OLEH :
KELOMPOK 3
1. FADLIN RIMPANSA 841721028
2. DESIANA PRATIWI HANTULU 841721043
3. FITRI YANTI HUSAIN 841721041
4. FATMA BAKARI 841721032
5. JIHAN ADHALIN HARUN 841721018
6. HELDA C. TOMASONG 841721003
7. SRI PEBRIANIKA NGGILU 841721030
8. FATURROZI 841721023
9. NISTAIN KUNE 841721024
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Tuhan yang telah memberikan kesempatan untuk
dapat menyusun Laporan Akhir di Ruang Inap Bedah dalam Stase Manajemen
Profesi Ners Anggkatan XV Program Studi Ners Fakultas Olahraga dan Kesehatan
Universitas Negeri Gorontalo. Tujuan disusunnya laporan adalah untuk menjadi
sumber referensi terhadap fungsi manajemen atau penerapan manajemen di ruang
Inap Bedah RSUD dr. Hj. Ainun Habibie, Provinsi Gorontalo.
Penyusunan laporan akhir stase manajemen ini banyak menemui kendala
dan kesulitan yang dihadapi. Namun berkat izin dan kuasa Tuhan yang disertai
kemauan, ketekunan, dan usaha kerja keras serta bantuan dari semua pihak sehingga
kendala-kendala yang dihadapi dapat teratasi. Untuk itu, dengan penuh keredahan
hati penyusun mengucapkan terima kasih kepada preseptor akademik dan preseptor
klinik yang telah sabar, tulus dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikiran
memberikan bimbingan, motivasi, arahan, dan saran yang sangat berharga dalam
kesuksesan penyusun dalam stase manajemen keperawatan di ruang di ruang Inap
Bedah RSUD dr. Hj. Ainun Habibie, Provinsi Gorontalo.
Dengan segala keredahan hati penyusun menyadari bahwa laporan akhir ini
tidak luput dari keselahan dan kekurangan, oleh sebab itu kritik dan saran sangat
diharapkan dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Aamiin
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
beriorientasi pada tujuan, dan membantu individu, keluarga, masyarakat yang sakit
atau sehat, dengan penampilan kegiatan yang berhubungan dengan kesehatan atau
Rumah Sakit. Menurut WHO (World Health Organization) tahun 2017 Rumah sakit
adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi
merupakan sarana kesehatan dan salah satu bentuk Organisasi pelayanan kesehatan,
rujukan antara lain adalah: peningkatan mutu, cakupan dan efisiensi rumah sakit,
keperawatan di rumah sakit (DEPKES RI, 2016). Setiap upaya untuk meningkatkan
3
kualitas pelayanan rumah sakit harus juga disertai upaya untuk meningkatkan
merupakan salah satu profesi yang mempunyai tugas mulia demi rasa kemanusiaan
tugasnya dengan baik. Pekerjaan yang berat dan melelahkan ini selalu mereka
kerjakan sebagai bentuk rasa profesionalisme mereka serta rasa tanggung jawab
mereka terhadap profesi dan pasien. Perawat yang menjadi bagian dari sistem
rumah sakit mempunyai peranan penting dalam menentukan kualitas sebuah rumah
sakit. Sebuah rumah sakit tidak akan berkembang dan berjalan dengan baik apabila
didalamnya tidak terdapat para perawat yang professional dan handal. (Dyah,
2019).
pada individu baik laki-laki maupun perempuan dengan berbagai kelainan dan
4
gangguan fisiologis baik aktual maupun potensial yang memerlukan asuhan
keperawatan khusus seperti infeksi, trauma, dan gangguan fisik lainnya. Praktek
praktek profesi manajemen keperawatan di ruang Inap Bedah Rumah Sakit Umum
1.2 Tujuan
“Change Agent” pada unit pelayanan kesehatan secara nyata dan meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan di Ruang Bedah, RSUD dr. Hasri Ainun Habibie,
Provinsi Gorontalo
mahasiswa mampu:
5
M2: Material, M3: Methode, M4: Money, M5: Marketing) nyata di tempat
praktik.
masalah yang disepakati kepala ruangan dan para perawat ruangan serta
pembimbing.
1.2. Manfaat
bekerja nanti.
ditemukan di lahan praktek sesuai dengan ilmu yang didapatkan selama proses
6
1.3.3. Bagi Pendidikan
7
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. Manajemen Keperawatan
sarana, dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Yura, 2015). Masing-
yaitu:
menghimpun semua sumber daya (potensi) yang dimiliki oleh organisasi dan
proses memberikan bimbingan kepada staf agar mereka mampu bekerja secara
8
d. Controling (pengawasan, monitoring) adalah proses untuk mengamati secara
terus menerus pelaksanaan rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan
orang lain untuk mencapai tujuan organisasi dalam suatu lingkungan yang berubah.
sumber dalam mencapai tujuan (melalui kerja orang lain) yang mencerminkan
kepada pasien, diperlukan suatu standar yang akan digunakan baik sebagai target
9
diinginkan. Perencanaan merupakan pemikiran atau konsep-konsep tindakan
resiko dalam pengambilan keputusan, pemecahan masalah, dan efek – efek dan
perubahan.
10
terhadap proses atau jalannya aktivitas yang akan dilakukan. Proses
komando, hubungan staf dan lini, tanggung jawab dan kewenangan yang sesuai
yang berakibat negative terhadap klien dan pihak yang terkait dengan
11
yang telah dibuat, pemberian instruksi, menetapkan prinsip-prinsip melalui
memperbaiki kekurangan.
keperawatan profesional yang sudah ada dan akan terus dikembangkan di masa
dimana fungsi Keperawatan tertentu ditugaskan pada setiap anggota staf.Setiap staf
perawat hanya melakukan 1-2 jenis intervensi Keperawatan pada semua pasien
12
pada tindakan Keperawatan. Penugasan yang dilakukan pada model ini berdasarkan
masing perawat dan dipilih perawat yang paling murah. Kepala ruangan terlebih
Model fungsional ini merupakan metode praktek Keperawatan yang paling tua yang
dilaksanakan oleh perawat dan berkembang pada saat perang dunia kedua (Kron &
Gray, 2014).
Kelebihan :
f. Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf atau peserta didik yang
Kelemahan :
13
c. Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan
keterampilan saja.
dan kolaboratif (Potter & Patricia, 2015). Model tim didasarkan pada keyakinan
meningkat.
Pelaksanaan konsep tim sangat tergantung pada filosofi ketua tim apakah
berorientasi pada tugas atau pada klien. Perawat yang berperan sebagai ketua tim
bertanggung jawab untuk mengetahui kondisi dan kebutuhan semua pasien yang
ada di dalam timnya dan merencanakan perawatan klien. Tugas ketua tim meliputi:
14
b. Pemimpin diharapkan menggunakan gaya kepemimpinan demokratik atau
kelompok pasien.
laporan untuk dan dari pemimpin tim, pertemuan tim untuk mendiskusikan
Kelebihan:
c. Konflik antar staf dapat dikendalikan melalui rapat dan efektif untuk belajar.
secara efektif.
jawabkan.
g. Metode ini memotivasi perawat untuk selalu bersama klien selama bertugas.
Kelemahan:
15
a. Ketua tim menghabiskan banyak waktu untuk koordinasi dan supervisi
anggota tim dan harus mempunyai keterampilan yang tinggi baik sebagai
c. Rapat tim membutuhkan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim
keperawatan.
16
i. Melakukan audit asuhan dan pelayanan keperawatan di ruangannya,
melalui konferens.
keperawatan.
h. Menyelenggarakan konferensi.
asuhan keperawatan.
17
a. Melaksanakan tugas berdasarkan rencana asuhan keperawatan.
b. Mencatat dengan jelas dan tepat asuhan Keperawatan yang telah diberikan
asuhan keperawatan.
f. Memberikan laporan
biasanya mempunyai 4-6 klien dan bertanggung jawab selama 24 jam selama klien
selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk 14
sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat, ada kejelasan
antara si pembuat rencana asuhan dan pelaksana.Metode primer ini ditandai dengan
adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang
18
ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi keperawatan selama
pasien dirawat.
Kelebihan:
kondisi klien selalu mutakhir dan komprehensif serta informasi dapat diperoleh
h. Waktu yang digunakan lebih sedikit dalam aktivitas koordinasi dan supervisi
19
k. Profesi lain lebih menghargai karena dapat berkonsultasi dengan perawat yang
Kelemahan:
d. Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama.
20
c. Menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan pada perawat asisten.
masyarakat.
pasien tertentu yang didasarkan pada rasio satu perawat untuk satu pasien dengan
biasa diterapkan untuk perawatan khusus seperti isolasi, intensive care, perawat
kesehatan komunitas. Kelebihan ialah perawat lebih memahami kasus per kasus.
21
2.3. Pembagian Tugas dalam Tahapan Proses Keperawatan
No Tahapan Peran Kepala ruangan/karu Peran Ketua tim/PP Peran Perawat Pelaksana
Proses
Keperawatan
1 Pengkajian Mengidentifikasi masalah Mengidentifikasi masalah terkait -
terkait fungsi-fungsi fungsi-fungsi manajemen
manajemen
2 Perencanaan 1. Menunjuk Katim 1. Bersama Karu mengadakan 1. Bersama Katim mengikuti operan
2. Mengikuti serah terima serah terima tugas. dinas.
klien. 2. Bersama Karu melakukan 2. Melaksanakan pembagian tugas
3. Mengidentifikasi tingkat pembagian tugas. yang diberikan katim.
ketergantungan. 3. Menyusun asuhan 3. Melaksanakan rencana asuhan
4. Mengidentifikasi jumlah Keperawatan. keperawatan.
perawat yang dibutuhkan 4. Mengidentifikasi kesiapan 4. Menyiapkan keperluan untuk
berdasarkan aktivitas dan keperluan untuk melaksanakan melaksanakan asuhan keperawatan.
kebutuhan klien. asuhan keperawatan. 5. Mengikuti ronde keperawatan
5. Merencanakan strategi 5. Melakukan ronde Keperawatan bersama Katim dan Karu
pelaksanaan keperawatan. bersama Karu
6. Merencanakan logistik 6. Mengorientasikan klien baru
ruang/fasilitas ruangan. pada lingkungan.
7. Melakukan 7. Melakukan pelaporan dan
pendokumentasian pendokumentasin rencana
keperawatan dan lembar kerja.
3 Implementasi 1. Merumuskan sistem 1. Menjelaskan tujuan 1. Melaksanakan tugas sesuai sistem
fungsi penugasan. pengorganisasian tim penugasan yang diberikan Katim.
22
pengorganisasi 2. Menjelaskan rincian tugas keperawatan. 2. Melaksanakan asuhan keperawatan
an Katim. 2. Membagi pekerjaan sesuai sesuai rencana keperawatan.
3. Menjelaskan tentang tingkat ketergantungan pasien. 3. Melaksanakan tugas yang
kendali di ruang rawat. 3. Membuat rincian tugas didelegasikan oleh Katim dan
4. Mengatur dan anggota tim dalam pemberian mempertanggung jawabkannya.
mengendalikan tenaga ASKEP. 4. Melakukan pelaporan dan
keperawatan di ruang rawat. 4. Mampu mengkoordinasi pendokumentasian tindakan
5. Mengatur dan pekerjaan yang baru dilakukan keperawatan.
mengendalikan logistik bersama tim kesehatan lain.
ruangan/ fasilitas. 5. Mengatur waktu istirahat
6. Mengatur dan untuk anggota tim.
mengendalikan situasi 6. Mendelegasikan pelaksanaan
lahan praktik. proses asuhan Keperawatan
7. Mendelegasikan tugas pada anggota tim.
kepada Katim. 7. Melakukan pelaporan
8. Melakukan pelaporan dan dan pendokumentasian.
pendokumentasian.
23
Fungsi 1. Memberikan pengarahan 1. Melakukan pengarahan kepada Menerima bimbingan pengarahan &
pengarahan kepada Katim. anggota tim . memberikan umpan balik kepada
2. Memberikan motivasi dalam 2. Memberikan bimbingan pada Katim.
meningkatkan pengetahuan, anggota tim
keterampilan, dan sikap 3. Memberikan informasi yang
anggota tim. berhubungan dengan askep
3. Memberikan pujian pada 4. Mengawasi proses pemberian
anggota tim yang askep
melaksanakan tugas dengan 5. Melibatkan anggota tim dari
baik. awal s/d akhir kegiatan
4. Membimbing bawahan. 6. Memberikan pujian, motivasi
5. Meningkatkan kolaborasi pada anggota tim
dengan anggota tim. 7. Melakukan pelaporan dan
6. Melakukan supervisi pendokumentasian.
keperawatan
24
2.4. JOB Description
1. Perencanaan
penjadwalan.
keperawatan.
25
n) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan Rumah Sakit.
2. Pengorganisasian.
c) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas.
ketua tim.
pasien.
3. Pengarahan.
b) memberi pujian kepada anggota tim yang melakukan tugas dengan baik.
26
d) Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan
tugasnya.
4. Pengawasan.
a) Melalui komunikasi.
b) Melalui Supervisi.
pelaksanaan tugas.
27
2.4.2. Ketua Tim
1. Membuat perencanaan.
kebutuhan pasien.
5. Menyelenggarakan konfrensi.
3. Memberikan laporan.
1. Definisi
sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien. Operan pasien harus
yang belum dilakukan serta perkembangan pasien saat itu (Nursalam, 2014).
28
Operan dilakukan oleh perawat primer kepada perawat primer
(penanggung jawab) dinas sore atau dinas malam secara tertulis dan lisan.
2. Tujuan Operan
Tujuan Khusus:
c. Menyampaikan hal yang penting yang harus ditindak lanjuti oleh bidan
dinas berikutnya
3. Manfaat Operan
Bagi perawat:
berkesinambungan.
Bagi Pasien: Klien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang
belum terungkap.
29
4. Prosedur Operan
2) Prinsip operan, terutama pada semua pasien baru masuk & pasien yang
30
7) Perawat yang melaksanakan operan mengkaji secara penuh terhadap
9) Lama operan untuk tiap pasien tidak lebih dari 5 menit kecuali pada
1) Diskusi
yang ditandatangani oleh perawat pelaksana yang jaga saat itu dan
1. Definisi
keperawatan pasien yang dilaksanakan oleh bidan selain melibatkan pasien untuk
31
2. Tujuan Ronde
kritis.
Tujuan Khusus:
benar
4. Kriteria Pasien
32
5. Peran Masing-masing Anggota Tim
rasional tindakan
6. Tahapan Ronde
Pra Ronde:
a. Menentukan kasus dan topik (masalah yang tidak teratasi dan masalah
yang langka).
d. Membuat proposal
33
f. Diskusi tentang diagnosis keperawatan, data yang mendukung, asuhan
Ronde:
dilakukan.
Pasca Ronde:
keperawatan selanjutnya.
dari MPKP (Model Praktek Keperawatan Profesional) dimana dalam SP2KP ini terjadi
kerjasama profesional antara perawat primer (PP) dan perawat asosiet (PA) serta tenaga
kesehatan lainnya.
pengelolaan asuhan keperawatan di setiap unit ruang rawat di rumah sakit yang
34
memungkinkan perawat untuk melaksanakan asuhan keperawatan yang profesional
Rumah Sakit dr. Hj. Hasri Ainun Habibie dapat melaksanakan apa yang telah di
sebagai pilar praktik profesional yang pertama. Oleh sebab itu, prose manajemen harus
dilaksanakan dengan disiplin demi menjamin pelayanan yang diberikan kepada pasien
a) Perencanaan (Planning)
b) Pengorganisasian (Organizing)
c) Pengarahan (Directing)
d) Pengendalian (Controlling)
35
2.5.4. MAKP
1) Definisi MAKP
Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mengidentifikasi empat unsur
akan membantu kualitas produksi atau jasa layanan keperawatan, jika perawat
2) Tujuan MAKP
36
3) Dasar pertimbangan Pemilihan Model Metode Asuhan Keperawatan
(MAKP)
ditunjang oleh biaya memadai, maka tidak akan didapat hasil yang sempurna.
terhadap asuhan yang diberikan oleh perawat. Oleh karena itu, model yang baik
kinerja perawat. Model yang dipilih harus dapat meningkatkan kepuasan perawat,
37
bukan justru menambah beban kerja dan frustrasi dalampelaksanaannya.
Menurut Kron.T dan Gray (2014) ada empat metode pemberian asuhan
a) Metode Fungsional
keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang duniakedua. Pada saat itu,
karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat, maka setiap perawat
hanya melakukan satu atau dua jenis intervensi keperawatan saja (misalnya,
Model fungsional ini merupakan metode praktek Keperawatn yang paling tua
yang dilaksanakan oleh perawat dan berkembang pada saat perang dunia kedua
(Djuhaeni, 2010).
Kelebihan :
38
dengan pembagian tugas yang jelas dan pengawasan yang baik.
- Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf atau peserta didik yang
Kelemahan :
keterampilan saja.
b) Metode Kasus
kesehatan dan sumber-sumber yang ada sehingga dapat dicapai hasil akhir asuhan
39
kesehatan yang bertujuan mengurangi fragmentasi, meningkatkan kualitas hidup,
utama yaitu, pendekatan berfokus pada klien, koordinasi asuhan dan pelayanan
2017).
Kelebihannya :
Kekurangannya :
- Tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama.
c) Metode Tim
kolaboratif (Potter & Patricia, 2015). Model tim didasarkan pada keyakinan
meningkat.
40
Konsep metode tim :
teknik kepemimpinan.
terjamin.
- Peran kepala ruangan penting dalam model tim, model timakan berhasil nila
- Membuat perencanaan.
pasien.
- Menyelenggarakan konferensi.
keperawatan.
41
- Menjadi narasumber bagi ketua tim.
Kelebihannya :
Kelemahannya :
- Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim,
sibuk.
d) Metode Primer
42
asuhan keperawatan, dimana terdapat hubungan yang dekat dan berkesinambungan
disingkat dengan PP. Metode keperawatan primer dikenal dengan ciri yaitu
- Ada otonomi.
perawat lain.
43
masyarakat.
- Evaluasi kerja.
- Membuat 1-2 pasien untuk model agar dapat mengenal hambatan yang terjadi.
- Setiap perawat primer adalah perawat bed side atau selalu berada dekat dengan
pasien.
- Perawat primer dibantu oleh perawat profesional lain maupun non professional
Kelebihannya :
44
- Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter, dan rumah sakit.
Kelemahannya :
45
BAB III
ANALISA SITUASI
RSUD dr Hasri Ainun Habibie Provinsi Gorontalo diresmikan pada tahun 2013
oleh Gubernur Provinsi Gorontalo bapak RUSLI HABIBIE, beralamat di jalan Kusno
Tahun 2003 Tentang Penamaan Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Gorontalo.
Habibie telah memenuhi syarat dan ditetapkan menjadi Tipe/Kelas C.Pada awal
berdirinya, RSUD dr Hasri Ainun Habibie Provinsi Gorontalo adalah salah satu
SKPD dalam struktur organisasi tata kerja Pemerintah Provinsi Gorontalo, namun
tata kerja di lingkungan Provinsi Gorontalo maka pada tahun 2016 RSUD dr. Hasri
Ainun Habibie berubah status menjadi UPTD Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo
dan awal tahun 2020 dr Hasri ainun Habibie telah ditetapkan sebagai Badan
Sejak diresmikannya pada tahun 2018 hingga tahun 2021 RSUD dr. Hasri
ainun Habibie di pimpin oleh seorang direktur yaitu “dr. Yana Yanti Suleman, SH”.
Pada tahun direktur dr. Hasri ainun Habibie digantikan oleh “dr. Fitriyanto Radjak”
46
dan beliau menjabat direktur sampai dengan sekarang.
Ruangan Inap Bedah merupakan salah satu ruangan di RSUD dr. Hj. Hasri Ainun
Habibie. Ruangan Inap Bedah merupakan ruangan rawat inap pasien laki-laki dan
perempuan yang terdiri dari 6 ruang inap dengan kapasitas tempat tidur berjumlah 17
buah, yang terdiri dari 3 ruangan kelas 1 dengan jumlah tempat tidur 3 buah, 1 ruangan
kelas 2 dengan jumlah tempat tidur 2 buah dan 2 ruangan kelas 3 dengan jumlah tempat
tidur 12 buah. Analisa situasi ruangan di dalam ruangan Inap Bedah dikaji berdasarkan
a. Ketenagaan
Ruangan Bedah RSUD dr.H Hasri Ainun Habibie dipimpin oleh kepala
ruangan, dimana ruangan ini memiliki 14 perawat yang terdiri dari tenaga profesi
Ners sebanyak 9 orang dan tenaga DIII Keperawatan sebanyak 5 orang. Di pimpin
oleh 1 kepala ruangan yang terbagi menjadi 2 tim, tim 1 dipimpin oleh ketua tim
yang beranggotakan 5 orang perawat dan tim 2 dipimpin oleh ketua tim yang
sebanyak 5 orang, dokter umum sebanyak 1 orang dan sebanyak 1 orang gizi.
Selain itu ruang bedah memiliki pegawai administrasi 1 orang, dan evakuasi 1
orang.
47
dalam ruangan penting hal ini dikarenakan dengan adanya struktur organisasi
hubungan fungsi dan aktivitas sampai batas tertentu, selain itu struktur organisasi
2013). Berdasarkan hal itu maka perlu adanya pengadaan struktur organisasi yang
48
b. Kualifikasi Ketenagakerjaan
Tabel 3.1 Daftar Tenaga Kerja di Ruang Inap Bedah
Pelatihan
Lama
No Nama Jabatan Pendidikan Gol.
Kerja Perawatan Pelatihan
BTCLS ACLS
Luka Onkologi
Yayun A Hulopi, A.Md. Kep Kepala D-III 10 Pelatihan
1. III/C BTCLS - -
Ruangan Keperawatan tahun Onkologi
Akmal Nisar, A.Md.Kep., D-III
2. Katim I 4 tahun Honor BTCLS - CWCCA -
CWCCA Keperawatan
Wika Mujiastuty Rahim, Perawat Honor
3. Profesi Ners 5 tahun - CBWC -
A.Md.Kep., CBWC Pelaksana
Vitariany Pakaya, S.Kep., Ns., Perawat Honor
4. Profesi Ners 2,5 BTCLS - CWCCA -
CWCCA Pelaksana
tahun
Siska Purnama Kai., S.Kep., Ns., Perawat Honor
5. Profesi Ners 5 tahun BTCLS - CBWC -
CBWC Pelaksana
Hedyawati Is Pahrun, S.Kep., Perawat Profesi Ners 4 tahun Honor
6. BTCLS - CBWC -
Ns., CBWC Pelaksana
Satrina Hala, A.Md. Kep Perawat D-III Honor
7. 5 tahun BTCLS - -
Pelaksana -
Keperawatan
8. Eka Putri Handayani, Katim II Profesi Ners 16 Honor
BTCLS - CBWC -
S.Kep., Ns., CBWC Tahun
Nurain Olviana Hasan, S.Kep., Ns Perawat Honor
9. Profesi Ners 4 tahun BTCLS - - -
Pelaksana
49
Dwi Al Aftikah Pratiwi, S.Kep., Perawat Profesi Ners Honor
10. 3 tahun BTCLS - CBWCN -
Ns., CBWCN Pelaksana
Selviyanti M. Djua, S.Kep., Ns Perawat Profesi Ners Honor
11. 3 tahun BTCLS BTCLS - -
Pelaksana
Rahmat Djubu, A.Md. Kep Perawat D-III II/D Pelatihan
12. 2,5 BTCLS - CBWC
Pelaksana Keperawatan Onkologi
tahun
Moh. Budi Herdiyanto Tanaim, Perawat Profesi Ners Honor BTCLS,
13. 4 tahun Pelatihan
S.Kep., Ns Pelaksana Pelatihan - -
Onkologi
Onkologi
Ilyas Saleh, S.Kep., Ns Perawat Profesi Ners Honor
14. 2,5 - ACLS - -
Pelaksana
tahun
50
c. Karakteristik Tenaga di Ruangan Inap Bedah
Spesifikasi
No. Pekerjaan Jumlah Persen
1 Perawat 14 60,87%
Dokter
2 Spesialis 5 21,73%
3 Dokter umum 1 4,35%
4 Gizi (nutrion) 1 4,35%
5 Administrasi 1 4,35%
6 Evakuasi 1 4 ,35%
Jumlah 23 100%
diruang inap bedah terdiri dari tenaga keperawatan 14 orang (60,87%), dokter
spesialis 5 orang (21,73 %), dokter umum 1 orang (4,35%), gizi (Nutrion) 1 orang
51
2) Karakteristik Ketenagaan Perawat berdasarkan tingkat Pendidikan
(Ners) 10 orang (71%) dan perawat vokasi (DIII- Keperawatan) 6 orang ( 29 %).
terdiri dari 55% tenaga profesional (Ners) dan 45% tenaga non profesional (vokasi).
Berdasarkan lama kerja di ruang Inap Bedah terdiri dari masa kerja <5 tahun
(64 %), 5 tahun-10 tahun (29 %) dan lebih dari 10 tahun (7 %).
52
4) Karakteristik tenaga keperawatan berdasarkan pelatihan yang pernah diikuti
4 BTCLS 3 21,4%
5 ACLS 1 7,1%
Total 14 100%
Berdasarkan tabel 3.4 terlihat bahwa pelatihan yang pernah di ikuti oleh tenaga
perawat di ruang rawat inap bedah yaitu perawat telah mendapatkan pelatihan
BTCLS, Perawatan Luka sebanyak 6 orang (43%) BTCLS dan onkologi sebanyak
2 orang (14,3 %) BTCLS sebanyak 3 orang (21,4 %) ACLS sebanyak 1 orang (7,1
53
1) Berdasarkan Metode Rasio
RSUD dr. Hasri Aiunun Habibie ber- Tipe C dengan jumlah tempat tidur di
Ruang bedah sebanyak 17 buah, dimana kelas 3 wanita berjumlah 6 buah, kelas 3
pria berjumlah 6 buah, kelas 2 berjumlah 2 buah dan kelas 1 berjumlah 6 buah.
Jadi kebutuhan tenaga 8-11 orang sedangkan jumlah perawat dalam ruangan
pada jumlah pasien dan derajat ketergantungan pasien. Menurut Douglas (1984
kategori.
54
Kualifikasi Pasien Jumlah Kebutuhan Tenaga
Pasien
Jumlah perawat yang dibutuhkan setiap hari : 2,7 + 1,5 +0,5= 4,7 atau 5 orang
Jadi, berdasarkan rumus Douglas jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas
per hari di ruang Inap Bedah berjumlah 5 orang ( di mana dinas pagi 2 orang, dinas sore
2 orang dan dinas malam 1 orang ) + 2 orang lepas dinas + 1 orang tenaga kepala
bertugas di dalam satu hari di mana ( dinas pagi 4 orang, dinas sore 3 orang dan dinas
a) Tentukan terlebih dahulu jam keperawatan yang dibutuhkan pasien per hari, yaitu :
55
1. Perawatan langsung
3)
3. Waktu penyuluhan
Rata-rata pasien per hari x 0.25 jam = 10 x 0.25 jam = 2,5 jam
b) Menentukan jumlah total jam keperawatan yang dibutuhkan per pasien perhari
sebagai berikut :
56
Jadi, jumlah tenaga dibutuhkan secara keseluruhan 5 + 1 = 6 orang
4) Depkes 2003
Berdasarkan :
57
e) Jam kerja efektif setiap perawat
Cara perhitungan :
32,5 = 4,06
2. Tanbahkan dengan factor koreksi hari libur/cuti/hari besar dan tugas-tugas non
keperawatan
279
14 + 1,12 x 25 = 3,78
100
Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan dalam ruangan menurut depkes tahun 2003
adalah 9 perawat.
RSUD. dr. Hasri Ainun Habibie sebagai badan layanan umum menerima dan
memberikan pelayanan bagi peserta asuransi kesehatan seperti BPJS dan jaminan
asuransi lainya serta melayani pasien umum. Dari hasil pengkajian pasien rawat inap
di Ruang inap Bedah dari bulan November-Januari 2022 didapatkan sebagai berikut :
58
1) Rekapitulasi kunjungan rawat inap di Ruang Inap Bedah
Bulan Total
No Urain
November Desember Januari
1 Total dirawat 91 97 99 287
2 Jumlah hari 370 397 386 1086
Rawat
3 Pasien keluar 75 101 93 257
4 Mati 1 1 0 2
a. BOR Pasien
Desember dan Januari di RSUD dr. Hasri Ainun Habibie Ruang Inap Bedah
rawat
1 November 370 17 72 %
2 Desember 397 17 76 %
3 Januari 386 17 73 %
Total 1153 17 74 %
dan pada bulan Januari sebanyak 99 pasien. Adapun jumlah tempat tidur 17
59
TT. Periode = 3 bulan sehingga :
Januari 2022 BOR yang didapatkan adalah 74 % dan menurut (Depkes, 2011)
ideal untuk BOR adalah 60-80 %. Dengan kategori jika 85% kemungkinan
tempat tidur yang tinggi, sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk BOR 3
ideal.
60
Depkes RI (2015) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini
dijadikan hal yang perlu pengamatan lebih lanjut, secara umum nilai ALOS yang
Jumlah lama rawat di Ruang Inap bedah sejak 3 bulan terakhir adalah :
1. November : 91 pasien
2. Desember : 97 pasien
3. Januari : 99 pasien
61
Sehingga dapat di simpulkan untuk periode November 2021-Januari 2022
rata lamanya pasien dirawat di ruang Inap Bedah adalah selama 4,01 hari atau 4 hari
Perawatan.
TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak
ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran
tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi
Jadi tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur dalam 3 bulan terakhir di ruang Inap
BTO menurut depkes (2005) adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu
periode, beberapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu, idealnya
62
Sedangkan jumlah pasien sejak 3 bulan terakhir adalah :
a. November : 91 pasien
b. Desember : 97 pasien
c. Januari : 99 pasien
frekuensi pemakaian tempat tidur di ruang Inap Bedah adalah 5,62 kali atau 6 kali
ruangan inap bedah RSUD dr.H Hasri Ainun Habibie sudah mencukupi, tetapi belum
semua perawat yang mengikuti pelatihan perawatan luka hal ini disebabkan karena
perawat tersebut merupakan pindahan dari ruangan lain. Hal ini sesuai dengan
perhitungan tenaga menggunakan metode rasio, bahwa seharusnya jumlah tenaga yang
dibutuhkan yaitu 8-11 perawat sedangkan jumlah perawat dalam ruangan sejumlah 14
63
perawat termasuk kepala ruangan, 8 orang yang sudah mengikuti pelatihan luka, dan 6
orang yang belum mengikuti pelatihan perawatan luka, Sehingga tidak perlu adanya
dari 14 perawat yang ada didapatkan semua perawat (100%) mengatakan puas terkait
ketenangaan di ruang inap bedah seperti mekanisme pembagian tugas (100%), kinerja
PP di ruangan (100%).
Analisis SWOT untuk menganalisa kondisi internal dan eksternal Rumah Sakit yang
dan peluang yang secara bersamaan dan meminimalkankelemahan dan ancaman. Hal
64
Tabel 3.26 Analisis SWOT
BOBOT
ANALISA SWOT BOBOT RATING X HASIL
RATING
INTERNAL FAKTOR (IFAS)
Strength (Kekuatan)
1) Tenaga perawat terpenuhi 1 4 4
2) Perawat paham dengan tugas dan fungsinya. 0,8 3 2,4
3) Masa kerja perawat lebih dari > 1 tahun 0,7 2 1.4 11,4 – 1,2 = 10,2
4) Tenaga perawat di ruangan rawat inap bedah sudah mengikuti 0,8 3 2,4
pelatihan BTCLS
5) Tingkat pendidikan perawat lebih banyak S1 ners 0,6 2 1,2
Weakness (Kelemahan)
1) masih terdapat beberapa perawat yang belum mengikuti 0,6 2 1,2
pelatihan perawatan luka
EKSTERNAL FAKTOR (EFAS)
Opportunity (Peluang)
1) Kesempatan melanjutkan studi kejenjang yang lebih 0,6 2 1,2
tinggi
2) Adanya mahasiswa S1 Keperawatan yang praktik di bagian 0,8 3 2,4 3,6 – 1,2 = 2,4
manajemenkeperawatan
Treathened (Ancaman) 0,6 2 1,2
1) persaiangan antara rumah sakit yang semakin kuat di bagian
SDM
65
2) M2 (Material) : Sarana dan Prasarana
a. Lokasi
Bedah Lokasi bangunan rawat inap Ruangan Bedah terletak pada lokasi yang
tenang, aman dan nyaman, namun masih belum memiliki kemudahan aksesbilitas
didapatkan hasil bahwa lokasi Ruangan Bedah masih berada jauh dari beberapa
ataupun ruangan terkait lainnya. Ruangan Bedah berada dekat dengan ruangan
66
Denah Ruangan Inap Bedah
B. Fasilitas
Tabel 3.8 Daftar fasilitas pasien untuk pasien di Bedah RSUD dr. Hj. Hasri
Ainun Habibie Provinsi Gorontalo
No. Nama Barang Jumlah Kondisi Ideal Usulan
1 Tempat tidur 17 buah Baik 1:1 -
2 Bed Side Kabinet 16 buah Baik 1:1 Menambah 1
meja pasien
3 AC Central 3 buah Baik 1:1 -
4 AC Ruangan 6 buah Baik 1:1
5 Kursi Roda 1 buah Baik 1/Bangsal -
6 Branchart - - - -
8 Tempat sampah 2 buah Baik - -
Medis
9 Tempat sampah 2 buah Baik - -
non medis
67
10 Tempat sampah biasa 2 buah Baik - -
lainnya
rusak.
Sumber : Data Primer 2022
Kesimpulannya:
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 07 februari 2022 didapatkan
hasil bahwa Untuk fasilitas bagi pasien di Ruangan Bedah berupa tempat tidur, kursi
roda, tempat sampah medis sudah memadai, namun terdapat 2 kamar mandi pasien
yang belum diperbaiki karena akses menuju kekamar mandi yang lumayan jauh yang
beresiko pada pasien, dan biasanya pasien mengantri untuk memakai kamar mandi.
68
1. Fasilitas untuk Petugas Kesehatan
Ruang Bedah
2020, Persyaratan peralatan yang ada pada Ruang Rawat Inap yang ada di
Tabel 3.9 Daftar alat kesehatan yang ada pada Ruangan Bedah di Rumah Sakit
dr. Hj. Ainun Habibie Provinsi Gorontalo Tipe C
69
Nebulizer - Perlu untuk
7 - 1/ruangan diajukan
Kesimpulannya:
februari 2022 didapatkan hasil bahwa Alat kesehatan yang ada di Ruangan Bedah
70
sudah memadai. Namun ada beberapa alat kesehatan di Ruangan Bedah yang perlu di
adakan seperti, dan oksigen transport, telepon ruangan, tabung suction, nebulizer,
handrub disetiap spot sebelum masuk ruangan dan melengkapi set bedah mayor dan
februari 2022, Obat-obatan dan bahan habis pakai tersedia di dalam lemari dan juga meja
troli dan dipakai jika perawat memerlukannya, bahan habis pakai terdiri dari masker,
handscoen, kasa roll, alcohol, hypafix, Handscrub, sedangkan, Dextrose infus 5%,
Glukosa 10%, Otsu-D10 10%, KA-EN 3B, Ringer Lactate, Otsu-Salin 3 dan yang ada
dalam troli emergency ada beberapa obat-obatan pantoprazole sodium inj, ketorolac,
santagesik, ranitidine, tranexamid Acid, epinephrine, Syringe 1 cc, Syringe 5 cc, Syringe
71
dokter dan
perawat
8. Catatan perkembangan pasien Ada -
9. Resume keperawatan Ada -
10. Formulir catatan pengobatan Ada -
11. Formulir medis lengkap Ada -
12. Formulir laboratorium Ada -
13. Formulir rongent Ada -
14. Formulir permintaan darah Ada -
15. Formulir keterangan kematian Ada -
16. Formulir lembar resep Ada -
17. Formulir konsul Ada -
18 Formulir register pasien Ada -
Sumber :Data Primer 2022
februari 2022 didapatkan hasil bahwa Alat Pencatatan dan pelaporan di Ruang Bedah
sudah memiliki banyak fasilitas alat pencatatan dan pelaporan, namun berdasarkan
hasil observasi masih ada beberapa sarana penunjang yang diperlukan seperti buku
Sarana dan prasarana Ruang Bedah di Rumah Sakit dr. Hj. Hasri Ainun Habibie
ruangan IBS. Jarak antara Bedah dan ruangan Instalasi Gawat Darurat (UGD),
Laboratorium dan Radiologi agak sedikit jauh. Standar dan prasarana di Ruang Bedah
memiliki 3 ruangan yang terdiri dari 1 ruangan pasien kelas III Pria, 1 ruangan pasien
72
kelas III Wanita, dan 1 ruangan Kelas II dan 3 ruangan kelas I.
Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat yang ada di ruangan yang dilakukan
pada tanggal 7 s/d 8 februari 2022 didapatkan hasil bahwa mereka mengatakan perlu
ada perbaikan di beberapa tempat yang ada di ruangan, hal ini ditunjang dengan hasil
kuesioner yang telah diolah, dimana dari 14 perawat 7 perawat (50%) diantaranya
mengatakan ya, dan 7 lainnya (50%) mengatakan tidak,, 8 perawat (57%) yang
menjawab fasilitas diruangan sudah lengkap untuk perawatan pasien, 9 perawat (64%)
selanjutnya dari 14 perawat 7 perawat (50%) yang menjawab jumlah alat yang tersedia
sudah sesuai rasio pasien dan 7 lainnya (50%) mengatakan jumlah alat yang tersedia
belum sesuai rasio pasien, 14 perawat (100%) yang menjawab semua perawat sudah
menjawab persediaan alat habis pakai selalu tersedia sesuai kebutuhan dengan
Masalah M2 (Material) :
namun beberapa sarana dan akses seperti kamar kecil untuk pasien beberapa harus
73
3.11. ANALISA SWOT
BOBOT
ANALISA SWOT BOBOT RATING X HASIL
RATING
INTERNAL FAKTOR (IFAS)
Strength (Kekuatan)
1) Mampu menggunakan alat sesuai dengan SOP 0,9 4 3,6
2) terdapat administrasi penunjang seperti buku visite, 0,7 3 2,1
SOP.
3) selalu tersedia alat abis pakai yang dibutuhkan pasien 1,0 4 4,0
Weakness (Kelemahan)
1) beberapa fasilitas perlu diperbaiki, dilengkapi dan 0,5 2 1,0
diadakan (seperti wc pasien, dan jendela disetiap
bangsal pasien, telepon ruangan dan juga melengkapi S-W:
set bedah mayor minor dan heacting set) 9,7 – 4,3 = 5,4
2) beberapa ruangan belum tersedia handrub disetiap 0,7 3 2,1
pintu masuk ruangan pasien.
3) Akses menuju kekamar mandi pasien lumayan jauh 0,6 2 1,2
antara bangsal dan kamar mandi
EKSTERNAL FAKTOR (EFAS)
Opportunity (Peluang)
1) Adanya pengadaan/ perbaikan sarana dan prasarana 0,7 3 2,1
yang rusak dari pengadaan barang
Treathened (Ancaman)
1) Adanya tuntutan yang tinggi dari pasien untuk O -T :
melengkapi sarana dan prasarana untuk menunjang 0,5 2 1,0 2,1 – 1,0 = 1,1
pemberian asuhan
74
3.) M3 (Method)
Jawaban
Total
Pernyataan Ya Presentase Tidak Presentase
(%)
Pengetahuan perawat 14 100 % 0 0%
mengenai model asuhan 100
keperawatan yang digunakan
diruangan saat ini
Pemahaman perawat mengenai 14 100 % 0 0%
model asuhan keperawatan
yang digunakansaat ini
Model asuhan keperawatan 14 100 % 0 0%
cocok digunakan diruangan
atau tidak
Kesesuaian model asuhan 14 100 % 0 0%
keperawatan yang digunakan
dengan visi misi ruangan
(100%) sudah mengetahui dan memahami model asuhan keperawatan yang digunakan
di ruangan saat ini yakni model SP2KP. Sebanyak 100 % perawat mengatakan model
asuhan keperawatan yang digunakan cocok dan sesuai dengan visi misi ruangan
75
Tabel 3.12 Efektifitas dan Efisiensi Model Asuhan Keperawatan
Jawaban Total
(%)
Pernyataan Ya Persentase Tidak Persentase
Tabel diatas menunjukkan dari 14 perawat diketahui bahwa ada sebanyak 100%
semakin pendek, dengan jumlah rata-rata hari rawat inap pasien kurang lebih 7 hari.
pasien terhadap ruangan. Ada 36% yang mengatakan model SP2KP memberikan beban
76
kerja berat bagi perawat, sedangkan sebanyak 64% yang mengatakan tidak memberikan
beban kerja berat bagi perawat. Ada sebanyak 100 % perawat yang mengatakan
perawat mengatakan model SP2KP mendapat banyak kritikan dari pasien diruangan,dan
Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 14 orang perawat ada sebanyak 100%
perawat yang mengatakan telah terlaksana komunikasi yang adekuat antara perawat
dan tim kesehatan lain. Sebanyak 100% perawat mengatakan kontinuitas rencana
77
Tabel 3.14 Tanggung Jawab dan Pembagian Tugas
Jawaban
Pernyataan
Ya Presentase Tidak Presentase Total
(%)
Job Description perawat 14 100% 0 0%
100
selama ini sudah jelas
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 14 orang perawat ada sebanyak 100%
Dan semua perawat mengatakan tugas-tugasnya sudah sesuai dengan model asuhan
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di ruang Inap Bedah RSUD dr.Hj.
Hasri Ainun Habibie pada tanggal 7-8 Februari 2022 didapatkan bahwa metode asuhan
dan 2 tim pelaksana pelayanan dimana masing-masing tim dipimpin oleh 1 orang
ketua tim. Tim 1 terdiri dari 5 orang perawat pelaksana, dan tim 2 terdiri dari 6 orang
perawat pelaksana. Selain itu, di ruangan sudah terjalin kerjasama yang baik antara
ketua tim dan anggota tim (perawat pelaksana) serta antara sesama ketua tim dalam
78
hal memberikan pelayanan keperawatan pada pasien. Selain itu, di ruangan ini juga
sudah ada pembagian perawat shift pagi, shift sore, dan shift malam.
Hal ini juga diperkuat dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan kepala
sebagai ketua tim maupun sebagai perawat pelaksana di masing-masing shift baik pagi,
Jawaban
Pernyataan
Ya Presentase Tidak Presentase Total
(%)
Pelaksanaan timbang terima 14 100% 0 0%
dilaksanakan tepat waktu
Timbang terima dihadiri oleh 14 100% 0 0%
semua perawat yang
Berkepentingan
Perawat mengetahui persiapan 14 100 % 0 0%
dalam pelaksanaan 100
operan/timbang terima
Perawat mengetahui hal-hal 14 100 % 0 0%
yang harus dilaporkan pada
79
kegiatan timbang terima
Ada buku khusus untuk 14 100% 0 0%
mencatat hasil laporan timbang
Terima
Ada kesulitan dalam 3 21% 11 79%
mendokumentasikan laporan
timbang terima
Ada interaksi antara perawat 12 86% 2 14%
dengan pasien saat timbang
Terima
Perawat tahu mengenai 14 100% 0 0%
persetujuan tertulis saat
penerimaan timbang terima
Perawat di evaluasi 14 100% 0 0%
Kesiapannya oleh kepala ruanga
sebelum timbang terima
a) Sebanyak 100% perawat mengatakan timbang terima telah dilaksanakan tepat waktu,
b) Sebanyak 100% perawat mengatakan timbang terimadihadiri oleh semua perawat yang
c) Semua perawat (100%) mengatakan mengetahui hal apa saja yang perludi persiapkan
d) Sebanyak 100% perawat mengatakan ada buku khusus untuk mencatat hasil laporan
80
timbang terima,sedangkan sebanyak 0% mengatakan sebaliknya.
f) Sebanyak 86 % mengatakan ada interaksi antara perawat dan pasien saat timbang
timbang terima.
h) Ada sebanyak 100% perawat yang mengatakan selalu dievaluasi kesiapannya oleh
kepala ruangan sebelum melakukan timbang terima dan yang mengatakan tidak
dievaluasi adasebanyak9%.
timbang terima di lakukan setiap hari sebanyak 3 kali, yakni setiap pergantian shift
(pagi, sore, malam). Kegiatan operan/ timbang terima ini didampingi oleh penanggung
jawab seperti ketua tim atau Leader. Sebagian besar perawat mengatakan pelaksanaan
dan pasien.
Hal ini sejalan dengan hasil observasi yang dilakukan pada 11 perawat shift pagi,
sore, dan malam di Ruang Inap Bedah RSUD. dr. Hj. Hasri Ainun Habibie pada
Prosedur pelaksanaan timbang terima yang ada dirumah sakit. Fokus pelaporan
timbang terima yang dilakukan oleh perawat diruangan menyebutkan nama pasien,
81
tanggal masuk RS, lama rawatan, keluhan pasien, obat dan intervensi yang telah
diberikan, pada rencana terapi dan rencana pemeriksaan penunjang yang akan
dilakukan pada pasien. Pada operan shift pagi dihadiri oleh kepala ruangan, ketua tim
dan perawat yang bertugas. Tetapi untuk operan shift sore dan malam hanya dihadiri
oleh perawat yang bertugas saja. Pelaksanaan operan shift dilakukan di ruang perawat
dan ruang pasien dan dilakukan 15 menit-30menit dari jam sebelum pergantian dinas.
Berdasarkan teori yang disampaikan oleh (Nursalam 2017) hal-hal yang perlu
Dari penjelasan diatas terlihat bahwa terdapat kesesuaian antara teori dan
82
c. M3-3 Ronde Keperawatan
Tabel 3.16 Ronde Keperawatan
Jawaban Total
Pernyataan
Ya Presentase Tidak Presentase (%)
Ruangan mendukung adanya
14 100% 0 0% 100
kegiatan ronde keperawatan
Perawat mengerti tentang
12 86% 2 14% 100
ronde keperawatan
Pelaksanaan ronde
12 86% 2 14% 100
keperawatan diruangan sudah
Optimal
Keluarga pasien mengerti
8 57% 6 43% 100
tentang adanya ronde
keparawatan
Apakah tim dalam
8 57% 6 43% 100
pelaksanaan kegiatan ronde
keperawatan telah dibentuk
Tim yang dibentuk telah
mampu melaksanakan
8 57% 6 43% 100
kegiatan ronde dengan optimal
mengetahui dan memahami pelaksanaan ronde keperawatan dan sebanyak 14% belum
ruangan sebanyak 86% perawat mengatakan sudah optimal, dan 14% mengatakan
belum optimal. Ronde keperawatan diruangan tidak dilakukan rutin setiap bulan, ronde
83
keperawatan akan dilakukan jika ada pasien yang perlu dilakukan ronde keperawatan.
Ada 57% perawat mengatakan bahwa keluarga pasien mengerti tentang adanya ronde
tim dalam pelaksanaan kegiatan ronde keperawatan telah dibentuk, dan sebanyak 43%
mengatakan sebaliknya. Sebanyak 57% perawat mengatakan tim yang dibentuk telah
mampu melaksanakan kegiatan ronde dengan optimal dan 18% lainnya mengatakan
sebaliknya.
ruangan tidak dilakukan rutin setiap bulan, ronde keperawatanakan dilakukan jika ada
pasien yang perlu dilakukan ronde keperawatan. Namun jika ada pasien yang
melibatkan Pasien langsung dalam pelaksanaan ronde dengan tujuan agar dengan
pasien yang dilaksanakan oleh perawat disamping melibatkan pasien untuk membahas
dan melaksanakan asuhan keperawatan. Pada kasus tertentu harus dilakukan oleh
perawat primer atau konselor, kepala ruangan, dan perawat assosiate yang perlu juga
84
Menurut Nursalam (2017) Karakteristik ronde antara lain:
Berdasarkan data diatas dengan didukung oleh teori tidak terdapat masalah
Jawaban Total
Pernyataan
Ya Presentase Tidak Presentase (%)
Perawa mengetahui
tentang sentralisasi obat 14 100% 0 0% 100
85
Perawat pernah diberi
wewenang dalam urusan 0 0% 14 100% 100
sentralisasi obat
Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 14 responden, sebanyak 100% perawat
mengetahui tentang sentralisasi obat. Sebanyak 100% perawat mengatakan tidak
terdapat sentralisasi obat di ruangan. Sebanyak 100% perawat mengatakan
sentralisasi obat yang ada sudah dilaksanakan secara optimal. Sebanyak 71% perawat
diruangan mengatakan perlu diadakan sentralisasi obat di ruangan dan sebanyak 29%
mengatakan sebaliknya. Sebanyak 100% perawat tidak pernah diberi wewenang
dalam urusan sentralisasi obat.
Dari tabel di atas menunjukan bahwa dari 14 responden sebanyak 57% yang
menyatakan ada format persetujuan sentralisasi obat, dan 53% mengatakan sebaliknya.
mengatakan obat yang diresepkan oleh dokter langsung diserahkan kekeluarga pasien,
menjelaskan terkait dosis dan penggunaan obat tersebut dalam pemantauan perawat.
86
Tabel 3.19 Cara Penyimpanan Obat
Pernyataan Jawaban Total (%)
Ya Presentase Tidak Presenta
se
Ruangan terdapat 0 0% 14 100% 100
ruangan khusus untuk
sentralisasi
obat
Sebelum memberikan 14 100% 0 0% 100
obat kepada pasien
perawat selalu
menginformasikan
jumlah kepemilikan
obat yang telah
digunakan
Perawat 14 100% 0 0%
memberikan
etiket dan alamat
pada obat-obat
pasien
obat kepada pasien perawat selalu menginformasikan jumlah kepemilikan obat yang
telah digunakan”. Dan untuk pernyataan yang ketiga dari 14 responden sebanyak
100% menyatakan “perawat memberi etiket dan alamat pada obat-obat pasien”. Dari
87
hasil wawancara didapatkan bahwa belum ada sarana dan prasarana yang memadai
menyatakan ada format tiap jenis obat sebelum Anda memberikan obat kepasien.
Dari hasil observasi dan wawancara diruang Inap Bedah pada 7 perawat bahwa semua
label ditempat penyimpanan atau setiap obat-obat pasien. Perawat sudah memisahkan
tempat pemisahan obat untuk obat injeksi dan hight alert. Berdasarkan hasil
wawancara kepada kepala ruangan dan dua orang perawat didapatkan alur penerimaan
88
obat yaitu dari dokter ke perawat, kemudian perawat ke keluarga, keluarga ke apotik,
untuk obat minum. Hal ini sudah sejalan dengan alur pelaksanaan sentralisasi obat
Dari hasil observasi dan wawancara dengan kepala ruangan dan 4 orang perawat
di dapatkan bahwa di ruang Inap Bedah tidak terdapat ruangan khusus untuk
optimal.
sentralisasi obat yang adadiruang Inap Bedah RSUD dr. Hj. Hasri Ainun Habibie.
d. M3-5: Supervisi
kemampuan pihak yang disupervisi agar rmereka dapat melaksanakan tugas kegiatan
dan asuhan keperawatan berjalan sesuai standar mutu yang ditetapkan. Supervisi tidak
diartikan sebagai pemeriksaan dan mencari kesalahan, tetapi lebih pada pengawasan
penghargaan pada pencapaian atau keberhasilan dan member jalan keluar pada hal-hal
yang belum terpenuhi. Untuk menjadi supervisor yang baik diperlukan kompetensi
89
3.21 Tabel Pengetahuan Perawat Terkait Pelaksanaan Supervisi Di Ruangan
Jawaban
Pernyataan Total (%)
Ya Presentase Tidak Presentase
Perawat mengerti
14 100% 0 0% 100
tentangsupervisi
Supervisi telah
14 100% 0 0% 100
dilakukan diruangan
Ada format baku 11 79% 3 21% 100
untuk supervise
setiap tindakan
Format supervise 11 79% 3 21% 100
sudah sesuai standar
keperawatan
Alat untuk supervisi 9 64% 5 36% 100
tersedia secara
lengkap
Hasil supervise 14 100% 0 0% 100
disampaikan kepada
perawat
Ada umpan balikdari 14 100% 0 0% 100
supervisor untuk
setiap tindakan
Ada follow up untuk 14 100% 0 0% 100
setiap hasil dari
supervise
90
Perawat 14 100% 0 0% 100
menginginkan
perubahan untuk
setiap tindakan
dengan hasil
perbaikan dari
supervise
Perawat pernah 4 28% 10 72% 100
mendapatkan
pelatihan dan
sosialisasi tentang
supervise
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa:
a) Sebanyak 100% perawat mengatakan mengerti tentang supervise dan 0% tidak.
c) 79% perawat mengatakan ada format untuk supervise setiap tindakan, dan 21%
mengatakan tidak.
d) 64% perawat mengatakan alat instrument untuk supervise sudah tersedia secara
f) Semua perawat (100%) mengatakan ada umpan balik dari supervisor untuk setiap
tindakan.
91
Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 8 Februari 2022, didapatkan bahwa
perawat mengerti tentang supervisi dan mempunyai format untuk supervise dan juga
kegiatan supervisi sudah diterapkan di Ruangan Inap Bedah yaitu dari kepala ruangan
ke katim dari katim ke PA. Berdasarkan data wawancara dari kepala ruagan dan 3
dilakukan oleh kepala ruangan ke katim, katim ke perawat pelaksana supervise telah
dilakukan 7x/bulan.
Jawaban
Pernyataan Total (%)
Ya Presentase Tidak Presentase
92
Dari table diatas dapat diketahui bahwa:
pasien baru)
c) 100% perawat mengatakan ada pembagian tugas tentang penerimaan pasien baru
dan ada 0% mengatakan tidak ada pembagian tugas tentang penerimaan pasien
baru
e) Semua perawat 100% mengatakan selesai melakukan penerimaan pasien baru ada
pendokumentasian.
perawat menunjukan kamar atau tempat tidur pasien, dan perawat bersama kariyawan
lain memindahkan pasien ketempat tidur (apabila pasien dating dengan brangkar atau
dibawah sbb:
93
ALUR PASIEN MASUK
94
Perawat sudah melakukan penerimaan pasien baru sesuai dengan penerimaan
pasien baru dari rumah sakit, sehingga tidak terdapat masalah penerimaan pasien baru.
f. M3-7:Discharge Planning
Table 3.23 Discharge Palnning
Jawaban
Pernyataan
Ya Presentasi Tidak Presentasi Total (%)
Perawat bersedia melakukan 14 100% 0 0% 100
Perencanaan pulang
melakukan perencanaan pulang, 64% perawat mengatakan sudah ada pembagian tugas
tentang perencanaan pulang dan 36% mengatakan tidak, 50% perawat menggunakan
bahasa Indonesia saat melakukan perencanaan pulang dan 50% mengatakan tidak,
95
100% perawat mengatakan bahasa yang digunakan dalam melakukan perencanaan
pulang tidak mengalami kesulitan untuk dipahami pasien dan 0% mengalami kesulitan
Dari hasil wawancara dilakukan pada tanggal 8 Februari 2022 didapatkan bahwa
Discharge Planning di Ruangan Inap Bedah sudah dilakukan namun hanya berupa
lisan dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang perilaku hidup sehat, pola
dengan penyakit klien dan patuh minum obat untuk mengurangi kekambuhan penyakit
Hasil observasi pada tanggal 8 Februari 2022 Discharge planning ini dilakukan
pada 2 pasien saat pasien akan pulang ke rumah, dimana perawat memberikan
pendidikan kesehatan namun tidak memberikan leaflet kepada pasien yang akan
pulang.
96
Format yang digunakan dapat
membantu perawat dalam melakukan 14 100% 0 0% 100
Pengkajian pada pasien
Perawat sudah melaksanakan
pendokumentasian dengan tepat 14 100% 0 0% 100
waktu
Model dokumentasi yang digunakan
5 36% 9 64% 100
Dapat menambah beban kerja perawat
Model dokumentasi yang digunakan
5 36% 9 64% 100
Ini menyita banyak waktu perawat
Responden juga sudah mengerti cara pengisian format dokumentasi dengan benar dan
dapat membantu perawat dalam melakukan pengkajian pada pasien. Sebanyak 100%
beban kerja dan 64% tidak mengatakan menambah beban kerja. 36% perawat
mengatakan model dokumentasi yang digunakan menyita banyak waktu perawat dan
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dari tanggal 07-08 Februari 2022
yang didapatkan Pendokumentasian yang berada di ruangan Inap Bedah adalah system
97
Assessment recommendation). Ruangan menggunakan SDKI, SLKI dan SIKI dalam
perkembangan pasien pada shift pagi dicatat oleh perawat shift sore dan begitupula
untuk perkembangan pasien pada shift sore didokumentasikan oleh perawat shift
malam.
98
14. Lembar temple hasil pemeriksaan penunjang
15. Formulir persetujuan pemberian informasi darah dan produk darah
16. Daftar keselamatan tranfusi
17. Lembar observasi pemberian tranfusi darah
18. Lembar tranfusi internal
19. Daftar tilik keselamatan operasi
20. Formulir pendaftaran pembedahan
21. Lembar laporan operasi
22. Persetujuan tindakan medis
23. Pengkajian pra operasi oleh dokter/perawat
24. Pemberian informasi
25. Evaluasi pra anasthesi
26. Pemberian pendidikan kesehatan pasien
27. Lembar persetujuan umum
pendokumentasian di ruang Inap Bedah RSUD dr. Hj. Hasri Ainun Habibie.
99
ANALISA SWOT
100
4) M4 (Money) Pembiayaan
atau tenaga kerja yang bertanggung jawab, keberhasilan pengelolaan dana sangat
Sumber pembiayaan ruangan perawatan bedah berasal dari rumah sakit dr. Hasri
berdasarkan golongan dan diberikan tunjangan beserta jasa, sedangkan untuk pegawai
honor daerah/ kontrak memperoleh gaji beserta jasa dari rumah sakit.
Untuk sistem pembayaran pasien dikelola oleh pihak rumah sakit, berdasarkan
jaminan yang digunakan oleh pasien antara lain : pasien BPJS/JKN biaya perawatannya
ditanggung oleh jaminan tersebut, mengikuti aturan yang telah ditetapkan dan batas
waktu pengurusan selama 3 hari, jika melewati batas yang ditentukan maka dihitung
sebagai pasien umum. Pasien umum seluruh biaya perawatannya ditanggung oleh
pasien dan keluarga. Biaya perawatan disesuaikan jaminan kelas yang ditentukan oleh
BPJS/JKN.
RSUD dr. Hasri Ainun Habibie, bahwa perencanaan anggaran untuk ruangan,
101
sarana dan prasarana. Adapun pembiayaan ruangan bedah yang terdiri atas : dana
operasional ruangan, alat kesehatan, fasilitas kesehatan bagi pasien, fasilitas bahan
habis pakai pasien diatur langsung oleh bidang keuangan, pelayanan, sarana dan
Sumber dana RS dari APBD Provinsi Gorontalo dan BLU. Adapun rincian
102
6. ASKEP
- Kelas 1 Rp. 25.000
- Kelas 2 Rp. 20.000
- Kelas 3/UGD Rp. 15.000
- Resus Rp. 35.000
- Isolasi Rp. 20.000
- ICU/PICU/NICU Rp. 100.000
7. ADMIN
- Kelas 1,2/Isolasi Rp. 10.000
- Kelas 3 Rp. 5.000
- ICU/PICU/NICU/Resus Rp. 20.000
8. AMBULANCE JENAZAH
- Dalam kota (Kab. Gorontalo) Rp. 100.000
- Luar kota (100.000) + KM Rp. 6.500
- O2/jam Rp. 15.000
9. GIZI
- Kelas 1 & 2 Rp. 15.000
- Kelas 3/Isolasi Rp. 10.000
- ICU/PICU/NICU/Resus Rp. 30.000
- Visum KLL Rp. 50.000
- OGT NICU Rp. 75.000
- TIN, TRANS 1,2 RJ UGD Rp. 60.000
- Kelas 3 Rp. 50.000
10. PERSALINAN
NORMAL
- Kelas 1 & 2 Rp. 1.250.000
- Kelas 3 Rp.1.000.000
PENYULIT
- Kelas 1 & 2 Rp. 1.500.000
- Kelas 3 Rp. 1.250.000
SC
- Kelas 1 & 2 Rp. 4.500.000
- Kelas 3 Rp. 4.000.000
KURTASE BIUS
- Kelas 1,2/UGD Rp. 2.500.000
- Kelas 3 Rp. 2.250.000
- Kelas 1,2/UGD Kuret Biasa Rp. 240.000
- Kelas 3 Kuret Biasa Rp. 190.000
103
ANALISA SWOT
BOBOT
ANALISA SWOT BOBOT RATING X HASIL
RATING
INTERNAL FAKTOR (IFAS)
Strength (Kekuatan)
1) Sumber dana berasaldari operasional pemerintah 0,8 3 2,4
2) Gaji pegawai sesuai dengan UMR 0,6 2 1,2
3) Sistem penggajian pegawai ruangan yang PNS 0,5 2 1
dibayarkan berdasarkan golongan dan diberikan
tunjangan beserta jasa, sedangkan untuk pegawai honor
daerah/ kontrak memperoleh gaji beserta jasa dari
rumah sakit. S-W = = 4,4
4) Manajemen pembayaran pegawai atau perawat 0,5 2 1 5,6-1,2
dibayarkan otomatis melalui rekening bank
Weakness (Kelemahan)
• Pengadaan alat kesehatan dan kebutuhan ruangan 0,6 2 1,2
memerlukan waktu beberapa bulan
EKSTERNAL FAKTOR (EFAS)
Opportunity (Peluang)
• Adanya insentif bulanan dapat meningkatkan motifasi 0,7 3 2,1
dan kinerja perawat
Treatment (Ancaman) O -T :
• Terkadang insentif dan jasa dari BPJS mengalami = 2,1-1 = 1,1
keterlambatan 0,5 2 1
104
5) M 5 : Mutu
depan dan terdekat dengan penderitaan, kesakitan, serta kesengsaraan yang dialami
pelayanan keperawatan, Rumah Sakit dr. Hj. Hasri Ainun Habibie Provinsi Gorontalo
peningkatan kualitas mutu pelayanan, sebagai acuan untuk kualitas pelayanan jasa
pemantauan dan pengendalian untuk memastikan kepuasan pasien dan kualitas mutu
layanan.
wawancara dan observasi, terkait dengan struktur, Proses dan Outcome. Indikator
penilaian ini bisa menjadi acuan untuk keberhasilan pelayanan jasa kesehatan di rumah
1) Patient safety
105
a. Sasaran I: Ketepatan identifikasi pasien
pasien) bukan hanya itu saja mereka juga selalu mengidentifikasi pasien sebelum
melihat SOP untuk identifikasi yang konsisten pada semua situasi dan lokasi
belum optimal sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Nursalam (2017) yang
106
b. Sasaran II : Peningkatan komunikasi yang efektif
dari 14 perawat 11 diantaranya sering menggunakan perintah lisan dan yang melalui
telepon ataupun hasil pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah,
dan 3 diantaranya mengatakan selalu menggunakan perintah lisan dan yang melalui
telepon ataupun hasil pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah.
dikonfirmasi oleh individu yang memberi perintah. Terkait penggunaan SOP dalam
verifikasi terhadap akurasi dari komunikasi lisan melalui telepon dari 14 perawat
1. Perintah lisan dan yang melalui telepon ataupun hasil pemeriksaan dituliskan
2. Perintah lisan dan melalui telepon atau hasil pemeriksaan secara lengkap
Pada ruangan Inap Bedah sudah terjalin komunikasi yang efektif antar petugas
107
medis. Komunikasi merupakan salah satu cara untuk meningkatkan keamanan pasien
dan membuat pasien nyaman karena perawat mengetahui keadaan pasien. Tujuan
komunikasi antar petugas medis harus tepat waktu, akurat, lengkap, tidak ambigu dan
dipahami penerima pesan, komunikasi efektif di rumah sakit. Ada dua jenis komunikasi
yang dapat dilakukan di RS yakni, SBAR dan TBaK. SBAR (Situation, Background,
Assesment dan Reccomendation) adalah komunikasi lisan pada saat serah terima
pasien dan pelaporan hasil kritis. Sedangkan TBaK (Tulis, Baca dan Konfirmasi)
adalah tehnik komunikasi lisan menggunakan telpon dengan menulis, membaca ulang
dan melakukan konfirmasi pesan yang diterima oleh penerima pesan. Prosedur tersebut
penting untuk jejak medis pengobatan pasien selama dirawat di RS sehingga tidak
Berdasarkan hasil kuesioner yang dibagikan di ruangan Inap Bedah didapatkan dari
108
pasien diberi label yang jelas dan disimpan dengan cara yang membatasi akses dari 14
Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukan oleh Nursalam (2015) Peningkatan
3. Elektrolit konsentrat tidak berada diunit pelayanan pasien kecuali jika dibutuhkan
secara klinis dan tindakan diambil untuk mencegah pemberian yang tidak sengaja
4. Elektrolit konsentrat yang disimpan di unit pelayanan pasien diberi label yang jelas
Petugas medis perlu waspada ketika menggunakan obat dengan high alert karena
obat tersebut berbahaya jika tidak tepat penggunaannya yang bisa menyebabkan
kecacatan bahkan kematian. Penempatan obat kategori high alert harus disimpan
didalam kotak yang diberi tanda dan dalam pemberiannya harus divalidasi oleh dua
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang ditanyakan di ruangan Inap Bedah
pendekatan/SOP untuk memastikan tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien
operasi. Terkait pemberian suatu tanda oleh perawat untuk mengidentifikasi lokasi
109
operasi dan melibatkan pasien dalam proses penandaan/pemberian tanda dari 14
pasien dalam proses penandaan/pemberian tanda operasi, Dan juga dari 14 perawat
pre operasi agar tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien serta menyediakan semua
dokumen serta peralatan yang diperlukan dengan benar dan tepat,. Terkait
pembedahan.
Menurut (Nursalam, 2015) Kepastian Ketepatan Lokasi, tepat prosedur, tepat pasien
operasi yakni :
1. Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang segera dikenal untuk identifikasi lokasi
2. Rumah sakit menggunakan suatu ceklis atau proses lain untuk melakukakn
verifikasi praoperasi tepat lokasi, tepat prosedur dan tepat pasien dan semua
operasi).
Berdasarkan hasil kuesioner yang dibagikan di ruangan Inap Bedah didapatkan dari
110
sudah diterima secara umum (WHO Patient Safety) dan 12 lainnya mengatakan selalu
menerapkan hand hygiene terbaru yang sudah diterima secara umum (WHO Patient
Safety), terkait penerapan program hand hygiene yang efektif dari 14 perawat semuanya
mengatakan sering menerapkan hand hygiene yang efektif, Dan dari 14 perawat juga
1. Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene terbaru yang
baru baru ini diterbitkan dan sudah diterima secara umum (antar lain dari WHO
Patient Safety)
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dibagikan di ruangan Inap Bedah
jatuh pada saat pasien memasuki ruang perawatan dan 5 diantaranya mengatakan selalu
mengidentifikasi resiko jatuh pada saat pasien memasuki ruang perawatan. Dari 14
mengurangi risiko jatuh bagi mereka yang pada hasil asesmennya dianggap beresiko,
111
risiko jatuh bagi mereka yang pada hasil asesmennya dianggap beresiko. Terkait
pengurangan cedera akibat jatuh maupun dampak yang berkaitan secara tidak sengaja
Dari 14 perawat 1 diantaranya mengatakan sering melihat SOP tentang resiko pasien
jatuh, dan 13 diantaranya mengatakan selalu melihat SOP tentang resiko pasien jatuh.
dengan:
1. Rumah sakit menerapkan proses assessment awal resiko pasien jatuh dan melakukan
pengkajian ulang terhadap pasien bila diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau
pengobatan.
2. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi resiko jatuh bagi mereka yang pada
1. Tidak beresiko
2. Resiko rendah
3. Resiko tinggi
Untuk mengurangi resiko jatuh rumah sakit biasanya melakukan penilaian pasien
112
sejak awal dengan menggunakan 2 jenis formulir humpty dumpty (untuk pasien anak)
dan formulir morse fall scale (untuk pasien dewasa). Selain itu untuk menangani pasien
dengan resiko jatuh tinggi ruangan perawatan dapat menandai dengan warna gelang
kuning, memasang tanda yang ditempel di pintu masuk kamar dan ranjang,
memposisikan ranjang di posisi rendah, memasang hand rel, menjaga penerangan, serta
yang digunakan dirumah sakit. Ruang Inap Bedah menerapkan upaya penjaminan
mutu perawatan pasien, dimana terdapat beberapa aspek penting terdapat didalamnya,
yaitu :
Pemberian obat kepada pasien merupakan salah satu tanggung jawab yang
diperantarai oleh perawat, kejadian kesalahan pemberian obat dapat dilihat apakah
perawat salah pasien, salah nama, salah waktu, salah cara, salah dosis, salah obat, salah
dilaksanakan.
Berdasarkan hasil wawancara tidak ada laporan terkait kesalahan dalam pemberian
obat. Dan berdasarkan hasil observasi, terpantau selama 2 hari tanggal 7 Februari s/d 8
Februari 2022, tidak ditemukan adanya kejadian kesalahan dalam pemberian obat,
(0%). Biasanya untuk kejadian kesalahan dalam pemberian obat, paling rentan terjadi
adalah salah dalam waktu pemberian, dimana, obat yang harus diberikan, tidak
diberikan sesuai waktu yang telah ditetapkan, oleh dokter, terjadi kurang beberapa
113
menit atau lewat dari waktu pemberian, dikarenakan ketersediaan obat diruangan, dan
Kejadian dekubitus merupakan masalah serius yang sering terjadi pada pasien
yang mengalai gangguan mobilitas, seperti pasien stroke, cedera tulang belakang/
degeneratif. adanya dekubitus yang tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan
masa perawatan pasien menjadi panjang dan peningkatan biaya rumah sakit. Oleh
karena itu, perawat perlu memahami secara komprehenShift tentang dekubitus agar
dapat memberikan pencegahan dan intervensi keperawatan yang tepat untuk pasien
berisiko.
Berdasarkan hasil observasi di Ruang Bedah Rumah Sakit dr. Hj. Hasri Ainun
Habibie Provinsi Gorontalo, didapatkan bahwa tidak ada kejadian dekubitus selama
Flebitis merupakan peradangan akut lapisan internal vena yang ditandai dengan
rasa sakit dan nyeri disepanjang vena, kemerahan, bengkak dan hangat, serta dapat
dirasakan disekitar daerah penusukan. Flebitis adalah komplikasi yang sering dikaitkan
Berdasarkan hasil observasi Di Ruang Bedah Rumah Sakit dr. Hj. Hasri Ainun
Habibie Provinsi Gorontalo sejak 7 Februari – 8 Februari 2022 didapatkan bahwa ada
sebanyak 2 orang mengalami kejadian phlebitis. Hal ini berhubungan langsung dengan
114
aktivitas pasien yang terlalu banyak bergerak di tempat tidur sampai menyebabkan rasa
4. Kepuasan
Survey kepuasan harus mempertimbangkan aspek apa saja yang dinilai pasien.
Kepuasan menjadi acuan yang penting dari pelayanan jasa kesehatan Rumah Sakit.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi pada 7 pasien yang dirawat di Ruang
Bedah Rumah Sakit dr. Hj. Hasri Ainun Habibie Provinsi Gorontalo sejak 7 Februari
rawat inap bedah baik sehingga semua pasien mengatakan puas dengan pelayanan yang
diberikan seperti perawat cepat tanggap, komunikasi antara pasien dan perawat itu
baik.
5. Perawatan Diri
Kemampuan perawatan diri menjadi acuan untuk kualitas pelayanan rumah sakit.
Mandiri berarti pasien mampu melakukan aktivitas tanpa bantuan dari siapapun.
perawatan mandiri.
perawatan diri pasien seperti makan, BAK/BAB, mengenakan pakaian, pergi ke toilet,
Dari hasil wawancara dan observasi di Ruang Bedah Rumah Sakit dr. Hj. Hasri
Februari – 8 Februari 2022 dari total 7 pasien yang dirawat 6 pasien mempunyai
115
kemandirian dalam melakukan aktivitas terutama kebutuhan BAK/BAB sedangkan
6. Kenyamanan
pasien yang dirawat mengalami perubahan fungsi dan perubahan peran terlebih di
Ruangan Rawat Inap Bedah, dimana pasien sangat rentan mengalami stres
hospitalisasi.
Dari hasil wawancara dan observasi, di Ruang Bedah Rumah Sakit dr. Hj. Hasri
sejak tanggal 7 Februari – 8 Februari 2022, didapatkan hasil bahwa dari total 7 pasien
yang dirawat mengatakan bahwa pasien merasa nyaman dengan pelayanan yang ada
dirumah sakit seperti lingkungan pasien yang bersih dan nyaman serta perawat yang
7. Kecemasan
Kecemasan merupakan reaksi pertama yang muncul dirasakan oleh pasien dan
keluarganya disaat pasien harus dirawat mendadak atau tanpa terencana begitu mulai
masuk rumah sakit. Kecemasan akan terus menyertai pasien dan keluarganya dalam
mempunyai kekuatan tersendiri dan sulit untuk di observasi secara langsung. Perawat
116
Berdasarkan wawancara dan observasi yang dilakukan pada pasien sejak tanggal
7 Februari – 8 Februari 2022 didapatkan bahwa hasil dari total 7 pasien yang dirawat
memiliki tingkat kecemasan yang cukup sedang, dimana kecemasan yang dirasakan
seperti khawatir akan kesembuhan luka yang dialaminya serta kondisi yang akan
terjadi selanjutnya.
8. Pengetahuan
Menurut Notoadmodjo (2003) pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi
setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Jadi pengetahuan
ini diperoleh dari aktivitas panca indera yaitu penglihatan, penciuman, peraba, dan
indera perasa. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga.
tindakan seseorang.
tentang kondisi kesehatannya/ penyakit yang dideritanya, serta hal apa yang bisa dan
tidak dilakukan selama sakit dan penyebab dari sakit yang diderita, dari hasil
wawancara dan observasi pada perawat dan pasien selama 7 Februari – 8 Februari
2022 total 7 pasien yang dirawat di Ruang Inap Bedah RS dr. Hj. Hasri Ainun Habibie
didapatkan bahwa semua pasien yang di rawat diruangan tersebut mengetahui tentang
117
ANALISA DATA
5. M5. Mutu
a. Internal faktor (IFAS)
Strengh (Kekuatan)
0.8 3 2.4
1. kepuasaan pasien terhadap
pelayanan dirumah sakit
2. tidak ada kejadian jatuh pada tiga
0.5 2 1
bulan terakhir
0.8 3 2.4
3. tidak ada kesalahan pemberian
obat dalam tiga bulan terakhir S-W
4. tidak ada kejadian infeksi dalam
0.8 3 2.4 9.4-0.8= 8.6
tiga bulan terakhir
0.6 2 1.2
5. tidak ada kejadian dekubitus
dalam tiga bulan terakhir
118
Weakness (Kelemahan)
1. makin tingginya kesadaran
0.4 1 0.4
masyarakat akan pentingnya
kesehatan
2. banyaknya kejadian flebitis 0.4 1 0.4
dalam tiga bulan terakhir
b. Eksternal faktor (EFAS)
O-T
Opportunity (Peluang)
1. pemberian tindakan dilakukan 0.8 3 2.4 4.8-0.8= 4
sesuai dengan SOP
2. bantuan pengadaan fasilitas oleh
0.8 3 2.4
rumah sakit
Treathened (Ancaman)
1. persaingan rumah sakit dalam
0.4 1 0.4
memberikan pelayanan
2. adanya peningkatan standar
masyarakat yang harus dipenuhi 0.4 1 0.4
119
Perumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan tentang situasi ruangan Ruang Inap Bedah didapatkan
masalah kepemimpinan dan manajemen keperawatan di Ruang Inap Bedah RSUD dr.
1. Belum adanya struktur organisasi terbaru yang terpajang di ruang Inap Bedah
120
Tabel 3.14 Masalah Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan
2. 5 5 3 4 3 900 1
Sarana dan prasarana yang belum memadai
121
3.1.1. POA (Planning Of Action)
Waktu Pelaksanaan
No. Masalah Uraian Kegiatan Tujuan Sasaran Dana PJ
Tgl/Hari Pukul
1 Belum adanya Pengadaan struktur Sebagai sarana Kepala - Jumat, 09:30 Helda Cristiana
struktur organisasi terbaru untuk informasi Ruangan dan 18 WITA Tomasong
organisasi terbaru struktur organisasi Tim Februari
yang terpajang di di ruang Inap Manajemen 2022
ruang Inap Bedah Rumah Sakit
Bedah
2. Sarana dan Pengajuan telaah Untuk melengkapi Kepala - Selasa, 14 09:30 1) Desiana Pratiwi
prasarana yang kebutuhan ruangan sarana dan prasarana Ruangan dan Februari WITA Hantulu
belum memadai kepada kepala yang ada di ruangan Tim 2022 2) Jihan Adhalin
ruangan dan serta menunjang Manajemen Harun
manajemen rumah pelayanan di ruang Rumah Sakit
sakit terkait inap bedah
pengadaan dan
pembenahan kamar
mandi dan sumber
pencahayaan
ruangan (jendela),
dan prasarana
pelengkap seperti
122
handrub disetiap
bangsal pasien,
telepon ruangan,
oksigen transport dan
tabung suction
Pelaksanaan Pemberian format Agar pelaksanaan Kepala - Rabu, 16 07.30 1) Fadlin Rimpansa
3 timbang terima timbang terima dan timbang terima di ruangan, Februari WITA 2) Sri Pebrianika I.
. yang belum optimal role play timbang ruang inap bedah Katim, PP 2022 Nggilu
terima dapat optimal
4. Pengajuan Agar memudahkan Kepala - Selasa, 14 09:00 1) Fatma Bakari
Tidak adanya
pengadaan pendistribusian ke ruangan, dan Februari WITA 2) Fitri Yanti Husain
ruangan sentralisasi
sentralisasi obat di obat pasien Tim 2022
obat
ruang rawat inap Manajemen
bedah Rumah Sakit
5. Masih banyaknya Pemantauan Agar dapat Kepala - Senin, 14 1) Faturrozi
kejadian flebitis berkala area IV line menurun tingkat ruangan, Februari 2) Nistain Kune
dalam tiga bulan pada pasien di flebitis yang Katim, PP 2022
terakhir ruang rawat inap terjadi di ruang sampai
rawat inap bedah Sabtu, 19
Februari
2022
123
Kuadran II
6 Kuadran I
AGRESIF
PROGRESIF
5 M5 =( 8,6 ; 4,0 )
3 M1 =( 10,2 ; 2,4)
2 M2 =( 5,4 ; 1,1 )
M3 =( 8,4 ; 0,9
1 )
-10 -9 -8 -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
M4 =( 4,4 ; 1,1 )
KESIMPULAN:
Hasil pengkajian menunjukan bahwa posisi M1, M2, M2, M3, M4, M5 berada di area Agresif, dimana elemen
kekuatan dan peluang cukup tinggi, sehingga rekomendasi strategi yang diberikan pada kondisi ini adalah
124
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Hamzah, & Mulyono. (2013). Faktor yang Berhubungan dengan Kinerja
Perawat di Rumah Sakit Tingkat III. Jurnal AKK, I(2), 18-26.
Dyah, R. (2019). Motif Perawat Sebagai Profesi dan Pelaku Komunikasi Terapeutik.
Bandung.
Kron, T., & Gray, A. (2014). Program Evaluasi Model Praktek Keperawatan
Profesional. Jurnal Keperawatan Indonesia, II.
125
Keperawatan. Jakarta: EGC.
Marquis, B.L. (2010). Peran dan Manajemen Kepemimpinan Fungsi Dalam Teori Dan
Aplikasi Keperawatan. Jurnal Keperawatan Indonesia,II.
Mulyono, M., Hamzah, A., & Abdullah, A. (2013). Faktor yang Berpengaruh Terhadap
Kinerja Perawat di Rumah Sakit Tingkat III. Jurnal AKK, 2(1).
Potter & Patricia. (2015). Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Edisi 4. Jakarta: EGC.
126