Anda di halaman 1dari 126

LAPORAN MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANG INAP BEDAH

RSUD DR. HJ. HASRI AINUN HABIBIE


PROVINSI GORONTALO

OLEH :
KELOMPOK 3
1. FADLIN RIMPANSA 841721028
2. DESIANA PRATIWI HANTULU 841721043
3. FITRI YANTI HUSAIN 841721041
4. FATMA BAKARI 841721032
5. JIHAN ADHALIN HARUN 841721018
6. HELDA C. TOMASONG 841721003
7. SRI PEBRIANIKA NGGILU 841721030
8. FATURROZI 841721023
9. NISTAIN KUNE 841721024

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2022

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Tuhan yang telah memberikan kesempatan untuk
dapat menyusun Laporan Akhir di Ruang Inap Bedah dalam Stase Manajemen
Profesi Ners Anggkatan XV Program Studi Ners Fakultas Olahraga dan Kesehatan
Universitas Negeri Gorontalo. Tujuan disusunnya laporan adalah untuk menjadi
sumber referensi terhadap fungsi manajemen atau penerapan manajemen di ruang
Inap Bedah RSUD dr. Hj. Ainun Habibie, Provinsi Gorontalo.
Penyusunan laporan akhir stase manajemen ini banyak menemui kendala
dan kesulitan yang dihadapi. Namun berkat izin dan kuasa Tuhan yang disertai
kemauan, ketekunan, dan usaha kerja keras serta bantuan dari semua pihak sehingga
kendala-kendala yang dihadapi dapat teratasi. Untuk itu, dengan penuh keredahan
hati penyusun mengucapkan terima kasih kepada preseptor akademik dan preseptor
klinik yang telah sabar, tulus dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikiran
memberikan bimbingan, motivasi, arahan, dan saran yang sangat berharga dalam
kesuksesan penyusun dalam stase manajemen keperawatan di ruang di ruang Inap
Bedah RSUD dr. Hj. Ainun Habibie, Provinsi Gorontalo.
Dengan segala keredahan hati penyusun menyadari bahwa laporan akhir ini
tidak luput dari keselahan dan kekurangan, oleh sebab itu kritik dan saran sangat
diharapkan dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Aamiin

Gorontalo, Februari 2022


Penyusun

Kelompok 3 Profesi Ners


UNG Angkatan XV

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Keperawatan adalah suatu profesi yang berorientasi pada pelayanan kesehatan

dengan segala perencanaan atau tindakan untuk membantu meningkatkan

kesejahteraan kehidupan masyarakat, keperawatan adalah pelayanan langsung,

beriorientasi pada tujuan, dan membantu individu, keluarga, masyarakat yang sakit

atau sehat, dengan penampilan kegiatan yang berhubungan dengan kesehatan atau

penyembuhan (Nursalam, 2017). Salah satu pelayanan kesehatan dengan segala

perencanaan yang berhubungan dengan kesehatan atau penyembuhan pasien adalah

Rumah Sakit. Menurut WHO (World Health Organization) tahun 2017 Rumah sakit

adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi

menyiadakan pelayanan paripurna (Komprehensif), penyembuhan penyakit

(Kuratif), dan pencegahan penyakit (Preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit

merupakan sarana kesehatan dan salah satu bentuk Organisasi pelayanan kesehatan,

khususnya terkait dengan upaya kesehatan rujukan. Tujuan program kesehatan

rujukan antara lain adalah: peningkatan mutu, cakupan dan efisiensi rumah sakit,

melalui penerapan dan penyempurnaan standar pelayanan tenaga, standard

peralatan, profesi dan manajemen rumah sakit (Aditama, 2018)

Meningkatnya tuntutan masyarakat di sarana kesehatan terutama di rumah

sakit secara berkesinambungan membuat rumah sakit harus melakukan upaya

peningkatan mutu pemberian pelayanan kesehatan. Salah satu mutu pelayanan

keperawatan di rumah sakit (DEPKES RI, 2016). Setiap upaya untuk meningkatkan
3
kualitas pelayanan rumah sakit harus juga disertai upaya untuk meningkatkan

kualitas pelayanan keperawatan (Mulyono, Hamzah, & Abdullah, 2018). Perawat

merupakan salah satu profesi yang mempunyai tugas mulia demi rasa kemanusiaan

dalam bidang kesehatan, mereka bertanggung jawab melindungi dan membantu

kesembuhan pasien. Tanpa panggilan jiwa perawat akan sulit melaksanakan

tugasnya dengan baik. Pekerjaan yang berat dan melelahkan ini selalu mereka

kerjakan sebagai bentuk rasa profesionalisme mereka serta rasa tanggung jawab

mereka terhadap profesi dan pasien. Perawat yang menjadi bagian dari sistem

rumah sakit mempunyai peranan penting dalam menentukan kualitas sebuah rumah

sakit. Sebuah rumah sakit tidak akan berkembang dan berjalan dengan baik apabila

didalamnya tidak terdapat para perawat yang professional dan handal. (Dyah,

2019).

Dalam manajemen yang tepat untuk kualitas pelayanan kesehatandibutuhkan

ketenagaan (Man), sarana prasarana (Material) Metode pelaksanaan asuhan

(Methode), keuangan (Money) hingga mutu pelayanan (Marketing). Dalam

Organisasi keperawatan, pelaksanaan manajemen dikenal sebagai manajemen

keperawatan Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif

dalam menjalankan suatu kegiatan Organisasi. Manajemen tersebut mencakup

kegiatan planning, organizing, actuating, controlling terhadap staf sarana dan

prasarana dalam mencapai organisasi (Nursalam, 2017).

Penerapan manajemen keperawatan dapat dilakukan diberbagai bidang

keperawatan. Ruang Inap Bedah bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan

pada individu baik laki-laki maupun perempuan dengan berbagai kelainan dan

4
gangguan fisiologis baik aktual maupun potensial yang memerlukan asuhan

keperawatan khusus seperti infeksi, trauma, dan gangguan fisik lainnya. Praktek

manajemen keperawatan di Ruang Inap Bedah sebagai salah satu proses

pembelajaran klinik diharapkan mampu membentuk calon-calon praktisi

keperawatan yang professional baik dalam pelaksanaan asuhan keperawatan

maupun manajerial keperawatan. (Zainun, 2019)

Berdasarkan berbagai pemikiran tersebut maka mahasiswa melaksanakan

praktek profesi manajemen keperawatan di ruang Inap Bedah Rumah Sakit Umum

Daerah dr. Hj.Hasri Ainun Habibie sehingga dapat memberikan pengalaman

pengelolaan pada salah satu unit pelayanan kesehatan, sekaligus berkontribusi

meningkatkan kualitas pelayanan di rumah sakit

1.2 Tujuan

1.2.1. Tujuan Umum

Setelah menyelesaikan praktek profesi manajemen keperawatan, mahasiswa

mampu menerapkan konsep dan prinsip manajemen keperawatan dan menjadi

“Change Agent” pada unit pelayanan kesehatan secara nyata dan meningkatkan

mutu pelayanan kesehatan di Ruang Bedah, RSUD dr. Hasri Ainun Habibie,

Provinsi Gorontalo

1.2.2. Tujuan Khusus

Setelah menyelesaikan praktek profesi keperawatan Manajemen Keperawatan

mahasiswa mampu:

a. Mengidentifikasi kebutuhan dan masalah pelayanan kesehatan yang terkait

dengan manajemen keperawatan berdasarkan analisis situasi (M1: Man,

5
M2: Material, M3: Methode, M4: Money, M5: Marketing) nyata di tempat

praktik.

b. Menetapkan prioritas manajemen keperawatan bersama kepala ruangan

serta perawat ruangan di tempat mahasiswa praktek.

c. Menetapkan prioritas dan alternatif penyelesaian masalah yang disepakati

bersama kepala ruangan dan para perawat ruangan serta pembimbing.

d. Melaksanakan perencanaan penyelesaian masalah berdasarkan kebutuhan

masalah yang disepakati kepala ruangan dan para perawat ruangan serta

pembimbing.

e. Mengevaluasi proses pelaksanaan kegiatan mulai dari aspek masukan

(input), aspek proses sampai dengan proses hasil (output).

1.2. Manfaat

1.3.1. Bagi Mahasiswa Keperawatan

Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan mahasiswa dalam menerapkan

fungsi-fungsi manajemen keperawatan secara nyata dilahan praktek maupun tempat

bekerja nanti.

1.3.2. Bagi Ruangan/Rumah sakit

Meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan sesuai dengan masalah yang

ditemukan di lahan praktek sesuai dengan ilmu yang didapatkan selama proses

akademik dengan teknik pemecahan masalah pada konsep manajemen keperawatan

sehingga meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit.

6
1.3.3. Bagi Pendidikan

Dapat menjadi referensi sebagai evaluasi untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran manajemen keperawatan bagi mahasiswa yang akan menjalankan

praktek profesi manajemen keperawatan pada program berikutnya.

7
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. Manajemen Keperawatan

Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam

menjalankan suatu kegiatan diorganisasi. Didalam manajemen tersebut mencakup

kegiatan POAC (Planning, Organizing, Actuating, Controlling) terhadap staf,

sarana, dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Yura, 2015). Masing-

masing pakar mengidentifikasi fungsi-fungsi manajemen yang berbeda-beda.

Keperawatan lebih sering mengadopsi fungsi manajemen menurut Kewuan (2017),

yaitu:

a. Planning (perencanaan) sebuah proses yang dimulai dengan merumuskan

tujuan organisasi, sampai dengan menyusun dan menetapkan rangkaian

kegiatan untuk mencapainya. Melalui perencanaan akan dapat ditetapkan

tugas-tugas staf. Dengan tugas-tugas ini seorang pemimpin akan mempunyai

pedoman untuk melakukan supervisi dan evaluasi serta menetapkan sumber

daya yang dibutuhkan oleh staf dalam menjalankantugas-tugasnya.

b. Organizing (pengorganisasian), adalah rangkaian kegiatan manajemen untuk

menghimpun semua sumber daya (potensi) yang dimiliki oleh organisasi dan

memanfaatkannya secara efisien untuk mencapai tujuan organisasi.

c. Actuating (directing, commanding, coordinating) atau penggerakan adalah

proses memberikan bimbingan kepada staf agar mereka mampu bekerja secara

optimal dan melakukan tugas – tugasnya sesuai dengan ketrampilan yang

mereka miliki sesuai dengan dukungan sumber daya yangtersedia.

8
d. Controling (pengawasan, monitoring) adalah proses untuk mengamati secara

terus menerus pelaksanaan rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan

koreksi terhadap penyimpangan yangterjadi.

Manajemen didefinisikan sebagai proses menyelesaikan pekerjaan melalui

orang lain untuk mencapai tujuan organisasi dalam suatu lingkungan yang berubah.

Manajemen juga merupakan proses pengumpulan dan mengorganisasi sumber-

sumber dalam mencapai tujuan (melalui kerja orang lain) yang mencerminkan

dinamika suatu organisasi (Adikoesoemo, 2014).

Manajemen keperawatan mempunyai lingkup manajemen operasional untuk

merencanakan, mengatur dan menggerakkan karyawan dalam memberikan

pelayanan keperawatan sebaik-baiknya pada pasien melalui manajemen asuhan

keperawatan. Agar dapat memberikan pelayanan keperawatan sebaik-baiknya

kepada pasien, diperlukan suatu standar yang akan digunakan baik sebagai target

maupun alat pengontrol pelayanan tersebut (Suyanto, 2013).

2.2. Prinsip Manajemen Keperawatan

Manajemen keperawatan dapat dilaksanakan secara benar. Oleh karena itu,

perlu diperhatikan beberapa prinsip dasar berikut (Nursalam, 2017):

a. Manajemen keperawatan berlandaskan perencanaan.

Perencanaan merupakan hal yang utama dalam serangkaian fungsi dan

aktivitas manajemen. Tahap perencanaan dan proses manajemen tidakhanya

terdiri dari penentuan kebutuhan keperawatan pada berbagai kondisi klien,

tetapi juga terdiri atas pembuatan tujuan, mengalokasikan anggaran,

identifikasi kebutuhan pegawai, dan penetapan struktur organisasi yang

9
diinginkan. Perencanaan merupakan pemikiran atau konsep-konsep tindakan

yang umumnya tertulis dan merupakan fungsi penting di dalam mengurangi

resiko dalam pengambilan keputusan, pemecahan masalah, dan efek – efek dan

perubahan.

Selama proses perencanaan, yang dapat dilakukan oleh pimpinan

keperawatan adalah menganalisis dan mengkaji sistem, mengatur strategi

organisasi dan menentukan tujuan jangka panjang dan pendek, mengkaji

sumber daya organisasi,mengidentifikasi kemampuan yang ada, dan aktivitas

spesifik serta prioritasnya. Perencanaan dalam manajemen mendorong seorang

pemimpin keperawatan untuk menganalisis aktivitas dan struktur yang

dibutuhkan dalam organisasinya.

b. Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang


efektif.
Manajer keperawatan menghargai waktu akan mampu menyusun

perencanaan yang terprogram dengan baik dan dilaksanakan kegiatan sesuai

dengan waktu yang telah di tetapkan. Keberhasilan seorang pemimpin

keperawatan bergantung pada penggunaan waktu yang efektif.Dalam

keperawatan, manajemen sangat dipengaruhi oleh kemampuan pimpinan

keperawatan.Dalam konteks ini, seorang pimpinan harus mampu

memanfaatkan waktu yang tersedia secara efektif.Hal demikian dibutuhkan

untuk dapat mencapai produktifitas yang tinggi dalam tatanan organisasinya.

c. Manajemen keperawatan melibatkan pengambilan keputusan.

Berbagai situasi dan permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan

kegiatan keperawatan memerlukan pengambilan keputusan akan berpengaruh

10
terhadap proses atau jalannya aktivitas yang akan dilakukan. Proses

pengambilan keputusan akan sangat mempengaruhi oleh kemampuan

komunikasi dan para manajer.

d. Manajemen keperawatan harus terorganisasi.

Pengorganisasian dilakukan sesuai dengan kebutuhan organisasi mencapai

tujuan. Terdapat 4 buah struktur organisasi,yaitu unit, departemen, top atau

tingkat eksekutif dan tingkat operasional. Prinsip pengorganisasian mencakup

hal – hal pembagian tugas (the devision of work), koordinasi, kesatuan

komando, hubungan staf dan lini, tanggung jawab dan kewenangan yang sesuai

adanya rentang pengawasan. Dalam keperawatan, pengorganisasian dapat

dilaksanakan dengan cara fungsional dan penugasan, alokasi pasien perawatan

grup/tim keperawatan dan pelayanan keperawatan utama.

e. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif.

Komunikasi merupakan bagian penting dan efektivitas menejemen.

Komunikasi yang dapat dilakukan secara efektif mampu mengurangi

kesalahpahaman, dan akan memberikan perasaan, pandangan arah dan

pengertian diantara pegawai dalam suatu tatanan organisasi.

f. Pengendalian merupakan elemen menegemen keperawatan.

Pengendalian dalam menegemen dilakukan untuk mengarahkan kegiatan

menegemen susuai dengan dengan yang direncanakan.Selain itu, pengendalian

dilaksanakan pada kegiatan yang dilakukan tidak banyak terjadi kesalahan

yang berakibat negative terhadap klien dan pihak yang terkait dengan

manageman. Pengendalian meliputi penilaian tentang pelaksanaan trencana

11
yang telah dibuat, pemberian instruksi, menetapkan prinsip-prinsip melalui

penetapan standar, dan membandingkan penampilan dengan standar serta

memperbaiki kekurangan.

2.3. Metode Praktek Asuhan Keperawatan

2.3.1. Pengertian Metode Praktek Asuhan Keperawatan

Model Asuhan Keperawatan Profesional adalah sebagai suatu sistem

(struktur, proses dan nilai-nilai) yang memungkinkan perawat profesional mengatur

pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian

asuhan tersebut (Hamid, 2015).

2.3.2. Jenis-jenis Metode Praktek Asuhan Keperawatan

Menurut Kron. T & Gray (2014), ada 4 metode pemberian asuhan

keperawatan profesional yang sudah ada dan akan terus dikembangkan di masa

depan dalam menghadapi tren pelayanan keperawatan, yaitu:

2.3.2.1. Metode Fungsional

Model pemberian asuhan Keperawatan ini berorientasi pada penyelesaian

tugas dan prosedur Keperawatan.Perawat ditugaskan untuk melakukan tugas

tertentu untuk dilaksanakan kepada semua pasien yang dirawat di suatu

ruangan.Model ini digambarkan sebagai Keperawatan yang berorientasi pada tugas

dimana fungsi Keperawatan tertentu ditugaskan pada setiap anggota staf.Setiap staf

perawat hanya melakukan 1-2 jenis intervensi Keperawatan pada semua pasien

dibangsal.(Kron & Gray, 2014).

Seorang perawat bertanggung jawab kepada manajer perawat.perawat

senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat pelaksana

12
pada tindakan Keperawatan. Penugasan yang dilakukan pada model ini berdasarkan

kriteria efisiensi, tugas didistribusikan berdasarkan tingkat kemampuan masing-

masing perawat dan dipilih perawat yang paling murah. Kepala ruangan terlebih

dahulu mengidentifikasikan tingkat kesulitan tindakan, selanjutnya ditetapkan

perawat yang akan bertanggung jawab mengerjakan tindakan yang dimaksud.

Model fungsional ini merupakan metode praktek Keperawatan yang paling tua yang

dilaksanakan oleh perawat dan berkembang pada saat perang dunia kedua (Kron &

Gray, 2014).

Kelebihan :

a. Efisien karena dapat menyelesaikan banyak pekerjaan dalam waktu singkat

dengan pembagian tugas yang jelas dan pengawasan yang baik.

b. Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga

c. Perawat akan trampil untuk tugas pekerjaan tertentu saja

d. Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai kerja.

e. Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang

berpengalaman untuk tugas sederhana.

f. Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf atau peserta didik yang

melakukan praktek untuk ketrampilan tertentu.

Kelemahan :

a. Pelayanan Keperawatan terpisah-pisah atau tidak total sehingga kesulitan

dalam penerapan proses keperawatan

b. Perawat cenderung meninggalkan klien setelah melakukan tugas pekerjaan.

13
c. Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan

keterampilan saja.

d. Tidak memberikan kepuasan pada pasien ataupun perawat lainnya.

e. Menurunkan tanggung jawab dan tanggung gugat perawat

f. Hubungan perawat dan klien sulit terbentuk.

2.3.2.2 Metode Tim

Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan

dimana seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan

dalam memberikan asuhan keperawatan kelompok klien melalui upaya kooperatif

dan kolaboratif (Potter & Patricia, 2015). Model tim didasarkan pada keyakinan

bahwa setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan

memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung

jawab perawat yang tinggi sehingga diharapkan mutu asuhan keperawatan

meningkat.

Pelaksanaan konsep tim sangat tergantung pada filosofi ketua tim apakah

berorientasi pada tugas atau pada klien. Perawat yang berperan sebagai ketua tim

bertanggung jawab untuk mengetahui kondisi dan kebutuhan semua pasien yang

ada di dalam timnya dan merencanakan perawatan klien. Tugas ketua tim meliputi:

mengkaji anggota tim, memberi arahan perawatan untuk klien, melakukan

pendidikan kesehatan, mengkoordinasikan aktivitas klien. Menurut Kewuan

(2017), ada beberapa elemen penting yang harus diperhatikan:

a. Pemimpin tim didelegasikan/diberi otoritas untuk membuat penugasan bagi

anggota tim dan mengarahkan pekerjaan timnya.

14
b. Pemimpin diharapkan menggunakan gaya kepemimpinan demokratik atau

partisipatif dalam berinteraksi dengan anggota tim.

c. Tim bertanggung jawab terhadap perawatan total yang diberikan kepada

kelompok pasien.

d. Komunikasi di antara anggota tim adalah penting agar dapat sukses.

Komunikasi meliputi: penulisan perawatan klien, rencana perawatan klien,

laporan untuk dan dari pemimpin tim, pertemuan tim untuk mendiskusikan

kasus pasien dan umpan balik informal di antara anggota tim.

Kelebihan:

a. Dapat memfasilitasi pelayanan Keperawatan secara komprehensif.

b. Memungkinkan pelaksanaan proses keperawatan.

c. Konflik antar staf dapat dikendalikan melalui rapat dan efektif untuk belajar.

d. Memberi kepuasan anggota tim dalam berhubungan interpersonal.

e. Memungkinkan meningkatkan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda

secara efektif.

f. Peningkatan kerja sama dan komunikasi di antara anggota tim dapat

menghasilkan sikap moral yang tinggi, memperbaiki fungsi staf secara

keseluruhan, memberikan anggota tim perasaan bahwa ia mempunyai

kontribusi terhadap hasil asuhan Keperawatan yang diberikan akan

menghasilkan kualitas asuhan Keperawatan yang dapat dipertanggung-

jawabkan.

g. Metode ini memotivasi perawat untuk selalu bersama klien selama bertugas.

Kelemahan:

15
a. Ketua tim menghabiskan banyak waktu untuk koordinasi dan supervisi

anggota tim dan harus mempunyai keterampilan yang tinggi baik sebagai

perawat pemimpin maupun perawat klinik.

b. Keperawatan tim menimbulkan fragmentasi bila konsepnya tidak

diimplementasikan dengan total.

c. Rapat tim membutuhkan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim

ditiadakan, sehingga komunikasi antar anggota tim terganggu.

d. Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu tergantung

staf, berlindung kepada anggota tim yang mampu.

e. Akuntabilitas dari tim menjadi kabur.

f. Tidak efisien bila dibandingkan dengan model fungsional karena

membutuhkan tenaga yang mempunyai keterampilan tinggi.

Tanggung Jawab Kepala Ruang :

a. Menetapkan standar kinerja yang diharapkan sesuai dengan standar Asuhan

keperawatan.

b. Mengorganisir pembagian tim dan pasien.

c. Memberi kesempatan pada ketua tim untuk mengembangkan kepemimpinan.

d. Menjadi narasumber bagi ketua tim.

e. Mengorientasikan tenaga Keperawatan yang baru tentang metode/ model tim

dalam pemberian asuhan keperawatan.

f. Memberi pengarahan kepada seluruh kegiatan yang ada di ruangannya.

g. Melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan yang ada di ruangan nya.

h. Memfasilitasi kolaborasi tim dengan anggota tim kesehatan yang lainnya.

16
i. Melakukan audit asuhan dan pelayanan keperawatan di ruangannya,

kemudian menindak lanjutinya.

j. Memotivasi staf untuk meningkatkan kemampuan melalui riset Keperawatan.

k. Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka dengan semua staf.

Tanggung Jawab Ketua Tim :

a. Mengatur jadwal dinas timnya yang dikoordinasikan dengan kepala ruangan.

b. Membuat perencanaan berdasarkan tugas dan kewenangannya yang

didelegasikan oleh kepala ruangan.

c. Melakukan pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi asuhan

Keperawatan bersama-sama anggota timnya.

d. Mengkoordinasikan rencana Keperawatan dengan tindakan medik.

e. Membuat penugasan kepada setiap anggota tim dan memberikan bimbingan

melalui konferens.

f. Mengevaluasi Asuhan Keperawatan baik proses ataupun hasil yang

diharapkan serta mendokumentasikannya.

g. Memberi pengarahan pada perawat pelaksana tentang pelaksanaan asuhan

keperawatan.

h. Menyelenggarakan konferensi.

i. Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya dalam pelaksanaan

asuhan keperawatan.

j. Melakukan audit asuhan keperawatan yang menjadi tanggung-jawab timnya.

k. Melakukan perbaikan pemberian asuhan keperawatan.

Tanggung Jawab Anggota Tim :

17
a. Melaksanakan tugas berdasarkan rencana asuhan keperawatan.

b. Mencatat dengan jelas dan tepat asuhan Keperawatan yang telah diberikan

berdasarkan respon klien.

c. Berpartisipasi dalam setiap memberikan masukan untuk meningkatkan

asuhan keperawatan.

d. Menghargai bantuan dan bimbingan dan ketua tim.

e. Melaporkan perkembangan kondisi pasien kepada ketua tim.

f. Memberikan laporan

2.3.2.2. Metode Primer

Menurut Gillies (2014) perawat yang menggunakan metode keperawatan

primer dalam pemberian asuhan keperawatan disebut perawat primer (primary

nurse). Pada metode keperawatan primer terdapat kontinutas keperawatan dan

bersifat komprehensif serta dapat dipertanggung jawabkan, setiap perawat primer

biasanya mempunyai 4-6 klien dan bertanggung jawab selama 24 jam selama klien

dirawat dirumah sakit. Perawat primer bertanggung jawab untuk mengadakan

komunikasi dan koordinasi dalam merencanakan asuhan keperawatan dan juga

akan mem-buat rencana pulang klien jika diperlukan.

Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh

selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk 14

sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat, ada kejelasan

antara si pembuat rencana asuhan dan pelaksana.Metode primer ini ditandai dengan

adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang

18
ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi keperawatan selama

pasien dirawat.

Kelebihan:

a. Perawat primer mendapat akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil dan

memungkinkan untuk pengembangan diri.

b. Memberikan peningkatan autonomi pada pihak perawat, jadi meningkatkan

motivasi, tanggung jawab dan tanggung gugat.

c. Bersifat kontinuitas dan komprehensif sesuai dengan arahan perawat primer

dalam memberikan atau mengarahkan perawatan sepanjang hospitalisasi.

d. Membebaskan manajer perawat klinis untuk melakukan peran manajer

operasional dan administrasi.

e. Kepuasan kerja perawat tinggi karena dapat memberikan asuhan keperawatan

secara holistik. Kepuasan yang dirasakan oleh perawat primer adalah

memungkinkan pengembangan diri melalui penerapan ilmu pengetahuan.

f. Staf medis juga merasakan kepuasan karena senantiasa informasi tentang

kondisi klien selalu mutakhir dan komprehensif serta informasi dapat diperoleh

dari satu perawat yang benar-benar mengetahui keadaan kliennya.

g. Perawat ditantang untuk bekerja total sesuai dengan kapasitas mereka.

h. Waktu yang digunakan lebih sedikit dalam aktivitas koordinasi dan supervisi

dan lebih banyak waktu untuk aktivitas langsung kepada klien.

i. Pasien terlihat lebih menghargai. Pasien merasa dimanusiakan karena

terpenuhi kebutuhannya secara individu.

j. Asuhan keperawatan berfokus pada kebutuhan klien.

19
k. Profesi lain lebih menghargai karena dapat berkonsultasi dengan perawat yang

mengetahui semua tentang kliennya.

l. Menjamin kontinuitas asuhan keperawatan.

m. Meningkatnya hubungan antara perawat dan klien.

n. Metode ini mendukung pelayanan profesional.

o. Rumah sakit tidak harus mempekerjakan terlalu banyak tenaga keperawatan

tetapi harus berkualitas tinggi.

Kelemahan:

a. Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional.

b. Tidak semua perawat merasa siap untuk bertindak mandiri, memiliki

akuntabilitas dan kemampuan untuk mengkaji serta merencanakan asuhan

keperawatan untuk klien.

c. Akuntabilitas yang total dapat membuat jenuh.

d. Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama.

e. Biaya relatif tinggi dibanding metode penugasan yang lain.

Ketenagaan Metode Primer:

a. Setiap perawat primer adalah perawat “bedside”.

b. Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat primer.

c. Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal. Perawat primer dibantu oleh

perawat professional lain maupun nonprofessional sebagai perawat.

Tanggung Jawab Kepala Ruang dalam Metode Primer :

a. Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat primer.

b. Mengorganisir pembagian pasien kepada perawat primer.

20
c. Menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan pada perawat asisten.

d. Orientasi dan merencanakan karyawan baru.

e. Merencanakan dan menyelenggarakan pengembangan staff

Tanggung Jawab Perawat Primer:

a. Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif

b. Membuat tujuan dan rencana keperawatan.

c. Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama dinas.

d. Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh

disiplin lain maupun perawat lain.

e. Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai.

f. Menyiapkan penyuluhan untuk pulang.

g. Melakukan rujukan kepada pekarya sosial, kontak dengan lembaga sosial di

masyarakat.

h. Membuat jadwal perjanjian klinis.

i. Mengadakan kunjungan rumah

2.3.2.3. Metode Kasus

Metode kasus adalah metode dimana perawat bertanggung jawab terhadap

pasien tertentu yang didasarkan pada rasio satu perawat untuk satu pasien dengan

pemberian perawatan konstan untuk periode tertentu. Metode penugasan kasus

biasa diterapkan untuk perawatan khusus seperti isolasi, intensive care, perawat

kesehatan komunitas. Kelebihan ialah perawat lebih memahami kasus per kasus.

Sedangkan kekurangan ialah belum dapatnya diidentifikasi perawat penanggung

jawab. (Nursalam, 2015)

21
2.3. Pembagian Tugas dalam Tahapan Proses Keperawatan

Table 2.1 Pembagian Tugas dalam Tahapan Proses Keperawatan

No Tahapan Peran Kepala ruangan/karu Peran Ketua tim/PP Peran Perawat Pelaksana
Proses
Keperawatan
1 Pengkajian Mengidentifikasi masalah Mengidentifikasi masalah terkait -
terkait fungsi-fungsi fungsi-fungsi manajemen
manajemen
2 Perencanaan 1. Menunjuk Katim 1. Bersama Karu mengadakan 1. Bersama Katim mengikuti operan
2. Mengikuti serah terima serah terima tugas. dinas.
klien. 2. Bersama Karu melakukan 2. Melaksanakan pembagian tugas
3. Mengidentifikasi tingkat pembagian tugas. yang diberikan katim.
ketergantungan. 3. Menyusun asuhan 3. Melaksanakan rencana asuhan
4. Mengidentifikasi jumlah Keperawatan. keperawatan.
perawat yang dibutuhkan 4. Mengidentifikasi kesiapan 4. Menyiapkan keperluan untuk
berdasarkan aktivitas dan keperluan untuk melaksanakan melaksanakan asuhan keperawatan.
kebutuhan klien. asuhan keperawatan. 5. Mengikuti ronde keperawatan
5. Merencanakan strategi 5. Melakukan ronde Keperawatan bersama Katim dan Karu
pelaksanaan keperawatan. bersama Karu
6. Merencanakan logistik 6. Mengorientasikan klien baru
ruang/fasilitas ruangan. pada lingkungan.
7. Melakukan 7. Melakukan pelaporan dan
pendokumentasian pendokumentasin rencana
keperawatan dan lembar kerja.
3 Implementasi 1. Merumuskan sistem 1. Menjelaskan tujuan 1. Melaksanakan tugas sesuai sistem
fungsi penugasan. pengorganisasian tim penugasan yang diberikan Katim.
22
pengorganisasi 2. Menjelaskan rincian tugas keperawatan. 2. Melaksanakan asuhan keperawatan
an Katim. 2. Membagi pekerjaan sesuai sesuai rencana keperawatan.
3. Menjelaskan tentang tingkat ketergantungan pasien. 3. Melaksanakan tugas yang
kendali di ruang rawat. 3. Membuat rincian tugas didelegasikan oleh Katim dan
4. Mengatur dan anggota tim dalam pemberian mempertanggung jawabkannya.
mengendalikan tenaga ASKEP. 4. Melakukan pelaporan dan
keperawatan di ruang rawat. 4. Mampu mengkoordinasi pendokumentasian tindakan
5. Mengatur dan pekerjaan yang baru dilakukan keperawatan.
mengendalikan logistik bersama tim kesehatan lain.
ruangan/ fasilitas. 5. Mengatur waktu istirahat
6. Mengatur dan untuk anggota tim.
mengendalikan situasi 6. Mendelegasikan pelaksanaan
lahan praktik. proses asuhan Keperawatan
7. Mendelegasikan tugas pada anggota tim.
kepada Katim. 7. Melakukan pelaporan
8. Melakukan pelaporan dan dan pendokumentasian.
pendokumentasian.

23
Fungsi 1. Memberikan pengarahan 1. Melakukan pengarahan kepada Menerima bimbingan pengarahan &
pengarahan kepada Katim. anggota tim . memberikan umpan balik kepada
2. Memberikan motivasi dalam 2. Memberikan bimbingan pada Katim.
meningkatkan pengetahuan, anggota tim
keterampilan, dan sikap 3. Memberikan informasi yang
anggota tim. berhubungan dengan askep
3. Memberikan pujian pada 4. Mengawasi proses pemberian
anggota tim yang askep
melaksanakan tugas dengan 5. Melibatkan anggota tim dari
baik. awal s/d akhir kegiatan
4. Membimbing bawahan. 6. Memberikan pujian, motivasi
5. Meningkatkan kolaborasi pada anggota tim
dengan anggota tim. 7. Melakukan pelaporan dan
6. Melakukan supervisi pendokumentasian.
keperawatan

4 Evaluasi 1. Mengevaluasi kinerja katim. 1. Mengevaluasi ASKEP. 1. Mengevaluasi ASKEP Memberikan


2. Memberikan umpan balik 2. Memberikan umpan balik pada umpan balik pada pelaksanaan
pada kinerja Katim. pelaksanan. ASKEP.
3. Mengatasi masalah di ruang 3. Memperhatikan aspek legal 2. Memperhatikan aspek legal dan etik.
rawat dan menetapkan tindak dan etik. 3. Melakukan pelaporan dan
lanjut. 4. Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.
4. Memperhatikan aspek legal pendokumetasian
dan etik keperawatan.
5. Melakukan pelaporan dan
pendokumentasian

24
2.4. JOB Description

2.4.1. Kepala Ruangan

1. Perencanaan

a) Menunjukkan ketua TIM akan bertugas di ruangan masing-masing.

b) Mengikuti serah terima pasien pada shift sebelumnya.

c) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien: gawat, transisi dan

persiapan pulang, bersama ketua TIM.

d) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan aktifitas

dan kebutuhan klien bersama ketua TIM, mengatur penugasan atau

penjadwalan.

e) Merencanakan strategi pelaksanaan perawatan.

f) Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi, tindakan

medis yang dilakukan, program pengobatan dan mendiskusikan dengan

dokter tentang tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien.

g) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan.

h) Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan.

i) Membimbing penerapan proses keperawatan dan menilai asuhan

keperawatan.

j) Mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah.

k) Memberikan informasi kepada pasien atau keluarga yang baru masuk.

l) Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri.

m) Membantu membimbing peserta didik keperawatan.

25
n) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan Rumah Sakit.

2. Pengorganisasian.

a) Merumuskan metode penugasan yang digunakan.

b) Merumuskan tujuan metode penugasan.

c) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas.

d) Membuat rentang kendali kepala ruangan membawahi 3 ketua tim, dan

ketua tim membawahi 2-3 perawat.

e) Mengatur dan mengendalikan tenaga Keperawatan, membuat proses dinas,

mengatur tenaga yang ada setiap hari,dll.

f) Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan.

g) Mengatur dan mengendalikan dituasi tempat praktek.

h) Mendelegasikan tugas, saat kepala ruangan tidak ada di tempat kepada

ketua tim.

i) Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi

pasien.

j) Mengatur penugasan jadwal post dan pakarnya.

k) Identifikasi masalah dan penanganannya.

3. Pengarahan.

a) Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim.

b) memberi pujian kepada anggota tim yang melakukan tugas dengan baik.

c) Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan sikap.

26
d) Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan

dengan ASKEP pasien.

e) Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan.

f) Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan

tugasnya.

g) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.

4. Pengawasan.

a) Melalui komunikasi.

Mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan ketua TIM maupun

pelaksanaan mengenai asuhan Keperawatan yang diberikan kepada pasien.

b) Melalui Supervisi.

1) Pengawasan langsung dilakukan dengan cara inspeksi, mengamati

sendiri atau melalui laporan langsung secara lisan dan memperbaiki

atau mengawasi kelemahan-kelemahan yang ada saat itu juga.

2) Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir ketua tim,

membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang

dibuat selama dan sesudah proses kebidanan dilaksanakan

(didokumentasikan), mendengar laporan ketua tim tentang

pelaksanaan tugas.

3) Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan

rencana Keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim.

27
2.4.2. Ketua Tim

1. Membuat perencanaan.

2. Membuat penugasan, supervisi, dan evaluasi.

3. Mengenal atau mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat

kebutuhan pasien.

4. Mengembangkan kemampuan anggota.

5. Menyelenggarakan konfrensi.

2.4.3. Anggota Tim/ Perawat Pelaksana

1. Memberikan asuhan Keperawatan pada pasien dibawah tanggung jawabnya.

2. Kerjasama dengan ketua TIM dan antar TIM.

3. Memberikan laporan.

2.5 Indikator Pelayanan Manajerial

Indikator pelayanan manajerial berdasarkan Kepmenkes Nomor 24 tahun

2016 dan Modul pelatihan SP2KP):

2.5.1. Timbang terima / operan

1. Definisi

Operan merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima

sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien. Operan pasien harus

dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat, jelas dan

lengkap tentang tindakan mandiri bidan.Tindakan kolaboratif yang sudah dan

yang belum dilakukan serta perkembangan pasien saat itu (Nursalam, 2014).

28
Operan dilakukan oleh perawat primer kepada perawat primer

(penanggung jawab) dinas sore atau dinas malam secara tertulis dan lisan.

2. Tujuan Operan

Tujuan Umum : Mengkomunikasikan keadaan pasien dan menyampaikan

informasi yang penting.

Tujuan Khusus:

a. Menyampaikan kondisi dan keadaan pasien (data fokus)

b. Menyampaikan hal yang sudah/belum dilakukan dalam asuhan

Kebidanan kepada pasien

c. Menyampaikan hal yang penting yang harus ditindak lanjuti oleh bidan

dinas berikutnya

d. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya

3. Manfaat Operan

Bagi perawat:

a. Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat.

b. Menjalin hubungan kerjasama dan bertanggung jawab antar perawat.

c. Pelaksanaan Asuhan Keperawatan terhadap pasien yang

berkesinambungan.

d. Perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara paripurna

Bagi Pasien: Klien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang

belum terungkap.

29
4. Prosedur Operan

a. Tahap Persiapan : (Waktu: 5 menit, Tempat: Nurse station, Pelaksana yaitu

Perawat Primer dan Perawat Assosiet).

1) Operan dilaksanakan setiap pergantian shift

2) Prinsip operan, terutama pada semua pasien baru masuk & pasien yang

memiliki permasalahan yang belum/dapat teratasi serta yg membutuhkan

observasi lebih lanjut.

3) Hal yg perlu disampaikan oleh perawat dalam operan yaitu: jumlah

pasien, keluhan, identitas pasien & diagnosis medis, masalah keperawatan

yang masih muncul, intervensi keperawatan yang sudah dan belum

dilaksanakan (secara umum), intervensi kolaborasi, rencana umum &

persiapan operasi, pemeriksaan penunjang, dll.

b. Tahap Pelaksanaan : (Waktu: 20 menit, Tempat: nurse station, Pelaksana:

KARU, Perawat Primer dan Perawat Assosiet)

1) Kedua kelompok dinas sudah siap (shif jaga)

2) Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan

3) Kepala ruangan membuka acara operan

4) Perawat yang melakukan operan dapat melakukan klarifikasi, tanya

jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang telah dioperkan

dan berhak menanyakan mengenai hal-hal yang kurang jelas

5) Kepala ruangan menanyakan kebutuhan dasar pasien

6) Penyampaian yang jelas, singkat dan padat

30
7) Perawat yang melaksanakan operan mengkaji secara penuh terhadap

masalah keperawatan, kebutuhan dan tindakan yang telah/belum

dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya selama masa perawatan.

8) Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang matang

sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian diserah terimakan

kepada petugas berikutnya.

9) Lama operan untuk tiap pasien tidak lebih dari 5 menit kecuali pada

kondisi khusus dan memerlukan keterangan yang rumit.

c. Post Operan : (Waktu: 5 menit, Tempat: Nurse station, Pelaksana: KARU,

Perawat Primer dan Perawat Assosiet)

1) Diskusi

2) Pelaporan untuk operan dituliskan secara langsung pada format overan

yang ditandatangani oleh perawat pelaksana yang jaga saat itu dan

perawat pelaksana yang jaga berikutnya diketahui oleh kepala ruangan.

3) Ditutup oleh KARU

2.5.2. Ronde Keperawatan

1. Definisi

Ronde merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah

keperawatan pasien yang dilaksanakan oleh bidan selain melibatkan pasien untuk

membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan (Nursalam, 2015).

31
2. Tujuan Ronde

Tujuan Umum: Menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan berpikir

kritis.

Tujuan Khusus:

a. Menumbuhkan cara berpikir kritis dan sistematis.

b. Meningkatkan kemampuan validisi data pasien.

c. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan.

d. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi

pada masalah pasien.

e. Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan.

f. Meningkatkan kemampuan justifikasi dan menilai hasil kerja

3. Manfaat Ronde Keperawatan

a. Masalah pasien dapat teratasi.

b. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi.

c. Terciptanya komunitas keperawatan yang professional.

d. Terjalinnya kerjasama antar tim kesehatan.

e. Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan tepat dan

benar

4. Kriteria Pasien

a. Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah

dilakukan tindakan keperawatan.

b. Pasien dengan kasus baru dan langka

32
5. Peran Masing-masing Anggota Tim

Peran perawat primer dan perawat pelaksana:

a. Menjelaskan data pasien yang mendukung masalah pasien

b. Menjelaskan diagnosis keperawatan

c. Menjelaskan intervensi yang dilakukan

d. Menjelaskan hasil yang didapat

e. Menjelaskan rasional (alasan ilmiah) tindakan yang diambil

f. Menggali masalah-masalah pasien yang belum terkaji

Peran perawat konselor:

a. Memberikan justifikasi & reinforcement

b. Memvalidasi kebenaran dari masalah dan intervensi keperawatan serta

rasional tindakan

c. Mengarahkan dan koreksi

d. Mengintegrasikan konsep dan teori yang telah dipelajari

6. Tahapan Ronde

Pra Ronde:

a. Menentukan kasus dan topik (masalah yang tidak teratasi dan masalah

yang langka).

b. Menentukan tim ronde.

c. Mencari sumber atau literature.

d. Membuat proposal

e. Mempersiapkan pasien: informed consent dan pengkajian.

33
f. Diskusi tentang diagnosis keperawatan, data yang mendukung, asuhan

keperawatan yang dilakukan dan hambatan selama perawatan.

Ronde:

a. Penjelasan tentang pasien oleh perawat primer yang difokuskan pada

masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan dilaksanakan dan

atau telah dilaksanakan serta memilih prioritas yang perlu didiskusikan.

b. Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut.

c. Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor atau kepala

ruangan tentang masalah pasien serta rencana tindakan yang akan

dilakukan.

Pasca Ronde:

a. Evaluasi, revisi dan perbaikan.

b. Kesimpulan dan rekomendasi penegakan diagnosis, intervensi

keperawatan selanjutnya.

2.5.3. Konsep SP2KP

SP2KP (Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional) merupakan

sistem pemberian pelayanan keperawatan profesional yangmerupakan pengembangan

dari MPKP (Model Praktek Keperawatan Profesional) dimana dalam SP2KP ini terjadi

kerjasama profesional antara perawat primer (PP) dan perawat asosiet (PA) serta tenaga

kesehatan lainnya.

Sistem pemberian pelayanan keperawatan profesional (SP2KP) adalahkegiatan

pengelolaan asuhan keperawatan di setiap unit ruang rawat di rumah sakit yang

34
memungkinkan perawat untuk melaksanakan asuhan keperawatan yang profesional

bagi pasien (Pakaya, dkk,2016).

SP2KP telah diterapkan ke kepala ruangan dan katim di seluruh civititas

Rumah Sakit Ainun Habibie Diharapkan dengan penerapan SP2KP di lingkungan

Rumah Sakit dr. Hj. Hasri Ainun Habibie dapat melaksanakan apa yang telah di

paparkan dan di role play kan.

Pada penerapan SP2KP ini dikembangkan manajemen kegiatan keperawatan

berdasarkan empat pilar nilai profesional, yaitu pendekatan manajemen (managemen

approach), kompensasi dan penghargaan (compensatory reward), hubungan

profesional (professional relationship), dan pemberian asuhan keperawatan (patien

care delivery) SP2KP menempatkan pendekatan manajemen (management approach)

sebagai pilar praktik profesional yang pertama. Oleh sebab itu, prose manajemen harus

dilaksanakan dengan disiplin demi menjamin pelayanan yang diberikan kepada pasien

dan/atau keluarga (Pakaya, dkk,2016).

Di ruang SP2KP pendekatan manajemen diterapkan dalam bentuk fungsi

manajemen yang terdiri dari (Pakaya, dkk,2016) :

a) Perencanaan (Planning)

b) Pengorganisasian (Organizing)

c) Pengarahan (Directing)

d) Pengendalian (Controlling)

35
2.5.4. MAKP

1) Definisi MAKP

Model Asuhan Keperawatan Profesional adalah sebagai suatu sistem (struktur,

proses dan nilai-nilai) yang memungkinkan perawat profesional mengatur

pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian

asuhan tersebut (Hamid, 2015).

Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mengidentifikasi empat unsur

yakni standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan, dan praktik

keperawatan. Definisi tersebut berdasarkan prinsip-prinsip nilai yang diyakini dan

akan membantu kualitas produksi atau jasa layanan keperawatan, jika perawat

tidak memiliki nilai-nilai tersebut sebagai suatu pengambilan keputusan yang

independen, maka tujuan pelayanan kesehatan (keperawatan) dalam memenuhi

kepuasan pasien tidak akan dapat terwujud (Nursalam, 2015)

2) Tujuan MAKP

Tujuan MAKP adalah sebagai berikut (Sitorus, 2012) :

a) Menjaga konsistensi asuhan keperawatan

b) Mengurangi konflik, tumpang tindih, dan kekosongan pelaksanaan

asuhan keperawatan oleh tim keperawatan

c) Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan

d) Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan

e) Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan

bagi setiap tim keperawatan.

36
3) Dasar pertimbangan Pemilihan Model Metode Asuhan Keperawatan
(MAKP)

Menurut Nursalam (2017), ada beberapa dasar pertimbangan pemilihan model

metode asuhan keperawatan, adalah sebagai berikut.

a) Sesuai dengan visi dan misi institusi

Dasar utama penentuan model pemberian asuhan keperawatan harus

didasarkan pada visi dan misi rumah sakit.

b) Dapat diterapkan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan

Proses keperawatan merupakan unsur penting terhadap kesinambunganasuhan

keperawatan kepada pasien. Keberhasilan dalam asuhan keperawatan sangat

ditentukan oleh pendekatan proses keperawatan

c) Efisien dan efektif dalam penggunaan biaya

Setiap suatu perubahan, harus selalu mempertimbangkan biaya dan efektivitas

dalam kelancaran pelaksanaannya. Bagaimana pun baiknya suatu model, tanpa

ditunjang oleh biaya memadai, maka tidak akan didapat hasil yang sempurna.

d) Terpenuhinya kepuasan pasien, keluarga, dan masyarakat

Tujuan akhir asuhan keperawatan adalah kepuasan pelanggan atau pasien

terhadap asuhan yang diberikan oleh perawat. Oleh karena itu, model yang baik

adalah model asuhan keperawatan yang dapat menunjang kepuasan pelanggan.

e) Kepuasan dan kinerja perawat

Kelancaran pelaksanaan suatu model sangan ditentukan oleh motivasi dan

kinerja perawat. Model yang dipilih harus dapat meningkatkan kepuasan perawat,

37
bukan justru menambah beban kerja dan frustrasi dalampelaksanaannya.

f) Terlaksananya Komunikasi yang Adekuat antara perawat dan tim kesehatan


lainnya

Komunikasi secara profesional sesuai dengan lingkup dan tanggung jawab

merupakan dasar pertimbangan penentuan model. Model asuhan keperawatan

diharapkan akan dapat meningkatkan hubungan interpersonal yang baik antara

perawat dan tenaga kesehatan lainnya.

4) Jenis-jenis model metode asuhan keperawatan (MAKP)

Menurut Kron.T dan Gray (2014) ada empat metode pemberian asuhan

keperawatan profesional yang akan terus dikembangkan di masa depan dalam

menghadapi tren pelayanan keperawatan, yaitu :

a) Metode Fungsional

Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan

keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang duniakedua. Pada saat itu,

karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat, maka setiap perawat

hanya melakukan satu atau dua jenis intervensi keperawatan saja (misalnya,

merawat luka) kepada semua pasien di bangsal (Nursalam, 2015).

Model fungsional ini merupakan metode praktek Keperawatn yang paling tua

yang dilaksanakan oleh perawat dan berkembang pada saat perang dunia kedua

(Djuhaeni, 2010).

Kelebihan :

- Efisien karena dapat menyelesaikan banyak pekerjaan dalam waktu singkat

38
dengan pembagian tugas yang jelas dan pengawasan yang baik.

- Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga.

- Perawat akan trampil untuk tugas pekerjaan tertentu saja.

- Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi bidan setelah selesai kerja.

- Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang

berpengalaman untuk tugas sederhana.

- Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf atau peserta didik yang

melakukan praktek untuk ketrampilan tertentu.

Kelemahan :

- Pelayanan Keperawatanterpis ah-pisah atau tidak total sehingga kesulitan

dalam penerapan proses keperawatan.

- Perawat cenderung meninggalkan klien setelah melakukantugas pekerjaan.

- Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan

keterampilan saja.

- Tidak memberikan kepuasan pada pasien ataupun perawatlainnya.

- Menurunkan tanggung jawab dan tanggung gugat perawat.

- Hubungan perawat dan klien sulit terbentuk.

b) Metode Kasus

Manajemen kasus merupakan system pemberian asuhan kesehatan secara multi

disiplin yang bertujuan meningkatkan pemanfaatan fungsi berbagai anggota tim

kesehatan dan sumber-sumber yang ada sehingga dapat dicapai hasil akhir asuhan

kesehatan yang optimal. Manajemen kasus merupakan proses pemberian asuhan

39
kesehatan yang bertujuan mengurangi fragmentasi, meningkatkan kualitas hidup,

dan efisiensi pembiayaan. Focus pertama manajemen kasus adalah integrasi,

koordinasi dan advokasi klien, keluarga serta masyarakat yang memerlukan

pelayanan yang ekstensif. Metode manajemen kasus meliputi beberapa elemen

utama yaitu, pendekatan berfokus pada klien, koordinasi asuhan dan pelayanan

antar institusi, berorientasipada hasil, efisiensi sumber dan kolaborasi (Nursalam,

2017).

Kelebihannya :

- Perawat lebih memahami kasus per kasus.

- Sistem evaluasi dan manajerial menjadi lebih mudah.

Kekurangannya :

- Belum dapat diidentifikasi perawat penanggung jawab.

- Tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama.

c) Metode Tim

Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhankeperawatan dimana

seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam

memberikan asuhan keperawatan kelompok klien melalui upaya kooperatif dan

kolaboratif (Potter & Patricia, 2015). Model tim didasarkan pada keyakinan

bahwasetiap anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan

memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung

jawab perawat yang tinggi sehingga diharapkan mutu asuhan keperawatan

meningkat.

40
Konsep metode tim :

- Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampumenggunakan berbagai

teknik kepemimpinan.

- Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatan

terjamin.

- Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim.

- Peran kepala ruangan penting dalam model tim, model timakan berhasil nila

di dukung oleh kepala ruangan.

Tanggung jawab anggota tim :

- Memberikan asuhan keperawatan pada pasien dibawah tanggung jawabnya.

- Kerjasama dengan anggota tim dan antar tim.

- Memberikan laporan. Tanggung jawab ketua tim :

- Membuat perencanaan.

- Membuat penugasan, supervisi, dan evaluasi.

- Mengenal/mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkatkebutuhan

pasien.

- Menyelenggarakan konferensi.

Tanggung jawab kepala ruangan :

- Menetapkan standar kinerja yang diharapkan sesuai dengan standar Asuhan

keperawatan.

- Mengorganisir pembagian tim dan pasien.

- Memberi kesempatan pada ketua tim untuk mengembangkan kepemimpinan

41
- Menjadi narasumber bagi ketua tim.

- Mengorientasikan tenaga Keperawatan yang baru tentangmetode/model tim

dalam pemberian asuhan keperawatan.

- Memberi pengarahan kepada seluruh kegiatan yang ada diruangan nya.

- Melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan yang ada diruangan nya.

- Memfasilitasi kolaborasi tim dengan anggota tim kesehatanyang lainnya.

- Melakukan audit asuhan dan pelayanan keperawatan di ruangannya,

kemudian menindak lanjuti nya.

- Memotivasi staf untuk meningkatkan kemampuan melalui riset Keperawatan.

- Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka dengan semuastaf.

Kelebihannya :

- Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.

- Mendukung pelaksanaan proses keperawatan.

- Memungkinkan komunikasi antar tim, sehingga konflik mudah diatasi dan

memberi kepuasan kepada anggota tim.

Kelemahannya :

- Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim,

yang biasanya membutuhkan waktu, yang sulit dilaksanakan pada waktu-waktu

sibuk.

d) Metode Primer

Menurut Gillies, Keperawatan primer merupakan suatu metode pemberian

42
asuhan keperawatan, dimana terdapat hubungan yang dekat dan berkesinambungan

antara klien dan seorang perawat tertentu yang bertanggungjawab dalam

perencanaan, pemberian, dan koordinasi asuhan keperawatan klien, selama klien

dirawat. Pada metode keperawatan primer perawat yang bertanggung jawab

terhadap pemberian asuhan keperawatan disebut perawat primer (primary nurse)

disingkat dengan PP. Metode keperawatan primer dikenal dengan ciri yaitu

akuntabilitas, otonomi, otoritas, advokasi, ketegasan, dan 5K yaitu kontinuitas,

komunikasi, kolaborasi, koordinasi, dan komitmen. (Nursalam, 2017).

Konsep dasar metode primer :

- Ada tanggung jawab dan tanggung gugat.

- Ada otonomi.

- Ketertiban pasien dan keluarga.

Tugas perawat primer :

- Mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif

- Membuat tujuan dan rencana keperawatan.

- Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama dinas.

- Mengomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh

perawat lain.

- Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai.

- Menerima dan menyesuaikan rencana.

- Menyiapkan penyuluhan untuk pulang.

- Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial di

43
masyarakat.

- Membuat jadwal perjanjian klinis.

- Mengadakan kunjungan rumah.

Peran kepala ruang/bangsal dalam metode primer :

- Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawatan primer.

- Orientasi dan merencanakan karyawan baru.

- Menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan pada perawatasisten.

- Evaluasi kerja.

- Merencanakan/menyenggarakan pengembangan staf.

- Membuat 1-2 pasien untuk model agar dapat mengenal hambatan yang terjadi.

Ketenagaan metode primer :

- Setiap perawat primer adalah perawat bed side atau selalu berada dekat dengan

pasien.

- Bahan kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat primer.

- Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal.

- Perawat primer dibantu oleh perawat profesional lain maupun non professional

sebagai perawat asisten

Kelebihannya :

- Bersifat kontinuitas dan komprehensif.

- Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil, dan

memungkinkan pengembangan diri.

44
- Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter, dan rumah sakit.

Kelemahannya :

Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan

pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction, kemampuan

mengambil keputusan yang tepat, mengusai keperawatan klinis, penuh

pertimbangan, serta berkolaborasi dengan berbagai ilmu.

45
BAB III
ANALISA SITUASI

3.1 Gambaran Umum RSUD dr. Hasri Ainun Habibie

RSUD dr Hasri Ainun Habibie Provinsi Gorontalo diresmikan pada tahun 2013

oleh Gubernur Provinsi Gorontalo bapak RUSLI HABIBIE, beralamat di jalan Kusno

Tongkodu Kelurahan Dutulanaa Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo. Adapun

penamaan Rumah Sakit sesuai dengan Peraturan daerah Provinsi Gorontalo No 8

Tahun 2003 Tentang Penamaan Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Gorontalo.

Tipe RSUD dr Hasri Ainun Habibie ditetapkan Melalui SK Menteri Kesehatan

No : HK.02.03./I/3625/2014 dengan Tipe/Kelas D. Pada tahun 2019 dr Hasri ainun

Habibie telah memenuhi syarat dan ditetapkan menjadi Tipe/Kelas C.Pada awal

berdirinya, RSUD dr Hasri Ainun Habibie Provinsi Gorontalo adalah salah satu

SKPD dalam struktur organisasi tata kerja Pemerintah Provinsi Gorontalo, namun

setelah dalam perkembangannya dan dengan adanya perubahan struktur organisasi

tata kerja di lingkungan Provinsi Gorontalo maka pada tahun 2016 RSUD dr. Hasri

Ainun Habibie berubah status menjadi UPTD Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo

dan awal tahun 2020 dr Hasri ainun Habibie telah ditetapkan sebagai Badan

Layanan Umum (BLU).

Sejak diresmikannya pada tahun 2018 hingga tahun 2021 RSUD dr. Hasri

ainun Habibie di pimpin oleh seorang direktur yaitu “dr. Yana Yanti Suleman, SH”.

Pada tahun direktur dr. Hasri ainun Habibie digantikan oleh “dr. Fitriyanto Radjak”

46
dan beliau menjabat direktur sampai dengan sekarang.

3.2 Analisa Situasi Ruangan

Ruangan Inap Bedah merupakan salah satu ruangan di RSUD dr. Hj. Hasri Ainun

Habibie. Ruangan Inap Bedah merupakan ruangan rawat inap pasien laki-laki dan

perempuan yang terdiri dari 6 ruang inap dengan kapasitas tempat tidur berjumlah 17

buah, yang terdiri dari 3 ruangan kelas 1 dengan jumlah tempat tidur 3 buah, 1 ruangan

kelas 2 dengan jumlah tempat tidur 2 buah dan 2 ruangan kelas 3 dengan jumlah tempat

tidur 12 buah. Analisa situasi ruangan di dalam ruangan Inap Bedah dikaji berdasarkan

M1-M5 dengan hasil analisa :

1) M1 (MAN) : Tenaga dan Pasien

a. Ketenagaan

Ruangan Bedah RSUD dr.H Hasri Ainun Habibie dipimpin oleh kepala

ruangan, dimana ruangan ini memiliki 14 perawat yang terdiri dari tenaga profesi

Ners sebanyak 9 orang dan tenaga DIII Keperawatan sebanyak 5 orang. Di pimpin

oleh 1 kepala ruangan yang terbagi menjadi 2 tim, tim 1 dipimpin oleh ketua tim

yang beranggotakan 5 orang perawat dan tim 2 dipimpin oleh ketua tim yang

beranggotakan 6 orang perawat. Kemudian untuk tenaga medis, dokter spesialis

sebanyak 5 orang, dokter umum sebanyak 1 orang dan sebanyak 1 orang gizi.

Selain itu ruang bedah memiliki pegawai administrasi 1 orang, dan evakuasi 1

orang.

Berdasarkan hasil observasi saat dilakukan pengkajian di dapatkan struktur

organisasi di ruangan masih struktur yang lama. Pengadaan struktur organisasi di

47
dalam ruangan penting hal ini dikarenakan dengan adanya struktur organisasi

dapat menjelaskan pembagian aktivitas kerja, serta dapat memperhatikan

hubungan fungsi dan aktivitas sampai batas tertentu, selain itu struktur organisasi

menjelaskan hirarki dan susunan kewenangan, serta hubungan pelaporan (Husein,

2013). Berdasarkan hal itu maka perlu adanya pengadaan struktur organisasi yang

baru di dalam ruangan dengan rencana penyusunan struktur organisasi adalah:

48
b. Kualifikasi Ketenagakerjaan
Tabel 3.1 Daftar Tenaga Kerja di Ruang Inap Bedah

Pelatihan
Lama
No Nama Jabatan Pendidikan Gol.
Kerja Perawatan Pelatihan
BTCLS ACLS
Luka Onkologi
Yayun A Hulopi, A.Md. Kep Kepala D-III 10 Pelatihan
1. III/C BTCLS - -
Ruangan Keperawatan tahun Onkologi
Akmal Nisar, A.Md.Kep., D-III
2. Katim I 4 tahun Honor BTCLS - CWCCA -
CWCCA Keperawatan
Wika Mujiastuty Rahim, Perawat Honor
3. Profesi Ners 5 tahun - CBWC -
A.Md.Kep., CBWC Pelaksana
Vitariany Pakaya, S.Kep., Ns., Perawat Honor
4. Profesi Ners 2,5 BTCLS - CWCCA -
CWCCA Pelaksana
tahun
Siska Purnama Kai., S.Kep., Ns., Perawat Honor
5. Profesi Ners 5 tahun BTCLS - CBWC -
CBWC Pelaksana
Hedyawati Is Pahrun, S.Kep., Perawat Profesi Ners 4 tahun Honor
6. BTCLS - CBWC -
Ns., CBWC Pelaksana
Satrina Hala, A.Md. Kep Perawat D-III Honor
7. 5 tahun BTCLS - -
Pelaksana -
Keperawatan
8. Eka Putri Handayani, Katim II Profesi Ners 16 Honor
BTCLS - CBWC -
S.Kep., Ns., CBWC Tahun
Nurain Olviana Hasan, S.Kep., Ns Perawat Honor
9. Profesi Ners 4 tahun BTCLS - - -
Pelaksana

49
Dwi Al Aftikah Pratiwi, S.Kep., Perawat Profesi Ners Honor
10. 3 tahun BTCLS - CBWCN -
Ns., CBWCN Pelaksana
Selviyanti M. Djua, S.Kep., Ns Perawat Profesi Ners Honor
11. 3 tahun BTCLS BTCLS - -
Pelaksana
Rahmat Djubu, A.Md. Kep Perawat D-III II/D Pelatihan
12. 2,5 BTCLS - CBWC
Pelaksana Keperawatan Onkologi
tahun
Moh. Budi Herdiyanto Tanaim, Perawat Profesi Ners Honor BTCLS,
13. 4 tahun Pelatihan
S.Kep., Ns Pelaksana Pelatihan - -
Onkologi
Onkologi
Ilyas Saleh, S.Kep., Ns Perawat Profesi Ners Honor
14. 2,5 - ACLS - -
Pelaksana
tahun

50
c. Karakteristik Tenaga di Ruangan Inap Bedah

1) Karakteristik ketenagaan berdasarkan spesifikasi pekerjaan

Tabel 3.2 Distribusi Ketenagaan Berdasarkan Spesifikasi Pekerjaan di

Ruangan Inap bedah

Spesifikasi
No. Pekerjaan Jumlah Persen

1 Perawat 14 60,87%
Dokter
2 Spesialis 5 21,73%
3 Dokter umum 1 4,35%
4 Gizi (nutrion) 1 4,35%
5 Administrasi 1 4,35%
6 Evakuasi 1 4 ,35%
Jumlah 23 100%

Sumber : Data Primer 2022

Berdasarkan tabel 3.2 diatas, ketenagaan berdasarkan spesifikasi pekerjaan

diruang inap bedah terdiri dari tenaga keperawatan 14 orang (60,87%), dokter

spesialis 5 orang (21,73 %), dokter umum 1 orang (4,35%), gizi (Nutrion) 1 orang

(4,35%), tenaga administrasi 1 orang (4,35%) dan evakuasi 1 orang (4,35%).

No. Pendidikan Jumlah Persen


1 Ners 10 71 %
2 DIII- Keperawatan 4 29 %
Jumlah 14 100 %

51
2) Karakteristik Ketenagaan Perawat berdasarkan tingkat Pendidikan

Tabel 3.3 Distribusi Tenaga Keperawatan Berdasarkan Tingkat

Pendidikan di Ruang Rawat Inap Bedah

No. Pendidikan Jumlah Persen


1 Ners 10 71 %
2 DIII- Keperawatan 4 29 %
Jumlah 14 100 %
Sumber : Data Primer 2022

Berdasarkan tabel 3.3 terlihat bahwa distribusi Tenaga Keperawatan

Berdasarkan Tingkat Pendidikan di ruang bedah terdiri dari perawat Profesional

(Ners) 10 orang (71%) dan perawat vokasi (DIII- Keperawatan) 6 orang ( 29 %).

Hal ini berbanding terbalik dengan karakteristik ketenagaan perawat yang

dibutuhkan setiap ruangan berdasarkan tingkat pendidikan (Nurssalam,2015) yang

terdiri dari 55% tenaga profesional (Ners) dan 45% tenaga non profesional (vokasi).

3) Karakteristik tenaga keperawatan berdasarkan masa kerja

Tabel 3.4 Distribusi Tenaga Keperawatan Berdasarkan Masa Kerja di

Ruang Rawat Inap Bedah

No Masa Kerja Jumlah Persen


1 <5 tahun 9 64 %
2 5 tahun - 10 tahun 4 29 %
3 >10 Tahun 1 7%
Jumlah 14 100 %
Sumber : Data Primer 2022

Berdasarkan lama kerja di ruang Inap Bedah terdiri dari masa kerja <5 tahun

(64 %), 5 tahun-10 tahun (29 %) dan lebih dari 10 tahun (7 %).

52
4) Karakteristik tenaga keperawatan berdasarkan pelatihan yang pernah diikuti

Tabel 3.5 Distribusi Tenaga Keperawatan Berdasarkan Pelatihan Yang

Pernah Diikuti di Ruang Rawat Inap bedah

No Pelatihan Jumlah Persen

1 BTCLS, Perawatan 1 7,1%


Luka, Onkologi
2 BTCLS, Perawatan 6 43 %
Luka
3 BTCLS, Onkologi 2 14,3 %

4 BTCLS 3 21,4%

5 ACLS 1 7,1%

6 Perawatan Luka 1 7,1%

Total 14 100%

Sumber : Data Primer 2022

Berdasarkan tabel 3.4 terlihat bahwa pelatihan yang pernah di ikuti oleh tenaga

perawat di ruang rawat inap bedah yaitu perawat telah mendapatkan pelatihan

BTCLS, Perawatan Luka, dan Onkologi Sebanyak 1 Orang (7,1%), Pelatihan

BTCLS, Perawatan Luka sebanyak 6 orang (43%) BTCLS dan onkologi sebanyak

2 orang (14,3 %) BTCLS sebanyak 3 orang (21,4 %) ACLS sebanyak 1 orang (7,1

%) dan perawatan luka sebanyak 1 orang (7,1 %).

d. Analisis Kebutuhan Tenaga Keperawatan di Ruang Rawat Inap bedah

Analisa kebutuhan tenaga perawat di Ruang Inap Bedah berdasarkan Rumus

Rasio, Gillies, Douglas, dan Depkes adalah sebagai berikut :

53
1) Berdasarkan Metode Rasio

RSUD dr. Hasri Aiunun Habibie ber- Tipe C dengan jumlah tempat tidur di

Ruang bedah sebanyak 17 buah, dimana kelas 3 wanita berjumlah 6 buah, kelas 3

pria berjumlah 6 buah, kelas 2 berjumlah 2 buah dan kelas 1 berjumlah 6 buah.

Maka jumlah perawat yang dibutuhkan :

TT : Tenaga Perawat (3-4) : 2

Jadi kebutuhan tenaga 8-11 orang sedangkan jumlah perawat dalam ruangan

sejumlah 14 perawat termasuk kepala ruangan Sehingga tidak perlu adanya

penambahan tenaga perawat.

2) Berdasarkan rumus Douglas

Pada suatu pelayanan professional jumlah tenaga yang dibutuhkan tergantung

pada jumlah pasien dan derajat ketergantungan pasien. Menurut Douglas (1984

dalam Nursalam, 2015), klasifikasi dan derajat ketergantungan pasien dibagi 3

kategori.

Berdasarkan pengkajian yang dilakukan didapatkan jumlah pasien yang

dirawat 10 pasien dengan rincian 0 pasien dengan perawatan minimal 10 pasien

dengan perawatan parsial 0 pasien dengan perawatan total.

54
Kualifikasi Pasien Jumlah Kebutuhan Tenaga

Shift Jumlah Pagi Sore Malam

Pasien

Minimal 0 0 x 0,17 = 0 0 x 0,14 = 0 0 x 0,07 = 0

Parsial 10 10 x 0,27 = 2,7 10 x 0,15 = 1,5 10 x 0,10 = 1

Total 0 0 x 0,36 = 0 0 x 0,3 = 0 0 x 0,20 = 0

Jumlah 10 2,7 1,5 0,5

Total Tenaga Perawat

Jumlah perawat yang dibutuhkan setiap hari : 2,7 + 1,5 +0,5= 4,7 atau 5 orang

Jumlah tenaga perawat lepas dinas per hari

Jadi, berdasarkan rumus Douglas jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas

per hari di ruang Inap Bedah berjumlah 5 orang ( di mana dinas pagi 2 orang, dinas sore

2 orang dan dinas malam 1 orang ) + 2 orang lepas dinas + 1 orang tenaga kepala

ruangan = 5 orang, berdasarkan hasil obesrvasi di ruangan terdapat 11 perawat yang

bertugas di dalam satu hari di mana ( dinas pagi 4 orang, dinas sore 3 orang dan dinas

malam 3 orang) + 3 perawat lepas dinas + 1 orang tenaga kepala ruangan.

3) Berdasarkan rumus Gillies

a) Tentukan terlebih dahulu jam keperawatan yang dibutuhkan pasien per hari, yaitu :

55
1. Perawatan langsung

1) Keperawatan Self Care 0 klien : 0 x 2 jam = 0 jam

2) Keperawatan Partial Care 10 klien : 10 x 3 jam = 30 jam

3)

2. Perawatan tidak langsung

Rata-rata pasien per hari x 1 jam = 10 x 1 jam = 10 jam

3. Waktu penyuluhan

Rata-rata pasien per hari x 0.25 jam = 10 x 0.25 jam = 2,5 jam

Jadi, total jam secara keseluruhan adalah 32,5 jam

b) Menentukan jumlah total jam keperawatan yang dibutuhkan per pasien perhari

adalah 32.5 jam / 10 pasien = 3,25 jam

c) Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan pada ruangan tersebut adalah

langsung dengan menggunakan rumus Gilies di atas, sehingga didapatkan hasil

sebagai berikut :

Antisipasi cuti, sakit dan lain-lain di tambah 20%

56
Jadi, jumlah tenaga dibutuhkan secara keseluruhan 5 + 1 = 6 orang

e. Jumlah kebutuhan tenaga keperawatan yang dibutuhkan perhari, yaitu:

f. Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per shift, yaitu dengan

ketentuan menurut Eastler yaitu:

1) Proporsi dinas pagi = 47 % x 3 org = 1,41 (1 orang)

2) Proporsi dinas sore = 36 % x 4 org = 1,08 (1 orang)

3) Proporsi dinas malam = 17 % x 4 org = 0,51 (1 orang)

g. Kombinasi menurut Abdellah dan Levice adalah :

1) Tenaga professional 55% = 3 orang x 55% = 1,65 (2 orang)

2) Tenaga non professional 45% = 3 orang x 45% = 1,35 (1 orang)

4) Depkes 2003

Berdasarkan :

a) Tingkat ketergantungan pasien

b) Rata-rata pasien perhari

c) Jam perawatan yang diperlukan/hr/psn

d) Jam perawatan yang diperlukan/ruangan/hr

57
e) Jam kerja efektif setiap perawat

Cara perhitungan :

1. Hitung jumlah perawat yang tersedia

32,5 = 4,06

2. Tanbahkan dengan factor koreksi hari libur/cuti/hari besar dan tugas-tugas non

keperawatan

a) Loss day/hari libur/cuti/hari besar

52 + 10 +12 x 4,06 = 1,12

279

b) Tugas non keperawatan

14 + 1,12 x 25 = 3,78

100

4,06 + 1,12 + 3,78 = 8,96 = 9 orang

Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan dalam ruangan menurut depkes tahun 2003

adalah 9 perawat.

e. BOR (Bed Occupantio rate Room)

RSUD. dr. Hasri Ainun Habibie sebagai badan layanan umum menerima dan

memberikan pelayanan bagi peserta asuransi kesehatan seperti BPJS dan jaminan

asuransi lainya serta melayani pasien umum. Dari hasil pengkajian pasien rawat inap

di Ruang inap Bedah dari bulan November-Januari 2022 didapatkan sebagai berikut :

58
1) Rekapitulasi kunjungan rawat inap di Ruang Inap Bedah

Tabel 3.6 Rekapitulasi kunjungan rawat inap di Ruang Inap Bedah

Bulan Total
No Urain
November Desember Januari
1 Total dirawat 91 97 99 287
2 Jumlah hari 370 397 386 1086
Rawat
3 Pasien keluar 75 101 93 257
4 Mati 1 1 0 2

2) Efisiensi pelayanan Ruang Inap Bedah

a. BOR Pasien

Berdasarkan hasil pengkajian BOR di ruangan pada bulan November,

Desember dan Januari di RSUD dr. Hasri Ainun Habibie Ruang Inap Bedah

angka penggunaan tempat tidur dengan rincian pada tabel berikut :

Tabel 3.7 Distribusi BOR Pasien Ruang Inap Bedah

No Periode Jumlah hari Jumlah Bed BOR

rawat

1 November 370 17 72 %

2 Desember 397 17 76 %

3 Januari 386 17 73 %

Total 1153 17 74 %

Berdasarkan hasil pengkajian di dapatkan jumlah pasien pada bulan

November yaitu sebanyak 91 pasien, pada bulan Desember sebanyak 97 pasien

dan pada bulan Januari sebanyak 99 pasien. Adapun jumlah tempat tidur 17

59
TT. Periode = 3 bulan sehingga :

Rumus yang digunakan untuk menghitung BOR :

Menghitung BOR dalam satu bulan :

Sehingga dapat di simpulkan untuk periode November 2021-Januari 2022 :

Sehingga dapat disimpulkan untuk 3 periode pada bulan November 2021-

Januari 2022 BOR yang didapatkan adalah 74 % dan menurut (Depkes, 2011)

ideal untuk BOR adalah 60-80 %. Dengan kategori jika 85% kemungkinan

terjadi infeksi nosokomial tinggi atau menunjukkan tingkat pemanfaatan

tempat tidur yang tinggi, sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk BOR 3

bulan terakhir di ruang Inap Bedah adalah 74 % sehingga dikategorikan BOR

ideal.

f. ALOS (Average Length of Stay)

Alos menurut Hufman (1994) adalah “The Average hospitalization stay of

inpatient discharnged during the periode under consideratio”. ALOS menurut

60
Depkes RI (2015) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini

disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan

gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat

dijadikan hal yang perlu pengamatan lebih lanjut, secara umum nilai ALOS yang

ideal antara 6-9 hari (Depkes RI 2005).

Jumlah lama rawat di Ruang Inap bedah sejak 3 bulan terakhir adalah :

1. November : 370 hari

2. Desember : 397 hari

3. Januari : 386 hari

Sedangkan jumlah pasien sejak 3 bulan terakhir adalah :

1. November : 91 pasien

2. Desember : 97 pasien

3. Januari : 99 pasien

Sehingga, hasil ALOS selama 3 bulan terakhir :

61
Sehingga dapat di simpulkan untuk periode November 2021-Januari 2022

Berdasarkan hasil perhitungan ALOS selama 3 bulan terakhir, diperoleh rata-

rata lamanya pasien dirawat di ruang Inap Bedah adalah selama 4,01 hari atau 4 hari

Perawatan.

g. TOI (Turn Over Interval)

TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak

ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran

tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi

pada kisaran 1-3 hari. Rumus :

Jadi tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur dalam 3 bulan terakhir di ruang Inap

Bedah adalah 2 hari sehingga masuk dalam kategori Ideal.

h. BTO (Bed Turn Over)

BTO menurut depkes (2005) adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu

periode, beberapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu, idealnya

dalam 1 tahun 1 tempat tidur rata-rata dipakai >30 kali.

62
Sedangkan jumlah pasien sejak 3 bulan terakhir adalah :

a. November : 91 pasien

b. Desember : 97 pasien

c. Januari : 99 pasien

Jumlah tempat tidur : 17 TT

Sehingga hasil BTO 3 bulan terakhir adalah:

Berdasarkan hasil perhitungan BTO selama 3 bulan terakhir, diperoleh ratarata

frekuensi pemakaian tempat tidur di ruang Inap Bedah adalah 5,62 kali atau 6 kali

perputaran dalam 1 bulan. Sehingga 6 x 12 bulan yaitu 72 x perputaran tempat tidur

dalam 1 tahun (12 bulan). Sehingga masuk dalam kategori ideal.

i. Hasil wawancara dan Observasi

Berdasarkan observasi dan wawancara, didapatkan bahwa tenaga perawat di

ruangan inap bedah RSUD dr.H Hasri Ainun Habibie sudah mencukupi, tetapi belum

semua perawat yang mengikuti pelatihan perawatan luka hal ini disebabkan karena

perawat tersebut merupakan pindahan dari ruangan lain. Hal ini sesuai dengan

perhitungan tenaga menggunakan metode rasio, bahwa seharusnya jumlah tenaga yang

dibutuhkan yaitu 8-11 perawat sedangkan jumlah perawat dalam ruangan sejumlah 14

63
perawat termasuk kepala ruangan, 8 orang yang sudah mengikuti pelatihan luka, dan 6

orang yang belum mengikuti pelatihan perawatan luka, Sehingga tidak perlu adanya

penambahan tenaga perawat. Hal ini didukung pengkajian menggunakan kuesioner

dari 14 perawat yang ada didapatkan semua perawat (100%) mengatakan puas terkait

ketenangaan di ruang inap bedah seperti mekanisme pembagian tugas (100%), kinerja

PP di ruangan (100%).

3.1.1. Analisis SWOT

Berdasarkan identifikasi masalah yang ditemukan, digambarkan dalam bentuk

Analisis SWOT untuk menganalisa kondisi internal dan eksternal Rumah Sakit yang

terdiri dari kekuatan (Strengths), kelemahan (Weaknesses), peluang (Opportunities)

dan ancaman (Threats) yang didasarkan pada bagaimana memaksimalkan kekuatan

dan peluang yang secara bersamaan dan meminimalkankelemahan dan ancaman. Hal

ini dapat tergambar pada Matriks SWOT yaitu sebagai berikut:

64
Tabel 3.26 Analisis SWOT

BOBOT
ANALISA SWOT BOBOT RATING X HASIL
RATING
INTERNAL FAKTOR (IFAS)
Strength (Kekuatan)
1) Tenaga perawat terpenuhi 1 4 4
2) Perawat paham dengan tugas dan fungsinya. 0,8 3 2,4
3) Masa kerja perawat lebih dari > 1 tahun 0,7 2 1.4 11,4 – 1,2 = 10,2
4) Tenaga perawat di ruangan rawat inap bedah sudah mengikuti 0,8 3 2,4
pelatihan BTCLS
5) Tingkat pendidikan perawat lebih banyak S1 ners 0,6 2 1,2

Weakness (Kelemahan)
1) masih terdapat beberapa perawat yang belum mengikuti 0,6 2 1,2
pelatihan perawatan luka
EKSTERNAL FAKTOR (EFAS)
Opportunity (Peluang)
1) Kesempatan melanjutkan studi kejenjang yang lebih 0,6 2 1,2
tinggi
2) Adanya mahasiswa S1 Keperawatan yang praktik di bagian 0,8 3 2,4 3,6 – 1,2 = 2,4
manajemenkeperawatan
Treathened (Ancaman) 0,6 2 1,2
1) persaiangan antara rumah sakit yang semakin kuat di bagian
SDM

65
2) M2 (Material) : Sarana dan Prasarana

A. Tata Letak Gedung

a. Lokasi

Lokasi penerapan proses manajemen keperawatan yang digunakan dalam

kegiatan profesi Ners Manajemen mahasiswa Profesi Ners UNG di Ruangan

Bedah Lokasi bangunan rawat inap Ruangan Bedah terletak pada lokasi yang

tenang, aman dan nyaman, namun masih belum memiliki kemudahan aksesbilitas

atau pencapaian dari sarana penunjang rawat inap.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 07 februari 2022

didapatkan hasil bahwa lokasi Ruangan Bedah masih berada jauh dari beberapa

ruangan yang memiliki hubungan antar ruang pelayanan, laboratorium, radiologi

ataupun ruangan terkait lainnya. Ruangan Bedah berada dekat dengan ruangan

IBS. Adapun batas-batas lokasi Bedah sebagai berikut:

a. Sebelah selatan berbatasan dengan poli rawat jalan

b. Sebelah barat berbatasan dengan ruang Instalasi Bedah Sentral (IBS)

c. Sebelah utara berbatasan dengan lahan kosong

d. Sebelah timur berbatasan dengan Ruang Isolasi B

Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 24 tahun 2016 Pasal 10 tentang letak

bangunan (site plane), yaitu harus memenuhi syarat zonasi berdasarkantingkat

resiko penularan penyakit, zonasi berdasarkan privasi, dan zonasi berdasarkan

tingkat pelayanan atau kedekatan hubungan fungsi antar ruang pelayanan.

66
Denah Ruangan Inap Bedah

B. Fasilitas
Tabel 3.8 Daftar fasilitas pasien untuk pasien di Bedah RSUD dr. Hj. Hasri
Ainun Habibie Provinsi Gorontalo
No. Nama Barang Jumlah Kondisi Ideal Usulan
1 Tempat tidur 17 buah Baik 1:1 -
2 Bed Side Kabinet 16 buah Baik 1:1 Menambah 1
meja pasien
3 AC Central 3 buah Baik 1:1 -
4 AC Ruangan 6 buah Baik 1:1
5 Kursi Roda 1 buah Baik 1/Bangsal -
6 Branchart - - - -
8 Tempat sampah 2 buah Baik - -
Medis
9 Tempat sampah 2 buah Baik - -
non medis

67
10 Tempat sampah biasa 2 buah Baik - -

11 Loker medis 2 buah Baik - -


Perawat
12 Kursi perawat 9 buah Baik - -

13 Nurse station 1 buah Baik - -

14 Meja 5 buah Baik - -

15 Colokan Listrik 1 buah Baik - -


Tiang Mobile
16 Sampiran 1 buah Baik - -

17 Kamar mandi untuk 4 ruang 2 dalam 1/ bangsal Perlu untuk


pasien keadaan diajukan

baik dan 2 perbaikan

lainnya
rusak.
Sumber : Data Primer 2022
Kesimpulannya:

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 07 februari 2022 didapatkan

hasil bahwa Untuk fasilitas bagi pasien di Ruangan Bedah berupa tempat tidur, kursi

roda, tempat sampah medis sudah memadai, namun terdapat 2 kamar mandi pasien

yang belum diperbaiki karena akses menuju kekamar mandi yang lumayan jauh yang

beresiko pada pasien, dan biasanya pasien mengantri untuk memakai kamar mandi.

68
1. Fasilitas untuk Petugas Kesehatan

a) Ada ruangan khusus untuk kepala ruangan

b) Terdapat 1 kamar mandi/WC yang biasa digunakan oleh petugas perawat

Ruang Bedah

c) Terdapat 1 ruangan untuk penggantian APD

d) Terdapat 1 Pantry Berdasarkan standar Kementrian Kesehatan Republik

Indonesia Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan tanggal 09 September

2020, Persyaratan peralatan yang ada pada Ruang Rawat Inap yang ada di

Rumah Sakit Tipe C seperti pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.9 Daftar alat kesehatan yang ada pada Ruangan Bedah di Rumah Sakit
dr. Hj. Ainun Habibie Provinsi Gorontalo Tipe C

No. Nama Barang Jumlah Kondisi Ideal Usulan


1 Tensi Meter 2 buah Baik 2/Bangsal -
Oxygen set+
2 4 Buah Baik 1 set/ruangan -
flow meter
Oksigen
3 - - 1/ Bangsal Perlu untuk
Transport diajukan
Suction
3 - - 1 set/Bangsal Perlu untuk
Tabung diajukan
4 Tiang infuse 18 buah Baik 1 set/bed + kamar -
mandi
Ditambahkan
5 Handrub 1 buah 1 terisi 1/ Ruangan disetiap sebelum
masuk ruangan
Termometer 2 buah
6 Baik 1/ruangan -
Digital

69
Nebulizer - Perlu untuk
7 - 1/ruangan diajukan

8 Pinset anatomis 1 buah Baik 1/Bangsal -


Gunting
9 1 buah Baik 1/Bangsal -
Nekrotik
10 Gunting perban 1 buah Baik 1/Bangsal -
11 Bengkok 2 buah Baik 1/ruangan -

12 Saturasi oksigen 2 buah Baik 2-4/Bangsal -

13 Troli obat 1 buah Baik 1/ruangan -


1/Bangsal/Sesuai
14 EKG 1 buah Baik -
Kebutuhan
15 Nebulizer - - 1 set/Bangsal -
16 Syringe pump - - 1 set/Ruangan -
17 Mobile phone 1 buah Rusak 1/ruangan Perlu untuk
diajukan
18 Alat pemadam 1 buah Baik 1/ruangan -
kebakaran
19 Lemari obat 2 buah Baik 1/ruangan -
20 Lemari BPH 1 buah Baik 1/ruangan -
22 Stetoskop 2 buah Baik 1/ruangan -
23 Troli barang 1 buah Baik 1/ruangan -
Steril
24 Heacting set Tidak Baik 1/ruangan Perlu dilengkapi
lengkap
25 Senter kepala 1 buah Baik 1/Bangsal -
Sumber: Data Primer 2022

Kesimpulannya:

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan pada tanggal 07

februari 2022 didapatkan hasil bahwa Alat kesehatan yang ada di Ruangan Bedah

70
sudah memadai. Namun ada beberapa alat kesehatan di Ruangan Bedah yang perlu di

adakan seperti, dan oksigen transport, telepon ruangan, tabung suction, nebulizer,

handrub disetiap spot sebelum masuk ruangan dan melengkapi set bedah mayor dan

minor serta heacting set yang perlu ditambahkan.

2. Consumable (obat-obatan dan bahan habis pakai)

Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat yang dilakukan pada tanggal 07

februari 2022, Obat-obatan dan bahan habis pakai tersedia di dalam lemari dan juga meja

troli dan dipakai jika perawat memerlukannya, bahan habis pakai terdiri dari masker,

handscoen, kasa roll, alcohol, hypafix, Handscrub, sedangkan, Dextrose infus 5%,

Glukosa 10%, Otsu-D10 10%, KA-EN 3B, Ringer Lactate, Otsu-Salin 3 dan yang ada

dalam troli emergency ada beberapa obat-obatan pantoprazole sodium inj, ketorolac,

santagesik, ranitidine, tranexamid Acid, epinephrine, Syringe 1 cc, Syringe 5 cc, Syringe

10 cc, Syringe 20 cc, Infus set, dan iv catheter.

Tabel 3.10 Administrasi Penunjang RM

No. Nama barang Ketersediaan Keterangan


1 Buku injeksi Ada -
2 Lembar dokumentasi Ada -
3 Buku observasi vital sign Tidak ada Digabungkan
dengan status
pasien
4 Buku timbang terima/formulir SBAR ada -
5 SOP Ada -
6 SAK Ada -
7 Buku visite Ada Gabung visite

71
dokter dan
perawat
8. Catatan perkembangan pasien Ada -
9. Resume keperawatan Ada -
10. Formulir catatan pengobatan Ada -
11. Formulir medis lengkap Ada -
12. Formulir laboratorium Ada -
13. Formulir rongent Ada -
14. Formulir permintaan darah Ada -
15. Formulir keterangan kematian Ada -
16. Formulir lembar resep Ada -
17. Formulir konsul Ada -
18 Formulir register pasien Ada -
Sumber :Data Primer 2022

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan pada tanggal 07

februari 2022 didapatkan hasil bahwa Alat Pencatatan dan pelaporan di Ruang Bedah

sudah memiliki banyak fasilitas alat pencatatan dan pelaporan, namun berdasarkan

hasil observasi masih ada beberapa sarana penunjang yang diperlukan seperti buku

observasi vital sign.

C. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana Ruang Bedah di Rumah Sakit dr. Hj. Hasri Ainun Habibie

Provinsi Gorontalo, berdasarkan observasi di Ruang Bedah berada dekat dengan

ruangan IBS. Jarak antara Bedah dan ruangan Instalasi Gawat Darurat (UGD),

Laboratorium dan Radiologi agak sedikit jauh. Standar dan prasarana di Ruang Bedah

memiliki 3 ruangan yang terdiri dari 1 ruangan pasien kelas III Pria, 1 ruangan pasien

72
kelas III Wanita, dan 1 ruangan Kelas II dan 3 ruangan kelas I.

Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat yang ada di ruangan yang dilakukan

pada tanggal 7 s/d 8 februari 2022 didapatkan hasil bahwa mereka mengatakan perlu

ada perbaikan di beberapa tempat yang ada di ruangan, hal ini ditunjang dengan hasil

kuesioner yang telah diolah, dimana dari 14 perawat 7 perawat (50%) diantaranya

mengatakan ya, dan 7 lainnya (50%) mengatakan tidak,, 8 perawat (57%) yang

menjawab fasilitas diruangan sudah lengkap untuk perawatan pasien, 9 perawat (64%)

menjawab peralatan kesehatan di ruangan sudah lengkap untuk perawatan pasien,

selanjutnya dari 14 perawat 7 perawat (50%) yang menjawab jumlah alat yang tersedia

sudah sesuai rasio pasien dan 7 lainnya (50%) mengatakan jumlah alat yang tersedia

belum sesuai rasio pasien, 14 perawat (100%) yang menjawab semua perawat sudah

mengerti cara menggunakan semua alat-alat perawatan, dan 14 perawat (100%)

menjawab persediaan alat habis pakai selalu tersedia sesuai kebutuhan dengan

kebutuhan pasien, dan 14 perawat (100%) menjawab administrasi penunjang yang

dimiliki sudah memadai.

Masalah M2 (Material) :

1. Ketersediaan fasilitas prasarana untuk pasien di Ruangan Bedah sudah memadai,

namun beberapa sarana dan akses seperti kamar kecil untuk pasien beberapa harus

dilakukan perbaikan dan beberapa sarana penunjang seperti oksigen transport,

telepon ruangan, tabung suction, penambahan handrub ,kelengkapan set bedah

mayor dan minor dan heacting set.

2. Struktur organisasi ruangan bedah yang perlu untuk di perbaharui.

73
3.11. ANALISA SWOT
BOBOT
ANALISA SWOT BOBOT RATING X HASIL
RATING
INTERNAL FAKTOR (IFAS)
Strength (Kekuatan)
1) Mampu menggunakan alat sesuai dengan SOP 0,9 4 3,6
2) terdapat administrasi penunjang seperti buku visite, 0,7 3 2,1
SOP.
3) selalu tersedia alat abis pakai yang dibutuhkan pasien 1,0 4 4,0
Weakness (Kelemahan)
1) beberapa fasilitas perlu diperbaiki, dilengkapi dan 0,5 2 1,0
diadakan (seperti wc pasien, dan jendela disetiap
bangsal pasien, telepon ruangan dan juga melengkapi S-W:
set bedah mayor minor dan heacting set) 9,7 – 4,3 = 5,4
2) beberapa ruangan belum tersedia handrub disetiap 0,7 3 2,1
pintu masuk ruangan pasien.
3) Akses menuju kekamar mandi pasien lumayan jauh 0,6 2 1,2
antara bangsal dan kamar mandi
EKSTERNAL FAKTOR (EFAS)
Opportunity (Peluang)
1) Adanya pengadaan/ perbaikan sarana dan prasarana 0,7 3 2,1
yang rusak dari pengadaan barang

Treathened (Ancaman)
1) Adanya tuntutan yang tinggi dari pasien untuk O -T :
melengkapi sarana dan prasarana untuk menunjang 0,5 2 1,0 2,1 – 1,0 = 1,1
pemberian asuhan

74
3.) M3 (Method)

a) Metode Asuhan Keperawatan M3-1 MAKP


Tabel 3.11 Metode Asuhan Keperawatan Yang Digunakan di Ruangan

Jawaban
Total
Pernyataan Ya Presentase Tidak Presentase
(%)
Pengetahuan perawat 14 100 % 0 0%
mengenai model asuhan 100
keperawatan yang digunakan
diruangan saat ini
Pemahaman perawat mengenai 14 100 % 0 0%
model asuhan keperawatan
yang digunakansaat ini
Model asuhan keperawatan 14 100 % 0 0%
cocok digunakan diruangan
atau tidak
Kesesuaian model asuhan 14 100 % 0 0%
keperawatan yang digunakan
dengan visi misi ruangan

Tabel diatas menunjukkan dari 14 perawat diketahui bahwa semua perawat

(100%) sudah mengetahui dan memahami model asuhan keperawatan yang digunakan

di ruangan saat ini yakni model SP2KP. Sebanyak 100 % perawat mengatakan model

asuhan keperawatan yang digunakan cocok dan sesuai dengan visi misi ruangan

75
Tabel 3.12 Efektifitas dan Efisiensi Model Asuhan Keperawatan

Jawaban Total
(%)
Pernyataan Ya Persentase Tidak Persentase

Penggunaan model asuhan 14 100% 0 0%


keperawatan menjadikan lama
hari perawatan semakin pendek

Terjadi peningkatan 14 100% 0 0%


kepercayaan pasien terhadap
Ruangan

Penggunaan model asuhan 5 36% 9 64%


100
keperawatan tidak menyulitkan
dan memberikan beban kerja
berat pada perawat

Penggunaan model asuhan 0 0% 14 100%


keperawatan tidak memberatkan
dalam pembiayaan

Penggunaan model asuhan 3 21% 11 79%


keperawatan mendapat banyak
kritikan dari pasien.

Tabel diatas menunjukkan dari 14 perawat diketahui bahwa ada sebanyak 100%

mengatakan penggunaan model asuhan keperawatan menjadikan lama hari perawatan

semakin pendek, dengan jumlah rata-rata hari rawat inap pasien kurang lebih 7 hari.

Sebanyak 100% mengatakan penggunaan metode tersebut meningkatkan kepercayaan

pasien terhadap ruangan. Ada 36% yang mengatakan model SP2KP memberikan beban

76
kerja berat bagi perawat, sedangkan sebanyak 64% yang mengatakan tidak memberikan

beban kerja berat bagi perawat. Ada sebanyak 100 % perawat yang mengatakan

penggunaan model SP2KP tidak memberatkan dalam pembiayaan. Sebanyak 21%

perawat mengatakan model SP2KP mendapat banyak kritikan dari pasien diruangan,dan

sebanyak 79% mengatakan tidak

Tabel 3.13 Pelaksanaan Model Asuhan Keperawatan


Jawaban
Pernyataan
Ya Presentase Tidak Presentase Total
(%)
Terlaksana komunikasi 14 100 % 0 0%
yang adekuat antara 100
perawat dan tim kesehatan
lain

Kontinuitas rencana 14 100% 0 0%


keperawatan terlaksana
Perawat menjalankan 14 100 % 0 0%
kegiatan sesuai tupoksi

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 14 orang perawat ada sebanyak 100%

perawat yang mengatakan telah terlaksana komunikasi yang adekuat antara perawat

dan tim kesehatan lain. Sebanyak 100% perawat mengatakan kontinuitas rencana

keperawatan sudah terlaksana. Ada100% perawat yang mengatakan sudah

menjalankan kegiatan sesuai tupoksi

77
Tabel 3.14 Tanggung Jawab dan Pembagian Tugas
Jawaban
Pernyataan
Ya Presentase Tidak Presentase Total
(%)
Job Description perawat 14 100% 0 0%
100
selama ini sudah jelas

Perawat mengetahui kondisi 14 100 % 0 0%


pasien dan mampu menilai
tingkat kebutuhan pasien

Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 14 orang perawat ada sebanyak 100%

perawat yang mengatakan Job Description (uraian pekerjaan/tugas-tugas) sudah jelas.

Dan semua perawat mengatakan tugas-tugasnya sudah sesuai dengan model asuhan

keperawatan di ruangan, serta dari 14 perawat sebanyak 100% mengatakan sudah

mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat kebutuhan pasien.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di ruang Inap Bedah RSUD dr.Hj.

Hasri Ainun Habibie pada tanggal 7-8 Februari 2022 didapatkan bahwa metode asuhan

keperawatan yang digunakan di ruangan adalah Sistem Pemberian Pelayanan

Keperawatan Profesional (SP2KP). Di ruangan ini terdapat 1orang kepala ruangan

dan 2 tim pelaksana pelayanan dimana masing-masing tim dipimpin oleh 1 orang

ketua tim. Tim 1 terdiri dari 5 orang perawat pelaksana, dan tim 2 terdiri dari 6 orang

perawat pelaksana. Selain itu, di ruangan sudah terjalin kerjasama yang baik antara

ketua tim dan anggota tim (perawat pelaksana) serta antara sesama ketua tim dalam

78
hal memberikan pelayanan keperawatan pada pasien. Selain itu, di ruangan ini juga

sudah ada pembagian perawat shift pagi, shift sore, dan shift malam.

Hal ini juga diperkuat dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan kepala

ruangan bahwa penerapan metode SP2KP sudah berjalan dengan lancar,dimana

perawat sudah menjalankan tugas sesuai dengan tupoksinya masing-masing baik

sebagai ketua tim maupun sebagai perawat pelaksana di masing-masing shift baik pagi,

siang maupun malam

Berdasarkan data hasil kuesioner, observasi dan wawancara, tidak terdapat

masalah pada M3-1 model asuhan keperawatan profesional

a. M3-2 Timbang Terima

Tabel 3.15 Operan Shift dan Timbang Terima

Jawaban
Pernyataan
Ya Presentase Tidak Presentase Total
(%)
Pelaksanaan timbang terima 14 100% 0 0%
dilaksanakan tepat waktu
Timbang terima dihadiri oleh 14 100% 0 0%
semua perawat yang
Berkepentingan
Perawat mengetahui persiapan 14 100 % 0 0%
dalam pelaksanaan 100
operan/timbang terima
Perawat mengetahui hal-hal 14 100 % 0 0%
yang harus dilaporkan pada

79
kegiatan timbang terima
Ada buku khusus untuk 14 100% 0 0%
mencatat hasil laporan timbang
Terima
Ada kesulitan dalam 3 21% 11 79%
mendokumentasikan laporan
timbang terima
Ada interaksi antara perawat 12 86% 2 14%
dengan pasien saat timbang
Terima
Perawat tahu mengenai 14 100% 0 0%
persetujuan tertulis saat
penerimaan timbang terima
Perawat di evaluasi 14 100% 0 0%
Kesiapannya oleh kepala ruanga
sebelum timbang terima

Dari table diatas didapat diketahui bahwa:

a) Sebanyak 100% perawat mengatakan timbang terima telah dilaksanakan tepat waktu,

sementara ada sebanyak 0% perawat yang mengatakan timbang terima tidak

dilaksanakan tepat waktu.

b) Sebanyak 100% perawat mengatakan timbang terimadihadiri oleh semua perawat yang

berkepentingan, sedangkan sebanyak 0% mengatakan sebaliknya.

c) Semua perawat (100%) mengatakan mengetahui hal apa saja yang perludi persiapkan

dalam timbang terima, hal-hal yang disampaikan dalam pelaporantimbangterima,

d) Sebanyak 100% perawat mengatakan ada buku khusus untuk mencatat hasil laporan

80
timbang terima,sedangkan sebanyak 0% mengatakan sebaliknya.

e) Sebanyak 21% perawat mengatakan ada kesulitan dalam mendokumentasikan laporan

timbang terima,dan sebanyak 79% mengatakan sebaliknya.

f) Sebanyak 86 % mengatakan ada interaksi antara perawat dan pasien saat timbang

terima dan 14% lainnya mengatakan sebaliknya.

g) Sebanyak 100% mengatakan tahu tentang persetujuan tertulis saat penerimaan

timbang terima.

h) Ada sebanyak 100% perawat yang mengatakan selalu dievaluasi kesiapannya oleh

kepala ruangan sebelum melakukan timbang terima dan yang mengatakan tidak

dievaluasi adasebanyak9%.

Menurut hasil wawancara terhadap 5 perawat di ruangan, bahwa kegiatan

timbang terima di lakukan setiap hari sebanyak 3 kali, yakni setiap pergantian shift

(pagi, sore, malam). Kegiatan operan/ timbang terima ini didampingi oleh penanggung

jawab seperti ketua tim atau Leader. Sebagian besar perawat mengatakan pelaksanaan

operan shift/timbang terima dilakukan dengan teknik pelaporan diruangan perawat

dan pasien.

Hal ini sejalan dengan hasil observasi yang dilakukan pada 11 perawat shift pagi,

sore, dan malam di Ruang Inap Bedah RSUD. dr. Hj. Hasri Ainun Habibie pada

tanggal 07-08 Februari 2021 didapatkan bahwa pelaksanaan operan shift/timbang

terima kurang optimal dan kurang sesuai dengan standar operasional.

Prosedur pelaksanaan timbang terima yang ada dirumah sakit. Fokus pelaporan

timbang terima yang dilakukan oleh perawat diruangan menyebutkan nama pasien,

81
tanggal masuk RS, lama rawatan, keluhan pasien, obat dan intervensi yang telah

diberikan, pada rencana terapi dan rencana pemeriksaan penunjang yang akan

dilakukan pada pasien. Pada operan shift pagi dihadiri oleh kepala ruangan, ketua tim

dan perawat yang bertugas. Tetapi untuk operan shift sore dan malam hanya dihadiri

oleh perawat yang bertugas saja. Pelaksanaan operan shift dilakukan di ruang perawat

dan ruang pasien dan dilakukan 15 menit-30menit dari jam sebelum pergantian dinas.

Berdasarkan teori yang disampaikan oleh (Nursalam 2017) hal-hal yang perlu

diperhatikan dalam pelaksanaan timbang terima antara lain :

1. Dilaksanakan tepat pada waktu pergantian shift

2. Dipimpin oleh kepala ruangan atau penanggungjawab pasien

3. Diikuti oleh semua perawat yang telah dan akan dinas

4. Informasi yang disampaikan harus akurat singkat sistematis dan

menggambarkan kondisi pasien saat ini serta menjaga kerahasiaan pasien.

5. Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan pasien

Dari penjelasan diatas terlihat bahwa terdapat kesesuaian antara teori dan

aplikasi pelaksanaan timbang terima di ruangan sehingga dapat disinpulkan bahwa

timbang terima yang ada di ruangan telah dilakukanb optimal.

82
c. M3-3 Ronde Keperawatan
Tabel 3.16 Ronde Keperawatan
Jawaban Total
Pernyataan
Ya Presentase Tidak Presentase (%)
Ruangan mendukung adanya
14 100% 0 0% 100
kegiatan ronde keperawatan
Perawat mengerti tentang
12 86% 2 14% 100
ronde keperawatan
Pelaksanaan ronde
12 86% 2 14% 100
keperawatan diruangan sudah
Optimal
Keluarga pasien mengerti
8 57% 6 43% 100
tentang adanya ronde
keparawatan
Apakah tim dalam
8 57% 6 43% 100
pelaksanaan kegiatan ronde
keperawatan telah dibentuk
Tim yang dibentuk telah
mampu melaksanakan
8 57% 6 43% 100
kegiatan ronde dengan optimal

Tabel diatas menunjukan bahwa dari 14 responden, semua perawat (100%)

mengatakan ruangan mendukung adanya kegiatan ronde, sebanyak 86% perawat

mengetahui dan memahami pelaksanaan ronde keperawatan dan sebanyak 14% belum

memahami terkait ronde keperawatan, untuk pelaksanaan ronde keperawatan di

ruangan sebanyak 86% perawat mengatakan sudah optimal, dan 14% mengatakan

belum optimal. Ronde keperawatan diruangan tidak dilakukan rutin setiap bulan, ronde

83
keperawatan akan dilakukan jika ada pasien yang perlu dilakukan ronde keperawatan.

Ada 57% perawat mengatakan bahwa keluarga pasien mengerti tentang adanya ronde

keperawatan dan 43% mengatakan sebaliknya. Perawat sebanyak 57% mengatakan

tim dalam pelaksanaan kegiatan ronde keperawatan telah dibentuk, dan sebanyak 43%

mengatakan sebaliknya. Sebanyak 57% perawat mengatakan tim yang dibentuk telah

mampu melaksanakan kegiatan ronde dengan optimal dan 18% lainnya mengatakan

sebaliknya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Ruangan 08 Februari 2021 diruang

Inap Bedah. Diruangan tersebut mendukung kegiatan ronde. Ronde keperawatan di

ruangan tidak dilakukan rutin setiap bulan, ronde keperawatanakan dilakukan jika ada

pasien yang perlu dilakukan ronde keperawatan. Namun jika ada pasien yang

mempunyai masalah yang belum teratasi meskipun sudah dilakukan tindakan

keperawatan perawat diruangan akan melakukan ronde keperawatan dengan

melibatkan Pasien langsung dalam pelaksanaan ronde dengan tujuan agar dengan

dilaksanakannya ronde dapat memecahkan masalah keperawatan pada pasien.

Ronde adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan

pasien yang dilaksanakan oleh perawat disamping melibatkan pasien untuk membahas

dan melaksanakan asuhan keperawatan. Pada kasus tertentu harus dilakukan oleh

perawat primer atau konselor, kepala ruangan, dan perawat assosiate yang perlu juga

melibatkan seluruh anggota tim kesehatan. Ronde mempunyai tujuan untuk

menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan berpikir kritis (Nursalam, 2015).

84
Menurut Nursalam (2017) Karakteristik ronde antara lain:

1. Pasien dilibatkan langsung

2. Pasien merupakan fokus kegiatan

3. PA, PP, dan Konselo rmelakukan diskusi bersama

4. Konselor memfasilitasi kreativitas

5. Konselor membantu mengembangkan kemampuan PA, PP dalam

meningkatkan kemampuan mengatasi masalah

Berdasarkan data diatas dengan didukung oleh teori tidak terdapat masalah

dalampelaksanaanronde keperawatan yang dilakukan diruang Inap Bedah RSUD dr.

Hj. Hasri Ainun Habibie.

Table 3.17 Sentralisasi Obat

Jawaban Total
Pernyataan
Ya Presentase Tidak Presentase (%)
Perawa mengetahui
tentang sentralisasi obat 14 100% 0 0% 100

Ruangan perawat ini


0 0% 14 100% 100
terdapat sentralisasi obat
Sentralisasi obat yang ada
sudah dilaksanakan 0 0% 14 100% 100
secara optimal
Ruang ini perlu diadakan
10 71% 4 29% 100
sentralisasi obat

85
Perawat pernah diberi
wewenang dalam urusan 0 0% 14 100% 100
sentralisasi obat
Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 14 responden, sebanyak 100% perawat
mengetahui tentang sentralisasi obat. Sebanyak 100% perawat mengatakan tidak
terdapat sentralisasi obat di ruangan. Sebanyak 100% perawat mengatakan
sentralisasi obat yang ada sudah dilaksanakan secara optimal. Sebanyak 71% perawat
diruangan mengatakan perlu diadakan sentralisasi obat di ruangan dan sebanyak 29%
mengatakan sebaliknya. Sebanyak 100% perawat tidak pernah diberi wewenang
dalam urusan sentralisasi obat.

Tabel 3.18 Alur Penerimaan Obat


Pernyataan Jawaban Total (%)
Ya Presentase Tidak Presentase
Menyatakan 8 57% 6 53% 100
ada format
persetujuan
sentralisasi
Obat

Dari tabel di atas menunjukan bahwa dari 14 responden sebanyak 57% yang

menyatakan ada format persetujuan sentralisasi obat, dan 53% mengatakan sebaliknya.

Untuk proses penerimaan obat dari pasien/keluarga pasien, perawat diruangan

mengatakan obat yang diresepkan oleh dokter langsung diserahkan kekeluarga pasien,

kemudian keluarga pasien mengambil obat di apotik, di bagian apotik akan

menjelaskan terkait dosis dan penggunaan obat tersebut dalam pemantauan perawat.

86
Tabel 3.19 Cara Penyimpanan Obat
Pernyataan Jawaban Total (%)
Ya Presentase Tidak Presenta
se
Ruangan terdapat 0 0% 14 100% 100
ruangan khusus untuk
sentralisasi
obat
Sebelum memberikan 14 100% 0 0% 100
obat kepada pasien
perawat selalu
menginformasikan
jumlah kepemilikan
obat yang telah

digunakan
Perawat 14 100% 0 0%
memberikan
etiket dan alamat
pada obat-obat
pasien

Tabel di atas menunjukan hasil dari pernyataan “ruangan terdapat ruangan

khusus untuk sentralisasi obat” dari 14 responden seluruhnya menyatakan tidak.

Selanjutnya di dapatkan hasil 14 responden yang menyatakan “sebelum memberikan

obat kepada pasien perawat selalu menginformasikan jumlah kepemilikan obat yang

telah digunakan”. Dan untuk pernyataan yang ketiga dari 14 responden sebanyak

100% menyatakan “perawat memberi etiket dan alamat pada obat-obat pasien”. Dari

87
hasil wawancara didapatkan bahwa belum ada sarana dan prasarana yang memadai

untuk mendukung sentralisasi obat.

Tabel 3.20 Cara Penyiapan Obat


Pernyataan Jawaban Total
Ya Presentase Tidak Presentase (%)
Menginformasikan 12 86% 2 14% 100
jumlah kepemilikan
obat yang telah
digunakan
Ada format tiap 14 100% 0 0% 100
jenis obat sebelum
anda memberikan obat
kepasien

Tabel diatas menunjukan 14 responden menyatakan semua perawat (100%)

menyatakan ada format tiap jenis obat sebelum Anda memberikan obat kepasien.

Sebanyak 86% mereka menginformasikan jumlah kepemilikan obat yang telah

digunakan, dan 14% mengatakan sebaliknya.

Sentralisasiobat adalah pengelolaan dimana seluruh obat yang akan diberikan

kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh perawat (Nursalam, 2017)

Dari hasil observasi dan wawancara diruang Inap Bedah pada 7 perawat bahwa semua

perawat tidak memisahkan kepemilikan antar obat-obat pasien,dan tidak memberi

label ditempat penyimpanan atau setiap obat-obat pasien. Perawat sudah memisahkan

tempat pemisahan obat untuk obat injeksi dan hight alert. Berdasarkan hasil

wawancara kepada kepala ruangan dan dua orang perawat didapatkan alur penerimaan

88
obat yaitu dari dokter ke perawat, kemudian perawat ke keluarga, keluarga ke apotik,

apotik ke keluarga, keluarga ke perawat yang menerima, kemudian perawat ke pasien

untuk obat minum. Hal ini sudah sejalan dengan alur pelaksanaan sentralisasi obat

yang dikemukan oleh Nursalam (2017).

Dari hasil observasi dan wawancara dengan kepala ruangan dan 4 orang perawat

di dapatkan bahwa di ruang Inap Bedah tidak terdapat ruangan khusus untuk

sentralisasi obat sehingga menyebabkan sentralisasi obat di ruangan tersebut tidak

optimal.

Berdasarkan data diatas menyatakan bahwa terdapat masalah mengenai

sentralisasi obat yang adadiruang Inap Bedah RSUD dr. Hj. Hasri Ainun Habibie.

d. M3-5: Supervisi

Supervisi merupakan upaya untuk membantu pembinaan dan peningkatan

kemampuan pihak yang disupervisi agar rmereka dapat melaksanakan tugas kegiatan

yang telah ditetapkan secara efisien dan efektif (Nursalam, 2014).

Supervisi merupakan hal yang penting dilakukan untuk memastikan pelayanan

dan asuhan keperawatan berjalan sesuai standar mutu yang ditetapkan. Supervisi tidak

diartikan sebagai pemeriksaan dan mencari kesalahan, tetapi lebih pada pengawasan

partisipatif yaitu perawat yang mengawasi pelaksanaan kegiatan memberikan

penghargaan pada pencapaian atau keberhasilan dan member jalan keluar pada hal-hal

yang belum terpenuhi. Untuk menjadi supervisor yang baik diperlukan kompetensi

yang harus dimiliki dalam melaksanakan supervise

89
3.21 Tabel Pengetahuan Perawat Terkait Pelaksanaan Supervisi Di Ruangan

Jawaban
Pernyataan Total (%)
Ya Presentase Tidak Presentase

Perawat mengerti
14 100% 0 0% 100
tentangsupervisi
Supervisi telah
14 100% 0 0% 100
dilakukan diruangan
Ada format baku 11 79% 3 21% 100
untuk supervise
setiap tindakan
Format supervise 11 79% 3 21% 100
sudah sesuai standar
keperawatan
Alat untuk supervisi 9 64% 5 36% 100
tersedia secara
lengkap
Hasil supervise 14 100% 0 0% 100
disampaikan kepada
perawat
Ada umpan balikdari 14 100% 0 0% 100
supervisor untuk
setiap tindakan
Ada follow up untuk 14 100% 0 0% 100
setiap hasil dari
supervise

90
Perawat 14 100% 0 0% 100
menginginkan
perubahan untuk
setiap tindakan
dengan hasil
perbaikan dari
supervise
Perawat pernah 4 28% 10 72% 100
mendapatkan
pelatihan dan
sosialisasi tentang
supervise
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa:
a) Sebanyak 100% perawat mengatakan mengerti tentang supervise dan 0% tidak.

b) Semua perawat (100%) mengatakan supervisi telah dilakukan 7x/bulan

c) 79% perawat mengatakan ada format untuk supervise setiap tindakan, dan 21%

mengatakan tidak.

d) 64% perawat mengatakan alat instrument untuk supervise sudah tersedia secara

lengkap dan 36% mengatakan tidak

e) 100% perawat mengatakan hasil supervise disampaikan kepada perawat.

f) Semua perawat (100%) mengatakan ada umpan balik dari supervisor untuk setiap

tindakan.

g) 100%perawat mengatakan puas dari hasil dari umpan balik.

h) 100% perawat ada follow up untuk setiap hasil dari supervise.

i) Semua perawat (100%) menginginkan perubahan untuk setiap tindakan dengan

hasil perbaikan dari supervise

91
Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 8 Februari 2022, didapatkan bahwa

perawat mengerti tentang supervisi dan mempunyai format untuk supervise dan juga

kegiatan supervisi sudah diterapkan di Ruangan Inap Bedah yaitu dari kepala ruangan

ke katim dari katim ke PA. Berdasarkan data wawancara dari kepala ruagan dan 3

responden mengatakan bahwa pelaksanaan supervisi sudah terjadwal. Supervisi

dilakukan oleh kepala ruangan ke katim, katim ke perawat pelaksana supervise telah

dilakukan 7x/bulan.

Berdasarkan data diatas, tidak terdapat masalah pada M3-5supervisi.

e. M3-6: Penerimaan Pasien Baru.


Tabel 3.22 PPB

Jawaban
Pernyataan Total (%)
Ya Presentase Tidak Presentase

Perawat bersedia 14 100% 0 0% 100


Melakukan PPB
Perawat mengerti 14 100% 0 0% 100
tentang Discharge
Planning
Sudah ada pembagian 14 100% 0 0% 100
Tugas tentang PPB

Sudah ada pemberian 0 0% 14 100% 100


brosur/leaflet saat
Melakukan PPB
Setiap melakukan PPB 14 100% 0 0% 100
perawat melakukan
Pendokumentasian

92
Dari table diatas dapat diketahui bahwa:

a) Dari semua perawat 100% mengatakan bersedia melakukan PPB (penerimaan

pasien baru)

b) Dari semua perawat (100%) mengatakan mengerti tentang Discharge Planning

c) 100% perawat mengatakan ada pembagian tugas tentang penerimaan pasien baru

dan ada 0% mengatakan tidak ada pembagian tugas tentang penerimaan pasien

baru

d) 100% perawat mengatakan tidak ada pemberian brosur/leaflet saat melakukan

penerimaan pasien baru.

e) Semua perawat 100% mengatakan selesai melakukan penerimaan pasien baru ada

pendokumentasian.

Berdasarkan hasil observasi didapatkan untuk tahap penerimaan pasien baru

perawat menunjukan kamar atau tempat tidur pasien, dan perawat bersama kariyawan

lain memindahkan pasien ketempat tidur (apabila pasien dating dengan brangkar atau

kursiroda) diberikan posisi yang nyaman, melakukan anamnesa dan pengkajian

keperawatan, serta perawat menyerahkan lembar informed pelaksanaan tindakan

keperawatan. Penjelasan mengenai penerimaan pasien baru dijelaskan seperti struktur

dibawah sbb:

93
ALUR PASIEN MASUK

RUANG INAP BEDAH RSUD. Dr. Hj. Hasri Ainun Habibie

94
Perawat sudah melakukan penerimaan pasien baru sesuai dengan penerimaan

pasien baru dari rumah sakit, sehingga tidak terdapat masalah penerimaan pasien baru.

f. M3-7:Discharge Planning
Table 3.23 Discharge Palnning

Jawaban
Pernyataan
Ya Presentasi Tidak Presentasi Total (%)
Perawat bersedia melakukan 14 100% 0 0% 100
Perencanaan pulang

pembagian tugas tentang 9 64% 5 36% 100


perencanaan pulang
Menggunakan bahasa 7 50% 7 50% 100
Indonesia saat melakukan
perencanaan pulang kepada
Pasien
Bahasa yang perawat gunakan 14 100% 0 0% 100
dalam melakukan perencanaan
pulang mengalami kesulitan
untuk Dipahami pasien
Setiap selesai melakukan 14 100% 0 0% 100
perencanaan pulang, perawat
Melakukan pendokumentasian

Berdasarkan table diatas didapatkan hasil semua perawat (100%) bersedia

melakukan perencanaan pulang, 64% perawat mengatakan sudah ada pembagian tugas

tentang perencanaan pulang dan 36% mengatakan tidak, 50% perawat menggunakan

bahasa Indonesia saat melakukan perencanaan pulang dan 50% mengatakan tidak,

95
100% perawat mengatakan bahasa yang digunakan dalam melakukan perencanaan

pulang tidak mengalami kesulitan untuk dipahami pasien dan 0% mengalami kesulitan

untuk di pahami. 100% perawat melakukan pendokumentasian perencanaan pulang

dan 0% mengatakan tidak melakukan pendokumentasian perencanaan pulang.

Dari hasil wawancara dilakukan pada tanggal 8 Februari 2022 didapatkan bahwa

Discharge Planning di Ruangan Inap Bedah sudah dilakukan namun hanya berupa

lisan dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang perilaku hidup sehat, pola

makan yang teratur, makanan-makanan yang harus dihindari yang berhubungan

dengan penyakit klien dan patuh minum obat untuk mengurangi kekambuhan penyakit

klien. Klien juga diberikan resume untuk kontroldi poli bedah

Hasil observasi pada tanggal 8 Februari 2022 Discharge planning ini dilakukan

pada 2 pasien saat pasien akan pulang ke rumah, dimana perawat memberikan

pendidikan kesehatan namun tidak memberikan leaflet kepada pasien yang akan

pulang.

g. M3-8: Dokumentasi Keperawatan


Tabel 3.24 Dokumentasi Keperawatan
Jawaban Total
Pernyataan
Ya Presentase Tidak Presentase (%)
Ada format pendokumentasian yang
14 100% 0 0% 100
Baku diruangan
Perawat sudah mengerti cara
14 100% 0 0% 100
pengisian format dokumentasi

96
Format yang digunakan dapat
membantu perawat dalam melakukan 14 100% 0 0% 100
Pengkajian pada pasien
Perawat sudah melaksanakan
pendokumentasian dengan tepat 14 100% 0 0% 100
waktu
Model dokumentasi yang digunakan
5 36% 9 64% 100
Dapat menambah beban kerja perawat
Model dokumentasi yang digunakan
5 36% 9 64% 100
Ini menyita banyak waktu perawat

Berdasarkan tabel di atas didapatkan hasil bahwa saat pendokumentasian di

Ruangan Inap Bedah sudah mempunyai format pendokumentasian yang baku.

Responden juga sudah mengerti cara pengisian format dokumentasi dengan benar dan

dapat membantu perawat dalam melakukan pengkajian pada pasien. Sebanyak 100%

perawat mengatakan pendokumentasian dilaksanakan tepat waktu. Sebanyak 36%

responden mengatakan bahwa model dokumentasi yang digunakan dapat menambah

beban kerja dan 64% tidak mengatakan menambah beban kerja. 36% perawat

mengatakan model dokumentasi yang digunakan menyita banyak waktu perawat dan

64% mengatakan tidak.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dari tanggal 07-08 Februari 2022

yang didapatkan Pendokumentasian yang berada di ruangan Inap Bedah adalah system

dokumentasi SBAR (Situation Background Assessment Recommendation) dengan

model pendokumentasian menggunakan format SBAR (Situation, Background

97
Assessment recommendation). Ruangan menggunakan SDKI, SLKI dan SIKI dalam

hal pengangkatan diagnose keperawatan, tujuan yang diharapkan serta rencana

tindakan keperawatan yang akan dilakukan.

Hasil observasi diperoleh model pendokumentasian perawat diruangan

dilakukan setelah perawat ruangan melakukan hand over/timbang terima, hasil

perkembangan pasien pada shift pagi dicatat oleh perawat shift sore dan begitupula

untuk perkembangan pasien pada shift sore didokumentasikan oleh perawat shift

malam.

Pengkajian keperawatan juga dilakukan secara sistem head to toe. Catatan

keperawatan berisikan pengkajian fisik, catatan mandiri perawat, catatan

perkembangan, hasil TTV. Dokumentasi keperawatan di Ruang Inap Bedah

dilaksanakan segera setelah pasien masuk di ruangan

Tabel 3.25 Uraian lembar dokumentasi di Ruang Inap Bedah


Lembar Dokumentasi

1. Bukti pelayanan rawat inap


2. Ringkasan riwayat kunjungan
3. Ringkasan masuk dan keluar
4. Pengkajian keperawatan
5. Pengkajian awal rawat inap oleh dokter
6. Resume medis
7. Lembar konsultasi
8. Tindakan keperawatan
9. Checklist discharge planning
10. Resume keperawatan
11. Catatan perkembangan pasien terintegrasi (CPPT)
12. Kardeksdan grafik
13. Lembar hasil lab

98
14. Lembar temple hasil pemeriksaan penunjang
15. Formulir persetujuan pemberian informasi darah dan produk darah
16. Daftar keselamatan tranfusi
17. Lembar observasi pemberian tranfusi darah
18. Lembar tranfusi internal
19. Daftar tilik keselamatan operasi
20. Formulir pendaftaran pembedahan
21. Lembar laporan operasi
22. Persetujuan tindakan medis
23. Pengkajian pra operasi oleh dokter/perawat
24. Pemberian informasi
25. Evaluasi pra anasthesi
26. Pemberian pendidikan kesehatan pasien
27. Lembar persetujuan umum

Dari data diatas menyatakan bahwa tidak terdapat masalah pada

pendokumentasian di ruang Inap Bedah RSUD dr. Hj. Hasri Ainun Habibie.

99
ANALISA SWOT

NO ANALISA SWOT BOBOT RATING BOBOT X HASIL


RATING
3 M3.MAKP
a. Internal Faktor (IFAS)
Strengh (Kekuatan)
1. Perawat di ruangan paham dengan model asuhan 0,6 2 1,2
keperawatan yang digunakan di ruangan.
2. Timbang terima merupakan kegiatan rutin yang 0,7 3 2,1
dilaksanakan diruangan
3. Adanya buku khusus untuk pelaporan timbang 0,5 2 1 9,4 - 1 = 8,4
terima
4. Perawat mengerti tentang supervise yang 0,5 2 1
dilakukan diruangan
5. Hasil supervise disampaikan kepada 0,5 2 1
perawat
6. Supervisi rutin dilakukan di ruangan 0,5 2 1
7. Perawat mengerti tentang Discharge Planning. 0,7 3 2,1
Weakness (Kelemahan)
1. Belum ada pemberian brosur/leaflet saat melakukan 0,5 2 1
PBB
b. Eksternal Faktor (EFAS)
Opportunity (Peluang)
1. Adanya format supervise yang baku untuk diberikan 0,7 3 2,1 2,1 - 1,2 = 0,9
diruangan
Treathened (Ancaman)
1. adanya tuntutan yang lebih dari masyarakat untuk 0,6 2 1,2
mendapatkan pelayanan keperawatan professional

100
4) M4 (Money) Pembiayaan

Pengelolaan dana yang baik dapat memungkinkan keberlangsungan aktifitas

pelayanan, pengadaan sarana dan prasarana, serta menjamin kesejahteraan petugas,

atau tenaga kerja yang bertanggung jawab, keberhasilan pengelolaan dana sangat

ditentukan oleh manajemen rumah sakit yang baik.

Sumber pembiayaan ruangan perawatan bedah berasal dari rumah sakit dr. Hasri

Ainun Habibie Provinsi Gorontalo, dimana sesuai peraturan pemerintah Provinsi

Gorontalo untuk sistem penggajian pegawai ruangan yang PNS dibayarkan

berdasarkan golongan dan diberikan tunjangan beserta jasa, sedangkan untuk pegawai

honor daerah/ kontrak memperoleh gaji beserta jasa dari rumah sakit.

Untuk sistem pembayaran pasien dikelola oleh pihak rumah sakit, berdasarkan

jaminan yang digunakan oleh pasien antara lain : pasien BPJS/JKN biaya perawatannya

ditanggung oleh jaminan tersebut, mengikuti aturan yang telah ditetapkan dan batas

waktu pengurusan selama 3 hari, jika melewati batas yang ditentukan maka dihitung

sebagai pasien umum. Pasien umum seluruh biaya perawatannya ditanggung oleh

pasien dan keluarga. Biaya perawatan disesuaikan jaminan kelas yang ditentukan oleh

BPJS/JKN.

Berdasarkan hasil wawancara dengan bagian kepala ruangan di ruangan bedah

RSUD dr. Hasri Ainun Habibie, bahwa perencanaan anggaran untuk ruangan,

perencanaan fasilitas dan sarana prasarana dalam menunjang kegiatan pelayanan

keperawatan telah dibuat da diajukan kepada bidang keuangan, bidang pelayanan,

101
sarana dan prasarana. Adapun pembiayaan ruangan bedah yang terdiri atas : dana

operasional ruangan, alat kesehatan, fasilitas kesehatan bagi pasien, fasilitas bahan

habis pakai pasien diatur langsung oleh bidang keuangan, pelayanan, sarana dan

prasarana rumah sakit.

Sumber dana RS dari APBD Provinsi Gorontalo dan BLU. Adapun rincian

pembiayaan rawat inap bagi pasien itu sendiri sebagai berikut :

No Jenis Pembiayaan Tarif


1. UGD
- Pemeriksaan Rp. 50.000
- Tindakan (IVFD) Rp. 60.000
- Konsul di UGD (Dokter Datang) Rp. 75.000
- Lewat Telpon Rp. 30.000
2. RUANGAN
- Kelas 1 Rp. 250.000
- Kelas 2 Rp. 150.000
- Kelas 3 Rp. 100.000
- Isolasi Rp. 250.000
- Resus/Respri (Dengan Monitor) Rp. 350.000
- NICU/PICU (Dengan Monitor) Rp. 450.000
- ICU Rp. 450.000
3. KONSUL DIRUANGAN (RAWAT INAP)
- Kelas 1 & 2 Rp. 25.000
- Kelas 3/Isolasi Rp. 20.000
- HCU/NICU Rp. 30.000
4. TINDAKAN (KATETER, NGT, NEBU, HECTING)
- Kelas 1 & 2 Rp. 60.000
- Kelas 3/Isolasi Rp. 50.000
- ICU Rp. 70.000
5. EKG
- Kelas 1 & 2 Rp. 75.000
- UGD/Resus/Isolasi Rp. 75.000
- ICU Rp. 85.000
- Kelas 3 Rp. 65.000
*Catatan : Pasang IVFD 2x 1x Tindakan
Rawat luka 4x 1x Tindakan

102
6. ASKEP
- Kelas 1 Rp. 25.000
- Kelas 2 Rp. 20.000
- Kelas 3/UGD Rp. 15.000
- Resus Rp. 35.000
- Isolasi Rp. 20.000
- ICU/PICU/NICU Rp. 100.000
7. ADMIN
- Kelas 1,2/Isolasi Rp. 10.000
- Kelas 3 Rp. 5.000
- ICU/PICU/NICU/Resus Rp. 20.000
8. AMBULANCE JENAZAH
- Dalam kota (Kab. Gorontalo) Rp. 100.000
- Luar kota (100.000) + KM Rp. 6.500
- O2/jam Rp. 15.000
9. GIZI
- Kelas 1 & 2 Rp. 15.000
- Kelas 3/Isolasi Rp. 10.000
- ICU/PICU/NICU/Resus Rp. 30.000
- Visum KLL Rp. 50.000
- OGT NICU Rp. 75.000
- TIN, TRANS 1,2 RJ UGD Rp. 60.000
- Kelas 3 Rp. 50.000
10. PERSALINAN
NORMAL
- Kelas 1 & 2 Rp. 1.250.000
- Kelas 3 Rp.1.000.000
PENYULIT
- Kelas 1 & 2 Rp. 1.500.000
- Kelas 3 Rp. 1.250.000
SC
- Kelas 1 & 2 Rp. 4.500.000
- Kelas 3 Rp. 4.000.000
KURTASE BIUS
- Kelas 1,2/UGD Rp. 2.500.000
- Kelas 3 Rp. 2.250.000
- Kelas 1,2/UGD Kuret Biasa Rp. 240.000
- Kelas 3 Kuret Biasa Rp. 190.000

103
ANALISA SWOT

BOBOT
ANALISA SWOT BOBOT RATING X HASIL
RATING
INTERNAL FAKTOR (IFAS)
Strength (Kekuatan)
1) Sumber dana berasaldari operasional pemerintah 0,8 3 2,4
2) Gaji pegawai sesuai dengan UMR 0,6 2 1,2
3) Sistem penggajian pegawai ruangan yang PNS 0,5 2 1
dibayarkan berdasarkan golongan dan diberikan
tunjangan beserta jasa, sedangkan untuk pegawai honor
daerah/ kontrak memperoleh gaji beserta jasa dari
rumah sakit. S-W = = 4,4
4) Manajemen pembayaran pegawai atau perawat 0,5 2 1 5,6-1,2
dibayarkan otomatis melalui rekening bank

Weakness (Kelemahan)
• Pengadaan alat kesehatan dan kebutuhan ruangan 0,6 2 1,2
memerlukan waktu beberapa bulan
EKSTERNAL FAKTOR (EFAS)
Opportunity (Peluang)
• Adanya insentif bulanan dapat meningkatkan motifasi 0,7 3 2,1
dan kinerja perawat
Treatment (Ancaman) O -T :
• Terkadang insentif dan jasa dari BPJS mengalami = 2,1-1 = 1,1
keterlambatan 0,5 2 1

104
5) M 5 : Mutu

Keperawatan merupakan kelompok profesi dengan jumlah terbanyak, paling

depan dan terdekat dengan penderitaan, kesakitan, serta kesengsaraan yang dialami

pasien dan keluarganya (Nursalam, 2015). Mengingat pentingnya kualitas mutu

pelayanan keperawatan, Rumah Sakit dr. Hj. Hasri Ainun Habibie Provinsi Gorontalo

sebagai penyedia layanan jasa kesehatan, selalu berupaya untuk melakukan

peningkatan kualitas mutu pelayanan, sebagai acuan untuk kualitas pelayanan jasa

kesehatan. Indikator penilaian kualitas mutu pelayanan perlu untuk dilakukan

pemantauan dan pengendalian untuk memastikan kepuasan pasien dan kualitas mutu

layanan.

Indikator penilaian mutu keperawatan dapat dilakukan berdasarkan hasil

wawancara dan observasi, terkait dengan struktur, Proses dan Outcome. Indikator

penilaian ini bisa menjadi acuan untuk keberhasilan pelayanan jasa kesehatan di rumah

sakit, adapun indikator penilaian :

1) Patient safety

Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu variable untuk mengukur

dan mengevaluasi kualitas pelayanan keperawatan yang berdampak terhadap

pelayanan kesehatan. Berdasarkan hasil lembar observasi penerapan International

Patient Safety Goals yang dibagi dalam 6 sasaran didapatkan bahwa:

105
a. Sasaran I: Ketepatan identifikasi pasien

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan di ruangan Inap

Bedah didapatkan dari 14 perawat 9 diantaranya mengatakan selalu mengidentifikasi

pasien menggunakan 2 identitas (gelang dan ruangan), dan 5 diantaranya mengatakan

selalu mengidentifikasi pasien dengan menggunakan 2 identitas (gelang dan usia

pasien) bukan hanya itu saja mereka juga selalu mengidentifikasi pasien sebelum

pemberian obat, darah atau produk darah, selalu mengidentifikasi sebelum

pengambilan darah dan specimen lain untuk pemeriksaan klinis, selalu

mengidentifikasi pasien sebelum pemberian pengobatan dan tindakan/prosedur, selalu

melihat SOP untuk identifikasi yang konsisten pada semua situasi dan lokasi

Berdasarkan hal tersebut ketepatan identifikasi pasien yang dilakukan perawat

belum optimal sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Nursalam (2017) yang

menyatakan bahwa ketepatan identifikasi pasien meliputi standar berikut :

1. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh menggunakan

nomor kamar atau lokasi pasien

2. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah.

3. Pasien diidentifikasi sebelum pengambilan darah dan specimen lain untuk

pemeriksaan klinis (lihat juga).

4. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan atau prosedur

5. Kebijakan dan prosedur mendukung praktik identifikasi yang konsisten pada

semua situasi dan lokasi.

106
b. Sasaran II : Peningkatan komunikasi yang efektif

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di ruangan Inap Bedah didapatkan

dari 14 perawat 11 diantaranya sering menggunakan perintah lisan dan yang melalui

telepon ataupun hasil pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah,

dan 3 diantaranya mengatakan selalu menggunakan perintah lisan dan yang melalui

telepon ataupun hasil pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah.

Dari 14 perawat semua mengatakan sering melakukan hasil pemeriksaan secara

lengkap dibacakan kembali oleh penerima perintah dan hasil pemeriksaan

dikonfirmasi oleh individu yang memberi perintah. Terkait penggunaan SOP dalam

verifikasi terhadap akurasi dari komunikasi lisan melalui telepon dari 14 perawat

semuanya mengatakan sering memverifikasi terlebih dahulu terkait penggunaan SOP.

Menurut (Nursalam, 2015) Peningkatan komunikasi yang efektif dapat dilakukan

dengan beberapa cara :

1. Perintah lisan dan yang melalui telepon ataupun hasil pemeriksaan dituliskan

secara lengkap oleh penerima perintah atau hasil pemeriksaan tersebut

2. Perintah lisan dan melalui telepon atau hasil pemeriksaan secara lengkap

dibacakan kembali oleh penerima perintah atau hasil pemeriksaan tersebut

3. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh individu yang memberi

perintah atau hasil pemeriksaan tersebut

4. Kebijakan dan prosedur mendukung paraktik yang konsisten dalam melakukan

verifikasi terhadap akurasi dari komunikasi lisan melaui telepon

Pada ruangan Inap Bedah sudah terjalin komunikasi yang efektif antar petugas

107
medis. Komunikasi merupakan salah satu cara untuk meningkatkan keamanan pasien

dan membuat pasien nyaman karena perawat mengetahui keadaan pasien. Tujuan

komunikasi antar petugas medis harus tepat waktu, akurat, lengkap, tidak ambigu dan

dipahami penerima pesan, komunikasi efektif di rumah sakit. Ada dua jenis komunikasi

yang dapat dilakukan di RS yakni, SBAR dan TBaK. SBAR (Situation, Background,

Assesment dan Reccomendation) adalah komunikasi lisan pada saat serah terima

pasien dan pelaporan hasil kritis. Sedangkan TBaK (Tulis, Baca dan Konfirmasi)

adalah tehnik komunikasi lisan menggunakan telpon dengan menulis, membaca ulang

dan melakukan konfirmasi pesan yang diterima oleh penerima pesan. Prosedur tersebut

penting untuk jejak medis pengobatan pasien selama dirawat di RS sehingga tidak

terjadi delay treatment.

c. Sasaran III : Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (High-alert


medication)

Berdasarkan hasil kuesioner yang dibagikan di ruangan Inap Bedah didapatkan dari

14 perawat 11 diantaranya mengatakan sering memperhatikan SOP saat mengatur

identifikasi, lokasi, pemberian label, dan penyimpanan obat-obat yang perlu

diwaspadai dan 3 lainnya mengatakan selalu memperhatikan SOP saat mengatur

identifikasi, lokasi, pemberian label, dan penyimpanan obat-obat yang perlu

diwaspadai. Dari 14 perawat 8 diantaranya mengatakan sering meletakkan Elektrolit

konsentrat di tempat aman dan 6 lainnya mengatakan selalu meletakkan Elektrolit

konsentrat di tempat aman. Terkait penyimpanan elektrolit konsentrat di unit pelayanan

108
pasien diberi label yang jelas dan disimpan dengan cara yang membatasi akses dari 14

perawat 2 diantaranya mengatakan sering, 12 lainnya mengatakan selalu.

Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukan oleh Nursalam (2015) Peningkatan

keamanan obat yang perlu diwaspadai (High-alert medication) yakni :

1. Kebijakan dan atau prosedur dikembangkan untuk mengatur identifikasi, lokasi,

pemberian label, dan penyimpanan obat-obat yang perlu diwaspadai

2. Kebijakan dan prosedur diimplementasikan

3. Elektrolit konsentrat tidak berada diunit pelayanan pasien kecuali jika dibutuhkan

secara klinis dan tindakan diambil untuk mencegah pemberian yang tidak sengaja

di area tersebut, bila diperkenankan kebijakan.

4. Elektrolit konsentrat yang disimpan di unit pelayanan pasien diberi label yang jelas

dan disimpan dengan cara membatasi akses ( restrict acces)

Petugas medis perlu waspada ketika menggunakan obat dengan high alert karena

obat tersebut berbahaya jika tidak tepat penggunaannya yang bisa menyebabkan

kecacatan bahkan kematian. Penempatan obat kategori high alert harus disimpan

didalam kotak yang diberi tanda dan dalam pemberiannya harus divalidasi oleh dua

orang yang berbeda supaya tidak salah.

d. Sasaran IV : Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur ,tepat pasien operasi.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang ditanyakan di ruangan Inap Bedah

didapatkan dari 14 perawat semua mengatakan selalu mengembangkan suatu

pendekatan/SOP untuk memastikan tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien

operasi. Terkait pemberian suatu tanda oleh perawat untuk mengidentifikasi lokasi

109
operasi dan melibatkan pasien dalam proses penandaan/pemberian tanda dari 14

perawat semua mengatakan selalu mengidentifikasi lokasi operasi dan melibatkan

pasien dalam proses penandaan/pemberian tanda operasi, Dan juga dari 14 perawat

semua mengatakan selalu menggunakan lembar checklist untuk melakukan verifikasi

pre operasi agar tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien serta menyediakan semua

dokumen serta peralatan yang diperlukan dengan benar dan tepat,. Terkait

pendokumentasian dan penerapan prosedur sebelum dimulainya operasi atau tindakan

pembedahan.

Menurut (Nursalam, 2015) Kepastian Ketepatan Lokasi, tepat prosedur, tepat pasien

operasi yakni :

1. Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang segera dikenal untuk identifikasi lokasi

operasi dan melibatkan pasien dalam proses penandaan.

2. Rumah sakit menggunakan suatu ceklis atau proses lain untuk melakukakn

verifikasi praoperasi tepat lokasi, tepat prosedur dan tepat pasien dan semua

dokumen serta peralatan yang perlukan tersedia, tepat/benar dan fungsioanal.

3. Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat/mendokumentasikan prosedur

sign in (sebelum induksi), sebelum insisi/time-out tepat sebelum dimulainya suatu

prosedur/tindakan pembedahan dan sign out (Sebelum meninggalkan kamar

operasi).

e. Sasaran V : Pengurangan Resiko Infeksi terkait pelayanan kesehatan

Berdasarkan hasil kuesioner yang dibagikan di ruangan Inap Bedah didapatkan dari

14 perawat 2 diantaranya mengatakan sering menerapkan hand hygiene terbaru yang

110
sudah diterima secara umum (WHO Patient Safety) dan 12 lainnya mengatakan selalu

menerapkan hand hygiene terbaru yang sudah diterima secara umum (WHO Patient

Safety), terkait penerapan program hand hygiene yang efektif dari 14 perawat semuanya

mengatakan sering menerapkan hand hygiene yang efektif, Dan dari 14 perawat juga

semuanya mengatakan sering mengevaluasi terhadap SPO secara berkelanjutan untuk

pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan.

Menurut (Nursalam, 2015) pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan

dapat dilakukan dengan :

1. Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene terbaru yang

baru baru ini diterbitkan dan sudah diterima secara umum (antar lain dari WHO

Patient Safety)

2. Rumah sakit menerapkan program Hand Hygiene yang efektif

3. Kebijakan dan atau prosedur dikembangkan untuk mendukung pengurangan secara

berkelanjutan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan

f. Sasaran VI : Pengurangan resiko pasien jatuh

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dibagikan di ruangan Inap Bedah

didapatkan dari 14 perawat 9 diantaranya mengatakan sering mengidentifikasi resiko

jatuh pada saat pasien memasuki ruang perawatan dan 5 diantaranya mengatakan selalu

mengidentifikasi resiko jatuh pada saat pasien memasuki ruang perawatan. Dari 14

perawat 1 diantaranya mengatakan sering menerapkan langkah-langkah untuk

mengurangi risiko jatuh bagi mereka yang pada hasil asesmennya dianggap beresiko,

dan 13 diantaranya mengatakan selalu menerapkan langkah-langkah untuk mengurangi

111
risiko jatuh bagi mereka yang pada hasil asesmennya dianggap beresiko. Terkait

langkah-langkah dimonitor hasilnya oleh perawat, baik tentang keberhasilan

pengurangan cedera akibat jatuh maupun dampak yang berkaitan secara tidak sengaja

dari 14 perawat 1 diantaranya mengatakan sering, 13 diantaranya mengatakan selalu.

Dari 14 perawat 1 diantaranya mengatakan sering melihat SOP tentang resiko pasien

jatuh, dan 13 diantaranya mengatakan selalu melihat SOP tentang resiko pasien jatuh.

Menurut (Nursalam, 2015) Pengurangan resiko pasien jatuh dapat dilakukan

dengan:

1. Rumah sakit menerapkan proses assessment awal resiko pasien jatuh dan melakukan

pengkajian ulang terhadap pasien bila diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau

pengobatan.

2. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi resiko jatuh bagi mereka yang pada

hasil assessment dianggap beresiko

3. Langkah-langkah dimonitor hasilnya baik tentang keberhasil penurangan cedera

akibat jatuh maupun dampak yang berkaitan secara tidak sengaja.

4. Kebijakan dan atau prosedur mendukung pengurangan berkelanjutan dari resiko

cedera pasien akibat jatuh di rumah sakit.

Ada 3 kriteria resiko rawat inap di sebuah rumah sakit :

1. Tidak beresiko

2. Resiko rendah

3. Resiko tinggi

Untuk mengurangi resiko jatuh rumah sakit biasanya melakukan penilaian pasien

112
sejak awal dengan menggunakan 2 jenis formulir humpty dumpty (untuk pasien anak)

dan formulir morse fall scale (untuk pasien dewasa). Selain itu untuk menangani pasien

dengan resiko jatuh tinggi ruangan perawatan dapat menandai dengan warna gelang

kuning, memasang tanda yang ditempel di pintu masuk kamar dan ranjang,

memposisikan ranjang di posisi rendah, memasang hand rel, menjaga penerangan, serta

menggunakan alat bantu seperti tongkat.

Berikut adalah penerapan beberapa parameter pengukuran keselamatan pasien

yang digunakan dirumah sakit. Ruang Inap Bedah menerapkan upaya penjaminan

mutu perawatan pasien, dimana terdapat beberapa aspek penting terdapat didalamnya,

yaitu :

1. Kesalahan Pemberian Obat

Pemberian obat kepada pasien merupakan salah satu tanggung jawab yang

diperantarai oleh perawat, kejadian kesalahan pemberian obat dapat dilihat apakah

perawat salah pasien, salah nama, salah waktu, salah cara, salah dosis, salah obat, salah

dokumentasi, atau dokumentasi pemberian obat tidak sesuai dengan yang

dilaksanakan.

Berdasarkan hasil wawancara tidak ada laporan terkait kesalahan dalam pemberian

obat. Dan berdasarkan hasil observasi, terpantau selama 2 hari tanggal 7 Februari s/d 8

Februari 2022, tidak ditemukan adanya kejadian kesalahan dalam pemberian obat,

(0%). Biasanya untuk kejadian kesalahan dalam pemberian obat, paling rentan terjadi

adalah salah dalam waktu pemberian, dimana, obat yang harus diberikan, tidak

diberikan sesuai waktu yang telah ditetapkan, oleh dokter, terjadi kurang beberapa

113
menit atau lewat dari waktu pemberian, dikarenakan ketersediaan obat diruangan, dan

obat yang harus ditebus dari luar apotik Rumah Sakit.

2. Angka Kejadian Dekubitus

Kejadian dekubitus merupakan masalah serius yang sering terjadi pada pasien

yang mengalai gangguan mobilitas, seperti pasien stroke, cedera tulang belakang/

degeneratif. adanya dekubitus yang tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan

masa perawatan pasien menjadi panjang dan peningkatan biaya rumah sakit. Oleh

karena itu, perawat perlu memahami secara komprehenShift tentang dekubitus agar

dapat memberikan pencegahan dan intervensi keperawatan yang tepat untuk pasien

berisiko.

Berdasarkan hasil observasi di Ruang Bedah Rumah Sakit dr. Hj. Hasri Ainun

Habibie Provinsi Gorontalo, didapatkan bahwa tidak ada kejadian dekubitus selama

tanggal 7 Februari s/d 8 Februari 2022.

3. Angka Kejadian Plebitis

Flebitis merupakan peradangan akut lapisan internal vena yang ditandai dengan

rasa sakit dan nyeri disepanjang vena, kemerahan, bengkak dan hangat, serta dapat

dirasakan disekitar daerah penusukan. Flebitis adalah komplikasi yang sering dikaitkan

dengan terapi intravena.

Berdasarkan hasil observasi Di Ruang Bedah Rumah Sakit dr. Hj. Hasri Ainun

Habibie Provinsi Gorontalo sejak 7 Februari – 8 Februari 2022 didapatkan bahwa ada

sebanyak 2 orang mengalami kejadian phlebitis. Hal ini berhubungan langsung dengan

114
aktivitas pasien yang terlalu banyak bergerak di tempat tidur sampai menyebabkan rasa

sakit dan bengak pada tangan yang terpasang infuse.

4. Kepuasan

Survey kepuasan harus mempertimbangkan aspek apa saja yang dinilai pasien.

Kepuasan menjadi acuan yang penting dari pelayanan jasa kesehatan Rumah Sakit.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi pada 7 pasien yang dirawat di Ruang

Bedah Rumah Sakit dr. Hj. Hasri Ainun Habibie Provinsi Gorontalo sejak 7 Februari

– 8 Februari 2022 secara umum mengatakan pelayanan yang diberikan di ruangan

rawat inap bedah baik sehingga semua pasien mengatakan puas dengan pelayanan yang

diberikan seperti perawat cepat tanggap, komunikasi antara pasien dan perawat itu

baik.

5. Perawatan Diri

Kemampuan perawatan diri menjadi acuan untuk kualitas pelayanan rumah sakit.

Mandiri berarti pasien mampu melakukan aktivitas tanpa bantuan dari siapapun.

Keberadaan perawat dianggap penting untuk memampukan pasien melakukan

perawatan mandiri.

Terdapat beberapa aktivitas yang diperhatikan untuk melihat kemampuan

perawatan diri pasien seperti makan, BAK/BAB, mengenakan pakaian, pergi ke toilet,

berpindah dan mandi.

Dari hasil wawancara dan observasi di Ruang Bedah Rumah Sakit dr. Hj. Hasri

Ainun Habibie Provinsi Gorontalo, terpantau bahwa sejak di observasi tanggal 7

Februari – 8 Februari 2022 dari total 7 pasien yang dirawat 6 pasien mempunyai

115
kemandirian dalam melakukan aktivitas terutama kebutuhan BAK/BAB sedangkan

untuk 1 pasien memiliki keterbatasan dalam beraktivitas melakukan perawatan diri

seperti mandi,ke toilet dan mengenakan pakaian.

6. Kenyamanan

Indikator kenyamanan sangat penting untuk dilakukan pengendalian mengingat

pasien yang dirawat mengalami perubahan fungsi dan perubahan peran terlebih di

Ruangan Rawat Inap Bedah, dimana pasien sangat rentan mengalami stres

hospitalisasi.

Dari hasil wawancara dan observasi, di Ruang Bedah Rumah Sakit dr. Hj. Hasri

Ainun Habibie Provinsi Gorontalo, didapatkan selama observasi yang dilakukan

sejak tanggal 7 Februari – 8 Februari 2022, didapatkan hasil bahwa dari total 7 pasien

yang dirawat mengatakan bahwa pasien merasa nyaman dengan pelayanan yang ada

dirumah sakit seperti lingkungan pasien yang bersih dan nyaman serta perawat yang

ramah dalam melayani pasien.

7. Kecemasan

Kecemasan merupakan reaksi pertama yang muncul dirasakan oleh pasien dan

keluarganya disaat pasien harus dirawat mendadak atau tanpa terencana begitu mulai

masuk rumah sakit. Kecemasan akan terus menyertai pasien dan keluarganya dalam

setiap tindakan perawatan terhadap penyakit yang diderita pasien.

Cemas adalah emosi dan merupakan pengalaman subjektif individual,

mempunyai kekuatan tersendiri dan sulit untuk di observasi secara langsung. Perawat

dapat mengidentifikasi cemas lewat perubahan tingkah laku pasien.

116
Berdasarkan wawancara dan observasi yang dilakukan pada pasien sejak tanggal

7 Februari – 8 Februari 2022 didapatkan bahwa hasil dari total 7 pasien yang dirawat

memiliki tingkat kecemasan yang cukup sedang, dimana kecemasan yang dirasakan

seperti khawatir akan kesembuhan luka yang dialaminya serta kondisi yang akan

terjadi selanjutnya.

8. Pengetahuan

Menurut Notoadmodjo (2003) pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi

setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Jadi pengetahuan

ini diperoleh dari aktivitas panca indera yaitu penglihatan, penciuman, peraba, dan

indera perasa. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan/kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk

tindakan seseorang.

Penilaian pengetahuan didasarkan pada, tahu tidaknya pasien atau keluarga

tentang kondisi kesehatannya/ penyakit yang dideritanya, serta hal apa yang bisa dan

tidak dilakukan selama sakit dan penyebab dari sakit yang diderita, dari hasil

wawancara dan observasi pada perawat dan pasien selama 7 Februari – 8 Februari

2022 total 7 pasien yang dirawat di Ruang Inap Bedah RS dr. Hj. Hasri Ainun Habibie

didapatkan bahwa semua pasien yang di rawat diruangan tersebut mengetahui tentang

penyakit yang diderita.

117
ANALISA DATA

No Analisa SWOT BOBOT RATING BOBOT X RATING HASIL

5. M5. Mutu
a. Internal faktor (IFAS)
Strengh (Kekuatan)
0.8 3 2.4
1. kepuasaan pasien terhadap
pelayanan dirumah sakit
2. tidak ada kejadian jatuh pada tiga
0.5 2 1
bulan terakhir
0.8 3 2.4
3. tidak ada kesalahan pemberian
obat dalam tiga bulan terakhir S-W
4. tidak ada kejadian infeksi dalam
0.8 3 2.4 9.4-0.8= 8.6
tiga bulan terakhir
0.6 2 1.2
5. tidak ada kejadian dekubitus
dalam tiga bulan terakhir

118
Weakness (Kelemahan)
1. makin tingginya kesadaran
0.4 1 0.4
masyarakat akan pentingnya
kesehatan
2. banyaknya kejadian flebitis 0.4 1 0.4
dalam tiga bulan terakhir
b. Eksternal faktor (EFAS)
O-T
Opportunity (Peluang)
1. pemberian tindakan dilakukan 0.8 3 2.4 4.8-0.8= 4
sesuai dengan SOP
2. bantuan pengadaan fasilitas oleh
0.8 3 2.4
rumah sakit
Treathened (Ancaman)
1. persaingan rumah sakit dalam
0.4 1 0.4
memberikan pelayanan
2. adanya peningkatan standar
masyarakat yang harus dipenuhi 0.4 1 0.4

119
Perumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan tentang situasi ruangan Ruang Inap Bedah didapatkan

masalah kepemimpinan dan manajemen keperawatan di Ruang Inap Bedah RSUD dr.

Hj. Hasri Ainun Habibie yaitu sebagai berikut :

1. Belum adanya struktur organisasi terbaru yang terpajang di ruang Inap Bedah

2. Sarana dan prasarana yang belum memadai

3. Belum ada penyediaan brosur/leaflet saat melakukan PPB

4. Masih banyaknya kejadian flebitis dalam tiga bulan terakhir

120
Tabel 3.14 Masalah Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan

No. Masalah Manajemen M S M NC A Total Rank

Belum adanya struktur organisasi terbaru


1. yang terpajang di ruang Inap Bedah 4 3 5 4 3 720 2

2. 5 5 3 4 3 900 1
Sarana dan prasarana yang belum memadai

Belum ada penyediaan brosur/leaflet saat 2


4. 4 3 5 3 4 720
melakukan PPB

5. Masih banyaknya kejadian flebitis dalam


tiga bulan terakhir 3 4 3 3 2 216 3
Keterangan :
Skala penilaian :
Magnitude : Besarnya masalah
5 : sangat penting
Severity : Besarnya kerugian yang ditimbulkan
4 : penting
Managebility : Bisa dipecahkan
3 : cukup penting
Nursing Concern : Ada perhatian dari bidang perawatan
2 : kurang penting
Affordability : Ketersediaan sumber daya
1 : tidak penting

121
3.1.1. POA (Planning Of Action)

Tabel 3.27 POA (Planning Of Action)

Waktu Pelaksanaan
No. Masalah Uraian Kegiatan Tujuan Sasaran Dana PJ
Tgl/Hari Pukul
1 Belum adanya Pengadaan struktur Sebagai sarana Kepala - Jumat, 09:30 Helda Cristiana
struktur organisasi terbaru untuk informasi Ruangan dan 18 WITA Tomasong
organisasi terbaru struktur organisasi Tim Februari
yang terpajang di di ruang Inap Manajemen 2022
ruang Inap Bedah Rumah Sakit
Bedah

2. Sarana dan Pengajuan telaah Untuk melengkapi Kepala - Selasa, 14 09:30 1) Desiana Pratiwi
prasarana yang kebutuhan ruangan sarana dan prasarana Ruangan dan Februari WITA Hantulu
belum memadai kepada kepala yang ada di ruangan Tim 2022 2) Jihan Adhalin
ruangan dan serta menunjang Manajemen Harun
manajemen rumah pelayanan di ruang Rumah Sakit
sakit terkait inap bedah
pengadaan dan
pembenahan kamar
mandi dan sumber
pencahayaan
ruangan (jendela),
dan prasarana
pelengkap seperti

122
handrub disetiap
bangsal pasien,
telepon ruangan,
oksigen transport dan
tabung suction
Pelaksanaan Pemberian format Agar pelaksanaan Kepala - Rabu, 16 07.30 1) Fadlin Rimpansa
3 timbang terima timbang terima dan timbang terima di ruangan, Februari WITA 2) Sri Pebrianika I.
. yang belum optimal role play timbang ruang inap bedah Katim, PP 2022 Nggilu
terima dapat optimal
4. Pengajuan Agar memudahkan Kepala - Selasa, 14 09:00 1) Fatma Bakari
Tidak adanya
pengadaan pendistribusian ke ruangan, dan Februari WITA 2) Fitri Yanti Husain
ruangan sentralisasi
sentralisasi obat di obat pasien Tim 2022
obat
ruang rawat inap Manajemen
bedah Rumah Sakit
5. Masih banyaknya Pemantauan Agar dapat Kepala - Senin, 14 1) Faturrozi
kejadian flebitis berkala area IV line menurun tingkat ruangan, Februari 2) Nistain Kune
dalam tiga bulan pada pasien di flebitis yang Katim, PP 2022
terakhir ruang rawat inap terjadi di ruang sampai
rawat inap bedah Sabtu, 19
Februari
2022

123
Kuadran II
6 Kuadran I
AGRESIF
PROGRESIF
5 M5 =( 8,6 ; 4,0 )

3 M1 =( 10,2 ; 2,4)

2 M2 =( 5,4 ; 1,1 )
M3 =( 8,4 ; 0,9
1 )

-10 -9 -8 -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
M4 =( 4,4 ; 1,1 )

Kuadran III Kuadran IV


DEFINISIF DIFERSIFIKASI

KESIMPULAN:

Hasil pengkajian menunjukan bahwa posisi M1, M2, M2, M3, M4, M5 berada di area Agresif, dimana elemen

kekuatan dan peluang cukup tinggi, sehingga rekomendasi strategi yang diberikan pada kondisi ini adalah

mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif.

124
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Hamzah, & Mulyono. (2013). Faktor yang Berhubungan dengan Kinerja
Perawat di Rumah Sakit Tingkat III. Jurnal AKK, I(2), 18-26.

Adikoesoemo, S. (2014). Manajemen Rumah Sakit. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Astuti, T. (2015). Pengaruh Pelatihan Komunikasi Terapeutik Terhadap Pengetahuan,


Sikap dan Keterampilan Komunikasi Perawat di RSUI Kustari Surakarta.
Skripsi. Surakarta: UMS.

Astuti, T. (2015). Gambaran Penyimpanan High Alert Medications (HAM) di Gudang


Farmasi RST Soedjono Malang.

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional 2011 dalam Komapo (2013).


http://repository.unand.ac.id/22619/3.

DEPKES. (2012). Standar Pelayanan Rumah Sakit.

DEPKES. (2016). Keputusan Menteri Kesehatan RI No 24 Tahun 2016 Tentang


Persyaratan Teknis Bangunan dan Prasarana Rumah Sakit.

Dyah, R. (2019). Motif Perawat Sebagai Profesi dan Pelaku Komunikasi Terapeutik.
Bandung.

Dwidiyanti. (2007). Keperawatan Dasar: Konsep “Caring”. Semarang: Hasani.

Dwitama, R. (2012). Manajemen. Edisi 6. Jakarta: Salemba Empat.

Gillies, D. (2014). Nursing Management System Aprroach. Philadelphia: WB Saunders


Company.

Hamid. (2015). Manajemen Model Asuhan Keperawatan Profesional Tim Dalam


Peningkatan Kepuasan Pasien di Rumah Sakit. Jurnal Kesehatan,7(2).

Hasibuan, M. (2011). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Bumi Askara.

Kewuan, N. (2017). Manajemen Kinerja Keperawatan. Jakarta: EGC.

Kron, T., & Gray, A. (2014). Program Evaluasi Model Praktek Keperawatan
Profesional. Jurnal Keperawatan Indonesia, II.

Morrison. (2009). Caring & Communicating: Hubungan Interpersonal Dalam

125
Keperawatan. Jakarta: EGC.

Marquis, B.L. (2010). Peran dan Manajemen Kepemimpinan Fungsi Dalam Teori Dan
Aplikasi Keperawatan. Jurnal Keperawatan Indonesia,II.

MENKES. (2008). Keputusan Menteri Kesehatan RI No 129/MENKES/SK/II/2008


Tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
MENKES. (2020). Standar Kelas Rawat Inap Di Rumah Sakit

Mulyono, M., Hamzah, A., & Abdullah, A. (2013). Faktor yang Berpengaruh Terhadap
Kinerja Perawat di Rumah Sakit Tingkat III. Jurnal AKK, 2(1).

Nursalam. (2011). Proses dan Dokumentasi Keperawatan, Konsep dan Praktek.


Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktek Keperawatan


Profesional. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. (2015). Manajemen Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. (2016). Manajemen Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Potter & Patricia. (2015). Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Edisi 4. Jakarta: EGC.

Ridwan, I. (2015). Pelayanan Fasilitas Kesehatan: Faktor Kepuasan dan Loyalitas


Pasien. Jurnal Medik Universitas Lampung.

Rosyidi, K. (2013). Manajemen Kepemimpinan dalam Keperawatan. Jakarta: CV.


TRANS INFO MEDIA.

Suyanto. (2013). Mengenal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan di Rumah


Sakit. Yogyakarta: Mitra Cendikia Press.

Watson, J. (2006). Theory Of Human Caring. http://ww2.uchsc.edu/son/cawring


diakses pada tanggal 14 Februari 2021.

Wijaya, A. (2018). Modul Praktikum Managemen Keperawatan. Jombang: Icme Press.

Yura. (2015). Dasar-Dasar Manajemen dalam Organisasi. Jakarta: Gunung Agung.

126

Anda mungkin juga menyukai