies, 1989, h 245) = 38 menit/ klien/ hari,
sedangkan menurut Wolfe & Young (Gillies, 1989, h. 245) = 60 menit/
klien/ hari dan penelitian di Rumah Sakit John Hpokins dibutuhkan 60
menit/ pasien (Gillies, 1994)
c. Pendidikan kesehatan
Diberikan kepada klien meliputi: aktifitas, pengobatan serta tindak lanjut
pengobatan. Menurut Mayer dalam Gillies (1994), waktu yang dibutuhkan
untuk pendidikan kesehatan ialah 15 menit/ klien/ hari.
- Rata-rata klien per hari adalah jumlah klien yang dirawat di suatau unit
berdasarkan rata-ratanya atau menurut “ Bed Occupancy Rate” (BOR)
dengan rumus:
Jumlah hari perawatan rumah sakit dalam waktu tertentu x 100%
Jumlah tempat tertentu x 365

- Jumlah hari pertahun, yaitu 365 hari


- Hari libur masing-masing perawat pertahun, yaitu 128 hari, hari
minggu= 52 hari dan hari sabtu = 52 hari. Untuk hari sabtu tergantung
kebijakan RS setempat, kalau ini merupakan hari libur maka harus
diperhitungkan, begitu juga sebaliknya, hari libur nasional = 12 hari
dan cuti tahunan = 12 hari.
- Jumlah jam kerja tiap perawat adalah 40 jam per minggu (kalau hari
kerja efektif 5 hari maka 40/5 = 8 jam, kalu hari kerja efektif 6 hari per
minggu maka 40/6 jam = 6,6 jam perhari)
- Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan di satu unit harus
ditambah 20% (untuk antisiapasi kekurangan/ cadangan)
6. Metode Swansburg
Formula perhitungannya adalah sebagai berikut:
a. Total jam perawat/hari:
= Jumlah klieun x Jumlah jam kontrak perawat-klien
b. Jumlah perawat yang dibutuhkan perhari:
=
Total jam perawat per hari
Jumlah jam kerja per hari

Sehingga dari rumus dapat disimpulkan menjadi :

=
Jumlah rata−rata pasien per hari X jumlah jam kontak perawat − pasien per hari
Jumlah jam kerja per hari

Rumus selanjutnya adalah untuk menghitung jumlah shift dan kebutuhan


perawat dalam satu minggu.
a. Jumlah shift per minggu :
=Jumlah perawat yang dibutuhkan/hari X Jumlah shift dalam 1 minggu
b. Jumlah perawat yang dibutuhkan per minggu :
=
Jumlah shift per minggu
Jumlah hari kerja per minggu
Menurut Warstler dalam Swansburg & Swansburg (1999),
merekomendasikan untuk pembagian proporsi dinas dalam satu hari :

Keterangan :

Pagi : Siang : Malam = 47 % : 36 % : 17 %

Keterangan :
 Jumlah hari kerja/minggu = 6 hari
 Jumlah jam kerja/hari = 7 jam, didapat dari 40 jam (total jam
kerja/minggu) : 6 hari

7. Metode Formulasi Nina

Nina (1990) menggunsksn lima tahapan dalam menghitung kebutuhan


tenaga.

Contoh pengitungannya:

Hasil observasi terhadap RS A yang berkapasitas 300 tempat tidur,


didapatkan jumlah rata-rata klien yang dirawat (BOR) 60 %, sedangkan
rata-rata jam perawatan adaalah 4 jam perhari.

Berdasarkan situasi tersebut maka dapat dihitung jumlah kebutuhan tenaga


perawat di ruang tersebut adalah sebagai berikut:

 Tahap I
Dihitung A = jumlah jam perawatan klien dalam 24 jam per klien.
Dari contoh diatas A= 4 jam/ hari

 Tahap II
Dihitung B= jumlah rata-erata jam perawatan untuk sekuruh klien
dalam satu hari.

B = A x tempat tidur = 4 x 300 = 1200

 Tahap III
Dihitung C= jumlah jam perawatan seluruh klien selama setahun.

C= B x 365 hari = 1200 x 365 = 438000 jam


 Tahap IV
Dihitung D = jumlah perkiraan realistis jam perawatan yang
dibutuhkan selama setahun.

D= C x BOR / 80 = 438000 x 180/ 80 = 985500

Nilai 180 adalah BOR total dari 300 klien, dimana 60% x 300 = 180.
Sedangkan 80 adalah nilai tetap untuk perkiraan realistis jam
perawatan.

 Tahap V
Didapat E= jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan.

E= 985500/ 1878 = 524,76 (525 orang)

Angka 1878 didapat dari hari efektif pertahun (365 – 52 hari minggu =
313 hari) dan dikalikan dengan jam kerja efektif perhari (6 jam)

8. Metode ilyas

Metode ini dikembangkan oleh Yaslis Ilyas sejak tahun 1995. Metode ini
berkembang karena adanya keluhan dari rumah sakit di Indonesia bahwa
metode Gillies menghasilkan jumlah perawat yang terlalu kecil, sehingga
beban kerja perawat tinggi sedangkan PPNI menghasilkan jumlah perawat
yang terlalu besar sehingga tak efisien.
Rumus dasar dari formula ini adalah sebagai berikut :
Tenaga Perawat =

AXBXCX 365 hari


(255 Xjam kerja perhari)
Keterangan :
- A = Jam perawatan/24 jam (waktu perawatan yang dibutuhkan
pasien)
- B = Sensus harian (BOR x jumlah tempat tidur)
- 365= Jumlah hari kerja selama setahun
- 255= Hari kerja efektif perawat/tahun
3
= (365-(12 hari libur nasional+12 hari libur cuti tahunan)X )
4
= 255 hari
- Jam kerja/hari = 6 jam, didapat dari 40 jam (total jam
kerja/minggu) : 7 hari

3
Indeks merupakan indeks yang berasal dari karakteristik jadwal
4
kerja perawat di rumah sakit yang dihitung dari setiap empat hari kerja
efektif, dimana perawat mendapat libur satu hari setelah selesai jadwal
jaga malam. Uraiannya sebagai berikut hari pertama perawat masuk
pagi, hari kedua siang, hari ketiga malam dan hari keempat perawat
mendapat libur satu hari.

9. Metode Lokakarya PPNI

Penentuan kebutuhan tenaga perawat menurut Lokakarya PPNI dengan


mengubah satuan hari dengan minggu. Selanjutnya jumlah hari kerja
efektif dihitung dalam minggu sebanyak 41 minggu dan jumlah kerja
perhari selama 40 jam per minggu. PPNI berusaha menyesuaikan lama
kerja dan libur yang berlaku di Indonesia :

( AX 52 minggu ) X 7 hari(TTXBOR)
Tenaga Perawat = +25 %
Hari Kerja efektifXTotal jam kerja perminggu

Keterangan :

 A = Jumlah jam perawatan yang dibutuhkan oleh pasien per hari


 52 minggu = 365 hari dalam setahun : 7
 TT = Tempat Tidur
 BOR (Bed Occupancy Rule) adalah presentase rata – rata jumlah
tempat tidur yang digunakan selama periode tertentu (satu
semester/tahun)
 Hari kerja efektif yang dihitung sebagai berikut :
= (365-(52 hari minggu+12 hari libur nasional + 12 hari cuti tahunan)
= 289 hari : 7 hari/minggu
=41 minggu
 Total jam kerja perminggu = 40 jam
 Komponen 25% yaitu tingkat penyesuaian terhadap produktivitas.
10. Metode DepKes
1. Rawat Jalan
Tenaga Perawat =
Rata−Rata Jumlah Pasien X Jumlah jam Perawatan+ Koreksi 15 %
Jumlah jam kerja efektif per hari X 60 jam

2. Kamar Bersalin

Tenaga Perawat =
Rata−rata jumlah pasien X Jumlah jam perawatan
Jumlah jam kerja efektif per hari

3. Kamar Operasi

Ketergantungan pasien :

 Operasi besar : 5 jam/1 operasi


 Operasi sedang : 2 jam/1 operasi
 Operasi kecil : 1 jam/1 operasi

Tenaga Perawat =
Jumlah jam perawatan per hari X Hari per tahun X Jumlah operasi X jumlah perawat d
Jumlah hari efektif per tahun X Jumlah jam kerja efektif per hari

4. Unit Gawat Darurat

Tenaga perawat =
Jumlah jam perawat X 52 X 7 X jumlah kunjungan per hari
Jumlah minggu efekti x 40 jam
BAB III

PEMBAHASAN KASUS
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Salah satu aspek penting tercapainya mutu pelayanan kesehatan di suatu


rumah sakit adalah tersedianya tenaga keperawatan yang sesuai dengan situasi dan
kebutuhan. Untuk hal ini dibutuhkan kesiapan yang baik dalam membuat
perencanaan terutama tentang ketenagaan. Perencanaan ketenagaan ini harus
benar – benar diperhitungkan sehingga tidak menimbulkan dampak pada beban
kerja yang tinggi sehingga memungkinkan kualitas pelayanan akan menurun. Bila
hal ini dibiarkan akan menyebabkan angka kunjungan klien ketempat pelayanan
kesehatan akan menurun sehingga pendapatan rumah sakit juga akan menurun.

Seorang manajer keperawatan harus mampu membuat perencanaan


ketenagaan yang baik yaitu dengan memanfaatkan hasil perhitungan yang
didasarkan pada data – data kepegawaian sesuai dengan yang ada di rumah sakit
tersebut. Dalam melakukan perhitungan kebutuhan tenaga perawat di rumah sakit,
kita dapat menggunakan beberapa rumus dimana tiap metode perhitungan pada
prinsisipnya hampir sama akan tetapi memiliki kekhsan bagi situasi dan kondisi
tertentu dari sistem pemberian layanan asuhan keperawatan kepada klien.

B. Saran

 Bagi Mahasiswa
Berdasarkan kekurangan yang sudah disampaikan oleh penulis, diharapkan
mahasiswa dapat lebih meningkatkan pengetahuan dan kemampuan tentang
manajemen keperawatan, bahwa mengembangkan metode perhitungan dalam
perencanaan tenaga keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan rumah sakit di
Indonesia.
 Bagi Perawat
Diharapakan bagi perawat agar tidak hanya meningkatkan keterampilan dalam
memberikan praktik asuhan keperawatan (care giver), tetapi juga
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam hal manajerial
( coordinator) baik dalam manajemen kasus atau mengorganisasi pelayanan
kesehatan sehingga perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang
maksimal.
 Bagi Dunia Keperawatan
Diharapakan dengan disusunnya makalah ini, manajemen keperawatan dalam
perencanaan tenaga keperawatan dapat terus ditingkatkan sehingga dapat
menambah pengetahuan yang lebih baik bagi dunia keperawatan, serta dapat
diaplikasikan untuk mengembangkan kompetensi dalam keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai